Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
INDONESIA
Restu Annisa
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi
ABSTRAK
This research aims to measure the level of YouTuber tax awareness using a qualitative approach. The
measurements performed using a semantic scale differential with a variable knowledge and
understanding research, optimistic attitude, and perception of benefits about taxes as well as tax
awareness. Samples used as much as 100 respondents with purposive random sampling using
Computer-delivered Survey sampling techniques. The analytical techniques used are descriptive
statistics with the mean technique. To be able to answer the research hypothesis, the ideal
score/Kriterium is determined. The results showed that the results of the awareness-level factor given
by YouTuber gaming Indonesia received an average score of 5.26 that was categorized as "good". This
rejects the hypothesis that a level of YouTuber's tax awareness of Indonesian gaming in the low
category. Of course, it's a good news that Indonesian gaming YouTubers have been well aware of their
obligations as taxpayers. This condition supports essentially a person who has a conscious and
obedient to his rights and obligations will be willing to perform his obligations without being imposed
and condemned by some sanctions or penalties. The tax potential of 15 YouTubers in Indonesia who
are earning on PTKP is estimated at Rp 3.229.909.804.-. The range can be greater when studied by the
Indonesian YouTubers as a whole. When compared with the statement of the Directorate General of
Taxation that there are 51 YouTubers who pay tax amounting to a total of rp2, 7 billion in the year
2018, then the country's tax potential is reversed by the tax receipt Country. If the potential of one
channel category is worth Rp 3.2 billion, the country should have received more than Rp 2.7 billion.
This shows that the level of tax awareness does not seem to be the driver's will in paying taxes and
adherence to regulations made.
1. PENDAHULUAN
Perubahan dalam lingkungan sosial, budaya dan ekonomi sering dikaitkan
dengan perubahan teknologi atau sebaliknya. Hal ini ditandai dalam beberapa tahun
terakhir ini terjadi perubahan teknologi dalam budaya, komunitas, ataupun dalam
karya tulis yang memiliki kapasitas lebih kuat pada pertumbuhan dibandingkan
dengan generasi sebelumnya. Web tecnology, media sosial, dam Web 2.0 dapat
menjadi sebuah kunci dari perubahan yang ada sehingga bermanfaat untuk
membangun, mengembangkan dan presentasi pemahaman diri kepada dunia. Salah
satu dari media tersebut adalah Youtube (Jang, 2015).
Youtube merupakan sebuah web video sharing yang mana pengguna bisa
mengupload, menonton, dan berbagi video kepada pengguna lainnya. Youtube tidak
hanya dapat dimanfaatkan untuk mencari hiburan, mencari informasi maupun
pengetahuan, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai media bisnis untuk
menghasilkan uang. Individu atau sekelompok orang yang aktif bekerja dengan
mengunggah video produksi mereka di Youtube disebut Youtuber (Fathianto 2016).
Setiap channel di Youtube memiliki kategorinya masing-masing. Kategori ini
mengatur jutaan channel serta miliaran video di Youtube, serta memungkinkan
penonton, pengiklan, dan pembuat konten untuk memiliki pemahaman yang sama dan
mengerti kebutuhan setiap penonton. Untuk mengoptimalkan channel, youtuber
biasanya melakukan riset untuk memahami hal apa yang sedang populer dalam
kategori konten. Adapun beberapa kategori dalam channel Youtube adalah Otomotif
& Kendaraan, Mode & Kecantikan, Komedi, Pendidikan, Hiburan, Hiburan Keluarga,
Film & Animasi, Makanan, Game, Petunjuk & Gaya, Musik, Berita & Politik,
Nirlaba & Aktivisme, Orang & Blog, Hewan & Peliharaan, Ilmu Pengetahuan &
Teknologi, Olahraga, serta Perjalanan & Acara (Creator Academy Youtube, 2019).
Tabel 1.1
Data Jumlah Channel Youtube Indonesia Perbulan April 2019
No Kategori Jumlah Channel
1 Gaming 5.815
2 Music 7.826
3 Any 75.732
Jumlah 89.373
Sumber: Dbase.tube
Konten berkategori game menjadi salah satu konten dengan minat terbanyak
di Youtube. Penelitian yang dilakukan oleh Mattias Holmbom (2015) menyatakan
bahwa Youtube telah menjadi kebutuhan yang tanpa disadari membutuhkan
pemenuhan sehingga menjadikan Youtube bukan lagi sebuah media hiburan satu arah,
melainkan komunitas yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Seperti
yang terjadi dalam channel game. Sampel A, B, D dan E mengatakan bahwa game
adalah konten yang paling mudah untuk dibuat karena tidak membutuhkan alur cerita
dalam penyampaian kontennya, namun bisa menarik banyak view. Salah satu
penyebab dari tingginya peminat kategori ini adalah pengguna Youtube saat ini
didominasi oleh remaja berusia 13 sampai 25 tahun yang mayoritas masih senang
bermain game.
