Вы находитесь на странице: 1из 12

Masa Pubertas

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

MASA PUBERTAS ANAK TUNANETRA

Oleh:
PUGUH SETIYOKO
NIM: 11010044234

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2015

1
Masa Pubertas

MASA PUBERTAS ANAK TUNANETRA

Puguh Setiyoko dan Wahyudi Hartono


(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) puguhsetiyoko@gmail.com

ABSTRACT

Blind students are difficult to recognize the signs of puberty since they are unable to see them in the society.
To respond to this problem, this study is aimed at describing blind students’ responsesto their puberty’s
growth and development, specifically their; 1) basic knowledge of puberty, 2) physical growth, 3) intellectual
development, 4) language development, 5) emotional development, 6) social development, 7) moral and
religious development, and 8) responsesto their puberty’s growth and development.
This study applied descriptive qualitative analysis design. The data were collected by using
observation, interview, and documentation and analyzed by data reduction, display, and verification.
The results of blind students’ puberty development at Special State Secondary School in Cerme,
Gresik shows that; 1) their basic knowledge of puberty is still low, 2) there are some obstacles for blind
students in responding to their physical growth such as being shocked for their physical changes that make
them unable to accept their sex role in the society, 3) they have a good intellectual development but are
unable to make decision and need assistance in solving the problem, 4) they have a good language
development, 5) parents’ behavior of constraining their children makes them too careful, lacking self-
confidence, difficult to believe in someone else and have negative thinking about other people, and get easily
alluded all which consequently make them unable to have many friends, 6) their less opportunity to
recognize the behavioral pattern makes their social development of blind students grow much late, 7) blind
students’ puberty is equalized with their level of moral maturity, that is their religious belief.

Therefore, it is concluded that blind students at Special State Secondary School in Cerme, Gresik
can respond their puberty growth and development.

Keywords: Descriptive Qualitative Analysis Design, Puberty

mereka tidak pernah melihat secara langsung


PENDAHULUAN bagaimana bentuk fisik mereka secara jelas
Masa Pubertas sangat penting dalam seperti perubahan ukuran tubuh, perubahan
kehidupan manusia. Pada masa ini terdapat proporsi tubuh, munculnya cirri seks primer
akibat yang langsung terhadap sikap dan dan sekunder baik pada laki-laki maupun
tingkah laku serta akibat-akibat jangka perempuan yang merupakan tanda
panjang yang menjadikan periode Pubertas kematangan organ seksual dan fungsi
lebih penting daripada periode lainnya. Baik reproduksi. Siti Mardiyah (2011: 19-
akibat langsung maupun akibat jangka panjang 22)menyatakan bahwa pada masa pubertas
serta pentingnya bagi remaja karena adanya anak tunanetra dituntut untuk melindungi
akibat fisik dan akibat psikologis. Hal ini fisiknya dari bahaya luar, namun karena
sejalan dengan pendapat Soetjiningsih dalam keterbatasan penglihatannya anak tunanetra
Jurnal masa pubertas pada remaja (2004) yang tidak memahami secara nyata bagian tubuh
menyatakan bahwa masa pubertas adalah mana yang boleh di lihat orang lain dan bagian
masa paling penting dalam kehidupan dan tubah mana yang harus ditutupi.
penentu masa depan seseorang. Seiring dengan perkembangan fisik pada
Pada masa pubertas seorang anak tunanetra juga terjadi berbagai perubahan
anakmengalami berbagai perubahan seperti hormon di dalam tubuh yang mempengaruhi
perubahan fisik, intelektual, bahasa, emosi, perkembangan emosi. Perkembangan emosi
social, moral dan agama, tidak terkecuali bagi anak tuna netra sedikit mengalami
anak tunanetra. Anak Tunanetra mengalami hambatan, terutama disebabkan keterbatasan
perubahan fisik yang terjadi pada diri mereka kemampuannya dalam proses belajar, secara
saat mereka memasuki masa pubertas di mana tidak langsung juga mempengaruhi
perkembangan bahasa anak tunanetra dalam

