Вы находитесь на странице: 1из 17

GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY

VOLUME 1, NO. 1, APRIL 2015: 1 – 17


ISSN: 2407-7801

Pelatihan “PLANS” untuk Meningkatkan Efikasi Diri


dalam Pengambilan Keputusan Karir
Difa Ardiyanti1, Asmadi Alsa2
Program Studi Magister Profesi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. Self-efficacy has an important role in career decision-making. The collected data
showed that there were some students (grade 11 and grade 12) had confused to decide their
career choice. The data proved that career guidance is necessary for high school students. If
students get assistance earlier, students will be more confident to make career decisions in
their future. Therefore, the \"PLANS\" training was given to grade 11’s students. The goal
was to increased student’s career decision-making self-efficacy. This quasi experiment
conducted using the untreated control group design with dependent pretest and post test
samples using double pretest. Data were collected using Career Decision-Making Self-
Efficacy Scale. The subjects were 34 students of grade 11 who had medium career decision-
making selfefficacy (16 students of experiment group and 18 students of control group). The
result showed that career decision-making self-efficacy of experiment group is higher than
control group after “PLANS” training. The “PLANS” training contribute to 73% of career
decision-making self-efficacy improvement.
Keywords: self-efficacy, career decision-making, career guidance

Abstrak. Efikasi diri berperan penting dalam pengambilan keputusan karir. Permasalahan
di lapangan menunjukkan bahwa sejumlah siswa kelas XI dan XII merasa ragu dalam
menetapkan pilihan studi lanjut. Hal ini menjadi bukti pentingnya bimbingan karir bagi
siswa SMA. Semakin dini siswa mendapat pendampingan, maka semakin yakin pula siswa
mengambil keputusan karir. Oleh karenanya, pelatihan perencanaan karir “PLANS”
diberikan pada siswa kelas XI dengan tujuan meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan
keputusan karir. Eksperimen kuasi ini dilakukan dengan desain the untreated control group
design with dependent pretest and post test samples using double pretest. Pengumpulan data
menggunakan skala efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir. Subjek penelitian
adalah 34 siswa kelas XI dengan skor efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir
tergolong sedang (16 siswa kelompok eksperimen dan 18 siswa kelompok kontrol). Hasil
analisis menunjukkan adanya perubahan yang signifikan dari skor pre ke post antara
kelompok eksperimen dan kontrol. Pada kelompok eksperimen, skor efikasi diri dalam
pengambilan keputusan karir meningkat setelah mengikuti pelatihan “PLANS”, sedangkan
kelompok kontrol tidak. Pelatihan “PLANS” memberikan kontribusi terhadap peningkatan
efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir sebesar 73%.
Kata kunci: efikasi diri, pengambilan keputusan karir, perencanaan karir

1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan melalui: difa_psikologi07@ymail.com


2 Atau melalui: asmalsa@ugm.ac.id

E-JURNAL GAMA JPP 1


ARDIYANTI & ALSA

Masa remaja merupakan masa bagi studi di perguruan tinggi.


individu untuk mulai membuat rencana Berdasarkan hasil studi pendahuluan
karir dengan eksplorasi dan mencari infor- peneliti terhadap siswa kelas XI dan XII,
masi karir yang diminati serta mulai diketahui terdapat empat penyebab keti-
membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, dakyakinan siswa dalam menetapkan pilih-
Magnusson, & Witko, 2006; Creed, Patton, an program studi, yakni: (1) siswa belum
& Prideaux, 2006). Fokus utama dari tahap- tahu minatnya akan program studi tertentu,
an eksplorasi adalah menggali berbagai (2) pilihan program studi yang diminati
informasi diri serta bidang karir sebagai siswa berbeda dengan keinginan orang tua,
dasar menentukan pilihan karir tertentu. (3) siswa belum tahu prospek karir dari
Eksplorasi karir yang dimaksud termasuk program studi yang diminati, dan (4) siswa
memilih sekolah lanjutan yang sejalan merasa belum memiliki kemampuan yang
dengan karir yang akan ditekuni individu memadai sehingga merasa tidak yakin dan
(Super dalam Savickas, 2002). Masa eksplo- tidak percaya diri untuk mendaftar di pro-
rasi karir ini dapat menjadi masa yang sulit gram studi yang diminati. Permasalahan
bagi sejumlah remaja. Tidak semua remaja yang dialami siswa kelas XI dan XII tersebut
dapat mengambil keputusan dengan mu- dapat ditinjau dari perspektif sosial kog-
dah (Creed, Patton, & Prideaux, 2006; nitif. Dalam perspektif sosial kognitif yang
Argyropoulou, Sidiropoulou-Dimakakao, & dikemukakan Bandura (1986), pemben-
Besevegis, 2007; Hirschi & Lage, 2007). tukan perilaku individu dijelaskan dalam
Data konseling tim konselor Detection bentuk interaksi timbal balik antara deter-
pada bulan September-Oktober 2013 me- minan personal (meliputi faktor kognitif
nunjukkan bahwa 164 siswa kelas XII dari dan faktor personal lain), behavior, dan
berbagai SMA di Yogyakarta mengalami environment, yang dikenal dengan istilah
kebimbangan dan kesulitan dalam mene- triadic reciprocality. Dapat dijelaskan bahwa
tapkan pilihan program studi yang sesuai perilaku pengambilan keputusan karir
dengan diri mereka. Salah satu penyebab- (pemilihan program studi) dipengaruhi oleh
nya adalah siswa merasa belum yakin determinan individu (faktor personal) dan
dengan pilihannya. Temuan ini menjadi faktor lingkungan. Berdasarkan temuan
indikasi awal adanya permasalahan karir data studi pada penelitian pendahuluan,
pada siswa SMA. Hasil wawancara peneliti terdapat dua penyebab yang memengaruhi
terhadap 15 siswa kelas XII menunjukkan pemilihan program studi, yaitu ketidak-
bahwa 10 orang dari mereka merasa ragu yakinan siswa akan pilihan program studi-
dalam menentukan pilihan program studi. nya adalah siswa belum tahu minatnya
Akibatnya, mereka belum dapat memutus- akan program studi tertentu. Hal ini ber-
kan program studi yang akan ditempuh. kaitan dengan belum adanya rencana karir
Peneliti juga melakukan survei terhadap 157 yang dibuat oleh siswa dan penyebab
siswa kelas XI dari tiga SMA wilayah keempat, yakni keterbatasan informasi yang
Yogyakarta pada tanggal 24-28 Februari dimiliki siswa tentang prospek dari dari
2014. Hasilnya, terdapat 43% siswa yang berbagai program studi. Pada kasus ini,
belum yakin dan masih bingung dengan siswa ingin mengetahui program studi yang
pilihan program studi di perguruan tinggi. sesuai untuk dirinya (faktor personal).
Dari berbagai temuan tersebut, tampak jelas Namun, kurangnya ketersediaan informasi
adanya permasalahan ketidakyakinan siswa (faktor lingkungan) menyebabkan siswa
kelas XI dan XII dalam memilih program kurang memiliki gambaran tentang berba-

