Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
PUGUH SETIYOKO
NIM: 11010044234
2015
1
Masa Pubertas
ABSTRACT
Blind students are difficult to recognize the signs of puberty since they are unable to see them in the society.
To respond to this problem, this study is aimed at describing blind students’ responsesto their puberty’s
growth and development, specifically their; 1) basic knowledge of puberty, 2) physical growth, 3) intellectual
development, 4) language development, 5) emotional development, 6) social development, 7) moral and
religious development, and 8) responsesto their puberty’s growth and development.
This study applied descriptive qualitative analysis design. The data were collected by using
observation, interview, and documentation and analyzed by data reduction, display, and verification.
The results of blind students’ puberty development at Special State Secondary School in Cerme,
Gresik shows that; 1) their basic knowledge of puberty is still low, 2) there are some obstacles for blind
students in responding to their physical growth such as being shocked for their physical changes that make
them unable to accept their sex role in the society, 3) they have a good intellectual development but are
unable to make decision and need assistance in solving the problem, 4) they have a good language
development, 5) parents’ behavior of constraining their children makes them too careful, lacking self-
confidence, difficult to believe in someone else and have negative thinking about other people, and get easily
alluded all which consequently make them unable to have many friends, 6) their less opportunity to
recognize the behavioral pattern makes their social development of blind students grow much late, 7) blind
students’ puberty is equalized with their level of moral maturity, that is their religious belief.
Therefore, it is concluded that blind students at Special State Secondary School in Cerme, Gresik
can respond their puberty growth and development.
2
Masa Pubertas
hal berkomunikasi secara emosional melalui orang lain, mereka hanya memperoleh
ekspresi/reaksi wajah atau tubuh laimnya penanaman tingkah laku melalui pendengaran
untuk menyampaikan perasaan yang dan perabaan”. Pernyataan tersebut
dirasakan pada orang lain. Pernyataan- menggambarkan bahwa anak tunanetra
pernyataan emosinya cenderung dilakukan memiliki ukuran-ukuran terbatas.dalam
dengan kata-kata atau bersifat verbal. menentukan baik-buruk, benar salah dari suatu
Perkembangan social anak tunanetra tingkah laku.
tidak seperti anak normal, dimana mereka Hurlock (1980:13)menyatakan bahwa
dapat berinteraksi dengan baik dengan lawan “Perkembangan intelektual adalah
jenisnya. Anak tunanetra relatif lebih banyak perkembangan yang meliputi kemampuan
menghadapi masalah dalam perkembangan mengamati, melihat hubungan dan
sosial. Hambatan-hambatan tersebut terutama memecahkan masalah sederhana, kemudian
muncul sebagai akibat langsung maupun tidak berkembang ke arah pemahaman da
langsung dari ketunanetraanya. Kurangnya memecahkan masalah yang lebih rumit’.
motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan Akibat dari ketunanertaan, maka pengenalan
social yang lebih luas atau baru, perasaan- atau pengertian anak tunanetra terhadap dunia
perasaan rendah diri, malu, sikap-sikap luar tidak dapat diperoleh secara lengkap dan
masyarakat yang sering kali tidak utuh. Akibatnya perkembangan intelektual
menguntungkan seperti penolakan, anak tunanerta cenderung terhambat
penghinaan, dan tak acuh, ketidakjelasan dibandingkan dengan anak-anak normal pada
tuntunan sosial, serta terbatasnya kesempatan umumnya. Hal ini disebabkan perkembangan
bagi anak untuk belajar tentang pola pola intelektual tidak saja erat kaitannya dengan
tingkah laku yang diterima, merupakan kecerdasan (IQ), tetapi juga dengan
kecenderungan tunanetra yang dapat kemampuan indra penglihatannya.
