Вы находитесь на странице: 1из 15

INSTITUSIONALISASI BUDAYA ORGANISASI DI IRJ (INSTALASI

RAWAT JALAN) RSUD DR. SOETOMO DALAM MENUNJANG


PELAYANAN PUBLIK
Mirda Nova Aswarinda
mirdanovaa29@gmail.com

Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Departemen Administrasi,


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga
Abstract

This study aims to find out and describe whether organizational culture in RSUD Dr. Soetomo is already
effectively being institutionalized in the process of public services, also about the effort from RSUD Dr. Soetomo‟s
organizational culture itself to support public services. This research used a qualitative method with descriptive type.
Determination of informants conducted with a snowball sampling and purposive sampling technique, while the
techniques of data collection is done by observation, study of qualitative type documents and in-depth interviews with
informants, and also audio data with qualitative visual data. Furthermore, the process of data analysis is done by
reducing data, presenting data, and draw conclusions. The validity of the data is tested using the source triangulation
technique.
Based on the results of the study, it can be concluded that institutionalization of organizational culture is
working really well, which also service culture can be classified as a part of organizational culture. Meanwhile,
organization has many values within its organizational culture which is only 4 values are categorized as a strong ones,
such as ethics value, integrity, partnership and fairness. This is can be seen from check clock as coercive organizational
process, which is available to confirm their arrival time, to discipline the employees. For mimetic organizational
process, could be seen from the way service that given by RSUD Dr. Soetomo always based on patient, humble, polite
and good in team work. Also in the daily activities which they wear a uniform. While if there are some problems, it will
be solved by closest level management. Then for reward, the employees will be rewarded based on their own work
achievements personally. All of those actions are efforts to institutionalized the organizational culture to support public
services. Furthermore, there also some efforts such as socialized the employees, arrange a training and routine
assembly, etc, which could be classified as normative process of organization.

Keyword: Institutionalization, Organizational Culture, Public Service, Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr.
Soetomo.

LATAR BELAKANG MASALAH balita dan anak masing-masing sebesar 40 dan 9


Pertambahan penduduk di Indonesia terjadi kematian per 1.000 kelahiran1.
relatif cepat. Hal tersebut dapat meningkatkan jumlah Tidak hanya angka kematian balita dan anak
angkatan kerja yang akan menjadi modal yang menjadi permasalahan, namun angka kematian
pembangunan. Namun hal tersebut tidak diiringi ibu dan bayi, perempuan dewasa, serta laki-laki. Untuk
dengan mutu dari pelayanan kesehatan yang memadai. angka kematian ibu, diperkirakan sebesar 359 kematian
Di Indonesia, pelayanan kesehatan yang maternal per 100.000 kelahiran hidup untuk periode
diterima oleh seluruh masyarakat belum bisa dikatakan 2008-2012. Sedangkan angka kematian perempuan
memadai. Dikarenakan masih banyak masyarakat yang dewasa sebesar 2,49 serta 3,11 kematian per 1.000
belum menerima pelayanan kesehatan secara baik atau kelahiran hidup untuk laki-laki (BKKBN, 2013)2.
memadai. Di tambah dengan cukup tingginya jumlah Cukup tinggi angka kematian yang terjadi di Indonesia,
angka kematian balita dan kematian anak. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pelayanan
informasi mengenai kesehatan, menunjukkan bahwa kesehatan masih belum memadai.
masih terdapat beberapa permasalahan yang Ada tiga hal yang masih menjadi persoalan
ditunjukkan dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan dalam bidang kesehatan di Indonesia berdasarkan hasil
Indonesia (SDKI) 2012. Permasalahan tersebut riset yang dilakukan oleh lembaga riset “The
menunjukkan bahwa kematian bayi untuk periode lima Indonesian Institute”. Persoalan pertama yaitu,
tahun sebelum survei (2008-2012) sebesar 32 kematian mengenai masalah infrastruktur yang belum merata dan
per 1.000 kelahiran hidup, dengan angka kematian
1
Anonim. 2015. Profil Statistik Kesehatan 2015. Jakarta:
Badan Pusat Statistik, hlm. 2.
2
Ibid, hlm. 2-3.

1
kurang memadai seperti dari seluruh puskesmas dan Tabel 1.2 Jumlah Puskesmas Menurut
rumah sakit yang ada di Indonesia sebagian besar Provinsi, 2014
berada di kota-kota besar, serta masih cukup banyak
masyarakat yang belum dapat mengakses pelayanan
kesehatan. Hal tersebut dikarenakan belum ada fasilitas
kesehatan di daerah tersebut, atau karena dari letak
geografisnya yang sulit untuk dijangkau. Persoalan
kedua yakni belum meratanya distribusi khususnya
tenaga kesehatan. Masih banyak yang kekurangan
tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis dibeberapa
daerah. Sebanyak 52,8 persen dokter spesialis berada
di Jakarta, sedangkan di NTT dan provinsi di bagian
timur Indonesia lainnya hanya sekitar 1-3 persen, hal
tersebut berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI). Persoalan ketiga
yaitu, mengenai alokasi dana. Pemerintah
mengalokasikan 2,4 persen dana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) di tahun 2014 untuk
bidang kesehatan, sedangkan dalam Undang-Undang
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan
dana kesehatan sebesar 5 persen dari APBN (Herman,
2014).3
Tabel 1.1 menunjukkan jumlah rumah sakit
menurut provinsi masing-masing di tahun 2014. Pada
tabel tersebut dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki
1855 rumah sakit umum dan 553 rumah sakit khusus. Catatan: *⁾ Data masih bergabung dengan provinsi
Dari jumlah total keseluruhan yang ada, terdapat induk (Kalimantan Timur)
ketimpangan dalam jumlah rumah sakit yang ada Sumber: Diolah dari Kemenkes, Data dan Informaasi
disetiap provinsi. Pada Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014.5
terdapat 6 rumah sakit umum dan 3 rumah sakit Tabel 1.2 menunjukkan jumlah puskesmas,
khusus. Sedangkan pada Provinsi Jawa Timur terdapat mulai tahun 2009 hingga tahun 2014 di masing-masing
250 rumah sakit umum dan 21 rumah sakit khusus. Hal provinsi. Di Indonesia, jumlah puskesmas mengalami
tersebut menunjukkan bahwa adanya ketimpangan, kenaikkan setiap tahunnya. Pada tahun 2009
sebagian besar rumah sakit berada di pulau jawa. puskesmas di Indonesia berjumlah 8737, tahun 2010
Tabel 1.1 Jumlah Rumah Sakit Menurut berjumlah 9005, tahun 2011 berjumlah 9321, tahun
Provinsi, 2014 2012 berjumlah 9510, tahun 2013 berjumlah 9655, dan
tahun 2014 berjumlah 9731. Disamping itu, kenyataan
menunjukkan bahwa jumlah puskesmas yang ada
disetiap provinsi tidak seimbang. Pada Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2014 terdapat 1050 puskesmas,
sedagkan pada Provinsi Kalimantan Utara hanya ada
48 puskesmas.
Akan tetapi permasalahan tidak hanya seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya. Apabila melihat
kondisi di lapangan, seperti kondisi di rumah sakit. Di
mana di rumah sakit pemerintah ada pasien yang
menumpuk, keluarga yang harus mendaftar,
menyelesaikan administrasi, ambil obat di apotek,
keterbatasan tempat dan fasilitas yang tidak memadai,
dan tenaga kesehatan yang kelelahan. Sedangkan untuk
rumah sakit swasta secara umum administrasi lebih
praktis, penanganan gawat darurat lebih cepat,
kapasitas serta penunjangnya lebih memadai.
Perbedaan yang mendasari hal tersebut adalah
anggaran dari rumah sakit. Rumah sakit pemerintah
Catatan: *⁾ Data masih bergabung dengan provinsi
memiliki anggaran lebih besar dalam menunjang
induk (Kalimantan Timur)
operasional, sedangkan rumah sakit swasta
Sumber: Diolah dari Kemenkes, Data dan Informaasi
Tahun 2014.4

