Вы находитесь на странице: 1из 5

Faktor Pemicu Diabetes Tipe 2

Ditinjau dari Mata Pencaharian


Felicia Acramin
Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
feliciaacramin@gmail.com

Abstract. Type 2 diabetes or diabetes mellitus is the most common type of diabetes in which it's
prevalence has been increasing globally, especially in Indonesia. Diabetes mellitus is a
multifactorial disease, triggered by both genetic and environmental factors (such as sedentary
lifestyle, obesity, and unhealthy diet) that are responsible for dysregulation of glucose
metabolism in type 2 diabetes. Complications of diabetes have led to the decreasing quality of
life in people with DM. The objective of this study was to observe livelihood factor (including
lifestyle and diet factors) as factors contributing to type 2 diabetes risk in persons with DM. The
method of this study was descriptive design with qualitative approach. The data were gathered
by conducting in-depth interview with five DM sufferers that had five different jobs. The result
of the interview showed that DM sufferers with various type of jobs had different patterns in
lifestyle and diet leading to hyperglycemia and increased insulin resistance. As a result, those
pathophysiological features developed into type 2 diabetes in DM sufferers. This study has
major implication for the prevention of type 2 diabetes. It is recommended that health care
providers should improve the patients and their family understanding about type 2 diabetes and
improve the management of healthy lifestyle and diet pattern.

Keywords: type 2 diabetes, risk factors, livelihood, lifestyle, diet

1. PENDAHULUAN

Diabetes adalah salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia.
Hiperglikemia merupakan kondisi di mana kadar gula darah melebihi batas normal dengan kadar
glukosa darah sesaat ≥ 200 mg/dL dan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL (ADA, 2011).
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh menurunnya aksi hormon insulin yang meregulasi kadar gula
darah.
Beberapa gejala hiperglikemia meliputi rasa haus terus menerus, peningkatan frekuensi buang
air kecil, peningkatan frekuensi makan, penurunan berat badan, penurunan kemampuan penglihatan,
dan penurunan kemampuan tubuh dalam menyembuhkan luka. Gejala-gejala hiperglikemia biasanya
tidak langsung terlihat pada penderita diabetes. Hal ini disebabkan karena hiperglikemia pada tahap
awal masih dapat terkompensasi dan belum memengaruhi tubuh. Hiperglikemia berkembang secara
bertahap selama bertahun-tahun sampai akhirnya menimbulkan gejala pada penderita diabetes (ADA,
2010).
Komplikasi dari penyakit diabetes menurunkan kualitas hidup penderita diabetes. Kualitas
hidup yang menyangkut masalah kesehatan meliputi empat komponen, yaitu fisik, mental, sosial, dan
fisiologi. Berdasarkan komponen fisik, penderita diabetes terbukti memiliki risiko penyakit
kardiovaskuler dan ginjal yang lebih tinggi. Selain itu, risiko disfungsi seksual dan kebutaan juga lebih
tinggi dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes. Apabila tidak ditangani dengan perawatan
yang baik, orang dengan diabetes memiliki resiko kematian dua kali lebih tinggi, khususnya pada laki-
laki penderita diabetes. Hal ini dapat terjadi karena risiko kematian pada penderita diabetes juga
dipengaruhi oleh intensitas merokok. Kualitas hidup berdasarkan komponen mental biasanya menurun
ketika penderita diabetes menderita demensia. Dalam komponen sosial, diabetes dapat menyebabkan
putusnya hubungan keluarga dan pertemanan. Berdasarkan komponen fisiologi, anak-anak penderita
diabetes tipe 1 cenderung mengalami depresi semasa kecilnya (Trikkalinou et al., 2017).
Berdasarkan etiologi dan patogenesisnya, diabetes terbagi menjadi dua kategori yaitu diabetes
tipe 1 dan diabetes tipe 2. Selain dua kategori diabetes tersebut, ada tipe gestational diabetes yang
disebabkan oleh hormon insulin yang intoleran selama masa hamil. Diabetes tipe ini merupakan
diabetes yang sifatnya lebih mengarah kepada fisiologis dan bukan patologis.
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh defisiensi sekresi insulin karena adanya kerusakan pada sel
beta pankreas. Orang dengan diabetes tipe 1 memerlukan perawatan dengan insulin (insulin-
dependent diabetes) dikarenakan sedikitnya hormon insulin yang dihasilkan tubuh.
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin sehingga hormon insulin tidak mampu
bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah. Kerja hormon insulin ini juga dipengaruhi
oleh sistem genetik dan epigenetik yang berpengaruh terhadap tingkat sekresi dan resistensi hormon
insulin (Chen et al., 2011). Pada penderita diabetes tipe 2 tidak memerlukan perawatan dengan insulin
(non-insulin-dependent diabetes) karena tubuh masih mampu menghasilkan hormon insulin. Adanya
resistensi insulin pada penderita diabetes tipe 2 menyebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk
ke dalam sel tubuh sehingga metabolisme karbohidrat dalam tubuh terhambat. Hal ini menyebabkan
tubuh merasa lapar dan frekuensi makan meningkat.
Diabetes tipe 2 atau diabetes mellitus memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan
diabetes tipe 1. Setiap tahunnya, diabetes mellitus semakin banyak diderita oleh lansia, bahkan remaja
sampai anak-anak. Diabetes mellitus telah menjadi permasalahan kesehatan dunia terutama pada
negara-negara berkembang yang sedang mengalami modernisasi atau westernisasi (Wu et al., 2014).
Diabetes mellitus disebabkan oleh multifaktor yang merupakan kombinasi antara faktor
genetik/internal dan faktor lingkungan/eksternal. Faktor lingkungan meliputi faktor pola makan dan
gaya hidup (Hu, 2011).
Interaksi antara faktor pola makan dan gaya hidup sangat memengaruhi resiko diabetes
mellitus. Orang-orang dengan mata pencaharian yang berbeda tentunya memiliki gaya hidup serta
pola makan yang berbeda juga. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meninjau mata pencaharian sebagai faktor penyebab diabetes tipe 2.