2 E-JURNAL GAMA JPP


“PLANS”, EFIKASI DIRI, KEPUTUSAN KARIR

gai program studi dan prospek karirnya. pektif sosial kognitif menempatkan efikasi
Akibatnya, siswa pun merasa tidak yakin diri sebagai salah satu faktor yang meme-
dalam membuat keputusan karir. Perilaku ngaruhi perilaku.
yang muncul adalah siswa tidak mampu Efikasi diri merupakan indikator yang
membuat keputusan pemilihan program penting dalam penentuan karir (Bandura,
studi, dan pilihan program studi siswa 1997; Brown & Lent, 2005; Creed, Patton, &
berbeda dengan keinginan orangtuanya. Prideaux, 2006; Pappas & Kounenou, 2011).
Orangtua (faktor lingkungan) mengarahkan Hasil penelitian Budiningsih (2012) berhasil
dan berusaha meyakinkan siswa (faktor membuktikan bahwa efikasi diri mampu
personal) untuk mengambil program studi memprediksi pengambilan keputusan karir
sesuai keinginan orangtua. Salah satu hingga sebesar 45,22%. Hasil serupa juga
penyebab orangtua tidak setuju dengan ditemukan Widyastuti dan Pratiwi (2013),
pilihan program studi siswa karena orang- yakni efikasi diri lebih berpengaruh terha-
tua meragukan prospek karir dari pilihan dap kemantapan pengambilan keputusan
program studi siswa. Orangtua pun mem- karir dibanding dukungan sosial keluarga,
berikan arahan pada siswa dengan tujuan dengan kontribusi sebesar 30,8%. Berdasar-
agar siswa berubah pikiran. Siswa pun kan pemaparan di atas tampak bahwa efi-
menjadi bingung karena di satu sisi ia ingin kasi diri merupakan faktor penting yang
kuliah di program studi sesuai keinginan- menentukan perilaku pengambilan kepu-
nya, namun di sisi lain ia tidak ingin mem- tusan karir seseorang.
buat orangtua kecewa. Akhirnya, siswa pun
Menurut Hackett (dalam Gainor, 2006),
yang semula yakin dengan pilihannya men-
konsep efikasi diri ini harus mengacu pada
jadi ragu. Akibatnya, perilaku yang muncul
perilaku tertentu agar bermakna. Berdasar-
adalah siswa tidak mampu mengambil
kan hal tersebut, maka permasalahan keti-
keputusan karena merasa tidak yakin
dakyakinan siswa kelas XI dan XII dalam
dengan pilihannya.
menetapkan pilihan program studi menun-
Berdasarkan pemaparan dinamika per- jukkan kurangnya efikasi diri dalam peng-
masalahan tersebut terlihat bahwa perilaku ambilan keputusan karir pada diri siswa.
individu yaitu tidak mampu mengambil Menurut Creed, Patton, dan Prideaux,
keputusan program studi didahului dengan (2006), efikasi diri dalam pengambilan
adanya rasa tidak yakin atau keraguan indi- keputusan karir adalah keyakinan yang
vidu dalam menetapkan pilihan program dimiliki seseorang dalam kapasitasnya un-
studi. Hal ini menunjukkan bahwa keya- tuk mengambil keputusan berkaitan dengan
kinan individu dalam menetapkan pilihan eksplorasi dan pilihan karir. Flores, dkk.
berperan penting dalam kemunculan peri- (2006) juga sependapat bahwa efikasi diri
laku pengambilan keputusan karir. Seperti dalam pengambilan keputusan karir adalah
yang diungkapkan Bandura (1986) bahwa keyakinan individu bahwa ia mampu mela-
bagaimana individu berperilaku tergantung kukan tugas-tugas terkait dengan membuat
pada resiprokal antara lingkungan dengan keputusan karir.
faktor personal individu, khususnya faktor
Efikasi diri dapat ditumbuhkan dan
kognitif yang berhubungan dengan keya-
dipelajari melalui empat sumber informasi,
kinannya bahwa dia mampu atau tidak
yakni; (1) enactive mastery experience, (2)
mampu melakukan suatu tindakan untuk
vicarious experience, (3) verbal persuasion,
mencapai hasil tertentu dengan berhasil
dan (4) physiological and affective states
(efikasi diri). Dari sini tampak bahwa pers-
(Bandura, 1997). Lebih lanjut Bandura

E-JURNAL GAMA JPP 3


ARDIYANTI & ALSA

(1997) menjelaskan bahwa efikasi diri terdiri demikian, efikasi diri penting diperhatikan
dari dimensi level, generality, dan strength. dalam pembentukan perilaku pengambilan
Dimensi level merujuk pada keyakinan ind- keputusan karir. Padahal, fakta di lapangan
ividu akan kemampuannya untuk menyele- menunjukkan adanya permasalahan ku-
saikan tugas pada tingkatan kesulitan yang rangnya efikasi diri dalam pengambilan
berbeda. Setiap individu memiliki persepsi keputusan karir pada siswa kelas XI dan
berbeda terhadap tingkat kesulitan suatu XII. Oleh karenanya, diperlukan suatu inter-
tugas. Dimensi generality berkaitan dengan vensi yang berkaitan dengan faktor penye-
cakupan luas bidang tingkah laku dimana bab permasalahan, yakni berupa pema-
individu merasa yakin dengan kemam- haman diri, wawasan karir, dan penetapan
puannya. Individu dapat menilai dirinya tujuan serta rencana karir.
efikasius pada serangkaian kegiatan atau Jaffe dan Scott (Kummerow, 1991)
hanya pada bidang tertentu. Dimensi mengungkapkan bahwa pemahaman diri,
strength berkaitan dengan kekuatan keya- pengetahuan tentang karir, dan penetapan
kinan individu akan kemampuannya. Nilai tujuan serta rencana karir merupakan tiga
strength yang tinggi menggambarkan kete- hal penting dalam perencanaan karir.
guhan hatinya dalam menghadapi berbagai Perencanaan karir berkaitan erat dengan
rintangan untuk menyelesaikan tugas yang keyakinan diri dalam pengambilan kepu-
diberikan. Dengan memiliki efikasi diri tusan karir, menetapkan harapan dan
dalam pengambilan keputusan karir yang tujuan karir (Creed & Rogers, 2010). Dengan
tinggi, maka individu akan mampu mem- demikian, intervensi yang sesuai untuk
pertahankan pilihan program studinya permasalahan rendahnya efikasi diri dalam
meskipun lingkungan kurang mendukung. pengambilan keputusan karir pada siswa
Bahkan, efikasi diri dalam pengambilan adalah intervensi perencanaan karir. Ditin-
keputusan karir yang tinggi dapat mendo- jau dari perspektif sosial kognitif, intervensi
rong individu untuk mencari berbagai ini merupakan bagian dari faktor ling-
solusi saat menemui hambatan. Efikasi diri kungan yang berperan untuk memengaruhi
dalam pengambilan keputusan karir yang faktor personal, yakni efikasi diri dalam
tinggi akan meningkatkan komitmen indi- pengambilan keputusan karir pada siswa,
vidu untuk melakukan eksplorasi karir agar lebih meningkat.
(Wolfe & Betz, 2004; Stone, 2006). Salah
Menurut Jaffe dan Scott (Kummerow,
satunya, individu akan termotivasi untuk
1991), perencanaan karir adalah proses
mencari informasi tentang program studi
bertahap yang meliputi: menilai diri sendiri,
secara aktif. Saat tidak mendapatkan infor-
mengeksplorasi peluang, menyusun renca-
masi karir dari satu sumber tertentu, maka
na kari, melakukan tindakan (implemen-
individu yang efikasius akan mencari
tasi), dan mengevaluasi hasil. Teori perenca-
informasi pada sumber yang lain.
naan karir Jaffe dan Scott telah terbukti
Individu dengan efikasi diri dalam dapat meningkatkan efikasi diri dalam
pengambilan keputusan karir yang tinggi pengambilan keputusan karir pada maha-
akan berhasil membuat keputusan karir siswa tingkat akhir (Kusumaningrum,
yang tepat untuk dirinya. Apabila individu 2012). Beberapa intervensi perencanaan
sampai membuat keputusan karir dengan karir lain yang juga terbukti meningkatkan
tidak tepat, maka akan timbul permasalah- efikasi diri dalam pengambilan keputusan
an psikologis, akademik, dan relasional karir adalah pelatihan perencanaan karir
(Germeijs & Verschueren, 2007). Dengan (Mulyana, 2009; Iyyasi, 2013), kursus karir