3
Ibid, hlm. 3.
4 5
Ibid, hlm. 237. Ibid, hlm. 233.
2
menyediakan berbagai fasilitas dengan sumber Pada RSUD Dr. Soetomo ada 24 macam
pembiayaan sendiri tanpa adanya subsidi pemerintah. 6 instalasi, seperti Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Kemudian rumah sakit sendiri adalah salah Instalasi Rawat Jalan (IRJ), Instalasi Gigi & Mulut,
satu contoh organisasi yang memiliki nilai-nilai Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Paliatif & Bebas
kompleks dan unik. Rumah sakit juga suatu organisasi Nyeri, Instalasi Rawat Inap Bedah, Instalasi Rawat
padat karya. Disini rumah sakit sebagai organisasi Inap Obstetri Ginekologi, Instalasi Rawat Inap Jiwa,
padat karya, karena maksud dari padat karya disini Instalasi Diagnostik Intervensi Kardiovaskuler (IDIK),
adalah padat sumber daya, yang di mana sumber daya Instalasi Radio Diagnostik, Instalasi Radioterapi,
manusia lah yang menjadi komponen utama dari proses Instalasi Patologi Klinik, Instalasi Mikrobiologi Klinik,
pelayanan dalam rumah sakit itu sendiri. Instalasi Bank Jaringan, Instalasi Kedokteran Forensik
Untuk membahas lebih lanjut peneliti memilih & Medikolegal, Instalasi Gedung Bedah Pusat Terpadu
locus nya pada RSUD Dr. Soetomo. Dikarenakan (GBPT), Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi
RSUD Dr. Soetomo adalah rumah sakit terbesar di Kerjasama Pembiayaan Kesehatan (IKPK), Instalasi
Indonesia Timur dan menjadi rujukan dari berbagai Sanitasi Lingkungan, Instalasi Sistem Informasi
rumah sakit yang ada didaerah-daerah lain. RSUD Dr. Manajemen (SIM), Instalasi PKRS & Humas, Instalasi
Soetomo sendiri memiliki peluang makin lebar untuk Perpustakaan, Instalasi Sterilisasi & Binatu. Kemudian
berkembang di tahun 2015, setelah mendapat suntikan pada penelitian ini lebih berfokus pada Instalasi Rawat
dana hampir Rp 1 Triliun dan pendapatan rumah sakit Jalan (IRJ). Dikarenakan pada Instalsai Rawat Jalan
pelat merah tersebut ternyata meningkat. Rumah sakit (IRJ) ada hal yang menarik untuk dilihat lebih lanjut,
tersebut mendapat pemasukan Rp 800 Miliar di yakni adanya antrean yang cukup panjang. Sejak dini
sepanjang tahun 2014, dan megalami kenaikan Rp 100 hari banyak orang rela mengantre agar bisa
Miliar ketimbang periode yang sama tahun lalu. Dua mendapatkan pelayanan.
jenis suntikan yang menjadi anggaran RSUD Dr.
Soetomo pada tahun 2015, yakni anggaran subsidi
APBD sebesar 30 persen dan anggaran fungsional atau
uang dari pasien 70 persen. Rumah sakit terakreditasi
paripurna itu diberi kewenangan mengelola langsung
keuangannya, lantaran berstatus Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD).7
RSUD Dr. Soetomo akan menghadapi
penilaian Join Comission International (JCI). Maksud
dari kalimat tersebut adalah RSUD Dr. Soetomo akan Sumber: JawaPos.com
menuju rumah sakit yang berakreditasi Internasional Gambar 1.1 Di Depan Gedung IRJ RSUD Dr.
dan ini dimulai pada bulan November 2016. Menurut Soetomo
Dr Edy Suyanto selaku Kasi Pelayanan Khusus RSUD Pada dini hari di Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
Dr. Soetomo, program perencanaan ini di dukung oleh RSUD Dr. Soetomo, ada banyak orang yang telah
pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan berjubel untuk mendapatkan “tiket sehat”, kamar, dan
menggelontorkan dana sebanyak Rp 1,7 Triliun untuk tindakan medis lainnya. Pada hari Rabu, 11 Januari
memperluas area RSUD menjadi 34 Hektar. Demi 2017 pukul 02.30 WIB tepatnya di depan gerbang
meningkatkan pelayanan mutu dan kualitas, karena Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo ada
pada tahun 2017 RSUD Dr. Soetomo ini harus berskala sekitar 47 orang. Kemudian, untuk bentuk dari
Internasional dan menjadi rujukan dari pasien-pasien gerbangnya sendiri seperti lorong dengan lebar sekitar
luar negeri. Akan tetapi dengan biaya yang dapat 5 meter. Posisi dari gerbang tersebut berada di sisi
dijangkau semua kalangan, maka dari itu salah satu utara yang berdekatan dengan Gedung Geriatri.
upayanya adalah RSUD Dr. Soetomo bersinergi Adanya jumlah antrean yang begitu banyak,
dengan Pemprov Jatim.8 pasti ada yang melatarbelakangi hal tersebut. Salah
satunya dari budaya organisasi dalam pelayanan publik
yang ada, di mana di dalam budaya orgnisasi ada
6
Pramita, Ecka. “Dokter Indonesia Bersatu: Pelayanan beberapa nilai-nilai yang dianut. Nilai-nilai dasar yang
Kesehatan di Indonesia Masih Buruk” (online). Diambil dari ada di RSUD Dr. Soetomo yaitu: nilai etika, nilai
https://majalahkartini.co.id/berita/peristiwa/dokter-indonesia- profesionalisme, nilai integritas, nilai kemitraan, nilai
bersatu-pelayanan-kesehatan-di-indonesia-masih-buruk/, keadilan, dan nilai kemandirian. Dari keenam nilai-
diakses tanggal 19 September 2018.
7 nilai tersebut merupakan salah satu cara untuk bisa
Anonim. “Pendapatan RSUD dr Soetomo Naik Rp 100 M”
(online). Diambil dari melihat seberapa jauh budaya organisasi
https://www.pressreader.com/indonesia/jawa- terinstitusionalisasi dengan baik. Oleh karena itu,
pos/20141227/282256663853884, diakses tanggal 18 budaya organisasi menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Mei 2017. Adapun urgensi dari budaya organisasi adalah
8
Anonim. “Jatim Anggarkan Rp 1,7 Triliun Untuk Ubah karena selama ini orang hanya melihat tentang
RSUD Dr. Soetomo Jadi Rumah Sakit Internasional” organisasinya saja. Akan tetapi yang tak kalah penting
(online). Diambil dari adalah bagaimana budaya organisasi yang selama ini
http://surabaya.tribunnews.com/2016/04/25/jatim-anggarkan- sudah ada dan telah dijalankan, karena budaya
rp-17-triliun-untuk-ubah-rsud-dr-soetomo-jadi-rumah-sakit-
internasional, diakses tanggal 18 Mei 2017.

3
organisasi secara langsung mempengaruhi keberhasilan Agussalim yang lebih menjelaskan pada implementasi
ataupun kegagalan dari suatu organisasi tersebut. budaya organisasi dalam peningkatan pelayanan
Faktor terpenting yang mampu menjadi administrasi pendidikan.
kekuatan besar pendorong di dalam organisasi, yaitu Sedangkan pada penelitian ini, merupakan
budaya. Karena budaya yang kuat, beberapa pengembangan dari penelitian yang sebelumnya dan
oraganisasi baik itu organisasi pemerintah ataupun lebih melihat pada institusionalisasi budaya melayani
swasta, berkembang dan menjadi yang terdepan. sebagai bagian dari budaya organisasi dalam proses
Kemudian dengan memiliki budaya yang kuat, hal itu pelayanan publik.
merupakan pengungkit yang kuat untuk mengarahkan Manfaat Praktis
perilaku, dan membantu para pegawai untuk bekerja Secara praktis, hasil dari penelitian ini
dengan lebih baik. diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi
mengenai institusionalisasi budaya organisasi di IRJ
RUMUSAN MASALAH (Instalasi Rawat Jalan) RSUD Dr. Soetomo dalam
Berdasar atas uraian latar belakang yang telah menunjang pelayanan publik. Sehingga menjadi bahan
dikemukakan, maka penelitian ini dilaksanakan untuk pertimbangan, masukan, dan saran kepada pihak-pihak
mengetahui yang berkepentingan mengenai budaya organisasi yang
 Apakah budaya organisasi di RSUD Dr. Soetomo telah ada di RSUD Dr. Soetomo.
terinstitusionalisasi secara efektif dalam proses
pelayanan publik? LANDASAN TEORI
 Bagaimana upaya RSUD Dr. Soetomo Budaya Organisasi
menginstitusionalisasikan budaya organisasi dalam Menurut Robbins dan Judge9, cara berperilaku
menunjang pelayanan publik? yang dapat diterima bagi anggota-anggotanya menjadi
sangat jelas, ketika suatu organisasi telah menghadapi
TUJUAN PENELITIAN kemapanan institusionalisasi. Kemudian hal tersebut
Pada dasarnya tujuan dari penelitian adalah pada hakekatnya sama dengan yang dilakukan oleh
untuk menjawab permasalahan yang muncul dari kultur organisasi. Oleh karena itu pemahaman
fenomena yang terjadi dan kemudian dijadikan objek mengenai apa yang membentuk kultur sebuah
penelitian. Dengan merujuk pada rumusan masalah di organisasi dan bagaimana kultur tersebut diciptakan,
atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: dipertahankan, dan dipelajari akan meningkatkan
 Untuk mengetahui dan menggambarkan apakah budaya kemampuan untuk menjelaskan dan memprediksi
organisasi di RSUD Dr. Soetomo telah perilaku orang ditempat kerja.
terinstitusionalisasi secara efektif dalam proses Adapun pendapat lain mengenai budaya
pelayanan publik. menurut Edgar H. Schein, yakni:
 Untuk mengetahui dan menggambarkan upaya RSUD “Culture is an abstraction, yet the forces that
Dr. Soetomo menginstitusionalisasikan budaya are created in social and organizational
organisasi dalam menunjang pelayanan publik. situations that derive from culture are
powerful. If we don‟t understand the operation
MANFAAT PENELITIAN of these forces, we become victim to them”10
Manfaat Akademis Budaya merupakan suatu abstraksi, akan
Secara akademis, penelitian ini diharapakan tetapi kekuatan yang diciptakan dalam situasi sosial
mampu digunakan sebagai bahan perbandingan dalam dan organisasi yang berasal dari budaya sangat kuat.
rangka penelitian dan pengembangan lebih lanjut Jika kita tidak mengerti operasi dari kekuatan ini, kita
dalam penerapan ilmu khususnya institusionalisasi menjadi korban mereka.
budaya organisasi dalam menunjang pelayanan publik. Turner11 menunjukkan bahwa budaya dari
Sehingga dapat melengkapi dan menambah khasanah suatu organisasi mencerminkan perilaku yang sesuai,
pengetahuan ilmiah bagi Ilmu Administrasi Negara, yang mengikat dan memotivasi para anggotanya, dan
serta dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi memudahkan pengambilan keputusan jika terdapat
penelitian selanjutnya. Manfaat akademis yang ketidakjelasan. Definisi tersebut menekankan pada
dihasilkan berlandaskan pada penelitian-penelitian pencerminan dari perilaku anggota organisasi yang
terdahulu. Pertama, ditulis oleh Senggol, Abdul Kadir, dapat memudahkan dalam mengambil keputusan.
dan Muh. Nur Yamin, penulis lebih membahas pada
untuk mengetahui dan menganalisis budaya organisasi
dalam pelayanan publik pada Badan Penyelenggara
Pelayanan Perizinan Kota Kendari. Kedua, ditulis oleh
Maria Khiristiani dan Ignatius Adiwidjaja yang 9
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku
menjelaskan tentang peningkatan budaya organisasi Organisasi (Organizational Behaviour): Edisi 12. Jakarta:
secara efektif pada Badan Pelayanan Perizinan Salemba Empat, hlm. 255.
10
Terpadu (BP2T) Kota Malang. Ketiga, ditulis oleh Schein, Edgar H. . 2004. Organizational Culture and
Zakiyatul Ummah, Achmad Supriyanto, dan Sultoni Leadership: Third Edition. San Francisco: Jossey-Bass, hlm.
untuk mengetahui hubungan kualitas kompetensi, 3.
11
budaya organisasi dan motivasi kerja dengan pelayanan Ernawan, Erni R. . 2011. Organizational Culture: Budaya
Organisasi dalam Perspektif Ekonomi dan Bisnis. Bandung:
prima TAS. Keempat, ditulis oleh M. Ahsan
cv. Alfabeta, hlm. 77.
4
Budaya Melayani dalam rumah sakit sendiri terdapat orang-orang dengan
Menurut Sedarmayanti12, reformasi birokrasi permasalahan yang cukup kompleks, maka dari itu
dapat diartikan sebagai upaya pemerintah dalam budaya melayani yang ada di rumah sakit harus lah
meningkatkan kinerja melalui berbagai cara dengan lebih menekankan pada kesabaran dan ketelitian dalam
tujuan efisien, efektivitas, dan akuntabilitas. menghadapi pasien maupun keluarga pasien.
Sedangkan, untuk tujuan dari reformasi birokrasi Berdasarkan uraian sebelumnya, maka peneliti
secara umum adalah mewujudkan kepemerintahan memaknai tentang budaya melayani sebagai bagian
yang baik dan didukung oleh penyelenggara negara dari budaya organisasi yang menjadi salah satu arah
yang profesional, bebas dari korupsi, kolusi dan bagi reformasi birokrasi, dan menjadi salah satu bentuk
nepotisme, serta meningkatkan pelayanan yang dari pelayanan publik yang harus dilakukan guna
diberikan kepada masyarakat13. memberikan pelayanan (melayani) sesuai dengan
Aktivitas dalam birokrasi juga terlibat secara kebutuhan dan selara masyarakat, serta tetap dengan
intensif melalui pola-pola interaksi yang terbentuk di cara dan aturan yang telah ditetapkan. Khususnya pada
dalamnya dengan sistem nilai dan budaya lokal yang budaya melayani pada rumah sakit yang mengharuskan
ada pada organisasi tersebut, sebagaimana organisasi untuk lebih sabar dan dengan tingkat ketelitian yang
lainnya yang tidak dapat lepas dari pengaruh cukup tinggi.
lingkungan budaya organisasinya.14 Salah satu dari
aktivitas yang ada di dalam birokrasi adalah pemberian Organisasi Publik
pelayanan (melayani) keperluan orang atau Dari kata Yunani organon, dan istilah Latin
masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari organum yang berarti alat, bagian, anggota atau badan,
Yurisdi dan Misnawati15 mengenai yang disebut ini adalah asal dari organisasi. Kemudian ada beberapa
dengan istilah birokrasi, yakni negara membangun ahli yang memberikan definisi mengenai organisasi itu
suatu sistem administrasi yang bertujuan untuk sendiri, dan untuk lebih lanjut hal itu telah di bahas
melayani kepentingan rakyatnya. Untuk itu Aldri pada point pengertian organisasi.
Frinaldi16 memberikan pendapatnya mengenai Pada bentuk organisasi pemerintah yang
pelayanan publik, yakni sebagai pemberian layanan dikenal sebagai birokrasi pemerintah, organisasi publik
(melayani) keperluan dari masyarakat atau orang yang sering dilihat dalam bentuk tersebut. Menurut Ambar
memiliki kepentingan pada organisasi sesuai dengan dan Rosidah17 secara normatif, organisasi publik
tata cara dan aturan yang telah ditetapkan. Sedangkan merupakan sebuah praktik dari model organisasi sistem
untuk pelayanan publik yang berkualitas dapat tertutup. Organisasi publik acap kali dilihat sebagai
diartikan sebagai suatu pelayanan yang dilakukan birokrasi pemerintah atau instansi pemerintah. Dari
dengan sepenuh hati secara amanah dan berdedikasi pemerintahan dan melalui lembaga-lembaga negara,
tinggi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu sumber-sumber organisasi publik didapatkan yang
kebaikan bagi masyarakat pengguna jasa layanan berupa pajak-pajak dan legitimasi. Dikarenakan tipe
publik tersebut. ideal birokrasi yang pada awalnya diterima, diterapkan
Dengan demikian, budaya melayani tak luput dan dikembangkan oleh pemerintah maka ini lah yang
menjadi sorotan. Dengan adanya budaya melayani menjadi asal mula disebut sebagai birokrasi
yang berkualitas, diharapkan pula dapat memberikan pemerintah.
pelayanan publik yang sesuai dengan kebutuhan dan Kemudian organisasi publik sendiri memiliki
selara masyarakat, serta tetap dengan cara dan aturan misi yang sangat mulia, hal ini dapat dilihat dari aspek
yang telah ditetapkan. Salah satu bentuk dari pelayanan yang ingin dicapai oleh organisasi publik. Misi
publik adalah pemberian pelayanan (melayani) dari tersebut, yaitu memberikan pelayanan kepada warga
segi kesehatan. Hal tersebut dapat dijumpai pada negara, mewujudkan kesejahteraan sosial dan keadilan,
puskesmas, klinik, dan rumah sakit. Budaya melayani serta memberikan perlindungan dan rasa aman.
pada rumah sakit tidaklah sama dengan budaya Sedangkan untuk keberpihakan dari organisasi publik,
melayani yang ada pada sektor lain. Dikarenakan, di idealnya berpihak pada kebutuhan umum, kepentingan
umum, bahkan seringkali kebutuhan yang melekat
pada setiap warga negara yang senantiasa harus
12
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, dipenuhi.
Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa depan Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pada
(Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan yang dasarnya organisasi publik sering kali dilihat sebagai
Baik). Bandung: PT Refika Aditama, hlm. 71. birokrasi pemerintah atau instansi pemerintah yang
13
Ibid, hlm. 75.
14 sumber-sumber organisasi publik didapatkan dari
Dwiyanto, Agus, dkk. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hlm. pajak-pajak dan legitimasi. Tidak hanya itu, organisasi
89. publik juga memiliki misi yang sangat mulia serta
15
Yurisdi dan Misnawati. 2017. Reformasi Birokrasi dalam berpihak pada kebutuhan umum, kepentingan umum,
Pelayanan Publik (Studi Pelayanan terpadu Satu Pintu). bahkan seringkali kebutuhan yang melekat pada setiap
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik Vol. 7 No. 2, Juli-
Desember 2017: 99-108, hlm. 100.
16 17
Frinaldi, Aldri. 2014. Pengaruh Budaya Kerja Pegawai Sulistiyani, Ambar Teguh dan Rosidah. 2009, Manajemen
Negeri Sipil terhadap Pelayanan Publik Di Dinas Catatan Sumber Daya Manusia (Konsep, Teori dan Pengembangan
Sipil dan Kependudukan Kota Payakumbuh. Humanus Vo. dalam Konteks Organisasi Publik). Yogyakarta: Graha Ilmu,
XIII No. 2, Tahun 2014: 180-192, hlm. 184. hlm. 51.

