Вы находитесь на странице: 1из 7

PENGENDALIAN JENTIK NYAMUK VEKTOR

DEMAM BERDARAH, MALARIA DAN FILARIASIS MENGGUNAKAN STRAIN


LOKAL BACILLUS THURINGZENSZS H-14

Blondine c ~ . P *Rendro
, ~ i a n t o dan
' Sukarno*

ABSTRACT

THE MOSQUITO LARVAE CONTROL OF DENGUE HAEMMORAGHIC FEVER,


MALARIA AND FILARIASIS VECTOR USING LOCAL STR4IN OF BACILLUS
THURINGIENSIS H-14

A study was conducted anticipating vector control for the control of Dengue
Haemmoraghic Fever (Aedes aegypti), malaria (Anopheles aconitus) and jlariasis (Culex
quinguefasciatus) using a local strain of Bacillus thuringiensis H-14 grown in local media
(coconut water and soybean infusion). Tryptose Phosphate Broth chemical media (standard
media) was used as a comparison to the media under investigation. Good growth was
obtained in all media (local media and standard media) and local strain of B. thuringiensis
H-14 was effective against the three mosquito larvae. The local strain of Bacillus
thuringiensis H-14 cultured in coconut water media, killed 50% of the third instar larvae of
Ae. aegypti, An. aconitus and Cx. quinquefasciatus at concentrations of 13 x lo-', 31 x lo-'
and I0 x 10-' concentrations for 24 hours of exposure respectively and 13 x 10-', 9 x lo-'
and 7 x lo-' at 48 hours exposure. Meanwhile when B. thurigiensis H-14 were cultured in
soybean infusion media, they killed 50% of the third instar larvae of Ae. aegypti, An.
aconitus and Cx. quinquefasciatus at concentrations of 5 x I 0-', 7 x 10-' and 4 x 10-' for 24
hours of exposure respectively and 3 x lo-', 5 x 10-5 and 3 x 10-I at 48 hours exposure.
However when they were cultured in TPB media,they killed 50% of the third instar larvae of
Ae. aegypti, An. acotiitus and Cx. quinquefasciatus at concentrations of 12 x lo-': 15 x loe5
and 3 x 10-'for 24 hours of exposure respectively and 12 x I 0-', 15 x 10-' and 2 x I 0-' at 48
hours exposure. This investigation shows that the local strain of B. thuringiensis H-14 has
potential as bioinsecticide agent.

PENDAHULUAN digunakan karena efektif; aplikasinya


relatif murah dan hasilnya dapat diketahui
Pemberantasan penyakit demam dengan cepat. Insektisida kimia di samping
berdarah dengue (DBD) sampai saat ini harganya mahal, penggunaannya secara
hanya dilakukan dengan pengendalian berulang-ulang menimbulkan resistensi
vektor. Sedangkan memberantas penyakit vektor, matinya hewan lain yang bukan
malaria dan filariasis urnumnya dilakukan sasaran dan pencemaran lingkungan. Oleh
dengan cara pengobatan penderita dan karena itu dicari cara lain untuk
penyemprotan. Upaya pengendalian vektor menanggulangi vektor penyakit. Salah satu
dengan berbagai macarn insektisida telah cara yang mulai banyak diteliti, potensial

* Stasiun Penelitian Vektor Penyakit (SPVP) Salatiga, Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan.

- i
, ""v-w
ul. Penelit. Kesehat. 27 (1) 199912000
Pengendalianjentik nyamuk vektor .... . .. . . ... . Blondine Ch.P. et al

dan dipandang mempunyai prospek yang media kelapa untuk memproduksi B.


baik adalah penggunaan bakteri yang thuringiensis H- 144).
patogen bagi jentik nyamuk antara lain
Bacillus thuringiensis H- 14. Penelitian ini bertujuan untuk
mengendalikan jentik nyamuk vektor
Bacillus thuringiensis H- 14 demam berdarah (Ae. aegypti), malaria
merupakan salah satu bakteri patogen (An. aconitus) dan filariasis (Cx.
serangga yang sekarang sudah quinquefasciatus) dengan menggunakan
dikembangkan menjadi salah satu strain lokal B. thuringiensis H-14 yang
bioinsektisida yang patogenik terhadap diturnbuhkan dalam media air kelapa dan
jentik nyamuk dan jentik lalat hitam. Salah air rendaman kedelai.
satu karakteristik dari B. thuringiensis H-
14 adalah dapat memproduksi kristal
protein di dalam sel bersama-sama dengan BAHAN DAN CARA KERJA
spora pada waktu sel mengalami
sporulasil). Bahan Penelitian

