Вы находитесь на странице: 1из 9

RESPONS ASAL BAHAN STEK SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.

)
TERHADAP KONSENTRASI ROOTONE F
(Response of the Cuttings Material Origin of Red Betel (Piper crocatum Ruiz and
Pav.) to Rootone F Concentration)

Rismawati dan Syakhril


Dosen Prodi Agroteknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman.

ABSTRACT
The objectives of the experiment was determine the suitable concentration of
Rootone F and response of cuttings material origin of Red Betel, as well as the
interaction between them. The experiment was carried out for three months from April
to July 2012. It was conducted at the Faculty of Agriculture, University of Mulawarman
Samarinda. The method used a factorial Randomized Complete Block Design (RCBD)
with five replications. The first factor was the concentration of Rootone F, consists of
four levels, namely: k0 (0 mg L-1 water), k1 (0.50 mg L-1 water), k2 (1.00 mg L-1 water), k3
(1.50 mg L-1 water). The second factor was the origin of cutting material of Red Betel,
consists of two levels, namely: s1 (the base of the runner) and s2 (the center of the
runner). The data was analysed using analysis of variance, and comparison the average
of each treatment will be compared used the Least Significant Difference Test (LSD Test).
Resulst of the experiment showed that: (1) there were interaction at k1 level and s1 level
for parameter of shoot length at 30 days after planting (DAP), 60 DAP, 90 DAP, leaf
number at 60 DAP, 90 DAP, root length in the first node after receiving treatment, the
number of root in the first node after receiving treatment, and the number of root in the
second node after planting; (2) the Rootone F concentration treatment influenced
significantly on all parameters except the parameter of emerging shoots, leaves number
at 30 DAP, 90 DAP, and root length at the second node after receiving treatment; (3)
The origin cutting of Red Betel influenced significantly on the number of roots at the
second node after receiving treatment. The S1 (the base of the runner) treatment gave
the best result for parameters: emerging shoots, shoot length at 30 DAP, 60 DAP, 90
DAP, number of leaves at 30 DAP, 60 DAP, 90 DAP, root length at the first node after
receiving treatment, root length at the second node before getting treatment, roots
length at the second node after receiving treatment, number of roots at the second
node before getting treatment, number of roots at the first node after receiving
treatment, number of roots at second node before getting treatment, and number of
roots at the second node after planting.
Keywords : Piper crocatum Ruiz and Pav and Rootone F

PENDAHULUAN khasiat dari tanaman sirih merah


Tanaman obat merupakan yang disebabkan sejumlah senyawa
salah satu komoditas pertanian yang aktif yang dikandungnya, seperti
mempunyai prospek cerah untuk flavonoid, alkoloid, polevenolad,
dikembangkan. Salah satu dari tanin, dan minyak asiri
tanaman obat tersebut adalah (Kartasapoeta, 1988).
tanaman sirih merah. B anyak