5
warga negara yang senantiasa harus dipenuhi. Salah komitmen karyawan terhadap nilai-niali dan keyakinan
satu contoh kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan dasar. Untuk membangun komitmen tinggi itulah,
pelayanan kesehatan yang biasa diberikan di maka diperlukan dukungan sebuah kultur atau budaya
puskesmas, rumah sakit, dan tempat layanan kesehatan organisasi rumah sakit yang positif.
lainnya. Dengan demikian, maka kesimpulan dari Kemudian alternatif untuk meningkatkan
definisi organisasi publik adalah suatu tipe organisasi kualitas pelayanan adalah standar perilaku dengan
yang memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan mengacu pada misi rumah sakit, etika profesi, tata
publik kepada masyarakat, tanpa membeda-bedakan nilai/budaya masyarakat serta agama, yang diproses
kedudukan dan statusnya. Hal tersebut yang dilakukan menjadi performance, penampilan kerja para pelaksana
di dalam rumah sakit. Dalam hal ini sebagai salah satu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya melayani
organisasi publik, RSUD Dr. Soetomo memberikan pasien. Perilaku dari para tenaga kesehatan dapat
pelayanan kepada masyarakat tanpa membeda-bedakan mempengaruhi mutu pelayanan di sarana kesehatan,
status maupun kedudukan. Semua disamaratakan untuk perilaku tersebut berhubungan dengan etika profesi,
mendapatkan pelayanan kesehatan. etika tata nilai masyarakat, etika agama, maupun etika
moral tertentu.
Budaya Rumah Sakit Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
Robbins18, mengemukakan bahwa budaya memaknai budaya organisasi rumah sakit sebagai
organisasi rumah sakit sebaiknya mempunyai beberapa identitas dari sebuah rumah sakit yang akan menjadi
hal yakni: komitmen bagi para karyawan untuk dilaksanakan
1. Menetapkan batas aturan secara jelas sebagai dalam memberikan pelayanan publik, dalam budaya
keputusan formal organisasi. organisasi sendiri terdapat nilai-nilai, keyakinan diri,
2. Memberikan identitas setiap anggota organisasi sesuai batasan terhadap aturan serta mekanisme pembentukan
dengan kompetensinya, tugas, dan fungsi. sikap.
3. Mendorong secara konsisten dan membangun
komitmen diantara para anggota organisasi. Institusionalisasi
4. Meningkatkan stabilitas organisasi dan membangun Teori Institusionalisasi memiliki topik utama,
prekat sosial antar karyawan. yakni upaya untuk memahami mengapa organisasi
5. Membangun mekanisme pembentukan sikap serta menjadi serupa dan mengapa terdapat kesamaan dalam
perilaku sesuai dengan kebutuhan dari organisasi. bentuk dan praktik-praktik yang dilakukan organisasi
Dari uraian diatas, maka budaya rumah sakit (DiMaggio dan Powel)20. Adapula ahli lain yang
sebaiknya mempunyai batas aturan yang jelas, identitas memberikan pendapatnya mengenai teori
bagi setiap anggota organisasi, dorongan secara institusionalisasi yakni Scott21. Scott berpendapat
konsisten dan membangun komitmen antar anggota, bahwa:
stabilitas dan dapat membangun prekat antar anggota, “ „...institutional theory has both contributed to
serta mekanisme pembentukan sikap dan perilaku. and benefited from the resurgence of interest in
Menurut Widajat19, tinggi rendahnya budaya culture...‟ and „...shared conceptions and
organisasi dapat dilihat dari tingkat komitmen anggota symbols provide order not only by being mapped
rumah sakit terhadap nilai-nilai dan keyakinan dari into organizational forms and procedures but
pimpinan hingga ke semua lapisan karyawannya. Dari also by their direct influence on the beliefs and
faktor nilai-nilai dan keyakinan dasar tersebut sangat behaviours of individual participants...‟ ”
berperan penting dalam hal membentuk sikap, etika, Teori institusional telah berkonstribusi dan
perilaku dari para anggota organisasi serta membentuk diuntungkan dari munculnya minat dalam budaya, serta
cara pandang mereka terhadap masalah. Baik dalam bersama konsepsi dan simbol memberi perintah yang
masalah internal maupun eksternal yang dihadapi tidak hanya dengan dipetakan ke dalam bentuk dan
dalam kehidupan berorganisasi. Pada beberapa rumah prosedur organisasi tetapi juga oleh pengaruh mereka
sakit, sebuah rencana yang telah berhasil disusun oleh langsung terhadap kepercayaan dan perilaku peserta
suatu tim khusus dan disahkan oleh pimpinan tidak perorangan.
berjalan mulus dalam penerapannya. Hal tersebut dapat Kemudian DiMaggio dan Powell22 juga
disebabkan oleh tidak mendapat dukungan dari menggambarkan mengenai isomorphism sebagai proses
yang mendorong organisasi untuk mendapatkan
18
pengakuan dan menjelaskan bahwa ada tiga faktor
Adam, Rono A. . 2013. Pengembangan Budaya Organisasi eksogen yang menyebabkan terjadinya institusional
Keperawatan Untuk Meningkatkan Kinerja dan Kepuasan
isomorphism, yaitu mimetic, coercive, dan normative.
Perawat dalam Penerapan Metode Asuhan Keperawatan
Profesional Di Rumah Sakit. Disertasi Universitas Airlangga,
20
Program Doktor Program studi Ilmu Kesehatan Fakultas Maryani, Tyarlin. 2017. Institusionalisasi Internal Audit
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, hlm. 52-53. Capability Model pada Aparat Pengawasan Intern
19
Mustikasari, Aulia Hany. 2013. Pengaruh Keterampilan Pemerintah (Studi Kasus Di Kementerian Luar Negeri).
Manajerial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja EKOBIS – Ekonomi Bisnis Vol. 22, No. 2, Oktober 2017:
Karyawan Medis Rumah Sakit Medika Mulia Tuban dengan 87-102, hlm. 91.
21
Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional sebagai Kondra, Alex Z. and Deborah C. Hurst. 2009. Institutional
Variabel Intervening. Tesis Universitas Airlangga, Program processes of organizational culture. Culture and
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Organization Vol. 15, No. 1, March 2009, 39-58, hlm 45.
22
Airlangga, hlm. 40-41. Ibid, hlm. 92.
6
Mimetic, peniruan terjadi dikarenakan adanya unsur suatu lembaga organisasi seperti organisasi rumah
ketidakpastian atau ketidakjelasan. Di mana organisasi sakit, sehingga dapat dikenal, diakui, dihargai, serta
mengalami tujuan yang ambigu, pengetahuan yang ditaati dalam melakukan pemberian pelayanan kepada
rendah terhadap inovasi teknologi menyebabkan warga masyarakat atau pasien sehari-hari.
dirinya mencontoh organisasi lainnya yang telah Institusionalisasi disini ditunjukkan pada
terbukti berhasil. Coercive, terjadi dikarenakan adanya melembagakan budaya organisasi yang ada pada IRJ
unsur tekanan dalam bentuk informal dan formal dari (Instalasi Rawat Jalan) RSUD Dr. Soetomo.
organisasi yang memiliki kekuasaan. Adanya sebuah
ketergantungan organisasi tersebut dan adanya harapan Pelayanan Publik
dari publik yang menyebabkan organisasi tersebut Menurut Inu Kencana Syafie, pelayanan
dapat dikatakan memiliki kekuasaan atas organisasi publik dimaknai sebagai setiap kegiatan yang
lainnya. Adanya tekanan tersebut bisa jadi sebuah dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia
kekuatan, bujukan atau sekedar ajakan untuk yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan
bergabung ataupun ikut serta dalam melakukan sebuah dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan
sistem. Salah satu contohnya adalah mandat kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu
pemerintah yang melalui peraturan perundangan, hal produk secara fisik. Definisi tersebut lebih
ini juga bisa menjadi bentuk tekanan bagi organisasi. menekankan pada kegiatan yang menguntungkan
Normative, tekanan yang berasal dari legitimasi terhadap sejumlah manusia yang dilakukan oleh
perguruan tinggi dan pengaruh dari lembaga pemerintah. Kemudian menurut Agung Kurniawan
profesional yang memiliki peran dalam penetapan serta dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik,
penyebaran peraturan organisasi. pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani)
Adapun tabel 1.5. yang akan memberikan keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
gambaran dari proses institusional atau kelembagaan. kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan
Hal tersebut berkaitan dengan penjelasan pada paragraf pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. 24 Definisi
sebelumnya, yaitu: tersebut lebih menjelaskan mengenai pelayanan publik
Tabel 1.5. Proses Kelembagaan sebagai pemberian pelayanan pada masyarakat yang
memiliki kepentingan pada organisasi.
Dari definisi tentang pelayanan publik, maka
peneliti memaknai pelayanan publik sebagai
serangkaian kegiatan atau aktivitas yang berlangsung
secara berurutan dan dilaksanakan oleh seseorang,
kelompok orang, atau suatu organisasi dengan melalui
sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka
membantu memenuhi atau menyiapkan kepentingan
masyarakat luas dalam hal pelayanan publik. Salah satu
Sumber: Diolah dari “Institutional processes of contoh organisasi disini adalah organisasi pada RSUD
organizational culture”23 Dr. Soetomo, dengan memberikan pelayanan publik
Pada tabel 1.5. menunjukkan bahwa proses berupa pelayanan kesehatan yang ada.
kelembagaan ada 3, yaitu coercive, mimetic, dan
normative. Coercive, sumbernya adalah pengenaan Keterkaitan Budaya Organisasi yang Melembaga
eksternal. Pada proses inter-organisasi, yaitu peraturan dalam Pelayanan Publik
profesional dan peraturan pemerintah. Sedangkan pada Menurut Kholipah, Susilo dan
proses intra-organisasi, yaitu struktur organisasi, proses Purwaningsih25, bahwa penerapan dari budaya
disiplin, dan sanksi sosial. Mimetic, sumbernya adalah organisasi harus dilakukan hingga tingkat membudaya
ketidakpastian. Pada proses inter-organisasi, yaitu karena hal tersebut akan mempengaruhi kepuasan
pemodelan bentuk organisasi dan pemodelan proses pasien terhadap pelayanan publik yang diberikan.
organisasi. Sedangkan pada proses intra-organisasi, Apabila pegawai yang memiliki penerapan budaya
yaitu pemodelan perilaku individu. Normative, organisasi yang lemah, hal tersebut dapat
sumbernya adalah sosialisasi. Pada proses inter- menyebabkan pasien atau pelanggan tidak akan merasa
organisasi, yaitu pendidikan profesional dan jaringan bahwa pelayanan publik yang diberikan sudah bagus.
profesional. Sedangkan pada proses intra-organisasi, Oleh sebab itu harus dilakukannya penerapan budaya
yaitu pelatihan, komunikasi formal, ritual dan upacara. organisasi hingga tingkat membudaya. Jadi salah satu
Berdasarkan uraian diatas, maka pada faktor dari pelayanan publik yang bagus adalah
dasarnya proses kelembagaan ada 3, yaitu: coercive, penerapan dari budaya organisasi itu sendiri.
mimetic, dan normative. Di dalam proses kelembagaan
disebutkan pula sumber, proses inter-organisasi, dan 24
Masdar, Sjahrazad, Sulaikah Asmorowati dan Jusuf
proses intra-organisasi. Kemudian definisi berbagai Irianto. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis
uraian diatas, maka peneliti memaknai Kompetensi untuk Pelayanan Publik. Surabaya: Airlannga
institusionalisasi sebagai suatu proses yang dilewati University Press, hlm. 42.
25
oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari Kholipah, Siti, Eko Susilo, Heni Purwaningsih. 2013.
Hubungan Penerapan Budaya Organisasi dengan Kepuasan
Pasien Di RSUD Ambarawa. Jurnal Managemen
23
Ibid, hlm. 47. Keperawatan Vol. 1, No. 1, Mei 2013: 7-14, hlm. 12.

