Вы находитесь на странице: 1из 7

Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No.1Th.

2016

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN FUNGSIONAL PATI PISANG DAN PATI KENTANG


HASIL HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT FISIK
DAN SENSORI BIHUN INSTAN PATI KENTANG

(Physcochemical and Functional Characteristics of Banana and Potato Starches With Heat Moisture
Treatment (HMT) and Its Effect to The Change of Physical and Sensory Characteristics of Instant Potato
Starch Bihoon)

Dessy Wiriani1,2), Herla Rusmarilin1, Era Yusraini1


1Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian USU Medan
Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan Kampus USU Medan,
1)e-mail : dessy.wiriani@yahoo.com

Diterima tanggal :24 September 2015 / Disetujui tanggal 7 Oktober 2015

ABSTRACT
Bihun were usually made from rice flour. Rice is Indonesian’s staple of food which high needs. In other to solve the problems, food
diversification is done by replacing bihoon raw materials with banana and potato. The aim of this research was to study the physcochemical
and functional characteristics of banana and potato starches with Heat Moisture Treatment (HMT) and their effect on the physical and sensory
characteristics of resulted instant bihoon.The research was conducted in three phases i.e firstly, the manufacture of natural starch. The starch
was analyzed for the moisture content, ash content, starch content, water absorption, oil absorption, cold water-solved ability, the clarity of
pasta, color, amylase content, and secondly, the making of corn flour with parameters the moisture content, ash content, protein content, fat
content, fiber content, and color. Thirdly, the manufacture of instant bihoon made from composite flour with parameters for the bihoon
characteristics as the optimum cooking time, color, organoleptic test of color, flavor and taste. The results showed that the physcochemical and
functional characteristics value of banana and potato starches with HMT in overall had a lower value compared to its natural starch, except to
the value of water absorption and oil absorption. The results showed that interaction of the ratio of banana and potato starch with carragenan
had a highly significant effect (P<0,01) on color (a) value but had no effect (P>0,05) on the optimum cooking time, color (L), color (b), and
organoleptic test of color, flavor and taste.

Keywords : banana starch, carragenan, Heat Moisture Treatment (HMT), potato starch

PENDAHULUAN yang merupakan sumber karbohidrat pengganti


beras.Bahan pangan berindeks glikemik rendah adalah
Pangan merupakan kebutuhan pokok setiap bahan makanan yang berserat meskipun mengandung
manusia, setiap orang membutuhkan pangan untuk karbohidrat, membutuhkan waktu untuk melewati sistem
memenuhi kebutuhannya.Masyarakat memiliki pencernaan, sehingga cenderung memiliki indeks glikemik
kemampuan memilih dan memilah bahan pangan yang rendah.Penderita diabetes disarankan mengonsumsi
bermanfaat bagi kesehatannya. Banyaknya penyakit makanan dan atau berindeks glikemik rendah.
degeneratif seperti diabetes, jantung koroner dan kanker Sebagai alternatif pengganti beras adalah
dapat disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi. pemanfaatan sumber daya lokal, khususnya di Sumatera
Berbagai produk makanan banyak tersedia di Utara seperti pisang, kentang dan jagung yang diolah
pasaran, terutama produk makanan siap saji atau instan, sedemikian rupa menjadi sumber suatu bentuk pati
salah satunya adalah bihun.Bihun merupakan makanan termodifikasi dengan indeks glikemik yang rendah.
yang disukai oleh semua kalangan, karena penyajiannya Pembuatan bihun dengan menggunakan pati termodifikasi
yang mudah dan cepat. Bihun biasanya terbuat dari tepung dapat membantu memenuhi kebutuhan pada penderita
beras, oleh karena itu beras sebagai bahan pokok pangan diabetes untuk masa yang akan datang.
masyarakat Indonesia akan lebih tinggi kebutuhannya. Hal Indeks glikemik pada makanan merupakan standar
ini terbukti Indonesia sebagai negara pengimpor beras makan yang diberikan pada penderita diabetisi, sehingga
terbesar ke-7 di dunia.Untuk mengatasi hal tersebut perlu nilai glikemik merupakan acuan sebagai respon tubuh
dilakukan diversifikasi pangan yang dibuat dari bahan terhadap fluktuasi peninggian kadar glukosa darah. Kadar
pengganti beras diantaranya jagung, kentang atau pisang glukosa darah tidak akan naik jika mengonsumsi makanan

