Вы находитесь на странице: 1из 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325078525

Kecerdasan Emosi, Anonimitas dan Cyberbullying (Bullying Dunia Maya)

Article · January 2016

CITATIONS READS

3 2,101

2 authors, including:

Suryanto Suryanto
Airlangga University
62 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Soft Competency Models For Officer Of Commitment Maker In Land Acquisition For Public Interest View project

Psikologi Olahraga View project

All content following this page was uploaded by Suryanto Suryanto on 11 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Persona, Jurnal Psikologi Indonesia
Januari 2016, Vol. 5, No. 01, hal 48 - 61

Kecerdasan Emosi, Anonimitas dan Cyberbullying (Bully Dunia Maya)

Renny Nirwana Sari Suryanto


rennynirwanasari@yahoo.co.id suryanto@psikologi.Unair.ac.id
Fakultas Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Universitas Airlangga Surabaya

Abstract. The purpose of this study to examine the relationship between emotional
intelligence and anonymity with cyberbullying in terms of gender. This study was done
with quantitative methods. Measurement variables of this research using a scale of
cyberbullying, emotional intelligence scale and the scale of anonymity. were Subjects
junior high school students in Sidoarjo, which amounted to 44 students with a lifespan of
13-17 years with a mix of men and women at least 21 of 23 students, which is in
accordance with the criteria as perpetrators of cyberbullying. were analyzed using
regression analysis, partial correlation,and Anova. The results showed: first, there was
no significant relationship between emotional intelligence and anonymity with
cyberbullying. second, there is a positive relationship of emotional intelligence with
cyberbullying. Third, the anonymity has a negative relationship with cyberbullying.
Fourth, the difference in cyberbullying behavior between men and women, where men
there is a tendency to become perpetrators of cyberbullying.

Keywords : Emotional Intelligence , Anonymity , Cyberbullying

Intisari. Tujuan penelitian ini untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosi dan
anonimitas dengan cyberbullying ditinjau dari jenis kelamin.Penelitian ini dilakukan
dengan metode kuwantitatif.Pengukuran variabel-variabel penelitan ini menggunakan
skala cyberbullying, skala kecerdasan emosi dan skala anonimitas. Subyek penelitian
adalah siswa SMP Di Sidoarjo, yang berjumlah 44 siswa dengan rentang umur 13-17
tahun dengan bauran laki-laki sebanyak 21 dan perempuan 23 siswa, yang sesuai dengan
kriteria sebagai pelaku cyberbullying. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
analisis regresi, korelasi parsial, dan anava. Hasil penelitian menunjukan: pertama, tidak
ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dan anonimitas dengan
cyberbullying. kedua, ada hubungan positif kecerdasan emosi dengan cyberbullying.
ketiga, pada anonimitas memiliki hubungan negatif dengan cyberbullying. keempat,
adanya perbedaan pada perilaku cyberbullying antara laki-laki dan perempuan, dimana
laki-laki ada kecenderungan menjadi pelaku cyberbullying.

Kata kunci : Kecerdasan Emosi, Anonimitas,Cyberbullying.

PENDAHULUAN Bahkan dengan berbagai kemudahan meng-


Kemajuan tekhnologi telekomunikasi akses internet dan didukung fasilitas media
yang sangat pesat membuat individu mudah yang lengkap membuat aktivitas Cybernet
mendapatkan informasi dan mudah menjadi semakin marak, terutama di Indonesia.
berkomunikasi dengan teman dan kerabat. Data yang dihimpun oleh Internet World Stat
48
Kecerdasan Emosi, Anonimitas dan Cyberbullying (Bully Dunia Maya)