Pada penelitian sebelum ini telah Bacillus thuringiensis H- 14 sebagai


ditemukan strain lokal Bacillus strain lokal, diperoleh dari hasil isolasi
thuringiensis H- 14 yang diisolasi dari habitat tanah di laboratorium Stasiun
habitat tanah di laboratorium Stasiun Penelitian Vektor Penyakit. Sebelum
Penelitian Vektor penyakit2). Untuk digunakan kultur bakteri tersebut dapat
memperbanyak kristal dan spora bakteri dipelihara dalam media NYSMA miring
tersebut digunakan media Tryptose dan disimpan pada suhu 4 ' ~ .Apabila akan
Phospate Broth (TPB) yang mahal digunakan, maka dibuat kultur baru
harganya. Untuk meningkatkan produksi terlebih dahulu dengan cara memindahkan
digunakan media alternatif seperti air kultur tersebut ke dalam media NYSMA
kelapa dan air rendaman kedelai yang yang baru dan diinkubasikan selama 48
murah harganya dan dapat diperoleh setiap jam, suhu 3 0 ' ~ .
saat.
Media pertumbuhan adalah media
Penelitian penggunaan media lokal air kelapa dan air rendaman kedelai yang
seperti terasi udang, malase dan tepung diperoleh dari industri tempe rumah tangga
kedelai untuk memproduksi B. di jalan Kemiri I, Salatiga. Sebagai media
thuringiensis H-14 telah dilakukan oleh standar (baku), digunakan media kimiawi
Soesanto (19921~). Begitu pula suatu Tryptose Phospate Broth (TPB). pH ketiga
penelitian yang telah dilakukan di media sebesar 7,3 dan disterilkan terlebih
"Alexander von Hurnboldt Tropical dahulu dengan menggunakan autoklav
Medicine Institute" di Lima, Peru dan oleh sebelum digunakan. Jentik nyamuk yang
Chilcott dan Pillai (1985) menggunakan digunakan adalah Ae. aegypti, An.aconitus

Bul. Penelit. Kesehat. 27 (1) 199912000


Pengendalian jentik nyamuk vektor . . . . . . ... . . . . Blondine Ch.P. et a1

dan Cx. quinquefasciatus masing-masing diambil 0,l ml dan ditaburkan ke dalam


instar 111, hasil koloni laboratoriurn. plat dan ditambahkan dengan agar nutrien,
diinkubasikan selama 48 jam, suhu 3 0 ' ~ .
Pelaksanaan Penelitian Sesudah itu dihitung jumlah spora (TVSC)
B. thuringiensis H-14 yang tumbuh di plat.
Pertumbuhan strain lokal B.
thuringiensis H-14 pada media air kelapa, Uji Toksisitas (Bioassay Test)
air rendaman kedelai dan TPB adalah
sebagai berikut : Kultur bakteri B. Kultur bakteri yang berada dalam
thuringiensis H-14 yang berada pada 3 ke 3 media (air kelapa, air rendaman
media NYSMA miring, masing-masing kedelai dan TPB), masing-masing
dipindahkan ke dalam 3 gelas Erlenmeyer dimasukkan ke dalam tabung sentrifus
berukuran 250 ml di mana masing-masing steril. Kemudian disentrifus dengan
gelas Erlenmeyer telah diisi dengan 50 ml kecepatan 3000 rpm selama 20 menit.
air kelapa, 50 ml air rendaman kedelai Supernatant dibuang hingga yang
yang ditambah 2 gram glukosa dan 50 ml tertinggal adalah pelet. Pelet ini yang
TPB. Masing-masing media diinkubasikan selanjutnya ditambah 9 ml aquadest
selama 24 jam, suhu 3 0 ' ~ . Sesudah itu sehingga merupakan campuran atau
digojog (shake) pada suhu kamar selama 3 suspensi pekat. Dari masing-masing
hari. Penghitungan jumlah sel hidup (TVC) suspensi ini dibuat seri pengenceran 10-I -
dan spora yang hidup (TVSC), dilakukan 10-lo dalam aquadest. Kemudian
menurut Soesanto (1992)3). ditambahkan 20 jentik Ae. aegypti instar
111 ke dalam masing-masing pengenceran,
TVC (Total Viable Cell) dan diinkubasikan pada suhu kamar.
Pengamatan kematian jentik dilakukan
Sesudah digoyang, selama 3 hari
pada 24 dan 48 jam pengujian untuk
kultur bakteri yang berada pada masing-
memperoleh LC5'. Uji toksisitas terhadap
masing media, dibuat pengenceran 10-I -
jentik nyamuk An. aconitus dan Cx.
10-lodalam aquadest. Dari masing-masing
quinquefasciatus dilakukan dengan cara
pengenceran diambil 0,l ml ditaburkan ke
yang sama.
dalam plat dan ditambahkan agar nutrien.
Diinkubasikan selama 48 jam, suhu 3 0 ' ~ .
Sesudah itu dihitung jumlah sel bakteri
yang tumbuh di plat. HASIL DAN PEMBAHASAN