2. METODE

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah


penelitian yang bermaksud untuk menyelidiki keadaan/kondisi yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk
laporan penelitian (Arikunto, 2010:3). Menurut Moleong, penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subyek penelitian pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Subyek
penelitian adalah informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010:132). Subyek
penelitian ini adalah lima narasumber penderita diabetes mellitus yang memiliki lima mata pencaharian
berbeda. Instrumen penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Wawancara adalah pertemuan
antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab dalam suatu topik tertentu
(Sugiyono, 2013:231). Wawancara yang dilakukan mengarah kepada peninjauan faktor mata
pencaharian yang dipengaruhi gaya hidup dan pola makan sebagai faktor pemicu diabetes mellitus pada
masing-masing subyek penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan lima narasumber penderita
diabetes mellitus yang bermata pencaharian beragam, maka dapat terlihat bahwa jenis pekerjaan yang
berbeda akan menimbulkan perbedaan juga pada gaya hidup dan pola makan masing-masing individu
penderita diabetes mellitus. Data-data jenis mata pencaharian, gaya hidup, dan pola makan yang
terdapat pada tabel adalah data yang merupakan pengalaman atau kebiasaan di masa lampau yang
menjadi faktor penyebab diabetes mellitus kelima narasumber.

TABEL 1 FAKTOR PEMICU DIABETES MELLITUS


DITINJAU DARI MATA PENCAHARIAN DIPENGARUHI GAYA HIDUP
No Mata Pencaharian Gaya Hidup
1 Guru Pekerjaan ringan, mengajar dari pukul 07.00-12.00, sering olahraga,
tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol
2 Pedagang Pekerjaan melelahkan, berdagang dari pukul 04.00-12.00, sering
kurang tidur, jarang olahraga, merokok, mengonsumsi alkohol sesekali
3 Karyawan Swasta Pekerjaan ringan, bekerja dari pukul 09.00-16.30, jarang olahraga,
merokok 2 bungkus/hari, mengonsumsi alkohol
4 Penjual Kue Pekerjaan berat, sering begadang, bekerja dari pukul 02.00-12.00,
jarang olahraga, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol
5 Wiraswasta Pekerjaan ringan, bekerja dari pukul 08.00-16.00, jarang olahraga,
tidak merokok, mengonsumsi alkohol