pada 30 Juni 2013 mendapati fakta bahwa 5 sampai dengan 12 tahun, yang berarti
pengguna internet di Indonesia merupakan kebanyakkan tergolong usia pelajar. Pada
terbesar ke-4 di Asia, bahkan pengguna internet rentang usia tersebut dalam teori
di Indonesia merupakan terbanyak ke-8 dari perkembangan (Hurlock, 1999) tergolong
seluruh negara di dunia (Badan Pusat Statistik, periode akhir kanak-kanak sampai dengan
2013). Lebih lanjut BPS, juga mengungkapkan periode puber. Pada periode ini disebut masa
bahwa pengakses internet melalui warnet di berkelompok, dimana individu ingin menjadi
Indonesia ditahun 2013 adalah sejumlah 28 % bagian dari kelompok, namun ketidakmampuan
dari total seluruh jumlah pengakses internet di individu dalam hal memfilterisasi nilai-nilai
Indonesia. Jumlah ini mengalami peningkatan pada kelompok yang secara langsung akan
dari tahun 2012 sebesar 13%.Agaknya hal ini diinternalisasi pada dirinyasehingga pada
terpicu oleh semakin murahnya harga telepon periode ini kecenderungan individu memiliki
genggam dan smartphone, yang notabene emosional yang labil dan sulit untuk
memiliki kemampuan mengakses internet melindungi diri dari dampak negatif
sehingga menjadikan masyarakat lebih murah penggunaan cybernet. Diikuti pula tingginya
dan lebih mudah untuk berselancar di Internet. penggunaan telepon genggam ataupun
Tidak dapat dipungkiri bahwa internet smartphone pada anak usia sekolah, secara
saat ini telah menjadi jendela dunia. Banyak tidak langsung meningkatkan pula pemanfaatan
hal yang dapat diperoleh melalui media media sosial dikalangan remaja yang masih
internet.Mulai dari belajar ilmu pengetahuan, usia sekolah. Dengan menggunakan telepon
perdagangan, sampai pertemanan, bahkan tidak genggam atau smartphone yang mereka miliki,
jarang individu memanfaatkan akun sosial guna mereka dapat dengan mudah mengakses
memperlancar kegiatannya dalam belajar aplikasi media sosial yang mereka miliki.
maupun berdagang atau berbisnis.juga dalam Buktinya dalam hal jumlah pengguna facebook
mencari dan berinteraksi sosial dengan orang saja, per desember 2013 menurut socialbaker,
lain. terlebih dengan banyaknya akun sosial Indonesia menduduki peringkat keempat
yang mudah diaplikasi, membuat sebagian setelah Amerika, India, dan Brazil (BPS,
besar individu dewasa dan remaja banyak 2013).
menggunakan akun sosial dalam berinteraksi Salah satu alasan mengapa sosial media
dengan sesamanya. Seperti survey yang yang biasa digunakan remaja dalam
dilakukan oleh Kartawijaya (2014) yang berinteraksi sesama teman sebayanya adalah
menggambarkan bahwa pada remaja umur 14 - perasaan mudah diterima sebagai anggota jika
17 tahun baik dari siswa SMA dan SMK, laki- di dunia maya dibandingkan ketika di dunia
laki maupun perempuan menunjukkan bahwa nyata, Sehingga seringkali hal tersebut
sosial media yang paling favorit bagi remaja memunculkan keaktifan di sosial media lebih
adalah 60 % twiter, 30 % Facebook, 10 % dari pada berinteraksi di dunai nyata.
Skype. (Kowalski, 2010). Ditunjang pula kemudahan
Hasil survey Kartawijaya tersebut dalam memilki akun sosial media yang cukup
sekaligus memberi bukti bahwa pengguna menggunakan ID User atau tidak perlu
internet di Indonesia tidak hanya banyak menggunakan identitas asli, hal ini semakin
jumlahnya, namun juga dari berbagai kalangan menjadi alasan keterlibatan remaja yang makin
dan umur. Menurut data dari oleh Badan Pusat intens di dunia maya(Kowalski2010).Namun
Statistik (BPS) pada tahun 2012, pengguna disisi lain menurut Hurlock (1999), masa pada
internet memilikirentang umur berkisar antara Periode Puber remaja masih labil emosinya dan