7
Robbin26 berpendapat bahwa pernyataan puas snow-ball sampling. Teknik penentuan sampel dengan
atau tidak puas pengelola, klien, keluarga dan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan dari
karyawan pemberi pelayanan ditentukan oleh faktor penelitian ini, inilah yang dimaksud dengan purposive
budaya organisasi. Pada praktek bisnis, sampling30. Salah satu cara agar peneliti dapat
implementasinya melalui budaya yang terbentuk dalam mengetahui informan yang berpotensial serta bersedia
organisasi muncul sikap berupa komitmen yang kuat diwawancarai, yaitu dengan menemukan seseorang
dari para karyawan terhadap organisasi. Hal tersebut atau beberapa informan terlebih dahulu. Hal tersebut
dapat dibangun melalui pembentukan dari nilai-nilai apakah secara kebetulan, lewat kenalan peneliti,
seperti kerja keras, menghargai orang lain, solidaritas melalui iklan, atau cara lainnya. Dengan melalui
sosial tinggi yang mempengaruhi perilaku dalam informan-informan tersebut, maka peneliti dapat
organisasi. Untuk keberhasilan suatu organisasi dalam menemukan lebih banyak informan lagi, dan begitu
mengimplemetasikan aspek-aspek atau nilai-nilai seterusnya. Cara pengambilan sampel seperti yang
(values) budaya organisasinya dapat mendorong sudah dejelaskan sebelumnya itu disebut dengan snow-
organisasi tumbuh dan berkembang secara ball sampling.31
berkelanjutan. Berdasarkan teknik sampling yang digunakan
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti dapat peneliti, yakni purposive sampling dan snow-ball
menarik kesimpulan bahwa keterkaitan budaya sampling, peneliti memilih subyek dalam penelitian
organisasi yang melembaga dalam pelayanan publik kualitatif dengan analisis deskriptif ini, yaitu:
adalah dengan melihat dari kepuasan 1. dr. Trisiswati Indranarum, Sp.KK selaku Kepala
pelanggan/masyarakat terhadap pelayanan publik yang Instalasi Rawat Jalan
diberikan, hal tersebut dipengaruhi dari penerapan 2. Ibu Noerul Faizah, S.ST selaku Kepala Ruangan Poli
budaya organisasi yang harus dilakukan hingga pada Bedah IRJ
tingkat membudaya. 3. Ibu Juni Asmiati selaku Kepala Ruangan Poli Mata IRJ
4. dra. Kunti Nurwijayanti selaku staf Sekretariat Instalasi
METODE PENELITIAN Rawat Jalan (IRJ) bagian Pengolah Data
Metode penelitian yang digunakan dalam 5. Ibu Wingka Gurning selaku staf Instalasi Rawat Jalan
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. (IRJ) pada bagian Humas
Menurut Bogdan dan Taylor27 mengartikan metode 6. Ibu Siti Nurlikah selaku staf Sekretariat Instalasi Rawat
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang Jalan (IRJ)
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis 7. Bapak Sukirno selaku staf Poli Mata Instalasi Rawat
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat Jalan (IRJ)
diamati. Kemudian, peneliti lain juga mengemukakan 8. Ibu Erna Agustini Astuti selaku staf Poli Bedah
pendapatnya mengenai penelitian kualitatif, yakni John Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
W. Creswell28 menulis bahwa penelitian kualitatif 9. Bapak Suratman selaku staf Sekretariat Instalasi Rawat
adalah metode-metode untuk mengeksplorasi dan Jalan (IRJ)
memahami makna yang oleh sejumlah orang atau 10. Ibu Eka Harzijah. W selaku Masyarakat/Pasien dari
sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
atau kemanusiaan. Sedangkan, tipe dari penelitian ini 11. Ibu Irmawati selaku Masyarakat/Pasien dari Instalasi
dengan menggunakan kualitatif deskriptif. Karena tipe Rawat Jalan (IRJ)
penelitian deskriptif yaitu menyajikan satu gambaran 12. Bapak Hartono selaku Masyarakat/Pasien dari Instalasi
yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting Rawat Jalan (IRJ)
sosial, atau hubungan29. Untuk memberikan gambaran 13. Bapak M. Atim selaku Masyarakat/Pasien dari Instalasi
mengenai suatu fenomena secara terperinci, yang pada Rawat Jalan (IRJ)
akhirnya memberikan pemahaman yang lebih jelas 14. Bapak Agus Murdianto selaku Masyarakat/Pasien dari
mengenai fenomena yang diteliti. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
Penelitian ini dilakukan di IRJ (Instalasi Rawat 15. Bapak Farran selaku Masyarakat/Pasien dari Instalasi
Jalan) RSUD Dr. Soetomo. Kemudian, Penentuan Rawat Jalan (IRJ)
informan dilakukan secara purposive sampling dan 16. Ibu Nurripah selaku Masyarakat/Pasien dari Instalasi
Rawat Jalan (IRJ)
26
17. Ibu Sutarsih selaku Masyarakat/Pasien dari Instalasi
Maryadi. 2014. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Rawat Jalan (IRJ)
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh. Tugas Akhir Program Magister (TAPM)
18. Ibu Aan Noviyanti selaku Masyarakat/Pasien dari
Universitas Terbuka, Program Pascasarjana Universitas Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
Terbuka, hlm. 2. 19. Ibu Sriatin selaku Masyarakat/Pasien dari Instalasi
27
Bogdan, Robert & Steven J. Taylor. 1992. Pengantar Rawat Jalan (IRJ).
Metode Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan Dalam penelitian kualitatif, peneliti
Fenomenologis Terhadap Ilmu-ilmu Sosial. Surabaya: Usaha mengumpulkan berbagai bentuk data atau informasi
Nasional, hlm. 21-22.
28
Creswell, John W. . 2014. Research Design: Pendekatan
30
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif:
Pustaka Belajar, hlm. 4. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
29
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm. 187.
31
PT. Refika Aditama, hlm. 27. Ibid, hlm 187-188.
8
dan melakukan pengamatan pada natural setting dalam pasien sudah habis. Untuk itu, agar tetap menjaga nilai
waktu yang tidak sebentar. Menurut John W. tersebut agar bisa terus berjalan dengan yang
Creswell32, dalam penelitian kualitatif terdapat seharusnya, maka pimpinan sudah mengupayakan agar
prosedur-prosedur pengumpulan data yang melibatkan dapat merawat nilai etika yang ada di Instalasi Rawat
empat jenis strategi, yaitu: observasi kualitatif, Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo. Upaya yang dilakukan
wawancara kualitatif, dokumen-dokumen kualitatif, oleh pimpinan yakni, dengan diadakannya pertemuan-
dan materi audio dan visual. Peneliti menggunakan pertemuan rutin, adanya pelatihan-pelatihan, dan akan
teknik analisis data Miles dan Huberman. Menurut diberi teguran apabila ada yang melakukan kesalahan.
Miles, Huberman, dan Saldana33 bahwa kegiatan Untuk pelatihan sendiri, ada pelatihan K3RS, PKRS,
analisis data terdiri dari tiga prosedur. Ketiga prosedur pelatihan kepribadian. Kemudian, dikarenakan RSUD
tersebut, yaitu kondensasi data, penyajian data, dan Dr. Soetomo termasuk dalam rumah sakit tipe A, maka
penarikan kesimpulan/verifikasi. untuk nilai etikanya sudah terstandar. Kemudian dalam
pelaksanaan pelayanan publik, nilai etika dari para
HASIL DAN PEMBAHASAN pegawai terbilang baik dan sudah bagus. Di mana
Penerapan Budaya Organisasi di Instalasi Rawat pegawainya melayani pasien dengan ramah dan sopan.
Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo yang Dilaksanakan Dalam menjelaskan persyaratan ataupun pertanyaan
dalam Pelayanan Publik Sehari-hari dari pasien pun dengan ramah dan baik.
Dalam aspek penerapan budaya organisasi
dalam pelayanan publik telah dilaksanakan atau  Nilai Profesionalisme
diterapkan pada pelayanan sehari-hari yang dapat Nilai profesionalisme telah dijalankan dengan
dibuktikan dengan pernyataan dari beberapa informan, yang seharusnya dalam melaksanakan pelayanan
seperti kepala ruangan dan staf dari Instalasi Rawat publik, yang tak luput pula dari pimpinan yang
Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo. Di mana hal tersebut mengupayakan hal tersebut. Hal tersebut dapat
sudah menjadi rutinitas dari keseharian mereka dalam dibuktikan dengan pernyataan dari pihak IRJ dan
memberikan pelayanan publik. Sebagai contoh apabila masyarakat. Seperti adanya pelatihan, disesuaikan
ada pasien komplain. Otomatis harus ditangani pada dengan jabatan dan pendidikan yang dimiliki, saling
tingkatan atau level terdekat, apabila tidak bisa mengingatkan satu sama lain mengenai jobdis dan
terselesaikan maka level paling atas yang akan target pekerjaan masing-masing. Kemudian di dalam
menyelesaikan. Kemudian misalnya memberitahukan pelayanan publik sendiri juga bisa terbilang sudah
kepada pasien mengenai jadwal kontrol, agar pasien profesional. Hal tersebut dapat dibuktikan, yaitu
tidak salah hari. Jadi pasien akan diberikan penjelasan- dengan sudah sesuai pada profesi, posisi, dan tugas
penjelasan mulai dari jadwal kontrol hingga arah-arah masing-masing dari para pegawainya.
pengaturannya.
 Nilai Integritas
Nilai-nilai yang Terdapat Pada Budaya Organisasi Nilai integritas yang ada di Instalasi Rawat
dalam Pelayanan Publik di Instalasi Rawat Jalan Jalan (IRJ) bisa terbilang sudah berjalan dengan yang
(IRJ) RSUD Dr. Soetomo seharusnya. Adapun upaya yang dilakukan pimpinaan
 Nilai Etika yakni, dengan adanya pelatihan, adanya target sebesar
Nilai etika pada budaya organisasi dalam 80%, dengan tetap terus mengingatkan untuk alur dan
pelayanan publik sudah dijalankan dan berupaya agar protap yang ada, serta sekarang apabila masuk dan
bisa dijalankan dengan yang seharusnya. Hal ini pulang sudah ada cek clock. Hal-hal tersebut dapat
dibuktikan dengan pernyataan dari pihak Instalasi dibuktikan dari pernyataan yang didapat dari hasil
Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo dan wawancara dengan pihak IRJ dan masyarakat.
masyarakat/pasien. Namun walau sudah di upayakan Kemudian dalam proses pelayanan publik nilai
agar nilai etika tetap berjalan dengan yang harusnya, integritas bisa terbilang berjalan secara baik, bagus,
mungkin masih ada kekurangan. Namanya juga dan memuwaskan. Pelayanan yang diberikan mulai
manusia, apalagi menghadapi orang dengan jumlah poli hingga apotek sudah bagus. Salah satu contohnya
yang cukup banyak dan dalam kondisi orang sedang adalah apabila ada yang pakai kursi roda ya diantarkan,
sakit. Di mana dalam kondisi tersebut, seseorang akan dan tidak perlu membayar apabila ingin menggunakan
memiliki tingkat emosi yang cukup tinggi dan bisa kursi roda. Cukup dengan meninggalkan KTP (Kartu
menimbulkan bentrok dengan petugas yang ada, serta Tanda Penduduk).
ditambah dengan kondisi crowded di pagi hari. Pasien
pun dihimbau agar tidak semua datang pada pagi hari  Nilai Kemitraan
atau bahkan dini hari, karena loket akan tutup jam 1 Nilai kemitraan yang ada di Instalasi Rawat
siang dan masih bisa masuk ke poli untuk mendapatkan Jalan (IRJ) dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik
pelayanan. Karena pelayanan di poli akan tutup apabila dan bagus. Hal tersebut tak luput dari upaya yang
dilakukan oleh pimpinan. Salah satunya yaitu dengan
menanamkan bahwa disini adalah rumah kedua bagi
32 mereka dan harus dibuat nyaman. Kemudian apabila
Creswell, John W. . Op.Cit, hlm. 267-270.
33
Miles, Matthew B., A. Michael Huberman and Johnny ada masalah harus segera diselesaikan dan diharuskan
Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis (A Methods bekerja dalam satu tim yang akan disesuaikan dengan
Sourcaebook): Edition 3. United States of America: Sage jobdisnya masing-masing. Sedangkan untuk hubungan
Publications, chapter 1.