4 E-JURNAL GAMA JPP


“PLANS”, EFIKASI DIRI, KEPUTUSAN KARIR

(Scott & Ciani, 2008; Fouad, Cotter, & Carney, 2005). Dengan demikian, semakin
Kantamneni, 2009), konseling karir dini siswa SMA diberikan pendampingan
(Setiawati, 2009; Yulianto, 2012), dan group karir, maka akan semakin siap dan yakin
training (Wang, Zhang, & Shao, 2010). Dari pula siswa dalam menentukan studi lanjut-
sini diketahui bahwa intervensi perenca- nya. Oleh karenanya, penelitian ini meng-
naan karir memang dapat meningkatkan ambil subjek siswa kelas XI.
efikasi diri dalam pengambilan keputusan Modul pelatihan ini disusun berdasar-
karir. kan teori perencanaan karir Jaffe dan Scott.
Peneliti pada penelitian ini, memilih Pada pelatihan yang diberi nama “PLANS”
menggunakan pelatihan perencanaan karir ini, terdapat lima sesi pelatihan yaitu; (1)
sebagai teknik intervensi untuk meningkat- analisis diri, (2) wawasan karir, (3) pene-
kan efikasi diri dalam pengambilan kepu- tapan tujuan dan perencanaan karir, (4)
tusan karir. Pelatihan merupakan metode implementasi atau rencana tindakan, dan
pembelajaran yang bertujuan untuk meng- (5) evaluasi. Adapun metode pembelajaran
ubah aspek kognitif, afektif, serta hasil yang digunakan adalah observational
keterampilan dan keahlian (Kirkpatrick learning (belajar melalui pengamatan) milik
dalam Salas & Browers, 2001). Oleh kare- Bandura. Dengan metode ini, individu
nanya penggunaan teknik pelatihan dipan- memperoleh keterampilan kognitif dan pola
dang tepat karena efikasi diri merupakan perilaku baru dengan cara mengamati
determinan kognitif yang memengaruhi performansi orang lain. Pelatihan ini juga
perilaku pengambilan keputusan karir. menggunakan empat sumber informasi
Witko, Bernes, Magnusson, dan Bardick efikasi diri. Gambar 1 adalah kerangka
(2005) mengungkapkan bahwa perencanaan pemikiran penelitian.
karir penting diberikan pada siswa SMA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Apabila siswa tidak merencanakan karirnya mengetahui pengaruh pelatihan perencana-
dengan baik, maka ada konsekuensi kega- an karir “PLANS” dalam meningkatkan
galan di masa depan (Trusty, Niles, & efikasi diri pengambilan keputusan karir

Permasalahan efikasi diri Pendampingan karir sedini


siswa mungkin Pelatihan Perencanaan
kelas XI dan XII dalam Karir “PLANS” bagi siswa kelas XI
Efikasi diri
pengambilan keputusan Terdiri dari 5 sesi utama
siswa kelas XI
karir Analisis Diri
dalam
Siswa merasa ragu dengan Wawasan karir
pengambilan
pilihan karirnya, karena Penetapan tujuan dan
keputusan
- tidak yakin dengan perencanaan karir
karir
kemampuannya Implementasi/ Rencana Tindakan
meningkat
- kurang informasi karir Evaluasi
- tidak bisa menetapkan Metode belajar : observational
tujuan dan rencana learning
karir Menggunakan 4 sumber informasi

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

E-JURNAL GAMA JPP 5


ARDIYANTI & ALSA

pada siswa kelas XI. Secara praktis, pene- Subjek


litian ini bermanfaat untuk mengatasi
Subjek penelitian adalah 20 siswa SMA
permasalahan ketidakyakinan siswa kelas
Negeri X dan 20 siswa SMA Negeri Y Kota
XI dalam menetapkan pilihan karirnya dan
Yogyakarta yang memiliki skor efikasi diri
juga modul pelatihan “PLANS” dapat digu-
dalam pengambilan keputusan karir de-
nakan untuk mengatasi permasalahan seru-
ngan kategori sedang. Siswa SMA Negeri X
pa. Hipotesis penelitian ini adalah pelatihan
merupakan kelompok eksperimen, semen-
“PLANS” dapat meningkatkan efikasi diri
tara siswa SMA Negeri Y merupakan
dalam pengambilan keputusan karir pada
kelompok kontrol. SMA Negeri X dan Y
siswa kelas XI.
merupakan sekolah yang setara baik dari
segi akreditasi dan jumlah siswa yang dite-
Metode rima di Perguruan Tinggi Negeri.
Pemilihan subjek untuk masing-masing
Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel kelompok eksperimen dan kontrol berlan-
Penelitian daskan hasil screening pada beberapa kelas
Variabel tergantung dalam penelitian XI program IPA di SMA Negeri X dan Y
ini adalah efikasi diri dalam pengambilan menggunakan skala efikasi diri dalam
keputusan karir. Efikasi diri dalam peng- pengambilan keputusan karir. Dalam pro-
ambilan keputusan karir adalah keyakinan ses penelitian, terdapat beberapa siswa
individu bahwa ia mampu melakukan yang tidak hadir saat pengukuran maupun
tugas-tugas terkait dengan membuat kepu- perlakuan. Total subjek penelitian berjum-
tusan karir secara tepat. Karir yang dimak- lah 16 siswa untuk kelompok eksperimen
sud dalam penelitian ini adalah studi lanjut dan 18 siswa untuk kelompok kontrol.
siswa setelah lulus dari jenjang pendidikan
SMA, yakni pilihan program studi di pergu- Instrumen Penelitian
ruan tinggi. Instrumen pengukuran yang diguna-
Variabel bebas dalam penelitian ini kan adalah skala efikasi diri dalam pengam-
adalah pelatihan perencanaan karir bilan keputusan karir. Skala ini disusun
“PLANS”. Pelatihan Perencanaan Lanjut berdasarkan dimensi efikasi diri yang dike-
Studi (“PLANS”) merupakan pelatihan mukakan Bandura (1997), yakni level (ting-
perencanaan karir yang disusun berdasar- kat kesulitan), generality (rentang keluasan
kan teori tahapan perencanaan karir Jaffe bidang), dan strength (tingkat kekuatan).
dan Scott. Terdapat lima sesi utama pela- Model penskalaan yang digunakan dalam
tihan “PLANS” yaitu, (1) analisis diri, (2) skala ini adalah summated ratings (Likert).
wawasan karir, (3) penetapan tujuan dan Pengujian validitas isi skala dilakukan oleh
perencanaan karir, (4) rencana tindakan, professional judgement (psikolog). Dari 36
dan (5) evaluasi. Pelatihan “PLANS” ini aitem yang diuji cobakan terhadap 163
menggunakan metode observational learning siswa kelas XI, terdapat dua aitem yang
dan sumber-sumber efikasi diri dalam gugur karena besaran indeks daya beda
pelaksanaan aktivitasnya. Pelatihan ber- aitemnya kurang dari 0,30. Dengan
langsung selama dua hari dengan total demikian, total aitem yang sahih berjumlah
waktu 11 jam. 34 aitem dengan indeks daya beda aitem
berkisar dari 0,311-0,727. Koefisien
reliabilitas dari skala ini dinyatakan dengan
nilai Alpha Cronbach sebesar 0,941. Karena