mengakibatkan perkembangan sosialnya Perkembangan keagamaan pada masa
menjadi terhambat. Kesulitan lain dalam pubertas bertitik tolak dari rasa berdosa
melaksanakan tugas perkembangan sosial ini dan usaha untuk mencari proteksi. Sikap dan
ialah keterbatasn anak tunanetra untuk dapat minat pubertas terhadap masalah
belajar sosial melalui proses identifikasi dan keagamaan boleh dikatakan sangat kecil. Hal
imitasi. Ia juag memiliki keterbatasan untuk ini tergantung dari kebiasaan masa kecil
mengikuti bentuk-bentuk permainan sebagai serta lingkungan agama yang mempengaruhi
wahana penyerapan norma-norma atau aturan- lingkungan mereka, tidak terkecuali pada
aturan dalam bersosialisasi (Sutjihati Somantri, anak tunanetra juga mengalami hal yang sama
1996: 66) dalam perkembangan keagamaan. Ahmad
Dalam kehidupan social di masyarakat, Haris (1970:13) berpendapat bahwa “Agama
anak akan berhadapan dengan ukuran- ukuran dapat mengontrol pola tingkah laku, pergaulan
yang menentukan baik-buruk, benar salah dari yang baik atau buruk pada seseorang”. Maka
suatu tingkah laku.Ukuran-ukuran tersebut masalah agama juga sama pentingnya bagi diri
berupa tata cara, kebiasaan, adat istiadat yang anak tunanetra. Namun pengetahuan agama
telah diterima suatu masyarakat. Aturan- seseorang tergantung dari kebiasaan masa
aturan inilah yang biasanya dikaitkan dengan kecil serta lingkungan agama yang
istilah moral. Maryam dalam Jurnal mempengaruhi lingkungan mereka serta pola
Pendidikan dan penelitian anak tentang didik orang tua pada anak.
Peningkatan Moral Anak (2012: 12-16) Siregar (2009)melakukan penelitian
menganilis bahwa “Perkembangan moral tentang pubertas anak tunanetra sebagai
dapat berlangsung melalui : 1) Pendidikan berikut :
langsung, melalui penanaman pengertian “Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkah laku, 2) Identifikasi, meniru pada masa pubertas orang tua anak
penampilan atau tingkah laku moral tunanetra sering kali dibayangi
idolanya.3) Proses trial and error”. Atin kecemasan bahkan ketakutan yang
Chamidah dalam Jurnal Pendidikan Khusus berlebihan akan terjadinya pelecehan
deteksi gangguan pertumbuhan dan seksual, perilaku anak yang tidak pantas
perkembangan (2009:23) menyatkan dan memalukan di tempat umum.
bahwa“Anak tunanetra mengalami Perlakuan orangtua tersebut akan
keterbatasan dalam proses mengidentifikasi, menyebabkan sikap protektif yang
meniru penampilan atau tingkah laku moral berlebihan pada anak tunanetra yang
3
Masa Pubertas
secara tidak langsung dapat menghambat tahun 2014 tentang masa pubertas anak
perkembangan sosialisasi anak dengan tunanetra memperoleh hasil penelitian bahwa
dunia luar”. pubertas yang dialami anak tunanetra
Selain orang tua, peran guru di sekolah membuat para guru dan orang tua harus
juga penting dalam membentuk konsep diri memberi pemahaman terhadap anak
anak tunanetra, tentang diri dan tunanetra bahwa seorang anak kecil akan
lingkungannya dalam menghadapi masa tumbuh menjadi remaja dan mengalami
pubertas. Pengaruh lingkungan terhadap perubahan perubahan yang terjadi dalam diri
kepribadian individu menunjukan bahwa, di mereka, informasi mengenai pubertas yang
samping bisa memuaskan atau menyenangkan diperoleh anak lebih banyak dari guru karena
individu, lingkungan juga memfrustasikan, tidak semua tinggal bersama dengan orang tua,
tidak menyenangkan, dan bahkan mengancam adanya kendala yang dihadapi oleh orang tua
dan membahayakan individu. Kecemasan dan guru dalam menjelaskan pubertas pada
memiliki arti penting bagi individu, kecemasan anak.
