Вы находитесь на странице: 1из 19

ANALISA TINGKAT KESADARAN PAJAK PADA YOUTUBER GAMING

INDONESIA

Restu Annisa
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi

ABSTRAK
This research aims to measure the level of YouTuber tax awareness using a qualitative approach. The
measurements performed using a semantic scale differential with a variable knowledge and
understanding research, optimistic attitude, and perception of benefits about taxes as well as tax
awareness. Samples used as much as 100 respondents with purposive random sampling using
Computer-delivered Survey sampling techniques. The analytical techniques used are descriptive
statistics with the mean technique. To be able to answer the research hypothesis, the ideal
score/Kriterium is determined. The results showed that the results of the awareness-level factor given
by YouTuber gaming Indonesia received an average score of 5.26 that was categorized as "good". This
rejects the hypothesis that a level of YouTuber's tax awareness of Indonesian gaming in the low
category. Of course, it's a good news that Indonesian gaming YouTubers have been well aware of their
obligations as taxpayers. This condition supports essentially a person who has a conscious and
obedient to his rights and obligations will be willing to perform his obligations without being imposed
and condemned by some sanctions or penalties. The tax potential of 15 YouTubers in Indonesia who
are earning on PTKP is estimated at Rp 3.229.909.804.-. The range can be greater when studied by the
Indonesian YouTubers as a whole. When compared with the statement of the Directorate General of
Taxation that there are 51 YouTubers who pay tax amounting to a total of rp2, 7 billion in the year
2018, then the country's tax potential is reversed by the tax receipt Country. If the potential of one
channel category is worth Rp 3.2 billion, the country should have received more than Rp 2.7 billion.
This shows that the level of tax awareness does not seem to be the driver's will in paying taxes and
adherence to regulations made.

Keywords: Tax awareness, taxpayer compliance, YouTubers, knowledge and understanding,


conception, optimistic Attitude

1. PENDAHULUAN
Perubahan dalam lingkungan sosial, budaya dan ekonomi sering dikaitkan
dengan perubahan teknologi atau sebaliknya. Hal ini ditandai dalam beberapa tahun
terakhir ini terjadi perubahan teknologi dalam budaya, komunitas, ataupun dalam
karya tulis yang memiliki kapasitas lebih kuat pada pertumbuhan dibandingkan
dengan generasi sebelumnya. Web tecnology, media sosial, dam Web 2.0 dapat
menjadi sebuah kunci dari perubahan yang ada sehingga bermanfaat untuk
membangun, mengembangkan dan presentasi pemahaman diri kepada dunia. Salah
satu dari media tersebut adalah Youtube (Jang, 2015).
Youtube merupakan sebuah web video sharing yang mana pengguna bisa
mengupload, menonton, dan berbagi video kepada pengguna lainnya. Youtube tidak
hanya dapat dimanfaatkan untuk mencari hiburan, mencari informasi maupun
pengetahuan, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai media bisnis untuk
menghasilkan uang. Individu atau sekelompok orang yang aktif bekerja dengan
mengunggah video produksi mereka di Youtube disebut Youtuber (Fathianto 2016).
Setiap channel di Youtube memiliki kategorinya masing-masing. Kategori ini
mengatur jutaan channel serta miliaran video di Youtube, serta memungkinkan
penonton, pengiklan, dan pembuat konten untuk memiliki pemahaman yang sama dan
mengerti kebutuhan setiap penonton. Untuk mengoptimalkan channel, youtuber
biasanya melakukan riset untuk memahami hal apa yang sedang populer dalam
kategori konten. Adapun beberapa kategori dalam channel Youtube adalah Otomotif
& Kendaraan, Mode & Kecantikan, Komedi, Pendidikan, Hiburan, Hiburan Keluarga,
Film & Animasi, Makanan, Game, Petunjuk & Gaya, Musik, Berita & Politik,
Nirlaba & Aktivisme, Orang & Blog, Hewan & Peliharaan, Ilmu Pengetahuan &
Teknologi, Olahraga, serta Perjalanan & Acara (Creator Academy Youtube, 2019).
Tabel 1.1
Data Jumlah Channel Youtube Indonesia Perbulan April 2019
No Kategori Jumlah Channel
1 Gaming 5.815
2 Music 7.826
3 Any 75.732
Jumlah 89.373
Sumber: Dbase.tube

Konten berkategori game menjadi salah satu konten dengan minat terbanyak
di Youtube. Penelitian yang dilakukan oleh Mattias Holmbom (2015) menyatakan
bahwa Youtube telah menjadi kebutuhan yang tanpa disadari membutuhkan
pemenuhan sehingga menjadikan Youtube bukan lagi sebuah media hiburan satu arah,
melainkan komunitas yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Seperti
yang terjadi dalam channel game. Sampel A, B, D dan E mengatakan bahwa game
adalah konten yang paling mudah untuk dibuat karena tidak membutuhkan alur cerita
dalam penyampaian kontennya, namun bisa menarik banyak view. Salah satu
penyebab dari tingginya peminat kategori ini adalah pengguna Youtube saat ini
didominasi oleh remaja berusia 13 sampai 25 tahun yang mayoritas masih senang
bermain game.
Adanya ketertarikan ini menjadikan para Youtuber sebagai tujuan semua
industri untuk memasarkan produk atau jasanya terlebih ketika paska Revolusi
Industri 4.0 yang didominasi Industry Cyber. Jika dari sosial media dapat
memberikan seseorang penghasilan maka akan berlaku sistem perpajakan atas
penghasilan yang diterima. Definisi pajak telah dijelaskan di dalam Undang-Undang
Nomor 16 tahun 1983 tentang Perubahaan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1.
Dijelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Putra, 2017).
Peranan penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan terhadap
keseluruhan pendapatan negara, hal ini dapat dilihat dalam tabel 1.2. Peranan penerimaan
pajak sangat penting bagi negara, oleh karena itu Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak yang
merupakan instansi pemerintahan di bawah Departemen Keuangan yang bertindak
sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan penerimaan
pajak dengan melakukan reformasi pajak yang bertujuan agar sistem perpajakan dapat
mengalami penyederhanaan yang mencakup tarif pajak, penghasilan tidak kena pajak,
dan sistem pemungutan pajak (Fikriningrum, 2012).
Tabel 1.2
Perkembangan Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2011-2018
(milyar rupiah)
Tahun Penerimaan pajak Penerimaan Negara Bukan Pajak Jumlah Pertumbuhan
2011 873.874 331.472 1.205.346 21%
2012 980.518 351.805 1.332.323 11%
2013 1.077.307 354.752 1.432.059 7%
2014 1.146.866 398.591 1.545.456 8%
2015 1.240.419 255.628 1.496.047 -3%
2016 1.284.970 261.976 1.546.946 3%
2017 1.472.710 260.242 1.732.952 12%
2018 1.618.096 275.428 1.893.524 9%
Sumber : www.bps.go.id