6 E-JURNAL GAMA JPP


“PLANS”, EFIKASI DIRI, KEPUTUSAN KARIR

subjek penelitian dikenai empat kali pengu- singkatan dari Perencanaan Lanjut Studi
kuran, maka untuk meminimalisir ancaman yang menggambarkan spesifikasi pelatihan
testing effect, aitem dalam skala selalu ini, yakni pelatihan perencanaan pendidik-
diacak pada setiap pengukuran. an lanjut bagi siswa SMA. Modul pelatihan
disusun berdasar teori perencanaan karir
Desain Penelitian Jaffe dan Scott (Kummerow, 1991). Materi
Penelitian ini menggunakan desain pelatihan meliputi; (1) analisis diri, (2)
kuasi eksperimen, the untreated control group wawasan karir, (3) penetapan tujuan dan
design with dependent pretest and post test perencanaan karir, (4) implementasi atau
samples using double pretest. Adanya pretest rencana tindakan, dan (5) evaluasi. Pengu-
dan kelompok pembanding memungkinkan jian validitas isi modul dilakukan oleh
pemeriksaan akan ancaman tertentu terha- professional judgment. Selanjutnya, dilakukan
dap validitas menjadi lebih mudah uji coba modul pada 10 siswa SMA kelas XI.
(Shadish, Cook, & Campbell, 2002). Dalam Dari hasil uji coba, dilakukan revisi modul
penelitian ini, pretest dilakukan dua kali terkait alokasi waktu kegiatan dan alur
untuk meminimalisir adanya ancaman penyampaian materi. Metode yang diguna-
maturasi terhadap validitas internal. Setelah kan dalam pelatihan adalah tugas individu
pemberian perlakuan, akan dilakukan follow (mengisi lembar kerja), diskusi kelompok,
up untuk mengetahui efek pelatihan terha- permainan, dan ceramah.
dap subjek penelitian setelah jangka waktu
tertentu. Dengan pertimbangan etika, ke- Hasil
lompok kontrol akan mendapatkan perla-
kuan setelah penelitian selesai (waiting list Berdasarkan hasil analisis skor efikasi
group). Desain penelitian dapat digambar- diri dalam pengambilan keputusan karir
kan sebagai seperti pada Gambar 2. diperoleh hasil statistik deskriptif seperti
terlihat pada Gambar 3.
NR O1 O2 XO3 O4
Gambar 3 menunjukkan bahwa rerata
NR O1 O2 O3 O4 skor pretest I kelompok eksperimen dan
Gambar 2. Desain Eksperimen kontrol tidak berbeda jauh. Begitu juga
untuk skor pretest II. Dari data di atas juga
Keterangan: tampak bahwa rerata skor pretest I ke rerata
NR = Nonrandom assignment
skor pretest II baik pada kelompok ekspe-
O3 = Post test
rimen maupun kelompok kontrol tidak
O1 = Pretest I
O4 = Follow up
banyak mengalami perubahan. Saat dilaku-
O2 = Pretest II kan pengukuran post test dan follow up, skor
X = Perlakuan rerata efikasi diri dalam pengambilan
keputusan karir pada kelompok eksperimen
Intervensi lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Berdasarkan uraian data di atas dapat
Intervensi yang diberikan berupa pela-
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
tihan perencanaan karir dengan nama Pela-
rerata skor efikasi diri dalam pengambilan
tihan “PLANS”. Nama ini dipilih karena
keputusan karir pada kelompok ekspe-
sebagai kata PLANS menggambarkan akti-
rimen.
vitas merencanakan yang merupakan inti
dari kegiatan pelatihan. Kata PLANS juga

E-JURNAL GAMA JPP 7


ARDIYANTI & ALSA

130
128.38
125 125.31

120
Eksperimen
115 Kontrol

110 109.11 109.69 109.94


108.83
107.72
105 107
Pretest I Pretest II Posttest Follow up

Gambar 3. Grafik Rerata Skor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Uji Hipotesis I dan pretest II menuju post test dan follow up


pada kedua kelompok (eksperimen-kontrol)
Sebelum menguji hipotesis penelitian,
adalah berbeda secara signifikan.
dilakukan uji homogenitas untuk menge-
tahui apakah kovarian skor efikasi dalam
Uji Lanjutan
pengambilan keputusan karir antara kedua
kelompok homogen atau tidak. Berdasarkan Uji lanjutan dimaksudkan untuk me-
hasil analisis didapat nilai Box’s M sebesar ngetahui pasangan kelompok mana yang
0,468 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bah- mengalami perbedaan dengan melihat seli-
wa kovarian skor efikasi diri dalam peng- sih rerata skor dari tiap pengukuran pada
ambilan keputusan karir antara kedua kelompok eksperimen dan kontrol (Tabel 2).
kelompok adalah homogen. Uji hipotesis Pada kelompok eksperimen, semua
dilakukan dengan mixed anova dengan skor mean difference (MD) bertanda negatif.
melihat tabel tests of within-subject effects. Hal ini mengindikasikan adanya pening-
Ringkasan hasil analisis disajikan pada katan skor efikasi diri dalam pengambilan
Tabel 1. keputusan karir pada kelompok eksperi-
Baris time*group pada Tabel 3 menun- men. Semua peningkatan tersebut signi-
jukkan hasil F=18,854 (p<0,01). Hal ini fikan, kecuali pada peningkatan skor pretest
mengindikasikan adanya interaksi antara I ke pretest II dan post test ke follow up.
waktu (pre I-pre II-post-follow) dan group Dalam eksperimen ini, double pretest diguna-
(eksperimen-kontrol). Adanya interaksi ini kan untuk meminimalisir ancaman matu-
menunjukkan bahwa perubahan skor pretest rasi. Tidak signifikannya peningkatan yang

Tabel 1
Ringkasan Uji Hipotesis Within-Subject pada Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan
Karir
Type III Sum Mean Partial Eta
Source Df F Sig.
of Squares Square Squared
Time 3235,041 2,475 1306,919 22,208 0,000 0,410
time * group 2746,512 2,475 1109,559 18,854 0,000 0,371
Error(time) 4661,451 79,210 58,849