TVSC (Total Viable Spore Count) Jumlah sel (TVC) dan jumlah spora
(TVSC) strain lokal B. thuringiensis H- 14
Untuk memperoleh jumlah spora, yang diperoleh setelah ditumbuhkan pada
maka kultur bakteri yang berada pada media air kelapa dan air rendaman kedelai
masing-masing media dibuat pengenceran serta uji toksisitas bakteri tersebut
10-I - lo-'' dalam aquadest, kemudian terhadap jentik nyarnuk Ae. aegypti, An.
dipanaskan pada suhu 6 0 ' ~ selama 30 aconitus dan Cx. quinquefasciatus
menit. Dari masing-masing pengenceran disajikan pada Tabel 1.

Bul. Penelit. Kesehat. 27 (1) 199912000


Pengendalianjentik nyamuk vektor .. ...... ..... Blondine Ch.P. et a1

Tabel 1. Jumlah sel (TVC) dan jumlah spora (TVSC) strain lokal B. thuringiensis varietas israelensis dari berbagai
konsentrasi media dan uji daya bunuhnya terhadap berbagai jentik nyamuk vektor.

b&dia 4%jam
- Aa aegph -
- An, acanifzts i n -
Airkelapa 10,5x108 11,4x105 13x10-' 31x10-' 7 lo-5 13 x lo-' 9 lo-5 7 10"

Infus kedelai 9,2 x lo7 5,2 x lo8 5 7 4 10" 3 10.' 5 lo-' 3 10"

Standar TPB 3,l x lo5 11.8 s 10' 12 lo5 15 3 12 15 x lo-' 2 10"

1 = Jumlah sellml
2 = Jumlah sporalml
3 = Kematian 50%j e n e nyamuk Ae. aegypfi,An. aconitus & Cj. quinquefasciatus pada berbagai pencemaan.