berfungsi sebagai peringatan bagi individu Dengan demikian anak tunanetra dalam
agar mengetahui adanya bahaya yang sedang masa pubertas mengalami beberapa
mengancam, sehingga individu tersebut bisa perkembangan,yaitu perkembangan fisik,
mempersiapkan langkah-langkah untuk intelektual, bahasa, emosi, social, moral dan
mengatasi bahaya.Dalam hal ini seorang anak agama. Santoso Soeroso (2001)menyatakan
juga harus dapat memberikan simbol-simbol bahwa “Pertumbuhan dan perkembangan
untuk mengatasi bahaya tersebut. pada masa pubertas tidak selalu mengarah ke
Masa pubertas bisa menjadi pengalaman hal yang positif tergantung cara anak
positif atau negatif bagi anak, tergantung dari merespon masa pubertas yang sedang dialami,
persiapan yang diterima. Hal ini dibuktikan tetapi jika pubertas tidak dapat menerima
dengan penelitian di US dan Italia, bahwa anak perubahan yang dialami maka mereka akan
remaja dengan persiapan yang matang untuk menemukan kesulitan dan justru akan
masa pubertas berkolerasi dengan pengalaman membawanya ke hal yang bersifat negative.
positif, sedangkan anak remaja dengan Hal ini sejalan dengan pendapat Caspi &
persiapan yang kurang membuat mereka Moffitt dalam jurnal Psikologi Pendidikan dan
merespon masa pubertas dengan perilaku yang PerkembanganYustiana Hidayati (2012) yang
negative dan kurang tepat (Rierdan dalam menyatakan bahwaSalah satu faktor resiko
jurnal Psikologi Pendidikan dan yang meningkatkan kesalahan dalam
Perkembangan Yustiana Hidayati, 2012) merespon masa pubertas karena mereka
Kenyataan di lapangan yang di dapat menerima sedikit persiapan untuk
pada Observasi di lapangan menunjukkan menangani perubahan yang terjadi fisik,
bahwa siswa tunanetra SMPLB di SLB Negrei emosi, social, intelktual moral dan agama.
Cerme Gresik terdiri dari 2 siswa perempuan .
berusia 11 tahun, 1 siswa perempuan berusia TUJUAN
13 tahun, 1 siswa perempuan berusia 14 tahun, Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan
1 siswa laki –laki berusia 14 tahun dan 1 siswa dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
perempuan berusia 15 tahun. Keenam siswa 1. Tujuan Umum
tersebut sudah mengalami pertumbuhan dan ”Secara umum tujuan penelitian ini
perkembangan pada masa pubertas.
mendiskripsikan masa pubertas peserta
Anak dalam masa pubertas diharapkan
didik berkebutuhan khusus tunanetra
berbuat /merespon sesuai dengan standar
yang pantas untuk usia mereka. Hal ini akan SMPLB SLB Negeri Cerme”.
mudah jika pola perilaku mereka terletak pada 2. Tujuan Khusus
tingkat perkembangan yang sesuai. Namun a. Mendeskripsikan pengetahuan dasar
apabila kemantangannya belum siap untuk tentang masa pubertas anak tunanetra
memenuhi harapan social menurut usianya SMPLB SLB Negeri Cerme.
cenderung akan mengalami masalah. Rierdan
b. Mendeskripsikan perkembangan fisik,
dalam dalam jurnal Psikologi Pendidikan dan
PerkembanganYustiana Hidayati, 2012) intelektual, bahasa, emosi, social, moral
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh dan agama,dan respon anak terhadap
Rona Maria Girsang Universitas Sumatera pertumbuhan dan perkembangan
Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4
Masa Pubertas
5
Masa Pubertas
6
Masa Pubertas
7
Masa Pubertas
jika marah dengan orang lain sekelas dan maupun teman beda
selalu dipendam, sedangkan kelas, 1 anak tunanetra mengalami
Anak tunanetra yang memiliki kesulitan berteman dengan teman
beda kelas. Namun semua diantara
sifat mudah tersinggung dalam
mereka tidak memiliki teman
melampiaskan emosi atau rasa
curhat. Mereka lebih memilih
tidak sukanya dengan cara
untuk menyimpan masalah pribadi.