49
Renny Nirwana Sari dan Suryanto

juga belum memilikinya kedewasaan dalam dijadikan alat yang berguna dalam berinteraksi
mencerna informasi, sehingga menyebabkan sesama teman, disisi lain akun media juga
remaja kurang dapat mengontrol dirinya saat dapat menjadi alat yang mampu merusak
menulis secara bebas untuk mengungkapkan mental dan fisik seorang remaja. Parahnya lagi,
perasaan dan pikiran. Sehingga tidak jarang regulasi dan undang-undang Informasi
pengekspresian diri remaja melalui status di Tekhnologi Elektronik (ITE) yang tidak
media sosial tanpa mereka sadari dapat menjangkau anak dibawah umur 18 tahun,
berujung atau mengarah pada tindakan sehingga pengawasan yang ketat serta
menyakiti atau menyinggung perasaan orang pembatasan penggunaan internet khususnya
lain. dimana jika terjadi secara berulang pada media sosial pada anak-anak hingga remaja
subyek sama, maka hal tersebut dapat perlu dilakukan untuk menghidari pengaruh
dikategorikan sebagai bullying dan karena hal buruk akun sosial tersebut.
tersebut terjadi pada media sosial di dunia Dampak negatif dari penggunaan akun
maya, maka hal ini dapat dikategorikan sebagai sosial yang paling banyak menelan korban
cyberbullying(Williard,2007). adalah dalam bentuk cyberbullying, yang tentu
Cyberbullying adalah serangkaian dari saja korbannya adalah remaja. Remaja yang
berulangnya, perilaku agresif yang sengaja menjadi korban cyberbullying mengaku
dilakukan oleh kelompok atauindividu dengan mengalami masalah emosi, sulit ber-
menggunakan sarana elektronik dengan konsentrasi, berperilaku, dan bergaul dengan
Tujuan dari perilaku seperti itu mengancam, orang lain. Mereka juga menderita sulit tidur,
mempermalukan, ataumengintimidasi korban sering sakit kepala, merasa tidak aman di
yang tidak dapat dengan mudah membela sekolah. Menurut LeBlanc (2011) perasaan
dirinya sendiri dan Perilaku agresif ini tidak aman pada korban cyberbullying
umumnya diimplementasikan oleh meng- (bullying di dunia maya) lebih parah
gunakan ponsel, e–mail, chatting online, serta dibandingkan dengan bully yang terjadi di
ruang online seperti Facebook, Messenger,atau dunia nyata. Pada bully nyata, korban merasa
blog pribadi (Calvete, Orue, Estevez, Villardón aman ketika sudah sampai di rumah, tapi
& Padilla, 2010; Li, 2008).Cyberbullying korban cyberbullying merasa terancam terus
didefinisikan oleh para ahli sebagai "intimidasi menerus.
elektronik melalui ponselsms, e-mail, pesan Olweus (2012) seorang psikolog dari
instan,chat room atau postingan websitekata University of Bergen, Norwegia menyatakan
berbahaya atau foto-foto individu " (Kowalski, bahwa Institusi-institusi terkait telah
2010). Dan menurut Williard (2007), memperingatkan bahwa bullying melalui
mengatakan bahwa cyberbullying dianggap jejaring sosial semakin memprihatinkan.bahkan
valid bila pelaku dan korban berusia di bawah penelitiannya diungkap suatu fakta tentang
18 tahun dan secara hukum belum dianggap dampak cyberbullying pada remaja. Selain
dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat atau olweus, LeBlanc (2011) dalam dalam
keduanya sudah berusia di atas 18 tahun, maka penelitiannya terhadap 41% kasus di Amerika
kasus yang terjadi akan dikategorikan sebagai Serikat, Kanada, Inggris, dan Australia, juga
cybercrime atau cyberstalking sering juga memperlihatkan dampak cyberbullying bagi
disebut cyberharassment. remaja, dimana mereka menderita gangguan
Akun media sosial dapat dianalogikan mood dan gejala depresi hingga bunuh diri.
sebagai sebuah pisau yang memiliki dua mata Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa
yang tajam. Disatu sisi akun media dapat Cyberbullying dapat berupa komentar di
50
Kecerdasan Emosi, Anonimitas dan Cyberbullying (Bully Dunia Maya)