148
Tanaman sirih merah terletak di Kampus Fakultas
diperbanyak dengan cara stek. Pertanian Universitas Mulawarman.
Menurut Kantarli (1993) dalam Danu Bahan yang digunakan
dan Nurhasybi (2003), faktor yang meliputi sulur sirih merah yang telah
mempengaruhi keberhasil-an stek berumur > 1 tahun dan atau telah
berakar dan tumbuh baik adalah memiliki ± 18 buku, media tanam
sumber atau asal bahan stek dan (tanah + kompos + pasir), Rootone F,
perlakuan terhadap bahan stek. Furadan 3G, dan air. Alat yang
Sumber bahan stek yang berasal dari digunakan adalah rangka kayu,
bagian batang yang berbeda paranet, polybag berdiameter 25cm,
memiliki kualitas yang berbeda turus, kertas label, gembor,
karena mengalami masa timbangan, alat tulis menulis, alat
perkembangan yang berbeda. ukur, dan kamera.
Salah satu perlakuan stek Penelitian menggunakan
adalah dengan memberikan zat Rancangan Acak Kelompok (RAK)
perangsang tumbuh (ZPT) atau dengan Analisis Faktorial 4x2 yang
hormon tumbuh. Menurut diulang sebanyak 5 kali. Faktor
Saptarini, dkk (2002), ZPT tidak pertama adalah konsentrasi
menambah unsur hara, tugasnya Rootone F (K), terdiri atas 4 taraf,
dalam jaringan tanaman adalah yaitu k0 (tanpa pemberian Rotoone
mengatur proses fisiologis seperti F), k1 (0,50 mg L-1 air), k2 (1,00 mg L-1
pembelahan dan pemanjangan sel, air), dan k3 (1,50 mg L-1 air). Faktor
juga mengatur pertumbuhan akar, kedua adalah asal bahan stek (S)
batang, daun, bunga, dan buah. terdiri atas 2 taraf yaitu s1 (pangkal
Pembentukan akar yang dihasilkan sulur dengan 6 buku) dan s2 (tengah
biasanya lebih baik dan lebih banyak sulur dengan 6 buku).
daripada tanpa ZPT. Untuk Stek sulur merah ditanam di
mempercepat pertumbuhan akar, dalam polybag diameter 25 cm.
telah dikembangkan suatu ZPT salah Polybag diisi tanah, pasir, dan
satu diantaranya adalah Rootone F. kompos dengan perbandingan 2:1:1.
Tujuan penelitian untuk Bahan stek yang digunakan diambil
mengetahui pengaruh konsentrasi dari tanaman yang sudah berumur 1
Rootone F, asal bahan stek, dan tahun lebih dengan memiliki ± 18
interaksi Rootone F dan asal bahan buku. Bagian sulur yang digunakan
stek terhadap pertumbuhan stek adalah bagian pangkal dan bagian
sulur sirih merah. tengah sulur yang masing-masing
memiliki 6 buku. Untuk membantu
BAHAN DAN METODE proses fotosintesis daun ditinggal-
Penelitian dilaksanakan dari kan sebanyak dua helai. Pangkal
bulan April sampai Juli 2012, sejak stek dipotong membentuk sudut 450
persiapan lahan sampai pengambil- agar permukaan tempat tumbuhnya
an data terakhir. Lokasi penelitian akar lebih luas. Perlakuan Rootone F
diberikan dengan cara merendam

149
pangkal stek sulur (s1 atau s2) kurang HST, jumlah akar berumur 0 dan 90
lebih 2,5-3,0 cm ke dalam larutan HST, panjang akar 0 dan 90 HST.
Rootone F. Lama perendaman 30 Analisis data menggunakan
menit. Pemberian Rootone F pada sidik ragam, apabila terdapat
masing-masing stek disesuaikan perbedaan nyata pada perlakuan
dengan perlakuan konsentrasi yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
telah ditentukan. Setelah direndam, Terkecil (BNT) pada taraf 5% untuk
stek ditiriskan selama 2 menit dan membandingkan rerata perlakuan.
segera ditanam ke dalam polybag.
Stek ditanam dengan cara HASIL DAN PEMBAHASAN
membenamkan stek 2 buku dalam
A. Saat Muncul Tunas (HST)
media tanam, sedangkan 4 buku di
atas permukaan. Stek dililitkan pada Hasil sidik ragam menunjukkan
turus yang telah ditancapkan pada bahwa perlakuan konsentrasi
polybag. Polybag yang telah ditanam Rootone F (K), asal bahan stek (S),
stek sirih merah ditempatkan pada dan interaksi K x S berbeda tidak
rak yang diberi atap berupa paranet. nyata terhadap rata-rata saat
Data yang dikumpulkan muncul tunas. Hasil pengamatan
meliputi: saat muncul tunas, panjang saat muncul tunas dapat dilihat pada
tunas umur 30, 60, dan 90 HST, Tabel 1.
jumlah daun umur 30, 60, dan 90

Tabel 1. Pengaruh konsentrasi Rootone F dan asal bahan stek terhadap rata-rata
saat muncul tunas (HST)
Asal Rootone F (mg L-1 air)
Bahan Stek k0 k1 k2 k3 Rata-rata
s1 9,60 11,00 12,40 9,40 10,60
s2 11,40 11,80 12,60 15,00 12,70
Rata-rata 10,50 11,40 12,50 12,20

