Вы находитесь на странице: 1из 8

PENERAPAN BATAS-BATAS WANPRESTASI DAN PERBUATAN

MELAWAN HUKUM DALAM PERJANJIAN

Sedyo Prayogo
Advokat
sedyo_prayogo@yahoo.com

Abstract
The Act of the Civil Law makes a clear distinction between the engagement that is born
of the agreement and engagement that is born of the legislation. The legal consequences
are born of an engagement agreement is desired by the parties, because memng agreement
based on the agreement that a rapprochement between the parties will make arrangements.
While the legal consequences of an engagement that is born of a statute may not be desired
by the parties, but the relationship of law and the legal consequences prescribed by law. Legal
issues that arise in case there is a contractual relationship between the parties and the event of
default can filed a lawsuit against the law. Based on the identification and analysis, the authors
conclude that the draft Civil Code distinguishes between tort lawsuit is based on the contractual
relationship between the Plaintiff and the Defendant and tort claims where there is no contractual
relationship between the Plaintiff and the Defendant. Developments in the practice of court
decisions indicate that a shift in the theory because of the contractual relationship between the
Plaintiff and Defendant did not preclude the filing of a lawsuit against the law.
Key Word: Stangnant Payment, Act Against The Law, Agreement

Abstrak
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membedakan dengan jelas antara perikatan yang
lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang. Akibat hukum suatu perikatan
yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki oleh para pihak, karena memng perjanjian
didasarkan atas kesepakatan yaitu persesuaian kehendak antara para pihak yang membuat
perjanjian. Sedangkan akibat hukum suatu perikatan yang lahir dari undang-undang mungkin
tidak dikehendaki oleh para pihak, tetapi hubungan hukum dan akibat hukumnya ditentukan
oleh undang-undang. Permasalahan hukum yang timbul adalah dalam hal ada hubungan
kontraktual antara para pihak dan terjadi wanprestasi dapatkah diajukan gugatan perbuatan
melawan hukum. Berdasarkan identifikasi dan analisis, penulis berkesimpulan bahwa Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata membedakan antara gugatan wanprestasi yang didasarkan
pada hubungan kontraktual antara Penggugat dan Tergugat dan gugatan perbuatan melawan
hukum di mana tidak ada hubungan kontraktual antara Penggugat dan Tergugat. Perkembangan
dalam praktik putusan-putusan pengadilan menunjukkan bahwa terjadi pergeseran teori tersebut
karena hubungan kontraktual antara Penggugat dan Tergugat tidak menghalangi diajukannya
gugatan perbuatan melawan hukum.
Kata kunci: Wanprestasi, Perbuatan Melawan Hukum, Perjanjian

Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan Jurnal Pembaharuan Hukum


280 Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian Volume III No. 2 Mei - Agustus 2016
Sedyo Prayogo
A. PENDAHULUAN legisme. Pengertian yang dianut adalah bahwa
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang perbuatan melawan hukum merupakan
Hukum Perdata menentukan bahwa perbuatan yang bertentangan dengan hak
tiap perbuatan melawan hukum yang dan kewajiban hukum menurut undnag-
mengakibatkan kerugian pada orang lain, undang. Dengan kata lain bahwa perbuatan
mewajibkan orang yang melakukan perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) sama
tersebut untuk mengganti kerugian.1 Mariam sengan perbuatan melawan undang-undang
Darus Badrulzaman dalam Rancangan UU (onwetmatigedaad).3
(RUU) Perikatan berusaha merumuskannya Penilaian mengenai apakah suatu
secara lengkap, sebagai berikut:2 perbuatan termasuk perbuatan melawan
1. Suatu perbuatan melawan hukum hukum, tidak cukup apabila hanya didasarkan
yang mengakibatkan kerugian kepada pada pelanggaran terhadap kaidah hukum,
orang lain, mewajibkan orang yang tetapi perbuatan tersebut harus juga dinilai
karena kesalahan atau kelalaiannya dari sudut pandang kepatutan. Fakta bahwa
menebritkan kerugian itu mengganti seseorang telah melakukan pelanggaran
kerugian tersebut. terhadap suatu kaidah hukum dapat menjadi
2. Melanggar hukum adalah tiap faktor pertimbangan untuk menilai apakah
perbuatan yang melanggar hak perbuatan yang menimbulkan kerugian
orang lain atau bertentangan dengan tadi sesuai atau tidak dengan kepatutan
kepatutan yang harus diindahkan yang seharusnya dimiliki seseorang dalam
dalam pergaulan kemasyarakatan pergaulan dengan sesama warga masyarakat.4
terhadap pribadi atau harta benda Terminologi dari “Perbuatan Melawan
orang lain Hukum” merupakan terjemahan dari kata
3. Seorang yang sengaja tidak onrechtmatigedaad, yang diatur dalam Kitab
melakukan suatu perbuatan yang Undang-Undang Hukum Perdata Buku III
wajib dilakukannya, disamakan tentang Perikatan, Pasal 1365 sampai dengan
dengan seorang yang melakukan Pasal 1380. Beberapa sarjana ada yang
suatu perbuatan terlarang dan mempergunakan istilah “melanggar” dan
karenanya melanggar hukum. ada yang mempergunakan istilah “melawan”.
Perumusan norma dalam konsep Wirjono Prodjodikoro menggunakan istilah
Mariam Darus Badrulzaman ini telah “perbuatan melanggar hukum”, dengan
mengabsorbsi perkembangan pemikiran mengatakan: “Istilah onrechtmatigedaad
yang baru mengenai perbuatan melawan dalam bahasa Belanda lazimnya mempunyai
hukum. Sebab dalam konsep itu pengertian arti yang sempit, yaitu arti yang dipakai dalam
melawan hukum menjadi tidak hanya diartikan Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek dan yang
sebagai melawan undang-undang (hukum hanya berhubungan dengan penafsiran dari
tertulis) tetapi juga bertentangan dengan pasal tersebut, sedang kini istilah perbuatan
kepatutan yang harus diindahkan dalam melanggar hukum ditujukan kepada hukum
pergaulan masyarakat (hukum tidak tertulis). yang pada umumnya berlaku di Indonesia
Perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 dan yang sebagian terbesar merupakan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pawa Hukum Adat”.5 Subekti juga menggunkan
awalnya memang mengandung pengertian istilah Perbuatan Melanggar Hukum.6
yang sempit sebagai pengaruh dari ajaran 3 Rosa Agustina, 2008, Perbuatan Melawan Hukum,
FH Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 5
1 R. Subekti dan Tjitrosudibio, 2006, Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 4 Setiawan, 2006, Empat Kriteria Perbuatan Melanggar
hlm.346. Hukum dan Perkembangannya Dalam Yurisprudensi,
Varia Peradilan No. 16, Desember 2006
2 Sutan Remy Sjahdeini, dkk, 2007, Naskah Akademis
Peraturan Perundang-Undangan tentang Perbuatan 5 Wirjono Prodjodikoro, 2008, Perbuatan Melanggar
Melawan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Hukum, Sumur Bandung, Bandung, hlm. 7
Departemen Kehakiman RI, Jakarta, hlm. 18 6 R. Subekti dan Tjitrosudibio, 2006, Op. Cit, hlm. 346