langsung marah dengan orang 7. Perkembangan moral dan agama
yang tidak disukainya siapapun anak tunanetra.
dan bertingkah laku kasar jika Anak tunanetra memiliki moral dan
marah seperti memukul meja. agama yang baik namun mereka
Berbeda dengan anak tunanetra juga pernah melanggar peraturan
yang kurang bisa disekolah.
mengendalikan emosi biasanya 8. Respon anak tunanetra terhadap
pertumbuhan dan perkembangan
kurang bisa mengungkapkan
anak tunanetra dalam masa
emosi bahagia maupun sedih
pubertas.
dengan ekspresi yang tepat hal
Anak tunanetra merasa bingung
ini disebabkan karena dia tidak dan takut ketika pertama kali
mendapat gambaran bagaimana mengalami perubahan fisik seperti
ekspresi yang tepat saat bahagia tumbuh kumis,suara
dan sedih, ada juga anak membesar,tumbuh rambut di
tunanetra yang memiliki rasa ketiak dan sekitar kemaluan. Anak
takut yang berlebihan pada menceritakan perubahan fisik
benda/orang disebabkan karena pertama kali pada ibu karena ibu
menurut anak adalah orang yang
trauma pada kejadian tertentu
paling dekat. Anak tunanetra
atau membayangkan akibat jika
cenderung menutup diri merasa
berdekatan dengan
malu untuk membahas masalah
benda/orang tersebut. Anak pubertas karena lingkungan
tunanetra kurang bisa mereka tidak pernah memberikan
mengungkapkan rasa cinta pengertian tentang masalah
kepada lawan jenis karena pubertas serta contoh penanaman
mereka belum pernah mendapat tingkah laku untuk merespon masa
gambaran cara pubertas.
mengungkapakan perasaan
B. PEMBAHASAN
pada lawan jenis namun Penelitian tentang masa pubertas anak
Pacaran juga hal yang tunanetra SMPLB yang terjadi di SLB Negeri
diidamkan oleh anak tunanetra, Cerme Gresik mendapatkan temuan bahwa
anak tunanetra sudah mengalami masa
mereka juga memiliki perasaan
pubertas. Masa Pubertas adalah suatu tahap
yang normal seperti anak dalam perkembangan hidup dimana terjadi
normal, disamping itu mereka kematangan alat-alat seksual dan tercapai
juga memiliki criteria khusus kemampuan reproduksi (Hurlock dalam jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
pada pasangan mereka nanti. Yustiana Hidayati, 2012 ).
6. Perkembangan sosial anak Pengetahuan dasar tentang pubertas
tunanetra. tersebut meliputi pengertian dan cirri-ciri
Pada aspek perkembangan social 5 Pubertas. pengetahuan dasar pada anak
anak tunanetra baik dengan teman tunanetra SMPLB SLB Negeri Cerme masih
8
Masa Pubertas
terbatas dan kurang lengkap (S.W.RD.PD.04 05 tunanetra cenderung semakin kompleks ketika
15). Hal ini menyebabkan anak tunanetra mereka beranjak remaja. Karena pada masa
kurang bisa merespon perkembangan masa remaja terjadi perubahan besar secara fisik
pubertasnya karena kurangnya pengetahuan
yang mempengaruhi emosi dan social mereka
dasar yang dimiliki dan gambaran anak
(Masna dalam ejournal Psikologi, 2013: 48-57).