8
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No.1Th. 2016

dengan indeks glikemik yang rendah (Jenkins, et al., warna metode hunter (Hutching, 1999), waktu masakan
1994). optimum, nilai organoleptik berupa warna aroma dan rasa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
formula bihun instan dari bahan pati pisang dan pati Analisa data
kentang termodifikasi HMT, pati kentang alami dan Penelitian dilakukan dengan menggunakan
karaginan dengan mutu dan penerimaan panelis Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua
terbaik.Pembuatan produk pangan berbahan dasar pati faktor, yaitu perbandingan perbandingan pati pisang HMT
dengan daya cerna rendah serta memiliki indeks glikemik : pati kentang HMT : pati kentang alami (P) sebagai faktor
rendah pada mencit percobaan. I terdiri dari 5 taraf berupa P1= 0% : 30% : 70%, P2=
7,5% : 22,5% : 70%, P3= 15% : 15 % : 70%, P4= 22,5% :
7,5% : 70%, P5= 30% : 0% : 70%. Faktor II adalah
BAHAN DAN METODA penambahan karaginan (K) terdiri dari 3 taraf yaitu K1 =
0%, K2 = 0,5%, K3 = 1%. Data yang diperoleh dianalisis
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan ragam (ANOVA) dan perlakuan yang memberikan
pati pisang, pati kentang alami, pati termodifikasi, tepung pengaruh yang berbeda nyata diuji lanjut dengan Dunce
jagung, karaginan komersial, akuades dan air. Pati kentang Multiple Range Test (DMRT).
alami dan pati kentang termodifikasi diekstrak dari kentang
merah varietas desiree. Pati pisang diekstrak dari pisang
kepok kuning matang fisiologis, dan tepung jagung berasal HASIL DAN PEMBAHASAN
dari varietas pioneer. Bahan-bahan kimia yang digunakan
adalah HCl 25%, NaOH 45%, etanol 95%, NaOH 1N, asam Hasil penelitian karakteristik fisikokimia dan
asetat 1N, larutan iod, H2SO4 pekat, NaOH 50%, HCl fungsional pati pisang dan pati kentang termodifikasi
0,02N, H2SO4 0,325 N, hexan, glukosa standar, maltosa menunjukkan bahwa pati yang telah termodifikasi
standar, DNS (Dinitrosalisilat), enzim α amilase 10 unit/mg menunjukkan hasil analisa yang lebih rendah dibandingkan
solid type VI b, Na-posfat 0,1 M, pH 7. dengan pati alami yaitu pada analisa kadar air, kadar abu,
Peralatan yang digunakan dalam ekstraksi pati kejernihan pasta pati, kadar pati kelarutan pati, nilai warna
pisang dan kentang adalah pisau, blender (mesin giling), L, warna a dan warna b dapat dilihat pada Tabel 1.
kain saring, oven, timbangan, saringan 80 mesh, loyang, Sedangkan untuk analisa daya serap air dan daya serap
baskom dan ember. Peralatan yang digunakan dalam minyak menunjukkan peningkatan dapat dilihat pada Tabel
modifikasi pati kentang dengan metode HMT adalah 1.
refrigerator, oven, beaker glass, botol semprot dan Kadar air merupakan parameter penting di dalam
termometer. Peralatan yang digunakan untuk karakteristik analisis suatu produk pangan dikarenakan kadar ini
sifat fisik-kimia pati pisang dan pati kentang termodifikasi merupakan parameter dalam menentukan masa simpan
HMT adalah alat gelas, neraca analitik, kromameter, produk tersebut. Hasil analisa karakteristik kadar air pada
cawan aluminium, cawan porselin, hot plate, pati kentang dan pisang yang dimodifikasi memiliki kadar
spektrofotometer visible Genesyis 20, Universal testing air yang lebih rendah dari kadar air pati alaminya. Pati
machine merk zwick/z 0,5, portex, mikropipet, tip dan kentang alami memiliki kadar air 14,44% dan setelah HMT
peralatan lainnya. Peralatan yang digunakan dalam 9,84%. Pati pisang alami memiliki kadar air sebesar 8,23%
pembuatan bihun adalah timbangan digital, sendok, alat dibandingkan kadar air pati alami sebesar 10,13%. Hal ini
gelas, loyang tertutup, oven pengering, multifunctional disebabkan pati alami telah mengalami pemanasan yang
noodle machine, loyang, timbangan analitik, alat memasak selama modifikasi pati secara Heat Moisture Treatment
(kompor, panci, dan lain-lain). Peralatan yang digunakan (HMT) sehingga menyebabkan terjadinya pemutusan
untuk pengujian produk adalah oven kadar air, tanur, ikatan hidrogen pada rantai linier dan berkurangnya daerah
arwana pomp ISO 9001, hot plate, water batch, sentrifuge, amorf yang mudah dimasuki oleh air (Erika, 2010).
labu kjedhal,kertas Whatman no. 41, kertas 1 Whatman no. Kadar abu merupakan parameter yang berfungsi
1, cawan alumunium, peralatan gelas, autoclav, tabung dalam menentukan tingkat natrium yang dikandung suatu
sentrifius, disposable syringe ukuran 1 ml, gluko Dr, strip bahan pangan.Kadar abu tidak boleh melebihi batas
gluko Dr. maksimum yang diizinkan karena dapat menyebabkan
Variabel mutu yang diamati meliputi kadar air gangguan kesehatan. Kadar abu yang dihasilkan pada pati
(AOAC, 1995), kadar abu(Modifikasi Sudarmadji,et. al., kentang dan pisang modifikasi lebih rendah dibandingkan
1989), kadar pati(Apriyantono et al., 1989), kadar amilosa dengan kadar abu yang dihasilkan oleh pati kentang dan
(Julliano, 1974), kelarutan pati (Collado, et. al., 2001), pisang alami. Muchtadi (1997) menyatakan bahwa
kejernihan pasta pati (Perez, et. al., 1999), daya serap air tingkatan kadar abu pada bahan pangan dipengaruhi oleh
dan minyak(Sathedan Salunkhe, 1981), kadar protein beberapa faktor seperti spesies, keadaan unsur hara
nitrogen total metode kjedhal (Apriyantono et. al., 1989), tanah, keadaan kematangan tanaman, iklim, daerah
kadar serat(AOAC, 1995), kadar lemak (AOAC 1995), tempat tumbuh, dan perlakuan penanaman.