Adanya ketertarikan ini menjadikan para Youtuber sebagai tujuan semua
industri untuk memasarkan produk atau jasanya terlebih ketika paska Revolusi
Industri 4.0 yang didominasi Industry Cyber. Jika dari sosial media dapat
memberikan seseorang penghasilan maka akan berlaku sistem perpajakan atas
penghasilan yang diterima. Definisi pajak telah dijelaskan di dalam Undang-Undang
Nomor 16 tahun 1983 tentang Perubahaan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1.
Dijelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Putra, 2017).
Peranan penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan terhadap
keseluruhan pendapatan negara, hal ini dapat dilihat dalam tabel 1.2. Peranan penerimaan
pajak sangat penting bagi negara, oleh karena itu Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak yang
merupakan instansi pemerintahan di bawah Departemen Keuangan yang bertindak
sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan penerimaan
pajak dengan melakukan reformasi pajak yang bertujuan agar sistem perpajakan dapat
mengalami penyederhanaan yang mencakup tarif pajak, penghasilan tidak kena pajak,
dan sistem pemungutan pajak (Fikriningrum, 2012).
Tabel 1.2
Perkembangan Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2011-2018
(milyar rupiah)
Tahun Penerimaan pajak Penerimaan Negara Bukan Pajak Jumlah Pertumbuhan
2011 873.874 331.472 1.205.346 21%
2012 980.518 351.805 1.332.323 11%
2013 1.077.307 354.752 1.432.059 7%
2014 1.146.866 398.591 1.545.456 8%
2015 1.240.419 255.628 1.496.047 -3%
2016 1.284.970 261.976 1.546.946 3%
2017 1.472.710 260.242 1.732.952 12%
2018 1.618.096 275.428 1.893.524 9%
Sumber : www.bps.go.id
Baik 7 6 5 4 3 2 1
Setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan indicator dalam 1 2
operasionalisasi variabel ini semua diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk
Membantu
kuesioner yang memenuhi pertanyaan-pertanyaan tipe skala semantikpembangundiferensial.
1
Untuk menganalisis 2setiap pertanyaan
3 4 indikator,
atau 5 6
dilakukan 7
perhitungan
Membantu an Negara
frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan jawaban) dan jumlahkan. Setelah setiap
pembangunan
indikator mempunyai jumlah, selanjutnya peneliti membuat garis kontinum.
Negara 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
NJI (Nilai Jenjang Interval) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛
Setelah nilai rata-rata maka jawaban telah diketahui, kemudian hasil tersebut
diinterpretasikan dengan alat bantu tabel kontinum, yaitu sebagai berikut:
a. Indeks Minimum : 1
b. Indeks Maksimum : 7
c. Interval : 7-1 = 6
d. Jarak Interval : (7-1) : 7 = 0,85
Tabel 3.2
Kategori Skala
Skala Kategori
1,00 1,85 Sangat Tidak Baik
1,86 2,71 Tidak Baik
2,72 3,57 Kurang Baik
3,58 4,43 Cukup Baik
4,44 5,29 Baik
5,30 6,15 Sangat Baik
6,16 7,00 Sangat Baik Sekali
Sumber : Sugiono dan Susanto, 2015
2.4 Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini dianalisis dengan uji instrument penelitian berupa
uji validitas dan reabilitas. Setelah dilakukan pengujian validitas dan reabilitas
intrumen penelitian, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan teknik
analisis mean guna memperoleh nilai rata-rata data yang digunakan. Untuk dapat
menjawab hipotesis penelitian, maka ditentukan terlebih dulu skor ideal/kriterium.