Jurnal Pembaharuan Hukum Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan


Volume III No. 2 Mei - Agustus 2016 Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian 281
Sedyo Prayogo
Terminologi “Perbuatan Melawan antara para pihak dan terjadi wanprestasi
Hukum” antara lain digunakan oleh Mariam dapatkah diajukan gugatan perbuatan
Darus Badrulzaman, dengan mengatakan: melawan hukum.
“Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata menentukan bahwa setiap perbuatan B. PEMBAHASAN
yang melawan hukum yang membawa 1. Penerapan Penerapan Batas-batas
kerugian kepada seseorang lain mewajibkan Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan
orang karena salahnya menerbitkan kerugian Hukum Dalam Perjanjian.
ini mengganti kerugian tersebut”.7 Pasal 1233 Kitab Undang-Undang
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan8 Hukum Perdata menyebutkan sumber
dan IS Adiwimarta9 dalam menerjemahkan perikatan adalah perjanjian dan undang-
buku H.F.A. Vollmar juga mempergunakan undang. Perikatakn adalah suatu hubungan
istilah perbuatan melawan hukum. Selain hukum di bidang hukum kekayaan di
itu, istilah yang sama juga digunakan oleh mana satu pihak berhak menuntut suatu
MA Moegni Djojodirdjo10 dan Setiawan.11 MA prestasi dan pihak lainnya berkewajiban
Moegni Djojodirdjo mengatakan: untuk melaksanakan suatu prestasi.
“Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Sedangkan perjanjian menurut Pasal 1313
Perdata tidaklah memberikan perumusan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
melainkan hanya mengatur bilakah seseorang adalah suatu perbuatan dengan mana
yang mengalami kerugian karena perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
melawan hukum, yang dilakukan oleh orang terhadap satu orang atau lebih. Definisi
lain terhadap dirinya, akan dapat mengajukan ini mendapat kritik dari Prof. R. Subekti,
tuntutan ganti kerugian pada Pengadilan karena hanya meliputi perjanjian sepihak
Negeri dengan succes”. padahal perjanjian pada umumnya bersifat
Berdasarkan rumusan di atas maka timbal balik, seperti perjanjian jual beli,
dapat dikatakan bahwa perbuatan melawan perjanjian sewa menyewa, perjanjian tukar
hukum adalah perbuatan yang melanggar hak menukar dan sebagainya. Sedangkan
(subyektif) orang lain atau perbuatan (atau perikatan yang lahir dari undang-undang
tidak berbuat) yang bertentangan dengan terdiri atas perikatan yang lahir dari undang-
kewajiban menurut undang-undang atau undang saja dan perikatan yang lahir dari
bertentangan dengan apa yang menurut undang-undang yang berhubungan dengan
hukum tidak tertulis yang seharusnya perbuatan manusia. Perikatan yang lahir
dijalankan oleh seorang dalam pergaulannya dari undang-undang yang berhubungan
dengan sesama warga masyarakat dengan dengan perbuatan manusia dapat dibagi
mengingat adanya alasan pembenar menurut atas perikatan yang halal dan perikatan
hukum. yang tidak halal, yaitu perbuatan melawan
Permasalahan hukum yang timbul hukum.12
adalah dalam hal ada hubungan kontraktual Perikatan yang lahir dari undang-
undang saja, misalnya adalah hak dan
7 Mariam Darus Badrulzaman, 2006, KUH Perdata Buku kewajiban antara pemilik pekarangan yang
III, HUkum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni,
Bandung, hlm. 146 bertetangga. Pasal 667 Kitab Undang-
8 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 2010, Hukum Undang Hukum Perdata menyebutkan
Perutangan, Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum bahwa pemilik sebidang tanah atau
UGM, Yogyakarta, hlm. 55 pekarangan yang letaknya terjepit di
9 H.F.A. Vollmar, 2007, Pengantar Studi Hukum Perdata antara tanah milik orang lain sehingga
Jilid II, CV.Rajawali, Jakarta, hlm. 183
dia tidak mempunyai jalan keluar, berhak
10 MA Moegni Djojodirjo, 2009, Perbuatan Melawan
Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 17 menuntut tetangganya untuk memberi jalan
11 Rachmat Setiawan, 2007, Tinjauan Elementer Perbuatan 12 R. Subekti, 2008, Hukum Perjanjian, PT.Intermassa,
Melawan Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 8 Jakarta, hlm. 42

Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan Jurnal Pembaharuan Hukum


282 Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian Volume III No. 2 Mei - Agustus 2016
Sedyo Prayogo
melalui pekarangan milik tetangganya perikatan alam adalah perikatan yang
dengan membayar ganti rugi, meskipun tidak dapat dituntut secara hukum untuk
di antara mereka tidak ada perjanjian untuk dilaksanakan. Misalnya, utang yang timbul
itu. Dengan dicabutnya ketentuan Buku dari perjudian atau seseorang yang sudah
II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dinyatakan pailit berjanji untuk memenuhi
oleh Undang-Undang tentang Pokok- sisa utang yang belum dibayarnya dari
Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, maka hasil penjualan harta bendanya. Akan
ketentuan Pasal 667 Kitab Undang-Undang tetapi, jika perikatan itu dipenuhi secara
Hukum Perdata tidak berlaku lagi. Jika sukarela, maka pembayaran yang dilakukan
terjadi sengketa antara para pihak yang secara sukarela tersebut tidak dapat diminta
mempunyai pekarangan atau tanah yang kembali.
letaknya bertetangga, maka perlindungan Sedangkan mengenai perbuatan
hukum diserahkan kepada hakim dengan yang tidak halal diatur dalam Pasal
mengacu kepada asas bahwa hak milik 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
atas tanah berfungsi sosial. Perdata tentang perbuatan melawan
Selanjutnya perikatan yang lahir dari hukum (onrechtmatigedaad). Pasal 1365
undang-undang dan berhubungan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
perbuatan manusia adalah Perwakilan mewajibkan orang yang melakukan
Sukarela yang diatur dalam Pasal 1354 perbuatan melawan hukum dan karena
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kesalahannya merugikan orang lain, untuk
dan Pembayaran Tidak Wajib yang diatur memberikan ganti rugi. Untuk mengajukan
dalam Pasal 1359 ayat (1) Kitab Undang- gugatan perbuatan melawan hukum, tidak
Undang Hukum Perdata. Perwakilan perlu adanya hubungan kontraktual antara
sukarela terjadi jika seseoran tanpa diminta pihak yang dirugikan dan pihak yang
secara sukarela mewakili kepentingan menimbulkan kerugian.
orang lain. Maka demi hukum orang ini 2. Ingkar Janji (Wanprestasi)
harus menyelesaikan urusan orang yang Apakah wujud dari tidak memenuhi
diwakilinya sampai orang yang diwakilinya perikatan itu. Wujud dari tidak memenuhi
dapat mengurus kepentingannya sendiri. perikatan itu ada 3 (tiga) macam, yaitu:13
Pihak yang telah mewakili orang lain tanpa a. Debitur sama sekali tidak memenuhi
mendapat perintah, tidak berhak atas perikatan
upah, akan tetapi dia berhak memperoleh b. Debitur terlambat memenuhi perikatan
ganti rugi atas segala pengeluaran yang c. Debitur keliru atau tidak pantas
bermanfaat bagi pengurusan tersebut. memenuhi perikatan.
Demikian bunyi ketentuan Pasal 1357 Di dalam kenyataan sukar untuk
dan Pasal 1358 Kitab Undang-Undang menentukan saat debitur dikatakan tidak
Hukum Perdata. Selanjutnya Pasal 1359 memenuhi perikatan, karena sering kali
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum ketika mengadakan perjanjian pihak-
Perdata menyebutkan bahwa orang yang pihak tidak menentukan waktu untuk
melakukan pembayaran karena mengira melaksanakan perjanjian tersebut. Bahkan
adanya utang padahal tidak ada, maka ia di dalam perikatan di mana waktu untuk
berhak untuk menuntut kembali pembayaran malsakanakan prestasi itupun ditentukan,
yang tidak diwajibkan itu. Pasal 1359 ayat cidera janji tidak terjadi dengan sendirinya.
(1) ini berbeda dengan ketentuan Pasal Yang mudah untuk menentukan saat debitur
1359 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum tidak memenuhi perikatan ialah pada
Perdata yang menyebutkan bahwa perikatan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu.
bebas (naturlijk verbintenis) yang dipenuhi
13 Mariam Darus Badrulzaman, et.al., 2011, Kompilasi
secara sukarela, maka tidak dapat dilakukan Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.
penuntutan kembali. Perikatan bebas atau 18