Walaupun Rootone F tidak merupakan unsur hara. Dalam


berpengaruh nyata terhadap saat jumlah tertentu dapat menstimulir
muncul tunas, namun terdapat atau menghambat proses fisiologis
kecenderungan saat muncul tunas tanaman. Sementara itu pengaruh
lebih lama dengan meningkatnya asal bahan stek yang tidak nyata
konsentrasi Rootone F yang terhadap saat munculnya tunas
diberikan. Kemungkinan kandungan dapat disebabkan C/N ratio dari
Rootone F melakukan aksi kerja kedua asal bahan stek tersebut
menyerupai hormon tumbuh. kurang lebih sama. Hal ini mengacu
Menurut Abidin (1987), zat pengatur pada pendapat Hartmann dan
tumbuh bagi tanaman adalah Kester (1983) bahwa stek yang
senyawa organik tetapi bukan diambil dari bagian tanaman dengan

150
rasio karbohidrat dan nitrogen yang penyerap hara dan titik tumbuhnya
tinggi akan merangsang pembentuk- akan segera dapat menghasilkan zat
an akar yang lebih cepat dan banyak, pengatur tumbuh yang diperlukan
sedangkan bagian tanaman dengan untuk induksi tunas.
rasio karbohidrat dan nitrogen yang
rendah hanya akan mempercepat B. Panjang Tunas
pertumbuhan tunas saja. Keberada- Hasil sidik ragam menunjukkan
an akar menyebabkan penyerapan
bahwa pengaruh perlakuan konsen-
hara dapat berlangsung dengan trasi Rootone F (K) berbeda nyata,
optimal sehingga pembentukan sedangkan pengaruh perlakuan asal
tunas dapat lebih maksimal.
bahan stek (S) tidak berbeda nyata
Mariska, dkk (1987) menyatakan terhadap panjang tunas pada setiap
bahwa pada umumnya pembentuk- waktu pengamatan. Terdapat
an dan pertumbuhan tunas akan
interaksi KxS pada umur pengamat-
terjadi setelah akar terbentuk an 30 HST. Hasil pengamatan
dengan baik. Setelah primordial panjang tunas dapat dilihat pada
akar terbentuk maka akar tersebut
Tabel 2.
dapat segera berfungsi sebagai

Tabel 2. Pengaruh konsentrasi Rootone F dan asal bahan stek terhadap rata-rata
panjang tunas (cm)
Waktu pengamatan
Perlakuan
30 HST 60 HST 90 HST
Rootone F (K):
0 mg L-1 air (k0) 0,40a 4,63a 9,12a
0,50 mg L-1 air(k1) 2,70c 11,48b 23,28b
1,00 mg L-1 air (k2) 1,25b 5,12a 18,70b
1,50 mg mg L-1 air(k3) 0,43a 6,29a 15,45ab
Asal Bahan Stek (S):
Pangkal Sulur (s1) 1,24 8,13 19,15
Tengah Sulur (s2) 0,94 5,63 14,13
Interaksi K x S:
k 0 x s1 0,30a 5,76 15,68
k 0 x s2 0,50a 3,50 2,56
k 1 x s1 3,20b 14,34 28,64
k 1 x s2 1,52a 8,62 17,92
k 2 x s1 1,10a 5,96 17,94
k 2 x s2 1,40a 4,28 19,96
k 3 x s1 0,52a 6,46 14,34
k 3 x s2 0,34a 6,12 16,56
Keterangan: Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

151
Berdasarkan uji BNT 5% bahwa konsentrasi Rootone F pada
perlakuan konsentrasi Rootone F perlakuan k1 merupakan konsentrasi
menunjukkan perlakuan k1 berbeda terbaik. Lebih jauh dari itu bahwa
nyata dengan k0, k2, dan k3 pada perlakuan k1 dapat berinteraksi s1
umur 30 HST dan 60 HST, kecuali 90 yaitu stek yang berasal dari pangkal
HST. Perlakuan k1, k2, dan k3 sulur pada umur 30 HST.
mendorong pembentukan tunas Kelihatannya keadaan fisiologi perla-
lebih panjang dari perlakuan k0. Hal kuan s1 pada umur 30 HST memer-
ini dapat disebabkan kandungan zat lukan Rootone F dengan konsentrasi
perangsang tumbuh yang terdapat 0,50 mg L-1 air untuk menghasilkan
di dalam Rootone F yang menyebab- panjang tunas terpanjang.
kan aktivitas pembelahan dan
perpanjangan sel stek lebih tinggi C. Jumlah Daun
dibandingkan kontrol. Bandurski dan
Hasil sidik ragam menunjukkan
Nonhebeel (1984) yang dikutip oleh bahwa perlakuan konsentrasi
Manurung (1987), menyatakan Rootone F (K) pada parameter
bahwa respon fisiologis tanaman
jumlah daun tidak berbeda nyata
terhadap pemberian auksin secara pada semua waktu perlakuan,
eksogen adalah merangsang kecuali pada umur 60 HST.
pembelahan dan perpanjangan sel
Demikian pula perlakuan asal bahan
dan pertumbuhan tajuk. Tampak stek (S) maupun interaksi KxS
perlakuan k1 selalu menghasilkan berbeda tidak nyata pada semua
rata-rata panjang tunas terpanjang
waktu pengamatan jumlah daun.
dibandingkan perlakuan konsentrasi Hasil pengamatan jumlah daun
Rootone F lainnya pada setiap waktu dapat dilihat pada Tabel 3.
pengamatan. Hal ini dapat diartikan