Reliability Statistics
50
3
40
1
4
30
7
14
20
17
54
10
0
A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 C1 C2 C3 C4 D1 D2 D3 D4
Sumber : data kuesioner yang diolah
Dari gambar diagram diatas dapat dilihat pada setiap item pertanyaan
kesadaran pajak, pengetahuan dan pemahaman, dan persepsi tentang perpajakan yang
diberi penomoran A1-C4, memiliki jawaban yang didominasi dengan skala 7. Hal ini
menandakan bahwa mereka merasa sangat memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang pajak. Keberadaan pajak sangat membantu sekali dalam pembangunan negara
dengan fungsi budgetairnya karena menjadi sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti dimasukkannya pajak
dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Dengan adanya penerimaan pajak
yang diterapkan untuk APBN tersebut secara otomatis mendorong kelancaran
program kebijakan yang telah dirancang pemerintah. Tanpa adanya pajak, negara
tentu merasa kesulitan dalam mengatur situasi sosial dan ekonomi yang terjadi
dimasyarakat secara kongkret. Kesulitan-kesulitan ini tentunya menghambat
kesejahteraan rakyat yang merupakan tujuan akhir dari adanya pemungutan pajak ini.
Oleh karenanya, pemerintah membuat kebijakan yang menggiring wajib pajak untuk
sadar terhadap pajak agar manipulasi dan penghindaran pajak yang merugikan negara
dapat berkurang. Dengan landasan hukum yang sangat kuat, adanya kebijakan
perpajakan seperti ini menjadi kewajiban moral yang harus dilakukan mutlak oleh
wajib pajak
Hal ini tentunya didukung oleh kondisi kesadaran wajib pajak yang diwakili
oleh para Wajib Pajak merasa mengetahui dan paham terhadap peraturan pajak.
Sebab pada dasarnya seseorang yang memiliki pendidikan akan sadar dan patuh
terhadap hak dan kewajibannya tanpa dipaksakan dan diacam oleh beberpa sanksi
ataupun hukuman. Apabila para wajib pajak sudah paham dan tahu mengenai
peraturan pajak maka mereka akan beranggapan lebih baik untuk menaati peraturan
pajak daripada menerima konsekuensi dari pelanggaran pajak. Selain peran wajib
pajak dalam memahami dan mengetahui kewajibannya, pemungutan pajak juga
membutuhkan peran aktif pemerintah untuk mengadakan pelayanan pajak yang
nyaman dan optimal. Pelayanan fiscus yang optimal diharapkan menciptakan
kenyamanan agar mampu menumbuhkan rasa kepatuhan dan kesadaran masyarakat
khususnya wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
Tabel 4.12
Rangkuman Sebaran Wajib Pajak Tiap Variabel
Descriptive Statistics
N Range Sum Mean Variance
Kesadaran Pajak 100 6 583 5.83 1.585
Pengetahuan dan Pemahaman 100 6 526 5.26 2.527
Persepsi Manfaat 100 6 526 5.26 2.375
Sikap Optimis 100 6 434 4.34 4.304
Valid N (listwise) 100
Rata-rata 5.1725
Sumber : data kuesioner yang diolah
Sumber : Socialblade.com
Gambar diagram diatas merupakan persebaran kelas estimasi pendapatan
berdasarkan data yang peneliti peroleh dari situs partnership youtube,
socialblade.com. Perolehan data dari pihak ketiga ini dilakukan karena kurangnya
informasi mengenai standar pendapatan youtuber baik dari pihak youtube langsung
maupun youtuber secara pribadi. Meskipun begitu, situs ini mampu mengumpulkan
data dari Youtube, Twitter, Twitch, Dailymotion, Mixer, dan Instagram dan
menggunakan data tersebut untuk membuat grafik dan bagan statistic yang melacak
kemajuan dan pertumbuhan (Socialblade, 2019). Sehingga berdasarkan data
pendapatan yang diperoleh pada Social Blade, penulis menjadikan data tersebut
sebagai estimasi pendapatan youtuber gaming yang menjadi Wajib Pajak penelitian
ini.