9
kerjasama antar unit juga bagus. Salah satu contohnya pelayanan masih mengutamakan kerja tim, mulai dari
adalah apabila ada pasien yang gawat darurat, maka dokter, perawat, dan adminnya. Kemudian dalam hal
akan segera di kirim ke IRD (Instalasi Rawat Darurat), kompetensi dari para pegawai sendiri dapat dikatakan
dan kerjasama dengan ruangan-ruangan apabila pasien baik.
butuh untuk opname maka akan dicarikan ruangan.
Begitu pula hubungan kerjasama dengan pimpinan Upaya dalam Melaksanakan Nilai-Nilai yang Ada
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) dengan para karyawan di RSUD Dr. Soetomo
dapat dikatakan cukup solid, sebagai salah satu Apabila ada kesalahan dalam pelaksanaan
contohnya adalah terkadang pimpinan turun kebawah nilai-nilai yang ada pada budaya organisasi ya akan
untuk melihat kondisi yang terjadi. Apabila ada banyak diberikan punishment dan apabila sebaliknya, maka
pasien yang sedang mengantre di loket dan ada akan diberi reward. Hal tersebut dapat dibuktikan
karyawannya yang tidak masuk, maka akan segera dengan peryataan dari Kepala IRJ. Apabila ada yang
dicarikan penggantinya. Hal tersebut dapat dibuktikan membuat kesalahan maka akan dipanggil dan akan
dari pernyataan baik di pihak IRJ maupun masyarakat. diberikan pemberitahuan satu kali, dua kali, begitu
Kemudian dalam proses pelayanan publik nilai terus hingga tidak membuat kesalahan. Namun apabila
kemitraan sudah bagus, respon yang diberikan pun juga tidak bisa diberitahu, maka akan dilimpahkan kepada
baik. Pegawainya juga saling membantu satu sama lain manajemen rumah sakit.
dan apabila ada pasien yang membutuhkan bantuan
untuk diangkat, maka para pegawai pun turut Institusionalisasi Budaya Organisasi di Instalasi
membantu pasien tersebut. Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo
Penginstitusionalisasian budaya organisasi
 Nilai Keadilan sendiri cukup penting, agar pada setiap level atau
Nilai keadilan yang ada di Instalasi Rawat tingkatan dari suatu organisasi dapat memahami dan
Jalan (IRJ) sudah bisa dibilang berjalan dengan yang dapat menerapkan dalam kegiatan sehari-hari ataupun
seharusnya. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan dalam hal pemberian pelayanan publik. Kemudian
beberapa upaya yang dilakukan, yakni adanya penginstitusionalisasian budaya organisasi yang ada di
pembagian tugas dan uraian tugasnya, hal ini dilakukan Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo telah
agar tidak ada rasa iri diantara para pegawai. berjalan secara efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari
Kemudian untuk pelayanannya sendiri telah pembagian tugas di dalamnya, struktur organisasi, apa
disamaratakan, mulai dari pemberian pelayanan hingga yang biasa mereka lakukan pada saat bekerja dalam
fasilitas. Namun pada saat di rungan akan berbeda, sehari-hari, cara dalam menyelesaikan masalah. Hal itu
karena disesuaikan dengan kelasnya. Hal tersebut dapat tak luput dari mekanisme dalam melembagakan budaya
dibuktikan dari pernyataan pihak IRJ dan masyarakat. organisasi pada Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr.
Adapun pendapat masyarakat mengenai keadilan Soetomo. Di mana pada saat awal penerimaan pegawai
dalam pelayanan telah menunjukkan bahwa pelayanan telah dijelaskan tentang hal tersebut, yaitu yang harus
yang diberikan sudah berjalan dengan adil. Jadi dilakukan dalam bekerja, tugas yang harus
pelayanan yang diberikan sudah disamaratakan, bahkan dilaksanakan, penempatan pegawai dalam bekerja,
ada yang memberikan dalam bentuk presentase, yakni fungsi dari pegawai tersebut saat bekerja sebagai A
80%-90% sudah bagus dan adil pelayanannya. misalnya, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat
dibuktikan dari beberapa pernyataan dari setiap
 Nilai Kemandirian tingkatan, mulai dari tingkat kepala ruangan hingga
Nilai kemandirian bisa terbilang mandiri, staf yang ada di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr.
namun tetap harus ada pendampingan. Pendampingan Soetomo dapat memberikan penjelasan secara tersirat
diberikan terutama pada pegawai baru. Hal tersebut dari budaya organisasi itu sendiri dan
dapat dibuktikan dengan pernyataan dari pihak IRJ dan melaksanakannya dengan sebaik mungkin.
masyarakat. Untuk itu agar nilai kemandirian tetap Kemudian dalam pekerjaan sehari-hari
terjaga ada beberapa upaya-upaya yang diberikan menggunakan seragam apa saja, misalnya pada hari
pimpinan IRJ, yakni dengan diadakannya pelatihan- rabu menggunakan pakaian putih dan ada pula hari
pelatihan, diberikan bimbingan, dengan adanya yang menggunakan batik. Untuk mendisiplinkan
pembagian tugas yang akan bergantian secara berkala pegawai dalam jam kehadiran sudah ada cek clock.
atau di rotasi, diberikan arahan-arahan apabila masih Dalam pemberian pelayanan juga harus bersikap sabar,
ada kekurangan. Kemudian apabila hal tersebut dilihat ramah, sopan, dan bisa bekerja dalam tim. Karena
dari sisi pelayanan, upaya yang diberikan cukup apabila bekerja disebuah rumah sakit, dibutuhkan yang
berhasil. Dengan penilaian masyarakat yang namanya kerja tim dan apabila ada permasalahan yang
kebanyakan berpendapat bahwa para pegawai di IRJ terjadi, biasanya diselesaikan pada tingkatan atau level
sebagian besar sudah mandiri. Walau ada beberapa terdekat dan diselesaikan secepat mungkin. Kemudian,
yang masih harus menunggu rekannya untuk apabila ada yang tidak menaati aturan atau tidak
melakukan suatu tindakan, seperti tindakan dalam menjalankan pelayanan sesuai denga nilai-nilai yang
kondisi urgent untuk membantunya. Hal tersebut ada, maka akan diberikan teguran. Apabila satu hingga
terjadi kemungkinan karena kurang pengetahuan tiga kali teguran tidak ada hasil yang lebih baik, maka
ataupun memang membutuhkan bantuan dari yang akan dikembalikan kepada manajemen rumah sakit.
lainnya. Karena di rumah sakit dalam memberikan Untuk reward nya sendiri sesuai dengan target prestasi