8 E-JURNAL GAMA JPP


“PLANS”, EFIKASI DIRI, KEPUTUSAN KARIR

Tabel 2
Uji Lanjutan Selisih Rerata Skor dan Sumbangan Efektif

Mean Difference Partial Eta


Group Time (I) Time (J) Sig.
(I-J) Squared
Kelompok Pre I Pre II -2,688 0,271 0,730
Eksperimen Post -18,312 0,000
Follow -21,375 0,000
Pre II Post -15,625 0,000
Follow -18,688 0,000
Post Follow -3,062 0,147
Kelompok Kontrol Pre I Pre II 1,389 0,544 0,061
Post -0,833 0,760
Follow 0,278 0,917
Pre II Post -2,222 0,229
Follow -1,111 0,652
Post Follow 1,111 0,571

terjadi pada skor pretest I ke pretest II dan strength. Hasil analisis sebelumnya jelas
(MD1= -2,688; p>0,05) membuktikan tidak menunjukkan bahwa skor efikasi diri dalam
adanya efek maturasi. Pada peningkatan pengambilan karir pada kelompok eksperi-
skor post test ke follow up, hasil yang tidak men mengalami peningkatan yang signifi-
signifikan mengindikasikan bahwa efek kan setelah mengikuti pelatihan “PLANS”.
pelatihan “PLANS” masih dapat dirasakan Peningkatan skor tersebut dilihat secara
kelompok eksperimen pada saat pengu- keseluruhan, yakni melalui skor total efikasi
kuran follow up, yakni dua minggu dari diri dalam pengambilan keputusan karir.
waktu pelaksanaan pelatihan. Sementara Oleh karenanya, dilakukan analisis lanjutan
pada kelompok kontrol, tidak ada peru- untuk mengetahui dimensi dari efikasi diri
bahan skor yang berarti. Dengan demikian, yang mengalami perubahan paling besar
dapat disimpulkan bahwa pelatihan (Tabel 3).
“PLANS” dapat meningkatkan efikasi diri Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai seli-
dalam pengambilan keputusan karir pada sih yang paling besar antara rata-rata skor
kelompok eksperimen secara signifikan. pretest II dengan skor post test adalah pada
Sumbangan efektif pelatihan pada kelom- dimensi level. Artinya, peningkatan yang
pok eksperimen dilihat dari nilai partial eta paling besar pada skor efikasi diri dalam
squared, yakni 0,730. Artinya, pelatihan pengambilan karir adalah pada dimensi
“PLANS” yang diberikan pada kelompok level. Dimensi level menggambarkan keya-
eksperimen memberikan kontribusi sebesar kinan inividu akan kemampuannya untuk
73% terhadap perubahan efikasi diri dalam menyelesaikan tugas pada tingkatan kesu-
pengambilan keputusan karir. litan tertentu.

Analisis Peningkatan Skor Efikasi Diri dalam Hasil Cek Manipulasi (Pengetahuan Perencana-
Pengambilan Keputusan Karir an Karir)
Dalam penelitian ini, efikasi diri dalam Pengetahuan tentang perencanaan karir
pengambilan keputusan karir diukur berda- pada peserta pelatihan diungkap menggu-
sarkan tiga dimensi, yakni level, generality, nakan tes esai yang berisi enam pertanyaan

E-JURNAL GAMA JPP 9


ARDIYANTI & ALSA

Tabel 3
Peningkatan Skor Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir pada Kelompok Eksperimen
Ditinjau dari Dimensinya
Dimendi Dimensi Dimensi
Level Generality Strength
Rata-rata skor 34.13 35.13 40.25
pretest II
Rata-rata skor 40.25 40.06 45.00
post test
Selisih 6.13 4.75 4.75

tentang perencanaan karir. Skor pretest dan Pada kelompok eksperimen dan
post test pengetahuan perencanaan karir kontrol, perubahan skor pretest I ke pretest II
dianalisis menggunakan Wilcoxon Signed tidak signifikan. Artinya, sebelum pem-
Ranks Test. Berdasarkan hasil analisis dike- berian perlakuan, efikasi diri dalam
tahui bahwa semua skor post test lebih besar pengambilan keputusan karir pada kedua
daripada skor pretestnya dimana nilai kelompok tidak mengalami perubahan
asymp.sig=0,000 (p<0,01). Artinya, terdapat yang berarti. Dengan demikian, validitas
peningkatan yang signifikan pada skor internal dari penelitian ini cukup terjaga
pengetahuan perencanaan karir peserta karena ancaman maturasi tidak terjadi pada
setelah mengikuti pelatihan “PLANS”. kedua kelompok. Hasil ini semakin mem-
perkuat bahwa peningkatan yang terjadi
pada kelompok eksperimen memang
Diskusi
dikarenakan pemberian perlakuan yakni,
Hasil analisis data penelitian menun- pelatihan “PLANS”. Kontribusi yang diberi-
jukkan adanya perbedaan skor efikasi diri kan pelatihan “PLANS” terhadap perubah-
dalam pengambilan keputusan karir yang an efikasi diri dalam pengambilan keputus-
signifikan antara kelompok eksperimen dan an karir sebesar 73%. Efek pemberian pela-
kontrol (Efikasi = 18,854; p<0,01). Kelompok tihan “PLANS” masih dialami kelompok
eksperimen menunjukkan peningkatan skor eksperimen selama dua minggu dari waktu
efikasi diri dalam pengambilan keputusan pelatihan.
karir setelah diberi pelatihan “PLANS”. Berdasarkan hasil analisis, skor efikasi
Sementara pada kelompok kontrol, tidak diri dalam pengambilan keputusan karir
terjadi perubahan yang berarti pada skor pada kelompok eksperimen mengalami
efikasi diri dalam pengambilan keputusan paling banyak peningkatan pada dimensi
karir. Skor efikasi diri dalam pengambilan level. Bandura (1997) menjelaskan bahwa
keputusan karir pada kelompok eksperimen dimensi level menggambarkan keyakinan
mengalami cukup banyak peningkatan individu akan kemampuannya untuk me-
dengan selisih rerata skor pretest II dan post nyelesaikan tugas pada tingkatan kesulitan
test sebesar -15,625. Dari sini tampak bahwa yang berbeda. Dalam hal ini, setiap indi-
pelatihan “PLANS” dapat meningkatkan vidu memiliki persepsi yang berbeda
efikasi diri dalam pengambilan keputusan terhadap tingkat kesulitan dari suatu tugas.
karir pada kelompok eksperimen secara Dengan demikian, efikasi diri pada setiap
signifikan. individu berbeda-beda, dapat saja terbatas