9
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No.1Th. 2016

Pati pisang dan kentang termodifikasi memiliki daya amilosa.Molekul amilosa berikatan kembali dengan sangat
serap air yang lebih tinggi 1,03 g/g dan 1,24 g/g di kuat, sehingga menyebabkan terjadinya sineresis yaitu
bandingkan dengan pati pisang dan kentang alami 0,91 g/g terpisahnya air dari struktur gel pati (Kusnandar, 2010).
dan 0,74 g/g. Banyaknya air yang terserap menentukan Semakin banyak air yang keluar dari gel pati maka
jumlah air yang tersedia untuk proses gelatinisasi pati kejernihan pasta pati akan menurun (Winarno, 2004).
selama pemasakan. Jika air yang terserap kurang maka Menurut (Suriani, 2008), bahwa pemanasan yang
akan mempengaruhi proses pembentukan gel yang tidak berulang-ulang dapat mempengaruhi tingkat kejernihan
dapat mencapai titik optimum. Jumlah air yang terserap pasta pati, semakin banyak pemanasan yang diberikan
mempengaruhi proses penghomogenan dalam maka kejernihan pasta pati semakin menurun.
pembentukan adonan. Jika memiliki daya serap air yang Warna yang dihasilkan yaitu nilai kecerahan (L) dari
tinggi maka akan cenderung lebih cepat dihomogenkan pati pisang dan pati kentang alami dibandingkan dengan
(Tam et al., 2004). kecerahan pati kentang dan pati pisang modifikasi HMT
Pati pisang dan kentang yang telah dimodifikasi hampir sama (89,01 dan 91,90 dibandingkan 88,62 dan
memiliki daya serap minyak yang lebih tinggi dibandingkan 93,6). Namun, ada perbedaan yang dihasilkan pada warna
dengan pati pisang dan kentang alami. Daya serap minyak pati kentang dan pati pisang.Warna pati pisang memiliki
yang dihasilkan mempengaruhi kemampuan produk untuk kecerahan yang lebih rendah dibandingkan dengan pati
menyerap minyak. Semakin tinggi daya serap minyak pada kentang.Ini dapat dilihat dari nilai warna L pati kentang
pati akanmempengaruhi sifat fisik pati karena minyak dan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pati pisang dan
lemak akan membentuk kompleks amilosa akan warna a, b pati pisang yang lebih tinggi dibandingkan
menghambat pembengkakan granula sehingga pati sulit dengan pati kentang.Hal ini dikarenakan pada pati pisang
tergelatinisasi (Fennema, 1985). terdapat enzim polifenol oksidase yang lebih tinggi
Pati kentang dan pisang yang dimodifikasi memiliki dibandingkan dengan pati kentang sehingga mudah
nilai kelarutan dalam air dingin yang rendah dari pati teroksidasi yang mengakibatkan kecerahan pada pati
kentang dan pisang alami. Hal ini disebabkan pati alami pisang menurun. Pada pati pisang juga terdapat kadar
telah mengalami pemanasan yang berulang-ulang selama tanin yang tinggi dan sulit untuk dihilangkan. Jenis
Heat Moisture Treatment (HMT) sehingga menyebabkan ortohidroksi atau trihidroksi dari senyawa fenolik yang
terjadinya pemutusan ikatan hidrogen pada rantai linier dan saling berdekatan yang merupakan substrat untuk proses