Tabel 4.12
Realisasi Interval Kelas Estimasi Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= $73,112 96 96.0 96.0 96.0
$73,113 – $146,224 1 1.0 1.0 98.0
$292.449 –$ 365,560 1 1.0 1.0 97.0
$511,785 + 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber : data Social Blade yang diolah
Modus estimasi pendapatan terdapat pada kelas pertama yaitu <= $73,112
sebesar 96%. Sisanya berada pada $73,113 – $146,224 sebesar 1%, $292.449 –
$ 365,560 sebesar 1% dan $511,785 + sebesar 2%. Terdapatnya perbedaan yang
besar pada persebaran data disebabkan oleh kesenjangan yang cukup jauh antara
estimasi pendapatan rata-rata dengan estimasi tertinggi. Namun hal tersebut tidaklah
peneliti anggap sebagai masalah karena tujuan dari analisa ini adalah menggali
potensi pajak yang timbul dari estimasi pendapatan youtuber. Adapun penggolongan
kelas tersebut dibuat untuk memperlihatkan modus estimasi pendapatan yang
diperoleh dalam penelitian ini.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengenai pajak
penghasilan menetapkan bahwa PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) orang pribadi
TK/0 adalah Rp54.000.000 pertahun. Maka setiap youtuber yang memperoleh
pendapatan diatas PTKP sebesar Rp54.000.000 setiap tahunnya, wajib membayarkan
pajak penghasilan berdasarkan jenis penghasilan yang diperolehnya.
Dikarenakan sebagian besar pembahasan estimasi pendapatan youtuber
gaming Indonesia disebut dalam satuan Dollar, maka peneliti mengkorversikan
pendapatan youtuber kedalam rupiah dengan kurs Bank Indonesia pada tanggal 25
Agustus 2019 yaitu Rp14.249. Besaran pendapatan ini lah yang akan dijadikan
pengurang dari potensi pajak yang diperoleh dari estimasi pendapatan. Hingga
diperolehlah data sebagai berikut:
Gambar 4.32
Estimasi Pendapatan Berdasarkan PTKP
Sampel
Penghasilan Bruto Penghasilan Netto (50%) PTKP PKP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil gambaran faktor tingkat kesadaran yang diberikan oleh
youtuber gaming Indonesia mendapat rata-rata skor sebesar 5.26 yang
dikategorikan“Baik”. Hal ini menolak hipotesis bahwa tingkat kesadaran
pajak youtuber gaming Indonesia dalam kategori rendah. Tentu saja ini
merupakan kabar yang bagus dimana youtuber gaming Indonesia telah sadar
dengan baik terhadap kewajibannya sebagai wajib pajak. Kondisi ini
mendukung keberadaan pajak dalam pembangunan negara dengan fungsi
budgetairnya karena menjadi sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti dimasukkannya
pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Dengan landasan
hukum yang kuat, adanya kebijakan perpajakan seperti ini menjadi kewajiban
moral yang harus dimiliki oleh wajib pajak. Sebab pada dasarnya seseorang
yang memiliki kesadaran dan patuh terhadap hak dan kewajibannya akan mau
melakukan kewajibannya tanpa dipaksakan dan diacam oleh beberapa sanksi
ataupun hukuman.
2. Potensi pajak dari 15 youtuber gaming Indonesia yang berpendapatan diatas
PTKP diperkirakan sebesar Rp3.229.909.804.-. Kisaran tersebut dapat lebih
besar apabila dikaji dari youtuber Indonesia secara keseluruhan. Apabila
dibandingkan dengan pernyataan dari Direktorat Jendral Pajak bahwa terdapat
51 youtuber yang membayar pajak dengan total sebesar Rp2,7 miliar pada
tahun 2018 lalu, maka potensi pajak yang dimiliki negara berbanding terbalik
dengan penerimaan pajak negara. Karena apabila potensi dari satu kategori
channel sudah bernilai Rp3.2 miliar, harusnya negara sudah menerima lebih
dari Rp2.7 miliar. Hal ini menumjukkan bahwa tingkat kesadaran pajak
tampaknya tidak menjadi pendorong kemauan dalam membayar pajak dan
patuh terhadap peraturan yang dibuat.
5.2 Saran
Penelitian ini telah memasukkan faktor pengetahuan dan pemahaman,
persepsi tentang manfaat dan sikap optimis terhadap pajak untuk mengukur tingkat
kesadaran pajak. Namun nampaknya selama penelitian ini ditemui banyak faktor lain
yang menjadi pendorong kadar kesadaran pajak seorang wajib pajak. Sehingga untuk
penelitian selanjutnya, akan lebih baik jika menambahkan faktor lain yang sekiranya
berpengaruh. Dalam hal bahasan topik, peneliti terkendala data untuk melakukan
pembahasan mengenai potensi yang diperoleh negara selain dari sektor pajak oleh
youtuber ini. Sebab, potensi youtuber maupun youtube secara ekslipisit banyak sekali
ragamnya, tidak hanya dari penghasilan Adsense.
DAFTAR PUSTAKA