2
Masa Pubertas

hal berkomunikasi secara emosional melalui orang lain, mereka hanya memperoleh
ekspresi/reaksi wajah atau tubuh laimnya penanaman tingkah laku melalui pendengaran
untuk menyampaikan perasaan yang dan perabaan”. Pernyataan tersebut
dirasakan pada orang lain. Pernyataan- menggambarkan bahwa anak tunanetra
pernyataan emosinya cenderung dilakukan memiliki ukuran-ukuran terbatas.dalam
dengan kata-kata atau bersifat verbal. menentukan baik-buruk, benar salah dari suatu
Perkembangan social anak tunanetra tingkah laku.
tidak seperti anak normal, dimana mereka Hurlock (1980:13)menyatakan bahwa
dapat berinteraksi dengan baik dengan lawan “Perkembangan intelektual adalah
jenisnya. Anak tunanetra relatif lebih banyak perkembangan yang meliputi kemampuan
menghadapi masalah dalam perkembangan mengamati, melihat hubungan dan
sosial. Hambatan-hambatan tersebut terutama memecahkan masalah sederhana, kemudian
muncul sebagai akibat langsung maupun tidak berkembang ke arah pemahaman da
langsung dari ketunanetraanya. Kurangnya memecahkan masalah yang lebih rumit’.
motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan Akibat dari ketunanertaan, maka pengenalan
social yang lebih luas atau baru, perasaan- atau pengertian anak tunanetra terhadap dunia
perasaan rendah diri, malu, sikap-sikap luar tidak dapat diperoleh secara lengkap dan
masyarakat yang sering kali tidak utuh. Akibatnya perkembangan intelektual
menguntungkan seperti penolakan, anak tunanerta cenderung terhambat
penghinaan, dan tak acuh, ketidakjelasan dibandingkan dengan anak-anak normal pada
tuntunan sosial, serta terbatasnya kesempatan umumnya. Hal ini disebabkan perkembangan
bagi anak untuk belajar tentang pola pola intelektual tidak saja erat kaitannya dengan
tingkah laku yang diterima, merupakan kecerdasan (IQ), tetapi juga dengan
kecenderungan tunanetra yang dapat kemampuan indra penglihatannya.
mengakibatkan perkembangan sosialnya Perkembangan keagamaan pada masa
menjadi terhambat. Kesulitan lain dalam pubertas bertitik tolak dari rasa berdosa
melaksanakan tugas perkembangan sosial ini dan usaha untuk mencari proteksi. Sikap dan
ialah keterbatasn anak tunanetra untuk dapat minat pubertas terhadap masalah
belajar sosial melalui proses identifikasi dan keagamaan boleh dikatakan sangat kecil. Hal
imitasi. Ia juag memiliki keterbatasan untuk ini tergantung dari kebiasaan masa kecil
mengikuti bentuk-bentuk permainan sebagai serta lingkungan agama yang mempengaruhi
wahana penyerapan norma-norma atau aturan- lingkungan mereka, tidak terkecuali pada
aturan dalam bersosialisasi (Sutjihati Somantri, anak tunanetra juga mengalami hal yang sama
1996: 66) dalam perkembangan keagamaan. Ahmad
Dalam kehidupan social di masyarakat, Haris (1970:13) berpendapat bahwa “Agama
anak akan berhadapan dengan ukuran- ukuran dapat mengontrol pola tingkah laku, pergaulan
yang menentukan baik-buruk, benar salah dari yang baik atau buruk pada seseorang”. Maka
suatu tingkah laku.Ukuran-ukuran tersebut masalah agama juga sama pentingnya bagi diri
berupa tata cara, kebiasaan, adat istiadat yang anak tunanetra. Namun pengetahuan agama
telah diterima suatu masyarakat. Aturan- seseorang tergantung dari kebiasaan masa
aturan inilah yang biasanya dikaitkan dengan kecil serta lingkungan agama yang
istilah moral. Maryam dalam Jurnal mempengaruhi lingkungan mereka serta pola
Pendidikan dan penelitian anak tentang didik orang tua pada anak.
Peningkatan Moral Anak (2012: 12-16) Siregar (2009)melakukan penelitian
menganilis bahwa “Perkembangan moral tentang pubertas anak tunanetra sebagai
dapat berlangsung melalui : 1) Pendidikan berikut :
langsung, melalui penanaman pengertian “Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkah laku, 2) Identifikasi, meniru pada masa pubertas orang tua anak
penampilan atau tingkah laku moral tunanetra sering kali dibayangi
idolanya.3) Proses trial and error”. Atin kecemasan bahkan ketakutan yang
Chamidah dalam Jurnal Pendidikan Khusus berlebihan akan terjadinya pelecehan
deteksi gangguan pertumbuhan dan seksual, perilaku anak yang tidak pantas
perkembangan (2009:23) menyatkan dan memalukan di tempat umum.
bahwa“Anak tunanetra mengalami Perlakuan orangtua tersebut akan
keterbatasan dalam proses mengidentifikasi, menyebabkan sikap protektif yang
meniru penampilan atau tingkah laku moral berlebihan pada anak tunanetra yang