berkurangnya daerah amorf yang mudah dimasuki oleh air pencoklatan. Enzim fenol oksidase dan oksigen yang
(Erika, 2010), daerah amorf merupakan suatu daerah yang berhubungan dengan substrat diperlukan dalam proses
renggang dan kurang padat, sehingga mudah dimasuki pencoklatan enzimatik (Winarno, 1993) dapat dilihat pada
oleh air (Rahman, 2007). Namun, pada pati termodifikasi Tabel 1.
daerah amorf telah berkurang akibat terjadinya pemutusan Hasil penelitian karakteristik fisik dan kimia tepung
ikatan hidrogen sehingga kelarutan pati termodifikasi lebih jagung dapat dilihat pada Tabel 2, dari hasil yang telah
rendah dibandingkan dengan pati alami. Penggunaan suhu dianalisa didapatkan kadar air pada tepung jagung varietas
pemanasan yang melebihi titik optimum juga dapat pioneer sebesar 11,32%. Metode penggilingan yang
menyebabkan rusaknya granula pati sehingga swelling digunakan adalah metode kering. Tepung jagung dari hasil
power dan kelarutan menjadi menurun (Hakiim dan penggilingan kering memiliki kadar air yang lebih tinggi
Sistihapsari, 2011). dibandingkan dengan metode penggilingan basah, namun,
Dokic(2004), menyatakan bahwa maltodekstrin dari kadar air yang dihasilkan tidak lebih dari 14% dan kondisi
hasil degradasi rantai lurus amilosa dan rantai cabang ini masih merupakan syarat tepung yang baik seperti
amilopektin dapat memperbesar jumlah oligomer-oligomer menurut Earle (1969), tepung yang baik memiliki kadar air
yang berat molekulnya lebih pendek.Hal ini menyebabkan tidak lebih dari 14%.
penyebaran oligosakarida yang terbentuk dan rata-rata Kadar abu tepung jagung yang dihasilkan adalah
berat molekul menjadi lebih pendek dan hal tersebut akan 1,62%. Muchtadi (1997) menyatakan bahwa tingkatan
mempengaruhi sifat kelarutan dalam air, menurunkan titik kadar abu pada bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa
beku dan viskositas. faktor seperti spesies, keadaan unsur hara tanah, keadaan
Pati yang memiliki tingkat kejernihan pasta yang kematangan tanaman, iklim, daerah tempat tumbuh, dan
tinggi memiliki warna yang bening dan transparan, dan perlakuan penanaman, sehingga kadar abu yang didapat
banyaknya cahaya yang diteruskan cukup tinggi.Pati berbeda dari pati.
kentang dan pisang termodifikasi HMT memiliki nilai Kadar lemak yang dihasilkan dari tepung jagung
kejernihan pasta pati yang lebih rendah dibandingkan sebesar 6,52%, menurut (Dekie, 1988) bahwa kadar lemak
dengan pati kentang dan pisang alami.Hal ini disebabkan yang tinggi mempengaruhi kualitas bahan selama
pati yang telah termodifikasi diberikan beberapa kali penyimpanan karena menyebabkan bahan lebih mudah
pemanasan berulang sehingga pati menjadi tengik. Selain itu kadar lemak yang tinggi mengganggu
teretrogradasi.Retrogradasi merupakan pembentukan pengikatan air oleh granula, jika pengikatan air oleh
kembali ikatan-ikatan hidrogen dari molekul-molekul granula pati terhambat dapat berakibat padaproses