Menteri Keuangan telah mengeluarkan aturan pengenaan pajak untuk e-


commerce atau toko online. Aturan ini berupa Peraturan Menteri Keuangan
210/PMK.010/2018 tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan
melalui Sistem Elektronik yang berlaku efektif pada 1 April 2019. Peraturan Menteri
ini menegaskan penghasilan selebgram maupun youtuber sudah dikaji oleh
pemerintah. Selain mengatur perdagangan melalui platform marketplace, PMK
210/2018 juga mengatur perdagangan melalui platform lain seperti online retail,
classads, daily deals atau media sosial, termasuk Youtube dan Instagram. Untuk para
Youtuber dan Selebgram, pemungutan pajaknya (PPh) mengikuti aturan yang berlaku
umum. Sama seperti wajib pajak pada umumnya, youtuber dan selebgram juga harus
menghitung pajak terutangnya, membayar, kemudian melaporkan pajaknya secara
self-assesment (Subroto, 2019).
Salah satu bentuk reaksi masyarakat terhadap peraturan perpajakan yang
dikeluarkan pemerintah dapat dilihat dari kesadaran wajib pajak untuk membayar
pajaknya. Kesadaran membayar pajak merupakan suatu kondisi dimana wajib pajak
mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan sukarela.
Hal ini berarti bahwa kesadaran merupakan kemauan wajib pajak dan dengan
sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya (Jatniko, 2006). Hal ini menjadi
sesuatu yang sangat penting karena berdampak pada besarnya penerimaan negara dari
pajak.
Pemungutan pajak sendiri memang bukan suatu pekerjaan yang mudah,
disamping peran serta aktif dari aparat pajak, juga dituntut kemauan dari para wajib
pajak itu sendiri. Dimana menurut undang-undang perpajakan, Indonesia menganut
sistem self assessment yang memberi kepercayaan terhadap wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak
terutang. Pajak terutang merupakan pajak yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kemauan wajib pajak dalam membayar kewajiban
perpajakannya merupakan hal penting dalam penarikan pajak. Namun, masyarakat
sendiri dalam kenyataanya tidak suka membayar pajak (Fikriningrum, 2012).
Dalam usaha meningkatkan penerimaan pajak Direktorat Jendral Pajak kini
mulai melirik pajak penggiat sosial media seperti selegram dan youtuber. Tercatat
pada pelaporan SPT 2017 ada 51 selebgram ataupun youtuber yang sudah membayar
pajak dari penghasilan yang mereka dapat. Total pajak yang ditarik dari 51 selebgram
dan youtuber tersebut mencapai Rp 2,7 miliar (finance.detik.com diakses 01 Maret
2019). Youtube pers menyatakan dalam laman statistiknya bahwa setiap bulannya
lebih dari 1,9 miliar pengguna yang login mengunjungi YouTube dan jumlah channel
(akun youtube) yang memperoleh penghasilan enam digit per tahun di Youtube
meningkat lebih dari 40% per tahunnya. Penghasilan tersebut merupakan penghasilan
hanya dari iklan Adsense yang tayang di video. Hal ini mengindikasikan seberapa
besar potensi pajak yang diperoleh dari bidang ini, tinggal bagaimana pemahaman
dan pengetahuan tentang peraturan perpajakan ditingkatkan agar youtuber yang lain
mau untuk membayar pajak. Hal ini dikarenakan bahwa wajib pajak yang sudah
memahami peraturan pajak kebanyakan berpikiran lebih baik membayar daripada
terkena sanksi pajak (Handayani, dkk. 2016)
Pada penelitian sejenis, pemikiran tersebut disebut sebagai persepsi manfaat
pajak. Persepsi manfaat pajak merupakan seberapa besar pengambaran wajib pajak
terhadap manfaat pajak yang telah dibayarkan (Chin dan Todd, 1995). Penelitian
Pancawati (2011) terhadap wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan
bebas yang berada di KPP Pratama Jepara khususnya di dua kecamatan yaitu
Kecamatan Tahunan dan Kecamatan Jepara menyimpulkan bahwa kesadaran wajib
pajak untuk membayar pajak akan meningkat apabila dalam masyarakat muncul
persepsi positif terhadap pajak. Peningkatan persepsi dapat dilakukan antara lain
dengan meningkatkan mutu pelayanan, menciptakan aparat yang bersih, memberikan
penghargaan dan hukuman yang tegas kepada setiap pelanggaran yang dilakukan
oknum pegawai pajak.
Dari uraian di atas, terdapat Peraturan Menteri Keuangan 210/PMK.010/2018
tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik
yang sempat dikeluarkan pada 31 Desember 2018. Namun peraturan tersebut telah
dicabut kembali pada 1 April 2019 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
No.31/PMK.010/2019 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan dan
Peraturan Menteri Keuangan di Bidang Pajak Penghasilan. Adapun hal yang
melatarbelakangi pencabutan peraturan ini adalah karena adanya kebutuhan untuk
melakukan koordinasi dan sinkronisasi yang lebih komprehensif antar kementerian
dan lembaga. Koordinasi dilakukan untuk memastikan agar pengaturan e-
commerce tepat sasaran, berkeadilan, efisien, serta mendorong pertumbuhan
ekosistem ekonomi digital dengan mendengarkan masukan dari seluruh pemangku
kepentingan (Sakti, 2019).
Sehubungan dengan adanya pencabutan peraturan ini, perlakuan perpajakan
untuk seluruh pelaku ekonomi tetap mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Para pelaku usaha baik e-commerce maupun konvensional
yang menerima penghasilan hingga Rp4,8 miliar dapat memanfaatkan skema pajak
final dengan tarif 0,5% dari jumlah omzet usaha. Pertanyaan yang timbul dari
keadaan ini terletak sudahkah kita melaksanakan kewajiban sebagai warga negara
Indonesia yang baik dengan membayar pajak dan apa upaya kita sebagai objek pajak
dalam upaya peningkatan penerimaan pajak. Karena persoalan pajak di Indonesia
bukan hanya persoalan berapa banyak pajak yang dihasilkan tetapi seberapa sadar dan
patuh mereka (yang dalam hal ini adalah youtuber) terhadap peraturan perundang-
undangan yang ada.
Beberapa faktor-faktor seperti kesadaran masyarakat dalam membayar pajak,
pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas
efektifitas sistem perpajakan dan sikap optimis terhadap manfaat pajak telah diteliti
oleh beberapa peneliti terdahulu. Wibowo dan Cahya (2014) meneliti tentang analisis
faktor yang mempengaruhi kesadaran membayar pajak pada pemilik UMKM.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan mengenai perpajakan dan sikap
optimis dalam membayar pajak berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak.
Sementara faktor persepsi manfaat pajak tidak berpengaruh terhadap kesadaran
membayar pajak.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Hardiningsih (2012), Azizah, dkk
(2016), Handayani (2016) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kemauan membayar pajak dengan menggunakan variabel pengetahuan dan
pemahaman, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum, kualitas
pelayanan terhadap wajib pajak serta kesadaran pajak. Mayoritas penelitian ini
menyimpulkan bahwa tingkat kesadaran pajak dan layanan pajak berpengaruh positif
terhadap kemauan membayar pajak.
Selain itu penelitian yang menggunakan variabel kesadaran pajak dan
kepatuhan pajak terhadap wajib pajak dilakukan oleh Wulansari (2012), Amanda dan
I Ketut (2012) dan Aditya, dkk (2016). Pada penelitian tersebut mereka
menyimpulkan bahwa tingkat kesadaran berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
membayar pajak disertai oleh faktor lainnya yang mendukung.
Berdasarkan dengan dibuatnya Peraturan Menteri Keuangan
210/PMK.010/2018 tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan
melalui Sistem Elektronik, serta adanya kesadaran beberapa youtuber untuk
membayar pajak ditahun sebelumnya, peneliti tertarik untuk membahas tentang
kesadaran youtuber secara keseluruhan terhadap kewajibannya yang baru-baru ini
dibahas secara khusus oleh Menteri Keuangan. Mengacu pada penelitian terdahulu
yang mayoritas menyimpulkan bahwa kesadaran pajak mempengaruhi tingkat
kepatuhan membayar pajak yang nantinya mempengaruhi penerimaan negara,
penelitian ini akan membahas tentang tingkat kesadaran pajak youtuber setelah
Peraturan Menteri Keuangan No.31/PMK.010/2019 tentang Pencabutan Keputusan
Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Keuangan Di Bidang Pajak Penghasilan
resmi berlaku.
2. METODOLOGI
2.1 Jenis Data dan Responden
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder dimana
data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner yang
diberikan kepada responden. Dengan data sekunder bersumber dari situs socialblade
yang berisikan informasi keuangan mengenai pendapatan youtuber. Responden yang
dipilih dalam penelitian ini adalah youtuber gaming Indonesia.