3
Masa Pubertas

secara tidak langsung dapat menghambat tahun 2014 tentang masa pubertas anak
perkembangan sosialisasi anak dengan tunanetra memperoleh hasil penelitian bahwa
dunia luar”. pubertas yang dialami anak tunanetra
Selain orang tua, peran guru di sekolah membuat para guru dan orang tua harus
juga penting dalam membentuk konsep diri memberi pemahaman terhadap anak
anak tunanetra, tentang diri dan tunanetra bahwa seorang anak kecil akan
lingkungannya dalam menghadapi masa tumbuh menjadi remaja dan mengalami
pubertas. Pengaruh lingkungan terhadap perubahan perubahan yang terjadi dalam diri
kepribadian individu menunjukan bahwa, di mereka, informasi mengenai pubertas yang
samping bisa memuaskan atau menyenangkan diperoleh anak lebih banyak dari guru karena
individu, lingkungan juga memfrustasikan, tidak semua tinggal bersama dengan orang tua,
tidak menyenangkan, dan bahkan mengancam adanya kendala yang dihadapi oleh orang tua
dan membahayakan individu. Kecemasan dan guru dalam menjelaskan pubertas pada
memiliki arti penting bagi individu, kecemasan anak.
berfungsi sebagai peringatan bagi individu Dengan demikian anak tunanetra dalam
agar mengetahui adanya bahaya yang sedang masa pubertas mengalami beberapa
mengancam, sehingga individu tersebut bisa perkembangan,yaitu perkembangan fisik,
mempersiapkan langkah-langkah untuk intelektual, bahasa, emosi, social, moral dan
mengatasi bahaya.Dalam hal ini seorang anak agama. Santoso Soeroso (2001)menyatakan
juga harus dapat memberikan simbol-simbol bahwa “Pertumbuhan dan perkembangan
untuk mengatasi bahaya tersebut. pada masa pubertas tidak selalu mengarah ke
Masa pubertas bisa menjadi pengalaman hal yang positif tergantung cara anak
positif atau negatif bagi anak, tergantung dari merespon masa pubertas yang sedang dialami,
persiapan yang diterima. Hal ini dibuktikan tetapi jika pubertas tidak dapat menerima
dengan penelitian di US dan Italia, bahwa anak perubahan yang dialami maka mereka akan
remaja dengan persiapan yang matang untuk menemukan kesulitan dan justru akan
masa pubertas berkolerasi dengan pengalaman membawanya ke hal yang bersifat negative.
positif, sedangkan anak remaja dengan Hal ini sejalan dengan pendapat Caspi &
persiapan yang kurang membuat mereka Moffitt dalam jurnal Psikologi Pendidikan dan
merespon masa pubertas dengan perilaku yang PerkembanganYustiana Hidayati (2012) yang
negative dan kurang tepat (Rierdan dalam menyatakan bahwaSalah satu faktor resiko
jurnal Psikologi Pendidikan dan yang meningkatkan kesalahan dalam
Perkembangan Yustiana Hidayati, 2012) merespon masa pubertas karena mereka
Kenyataan di lapangan yang di dapat menerima sedikit persiapan untuk
pada Observasi di lapangan menunjukkan menangani perubahan yang terjadi fisik,
bahwa siswa tunanetra SMPLB di SLB Negrei emosi, social, intelktual moral dan agama.
Cerme Gresik terdiri dari 2 siswa perempuan .
berusia 11 tahun, 1 siswa perempuan berusia TUJUAN
13 tahun, 1 siswa perempuan berusia 14 tahun, Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan
1 siswa laki –laki berusia 14 tahun dan 1 siswa dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
perempuan berusia 15 tahun. Keenam siswa 1. Tujuan Umum
tersebut sudah mengalami pertumbuhan dan ”Secara umum tujuan penelitian ini
perkembangan pada masa pubertas.
mendiskripsikan masa pubertas peserta
Anak dalam masa pubertas diharapkan
didik berkebutuhan khusus tunanetra
berbuat /merespon sesuai dengan standar
yang pantas untuk usia mereka. Hal ini akan SMPLB SLB Negeri Cerme”.
mudah jika pola perilaku mereka terletak pada 2. Tujuan Khusus
tingkat perkembangan yang sesuai. Namun a. Mendeskripsikan pengetahuan dasar
apabila kemantangannya belum siap untuk tentang masa pubertas anak tunanetra
memenuhi harapan social menurut usianya SMPLB SLB Negeri Cerme.
cenderung akan mengalami masalah. Rierdan
b. Mendeskripsikan perkembangan fisik,
dalam dalam jurnal Psikologi Pendidikan dan
PerkembanganYustiana Hidayati, 2012) intelektual, bahasa, emosi, social, moral
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh dan agama,dan respon anak terhadap
Rona Maria Girsang Universitas Sumatera pertumbuhan dan perkembangan
Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4
Masa Pubertas

dalam masa pubertasanak tunanetra digunakan sebagai teknik


SMPLB SLB Negeri Cerme. pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan
METODE untuk menemukan permasalahan yang
Jenis penelitian yang digunakan dalam harus diteiliti, tetapi juga apabila
penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis
peneiliti ingin mengetahui hal-hal dari
kualitatif. Menurut Sugiyono (2013:15) metode
responden yang lebih mendalam.
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
Peneilitian ini menggunakan
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, wawancara Semistruktur (semistructure
(sebagai lawannya adalah eksperiemen) dimana interview), Borg dalam Huberman
peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan (1992: 26) mengemukakan jenis
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan wawancara ini termasuk dalam
snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi kategori in depth interview, di mana
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dalam pelaksanaannya lebih fleksibel
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan dan terbuka. Pewawancara dapat
makna daripada generalisasi. memodifikasi,mengulangi,
Dalampenelitianini yang menguraikan pertanyaan yang
menjadiSumber data atauresponden adalah ditanyakan dan dapat mengikuti
anaktunanetra SMPLB Kelas VII di SLB jawaban responden asalkan tidak
NegeriCermesejumlah 6anakyaitu : menyimpang dari tujuan wawancara,
bila dibandingkan dengan wawancara
Tabel 3.1Daftar sumber data terstruktur. Tujuan dari wawancara
jenis ini adalah untuk menemukan
No Namaanak Usiaanak permasalahan secara lebih terbuka,
1 DN 14 Tahun dimana pihak yang diajak wawancara
2 RD 15 Tahun diminta pendapatnya serta ide-idenya
3 AS 14 Tahun Informan yang diwawancarai
4 JN 13 Tahun dalam penelitian ini adalah : siswa
5 WA 11 Tahun Tunanetra kelas VII SMPLB di SLB
6 WI 11 Tahun Negeri Cerme
Adapun garis besar pedoman
wawancara yang digunakan adalah
1. Desain Penelitian sebagai berikut :
Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah a. Melakukan identifikasi
penelitian kulitatif dengan tahapan: pengetahuan dasar anak
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan
tunanetra tentang pubertas
data yang digunakan adalah:
b. Mengidentifikasi perkembangan
a. Wawancara
fisik, intelektual, bahasa, emosi,
Moleong (2011:186) menyatakan
social, moral dan agama
bahwa Wawancara adalah percakapan
c. Mengidentifikasi cara anak
dengan maksud tertentu. Percakapan
tunanetra dalam merespon
itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan
pewawancara (interviewer) yang
pada masa pubertas
mengajukan pertanyaan dan
teswawancara (interviewee) yang
Untuk menjaga kredibilitas hasil
memberikan jawaban atas pertanyaan
wawancara tersebut, maka perlu
itu.
adanya pencatatan data, dalam hal ini
Sugiyono (2013: 317)
peneliti menggunakan handycam yang
menyatakan bahwa wawancara
berfungsi untuk merekam hasil