facebook, sms kejam, atau postingan karakter dalam bertindak dan menyikapi semua
memalukan di YouTube informasi secara tepat dalam melakukan
Fauzi (2012) peneliti dari PSI UII interaksi sosial di dunia maya. Dengan
Yogyakarta juga menegaskan bahwa dari kemampuan mereka dalam mengontrol emosi,
sosialisasi kepada pelajar di 8 Kabupaten-Kota mampu berpikir realistik, memahami diri
di DIY dan Jawa Tengah meliputi, Kabupaten sendiri dan mampu menampakkan emosi disaat
Bantul, Gunungkidul, Kulomprogo, Sleman dan tempat yang tepat maka cyberbullying
dan Kota Yogyakarta serta Kabupaten Klaten, dapat dicegah.
Magelang dan Purworejo di Jawa Tengah Hasil dari riset yang dilakukan Brackett
ditemukan fenomena yang sama yaitu & Rivers (2011)menemukan bahwa kecerdasan
cyberbullying merupakan fenomena gunung es emosional merupakan komponen utama upaya
yang harus segera ditangani agar para pelajar pencegahan dari intimidasi cyberbullying,
ini dapat menggunakan facebook secara sehingga perlu diadakan pelatihan untuk
sehat.Dijelaskan dalam penelitiannya korban meningkatkan kecerdasan emosional pada
akibat cyberbullying di Indonesia mulai banyak individu, pelatihan ini dapat dilakukan di
dan meskipun tidak sampai pada bunuh diri, Sekolah atau pada Program Kurikulum yang
namun sudah pada kearah depresi.Selama ini dimulai dari prasekolah hingga kelas SMA.
kasus cyberbullying yang hingga ke ranah Ditambah dengan pengetahuan pendekatan
penyidik adalah jika terjadi kekerasan secara hukum, kedisiplinan, dan karakteristik
fisik menimpa pengguna facebook atau orang pembelajaran dengan memanfaatkan semua
tua yang melapor ke polisi bahwa anaknya program yang ada, sehingga diharapkan saat
telah dibawa lari teman facebooknya. remaja dan dewasa memiliki keterampilan
Fakta lainyaitu kasus yang pernah dasar yang diperlukan untuk mengatur emosi
ditangani oleh peneliti yaitu kejadian kuat.
Cyberbullying yang dialami salah seorang Cyberbullying berbeda dengan tindakan
siswa di Sekolah Menengah Pertama di Sedati bully biasa. Hal ini dikarenakan pelaku bully
Sidoarjo pada tahun 2014 atas laporan Orang dapat menjadi apa saja tanpa diketahui identitas
tua bahwa anaknya samapi masuk rumah sakit aslinya,dan bersembunyi dibalik teknologi
dikarenakan menjadi korban cyberbullying, di yang digunakan. secara sederhana Kabay
akun media social facebook, menurut (2001) menyebutkan bahwa individu yang
keterangan orang tuanya bahwa anaknya tanpa nama atau tidak diketahui namanya dapat
merasa semua teman membencinya. Dalam disebut anonim. Menurut Zimbardo (dalam
kasus ini pelaku cyberbullying menggunakan Reimann & Zimbardo, 2011). anonim
nama samaran (anonim) untuk mengejek dan merupakan salah satu yang menyebabkan pe-
mengintimidasi korban dengan tujuan rilaku deindividuasi, sehingga antara
mempermalukan korban yang selama ini anonimitas dan deindividuasi erat hu-
terkenal sebagai remaja yang pandai. bungannya, dan perilaku deindividuasi
Cyberbullying yang banyak terjadi di cenderung mengarah pada kriminalitas. Mayer
kalangan remaja memberi gambaran bahwa, (2009) juga menambahkan bahwa dengan
kecerdasan emosi pada saat remaja sangat labil, hilangnya kesadaran diri, anonim, besarnya
hal ini dipaparkan oleh (Rumini & Sundari, kelompok, dan adanya dorongan adalah faktor
2004.Darajat, 2004.dan Santrock, 2003), bahwa penyebab deindividuasi, sehingga Individu
kecerdasan emosi pada diri remaja merupakan yang mengalami deindividuasi dapat
aspek yang sangat penting dalam pembentukan melakukan agresi tanpa merasa bersalah.