2.2 Populasi dan Sampling


Populasi pada penelitian ini adalah youtuber gaming Indonesia. Sampel
penelitian yaitu 100 youtuber gaming Indonesia yang telah dipilih berdasarkan teknik
pengambilan sampel purposive random sampling.
2.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dilakukan dengan metode Computer-delivered Survey
yaitu survei yang dikirimkan lewat komputer dengan media internet (Jogiyanto,
2009). Kuesioner dibuat menggunakan Google Form yang akan disebar melalui grup-
grup Youtuber Indonesia yang ada di Facebook. Untuk mengukur pendapat responden
digunakan skala semantic differential yaitu merupakan instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengukur perasaan sosial dan sikap secara mendalam untuk
metodologi penelitian ilmu social (Alexandru, 2014). Skala diferensial semantik
berisikan serangkaikan karakteristik bipolar (dua kutub) seperti: panas-dingin. Setiap
pilihan jawaban akan diberi skor, maka responden harus menggambarkan,
mendukung pertanyaan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif).
Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pertanyaan
Buruk positif
dan negatif adalah sebagai berikut (Cooper dan Emory, 2006):

Baik 7 6 5 4 3 2 1
Setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan indicator dalam 1 2
operasionalisasi variabel ini semua diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk
Membantu
kuesioner yang memenuhi pertanyaan-pertanyaan tipe skala semantikpembangundiferensial.
1
Untuk menganalisis 2setiap pertanyaan
3 4 indikator,
atau 5 6
dilakukan 7
perhitungan
Membantu an Negara
frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan jawaban) dan jumlahkan. Setelah setiap
pembangunan
indikator mempunyai jumlah, selanjutnya peneliti membuat garis kontinum.
Negara 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
NJI (Nilai Jenjang Interval) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛
Setelah nilai rata-rata maka jawaban telah diketahui, kemudian hasil tersebut
diinterpretasikan dengan alat bantu tabel kontinum, yaitu sebagai berikut:
a. Indeks Minimum : 1
b. Indeks Maksimum : 7
c. Interval : 7-1 = 6
d. Jarak Interval : (7-1) : 7 = 0,85
Tabel 3.2
Kategori Skala
Skala Kategori
1,00 1,85 Sangat Tidak Baik
1,86 2,71 Tidak Baik
2,72 3,57 Kurang Baik
3,58 4,43 Cukup Baik
4,44 5,29 Baik
5,30 6,15 Sangat Baik
6,16 7,00 Sangat Baik Sekali
Sumber : Sugiono dan Susanto, 2015
2.4 Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini dianalisis dengan uji instrument penelitian berupa
uji validitas dan reabilitas. Setelah dilakukan pengujian validitas dan reabilitas
intrumen penelitian, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan teknik
analisis mean guna memperoleh nilai rata-rata data yang digunakan. Untuk dapat
menjawab hipotesis penelitian, maka ditentukan terlebih dulu skor ideal/kriterium.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Karakteristik Responden
Dari total 2031 link kuesioner tersebut terdapat sebesar 120 orang youtuber
yang berpartisipasi dimana 100 data kuesioner dapat diolah. Dari 100 responden
terdiri dari responden dengan umur 18 – 20 tahun adalah responden terbanyak yaitu
sebesar 32%. Sedangkan responden berusia 13 tahun kebawah sebanyak 1%. 21 – 24
tahun sebesar 30%, 25 – 28 tahun sebesar 22% dan 14 – 17 tahun sebesar 11 %. Dari
tingkat pendidikan terakhir responden lebih banyak memiliki latar belakang
pendidikan Sekolah Menengah Akhir (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebesar 63%, Sekolah Menengah Pertama sekitar 1% dan perguran tinggi
31%. Berdasarkan alasan yang melatarbelakangi youtuber untuk menjadi seorang
youtuber didapati bahwa jawaban terbanyak berasal dari hobi sebesar 35%, karena
teman dan sebagainya sebesar 10%, iseng (19%), penghasilan (22%), dan terkenal
(14%).