5
Masa Pubertas

wawancara tersebut. Mengingat bahwa jawaban – jawaban responden


tidak setiap informan suka dengan (informan).
adanya alat tersebut karena merasa Adapan indikator yang akan
tidak bebas ketika diwawancarai, maka diobservasi sebagai berikut :
peneliti meminta izin terlebih dahulu 1) Perkembangan fisik anak tuanetra
kepada informan dengan 2) Perkembangan intelektual anak
menggunakan handycam tersebut. tunanetra
Di samping menggunakan 3) Perkembangan bahasa anak
handycam, peneliti juga tunanetra
mempersiapkan buku catatan yang 4) Perkembangan emosi anak
berfungsi untuk mencatat semua tunanetra
percakapan dengan sumber data. 5) Perkembangan social anak
Selain itu juga berguna untuk tunanetra
membantu peneliti dalam 6) Perkembangan moral dan agama
merencanakan pertanyaan-pertanyaan 7) Respon anak tunanetra terhadap
berikutnya. pertumbuhan dan perkembangan
Supaya hasil wawancara dapat dalam masa pubertas
terekam dengan baik, dan peneliti
memiliki bukti bahwa telah melakukan C. Dokumentasi
wawancara kepada informan atau Arikunto (2006:274) berpendapat
sumber data, maka peneliti bahwa metode dokumentasi yaitu
menggunakan kamera digital untuk mencari data mengenai hal-hal atau
memotret ketika peneliti sedang variabel yang berupa catatan, transkip,
melakukan pembicaraan dengan buku, surat kabar, majalah, prasasti,
informan atau sumber data. Dengan notulen rapat, lengger, agenda, dan
adanya foto ini, maka dapat sebagainya.
meningkatkan keabsahan penelitian, Sugiyono (2013: 329)
karena peneliti benar-benar melakukan mengemukakan bahwa studi dokumen
pengumpulan data. merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu, dokumen bisa
b. Observasi berbentuk tulisan, gambar atau karya-
Sugiyono (2013:310) karya monumental dari seseorang.
menyatakan bahwa, observasi adalah Studi dokumen merupakan pelengkap
dasar semua ilmu pengetahuan. Para dari penggunaan metode observasi
ilmuwan hanya dapat bekerja dan wawancara dalam penelitian
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kualitatif
kenyataan yang diperoleh melalui Dalam penelitian ini peneliti
observasi. Pada peneilitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi
melakukan observasi perilaku anak dengan alasan-alasan sebagai berikut :
tunanetra dalam merespon masa 1) Mudah mengolahnya
pubertas. 2) Data bersifat otentik
Dalam penelitian ini penulis 3) Data bersifat paten dan tidak
menggunakan metode observasi berubah-ubah
langsung, penulis terjun ke lokasi 4) Dalam waktu singkat dan cepat
penelitian secara langsung. Teknik ini bisa mendapat data
dapat digunakan untuk membantu Metode pengumpulan data
melengkapi data yang belum terjawab dokumentasi digunakan penulis untuk
dengan wawancara dan mengecek mengumpulkan data berupa:

6
Masa Pubertas

1) data riwayat hidup siswa kurangnya keberanian dalam


digunakan untuk mengetahui melakukan sesuatu serta
identitas keluarga kemampuan gerak yang serba
2) foto kegiatan bersosialisasi di terbatas mengakibatkan kematangan
sekolah bersama teman untuk fisiknya kurang dapat dimanfaatkan
mengetahui perilaku siswa dalam secara maksimal dalam melakukan
pergaulan dengan teman sebaya aktivitas sehingga proporsi tubuh
menjadi tidak ideal
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3. Perkembangan intelektual anak
Dalam bab ini hasil penelitian berisi deskripsi
tunanetra.
hasil analisis data penelitian yang sudah terorganisasi
perkembangan intelektual anak
dengan baik. Deskripsi analisis tersebut disajikan dalam
tunanetra pada dasarnya sama
uraian yang bersifat kualitatif yaitu data yang
digambarkan dengan kata-kata atau kalimat. Data-data dengan anak awas pada umumnya
hasil temuan penelitian meliputi (a) hasil penelitian dan yang berbeda adalah hambatan
(b) pembahasan. Penyajian temuan dan pembahasan hasil dalam menerima informasi serta
penelitian studi deskriptif implementasi kurikulum 2013 dalam persepsinya. Hasil penelitian
bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di dia atas menunjukkan bahwa anak
Sekolah Dasar inklusif Klampis Ngasem I /246 Surabaya. tunanetra cenderung memiliki daya
ingat yang tinggi namun rendah
A. HASIL PENELITIAN dalam perkembnagan konsep,
Pada bagian ini disajikan temuan
pengalaman-pengalaman dalam
penelitian yang diperoleh selama proses
kehidupannnya juga cenderung
berlangsungnya penelitian. Temuan
tidak tersusun secara teritegrasi dan
tersebut disajikan dari paparan data yang
terpisah-pisah. Jadi perkembangan
berhasil digali melalui wawancara dengan
intelektual anak tunanetra
informan, observasi terhadap peristiwa /
bergantung pada stimulasi
fenomena dan hasil kajian terhadap
lingkungan dan upaya
beberapa dokumen yang dipilih oleh
pengembangan intelektualnya.
peneliti.
4. Perkembangan bahasa anak
Sesuai dengan rumusan masalah maka
tunanetra.
temuan penelitian ini diuraikan tentang
Dari hasil penelitian
pertumbuhan dan perkembangan masa
perkembangan bahasa anak
pubertas Siswa Tunanetra SMPLB SLB
tunanetra mengalami
Negeri Cerme yang meliputi :
perkembangan yang baik yaitu
1. Pengetahuan dasar anak tunanetra
mampu membedakan perilaku
tentang masa pubertas .
terpuji dan tercela serta akibatnya
Anak tunaetra SMPLB di SLB Negrei
jika dilakukan, namun anak belum
Cerme sudah mengalami masa
mampu mengambil keputusan, dan
pubertas namun pengetahuan dasar
menyelesaikan masalah secara
mereka mengenai masa pubertas
mandiri.
masih terbatas dan kurang lengkap.
5. Perkembangan emosi anak
2. Perkembangan fisik anak tunanetra.
tunanetra. Anak tunanetra tipe pemalu dan
Secara fisik anak tunanetra mampu tertutup, dalam melampiaskan
mencapai kematangan sama dengan
emosi atau rasa tidak sukanya
anak awas tetapi dikarenakan fungsi
dengan cara membentak –
psikisnya seperti pemahaman
terhadap realitas lingkungan,
bentak orang terdekatnya
kemungkinan adanya bahaya, seperti bapak atau ibu, namun