melakukan respon yang tepat pada pubertas
juga masih kurang. Hal ini Sejalan dengan Banyak factor yang menimbulkan masalah bagi
pendapat bahwa anak remaja dengan anak remaja, selain adanya perubahan fisik
persiapan yang kurang membuat mereka juga sifat emosional remaja awal juga
merespon masa pubertas dengan perilaku menjadikannya menghadapi banyak masalah,
yang negative dan kurang tepat (Rierdan karena emosionalnya lebih mendominasi
dalam jurnal Psikologi Pendidikan dan
sehingga anak kurang mampu menerima
Perkembangan Yustiana Hidayati, 2012)
Terjadi beberapa kendala pada anak pendapat orang lain yang kontradiktif
tunanetra dalam merespon pertumbuhan fisik, sehingga memunculkan masalah baru yaitu
anak merasa terkejut dengan perubahan konflik social. Lebih lanjut dikemukakan oleh
fisiknya ditunjukkan dengan cara menghindar Scheinfield dalam jurnal perilaku remaja (2005)
ketika ditanya tentang masalah pribadinya dan semakin minimnya peran orang tua dan
menutup – nutupi perubahan yang ada pada orang dewasa lain dalam memecahkan
dirinya sehingga menyebabkan anak kurang
masalah anak akan mengakibatkan anak
dapat menerima peran seks yang di dukung
secara social (S.O.WI.RP.16 05 15). Hasil kurang bisa menyelesaikan maslaha yang
observasi tersebut sejalan dengan pendapat Al sedang dihadapi serta mengambil keputusan
Mighwar (2006 : 34) dalam bukunya yang secara tepat.
berjudul Psikologi remaja menuliskan bahwa Kebimbangan remaja dalam
besar tidaknya pengaruh perubahan masa menghadapi dan memecahkan atau
pubertas terhadap tingkah laku anak
menghindari suatu masalah menjadi indikasi
tergantung pada kemampuan dan kemauan
anak untuk mengungkapkan kekhawatiran kritisnya masa pubertas yang sedang dihadapi
dan kecemasannya kepada orang lain sehingga anak. Bila remaja tidak mampu menghadapi
anak akan mendapatkan pandangan yang baru dan mengatasi dan menyelesaikan
yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa masalahnya, anak tersebut akan tumbuh
sikap keterbukaan anak puber sangat penting menjadi orang dewasa yang bergantung pada
untuk mengantar anak mencapai tahap orang lain. Sebaliknya apabila remaja mampu
kematangan yang diinginkan. Menerima
menghadapi dan menyelesaikan masalahnya
kenyataan bahwa tubuhnya mengalami
perubahan termasuk salah satu tugas maka akan menjadi bekal bagi anak tersebut
perkembangan dalam masa pubertas (Thomas untuk mandiri mengatasi berbagai masalah
dalam jurnal perkembangan anak, 2010). Tidak selanjutnya hingga dewasa.
banyak anak yang dapat menerima perubahan Perilaku orangtua dalam membatasi
yang ada pada tubuhnya akibatnya mereka pergaulan anak dengan lingkungan
memeliki sikap menutup diri, gelisah dan disekitarnya menjadikan anak menjadi terlalu
menolak diri serta menjadi pemurung dan
berhati-hati, kurang percaya diri, tidak mudah
kurang percaya diri.
Anak tunanetra mengalami percaya dan selalu curiga pada orang lain serta
perkembangan inteletual yang baik yaitu mudah tersinggung menyebabkan anak
mampu membedakan perilaku terpuji dan kurang memiliki banyak teman
tercela serta akibatnya jika dilakukan, namun (S.O.WA.PE.150515). Anak tunanetra yang
anak belum mampu mengambil keputusan, tidak dikekang orangtuanya dalam bergaul
dan menyelesaikan masalah secara mandiri lebih memiliki banyak teman dari pada anak
masih memerlukan bantuan serta dapat yang dikekang orangtuanya dalam bergaul
mengemukakan ide walaupun dengan sikap (S.W.JN.PS.070515).Cara menutup diri tersebut
yang masih malu-malu (S.O.RD.PI.110515). dianggap cara yang paling aman bagi anak
Masalah-masalah yang ada pada anak tunanetra yang merupakan salah satu
mekanisme perlindungan diri anak terhadap
9
Masa Pubertas
10
Masa Pubertas
11
Masa Pubertas
12