3.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
konsistensi derajat ketergantungan dan stabilitas dari alat ukur. Kuesioner dikatakan
reliable bila data terkumpul memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6.
(Sugiono dan Susanto, 2015). Hasil uji reliabilitas yang dilakukan dengan program
statistic SPSS memperlihatkan bahwa hasil koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari
0.6 yaitu sebesar 0.912 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut reliable
untuk semua variabel dari pertanyaan yang diajukan kepada Wajib Pajak.
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based


Cronbach's Alpha on Standardized Items N of Items
.912 .922 21

Sumber : data kuesioner yang diolah

3.3 Uji Validitas


Uji validitas angket dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keabsahan
kuesioner. Kuesioner dikatakan valid (memadai untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur) jika data memiliki Corrected item-total correlation (r hitung)
lebih besar 0.3 (Sugiono dan Susanto, 2015).
Tabel 4.6
Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Scale Cronbach's
Mean if Variance Corrected Squared Alpha if
Item if Item Item-Total Multiple Item
Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted
Kesadaran Pajak 1 104.28 500.446 0.671 0.722 0.906
Kesadaran Pajak 2 104.39 502.867 0.67 0.772 0.906
Kesadaran Pajak 3 104.44 501.865 0.67 0.745 0.906
Kesadaran Pajak 4 104.6 505.273 0.571 0.68 0.908
Kesadaran Pajak 5 104.51 501.485 0.653 0.736 0.906
Kesadaran Pajak 6 104.19 504.135 0.648 0.631 0.906
Pengetahuan dan 104.9 486.333 0.681 0.694 0.905
Pemahaman 1
Pengetahuan dan 104.76 495.518 0.661 0.779 0.906
Pemahaman 2
Pengetahuan dan 105.03 493.242 0.616 0.782 0.906
Pemahaman 3
Pengetahuan dan 105 491.798 0.646 0.79 0.906
Pemahaman 4
Pengetahuan dan 104.6 498.566 0.659 0.679 0.906
Pemahaman 5
Pengetahuan dan 105.4 492.586 0.554 0.787 0.908
Pemahaman 6
Pengetahuan dan 105.07 487.136 0.646 0.772 0.906
Pemahaman 7
Persepsi Manfaat 1 105.21 493.764 0.526 0.551 0.909
Persepsi Manfaat 2 104.54 498.655 0.558 0.593 0.908
Persepsi Manfaat 3 105.13 491.064 0.625 0.758 0.906
Persepsi Manfaat 4 105 494.646 0.635 0.743 0.906
Sikap Optimis 1 105.7 510.556 0.315 0.783 0.915
Sikap Optimis 2 105.8 512.04 0.305 0.793 0.915
Sikap Optimis 3 106.05 512.432 0.287 0.812 0.916
Sikap Optimis 4 106 504.97 0.39 0.831 0.912
Sumber : data kuesioner yang diolah
Hasil pengolahan data kuesioner menunjukkan bahwa hampir semua
corrected item-total correlation melebihi r tabel. Meskipun terdapat satu item
pertanyaan yang nilainya dibawah 0.3 yaitu 2.87, tetap dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan kontruk pertanyaan tersebut adalah valid.

3.4 Uji Hipotesis


3.4.1 Gambaran Tingkat Kesadaran Pajak Youtuber Gaming Ditinjau Dari
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesadaran Pajak
Gambar 4.30
Rangkuman Sebaran Wajib Pajak Tiap Variabel
60

50

3
40
1
4
30
7
14
20
17
54
10

0
A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 C1 C2 C3 C4 D1 D2 D3 D4
Sumber : data kuesioner yang diolah

Dari gambar diagram diatas dapat dilihat pada setiap item pertanyaan
kesadaran pajak, pengetahuan dan pemahaman, dan persepsi tentang perpajakan yang
diberi penomoran A1-C4, memiliki jawaban yang didominasi dengan skala 7. Hal ini
menandakan bahwa mereka merasa sangat memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang pajak. Keberadaan pajak sangat membantu sekali dalam pembangunan negara
dengan fungsi budgetairnya karena menjadi sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti dimasukkannya pajak
dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Dengan adanya penerimaan pajak
yang diterapkan untuk APBN tersebut secara otomatis mendorong kelancaran
program kebijakan yang telah dirancang pemerintah. Tanpa adanya pajak, negara
tentu merasa kesulitan dalam mengatur situasi sosial dan ekonomi yang terjadi
dimasyarakat secara kongkret. Kesulitan-kesulitan ini tentunya menghambat
kesejahteraan rakyat yang merupakan tujuan akhir dari adanya pemungutan pajak ini.
Oleh karenanya, pemerintah membuat kebijakan yang menggiring wajib pajak untuk
sadar terhadap pajak agar manipulasi dan penghindaran pajak yang merugikan negara
dapat berkurang. Dengan landasan hukum yang sangat kuat, adanya kebijakan
perpajakan seperti ini menjadi kewajiban moral yang harus dilakukan mutlak oleh
wajib pajak
Hal ini tentunya didukung oleh kondisi kesadaran wajib pajak yang diwakili
oleh para Wajib Pajak merasa mengetahui dan paham terhadap peraturan pajak.
Sebab pada dasarnya seseorang yang memiliki pendidikan akan sadar dan patuh
terhadap hak dan kewajibannya tanpa dipaksakan dan diacam oleh beberpa sanksi
ataupun hukuman. Apabila para wajib pajak sudah paham dan tahu mengenai
peraturan pajak maka mereka akan beranggapan lebih baik untuk menaati peraturan
pajak daripada menerima konsekuensi dari pelanggaran pajak. Selain peran wajib
pajak dalam memahami dan mengetahui kewajibannya, pemungutan pajak juga
membutuhkan peran aktif pemerintah untuk mengadakan pelayanan pajak yang
nyaman dan optimal. Pelayanan fiscus yang optimal diharapkan menciptakan
kenyamanan agar mampu menumbuhkan rasa kepatuhan dan kesadaran masyarakat
khususnya wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
Tabel 4.12
Rangkuman Sebaran Wajib Pajak Tiap Variabel
Descriptive Statistics
N Range Sum Mean Variance
Kesadaran Pajak 100 6 583 5.83 1.585
Pengetahuan dan Pemahaman 100 6 526 5.26 2.527
Persepsi Manfaat 100 6 526 5.26 2.375
Sikap Optimis 100 6 434 4.34 4.304
Valid N (listwise) 100
Rata-rata 5.1725
Sumber : data kuesioner yang diolah