51
Renny Nirwana Sari dan Suryanto

Pada kasus cyberbullying dimana Sukardi, (2003). Populasi dalam penelitian ini
pelaku membully korban dengan cara tanpa adalah siswa SMP Negeri 1 Sedati, merupakan
identitas atau anonim membuat pelaku menjadi Sekolah favorit di daerah Sidoarjo khususnya
sangat liardalam aksinya, dikarenakan korban Kecamatan Sedati, karena siswa yang diterima
tidak bisa memberikan respon secara langsung di sekolah ini merupakan siswa pilihan.
kepada pelaku, Selain itu Froomkin (1995), Peneliti mengambil subyek pada siswa kelas
mengatakan bahwa cyberbullying dapat VII dan kelas VIII dengan total siswa sebanyak
menjadi sebuah virus karena dapat 455 pada tahun pelajaran 2014/2015.
didistribusikan melalui media internet yang
dapat diakses oleh siapapun,(dalam Kabay, Sampel
2013). Pada Korban cyberbullying Mayer Sampel dalam penelitian ini adalah
(2009) menyebutkan bahwa korban dari Pelajar SMP Negeri 1 Sedati, Teknik sampling
anonimitas kebanyakan tidak mengetahui yang digunakan adalah purposive random
alasan mengapa dia menjadi seorang korban sampling, yaitu pengambilan sampel yang
karena dia tidak mengetahui siapa pelakunya, pemilihan kelompok subyek didasarkan atas
sehingga sangat berbahaya bagi remaja yang ciri-ciri tertentu dan sifat-sifat tertentu yang
mengalami cyberbullying, karena pelakunya sudah diketahui sebelumnya. Adapun ciri-ciri
dengan mudah lepas tanggung jawab dan dapat sampel yang dimaksudkan tersebut adalah
melakukan kapan saja tanpa diketahui remaja awal yang berusia antara 13-17 tahun
identitasnya yang menggunakan media sosial dalam
berinteraksi dengan temannya minimal 2 tahun,
HIPOTESIS dan lebih spsefik lagi memiliki handpone,
Berdasarkan kerangka berpikir dan email, dan alat media sosial lainnya yang
kajian pustaka yang telah dikemukakan, serta diidentifikasikan menjadi pelaku cyberbullying.
permasalahan yang dipaparkan, maka hipotesis Dan jumlah sampel sebanyak 44 siswa, dengan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah : bauran laki-laki 21 siswa dan perempuan 22
a) Ada hubungan yang signifikan antara siswa
kecerdasan emosi dan anonimitas dengan Untuk mempermudah pengambilan data
cyberbullying maka peneliti menggunakan angket terbuka
b) Ada hubungan yang signifikan antara dimana subyek akan lebih terseleksi sebagai
kecerdasan emosi dengan Cyberbullying pelaku, korban sekaligus pelaku ataupun
c) Ada hubungan yang signifikan antara sebagai korban. Disini peneliti hanya
anonimitas dengan cyberbullying mengambil data pada remaja yang memilih
d) Ada perbedaan antara kecerdasan sebagai pelaku dan korban sekaligus pelaku.
emosional dan anonimitas dengan
cyberbullying ditinjau dari jenis kelamin. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variable dalam penelitian ini terdiri dari
METODE 2 (dua) variabel, yaitu variable bebas, dan
Populasi variabel tergantung. Yang menjadi variabel
Populasi adalah semua anggota bebas adalah Kecerdasan Emosi dan
kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau Anonimitas sedangkan yang menjadi variabel
benda yang tinggal bersama dalam suatu tergantung adalah cyberbullying.
tempat secara terencana menjadi target Pengukuran dalam penelitian ini
kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian menggunakan skala yang disusun sendiri oleh
52
Kecerdasan Emosi, Anonimitas dan Cyberbullying (Bully Dunia Maya)

peneliti, dengan 2 bentuk pertanyaan yaitu Skala Cyberbullying terdiri dari 34


Pertanyaan tipe A (angket terbuka) dengan aitem setelah dilakukan uji diskriminasi ada 7
bentuk pilihan ganda untuk mengungkap item yang gugur sehingga sisa item yang
faktor-faktor lain yang mendukung prilaku dinyatakan valid tinggal 27 item yang memiliki
cyberbullying dan yang kedua pertanyaan Tipe index corrected item total yang bergerak dari
B (skala yang menyangkut aspek- aspek dari 0,312 s/d 0,665 dan memiliki harga α Cronbach
cyberbullying, kecerdasan emosional dan = 0,935. Yang berarti memiliki reliabilitas yang
anonimitas). baik