Jurnal Pembaharuan Hukum Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan


Volume III No. 2 Mei - Agustus 2016 Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian 283
Sedyo Prayogo
Apabila orang itu melakukan perbuatan 3. Perkembangan Gugatan Perbuatan
yang dilarang tersebut maka ia tidak Melawan Hukum
memenuhi perikatan. Hoffman menerangkan bahwa untuk
Akibat yang sangat penting dari tidak adanya suatu perbuatan melawan hukum
dipenuhinya perikatan ialah bahwa kreditur harus dipenuhi empat unsur, yaitu:15
dapat minta ganti rugi atas ongkos, rugi a. Er moet een daad zijn verricht (harus
dan bunga yang dideritanya. Untuk adanya ada yang melakukan perbuatan);
kewajiban ganti rugi bagi debitur, maka b. Die daad moet onrechtmatig zijn
undnag-undang menentukan bahwa debitur (perbuatan itu harus melawan hukum);
harus terlebih dahulu dinyatakan berada c. De daad moet aan een ander schade
dalam keadaan lalai (ingebrekestelling). heb bentoege bracht (perbuatan itu
Apabila debitur keliru melakukan harus menimbulkan kerugian pada
prestasi dan kelirunya itu adalah dengan orang lain);
itikad baik, maka pernyataan lalai diperlukan, d. De daad moet aan schuld zijn te wijten
tetapi kalau kelirunya itu terjadi dengan (perbuatan itu karena kesalahan yang
itikad jahat, maka di sini tidak perlu lagi dapat dicelakakan kepadanya).
pernyataan lalai. Pun lembaga itu tiak Suatu perkembangan yang penting
diperlukan apabila peringatan diadakan dalam teori hukum adalah mengenai
untuk jangka waktu tertentu, oleh karena pengertian melawan hukum yang diatur
dengan dilampauinya waktu itu, maka berarti dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
debitur telah tidak memenuhi perikatan. Hukum Perdata. Semula pengertian
Apakah peringatan/pernyataan lalai melawan hukum hanya diartikan secara
perlu untuk perikatan yang tidak dipenuhi sempit yaitu perbuatan yang melanggar
pada waktunya? Jawabnya adalah perlu, undang-undang saja. Akan tetapi, kemudian
karena di sini debitur sebenarnya, masih Hoge Raad dalam kasus yang terkenal
bersedia memenuhi prestasi, hanya saja Lindenbaum melawan Cohen memperluas
terlambat. Dengan lembaga itu, debitur pengertian melawan hukum bukan hanya
masih diberikan kesempatan untuk sebagai perbuatan yang melanggar undang-
memenuhi perikatan. undang, tetapi juga setiap perbuatan yang
Apabila debitur tidak memenuhi melanggar kepatutan, kehati-hatian, dan
perikatannya (wanprestasi) ataupun pada kesusilaan dalam hubungan antara sesama
perikatan-perikatan di mana pernyataan warga masyarakat dan terhadap benda
lalai tidak disampaikan kepada debitur, orang lain.
tetapi tidak diindahkannya, maka debitur Di antara para ahli hukum memang
dikatakan tidak memenuhi perikatan. Hak- terdapat perbedaan pendapat mengenai
hak kreditur adalah sebagai berikut:14 keabsahan suatu perjanjian baku. Perjanjian
a. Hak menuntut pemenuhan perikatan baku adalah perjanjian yang dibuat
(nakomen); secara sepihak dan pihak lainnya hanya
b. Hak menuntut pemutusan perikatan mempunyai pilihan untuk menerima atau
atau apabila perikatan itu bersifat timbal menolak perjanjian tersebut tanpa diberi
balik, menuntut pembatalan perikatan kesempatan untuk merundingkan isinya.
(ontbinding); Karena itu perjanjian baku atau standart
c. Hak menuntut ganti rugi (schade contract sering disebut juga take it or
vergoeding); leave it contract. Perjanjian baku biasanya
d. Hak menuntut pemenuhan perikatan sudah dicetak dan isinya dibuat seragam
dengan ganti rugi; seperti karcis-karcis parkir yang dibuat
e. Hak menuntut pemutusan atau pembatalan
15 Komariah Emong Sapardjaja, 2012, Ajaran Sifat
perikatan dengan ganti rugi. Melawan Hukum Material Dalam Hukum Pidana
14 Ibid, hlm. 21 Indonesia, Alumni, Bandung, hlm. 34

Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan Jurnal Pembaharuan Hukum


284 Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian Volume III No. 2 Mei - Agustus 2016
Sedyo Prayogo
oleh tergugat, PT Securindo Pactama Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Indonesia. 1999 tentang Perlindunan Konsumen,
Mengenai keabsahan perjanjian berpendirian bahwa perjanjian baku adalah
baku terdapat perbedaan pendapat di sah, akan tetapi undang-undang ini melarang
kalangan para ahli hukum: pencantuman klausula baku yang bersifat
a. Sluijter berat sebelah dan jika dicantumkan dalam
Perjanjian baku bukan perjanjian, perjanjian, maka klausula baku tersebut
sebab kedudukan pengusaha adalah adalah batal demi hukum. Pasal 18 ayat (1)
seperti pembentuk undang-undang Undang-Undang Perlindungan Konsumen
swasta. menyebutkan klauula baku yang dilarang
b. Pitlo untuk dicantumkan pada setiap dokumen
Perjanjian baku adalah perjanjian dan/atau perjanjian, yaitu:16
paksa. a. Menyatakan pengalihan tanggung
c. Stein jawab pelaku usaha;
Perjanjian baku dapat diterima b. Menyatakan bahwa pelaku usaha
sebagai fiksi adanya kemauan dan berhak menolak penyerahan kembali
kepercayaan bahwa para pihak barang yang dibeli konsumen;
mengikatkan diri pada perjanjian. c. Menyatakan bahwa pelaku usaha
d. Asser Rutten berhak menolak penyerahan kembali
Setiap orang yang menandatangani uang yang dibayarkan atas barang
perjanjian bertanggung jawab terhadap dan/atau jasa yang dibeli oleh
isi dari sebuah perjanjian. Tanda konsumen;
tangan pada formulir perjanjian baku d. Menyatakan pemberian kuasa dari
dapat membangkitkan kepercayaan konsumen kepada pelaku usaha
bahwa yang menandatangani baik secara langsung maupun tidak
mengetahui dan menghendaki isi langsung untuk melakukan segala
formulir perjanjian. tindakan sepihak yang berkaitan
Persoalan yang lebih mendasar dengan barang yang dibeli oleh
adalah karena perjanjian baku isinya konsumen secara angsuran;
dibuat secara sepihak, maka perjanjian e. Mengatur perihal pembuktian atas
tersebut cenderung mencantumkan hak hilangnya kegunaan barang atau
dan kewajiban yang tidak seimbang. Seperti pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
adanya klausula eksonerasi atau dalam konsumen;
sistem common law disebut exculpatiry f. Memberi hak kepada pelaku usaha
clause. Klausula eksonerasi adalah klausula untuk mengurangi manfaat jasa
yang mengalihkan tanggung jawab dari atau mengurangi harta kekayaan
satu pihak ke pihak lainnya, misalnya konsumen yang menjadi objek jual
penjual tidak mau bertanggung jawab atas beli jasa;
kualitas barang yang dijualnya, sehingga g. Menyatakan tunduknya konsumen
dicantumkan klausula bahwa barang yang kepada peraturan yang berupa aturan
sudah dibeli tidak dapat dikembalikan. baru, tambahan, lanjutan dan/atau
Demikian pula pengelola parkir yang tidak pengubahan lanjutan yang dibuat
mau bertanggung jawab atas kehilangan sepihak oleh pelaku usaha dalam
kendaraan yang di parkir di wilayah yang masa konsumen memanfaatkan jasa
dikelolanya. Klausula eksonerasi dapat yang dibelinya;
ditemukan pada perjanjian yang dibuat h. Menyatakan bahwa konsumen
antara pelaku usaha dengan pelaku usaha memberi kuasa kepada pelaku usaha
maupun antara pelaku usaha dengan 16 Suharnoko, 2014, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa
konsumen. Kasus, Prenada Media, Jakarta, hlm. 126