10 E-JURNAL GAMA JPP


“PLANS”, EFIKASI DIRI, KEPUTUSAN KARIR

pada tuntutan tugas yang mudah, sedang, Persepsi merupakan bagian dari faktor
atau sulit. kognitif seseorang. Bandura (1986), meng-
Dalam penelitian ini, dimensi level ungkapkan bahwa efikasi diri merupakan
memiliki dua indikator yakni, keyakinan determinan kognitif yang memengaruhi
individu dalam menghadapi tugas yang pembentukan perilaku dimana salah satu
sulit dan keyakinan individu dalam meren- proses dalam efikasi diri pun adalah proses
canakan tugas terkait pengambilan kepu- kognitif. Dengan demikian, efikasi diri
tusan karir. Karena dimensi level ini seseorang dapat diubah melalui kognitif-
berkaitan erat dengan persepsi seseorang nya. Hal ini menjelaskan mengapa persepsi
akan suatu tugas, maka persepsi individu peserta pelatihan bahwa pengambilan
terhadap tugas pengambilan keputusan keputusan karir bukanlah tugas yang sulit
karir akan memengaruhi respon jawaban dapat memengaruhi efikasi diri dalam
individu dalam mengisi skala. Dengan pengambilan keputusan karir.
demikian, peningkatan skor dimensi level Berdasarkan perspektif sosial kognitif,
ini berkaitan dengan persepsi kelompok pelatihan “PLANS” ini merupakan bagian
eksperimen terhadap tugas pengambilan dari faktor lingkungan yang berperan untuk
keputusan karir. Setelah mengikuti pela- memengaruhi faktor personal, yakni efikasi
tihan “PLANS”, kelompok eksperimen diri dalam pengambilan keputusan karir
lebih mampu lagi untuk mempersepsikan pada siswa, agar lebih meningkat. Dalam
pengambilan keputusan karir bukan seba- pelatihan “PLANS”, peserta diajak untuk
gai tugas yang sulit. memahami perencanaan karir melalui lima
Kelompok eksperimen dapat memiliki sesi utama dengan berbagai aktivitas,
persepsi bahwa pengambilan keputusan seperti games, ceramah, diskusi kelompok,
karir bukanlah tugas yang sulit karena dan tugas individu (mengisi lembar kerja).
selama proses pelatihan “PLANS”, mereka Selama pelatihan, para peserta tampak
mendapatkan wawasan tentang perencana- cukup antusias mengikuti keseluruhan
an karir. Berdasarkan hasil cek manipulasi, aktivitas.
diketahui bahwa pengetahuan peserta akan Secara keseluruhan, rangkaian aktivitas
perencanaan karir mengalami peningkatan dalam pelatihan “PLANS” memfasilitasi
secara signifikan setelah mengikuti pela- peserta untuk berinteraksi dengan faktor di
tihan “PLANS”. Selama pelatihan, peserta luar dirinya. Adanya interaksi ini kemudian
diajak untuk tidak hanya mengetahui menimbulkan pengaruh pada diri individu,
tahapan perencanaan karir namun juga yakni individu mampu mengidentifikasi
membuat perencanaan karir. Karena telah kemampuan dan minat dirinya, mencari
berproses membuat perencanaan karir, informasi program studi, menetapkan tuju-
dimana salah satu tahapannya adalah an, membuat rencana karir, dan melakukan
menetapkan pilihan program studi di evaluasi. Hal ini sejalan dengan yang
Perguruan Tinggi, peserta pun menjadi disampaikan Leigh (2006), yakni pelatihan
lebih mampu untuk mempersepsikan peng- perencanaan karir memungkinan peserta
ambilan keputusan karir bukan sebagai untuk mengidentifikasi, mendiskusikan,
tugas yang sulit untuk dilakukan. Hal inilah merencanakan, dan mengeksplorasi tujuan
yang kemudian membuat keyakinan diri karir mereka.
kelompok eksperimen dalam mengambil Pemberian pelatihan “PLANS” tidak
keputusan karir mengalami peningkatan. hanya membuat peserta mampu mengiden-
tifkasi kemampuan diri dan minatnya,

E-JURNAL GAMA JPP 11


ARDIYANTI & ALSA

namun juga dan mampu menganalisis kan tahapan perencanaan karir Jaffe dan
kecocokan antara potensi-minat dengan Scott (dalam Kummerow, 1991). Dengan
peluang dari program studi yang diminati demikian, penggunaan konsep teori peren-
dengan mempertimbangkan faktor pendu- canaan karir Jaffe dan Scott sebagai acuan
kung dan penghambatnya. Adanya bim- penyusunan modul pelatihan “PLANS”
bingan dari co-trainer dan dukungan dari merupakan salah satu elemen yang berpe-
teman-teman membuat individu pada ran penting dalam meningkatkan efikasi
akhirnya yakin untuk menetapkan pilihan diri dalam pengambilan keputusan karir
program studinya. Keyakinan diri ini pada kelompok eksperimen.
semakin dikuatkan dengan penyusunan Peningkatan skor efikasi diri dalam
rencana karir seperti jadwal harian, jadwal pengambilan keputusan karir pada kelom-
belajar, dan sebagainya. Dari sini tergambar pok eksperimen juga dapat terjadi karena
bahwa pelatihan “PLANS” memberikan penggunaan metode pelatihan sebagai
pengaruh dalam meningkatkan efikasi diri teknik intervensi. Metode pelatihan efektif
dalam pengambilan keputusan karir. digunakan untuk meningkatkan efikasi diri
Setelah mengikuti pelatihan “PLANS”, khususnya permasalahan karir (Teuscher,
para peserta menjadi lebih yakin untuk 2003; Hoelscher, Havward, Ertl, & Goddet,
mengambil keputusan dalam memilih pro- 2008; Wang, Zhang, & Shao, 2010). Peng-
gram studi, mempunyai gambaran lebih gunaan metode pelatihan memang sesuai
jelas tentang program studi di Perguruan untuk meningkatkan efikasi diri yang meru-
Tinggi, dan menjadi lebih terarah karena pakan determinan kognitif (Kirkpatrick
telah punya tujuan. Efikasi diri yang tinggi dalam Salas & Browers, 2001). Oleh kare-
dalam pengambilan keputusan karir akan nanya, elemen kedua yang berperan dalam
menurunkan kesulitan individu dalam peningkatan skor efikasi diri dalam peng-
membuat keputusan karir dan meningkat- ambilan keputusan karir pada kelompok
kan kejelasan memilih jurusan dalam eksperimen adalah penggunaan teknik
bidang pendidikan (Wolfe & Betz, 2004; intervensi pelatihan.
Stone, 2006; Sawitri, 2009). Hal in tampak Elemen ketiga adalah penggunaan me-
terjadi pada kelompok eksperimen. Salah tode observational learning dalam pelatihan
satunya adalah SY. SY mengungkapkan “PLANS”. Penggunaan metode ini memfa-
bahwa setelah mengikuti pelatihan silitasi pelatihan sebagai faktor lingkungan
“PLANS”, ia mantap menetapkan tujuan untuk memengaruhi faktor personal. Hal ini
program studi, yaitu Psikologi dan Gizi karena dalam observational learning, individu
Kesehatan. belajar dari proses mengamati orang lain.
Keberhasilan pelatihan perencanaan Dengan demikian, ada interaksi antara
karir “PLANS” dalam meningkatkan efikasi individu (faktor personal) dengan orang
diri dalam pengambilan keputusan karir lain (faktor lingkungan), meliputi peserta
pada kelompok eksperimen sejalan dengan yang lain, trainer, co-trainer, dan video.
hasil penelitian Kusumaningrum (2012), Faktor lingkungan ini memengaruhi indi-
yakni workshop bimbingan karir yang vidu melalui berbagai macam aktivitas
disusun berdasarkan teori perencanaan seperti ceramah, diskusi, tayangan video,
karir Jaffe dan Scott dapat meningkatkan permainan, dan penugasan lembar kerja.
efikasi diri dalam pengambilan keputusan Proses observational learning dalam
karir pada mahasiswa tingkat akhir. Semua pelatihan “PLANS” dapat dicapai dengan
sesi pelatihan “PLANS” disusun berdasar- baik melalui empat tahapan yaitu attentional