Variabel Cyberbullying. Variabel Kecerdasan Emosi


Pada skala cyberbullying peneliti Pada skala kecerdasan emosional
menggembangkan sendiri dari teori Williard peneliti mengembangakan dikembangkan pe-
(2007), yang mengemukakan adanya aspek 6 neliti, berdasarkan aspek yang dikemukakan
(enam) yang yaitu: oleh Goleman (2013), yaitu :
a. Flaming (terbakar), Yaitu mengirimkan a. Kemampuaan Mengenali Emosi Diri
pesan teks yang isinya merupakan kata- (knowing one’s emotions)
kata yang penuh amarah dan frontal. b. Kemampuan Mengelola
b. Harassment (gangguan), Merupakan Emosi(managing emotions)
cyberbully yang berisikan pesan-pesan c. Mengenali Emosi Orang Lain
gangguan pada email, sms, maupun (recognition emotion)
pesan teks di jejaring sosial yang d. Membina hubungan (handling
dilakukan secara terus menerus. relationship)
c. Denigration (pencemaran nama baik), Skala kecerdasan emosi terdiri dari 29
Yakni, proses mengumbar keburukan aitem setelah dilakukan uji diskriminasi ada 6
seseorang di internet dengan maksud item yang gugur sehingga sisa item yang
merusak reputasi dan nama baik orang dinyatakan valid tinggal 23 item yang memiliki
tersebut. index corrected item total yang bergerak dari
d. Impersonation (peniruan). Adalah ber- 0,288 s/d 0,588 dan memiliki harga α Cronbach
pura-pura menjadi orang lain dan = 0,881 Yang berarti memiliki reliabilitas yang
mengirimkan pesan-pesan atau status baik.
yang tidak baik, agar teman korban
mengira bahwa status atau pesan Variabel Anonimitas
tersebut adalah asli dari si korban. Peneliti melakukan pengukuran
e. Outing. Yaitu, menyebarkan rahasia anonimitas dengan membuat skala sendiri yang
orang lain, atau foto-foto pribadi orang dikembangkan berdasarkan aspek yang
lain dengan maksud mengumbar borok dikemukakan oleh Kabay (2013), yaitu :
atau privasi orang lain tersebut. a. Anonimitas yang terlacak, dimana
f. Trickery (tipu daya), Membujuk se- seseorang yang masih menggunakan
seorang dengan tipu daya agar nama asli pada saat mengisi identitas
mendapatkan rahasia atau foto pribadi (Internet servis provider) ISP. Dan
orang tersebut yang akan dijadikan dengan tujuan yang positif.
senjata untuk mempermalukan atau b. Anonimitas yang tidak terlacak, dimana
menteror. seseorang memberikan identitas palsu,

53
Renny Nirwana Sari dan Suryanto

dan sering berganti-ganti identitas Skala anonimitas terdiri dari 22 aitem


sehingga sulit dikenali dan dilacak setelah dilakukan uji diskriminasi ada 3 item
c. Nama samaran yang terlacak, seseorang yang gugur sehingga sisa item yang dinyatakan
menggunakan atribut nama yang valid tinggal 19 item yang memiliki index
menggambarkan dirinya. corrected item total yang bergerak dari 0,312
d. Nama samaran yang tidak terlacak, s/d 0,665 dan memiliki harga α Cronbach =
seseorang menggunakan atribut nama 0,871 Yang berarti memiliki reliabilitas yang
yang aneh dan sama sekali tidak baik
menggambarkan tentang dirinya.

HASIL
Deskripsi Data Penelitian
Hasil data penelitian mengenai anonimitas di deskripsikan pada tabel.1 dan
cyberbullying, kecerdasan emosi, dan tabel.2. Sebagai berikut:

Tabel. 1
Deskripsi Data Penelitian

Variable N Rerata SD
Cyberbullying 44 70,68 13,28
Kecerdasan 44 61,71 11,03
Emosi
Anonimitas 44 53,43 9,007

Tabel. 2
Sebaran Frekuensi Subyek Pada Variabel Penelitian

Variabel Sangat rendah sedang tinggi Sangat


rendah tinggi
N % N % N % N % N %
Cyberbullying 2 5 6 14 14 32 22 50 - -
Kecerdasan - - 9 20 26 59 9 20 - -
Emosi
Anonimitas - - 10 23 19 43 14 32 1 2

Berdasarkan data deskriptif pada tabel diri remaja yang masih labil. Sedangkan pada
1, dan 2, tampak bahwa Cyberbullying di pada anonimitas pada tingkatan sedang
kalangan Remaja khususnya SMP di Sidoarjo cenderung tinggi presentase (47% dan 32 %),
tergolong tinggi dengan Persentase 50%, ini berarti mengindikasikan bahwa ada sebagian
artinya adanya perilaku Cyberbullying besar remaja SMP menggunakan anonimitas
dikalangan Remaja khususnya Pelajar SMP dalam berinteraksi di media sosial
memiliki tingkat yang tinggi dan Analisis Regresi menghasilkanharga F
mengkhawatirkan. Dari tabel diatas = 0.818 pada p = 0,446 ( p < 0,05) yang berati,
menunjukkan Kecerdasan Emosional yang tidak ada hubungan yang signifikan antara
paling menonjol ada pada tingkatan sedang kecerdasan emosi dan anonimitas dengan
cenderung tinggi dengan presentase sebesar cyberbullying. maka dapat ditarik kesimpulan
(59% dan 20%), artinya hasil penelitian ini bahwa hipotesis yang menyatakan ada
mengindikasikan bahwa sebagian besar Remaja hubungan antara kecerdasan emosi dan
SMP menunjukkan kecerdasan emosional pada