Bul. Penelit. Kesehat. 27 (1) 1999/2000


Pengendalian jentik nyamuk vektor . . . . . . .... . .. Blondine Ch.P. et a1

Pada Tabel 1 terlihat bahwa jumlah mungkin disebabkan oleh reaksi


sel dan jumlah spora strain lokal B. patogenisitas yang berbeda di dalam usus
thuringiensis H-14 pada medium air tengah larva. Konsentrasi strain lokal B.
kelapa masing-masing sebesar 10,5 x 10' thuringiensis H- 14 yang dibutuhkan untuk
sellml dan 11,4 x 1o8 sporafml serta dapat membunuh jentik Ae. aegypti pada
membunuh 50% (LCso)jentik Ae. aegvpti, pengamatan 48 jam pada media lokal dan
An. aconitus dan Cx. quinquefasciatus media pembanding lebih kecil daripada
berturut-turut pada pengenceran 13 x lo-', pengamatan 24 jam. Hal ini berarti bakteri
31 x lo-' dan 7 x 10-'pada24 jam tersebut masih efektif selama 48 jam.
pengujian serta 13 x lo-', 9 x lo-' dan 7 x
loe5selama 48 jam pengujian. Jumlah sel Asam amino dan karbohidrat
dan spora B. thuringiensis H-14 yang merupakan sumber nutrisi bagi
diperoleh dari air rendaman kedelai pertumbuhan B. thuringiensis H- 14. Air
sebesar 9,2 x lo7 sellml dan 5,2 x 10' kelapa kaya akan asam amino dan
sporafml. LCso jentik Ae. aegvpti. An. karbohidrat serta mengandung asam
aconitus dan Cx. quinquefasciatus masing- glutamik yang tinggi4). Nickerson dan
masing pada pengenceran 5 x 1o ' ~ ,7 x 10.' Bulla (1975) menyatakan bahwa asam
dan 4 x pada 24 jam pengujian dan 3 glutamik atau methionine dalam jumlah
x lo-', 5 x 10-' dan 3 x lo-' selama 48 jam tinggi dapat merangsang pertumbuhan
pengujian. Pada media TPB (media bakteri dalam jumlah yang banyak6). Air
standar) jumlah sel dan jumlah spora rendaman kedelai hanya sedikit
masing-masing sebesar 3,l x lo5 sel/ml mengandung sumber carbon (komunikasi
dan 11,s x 10' sporalml dengan LCSo pribadi dengan Lina, mahasiswa UKSW).
jentik Ae. aegypti. An. aconitus dan Cx Oleh karena itu pada media tersebut diberi
quinquefasciatus masing-masing pada glukosa sebesar 2 gram, sebagai sumber
pengenceran 12 x loms,15 x lo-' dan 3 x carbon7). Selain itu kacang kedelai
lo-' pada 24 jam pengujian dan 12 x mengandung asam amino yang cukup
15 x dan 2 x lo-' selama 48 jam misalnya leusin dan lisin yang dapat
pengujian. Terdapat perbedaan jumlah sel merangsang pertumbuhan bakteri8).
dan jumlah spora pada ke 3 media, namun
ha1 ini tidak mempengaruhi toksisitas Efektivitas strain B. thuringiensis
(bioassay test) dari bakteri tersebut dalam H- 14 dapat dipengaruhi oleh berbagai
menentukan aktivitas larvasidanya. Hal ini faktor. Berbagai faktor tersebut adalah
pula didukung oleh Bulla dkk (1 985), yang instar jentik, makanan, periode pemaparan
menyatakan bahwa hasil pengujian (expose period), kualitas air, strain bakteri,
toksisitas lebih penting untuk menentukan suhu air dan forrnulasi B. thuringiensis
aktivitas larvasidanya5). Pada Tabel 1 H- 14 khususnya tingkat sedimentasil
terlihat pula strain lokal yang ditumbuhkan pengendapannya93'0). Di samping itu
dalam media air kelapa, air rendaman efektivitas larvasida bakteri juga dipe-
kedelai dan TPB, ternyata tidak ngaruhi oleh adanya toksin di daerah
dibutuhkan konsentrasi yang sama untuk makan jentik dan perilaku makan dari
membunuh 50% jentik Ae. aegypti. Hal ini jentik nyamuk sasaran"). Jentik Ae.