12 E-JURNAL GAMA JPP


“PLANS”, EFIKASI DIRI, KEPUTUSAN KARIR

processes, retention processes, production pro- ngaruh terhadap efikasi diri dalam peng-
cesses, dan motivational processes (Bandura, ambilan keputusan karir individu. Meski-
1986). Adanya aktivitas diskusi kelompok pun begitu, di luar pelatihan “PLANS”,
dengan dipandu co-trainer untuk tiap tetap ada pengaruh dari lingkungan lain
kelompok pada pelatihan “PLANS” mem- sebagaimana penjelasan Bandura tentang
buat proses observational learning berjalan triadic reciprocality. Oleh karenanya, akan
lebih intensif. Para peserta dapat saling lebih baik apabila setelah mengikuti pela-
berdiskusi dan bertanya pada co-trainer. Hal tihan “PLANS”, para peserta memilih ling-
ini membuat peserta dapat melakukan kungan yang dapat mempertahankan dan
tahapan perencanaan karir secara lebih bahkan semakin memperkuat keyakinan
maksimal. Peserta pun mendapat dukungan dirinya.
dari peserta lain sehingga menambah keya- Keterbatasan penelitian ini terletak
kinan dan kemantapan tentang studi lanjut- pada instrumen pengukuran efikasi diri
nya. Peserta pelatihan merupakan siswa dalam pengambilan keputusan karir. Model
kelas XI IPA dengan skor efikasi diri tergo- penskalaan dan instruksi tes yang tidak
long sedang. Kesetaraan kondisi ini mem- memberikan keterangan waktu yang jelas
buat proses observational learning berjalan memungkinkan subjek untuk memberikan
efektif. respons terhadap pernyataan yang tersedia
Proses belajar pada setiap peserta tidak atas dasar interpretasi waktu yang berbeda.
lepas dari pembentukan keyakinan itu Padahal, efikasi diri merupakan kondisi
sendiri. Penggunaan metode pelatihan dan psikologis yang relatif dapat berubah se-
observational learning terbukti dapat mem- hingga ketika seseorang merefleksikan
berikan sumber-sumber informasi efikasi efikasi dirinya pada satu waktu tertentu
sehingga efikasi diri individu dapat me- sangat mungkin hal itu merupakan aku-
ningkat (Suharjana, 2007; Iyyasi, 2013; mulasi dari berbagai hal yang telah dialami
Islawati, 2014). Dalam penelitian ini, peng- individu entah dalam rentang waktu berapa
gunaan keempat sumber informasi terapli- lama. Menurut Bandura (1997), untuk
kasi dalam berbagai aktivitas, seperti games, menyusun skala efikasi diri sebaiknya
tugas individu (mengisi lembar kerja), disesuaikan dengan dimensi efikasi diri
diskusi kelompok, dan ceramah. Sumber yang akan diukur sehingga sangat mungkin
informasi efikasi diri yang diterima peserta format skala untuk tiap dimensi berbeda.
pada proses observational learning inilah Hal inilah yang kemudian menjadi salah
yang juga memengaruhi peningkatan efi- satu keterbatasan yang berkaitan dengan
kasi diri dalam pengambilan keputusan validitas internal penelitian ini. Causal
karir pada kelompok eksperimen. inference dari eksperimen akan menyakin-
Proses pelatihan “PLANS” membuat kan apabila instrumen pengukuran yang
para peserta memandang pengambilan digunakan terpercaya. Dalam penelitian ini,
keputusan bukan sebagai tugas yang sulit causal inference akan semakin kuat apabila
sehingga menjadi lebih yakin untuk alat ukur (skala) yang digunakan juga lebih
merencanakan karirnya. Selain itu, para baik.
peserta juga mempersepsi dirinya mampu Keterbatasan yang kedua adalah peng-
bertahan dan mencari solusi saat menemui gunaan non random dalam penempatan
hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian ke dalam kelompok ekspe-
keseluruhan aktivitas dalam pelatihan rimen dan kelompok kontrol (desain peneli-
“PLANS” sebagai faktor lingkungan berpe- tian quasi experiment). Shadish, Cook, dan

E-JURNAL GAMA JPP 13


ARDIYANTI & ALSA

Campbell (2002) mengungkapkan bahwa lebih yakin akan kemampuannya untuk


saat penempatan subjek ke dalam kelompok menghadapi tugas pengambilan keputusan
eksperimen dan kontrol tidak dilakukan karir.
secara acak, maka diduga akan muncul Pada kelompok kontrol, keempat skor
beberapa ancaman terhadap validitas inter- efikasi diri dalam pengambilan keputusan
nal eksperimen, seperti selection-maturation, karir (pretest I, pretest II, post test, dan follow
selection-instrumentation, selection-regression, up) tidak mengalami perubahan yang
dan selection-history. Dalam penelitian ini, signifikan. Hasil analisis juga menunjukkan
peneliti telah mempertimbangkan karakte- bahwa skor pretest I dan pretest II pada
ristik sekolah sebagai bentuk kesetaraan kelompok eksperimen tidak berubah secara
subjek penelitan, menggunakan double signifikan. Artinya, tidak terjadi ancaman
pretest untuk meminimalisir ancaman matu- maturitas pada penelitian ini. Dengan demi-
ritas, dan mengacak aitem dalam skala un- kian, hipotesis penelitian ini terbukti yaitu,
tuk meminimalisir testing effect. Meskipun pelatihan “PLANS” dapat meningkatkan
begitu, peneliti tidak dapat mengontrol efikasi diri dalam pengambilan keputusan
variabel-variabel lain yang dapat meng- karir pada siswa kelas XI dengan kontribusi
ancam validitas internal eksperimen. Cook sebesar 73%. Efek pemberian pelatihan
dan Campbell (1979) menyampaikan bahwa “PLANS” dapat bertahan selama dua
random assignment atau desain randomized minggu.
experiment memberikan kemudahan pada
peneliti untuk mengatasi berbagai ancaman Saran
terhadap validitas internal sehingga causal
inference dalam eksperimen dapat lebih Pelatihan “PLANS” dapat digunakan
kuat. Hal ini menunjukkan bahwa penggu- untuk meningkatkan efikasi diri dalam
naan desain quasi experiment (penempatan pengambilan keputusan karir pada siswa
subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelas XI. Oleh karenanya, disarankan bagi
kontrol dilakukan secara non random) pihak sekolah agar bekerja sama dengan
dalam penelitian ini merupakan salah satu psikolog yang berkompeten untuk membe-
keterbatasan dari penelitian. rikan pelatihan (training for trainers) pada
Guru BK. Kegiatan ini bertujuan agar
nantinya Guru BK mampu memberikan
Kesimpulan pelatihan “PLANS” pada siswa. Hal ini
memungkinkan untuk dilakukan karena
Hasil analisis menunjukkan adanya
sebenarnya Guru BK sudah memiliki cukup
peningkatan skor efikasi diri dalam peng-
wawasan tentang perencanaan karir.
ambilan keputusan karir pada kelompok
eksperimen setelah mengikuti pelatihan Bagi peneliti selanjutnya, dapat mela-
“PLANS”. Peningkatan skor paling besar kukan penelitian serupa dengan mengatasi
terjadi pada dimensi level. Peningkatan skor kelemahan pada penelitian ini. Penelitian
pada dimensi level ini berkaitan dengan juga dapat dikembangkan dengan meng-
persepsi kelompok eksperimen terhadap ambil subjek penelitian siswa kelas XI yang
tugas pengambilan keputusan karir. Proses memiliki skor efikasi diri dalam pengam-
pelatihan “PLANS” membuat para peserta bilan keputusan karir tergolong rendah. Di
lebih mampu untuk mempersepsikan peng- samping itu, peneliti selanjutnya dapat
ambilan keputusan karir bukan sebagai menggunakan modul pelatihan “PLANS”
tugas yang sulit dilakukan. Hal ini pun untuk melakukan upaya prevensi bagi
membuat kelompok eksperimen menjadi siswa SMP.