Tabel 3. Pengaruh konsentrasi Rootone-F dan asal bahan stek terhadap rata-rata
jumlah daun.
Waktu pengamatan
Perlakuan
30 HST 60 HST 90 HST
Rootone F (K):
0 mg L-1 air (k0) 2,10 3,60a 7,90
0,50 mg L-1 air(k1) 2,20 6,40b 11,00
1,00 mg L-1 air (k2) 2.10 3,80a 6,80
1,50 mg mg L-1 air(k3) 2,30 5,50ab 8,40
Asal Bahan Stek (S):
Pangkal Sulur (s1) 2,25 5,25 9,10
Tengah Sulur (s2) 2,10 74,40 7,95
Keterangan: Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

152
Perlakuan konsentrasi sedikit dan berbeda tidak nyata.
Rootone F berpengaruh nyata pada Tidak terdapat interaksi K X S diduga
umur 60 HST. Hal ini diduga pada berhubungan dengan fotosintesis
umur 60 HST, sel-sel tanaman yang terjadi pada organ tanaman ini.
terpacu oleh pengaruh Rootone F. Semakin banyak dan luas permuka-
Sesuai dengan pendapat an daun maka produksi fotosintesis
Rismunandar (1988), bahwa ZPT akan semakin besar. Selain tumbuh-
dapat mempercepat tumbuhnya nya daun baru, terjadi kerontokan
akar, batang, dan daun tanaman. daun tua pada bibit yang berukuran
Sementara itu, perlakuan asal bahan 36–60 cm. Hidayat (2002) menjelas-
stek (S) berbeda tidak nyata kan bahwa daun–daun baru yang
kemungkinan disebabkan diameter dibentuk akan menggantikan daun–
sulur dari asal bahan tersebut tidak daun yang sudah tua dan kapasitas
jauh berbeda ukurannya, sehingga fotosintesis dapat bertambah
jumlah daun yang dihasilkan tidak tergantung kepada alokasi bahan
jauh berbeda pula. Sesuai dengan yang digunakan untuk membentuk
pendapat Napitulu (2006) bahwa organ daun.
kondisi bahan stek kecil dengan
diameter batang yang kecil
menunjukkan bahwa jaringan- D. Panjang Akar
jaringan pada batang stek kecil Pengamatan panjang akar
belum sempurna terbentuk. Oleh dilakukan pada saat sebelum tanam
karena itu pertumbuhan daun pada
dan 90 HST. Hasil pengamatan
bahan stek yang berasal dari ujung panjang akar dapat dilihat pada
sulur menjadi lebih lambat sehingga Tabel 4.
jumlah daun yang dihasilkan lebih

Tabel 4. Pengaruh konsentrasi Rootone F dan asal bahan stek terhadap rata-rata
panjang akar.
Buku Pertama Buku Kedua
Asal Bahan
Stek Waktu Pengamatan Waktu Pengamatan
O HST 90 HST 0 HST 90 HST
Rootone F (K):
0 mg L-1 air (k0) 1,26 11,56a 1,05 8,79
0,50 mg L-1 air(k1) 1,30 18,76c 1,23 10,47
1,00 mg L-1 air (k2) 1,46 15,77bc 1,21 11,71
1,50 mg mg L-1 air(k3) 1,35 12,54ab 1,09 10,99
Asal Bahan Stek (S):
Pangkal Sulur (s1) 1,33 15,53 1,22 10,96
Tengah Sulur (s2) 1,36 13,79 1,07 10,02
Keterangan: Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