Berdasarkan tabulasi, menunjukkan nilai akhir rata-rata jawaban dari respnden


yang merupakan youtuber gaming Indonesia adalah sebesar 5.17. kisaran nilai ini
dapat dikaitkan dengan interval nilai yang ada pada tabel 4.13 tentang kategori skala:
Tabel 4.13
Kategori Skala
Skala Kategori
1,00 1,85 Sangat Tidak Baik
1,86 2,71 Tidak Baik
2,72 3,57 Kurang Baik
3,58 4,43 Cukup Baik
4,44 5,29 Baik
5,30 6,15 Sangat Baik
6,16 7,00 Sangat Baik Sekali
Sumber : Sugiono dan Susanto, 2015
Sebagaimana telah digambarkan dalam tabel 4.13 diatas, maka skor rata-rata
dari setiap variabel dapat dinilai dalam kategori “Baik” dengan skor 5.17 yang berada
dalam rentang 4.44 hingga 5.29. Hal ini berarti tingkat kesadaran pajak youtuber
gaming Indonesia baik sehingga hipotesis penelitian tidak dapat diterima.

3.4.2 Analisa Potensi Pajak Penghasilan Pada Youtuber Gaming Indonesia


Agenda aksi Direktorat Jenderal Pajak berupa usaha ekstensifikasi dan
intensifikasi pajak, dimana usaha ekstensifikasi dilakukan dengan menggali atau
memperluas obyek pajak baru melalui perubahan perundang-undangan. Sedangkan
usaha intensifikasi ditempuh melalui perbaikan kualitas pengumpulan di lapangan
tanpa harus merubah Undang-undang yang berlaku. Usaha intensifikasi lebih murah
dan efisien dari pada usaha ektensifikasi. Masih banyak wajib pajak potensial yang
belum terdaftar sebagai wajib pajak aktual. Ketidaktaatan dalam membayar pajak
tidak hanya terjadi pada lapisan pengusaha saja tetapi juga terjadi pada pekerja lepas.
Sedangkan perkembangan usaha kecil dan menengah sangat dinamis yang barang kali
jauh meninggalkan jangkauan pajak. Meskipun jaring pengaman bagi wajib pajak
(berupa Nomor Pokok Wajib Pajak) agar melaksanakan kewajiban perpajakannya
sudah dipasang, terutama bagi usaha kecil menengah masih lepas dari jeratan pajak.
Pemungutan pajak bukan pekerjaan yang mudah disamping peran aktif dari petugas
perpajakan, karena juga dituntut kesadaran dari wajib pajak itu sendiri. Kemauan
wajib pajak dalam membayar pajak merupakan hal yang penting. Penyebab
kurangnya kemauan membayar pajak antara lain asas perpajakan yaitu bahwa hasil
pemungutan pajak tersebut tidak secara langsung dapat dinikmati oleh para wajib
pajak. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak pernah tau wujud konkret imbalan dari
uang yang dikeluarkan untuk membayar pajak.
Setelah tingkat kesadaran pajak pada youtuber gaming Indonesia diketahui
baik berdasarkan kategori interval maka misi selanjutnya adalah memeriksa tingkat
potensi pajak yang dapat diperoleh negara jika para youtuber gaming tersebut
membayar pajak sekaligus membuktikan bahwa mereka benar-benar sadar terhadap
kewajibannya. Berdasarkan penelitian terdahulu mayoritas mengatakan bahwa
kesadaran pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan membayar pajak, sehingga
nantinya akan berdampak penerimaan negara.
Gambar 4.31
Estimasi Pendapatan

Sumber : Socialblade.com
Gambar diagram diatas merupakan persebaran kelas estimasi pendapatan
berdasarkan data yang peneliti peroleh dari situs partnership youtube,
socialblade.com. Perolehan data dari pihak ketiga ini dilakukan karena kurangnya
informasi mengenai standar pendapatan youtuber baik dari pihak youtube langsung
maupun youtuber secara pribadi. Meskipun begitu, situs ini mampu mengumpulkan
data dari Youtube, Twitter, Twitch, Dailymotion, Mixer, dan Instagram dan
menggunakan data tersebut untuk membuat grafik dan bagan statistic yang melacak
kemajuan dan pertumbuhan (Socialblade, 2019). Sehingga berdasarkan data
pendapatan yang diperoleh pada Social Blade, penulis menjadikan data tersebut
sebagai estimasi pendapatan youtuber gaming yang menjadi Wajib Pajak penelitian
ini.
Tabel 4.12
Realisasi Interval Kelas Estimasi Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= $73,112 96 96.0 96.0 96.0
$73,113 – $146,224 1 1.0 1.0 98.0
$292.449 –$ 365,560 1 1.0 1.0 97.0
$511,785 + 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber : data Social Blade yang diolah