10
kerja setiap masing-masing pegawai. Hal tersebut pihak Instalasi Rawat Jalan (IRJ). Kemudian apabila
dapat dibuktikan dengan hasil wawancara dengan terjadi trobel, pasien akan tetap dilayani di poli hingga
informan pada pembahasan sebelumnya. Target pasien sudah habis. Pasien akan tetap dilayani dengan
prestasi kerja sendiri, sekarang diinput pada sistem pengambilan nomor antrian terakhir pukul 1 siang, jadi
yang langsung masuk di web dari BKD Povinsi Jatim. walau jam poli akan tutup pasien akan tetap dilayani
hingga pasien habis. Hal tersebut dapat dibuktikan dari
Pelayanan Publik di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) pernyataan pihak Instalasi Rawat Jalan (IRJ) dan
RSUD Dr. Soetomo masyarakat. Dikarenakan pada saat itu ada pasien yang
Pelayanan publik yang diberikan oleh pihak langsung bertanya kepada dokter jaga di poli yang akan
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo sudah dikunjungi oleh pasien tersebut.
cukup baik. Hanya saja pada saat melakukan
wawancara sedang terjadi trobel, kemungkinan itu Upaya dalam Menjaga Keseimbangan Nilai-Nilai
disebabkan oleh adanya pemadaman arus listrik. dari Sisi Profit dan Publik
Namun ada yang berpendapat bahwa itu terjadi karena Adanya upaya dalam menjaga keseimbangan
komputer yang sedang eror. Sehingga kebanyakan nilai-nilai baik itu dari sisi profit dan publik. Hal itu
masyarakat/pasien sebagai informan, mengeluhkan dapat dibuktikan dari pernyataan yang diberikan oleh
tentang antrian. Akan tetapi antrian yang terjadi selama Kepala IRJ. Adapun upaya yang dilakukan yaitu,
ini masih dianggap cukup wajar, dikarenakan memang dengan melakukan rapat rutin, kemudian pemberian
banyaknya jumlah pasien yang berdatangan di Instalasi remunerasi sebagai insentif, maka dari itu ada penilaian
Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo. Hanya pada untuk para pegawai. Remunerasi pun tergantung pada
hari di mana peneliti sedang melakukan wawancara, para pegawai itu sendiri, seperti disesuaikan dengan
terjadi trobel yang menyebabkan penumpukan antrian kapasitasnya, kemudian masuk tidak nya pegawai.
yang cukup banyak. Antrian yang tejadi selama ini Sedangkan untuk pelayanan sendiri, semaksimal
masih cukup terkendali dan wajar, dan pelayanan yang mungkin akan diupayakan melayani pasien dengan
diberikan oleh pihak Instalasi Rawat Jalan (IRJ) pun sebaik mungkin. Seperti contohnya, kini ada loket yang
cukup cepat dan memuwaskan. Hal tersebut dapat mandiri atau bisa disebut APM. Hal itu diperuntukkan
dibuktikan dengan adanya pendapat dari beberapa bagi keperluan pasien agar tidak perlu mendaftar di
masyarakat/pasien sebagi informan dari penelitian ini. loket antrian dan agar pasien dapat dipermudah dengan
Kemudian pihak Instalasi Rawat Jalan (IRJ) adanya kecepatan apabila menggunakan loket mandiri
sendiri telah mengklarifikasi dengan adanya fenomena tersebut.
antrian yang cukup padat. Antrian yang selama ini Mekanisme dari Budaya Organisasi dalam
terdengar dimulai dari dini hari, memang benar adanya. Menunjang Pelayanan Publik di Instalasi Rawat
Namun hal tersebut disebabkan oleh budaya dari Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo
beberapa pasien itu sendiri yang mulai antri dari dini Mekanisme dari budaya organisasi dalam
hari. Hal tersebut sudah sangat dilarang oleh pihak menunjang pelayanan publik yaitu dengan memberikan
Instalasi Rawat Jalan (IRJ). Karena loket yang ada di sosialisasi, diadakan diklat, pelatihan-pelatihan,
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) akan mulai beroperasi pada diadakan pertemuan-pertemuan yang rutin dan lain
pukul 6 pagi di hari biasa dan pukul 7 pagi di hari sebagainya. Untuk pelatihan sendiri ada yang diberikan
puasa, serta loket akan tutup pada pukul 1 siang. dalam satu tahun sekali hingga setahun dua kali.
Sebaiknya para pasien tidak semua datang pagi-pagi Pelatihan yang diberikan dalam satu tahun sekali yakni,
sekali, karena hingga pukul 1 siang akan tetap dilayani. salah satunya ada pelatihan emergency pasien.
Pada pukul 10-an atau 11-an siang, biasanya loket pun Kemudian untuk pelatihan yang diadakan dalam
sudah terlihat lenggang. setahun dua kali yakni, salah satunya ada K3RS.
Adapun beberapa pihak dari Instalasi Rawat Pelatihan yang diberikan tidak hanya itu saja,
Jalan (IRJ) yang berpendapat bahwa antrian melainkan ada pula pelatihan code blue, dan masih
disebabkan oleh banyaknya pasien, budaya pasien yang banyak lagi.
mengantri mulai dini hari, banyaknya persyaratan dari Kemudian ada pula berbagai program diklat
BPJS yang terlalu rumit, dan di beberapa poli banyak lainnya yang ada di RSUD Dr. Soetomo yang terbagi
dilaksanakan tindakan yang mana membuat antrian atas berbagai macam program. Di mana di dalam
pasien semakin lama. Karena satu pasien bisa program tersebut terdapat berbagai jenis diklat.
menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam. Selain adanya diklat yang diadakan secara
Sedangakan apabila ada trobel atau eror yang terjadi, rutin seperti yang telah dijabarkan pada paragraf
itu biasanya disebabkan oleh eror nasional dari BPJS sebelumnya. Ada pula pertemuan-pertemuan yang
nya. Namun hal tersebut ada alternatifnya, yaitu dilakukan secara rutin. Pertemuan itu ada yang bersifat
dengan pendataan manual menggunakan tulis tangan insidental atau pertemuan tersebut akan dilaksanakan
yang nantinya data akan dimasukkan ke komputer oleh hanya pada kesempatan atau waktu tertentu. Ada pula
pihak BPJS. Dikarenakan, apabila terjadi kesalahan pertemuan yang dilakukan dalam satu bulan dua kali
dalam pemasukkan data, hal itu tidak akan bisa sesuai dengan yang dijadwalkan sebenarnya. Namun
diklaim. Untuk pelayanannya sendiri para staf telah apabila ada keadaan yang mendesak dan sangat
melakukan yang terbaik dan sudah cepat dalam hal penting, maka akan langsung diadakan pertemuan dan
melakukan pelayanan. Penjelasan mengenai hal ini di dalam pertemuan-pertemuan tersebut akan selalu
dapat dibuktikan dari pendapat beberapa informan dari dikoordinasikan dengan pimpinan.