153
Hasil sidik ragam menunjukkan Keadaan ini diduga berhubungan
bahwa perlakuan konsentrasi dengan kandungan karbohidrat dan
Rootone F (K) terhadap rata-rata nitrogen yang terdapat pada bagian
panjang akar buku pertama berbeda pangkal sulur tidak jauh berbeda
nyata pada umur 90 HST, namun dengan bagian tengah sulur
berbeda tidak nyata pada buku sehingga panjang akar yang
kedua. Perlakuan Asal bahan stek dihasilkan tidak jauh berbeda pula.
(S) dan interaksi K x S berbeda tidak Waluyo (2000) menyebutkan bahwa
nyata. Tampaknya sel-sel stek pada besarnya nilai rasio karbohidrat dan
buku pertama setelah mendapat nitrogen mempengaruhi kemampu-
perlakuan Rootone F konsentrasi an stek dalam pertumbuhan akar
0,50 mg L-1 air (k1) terpacu untuk dan tunas. Sementara itu, analisis
melakukan pemanjangan sel, terhadap interaksi KxS menunjukkan
sehingga menghasilkan rata-rata pengaruh berbeda tidak nyata
panjang akar lebih panjang dari diduga karena perlakuan K dan S
perlakuan lainnya pada umur 90 bertindak bebas satu dengan
HST. Hal ini sesuai pendapat lainnya. Steel dan Torrie (1993),
Saptarini, dkk (2002) bahwa dalam menyebutkan bahwa apabila antara
jaringan tanaman, ZPT berfungsi dua faktor tidak berpengaruh nyata
mengatur proses fisiologis seperti maka dapat disimpulkan bahwa
pembelahan dan pemanjangan sel. faktor-faktor tersebut bertindak
Pada perlakuan asal bahan stek (S) bebas satu dengan lainnya.
menunjukkan pengaruh berbeda
tidak nyata pada panjang akar E. Jumlah Akar
pertama sebelum dan setelah Pengamatan jumlah akar
tanam, dan pada akar kedua dilakukan pada saat sebelum tanam
sebelum dan setelah tanam. dan 90 HST (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh konsentrasi Rootone F dan asal bahan stek terhadap rata-rata
jumlah akar
Buku Pertama Buku Kedua
Asal Bahan
Waktu Pengamatan Waktu Pengamatan
Stek
O HST 90 HST 0 HST 90 HST
Rootone F:
0 mg L-1 air 2,00 2,90a 2,00 2,60a
0,50 mg L-1 air 2,10 4,90c 2,20 4,90c
1,00 mg L-1 air 2,00 3,40ab 2,00 3,30ab
1,50 mg L-1 air 2,10 4,30cb 2,50 4,10bc
Asal Bahan Stek:
Pangkal Sulur 2,05 4,25 2,25 4,10b
Tengah Sulur 2,05 3,50 2,10 3,35a
Keterangan: Angka rata-rata pada kolom dan baris yang sama yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%.