14 E-JURNAL GAMA JPP


“PLANS”, EFIKASI DIRI, KEPUTUSAN KARIR

Daftar Pustaka work. Journal of Adolescence, 34(1), 163-


172.
Argyropoulou, E.P., Sidiropoulou–Dima-
Fouad, N., Cotter, E. W., & Kantamneni, N.
kakou, D., & Besevegis, E. G. (2007).
(2009). The effectiveness of career deci-
Generalized self-efficacy, coping, career
sion-making course. Journal of Career
indecision, and vocational choice of
Assessment, 17, 338-347.
senior high school students in greece:
implication for career guidance practi- Flores, L. Y., Ojeda, L., Huang, Y., Gee, D.,
tioners. Journal of Career Development, & Lee, S. (2006). The relation of
33(4), 316-337. acculturation, problem-solving apprais-
al, and career decision-making self-
Bandura, A. (1986). Social Foundations of
efficacy to mexican american high
Thought and Action: A Social Cognitive
school students’ educational goals.
Theory. New Jersey : Prentice-Hall.
Journal of Counseling Psychology, 53(2),
Bandura, A. (1997). Self Efficacy: The Exer- 260-266.
cise of Control. New York: Freeman.
Gainor, K. A. (2006). Twenty-five years of
Bardick, A. D. Bernes, K. B., Magnusson, K. self-efficacy in career assessment and
C., & Witko, K. D. (2006). Junior high practice. Journal of Career Assessment, 14,
school student’s plans for the future. 161-175.
Journal of Career Development, 32, 250-
Germeijs, V., & Verschueren, K. (2006). High
271.
school student’s career decision-making
Budiningsih, T. E. (2012). Pengambilan process : development and validation of
keputusan terhadap perencanaan karir the study choice task inventory. Journal
ditinjau dari efikasi diri dan ketepatan of Career Assessment, 14, 449-471.
pilihan karir pada remaja SMA Negeri
Hirschi, A., & Lage, D. (2007). The relation
Kodya Semarang. (Tesis tidak dipubli-
of Secondary students career choice
kasikan). Yogyakarta: Fakultas Psiko-
readiness to a six-phase model of career
logi Universitas Gadjah Mada.
decision-making. Journal of Career
Brown, S. D., & Lent, R. W. (2005). Career Development, 34(2), 164-191.
Development and Counseling: Putting
Hoelscher, M., Hayward, G., Ertl, H., &
Theory and Research to Work. Hobo-
Goddet, H. D. (2008). The transition
ken: John Wiley & Son.
from vocational education and training
Cook, T. D., & Campbell, D. T. (1979). to higher education: a successful path
Quasi-Experimentation: Design & Ana- way. Research Paper in Education, 23(2),
lysis Issues for Field Settings. Boston: 139-151.
Houghton Mifflin Company.
Islawati, I. (2104). Program “jari peri” untuk
Creed, P., Patton, W., & Prideaux, L. A. meningkatkan efikasi guru sd dalam
(2006). Causal relationship between mengajarkan prevensi kekerasan seksual
career indecision and career decision anak. (Tesis tidak dipublikasikan).
making self efficacy. Journal of Career Yogyakarta: Fakultas Psikologi Univer-
Development, 33(1), 47-65. sitas Gadjah Mada.
Creed, P. A., & Rogers, M. E. (2010). A Iyyasi, F. (2013). Pengaruh program “pilih-
longitudinal examination of adolescent anku” untuk meningkatkan efikasi diri
career planning and exploration using a dalam keputusan pemilihan korps karbol
social cognitive career theory frame- AAU. (Tesis tidak dipublikasikan).

E-JURNAL GAMA JPP 15


ARDIYANTI & ALSA

Yogyakarta: Fakultas Psikologi Univer- self-efficacy and vocational identity.


sitas Gadjah Mada. Journal of Career Development, 34(3), 263-
Kummerow, J. M. (1991). New Direction in 285.
Career Planning. California: CPP Book. Setiawati, O. R. (2009). Peran konseling karir
Kusumaningrum, D. S. (2012). Pengaruh untuk meningkatkan efikasi diri dalam
workshop bimbingan karir terhadap efikasi pengambilan keputusan karir siswa perem-
diri dalam pengambilan keputusan karir. puan SMP. (Tesis tidak dipublikasikan).
(Tesis tidak dipublikasikan). Yogyakar- Yogyakarta: Fakultas Psikologi Univer-
ta: Fakultas Psikologi Universitas sitas Gadjah Mada.
Gadjah Mada. Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D.
Leigh, D. (2006). The Group Trainer’s Hand- T. (2002). Experimental and quasi-
book: Design and Delivering Training experimental designs for generalized
for Group. London: Kogan Page. causal inference. Boston: Houghton
Mifflin Company.
Mulyana, O. P. (2009). Peningkatan efikasi diri
terhadap pengambilan keputusan karir Stone, A. L. (2006). An Examination of
melalui pelatihan perencanaan karir. (Tesis Career Decision-Making in the Context
tidak dpublikasikan). Yogyakarta: of Female Offenders. Tesis. Virginia:
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Virginia Commenwealth University.
Mada. Suharjana. (2007). Pembelajaran Melalui
Pappas, T. S., & Kounenou, K. (2011). Career Observasi untuk Mengembangkan
decision making of Greek post secon- Keterampilan Fisik dan Tanggapan
dary vocational students: the impact of Psikologis dalam Olahraga. Cakrawala
parents and career decision making Pendidikan, 1, 121 – 139
selfefficacy. Procedia Social and Behavioral Teuscher, U. (2003). Evaluation of decision
Sciences, 15, 3410– 3414. training program for vocational
Salas, E., & Bowers, C. J. A. (2001). The guidance. Journal for educational and
science of training: a decade of progress. vocational guidance, 3, 177-192.
Annual Review Psychology, 52, 471-499. Trusty, J., Niles, S. G., & Carney, J. V. (2005).
Sawitri, D. R. (2009). Pengaruh status identitas Education-career planning and middle
dan efikasi diri keputusan karir terhadap school counselor. Professional school
keraguan mengambil keputusan karir pada counseling, 9, 136-143.
siswa SMA kelas 12. (Tesis tidak dipu- Yulianto, U. (2012). Pengaruh konseling karir
blikasikan). Depok: Fakultas Psikologi secara kelompok terhadap efikasi diri
Universitas Indonesia. pengambilan keputusan studi lanjut pada
Savickas, M. L. (2002). Career construction: siswa SMA. (Tesis tidak dipublikasikan).
a developmental theory of vocational Yogyakarta: Fakultas Psikologi Univer-
behavior. Dalam D. Brown, dkk., Career sitas Gadjah Mada.
Choice and Development: Fourth Wang, J. L., Zhang, D., & Shao, J. J. (2010).
Edition (pp 149-205). San Fransisco: Group training on the improvement of
John Wiley & Son. college student’s career decision-
Scott, A. B., & Ciani, K. D. (2008). Effects of making self efficacy. Journal of Health,
an undergraduate career class on men’s 2(6), 551-556.
and women’s career decision-making

16 E-JURNAL GAMA JPP


“PLANS”, EFIKASI DIRI, KEPUTUSAN KARIR

Widyastuti, R. J., & Pratiwi, T. I. (2013). career planning: What student want.
Pengaruh self efficacy dan dukungan Journal of Educational Inquiry, 6, 34-49.
sosial keluarga terhadap kemantapan Wolfe, J. B., & Betz, N. E. (2004). The
pengambilan keputusan karir siswa. relationship of attachment variables to
Jurnal BK UNESA, 3(1), 231-238. career decision-making self efficacy and
Witko, K., Bernes, K. B., Magnusson, K., & fear of commitment. The Career Develop-
Bardick, A. D. (2005). Senior high school ment Quarterly, 52, 363-369.

E-JURNAL GAMA JPP 17

Вам также может понравиться