Modus estimasi pendapatan terdapat pada kelas pertama yaitu <= $73,112
sebesar 96%. Sisanya berada pada $73,113 – $146,224 sebesar 1%, $292.449 –
$ 365,560 sebesar 1% dan $511,785 + sebesar 2%. Terdapatnya perbedaan yang
besar pada persebaran data disebabkan oleh kesenjangan yang cukup jauh antara
estimasi pendapatan rata-rata dengan estimasi tertinggi. Namun hal tersebut tidaklah
peneliti anggap sebagai masalah karena tujuan dari analisa ini adalah menggali
potensi pajak yang timbul dari estimasi pendapatan youtuber. Adapun penggolongan
kelas tersebut dibuat untuk memperlihatkan modus estimasi pendapatan yang
diperoleh dalam penelitian ini.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengenai pajak
penghasilan menetapkan bahwa PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) orang pribadi
TK/0 adalah Rp54.000.000 pertahun. Maka setiap youtuber yang memperoleh
pendapatan diatas PTKP sebesar Rp54.000.000 setiap tahunnya, wajib membayarkan
pajak penghasilan berdasarkan jenis penghasilan yang diperolehnya.
Dikarenakan sebagian besar pembahasan estimasi pendapatan youtuber
gaming Indonesia disebut dalam satuan Dollar, maka peneliti mengkorversikan
pendapatan youtuber kedalam rupiah dengan kurs Bank Indonesia pada tanggal 25
Agustus 2019 yaitu Rp14.249. Besaran pendapatan ini lah yang akan dijadikan
pengurang dari potensi pajak yang diperoleh dari estimasi pendapatan. Hingga
diperolehlah data sebagai berikut:
Gambar 4.32
Estimasi Pendapatan Berdasarkan PTKP

Sumber : Data Social Blade yang diolah


Terdapat 85 Wajib Pajak berpenghasilan dibawah PTKP yang diwakilkan
oleh warna biru. Selebihnya terdapat 15 Wajib Pajak dengan penghasilan diatas
PTKP yang mana estimasi pendapatan mereka menjadi potensi pajak penghasilan.
Berdasarkan data Social Blade, Wajib Pajak dengan estimasi pendapatan terbanyak
sebesar $584.900 Sedangkan Wajib Pajak dengan estimasi pendapatan terkecil
sebesar $0. Pendapatan $584.900 tersebut apabila dikonversikan kedalam rupiah
menjadi Rp8.334.240.100. Nilai tersebut masih merupakan estimasi pendapatan
bruto yang diperoleh sampel A. Dalam tata cara pengenaan tarif pajak penghasilan
pendapatan neto dari sampel A harus terlebih dahulu ditentukan. Oleh karena itu,
pendapatan bruto tersebut dikurangi dengan biaya dan beban yang dikeluarkan
sampel A selama tahun pajak. Namun peneliti memiliki keterbatasan informasi
mengenai hal tersebut. Maka dari itu peneliti memakai sejumlah asumsi yang
diperoleh pada saat wawancara dengan pihak KPP Pratama Telanaipura Jambi.
“Penggalian potensi pajak youtuber ini sebenarnya bisa digali lewat pihak ketiga, contohnya
socialblade.com. Disitus tersebut, terdapat estimasi pendapatan yang bisa kita kelola datanya terus
disandingkan dengan pengurang pajaknya. Kalau mau lebih gampang sih, pakai NPWP bisa karena
emang base data pajak pakai itu. Tapi karena penelitian seperti ini agak payah mendapatkan informasi
pribadi seperti itu, tetap bisa pakai norma dari UU Nomor 38 Tahun 2008 pasal 14, yaitu 50%. Maksud
dari 50% ini adalah anggapan bahwa wajib pajak tersebut bisa mengurangi PKP nya hingga 50%. Jadi
bisa pakai Norma Perhitungan Pendapatan Bersih (NPPN) tersebut untuk menetapkan pendapatan
neto.”

Berdasarkan asumsi tersebut, peneliti menggunakan NPPN sebesar 50% untuk


setiap pendapatan yang diperoleh sampel penelitian. Berikut perhitungan PKP
menurut NPPN dari 15 sampel yang berpendapatan diatas PTKP:
Tabel 4.13
Sampel Perhitungan PKP

Sampel
Penghasilan Bruto Penghasilan Netto (50%) PTKP PKP

A Rp 8,334,240,100.00 Rp 4,167,120,050.00 Rp 54,000,000.00 Rp 4,113,120,050.00


B Rp 8,320,703,550.00 Rp 4,160,351,775.00 Rp 54,000,000.00 Rp 4,106,351,775.00
C Rp 4,478,460,700.00 Rp 2,239,230,350.00 Rp 54,000,000.00 Rp 2,185,230,350.00
D Rp 1,755,476,800.00 Rp 877,738,400.00 Rp 54,000,000.00 Rp 823,738,400.00
E Rp 839,978,550.00 Rp 419,989,275.00 Rp 54,000,000.00 Rp 365,989,275.00
F Rp 607,719,850.00 Rp 303,859,925.00 Rp 54,000,000.00 Rp 249,859,925.00
G Rp 545,736,700.00 Rp 272,868,350.00 Rp 54,000,000.00 Rp 218,868,350.00
H Rp 358,362,350.00 Rp 179,181,175.00 Rp 54,000,000.00 Rp 125,181,175.00
I Rp 353,375,200.00 Rp 176,687,600.00 Rp 54,000,000.00 Rp 122,687,600.00
J Rp 260,756,700.00 Rp 130,378,350.00 Rp 54,000,000.00 Rp 76,378,350.00
K Rp 252,207,300.00 Rp 126,103,650.00 Rp 54,000,000.00 Rp 72,103,650.00
L Rp 183,812,100.00 Rp 91,906,050.00 Rp 54,000,000.00 Rp 37,906,050.00
M Rp 170,988,000.00 Rp 85,494,000.00 Rp 54,000,000.00 Rp 31,494,000.00
N Rp 140,352,650.00 Rp 70,176,325.00 Rp 54,000,000.00 Rp 16,176,325.00
O Rp 136,790,400.00 Rp 68,395,200.00 Rp 54,000,000.00 Rp 14,395,200.00
P Rp 112,795,084.00 Rp 56,397,542.00 Rp 54,000,000.00 Rp 2,397,542.00
Sumber : Data Social Blade yang diolah
Dari data tersebut diperoleh PKP untuk setiap sampel. PKP tersebut
dikenakan tarif PPh pasal 17 seperti yang telah dijelaskan pada tabel 2.1 mengenai
Tarif pajak atas Penghasilan Kena Pajak. Berikut perhitungan potensi pajak menurut
UU Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 dari 15 sampel yang berpendapatan diatas PTKP:
Tabel 4.14
Sampel Perhitungan Potensi Pajak
PKP Tarif 1 (5%) Tarif 2 (15%) Tarif 3 (25%) Tarif 4 (30%) Potensi Pajak