10
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No.1Th. 2016

gelatinisasi yang belum tercapai dan tidak merata. Hal ini patah dan kasar karena terbentuk matriks pati yang tidak
dapat menyebabkan tekstur mie yang dihasilkan mudah sempurna saat gelatinisasi.

Tabel 1. Karakteristik pati pisang dan kentang sebelum dan sesudah dilakukan modifikasi HMT
Parameter Pati Pisang Pati Kentang
Alami HMT Alami HMT
Kadar air (%) 10,13 8,23 14,44 9,84
Kadar abu (%) 0,27 0,11 0,27 0,21
Daya serap air (g/g) 0,91 1,03 0,74 1,24
Daya serap minyak (g/g) 0,91 1,21 0,82 1,24
Kelarutan pati (%) 14,57 8,13 34,96 6,27
Kadar pati (% bk) 96,19 95,12 98,49 98,41
Kejernihan pasta pati (%T) 29,27 15,60 61,30 19,60
Kadar Amilosa (%) 28,79 Td 34,85 Td
Warna (L) 89,10 88,62 91,90 93,60
(a) 1,92 2,62 0,37 0,33
(b) 6,19 6,64 4,62 5,15
Keterangan : - Data terdiri dari 3 ulangan
- Td : tidak diamati

Kadar protein yang dihasilkan dari analisa tepung pada tepung.Nilai a (+) pada tepung jagung yang
jagung sebesar 2,83%. Kadar protein jagung yang dihasilkan cukup rendah, hal ini terjadi kemungkinan
diperoleh relatif rendah, hal ini disebabkan perbedaan diakibatkan oleh reaksi Maillard yang jumlahnya meningkat
varietas jagung yang digunakan, sesuai dengan pendapat beriringan dengan bertambahnya tingkat penggilingan
Kaur et al. (2006) bahwa perbedaan protein pada tepung (Frederick, 2007). Nilai b (+) menunjukkan nilai warna
jagung disebabkan oleh variasi kadar protein bahan kuning pada tepung jagung. Nilai warna kuning
mentah. dipengaruhi oleh tingkat penggilingan karena adanya
Nilai L menentukan nilai derajat putih, nilai L pada xantofil yang ada pada horny endosperm jagung ikut
tepung jagung dapat dipengaruhi oleh metode terbawa menjadi tepung pada saat proses peenggilingan
penggilingan pada proses penggilingan kering, semakin bersamaan dengan hancurnya horny endosperm. Menurut
tinggi tingkat penggilingan maka derajat putih akan Koswara (2000) di dalam horny endosperm terdapat
semakin rendah. Nilai a (+) menunjukkan warna kusam banyak konsentrasi pigmen xantofil beta karoten.

Tabel 2. Karakteristik fisiko kimia tepung jagung


Parameter Jumlah
Kadar air (%) 11,32
Kadar abu (%) 1,63
Protein (%) 6,89
Lemak (%) 6,52
Serat (%) 3,29
Warna (L) 83,89
(a) 0,97
(b) 27,29

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh sifat fisik dan 101,67 detik, hal ini terjadi karena penggunaan karaginan
sensori bihun insntan pati kentang menunjukkan bahwa yang tinggi akan menghasilkan kadar air yang tinggi
perbandingnan pati pisang HMT, pati kentang HMT dan karena sifat dari karaginan yang mengikat air (Winarno
pati kentang alami serta karaginan memberikan pengaruh 1990), bahwa karaginan memiliki sifat yang baik untuk
terhadap waktu pemasakan optimum, nilai warna (a) dan dapat mengikat air, sehingga penetrasi panas akan lebih
nilai warna (b). cepat dan dihasilkan waktu pemasakan bihun yang lebih
singkat. Penelitian Park dan Baik (2004) menyatakan mie
Waktu pemasakan optimum yang berasal dari bahan yang beramilosa rendah (waxy
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi wheat), mie komersial dan mie dari terigu lokal memiliki
penambahan konsentrasi karaginan maka semakin rendah waktu optimum pemasakan adalah 2, 6, dan 10 menit
waktu pemasakan optimum bihun instan yaitu sebesar secara berturut-turut.