Jurnal Pembaharuan Hukum Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan


Volume III No. 2 Mei - Agustus 2016 Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian 285
Sedyo Prayogo
untuk pembebanan hak tanggungan, Perbedaan tersebut sekarang
hak gadai atau hak jaminan terhadap tidak bisa lagi dipertahankan karena
barang yang dibeli oleh konsumen tidak semua kewajiban dalam perjanjian
secara angsuran. lahir dari kesepakatan para pihak dan isi
Selanjutnya dalam Pasal 18 ayat perjanjian tidak selalu disetujui oleh para
(2) disebutkan bahwa pelaku usaha pihak. Sebagai contoh para pihak yang
dilarang mencantumkan klausula baku membuat perjanjian jual beli harus mentaati
yang letak dan bentuknya sulit terlihat the Sale of Goods Act 1979 (Undang-
atau tidak dapat dibaca secara jelas atau undang tentang jual beli barang) di mana
yang pengungkapannya sulit dimengerti. penjual oleh undang-undang diwajibkan
Pencantuman klausula seperti ini juga menjamin bahwa barang yang dijual cocok
dinyatakan batal demi hukum. untuk digunakan sesuai tujuannya dan
Mengenai hubungan antara memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan
wanprestrasi dan perbuatan melawan atau term of fitness for the purpose and
hukum, M. Yahya Harahap dalam bukunya merchantable quality.
Segi-Segi Hukum Perjanjian mengatakan Apalagi kewajiban-kewajiban dalam
bahwa wanprestasi adalah merupakan kontrak harus dinilai dengan kriteria objektif
bentuk khusus dari perbuatan melawan dan bukan semata-mata kehendak para
hukum.17 pihak yang bersifat subjektif, sehingga tidak
Penafsiran secara luas atas relevan lagi pendapat bahwa tort hanya
pengertian perbuatan melawan hukum bisa diajukan dalam hal tidak ada hubungan
juga sejalan dengan perkembangan kontraktual antara pihak yang dirugikan dan
teori dalam hukum perjanjian bahwa pihak yang merugikan. Sebaliknya, dalam
perjanjian harus dibuat dengan iktikad tort mungkin saja ada unsur kesepakatan
baik yang berarti harus memperhatikan menjadi pertimbangan hukum, contohnya
asas kepatutan. Sehingga isi perjanjian seorang pemain sepakbola yang cedera
yang berat sebelah adalah tidak sesuai dalam pertandingan sepakbola, mungkin
dengan kepatutan sehingga klausula yang tidak dapat menggugat berdasarkan tort
berat sebelah tersebut dapat dinyatakan karena dia telah sepakat untuk menanggung
batal demi hukum dan tidak mengikat para risiko cidera.
pihak yang membuat perjanjian. Selanjutnya dipertanyakan juga
Dalam hal terjadi wanprestasi atas perbedaan antara tujuan tort yaitu untuk
perjanjian yang objeknya adalah pembayaran memberikan perlindungan hukum atas
sejumlah uang, maka berdasarkan ketentuan kerugian bagi pribadi dan harta penggugat
Pasal 1250 Kitab Undang-Undang Hukum dan tujuan contract yang melindungi
Perdata yanhg dapat dituntut adalah bunga economic interest. Dalam praktik memang
moratoir atau bunga kelalaian. Bunga moratoir dimungkinkan mengajukan gugatan atas
hanya dihitung sejak gugatan didaftarkan di dasar tort meskipun salah satu pihak cidera
Kepaniteraan Pengadilan Negeri. Besarnya janji atau breach of contract. Di Inggris,
bunga moratoir menurut Stb. 1848 No. 22 jo. apabila kewajiban atas dasar tort melebihi
1849 No. 63 adalah enam proses setahun. besarnya kewajiban atas dasar breach of
Yurisprudensi Mahkamah Agung berpendapat contract, maka pengadilan akan enggan
bahwa bunga menurut undang-undang ini untuk menjatuhkan hukuman berdasarkan
diberlakukan jika para pihak dalam perjanjian tort.19 Di Amerika Serikat apabila suatu
tidak menentukan besarnya bunga.18 breach of contract juga merupakan tort
maka dimungkinkan ganti rugi berupa
17 M. Yahya Harahap, 2008, Segi-Segi Hukum Perjanjian, punitive damages.
Alumni, Bandung, hlm.61
18 Ibid, hlm. 72-73 19 Ibid, hlm. 25

Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan Jurnal Pembaharuan Hukum


286 Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian Volume III No. 2 Mei - Agustus 2016
Sedyo Prayogo
C. PENUTUP menghalangi diajukannya gugatan
a. Kesimpulan perbuatan melawan hukum.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b. Saran
membedakan antara gugatan wanprestasi Demikian pula teori klasik tentang
yang didasarkan pada hubungan perbedaan antara ganti rugi atas
kontraktual antara Penggugat dan wanprestasi dang anti rugi atas perbuatan
Tergugat dan gugatan perbuatan melawan hukum tidak lagi berlaku secara
melawan hukum di mana tidak ada mutlak meskipun masih relevan untuk
hubungan kontraktual antara Penggugat digunakan. Yang perlu diperhatikan
dan Tergugat. Perkembangan dalam apakah kerugian atas kehilangan
praktik putusan-putusan pengadilan keuntungan yang diharapkan memang
menunjukkan bahwa terjadi pergeseran sudah dapat diduga oleh Tergugat dan
teori tersebut karena hubungan kontraktual merupakan akibat langsung dari tidak
antara Penggugat dan Tergugat tidak dipenuhinya perikatan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Rosa, 2008, Perbuatan Melawan Hukum, FH Universitas Indonesia, Jakarta.


Badrulzaman, Mariam Darus, 2006, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan,
Alumni, Bandung.
Badrulzaman, Mariam Darus, et.al., 2011, Kompilasi Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung
Djojodierdjo, MA Moegni, 2009, Perbuatan Melawan Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta
Harahap, M. Yahya, 2008, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung
Prodjodikoro, Wirjono, 2008, Perbuatan Melanggar Hukum, Sumur Bandung, Bandung
Sapardjaja, Komariah Emong, 2012, Ajaran Sifat Melawan Hukum Material Dalam Hukum
Pidana Indonesia, Alumni, Bandung
Setiawan, 2006, Empat Kriteria Perbuatan Melanggar Hukum dan Perkembangannya Dalam
Yurisprudensi, Varia Peradilan No. 16, Desember 2006
Setiawan, Rachmat, 2007, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum, Alumni, Bandung
Sjahdeini, Sutan Remy, dkk, 2007, Naskah Akademis Peraturan Perundang-Undangan tentang
Perbuatan Melawan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman
RI, Jakarta
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, 2010, Hukum Perutangan, Seksi Hukum Perdata Fakultas
Hukum UGM, Yogyakarta
Subekti, R. dan Tjitrosudibio, 2006, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita,
Jakarta
Subekti, R., 2008, Hukum Perjanjian, PT Intermassa, Jakarta
Suharnoko, 2014, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta
Vollmar, H.F.A., 2007, Pengantar Studi Hukum Perdata Jilid II, CV Rajawali, Jakarta

Jurnal Pembaharuan Hukum Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan


Volume III No. 2 Mei - Agustus 2016 Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian 287
Sedyo Prayogo

Вам также может понравиться