7
Masa Pubertas

jika marah dengan orang lain sekelas dan maupun teman beda
selalu dipendam, sedangkan kelas, 1 anak tunanetra mengalami
Anak tunanetra yang memiliki kesulitan berteman dengan teman
beda kelas. Namun semua diantara
sifat mudah tersinggung dalam
mereka tidak memiliki teman
melampiaskan emosi atau rasa
curhat. Mereka lebih memilih
tidak sukanya dengan cara
untuk menyimpan masalah pribadi.
langsung marah dengan orang 7. Perkembangan moral dan agama
yang tidak disukainya siapapun anak tunanetra.
dan bertingkah laku kasar jika Anak tunanetra memiliki moral dan
marah seperti memukul meja. agama yang baik namun mereka
Berbeda dengan anak tunanetra juga pernah melanggar peraturan
yang kurang bisa disekolah.
mengendalikan emosi biasanya 8. Respon anak tunanetra terhadap
pertumbuhan dan perkembangan
kurang bisa mengungkapkan
anak tunanetra dalam masa
emosi bahagia maupun sedih
pubertas.
dengan ekspresi yang tepat hal
Anak tunanetra merasa bingung
ini disebabkan karena dia tidak dan takut ketika pertama kali
mendapat gambaran bagaimana mengalami perubahan fisik seperti
ekspresi yang tepat saat bahagia tumbuh kumis,suara
dan sedih, ada juga anak membesar,tumbuh rambut di
tunanetra yang memiliki rasa ketiak dan sekitar kemaluan. Anak
takut yang berlebihan pada menceritakan perubahan fisik
benda/orang disebabkan karena pertama kali pada ibu karena ibu
menurut anak adalah orang yang
trauma pada kejadian tertentu
paling dekat. Anak tunanetra
atau membayangkan akibat jika
cenderung menutup diri merasa
berdekatan dengan
malu untuk membahas masalah
benda/orang tersebut. Anak pubertas karena lingkungan
tunanetra kurang bisa mereka tidak pernah memberikan
mengungkapkan rasa cinta pengertian tentang masalah
kepada lawan jenis karena pubertas serta contoh penanaman
mereka belum pernah mendapat tingkah laku untuk merespon masa
gambaran cara pubertas.
mengungkapakan perasaan
B. PEMBAHASAN
pada lawan jenis namun Penelitian tentang masa pubertas anak
Pacaran juga hal yang tunanetra SMPLB yang terjadi di SLB Negeri
diidamkan oleh anak tunanetra, Cerme Gresik mendapatkan temuan bahwa
anak tunanetra sudah mengalami masa
mereka juga memiliki perasaan
pubertas. Masa Pubertas adalah suatu tahap
yang normal seperti anak dalam perkembangan hidup dimana terjadi
normal, disamping itu mereka kematangan alat-alat seksual dan tercapai
juga memiliki criteria khusus kemampuan reproduksi (Hurlock dalam jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
pada pasangan mereka nanti. Yustiana Hidayati, 2012 ).
6. Perkembangan sosial anak Pengetahuan dasar tentang pubertas
tunanetra. tersebut meliputi pengertian dan cirri-ciri
Pada aspek perkembangan social 5 Pubertas. pengetahuan dasar pada anak
anak tunanetra baik dengan teman tunanetra SMPLB SLB Negeri Cerme masih