11
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No.1Th. 2016

160 142,67

Waktu pemasakan optimum


140 122,87
120
100 101,67

(detik)
80
60 ŷ = -41K + 142,9
40 r = -0,999
20
0
0 0.5 1
Konsentrasi karaginan (%)

Gambar 1. Hubungan konsentrasi karaginan yang ditambahkan pada bihun instan terhadap waktu pemasakan optimum

Nilai warna (a) fenolik yang saling berdekatan merupakan substrat untuk
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada proses pencoklatan. Enzim fenol oksidase dan oksigen
perlakuan P5K3 (30%:0%:70% dan karaginan 1%) yang berhubungan dengan substrat diperlukan dalam
diperoleh nilai warna a tertinggi dengan nilai sebesar proses pencoklatan enzimatik. Penggunaan konsentrasi
3,6867. Hal tersebut disebabkan jumlah pati pisang HMT karaginan tertinggi K3 (1%) juga dapat meningkatkan nilai
yang ditambahkan pada pembuatan bihun instan sebesar warna a. Hal ini sesuai dengan Glicskman (1983) yang
30% sehingga nilai warna a pada bihun instan menjadi menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi karaginan
tinggi, karena terdapat senyawa tannin yang cukup tinggi maka semakin banyak cairan yang terperangkap dalam gel
pada pisang sehingga cenderung mudah terjadi dan ikatan antara pembentuk gel dengan cairan menjadi
pencoklatan sesuai dengan Winarno (1992) menyatakan lebih rapat, sehingga menyebabkan warna semakin gelap.
bahwa jenis ortodihidroksi atau trihidroksi dari senyawa

12.00
10.00
8.00
warna a

6.00
4.00
2.00
0.00
P1 P2 P3 P4 P5
Perbandingan pati kentang HMT : pati pisang HMT : pati kentang native

Gambar 2. Hubungan perbandingan pati pisang dan kentang termodifikasi HMT serta pati kentang alamidengan penambahan
konsentrasi karaginan pada bihun instan terhadap warna a

Nilai warna (b) Glicskman (1983) bahwa semakin tinggi konsentrasi


Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin karaginan maka semakin banyak cairan yang terperangkap
tinggi konsentrasi karaginan yang ditambahkan maka nilai di dalam gel dan ikatan antara pembentuk gel dengan
warna b pada bihun instan akan semakin tinggi yaitu pada cairan yang menjadi semakin rapat.
K3 (1%) sebesar 17,19. Hal ini sesuai dengan pernyataan

12
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No.1Th. 2016

18 y = 1.809x + 15.32
R² = 0.987

Nilai warna b
17
17.19
16 16,11

15,38
15
0 0.5 1
Konsentrasi karaginan (%)

Gambar 3. Hubungan konsentrasi karaginan yang ditambahkan pada bihun instan terhadap nilai warna b