Rp 50,000,000 Rp 250,000,000 Rp 500,000,000 > Rp500,000,000


Rp 4,113,120,050 Rp 50,000,000 Rp 4,063,120,050 Rp 3,813,120,050 Rp 3,313,120,050 Rp 1,158,936,015
Rp 4,106,351,775 Rp 50,000,000 Rp 4,056,351,775 Rp 3,806,351,775 Rp 3,306,351,775 Rp 1,156,905,533
Rp 2,185,230,350 Rp 50,000,000 Rp 2,135,230,350 Rp 1,885,230,350 Rp 1,385,230,350 Rp 580,569,105
Rp 823,738,400 Rp 50,000,000 Rp 773,738,400 Rp 523,738,400 Rp 23,738,400 Rp 172,121,520
Rp 365,989,275 Rp 50,000,000 Rp 315,989,275 Rp 65,989,275 - Rp 56,497,319
Rp 249,859,925 Rp 50,000,000 Rp 199,859,925 - - Rp 32,478,989
Rp 218,868,350 Rp 50,000,000 Rp 168,868,350 - - Rp 27,830,253
Rp 125,181,175 Rp 50,000,000 Rp 75,181,175 - Rp 13,777,176
Rp 122,687,600 Rp 50,000,000 Rp 72,687,600 - - Rp 13,403,140
Rp 76,378,350 Rp 50,000,000 Rp 26,378,350 - - Rp 6,456,753
Rp 72,103,650 Rp 50,000,000 Rp 22,103,650 - - Rp 5,815,548
Rp 37,906,050 Rp 37,906,050 - - - Rp 1,895,303
Rp 31,494,000 Rp 31,494,000 - - - Rp 1,574,700
Rp 16,176,325 Rp 16,176,325 - - - Rp 808,816
Rp 14,395,200 Rp 14,395,200 - - - Rp 719,760
Rp 2,397,542 Rp 2,397,542 - - - Rp 119,877
- Rp3,229,909,804.60
Sumber : Data Social Blade yang diolah
Ditinjau dari potensi diatas, terdapat Rp3.229.909.804.- pajak yang bisa
diperoleh negara dari penghasilan sampel penelitian ini yaitu youtuber gaming
Indonesia. Nilai tersebut tentu dapat lebih besar apabila dikaji secara keseluruhan dari
youtuber Indonesia. Apabila dibandingkan dengan pernyataan dari Direktorat Jendral
Pajak bahwa terdapat 51 youtuber yang membayar pajak dengan total sebesar Rp2,7
miliar pada tahun 2018 lalu, maka potensi pajak yang dimiliki negara berbanding
terbalik dengan penerimaan pajak negara. Tingkat kesadaran pajak tentunya
merupakan hal yang sangat penting dalam mendorong kemauan dalam membayar
pajak dan patuh terhadap peraturan yang dibuat, namun tampaknya tidak begitu.
Meningkatkan kesadaran saja tidak cukup untuk meningkatkan penerimaan negara
dari sektor pajak.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil gambaran faktor tingkat kesadaran yang diberikan oleh
youtuber gaming Indonesia mendapat rata-rata skor sebesar 5.26 yang
dikategorikan“Baik”. Hal ini menolak hipotesis bahwa tingkat kesadaran
pajak youtuber gaming Indonesia dalam kategori rendah. Tentu saja ini
merupakan kabar yang bagus dimana youtuber gaming Indonesia telah sadar
dengan baik terhadap kewajibannya sebagai wajib pajak. Kondisi ini
mendukung keberadaan pajak dalam pembangunan negara dengan fungsi
budgetairnya karena menjadi sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti dimasukkannya
pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Dengan landasan
hukum yang kuat, adanya kebijakan perpajakan seperti ini menjadi kewajiban
moral yang harus dimiliki oleh wajib pajak. Sebab pada dasarnya seseorang
yang memiliki kesadaran dan patuh terhadap hak dan kewajibannya akan mau
melakukan kewajibannya tanpa dipaksakan dan diacam oleh beberapa sanksi
ataupun hukuman.
2. Potensi pajak dari 15 youtuber gaming Indonesia yang berpendapatan diatas
PTKP diperkirakan sebesar Rp3.229.909.804.-. Kisaran tersebut dapat lebih
besar apabila dikaji dari youtuber Indonesia secara keseluruhan. Apabila
dibandingkan dengan pernyataan dari Direktorat Jendral Pajak bahwa terdapat
51 youtuber yang membayar pajak dengan total sebesar Rp2,7 miliar pada
tahun 2018 lalu, maka potensi pajak yang dimiliki negara berbanding terbalik
dengan penerimaan pajak negara. Karena apabila potensi dari satu kategori
channel sudah bernilai Rp3.2 miliar, harusnya negara sudah menerima lebih
dari Rp2.7 miliar. Hal ini menumjukkan bahwa tingkat kesadaran pajak
tampaknya tidak menjadi pendorong kemauan dalam membayar pajak dan
patuh terhadap peraturan yang dibuat.

5.2 Saran
Penelitian ini telah memasukkan faktor pengetahuan dan pemahaman,
persepsi tentang manfaat dan sikap optimis terhadap pajak untuk mengukur tingkat
kesadaran pajak. Namun nampaknya selama penelitian ini ditemui banyak faktor lain
yang menjadi pendorong kadar kesadaran pajak seorang wajib pajak. Sehingga untuk
penelitian selanjutnya, akan lebih baik jika menambahkan faktor lain yang sekiranya
berpengaruh. Dalam hal bahasan topik, peneliti terkendala data untuk melakukan
pembahasan mengenai potensi yang diperoleh negara selain dari sektor pajak oleh
youtuber ini. Sebab, potensi youtuber maupun youtube secara ekslipisit banyak sekali
ragamnya, tidak hanya dari penghasilan Adsense.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi. 2011.Hukum Pajak, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika. hal.1