8
Masa Pubertas

terbatas dan kurang lengkap (S.W.RD.PD.04 05 tunanetra cenderung semakin kompleks ketika
15). Hal ini menyebabkan anak tunanetra mereka beranjak remaja. Karena pada masa
kurang bisa merespon perkembangan masa remaja terjadi perubahan besar secara fisik
pubertasnya karena kurangnya pengetahuan
yang mempengaruhi emosi dan social mereka
dasar yang dimiliki dan gambaran anak
(Masna dalam ejournal Psikologi, 2013: 48-57).
melakukan respon yang tepat pada pubertas
juga masih kurang. Hal ini Sejalan dengan Banyak factor yang menimbulkan masalah bagi
pendapat bahwa anak remaja dengan anak remaja, selain adanya perubahan fisik
persiapan yang kurang membuat mereka juga sifat emosional remaja awal juga
merespon masa pubertas dengan perilaku menjadikannya menghadapi banyak masalah,
yang negative dan kurang tepat (Rierdan karena emosionalnya lebih mendominasi
dalam jurnal Psikologi Pendidikan dan
sehingga anak kurang mampu menerima
Perkembangan Yustiana Hidayati, 2012)
Terjadi beberapa kendala pada anak pendapat orang lain yang kontradiktif
tunanetra dalam merespon pertumbuhan fisik, sehingga memunculkan masalah baru yaitu
anak merasa terkejut dengan perubahan konflik social. Lebih lanjut dikemukakan oleh
fisiknya ditunjukkan dengan cara menghindar Scheinfield dalam jurnal perilaku remaja (2005)
ketika ditanya tentang masalah pribadinya dan semakin minimnya peran orang tua dan
menutup – nutupi perubahan yang ada pada orang dewasa lain dalam memecahkan
dirinya sehingga menyebabkan anak kurang
masalah anak akan mengakibatkan anak
dapat menerima peran seks yang di dukung
secara social (S.O.WI.RP.16 05 15). Hasil kurang bisa menyelesaikan maslaha yang
observasi tersebut sejalan dengan pendapat Al sedang dihadapi serta mengambil keputusan
Mighwar (2006 : 34) dalam bukunya yang secara tepat.
berjudul Psikologi remaja menuliskan bahwa Kebimbangan remaja dalam
besar tidaknya pengaruh perubahan masa menghadapi dan memecahkan atau
pubertas terhadap tingkah laku anak
menghindari suatu masalah menjadi indikasi
tergantung pada kemampuan dan kemauan
anak untuk mengungkapkan kekhawatiran kritisnya masa pubertas yang sedang dihadapi
dan kecemasannya kepada orang lain sehingga anak. Bila remaja tidak mampu menghadapi
anak akan mendapatkan pandangan yang baru dan mengatasi dan menyelesaikan
yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa masalahnya, anak tersebut akan tumbuh
sikap keterbukaan anak puber sangat penting menjadi orang dewasa yang bergantung pada
untuk mengantar anak mencapai tahap orang lain. Sebaliknya apabila remaja mampu
kematangan yang diinginkan. Menerima
menghadapi dan menyelesaikan masalahnya
kenyataan bahwa tubuhnya mengalami
perubahan termasuk salah satu tugas maka akan menjadi bekal bagi anak tersebut
perkembangan dalam masa pubertas (Thomas untuk mandiri mengatasi berbagai masalah
dalam jurnal perkembangan anak, 2010). Tidak selanjutnya hingga dewasa.
banyak anak yang dapat menerima perubahan Perilaku orangtua dalam membatasi
yang ada pada tubuhnya akibatnya mereka pergaulan anak dengan lingkungan
memeliki sikap menutup diri, gelisah dan disekitarnya menjadikan anak menjadi terlalu
menolak diri serta menjadi pemurung dan
berhati-hati, kurang percaya diri, tidak mudah
kurang percaya diri.
Anak tunanetra mengalami percaya dan selalu curiga pada orang lain serta
perkembangan inteletual yang baik yaitu mudah tersinggung menyebabkan anak
mampu membedakan perilaku terpuji dan kurang memiliki banyak teman
tercela serta akibatnya jika dilakukan, namun (S.O.WA.PE.150515). Anak tunanetra yang
anak belum mampu mengambil keputusan, tidak dikekang orangtuanya dalam bergaul
dan menyelesaikan masalah secara mandiri lebih memiliki banyak teman dari pada anak
masih memerlukan bantuan serta dapat yang dikekang orangtuanya dalam bergaul
mengemukakan ide walaupun dengan sikap (S.W.JN.PS.070515).Cara menutup diri tersebut
yang masih malu-malu (S.O.RD.PI.110515). dianggap cara yang paling aman bagi anak
Masalah-masalah yang ada pada anak tunanetra yang merupakan salah satu
mekanisme perlindungan diri anak terhadap