54
Kecerdasan Emosi, Anonimitas dan Cyberbullying (Bully Dunia Maya)

anonimitas dengan perilaku Cyberbullying terdapat perbedaan Kecerdasan Emosi,


tidak terbukti. Anonimitas dan Cyberbullying pada Siswa
Hasil analisis parsial menunjukkan nilai Laki-Laki dan Perempuan, maka dilakukan
t = 2,138 pada p = 0,039 (P < 0,05) yang analisis dengan Anova pada SPSS versi 20 for
artinya Kecerdasan Emosional berkorelasi Windows. Hasil anova menunjukkan harga F =
positif dengan Prilaku Cuberbullying. Hasil 0,995 pada p = 0,324 untuk variabel
analisis parsial menunjukkan nilai t = -0.036 Kecerdasan Emosi, F = 0,007 pada p = 0,934
pada p = 0,972 (P > 0,05) yang artinya tidak untuk variabel Anonimitas dan F = 5,988 pada
ada hubngan korelasi antar anonimitas dan p = 0,19 untuk variabel Cyberbullying. Hal ini
prilaku Cyberbullying. Hasil analisis berarti Kecerdasan Emosional dan Anonimitas
menunjukkan R Square = 0,113 artinya cenderung tidak berbeda antara siswa Laki-
variabel Kecerdasan Emosional dan Laki dan Perempuan, tetapi Cyberbullying
Anonimitas bersama sama memberikan terdapat perbedaan antara siswa Laki-laki dan
sumbangan efektif 11.3%. Berarti masih Perempuan.
banyak variabel lain selain kedua variabel Hasil analisis dengan Anova juga di-
tersebut yang memberi pengaruh terhadap dukung dengan hasil uji t sebagaimana te-
Cyberbullying. Hasil Analisis Data dengan rangkum dalam table.
Anova dan Uji t , Untuk mengetahui apakah

Tabel 3
Hasil Analisis Anova dan hasil Uji t
Variabel t p Keterangan
Tidak ada perbedaan Kecerdasan Emosional antara
KE 0,998 0,324
Siswa Laki-Laki dan Perempuan (p > 0,05)
Tidak ada Perbedaan Anonimitas antara Siswa Laki-
Anonimitas - 0,083 0,934
Laki dan Perempuan (p > 0,05)
Ada perbedaan yang signifikan pada Cyberbullying
Cyberbullying 2,447 0,019
antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan (p < 0,05)

PEMBAHASAN
berperan penting dalam mendukung munculnya
Hasil analisa data penelitian me- perilaku cyberbullying.
nunjukkan bahwa variabel Kecerdasan Emosi Hal ini selaras dengan pendapat
dan anoimitas secara bersama-sama tidak Brackett dan Rever (2011), yang mengatakan
signifikan dengan cyebrbullying, oleh karena bahwa kecerdasan emosi merupakan komponen
itu hipotesis yang menyatakan ada hubungan utama upaya pencegahan dari intimidasi
antara kecerdasan emosional dan anonimitas cyberbullying.selain itu Mawardah (2012) juga
tidak terbukti. Namun Berdasarkan hasil mengungkapkan bahwa adanya hubungan
analisa secara parsial diketahui bahwa adanya antara regulasi emosi dengan kecenderungan
korelasi positif sangat signifikan antara menjadi pelaku cyberbullying pada remaja.
kecerdasan emosional dan cyberbullying kecerdasan emosi merupakan kemampuan
artinya, kecerdasan emosi sangat mem- untuk dapat mengenali emosi diri, mengelola
pengaruhi munculnya perilaku cyberbullying, emosi, dapat memotivasi diri, mengenali emosi
oleh karena itu hipotesis yang menyatakan dalam diri dan orang lain dan mampu
bahwa ada hubungan antara Kecerdasan Emosi mengendalikan hubungan baik dengan orang
dengan perilaku cyberbullying terbukti, lain (Goleman, 1995). Dan menurut teori
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan Hurlock (1999) yang
kecerdasan emosi menyatakan bahwa pada usia 12-14 termasuk
periode puber, dimana adanya ke-
tidakmampuan mengontrol emosi dan masih
menginternalisasi pola-pola prilaku, nilai-nilai,