Amanda, R. Putri, S. Jati, I Ketut. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di
Denpasar. Jurnal. Bali: Universitas Udayana
Anonym. Indonesia's Most Subscribed YouTube Gaming Channels in Last 30 Days.
DBASE.TUBE. Diakses pada 21 April 2019
Aryati, Titik. 2012. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak Badan. Media Ekonomi dan Manajemen. Vol 25 No.1. Jakarta:
Univeristas Trisakti
Azizah, Istiqomah Nur. Nurlaela, S. Wijayanti A. 2016. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak% Pribadi yang
Melakukan Pekerjaan Bebas. Jurnal Seminar Nasional IENACO. Jawa
Tengah: Universitas Islam Batik Surakarta
Bantuan Google, Cara untuk tergabung dalam YPP, https://support.google.com.
Diakses 17 Januari 2019
Bantuan Google, Ketentuan Online Google Adsense, https://support.google.com.
Diakses 17 Januari 2019
Bantuan Google, Pajak Penghasilan Entitas, https://support.google.com. Diakses 17
Januari 2019
Bantuan Google, Pembayaran Entitas yang melakukan kontrak adalah Google Asia
Pacific Pte. Ltd., https://support.google.com. Diakses 17 Januari 2019
Baskoro, Adi. 2009. Panduan Praktis Searching di Internet. Jakarta: PT TransMedia
Burton, Richard. 2009. Kajian Aktual Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
Cooper, Donald. R., Emory, C. William. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Creator Academy, Kategori Konten Youtube. https://creatoracademy.youtube.com.
Diakses 21 April 2019
Damopolii, Inca Nadya. 2017. Pajak Penghasilan Pada Kegiatan Youtuber dan
Selegram Berdasarkan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan. Jurnal Lex Privatum, Vol. V, No. 3.
Dirjen Pajak, Penghasilan Kena Pajak, http://www.pajak.go.id Di akses Pada tanggal
01 Maret 2019
Fathianto, Rifqi. 2016. Menelisik Fenomena Youtuber di Indonesia. Jurnal
Universitas Indonesia
Fikriningrum, W. K dan Syafruddin, M, 2012, Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi
Kemauan Untuk Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak
Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Wajib Pajak% Pribadi Yang
Melakukan Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Di KPP Pratama Semarang
Tengah Satu), Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1, Nomor 2,
Halaman 1-15.
Handayani, S. W., Faturokhman, A., Pratiwi, U, 2012, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang
Melakukan Pekerjaan Bebas., Simposium Nasional Akuntansi XIV.
Hardiningsih, P., Yulianawati, N. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemauan Membayar Pajak. Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 3, No.
1, ISSN :1979-4878, Hal: 126 - 142
Harahap, Muhamad Syafei. 2017. Lionel Messi dan Reformasi.
Http://www.pajak.go.id/artikel/lionel-messi-dan-reformasi/. Diakses pada 30
September 2019.
Holmbom, Mattias. 2015. The Youtuber: A Qualitative Study Of Popular Content
Creators. Institutionen for informatik. UMEA University. Swedia
Jang, Sun Haa. 2015. “I am a Youtuber” A netnographic approach to profiling teen
use of YouTube. Australia: University of Tasmania,
Jatmiko, Nugroho A. 2006. Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan fiskus dan
Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris
terhadap Wajib Pajak% Pribadi di Kota Semarang. Strata-2. . Semarang:
Universitas Diponegoro
Jogiyanto. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Irianto. 2005. Politik Perpajakan: Membangun Demokrasi Negara. Yogyakarta: UII
Press
Mahameruaji, Jimi N., dkk. 2018. Bisnis Vlogging dalam Industri Media Digital
Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 15, Nomor 1, 61-74.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Andi
Merisa, Herryanto. Toly, Agus Arianto. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Kegiatan Sosialisasi Perpajakan dan Pemeriksaan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Tax &
Accounting Review, Vol.1 No.1
Manuaba, Ida A. C.A. Gayatri. 2017. Pengaruh Pengetahuan Pemahaman Peraturan
Pajak, Pelayanan Fiskus, Persepsi Efektivitas Sistem Perpajakan Terhadap
Kemauan Membayar Pajak. Bali: E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Nugroho, Aditya. Andini, Rita. Raharjo, K. 2016. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak
Dan Pengetahuan Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhana Wajib
Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan (studi kasus pada KPP Semarang
Candi). Jurnal Of Accounting. Volume 2 No. 2
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2017 Tentang Pengenaan Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan Tertentu Berupa Harta Bersih yang Diperlakukan atau
Dianggap Sebagai Penghasilan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Putra, Indra Mahardika. 2017. Perpajakan Edisi Tax Amnesty. Quadrat: Yogyakarta.
Rosa Folia, Ingin Jadi Influencer Marketing? Begini syarat dan hitung-hitungannya.
https://news.idntimes.com. Di akses pada tanggal 17 Maret 2019
Sapardi, Tenang. 2019. Menakar Arah Reformasi Perpajakan.
Http://www.pajak.go.id/artikel/menakar-arah-reformasi-perpajakan. Diakses
30 September 2019.
Sakti, Nufransa Wira. Tarik PMK e-Commerce, Menkeu Tegaskan Komitmen Dorong
Ekosistem Ekonomi Digital. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-
pers/siaran-pers-tarik-pmk-e-commerce-menkeu-tegaskan-komitmen-dorong-
ekosistem-ekonomi-digital. Diakses pada 29 Maret 2019
Subroto, Gathot. Youtuber dan Selegram Siap-siap Bayar Pajak.
https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/25978-
youtuber-dan-selebgram-siap-siap-bayar-pajak . Diakses pada 16 Maret 2019.
Sugiyono., Susanto, Agus. 2015.Cara Mudah Belajar SPSS & LISREL (Teori dan
Aplikasi untuk Analisis Data Penelitian). Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutedi, Andrian. 2011. Hukum Pajak. Jakarta: Sinar Grafika
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Wibowo., Cahya, Meida. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kesadaran Membayar Pajak pada Pemilik UMKM : Studi Kasus pada Centra
Industri Konveksi Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah
Wulansari, Ayuningtyas. 2012. Analisa Tingkat Kesadaran Pajak pada Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM). Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta
Wijaya, Suparna. Mahatma, Eka Abid. 2017. Analisa Upaya Peningkatan
Penerimaan Perpajakan Dari Penggalian Potensi Pajak Atas Penghasilan
Youtuber. Jurnal Manajemen Keuangan Publik Vol.1 No.2. Politeknik
Keuangan Negara STAN. Banten

Вам также может понравиться