182 Bul. Penelit. Kesehat. 27 (1) 199912000


Pengendalianjentik nyamuk vektor . . . . . . ... . . . . Blondine Ch.P. et al

aegypti mempunyai kebiasaan mengambil hingga selesainya makalah ini. Ucapan


makanan di dasar dan dinding penam- terima kasih pula kami sampaikan kepada
pungan air (bottom feeders), Cx. para teknisi Laboratorium Jasad hayati
quinquefasciatus mengambil makanan di SPVP, atas bantuan yang telah diberikan.
bawah perrnukaan air dan An. aconitus
yang kebiasaan mengambil makanan
DAFTAR PUSTAKA
(termasuk toksin) di daerah permukaan
(lebih kurang 1-2 mm)'". 1. WHO (1979). Data Sheet on The Biological Control
Agent Bacillus thuringiensis serotype H-14.
WHONBCl79.50.13p.
KESIMPULAN 2. Blondine CH.P, Umi Widyastuti,Widiarti &
Sukarno (1998). Isolasi Bakteri Patogen dan
Strain lokal B. thuringiensis H- 14 Inventarisasi Parasit serta Predator Jentik Nyarnuk.
Laporan akhir Penelitian Rutin (199711998).
yang ditumbuhkan dalam media air kelapa
dan air rendaman kedelai, mampu 3. Soesanto (1992). Initial Study of Production of
Bacillus thuringiensis israelensis using Locally
membunuh 50% jentik Ae. aegypti, An. Obtained Substrates. Berkala Ilmu Kedokteran.
aconitus dan Cx. quinquefasciatus masing- 24.3.
masing pada p e n g e n c m 13 x lo-', 3 1 x 4. Chicott, CN & Pillai, .J.S. (1985). The use of
10.' dan 7 x lo-' pada 24 jam pengujian coconut wastes for the production of Bacillus
dan 13 x 9 x lo-' dan 7 x lom5selama thuringiensis var israelensis. Mircen Journal,
1985,1.327-332.
48 jam pengujian. Demikian pula media
standar TPB mampu membunuh 50% Ae. 5. Bulla, LA, Jr : Faust, RM : Wabiko, H & Raymond,
KC (1985). Insecticidal bacilli in D.A. Dubanau
aegypti, An. aconitus dan Cx (ed) : The Molecular Biology of the Bacilli.
quinquefasciatus masing-masing pada Academic Press. Inc, London. pp. 186-2 10
pengenceran 12 x 1o - ~ 15, x 1 0 ' ~dan 3 x 6. Nickerson, KW & Bulla, LA, Jr. (1975). Lipid
lo-' selama 24 jam pengujian dan 12 x Metabolism During Bacterial Growth Sporulation
lo-', 15 x 10.' dan 2 x 10" pada 48 jam and Germination : an Obligate Nutritional
Requirement in Bacillus thuringiensis for
pengujian. Strain lokal B. thuringiensis Compounds that Stimulate Fatty Acid Synthesis.
H-14 yang ditumbuhkan dalam media Journal of Bacteriology. 123,598-603
lokal air kelapa dan air rendaman kedelai 7. Ruri Sri Hartini (1997). Pengaruh Glukosa
mempunyai potensi sebagai agen Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pigmen oleh
Monascus Purpureus UKSW 40 Pada Medium Air
bioinsektisida. Rendaman Kedelai. 20h Fakultas Biologi UKSW
Salatiga.

UCAPAN TERIMA KASIH 8. Koswara, S. (1992). Tehnologi Pengelolaan Kedelai


Menjadi Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta
Dengan selesainya penelitian dan
penulisan makalah ini, penulis 9. Milan, L.C & Mulla, MS. (1983). Factor
Influencing Activity of The Microbial agent B.
menyampaikan rasa terima kasih kepada sphaericus Against Mosquito Larvae. Bull. Cos.
Kepala Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Vector. Eco1.8(2); 128-34.
Salatiga, dan Ketua kelompok Peneliti
10. Becker, N. & Margalit, J. (1992). Control of
SPVP yang telah membina penelitian ini, Diptera with B. thurigiensis israelensis Training in
memberikan komentar dan saran dari awal Tropical Diseases, Jenewa

Bul. Penelit. Kesehat. 27 (1) 1999/2000 183


Pengendalianjentik nyamuk vektor ... ....... . .. Blondine Ch.P. et a1

11. Mulla, M.S.: Darwazeh, HA. & Aly, C. (1986). 12. Becker, N : Djakaria, S: Kaiser, A: Zulhasri1,O &
Laboratory and Field Studies on New Formu- Ludwig, HW. (1991). Efficacy of a New Tablet
lations of Two Microbial Control Agents Formulation of an Asporogenous Strain of Bacillus
Against Mosquitoes. Bull. Soc. Vector. Ecol. l(2): thuringiensis israelensis Against Larvae of Aedes
255-63. aegypti. Bull.Soc. Vector. Ecol. 16(1): 1-7.

Bul. Penelit. Kesehat. 27 (1) 199912000

Вам также может понравиться