TABEL 2 FAKTOR PEMICU DIABETES MELLITUS


DITINJAU DARI MATA PENCAHARIAN DIPENGARUHI POLA MAKAN
No Mata Pencaharian Pola Makan
1 Guru Pola makan kurang teratur, makanan tinggi karbohidrat, sering minum
minuman manis bersoda
2 Pedagang Pola makan tidak teratur, sering makan mi instan, tidak suka minuman
manis
3 Karyawan Swasta Pola makan siang teratur, pola makan malam tidak teratur, sering
makan biskuit dan roti, sering minum es sirup dan kopi
4 Penjual Kue Pola makan kurang teratur, sering makan kue, sering minum minuman
manis
5 Wiraswasta Pola makan teratur, makanan tinggi karbohidrat dan lemak, sering
minum es cendol dan es campur

Dilihat dari dua tabel di atas, gaya hidup dan pola makan masing-masing individu mengarah
kepada kebiasaan-kebiasaan yang memicu diabetes mellitus. Jenis mata pencaharian kelima individu
berdampak kepada gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup yang peneliti bahas meliputi jam kerja,
berat/ringannya pekerjaan, kebiasaan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, kebiasaan merokok,
dan kebiasaan mengonsumsi alkohol. Berdasarkan tabel 1, dapat terlihat bahwa lebih banyak
narasumber yang jarang olahraga. Kebiasaan jarang olahraga akan menimbulkan penumpukkan lemak
berlebih dalam tubuh. Penumpukkan lemak dalam tubuh akan menyebabkan obesitas dan
menimbulkan resistensi insulin yang turut memicu progresivitas diabetes mellitus (Kaku, 2010).
Selain obesitas, stres yang ditandai dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol pada
narasumber juga menjadi pemicu diabetes mellitus (Hu, 2011).
Jenis mata pencaharian kelima individu berdampak terhadap pola makan yang berbeda. Pola
makan yang peneliti bahas meliputi teratur/tidaknya pola makan, jenis makanan yang sering
dikonsumsi, dan kesukaan narasumber terhadap minuman/makanan yang manis. Berdasarkan tabel 2,
lebih banyak narasumber yang memiliki pola makan kurang teratur dan cenderung mengonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat tinggi. Kebiasaan begadang dan beratnya pekerjaan pada
narasumber juga turut berdampak terhadap jenis makanan yang diminati, yaitu karbohidrat. Hal ini
disebabkan karena ketika tubuh begadang ataupun melakukan aktivitas yang berat, tubuh
membutuhkan banyak energi. Tubuh akan merombak banyak cadangan energi dalam tubuh dan tubuh
juga akan mengirimkan sinyal lapar supaya kebutuhan energi tercukupi. Karbohidrat diminati karena
ia cepat dicerna oleh tubuh dan bentuk sederhananya lebih cepat diubah ke dalam bentuk energi. Hal
ini berbeda dengan lemak yang lebih lama dicerna di dalam tubuh dan cenderung disimpan sebagai
cadangan energi tubuh.
Terlepas dari makanan pokok masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah nasi putih, pada
narasumber dengan DM terlihat sering menambahkan menu tinggi karbohidrat lain ke dalam menu
hariannya, misalnya saja mi instan. Masukkan harian karbohidrat juga semakin bertambah tinggi
karena empat dari lima narasumber sering mengonsumsi cemilan manis (roti, biskuit, dan kue)
ataupun minuman manis (minuman bersoda, sirup, es campur, kopi manis, teh manis, dan es cendol).
Konsumsi minuman ataupun makanan manis dengan perasa gula secara rutin dapat memicu
obesitas serta hiperglikemia yang mengacu pada diabetes mellitus dan penyakit metabolik kronis
lainnya (Malik et al., 2010). Hal ini disebabkan karena adanya lonjakan kadar gula dalam darah secara
bertahap dan terus-menerus akan menimbulkan resistensi insulin jangka panjang yang berdampak
terhadap penyakit diabetes mellitus.

4. SIMPULAN

Setelah dilakukan analisis isi dari hasil wawancara, narasumber dengan keberagaman mata
pencahariannya dewasa ini sering mengonsumsi banyak makanan dan minuman yang manis serta
makanan tinggi karbohidrat. Meski demikian, pola makan yang tidak sehat tersebut tidak diimbangi
dengan gaya hidup yang sehat. Sebagian besar individu dengan diabetes mellitus memiliki kebiasaan-
kebiasaan di masa lampau yang memicu timbulnya DM seperti kebiasaan merokok, minum alkohol,
jarang olahraga, dan begadang. Faktor-faktor tersebut memicu terjadinya diabetes mellitus dan angka
prevalensi diabetes mellitus pun semakin melonjak tinggi setiap tahunnya.