154
Hasil sidik perlakuan konsentrasi karbohidrat dan nitrogen tersebut
Rootone F pada rata-rata jumlah dapat mempercepat inisiasi akar.
akar sebelum tanam menunjukkan Stek yang cepat dalam inisiasi akar
berbeda tidak nyata, namun jumlah akan dapat memproduksi akar yang
akar berbeda nyata pada umur 90 lebih banyak. Ditambahkan
HST, baik jumlah akar pada buku Hartman dan Kester (1983), bahwa
pertama maupun kedua. Hasil sidik pembentukan akar adventif terjadi
ragam ini menunjukkan bahwa melalui beberapa tahap, yaitu
perlakuan Rootone F memberikan diferensiasi sel-sel tertentu pada
pengaruh nyata terhadap bagian dasar bahan stek, inisiasi akar
pembentukan akar yang tercermin di sekitar jaringan pembuluh
dari jumlah akar yang dihasilkan stek meristematik, pembentukan
sulur sirih merah. Terpacunya primordial akar dan pertumbuhan
pembentukan akar oleh hormon primordial akar menjadi akar baru.
dikemukakan oleh Thimann dan
Went yang dikutip Dwidjoseputro KESIMPULAN DAN SARAN
(1994) bahwa pembentukan akar Kesimpulan
dapat terjadi apabila diberikan Berdasarkan hasil penelitain
auksin. dan pembahasan dapat disimpulkan
Sementara itu, sidik ragam yaitu sebagai berikut:
perlakuan sumber bahan stek (S) 1. Pengaruh konsentrasi Rootone F
dan interaksi KxS menunjukkan beda (K) berbeda nyata terhadap
tidak nyata terhadap rata-rata panjang tunas umur 30 HST, 60
jumlah akar. Perlakuan sumber HST, 90 HST, jumlah daun umur
bahan stek (S) berpengaruh tidak 60 HST, panjang akar pada buku
nyata diduga karena jumlah akar pertama umur 90 HST, jumlah
yang dihasilkan oleh kedua bahan akar pada buku pertama dan
stek tersebut dipengaruhi oleh rasio kedua umur 90 HST. Konsentrasi
karbohidrat dan nitrogen yang Rootone F 0,50 mg L-1 air (k1)
terkandung dalam masing-masing merupakan konsentrasi terbaik.
bahan stek sulur. Apabila bahan 2. Pengaruh asal bahan stek (S)
stek memiliki kadar nitrogen yang berbeda tidak nyata terhadap
lebih rendah namun karbohidrat semua parameter pengamatan.
tinggi maka akan menghasilkan akar 3. Interaksi hanya terjadi antara
yang lebih banyak tetapi tidak perlakuan 0,50 mg L-1 air (k1)
memacu pembentukan tunas. dengan asal bahan stek dari
Hartmann, dkk (1990) menyatakan pangkal sulur (s1).
bahwa tanaman yang memiliki
sumber bahan makanan yang cukup Saran
serta berada pada kondisi Untuk mendapatkan hasil
lingkungan yang optimum akan pertumbuhan stek sulur sirih merah
mempunyai rasio karbohidrat dan terbaik dapat disarankan
nitrogen yang tinggi. Tingginya rasio menggunakan asal bahan stek

155
bagian pangkal sulur sirih merah (s1) Rootone F dengan konsentrasi 0,50
dan stek direndam dalam larutan mg L-1 air selama 30 menit

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1983. Dasar-dasar pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh.
Angkasa, Bandung.
Danu dan Nurhasybi. 2003. Potensi benih generatif dan vegetatif dalam
pembangunan hutan tanaman. Makalah Temu Lapang dan Ekspose Hasil
Penelitian UPT Badan Litbang Kehutanan Wilayah Sumatera, Palembang.
Dwijoseputro, D. 1994. Pengantar fisiologis tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Hartmann, H.T. and D.E. Kester. 1983. Plant propagation principle and practices.
four Edition. Prentice Hall, Inc. Engle Wood Cliff, New Jersey. 583 p.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, and F.T. Davies Jr. 1990. Plant propagation, princples
and pracies. Fithh edition. Prentice Hall, Inc. Engle Wood Cliff. New Jersey.
578 p.
Kartasapoetra, 1988. Tumbuhan obat Lembaga Biologi Nasional LIPI. Balai
Pustaka, Jakarta
Manurung, S.O. 1987. Status dan potensi ZPT serta prospek penggunaan Rootone
F dalam perbanyakan tanaman. Departemen Kehutanan Dirjen Reboisasi
dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.
Mariska, L., I. Darwati, dan H. Moko. 1987. Perbanyakan stek Panili (Vanilla
planifolia) dengan zat pengatur tumbuh pada berbagai media tumbuh.
Laporan Penelitian Perbanyakan Tanaman Pada Media Tumbuh Pelet Jiffy.
Balai Penelitian Perkebunan, Bogor. (Tidak dipublikasikan).
Napitulu, R. M. 2006. Pengaruh bahan stek dan dosis zat pengatur tumbuh
Rootone F terhadap keberhasilan stek Euphorbia mili. Skripsi. Program
Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. IPB,
Bogor.
Rismunandar, 1988. Hormon tanaman dan ternak. Penebar swadaya. Jakarta.
Saptariani, E Widayati,L. Sari, dan B. Sarbowo. 2002. Membuat tanaman cepat
berbuah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Waluyo, R. 2000. Studi penggunaan bahan pelembab pada penyimpanan dan
lama penyimpanan terhadap persentase tumbuh stek. Skripsi. Jurusan
Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor.

156

Вам также может понравиться