KESIMPULAN
Dokic, L., Jakovljevic,J., dan Dokic,P. 2004. Relation
between viscous characteristics dan dextrose
1. Proses modifikasi Heat Moisture Treatment (HMT)
equivalent of maltodextrins. Faculty of Technology-
dapat mengubah karakteristik fisikokimia dari pati
University of Novi Sad, Serbia and
alaminya seperti penurunan kadar air, kadar abu,
Montenegoro.Strach-Journal.56 : 520-525.
kejernihan pasta pati, kadar pati kelarutan pati, nilai
warna L, warna a dan warna b. Sedangkan untuk Earle, R. L. 1969. Unit Operation in Food Processing 2nd
analisa daya serap air dan daya serap minyak Edition.Pergamon Press Ltd. Diterjemahkan oleh
menunjukkan peningkatan. Nasutoin, Zein.1982.Satuan Operasi dalam
2. Penggunaan perbandingan pati pisang dapat Pengolahan Pangan.Fakultas Mekanisasi dan
meningkatkan nilai warna a pada produk bihun instan. Teknologi Hasil Pertanian.IPB.
3. Penggunaan konsentrasi karaginan yang semakin
tinggi dapat menurunkan waktu pemasakan optimum Erika, C. 2010. Produksi pati termodifikasi dari berbagai
dan meningkatkan nilai warna a serta nilai warna b. jenis pati.Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan.
7(3) : 130-137.
UCAPAN TERIMAKASIH Fennema, O. R. 1985. Food Chemistry. Marcel Dekker Inc,
New York.
Terima kasih kepada PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk, yang telah membiayai penelitian ini melalui program Frederick, E. J. 2007. Effect of Sorgum Flour Composition
Indofood Riset Nugraha 2014/2015. and Particle Size on Quality of Gluten-free
Bread.Thesis. Kansas State University, Manhattan.
DAFTAR PUSTAKA Glicskman. 1983. Food Hydrocolloid vol II. Florida: CRC
Press Inc Boca Raton.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The
Association of official Analytical Chemists. Hakim, A. dan Faresti,.S 2011. Modifikasi fisik-kimia
Washington: AOAC. Tepung Sorgum bedasarkan karakteristik sifat
fisikokimia sebagai substituent tepung gandum.Artikel
Apriyantono, A., Fardiaz,D., Puspitasari,N.L., Sedarnawati penelitian sorgum, Semarang.
dan Budiyanto,S. 1989. Analisis Pangan. Bogor: PAU
Pangan dan Gizi. Hutching, J.B. 1999. Food and Appearance, second
edition.Aspen publ. Inc. Gaitersburg. Maryland.
Collado, L.S., Mabesa, L.B., Oates,C.G., dan Corke,H.
2001. Bihon-type of noodles from heat moisture Jenkins D. J. A., Jenkins,A. L., Wolever, T. M., Vuksan, V.
treated sweet potato starch. J. Food Sci. 66(4): 604- A. V., Thomson,L. U., dan Josse,R. G. 1994. Low
609. glycemic index: lente carbohydrates and physiological
effect of altered food frequency. The American Journal
Dekie, R. 1988. Kajian Sifat Fungsional Tepung Pisang of Clinical Nutrition.59 :706S-709S.
dan Tepung Campurannya. Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Julliano, B. O. 2005. Rice chemistry dan quality. Philippin
Rice Institute. Manila-Philipine.

13
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No.1Th. 2016

Kaur, Jatinder, Chadha, Bhupinder, S. dan Saini, Rahman, A. M. 2007. Mempejalari karakteristik kimia dan
Harvinder, S. 2006. Optimization of medium fisik tepung tapioka dan mocal (modified cassava
components for production of cellulases by flour) sebagai penyalut kacang pada Produk kacang
Melanocarpus sp. MTCC 3922 under solid-state Salut.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institusi
fermentation.World Journal of Microbiology and Pertanian Bogor, Bogor.
Biotechnology. 22 (1) : 15-22.
Suriani, A. I. 2008. Mempelajari pengaruh pemanasan dan
Koswara, 2000.Komposisi kimia jagung. pendinginan berulang terhadap karakteristik sifat fisik
http://www.ebookpangan.com. Diakses tanggal 19 dan fungsional pati garut (Marrantha arundinacea)
Juni 2015. termodifikasi. Skripsi : Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan FP IPB, Bogor.
Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Seri
I. Dian rakyat, Jakarta. Tam L. M., Corke, H.,Tan,W.T., Li,J., dan Collado,L.S.
2004.Production of bihon-type noodle from maize
Muchtadi, T. R. 1997. Teknologi Proses Pengolahan starch differing in amylosa content. J Cereal Chem.
Pangan.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 81(4): 475-480.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. Winarno, F. G. 1983. Enzim Pangan. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Park, C. M., dan Baik,B.K. 2004. Cooking time of white
salted noodle and it’s relationship with protein and Winarno F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia,
amylase contents wheat. J. Cereal Chemistry. 81 (2) : Jakarta.
165-171.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia
Perez, L. A. B., Acevedo,E.A., Hernandez, L.S.,dan Pustaka Utama, Jakarta.
Lopez,O.P. 1999. Isolation and partical
characterization of banana starches. Journal
Agricultural Food Chemistry, Vol : 47 : 854-857.

14

Вам также может понравиться