5. SARAN

Sesuai dengan kesimpulan yang telah dikemukakan, peneliti ingin memberikan beberapa saran
sebagai berikut :

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti secara mendalam faktor jam
kerja/aktivitas terhadap faktor risiko penyakit diabetes mellitus.

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan pendidikan kesehatan mengenai


pencegahan diabetes mellitus beserta penanganan dan pengendaliannya sehingga bisa menurunkan
angka prevalensi diabetes mellitus di Indonesia.

Bagi penderita diabetes mellitus dan keluarga, sebaiknya diabetes mellitus dikendalikan dan juga
dicegah dengan mengubah gaya hidup dan pola makan ke arah yang lebih sehat.

6. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Jurnal
Chen, L., Magliano, D. and Zimmet, P. (2011). The worldwide epidemiology of type 2 diabetes
mellitus—present and future perspectives. Nature Reviews Endocrinology, 8(4), pp.228-236.
Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. (2009). Diabetes Care, 33(Supplement_1), pp.S62-
S69.
Evert, A., Boucher, J., Cypress, M., Dunbar, S., Franz, M., Mayer-Davis, E., Neumiller, J., Nwankwo,
R., Verdi, C., Urbanski, P. and Yancy, W. (2013). Nutrition Therapy Recommendations for the
Management of Adults With Diabetes. Diabetes Care, 37(Supplement_1), pp.S120-S143.
Gerstein, H., Dagenais, G., Jung, H., Pogue, J., Ramachandran, A., Rydén, L., Bosch, J., Díaz, R.,
Maggioni, A., Probstfield, J., Riddle, M. and Yusuf, S. (2012). Basal Insulin and Cardiovascular
and Other Outcomes in Dysglycemia. New England Journal of Medicine, 367(4), pp.319-328.
Guariguata, L., Whiting, D., Hambleton, I., Beagley, J., Linnenkamp, U. and Shaw, J. (2019). Global
estimates of diabetes prevalence for 2013 and projections for 2035.
Hu, F. (2011). Globalization of Diabetes: The role of diet, lifestyle, and genes. Diabetes Care, 34(6),
pp.1249-1257.
Kaku, K. (2010). Pathophysiology of Type 2 Diabetes and Its Treatment Policy. JMAJ, 53(1), pp.41-
46.
Kirkman, M., Briscoe, V., Clark, N., Florez, H., Haas, L., Halter, J., Huang, E., Korytkowski, M.,
Munshi, M., Odegard, P., Pratley, R. and Swift, C. (2012). Diabetes in Older Adults. Diabetes
Care, 35(12), pp.2650-2664.
Malik, V., Popkin, B., Bray, G., Despres, J., Willett, W. and Hu, F. (2010). Sugar-Sweetened
Beverages and Risk of Metabolic Syndrome and Type 2 Diabetes: A meta-analysis. Diabetes
Care, 33(11), pp.2477-2483.
Standards of Medical Care in Diabetes--2010. (2009). Diabetes Care, 33(Supplement_1), pp.S11-S61.
Standards of Medical Care in Diabetes--2011. (2010). Diabetes Care, 34(Supplement_1), pp.S11-S61.
Taylor, K., Heneghan, C., Farmer, A., Fuller, A., Adler, A., Aronson, J. and Stevens, R. (2013). All-
Cause and Cardiovascular Mortality in Middle-Aged People With Type 2 Diabetes Compared
With People Without Diabetes in a Large U.K. Primary Care Database. Diabetes Care, 36(8),
pp.2366-2371.
Trikkalinou, A., Papazafiropoulou, A. and Melidonis, A. (2017). Type 2 diabetes and quality of
life. World Journal of Diabetes, 8(4), p.120.
Wu, Y., Ding, Y., Tanaka, Y. and Zhang, W. (2014). Risk Factors Contributing to Type 2 Diabetes
and Recent Advances in the Treatment and Prevention. International Journal of Medical
Sciences, 11(11), pp.1185-1200.

Вам также может понравиться