9
Masa Pubertas

ancaman dari luar(S.O.DN.PE.110515). yang benar adalah kesesuaian antara yang


pernyataan tersebut sependapat dengan ideal dengan praktiknya, antara apa yang
Somantri (2007) Kurangnya motivasi, seharusnya dilakukan dengan yang Nampak
ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang dalam lapangan selalu diperbandingkan.
lebih luas atau baru, perasaan-perasaan rendah Sehingga jika seorang anak sedang
diri, malu, sikap-sikap masyarakat yang berada pada masa pubertas maka peran orang
seringkali tidak menguntungkan seperti terdekat sangat membantu untuk mengontrol
penolakan, penghinaan, sikap tak acuh, perilaku anak dalam merespon masa pubertas
ketidakjelasan tuntutan sosial, serta yang sedang anak alami. Lebih lanjut
terbatasnya keterbatasan kesempatan bagi dikatakan olehKartono dalam jurnal kesehatan
anak untuk belajar tentang pola-pola tingkah kartika (2006) perasaan bingung, takut yang
laku yang diterima merupakan kecenderungan sedang dialami anak pada masa pubertas
tunanetra yang dapat mengakibatkan dapat teratasi dengan arahan atau saran
perkembangan sosialnya menjadi terhambat. dari pihak lain, misalnya dari keluarga
Berdasarkan hasil observasi pada 6 terdekat, teman atau guru.
siswa tunanetra menunjukkan bahwa anak
mengalami pertumbuhan bahasa yang baik.
Anak dapat berkomunikasi dengan sopan dan
PENUTUP
baik dengan guru, orang tua dan teman sejenis A. Simpulan
maupun lawan jenis. Bahasa yang nyaman Berdasarkan hasil data yang diperoleh
digunakan anak tergantung pada kebiasaan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cara
anak di rumah. Dunbar dalam Al Mighwar anak tunanetra SMPLB dalam merespon
(2006: 34) menyatakan bahwa “reaksi efektif pertumbuhan dan perkembangan masa
terhadap perubahan masa pubertas terutama pubertas SLB Negeri Cerme adalah berbeda-
ditentukan oleh kemampuan untuk beda tergantung pada pola asuh orangtua dan
berkomunikasi, anak puber yang sulit lingkungan. Beberapa cara yang digunakan
berkomunikasi dengan orang lain akan anak tunanetra dalam merespon masa
berperilaku negative dari pada anak yang bisa pubertasnya adalah:
berkomunikasi dengan baik”. 1. Anak tunanetra yang kurang bisa merspon
Masa perkembangan pubertas pada masa pubertasnya karena anak memiliki
anak tunanetra pada dasarnya sesuai dengan pengetahuan dasar yang kurang lengkap
tingkat kematangan moral yang didasarkan dan terbatas
keyakinan agama. Hal ini sesuai dengan hasil 2. Anak tunanetra merasa bingung dan takut
observasi pada anak yang menyatakan bahwa ketika pertama kali mengalami perubahan
perilaku anak tunanetra cenderung selalu fisik yang dialami pada masa pubertas
mentaati aturan hal ini disebabkan karena 3. perkembangan intelektual anak tunanetra
mereka dibekali ilmu agama baik dirumah bergantung pada stimulasi lingkungan
maupun disekolah. Dengan dasar agama yang dan upaya pengembangan intelektualnya
kuat dapat membantu anak untuk melindungi 4. Anak tunanetra mengalami perkembangan
diri dari pergaulan yang bahasa yang baik secara verbal namun
menyimpang(S.O.WI.PM.160515). Selaras merasa kesulitan dalam berkomunikasi
dengan pendapat Kohlberg (1995:57) konsep secara emosional
yang baik dan buruk, pantas dan tidak pantas 5. Perkembangan emosi anak tunanetra
pada anak remaja ditimbulkan oleh moral yang dipengaruhi oleh kematangan inteletual
bersumber dari agama dan lingkungan dalam mempersepsikan rangsangan emosi
sosialnya yang seiring dengan citra diri dan dari lingkungan serta proses belajar
kognitif anak. Dengan bekal struktur kognitif, mengendalikan emosi
anak tunanetra dapat menilai moral dengan
kecenderungan praktis, sehingga menganggap

10
Masa Pubertas

6. Perkembangan social anak tunanetra Orang tua sebaiknya memberikan


bergantung pada perlakuan dan kesempatan anak unuk bebas melakukan apa
penerimaan lingkungan serta kesiapan yang anak inginkan dengan disertai
mental memasuki lingkungan baru tanggung jawab. Orangtua juga berkewajiban
7. Perkembangan moral dan agama anak memberikan pemahaman masalah masa
tunanetra sejalan dengan perkembangan pubertas pada anak serta membekali anak
kemampuan intelektual serta konsep ilmu agama yang cukup sebagai pedoman
moralitas dan agama yang telah diterima anak melindungi diri dari perbuatan yang
8. Respon anak terhadap pertumbuhan dan menyimpang dalam pergaulan.
perkembangan pada masa pubertas
dipengaruhi kematangan intelektual untuk
---------------------------------------------------------------------
mempersepsikan stimulus serta
penanaman konsep moralitas dan agama
yang telah diterimasehingga akan secara DAFTAR PUSTAKA
tidak langsung akan berdampak pada
Al Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi
keterampilan bahasa, pengendalian emosi
Remaja.Bandung : Pustaka Setia
yang dimanifestasikan dalam bentuk Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian.
perilaku social anak . Adapun respon anak Jakarta: Rineka Cipta.
terhadap pertumbuhan dan Asmiani. 2013. Perkembangan Perilaku Seksual. Jurnal
perkembangan pada masa pubertas adalah Psikologi. Vol.2 No 4
sebagai berikut: Bayu. 2010. Perkembangan Bahasa Remaja. Jurnal
a. Anak tunanetra yang merespon Pendidikan. Vol.2 No 5 hal 67
Chamidah. Atin. 2009. Deteksi Gangguan
masa pubertas dengan cara
Pertumbuhan dan Perkembangan. Jurnal
menutup diri disebabkan karena Pendidikan Khusus. Vol. 5 No 2. Hal 23
selalu dikekang orangtuanya dalam Goleman. 2005. Penyesuaian Diri pada Pubertas.
pergaulan Jurnal Psikologi. Vol 2 No 3.
b. Anak tunanetra yang merespon Girsang Rona, Maria. 2014. Studi Etnografi Mengenai
masa pubertasnya dengan sikap Masa Pubertas ATN di Sekolah Karya Murni
Medan Johor.Skripsi tidak diterbitkan.
yang mudah tersinggung
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena orang tua selalu
Gullotta. 2013. Moral dan Agama Remaja. Jurnal
memanjakan anak Pendidikan Vo. 1 No. 5. Hal 87
c. Anak tunanetra yang merespon Haris. Ahmad . 1970 . Pengetahuan Agama Remaja.
masa pubertasnya dengan sikap Bandung : Pustaka Setia
yang kurang tepat disebabkan Harnawati. 2008.Respon Remaja pada Masa. Jurnal
karena anak tidak pernah Psikologi Remaja. Vol. 4 No. 2 hal 117
Hidayati. Yustiana. 2012.Psikologi Pendidikan dan
mendapatkan gambaran respon
Perkembangan. Jurnal Pendidikan. Vol 2 No
sikap yang tepat dari orangtua 2. Hal 98
maupun guru Hurlock.1980. Psikologi Perkembangan. Suatu
B. Saran Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
1. Bagi guru Jakarta : Erlangga
Guru diharapkan agar ikut serta Jafar, Nurhaedan. 2014. Pertumbuhan Remaja. Skripsi
tidak diterbitkan . Universitas Hasanudin
berperan untuk memberikan pengertian
Kohlberg .1995. Kematangan Moral. Bandung :
kepada siswa mengenai masalah pubertas Pustaka Setia
dengan cara memberikan pemahaman dasar Kartika. 2006. Solusi Perkembangan Remaja. Jurnal
tentang masalah pubertas serta arahan dan Perkembangan Kartika. Vol. 5 No. 2. Hal 23
contoh penanaman perilaku yang sesuai Lestari, Sri. 2005. Perkembangan Tunanetra. Jurnal
dengan peran anak dalam Pendidikan Khusus. Vol 1 No.1 hal 90
Mardiyah.Siti 2011. Pengetahuan Perubahan Fisik.
perkembangannya.
Jurnal Kesehatan Vol.2 No 4 : Hal 19-22,
2. Bagi orangtua