11
KESIMPULAN secepat mungkin. Hal tersebut dapat menggambarkan
Berdasarkan analisis dan interpretasi data budaya melayani yang ada di Instalasi Rawat Jalan
yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo. Untuk reward nya sendiri
untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, sesuai dengan target prestasi kerja setiap masing-
yaitu: masing pegawai. Target prestasi kerja sendiri, sekarang
1. Institusionalisasi budaya organisasi dalam proses diinput pada sistem yang langsung masuk di web dari
pelayanan publik dapat dikatakan bahwa: BKD Povinsi Jatim.
Budaya melayani sebagai bagian dari budaya 2. Upaya RSUD Dr. Soetomo menginstitusionalisasikan
organisasi, di mana budaya organisasi yang ada di budaya organisasi dalam menunjang pelayanan publik
RSUD Dr. Soetomo telah melembaga secara baik dapat dikatakan bahwa:
dalam proses pelayanan publik. Hal tersebut dapat Hal yang dilakukan oleh pihak Instalasi Rawat
dilihat dari budaya organisasi yang ada pada Instalasi Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo adalah memberikan
Rawat Jalan (IRJ) RSUD Dr. Soetomo, mulai dari sosialisasi, diadakan diklat, pelatihan-pelatihan,
adanya pembagian tugas di dalamnya, struktur diadakan pertemuan-pertemuan yang rutin dan lain
organisasi, apa yang biasa mereka lakukan pada saat sebagainya. Untuk pelatihan sendiri ada yang diberikan
bekerja dalam sehari-hari, cara dalam menyelesaikan dalam satu tahun sekali hingga setahun dua kali.
masalah. Kemudian, pada saat awal penerimaan Pelatihan yang diberikan dalam satu tahun sekali yakni,
pegawai telah dijelaskan tentang hal-hal tersebut, yaitu salah satunya ada pelatihan emergency pasien.
yang harus dilakukan dalam bekerja, tugas yang harus Sedangkan untuk pelatihan yang diadakan dalam
dilaksanakan, penempatan pegawai dalam bekerja, setahun dua kali yakni, salah satunya ada K3RS.
fungsi dari pegawai tersebut saat bekerja sebagai A Pelatihan yang diberikan tidak hanya itu saja,
misalnya, dan lain sebagainya. Adapun nilai-nilai yang melainkan ada pula pelatihan code blue, dan masih
ada di dalam budaya organisasi, seperti nilai etika, nilai banyak lagi. Kemudian ada pula berbagai program
profesionalisme, nilai integritas, nilai kemitraan, nilai diklat lainnya yang ada di RSUD Dr. Soetomo yang
keadilan, dan nilai kemandirian. Dari ke-6 (enam) nilai terbagi atas berbagai macam program. Selain adanya
tersebut, hanya beberapa yang lebih menonojol atau diklat yang diadakan secara rutin, ada pula pertemuan-
bisa dikatakan kuat, yakni nilai etika, nilai integritas, pertemuan yang dilakukan secara rutin, yaitu satu
nilai kemitraan, dan nilai keadilan. Untuk nilai bulan dua kali. Ada pula pertemuan yang bersifat
profesionalisme dan kemandirian sendiri dikatakan insidental atau pertemuan yang akan dilaksanakan
tidak terlalu kuat, dikarenakan masih adanya apabila ada keadaan mendesak dan sangat penting,
permasalahan pada komputer/aliran listrik yang maka akan langsung diadakan pertemuan dan di dalam
terkaadang padam. Sedangkan untuk nilai kemandirian pertemuan-pertemuan tersebut akan selalu
walaupun dalam kepuasan pelanggan mengenai dikoordinasikan dengan pimpinan. Berdasarkan
kompetensi pelaksana mendapatkan nilai B, tetapi penejelasan pada poin ke-2 (dua), hal tersebut masuk
memang para pegawai di IRJ terkadang masih perlu dalam proses kelembagaan normative.
adanya bimbingan atau tidak bisa bekerja secara
individu (diperlukan adanya kerja tim). Kemudian IMPLIKASI
untuk nilai etika sendiri dapat dilihat dalam pekerjaan Implikasi Teoritis
sehari-hari, serta dari data mengenai kepuasan Penelitian mengenai budaya organisasi pernah
pelanggan dengan mendapatkan nilai B. Sedangkan dilakukan oleh empat penelitian terdahulu, serta hasil
untuk nilai integritas, nilai kemitraan, dan nilai dari penelitian yang telah dilakukan berimplikasi
keadilan, hal tersebut dapat pula dilihat dalam secara teoritis terhadap hal tersebut. Kemudian,
pekerjaan sehari-hari dan dari pembahasan proses penelitian ini memperluas atau mengembangkan dari
kelembagaan. Proses kelembagaan sendiri ada keempat penelitian terdahulu. Pertama, penelitian yang
coercive, mimetic, dan normative. Pada proses dilakukan oleh Senggol, Abdul Kadir, dan Muh. Nur
kelembagaan coercive, yaitu dengan mendisiplinkan Yamin34 memiliki perbedaan dengan penelitian yang
pegawai dalam jam kehadiran sudah ada cek clock. dilakukan, yaitu penelitian ini lebih berfokus untuk
Kemudian, apabila ada yang tidak menaati aturan atau mengetahui dan menganalisis budaya organisasi dalam
tidak menjalankan pelayanan sesuai dengan nilai-nilai pelayanan publik pada Badan Penyelenggara
yang ada, maka akan diberikan teguran. Apabila satu Pelayanan Perizinan Kota Kendari. Selain itu, budaya
hingga tiga kali teguran tidak ada hasil yang lebih baik, organisasi yang dibahas bukan mengenai
maka akan dikembalikan kepada manajemen rumah institusionalisasi budaya organisasi, melainkan hanya
sakit. Untuk proses kelembagaan mimetic dapat dilihat pada budaya organisasi dalam pelayanan publik.
dalam pekerjaan sehari-hari yang menggunakan Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Maria
seragam apa saja, misalnya pada hari rabu
menggunakan pakaian putih dan ada pula hari yang
menggunakan batik. Dalam pemberian pelayanan juga
harus bersikap sabar, ramah, sopan, dan bisa bekerja 34
dalam tim. Karena apabila bekerja disebuah rumah Senggol, Abdul Kadir, dan Muh. Nur Yamin. 2016.
sakit, dibutuhkan yang namanya kerja tim dan apabila Budaya Organisasi dalam Pelayanan Publik (Studi Pada
Badan Penyelenggara Pelayanan Perizinan Kota Kendari. e-
ada permasalahan yang terjadi, biasanya diselesaikan Journal-Publica, PPS AP-UHO, ISSN: 2502-5589 Vol. I No.
pada tingkatan atau level terdekat dan diselesaikan 1, Januari 2016, hlm. 32.
12
Khiristiani dan Ignatius Adiwidjaja35 dengan judul SARAN
“Peningkatan Budaya Organisasi Secara Efektif untuk Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Meningkatkan Pelayanan Publik”. Perbedaan dengan dilakukan dan kesimpulan di atas, maka saran yang
penelitian yang dilakukan, yaitu pada penelitian ini dapat peneliti berikan terkait dengan institusionalisasi
lebih melihat pada peningkatan budaya organisasi yang budaya organisasi dalam menunjang pelayanan publik
secara efektif guna meningkatkan pelayanan publik di di IRJ (Instalasi Rawat Jalan) RSUD Dr. Soetomo
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T). Ketiga, ialah:
penelitian yang dilakukan oleh Zakiyatul Ummah, 1. Bagi pihak IRJ (Instalasi Rawat Jalan) RSUD Dr.
Achmad Supriyanto, dan Sultoni36 memiliki perbedaan Soetomo diharapkan dapat memberikan pelatihan-
dengan penelitian yang dilakukan, yaitu penelitian ini pelatihan, diklat, dan sosialisasi mengenai budaya
lebih berfokus pada hubungan antara kualitas organisasi, serta saling mengingatkan satu sama lain
kompetensi, budaya organisasi, dan motivasi kerja dengan lebih sering, agar kemampuan dan
dengan pelayanan prima tenaga administrasi sekolah. keterampilan para pegawai semakin meningkat dalam
Selain itu, dalam penelitian tersebut membahas fokus melakukan atau memberikan pelayanan publik.
yang hampir sama yaitu budaya organisasi, namun 2. Bagi Masyarakat/Pasien IRJ (Instalasi Rawat Jalan)
memiliki lokus yang berbeda yakni di SMA Negeri di RSUD Dr. Soetomo diharapkan agar tidak datang
Kabupaten Lamongan. Yang terakhir, yaitu penelitian untuk mengantre pada dini hari atau semua pasien
yang dilakukan oleh M. Ahsan Agussalim37. Berbeda mengantre di waktu pagi. Agar tidak ada antrean yang
dengan penelitian yang dilakukan, penelitian ini lebih terjadi di dini hari dan berkurangnya penumpukkan
berfokus pada implementasi budaya organisasi dalam antrean pasien di waktu pagi. Karena di waktu-waktu
peningkatan pelayanan administrasi pendidikan. siang, sekitar jam 10 atau jam 11-an antrean sudah
Sementara pada penelitian yang dilakukan lebih terlihat longgar.
melihat pada institusionalisasi budaya organisasi di IRJ 3. Bagi pihak BPJS diharapkan agar mampu menambah
(Instalasi Rawat Jalan) RSUD Dr. Soetomo dalam atau membuka loket-loket baru disetiap lantai. Agar
menunjang pelayanan publik. tidak terjadi penumpukan atau menambah antrean yang
panjang pada lantai satu IRJ (Instalasi Rawat Jalan)
Implikasi Praktis RSUD Dr. Soetomo.
Penelitian ini dapat membantu informasi mengenai
institusionalisasi budaya organisasi dalam menunjang DAFTAR PUSTAKA
pelayanan publik di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Buku
Dr. Soetomo agar menjadi masukan untuk pelaksanaan Anonim. 2015. Profil Statistik Kesehatan 2015.
yang lebih baik. Kemudian, melalui penelitian ini Jakarta: Badan Pusat Statistik.
diharapkan mampu untuk memberikan gambaran dan . 2017. Profil dan Panduan Informasi RS
informasi tentang institusionalisasi budaya organisasi Pendidikan RSUD Dr. Soetomo.
di RSUD Dr. Soetomo dalam proses pelayanan publik. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu Bogdan, Robert & Steven J. Taylor. 1992. Pengantar
memberikan gambaran dan informasi mengenai Metode Penelitian Kualitatif: Suatu
institusionalisasi budaya organisasi di IRJ (Instalasi Pendekatan Fenomenologis Terhadap Ilmu-
Rawat Jalan) RSUD Dr. Soetomo dalam menunjang ilmu Sosial. Surabaya: Usaha Nasional.
pelayanan publik. Sehingga menjadi bahan Creswell, John W. 2014. Research Design: Pendekatan
pertimbangan, masukan, dan saran kepada pihak-pihak Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Edisi
yang berkepentingan mengenai budaya organisasi yang Ketiga). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
ada di RSUD Dr. Soetomo. Dwiyanto, Agus, Partini, Ratminto, Bambang
Wicaksono, Wini Tamtiari, Bevaola
Kusumasari, dan Mohammad Nuh. 2008.
Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ernawan, Erni R.. 2011. Organizational Culture:
35
Budaya Organisasi dalam Perspektif Ekonomi
Khiristiani, Maria dan Ignatius Adiwidjaja. 2016. dan Bisnis. Bandung: cv. Alfabeta.
Peningkatan Budaya Organisasi Secara Efektif untuk
Indrawijaya, Adam Ibrahim. 2010. Teori Perilaku, dan
Meningkatkan Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Vol. 5 No. 2 (2016), hlm. 52-54. Budaya Organisas. Bandung: PT. Refika
36
Ummah, Zakiyatul, Achmad Supriyanto, dan Sultoni. Aditama.
2018. Hubungan Kualitas Kompetensi, Budaya Organisasi Masdar, Sjahrazad, Sulaikah Asmorowati, dan Jusuf
dan Motivasi Kerja dengan Pelayanan Prima Tenaga Irianto. 2009. Manajemen Sumber Daya
Administrasi Sekolah. Jurnal Administrasi dan Manajemen Manusia Berbasis Kompetensi untuk
Pendidikan Volume 1 Nomor 1 Maret 2018, hlm. 7-15. Pelayanan Publik. Surabaya: Airlannga
37
Agussalim, M. Ahsan. 2017. Implementasi Budaya University Press.
Organisasi dalam Peningkatan Pelayanan Administrasi Miles, Matthew B., A. Michael Huberman and Johnny
Pendidikan di MAN 1 Makassar. Skripsi Universitas Islam
Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis (A
Negeri (UIN) Allauddin Makassar, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Allauddin Methods Sourcaebook): Edition 3. United
Makassar, hlm. X. States of America: Sage Publications.