11
Masa Pubertas

Maryam. 2012. Peningkatan Moral Anak. Jurnal


Perkembangan. Vol. 1 No 1: Hal 12-16 Sufyanti. Yuni. 2009. Pertumbuhan dan Perkembangan
Masna. 2013. Psikologi Remaja. Jurnal Psikologi. Vol Moral Anak. Jurnal Perkembangan. Vol 3 No
3 No 2 hal 38-66 6. Hal 8
Miles, Matthew. B dan A. Michael Huberman.
Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. 1992. Sugiyono. 2006. Metode penelitian kuantitatif kualitatif
Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas . Bandung: Alfabeta
Indonesia Press Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif kualitatif
Moleong, Lexy J. 2011.Metode Penelitian Kualitatif. dan R & D. Bandung: Alfabeta
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sukadji, Soetarlinah. 2010. Ceramah Psikologi Remaja.
Monks, Knoers. 1985. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Pusat Pendidikan dan Latihan
Yogyakarta: Gajah Mada University Pers Pegawai
Mubarok. 2011. Perkembangan Perilaku Thomas.2010. Perkembangan Anak. Vol 3 No 6.
Manusia.(online). Jurnal Perkembangan. Vol (http://journal.uny.ac.id
4 No.2 hal 92-101 index.php/jpk/article) . diakses 8 Januari
Mulyani.2007. Psikologi Remaj. Jurnal Psikologi. Vol 2010
3 No 2 hal. 122-125
Mustaqim, 1988. Psikologi Pendidikan. Semarang: Yusuf ,Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan Remaja. Bandung: PT. Remaja
Natako. 2013.Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja. Rosdakarya
Jurnal Perkembangan .Vol.2 No 5 hala 34-36 Zaid. .2010. Pertumbuhan dan Perkembangan. Jurnal
Perkembangan Kartika. Vol 2 No 2 hal 123
Nayiroh. Durotun. 2012. Pelaksanaan Pembelajaran Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung:
Agama bagi Tunanetra di SMPLB PT. Remaja Rosdakarya
Wantuwirawan Yayasan Siwi Peni Salatiga.
Skripsi tidak diterbitkan. STAIN
Notoatmodjo.2003. Teori stimulus Respon. Jurnal
Pendidikan. Vo. 3 No. 5 hal. 12-16
Nugraha, Fajar. 2010. Laporan Hasil Wawancara dan
observasi. (online), http://de-
kill.blogspot.com/2008/03/plaporan Hasil
wawancara.html. Diakses pada 2
September 2014
Papalia dan Old,. 2008. Human Development
(Psikologi Perkembangan) Bagian V s/d IX.
Jakarta : Penerbit Kencana.
Purwadarminto.2000. Pengembangan Peserta Didik.
Bandung: PT Refika Aditama
Saifudin. 2005. Bentuk Primer Simbolisasi
pengetahuan.Jurnal Perkembangan Remaja.
Vol 2 No 3 Hal 77
Sarwono ,Sarlito Wirawan . 2007. Psikologi Remaja.
Jakarta: PT. Raja grafindo Persada
Siregar . 2009. Pubertas Anak Tunanetra. Jurnal
PsikologiVol.2 No.1 hal 66
Soemanto. 1998. Pertumbuhan Remaja. Yogyakarta:
Gajah Mada University Pers
Somantri. 2007. Perkembangan Social Anak.. . Jakarta :
Erlangga
Soetjiningsih .2004. Masa Pubertas pada Remaja.
Jurnal Psikologi. Vol. 5 No 1 hal 14
Soeroso.Santoso. 2001. Perilaku Beresiko. Jurnal
Pediatri. Vol 1 No hal 201
Somantri.Sutjihati. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

12

Вам также может понравиться