13
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Efektif untuk Meningkatkan Pelayanan
Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Publik. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Remaja Rosdakarya. Vol. 5 No. 2 (2016): 52-54.
Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kondra, Alex Z. and Deborah C. Hurst. 2009.
Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Institutional processes of organizational
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. culture. Culture and Organization Vol. 15
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. No. 1, March 2009: 39-58.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Maryadi. 2014. Pengaruh Budaya Organisasi
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh. Tugas
Perilaku Organisasi (Organizational Akhir Program Magister (TAPM) Universitas
Behaviour): Edisi 12. Jakarta: Salemba Terbuka. Jakarta: Program Pascasarjana
Empat. Universitas Terbuka.
Schein, Edgar H. 2004. Organizational Culture and Maryani, Tyarlin. 2017. Institusionalisasi Internal
Leadership: Third Edition. San Francisco: Audit Capability Model pada Aparat
Jossey-Bass. Pengawasan Intern Pemerintah (Studi Kasus
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Di Kementerian Luar Negeri). EKOBIS –
Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Ekonomi Bisnis Vol. 22 No. 2, Oktober 2017:
Masa depan (Mewujudkan Pelayanan Prima 87-102.
dan Kepemerintahan yang Baik). Bandung: Miftahussaadah. 2010. Pengaruh Intensitas Budaya
PT Refika Aditama. Organisasi dengan Nilai Syifa Terhadap
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Kinerja Unit Kerja Di Rumah Sakit Islam
Bandung: PT. Refika Aditama. Surabaya Jemursari. Skripsi Universitas
Sulistiyani, Ambar Teguh & Rosidah. 2003. Airlangga. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Universitas Airlangga.
Teori dan Pengembangan dalam Konteks Mustikasari, Aulia Hany. 2013. Pengaruh
Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Keterampilan Manajerial dan Budaya
Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Kencana. Medis Rumah Sakit Medika Mulia Tuban
Tika, Moh. Prabundu. 2010. Budaya Organisasi dan dengan Kepuasan Kerja dan Komitmen
Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Organisasional sebagai Variabel Intervening.
Bumi Aksara. Tesis Universitas Airlangga. Program
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi &
Jurnal, Skripsi, Tesis, dan Disertasi Bisnis Universitas Airlangga.
Adam, Rono A. 2013. Pengembangan Budaya Senggol, Abdul Kadir, dan Muh. Nur Yamin. 2016.
Organisasi Keperawatan Untuk Budaya Organisasi dalam Pelayanan Publik
Meningkatkan Kinerja dan Kepuasan Perawat (Studi Pada Badan Penyelenggara Pelayanan
dalam Penerapan Metode Asuhan Perizinan Kota Kendari. e-Journal-Publica,
Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit. PPS AP-UHO, ISSN: 2502-5589 Vol. I No. 1,
Disertasi Universitas Airlangga. Program Januari 2016: 32-40.
Doktor Program studi Ilmu Kesehatan Ummah, Zakiyatul, Achmad Supriyanto, dan Sultoni.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas 2018. Hubungan Kualitas Kompetensi,
Airlangga. Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja
Agussalim, M. Ahsan. 2017. Implementasi Budaya dengan Pelayanan Prima Tenaga
Organisasi dalam Peningkatan Pelayanan Administrasi Sekolah. Jurnal Administrasi dan
Administrasi Pendidikan di MAN 1 Makassar. Manajemen Pendidikan Volume 1 Nomor 1
Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Maret 2018: 7-15.
Allauddin Makassar. Makassar: Fakultas Yurisdi dan Misnawati. 2017. Reformasi Birokrasi
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan
Negeri (UIN) Allauddin Makassar. terpadu Satu Pintu). Jurnal Ilmiah Ilmu
Frinaldi, Aldri. 2014. Pengaruh Budaya Kerja Administrasi Publik Vol. 7 No. 2, Juli-
Pegawai Negeri Sipil terhadap Desember 2017: 99-108.
Pelayanan Publik Di Dinas Catatan Sipil dan
Kependudukan Kota Payakumbuh. Humanus Media Online
Vo. XIII No. 2, Tahun 2014: 180-192. Anonim. Jatim Anggarkan Rp 1,7 Triliun Untuk Ubah
Kholipah, Siti, Eko Susilo dan Heni Purwaningsih. RSUD Dr. Soetomo Jadi Rumah Sakit
2013. Hubungan Penerapan Budaya Internasional (online), diambil dari
Organisasi dengan Kepuasan Pasien Di http://surabaya.tribunnews.com/2016/04/25/ja
RSUD Ambarawa. Jurnal Managemen tim-anggarkan-rp-17-triliun-untuk-ubah-rsud-
Keperawatan Vol. 1 No. 1, Mei 2013: 7-14. dr-soetomo-jadi-rumah-sakit-internasional,
Khiristiani, Maria dan Ignatius Adiwidjaja. 2016. diakses tanggal 18 Mei 2017.
Peningkatan Budaya Organisasi Secara

14
. Memaknai Pentingnya Budaya dalam
Organisasi (online), diambil dari
https://ekbis.sindonews.com/read/1152095/77/
memaknai-pentingnya- budaya-dalam-
organisasi-1478068860, diakses tanggal 18
Mei 2017.
. Pendapatan RSUD dr Soetomo Naik Rp 100
M (online), diambil dari
https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-
pos/20141227/282256663853884, diakses
tanggal 18 Mei 2017.
Pramita, Ecka. Dokter Indonesia Bersatu: Pelayanan
Kesehatan di Indonesia Masih Buruk (online),
diambil dari
https://majalahkartini.co.id/berita/peristiwa/do
kter-indonesia-bersatu-pelayanan-kesehatan-
di-indonesia-masih-buruk/, diakses tanggal 19
September 2018.
Prasetyo, Suryo Eko. Mengikuti Antrean di RSUD dr
Soetomo, Tidur Depan Gerbang Demi Nomor
Satu (online), diambil dari
https://www.jawapos.com/read/2017/01/16/10
2578/mengikuti-antrean-di-rsud-dr-soetomo-
tidur-depan-gerbang-demi-nomor-satu,
diakses tanggal 8 Maret 2018.
Saputri, Erinna. Budaya Organisasi Pelayanan Publik
(Kasus Pelayanan di RSUD dr. Slamet
Martodirjo Pamekasan) (online), diambil dari
http://www.academia.edu/11628928/BUDAY
A_ORGANISASI_PELAYANAN_PUBLI
Kasus Pelayanan di RSUD dr.
Slamet_Martodirdjo Pamekasan_, diakses
tanggal 18 Mei 2017.
Setiawan, Danu. Dewan Desak RSUD Jangan
Dijadikan Profit Oriented (online), diambil
dari
http://harianbhirawa.co.id/2014/06/dewan-
desak-rsud-jangan-dijadikan-profit-oriented/,
diakses tanggal 18 Mei 2017.
User, Super. Struktur Organisasi (online), diambil dari
http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.p
hp/2014-11-19-04-37-24/2014-11-19-04-44-
56, diakses tanggal 18 Mei 2017.
. Sejarah RSUD Dr. Soetomo (online),
diambil dari
http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.p
hp/2014-11-19-04-39-55, diakses tanggal 18
Mei 2017.
. Tentang RSUD Dr. Soetomo (online),
diambil dari
http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.p
hp/2014-11-19-04-37-24/2014-11-19-04-43-
34, diakses tanggal 18 Mei 2017.
. Visi dan Misi (online), diambil dari
http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/2017/inde
x.php/appointment/visi-dan-misi-rsud-dr-
soetomo, diakses tanggal 12 Januari 2018.

Peraturan Perundang-Undangan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
pelayanan Minimal Rumah Sakit.

15

Вам также может понравиться