55
Renny Nirwana Sari dan Suryanto

dan minat-minat pada kelompok ke dalam anonimitas dan perilaku cyberbullying tidak
dirinya, berprasangka terhadap kelompok lain, terbukti. Adapun seseorang menjadi Anonim
mengembangkan sikap menentang, seringnya menurut Kabay (2001) disebabkan adanya
menolak standart orang tua. dari teori diatas kemudahan dalam mengisi didentitas atau ID
semakin menguatkan bahwa kecerdasan emosi USER, pada akun sosial. Anonimitas juga
pada remaja memiliki kecenderungan menjadi menjadi pro dan contra sesuai dengan
pelaku cyberbullying. kecerdasan emosi inilah kebutuhan dalam penggunaannya.Menurut
yang menjadi latar belakang remaja menjadi Zhela (2010) kebutuhan seseorang dalam
pelaku cyberbullying, menurut Kowalsky menggunakan Anonimitas dipandang suatu
(2008) seperti karena adanya perasaan marah, ekspresi hak atas privasi seseorang. Ternyata
sakit hati, balas dendam atau karena frustasi, tidak selamannya seorang dengan
haus kekuasaan yang kemudian dimunculkan menggunakan anonimitas akan mempunyai
dengan menonjolkan ego dan menyakiti orang kecenderungan menjadi cyberbullying.
lain, merasa bosan dan memiliki kepandaian Menurut zhela (2010) alasan seseorang
melakukan hacking, untuk sekedar hiburan, menggunakan anonim, adalah alasan privasi
mentertawakan atau mendapatkan reaksi dari atau keamanan pada saat menyampaikan
remaja lain, atau karena juga, ada informasi yang bersifat rahasia, misalnya
ketidaksengajaan, misalnya berupa reaksi atau enkripsi, dimana proses mengamankan suatu
komentar impulsif dan emosional. Semua latar informasi dengan membuat informasi tersebut
belakang tersebut menunjukkan betapa masih tidak dapat dibaca tanpa bantuan pengetahuan
labilnya remaja.Mereka masih lemah dan khusus, dan dengan perlindungan anonimitas,
belum cukup mampu mengendalikan dirinya, seseorang dapat bebas berbicara di internet
terutama dalam mengekspresikan karena dapat lebih mengekspresikan ide dan
emosinya.menurut Wiliard (2007), rendahnya pendapat tanpa takut tentang pelecehan,
kecerdasan emosi inidapat memicu remaja ancaman atau pembalasan, dan juga menjadi
untuk dengan mudah membuat status yang anonim di website juga memungkinkan bagi
kasar atau tidak sopan, dan mengekspresikan seseorang dapat mendiskusikan masalah yang
kemarahan secra frontal (Flaming) atau sensitif, seperti kondisi medis, kekerasan fisik,
mengirim pesan pada situs jejaring sosial yang dan orientasi serta kondisi perzinahan yang
sifatnya mengganggu dengan kata-kata kotor rezim.
atau ancaman (harassment), atau mengumbar Jika ditinjau dari jenis kelamin, pada
keburukan teman lain di situs media sosial variabel kecerdasan emosional dan anonimitas
(denigration) atau berpura-pura menjadi orang antara laki-laki dan perempuan tidak ada
lain dengan mengirim pesan-pesan yang tidak perbedaan, namun ada perbedaan yang
senonoh (impersonation) atau menyebarkan signifikan antara laki-laki dan perempuan pada
rahasia teman (outing) serta menipu teman variabel cyberbullying, dimana pelaku
chating mereka di akun sosial (trickey). cyberbullying cenderung lebih besar pada laki-
Dimana semua hal yang cenderung dilakukan laki menjadi dibadingkan dengan perempuan.
ketika remaja tidak memiliki atau rendah Senampang dari hasil diatas menurut Moran
kecerdasan emosinya akan mengarah pada dan Berry (2011) mengatakan bahwa adanya
tindakan cyberbullying. potensi-potensi gender dalam perilaku
Sedangkan menurut hasil cyberbullying, dimana laki-laki ada ke-
análisis,hubungan antara anonimitas dengan cenderungan menjadi seorang pelaku.hasil dari
perilaku cyberbullying tidak berkorelasi, yang penelitian lain yang dilakukan oleh Flourensia
berarti bahwa pada remaja yang menggunakan (2009) yang mengatakan bahwa pelaku
nama samaran bahkan tanpa mencantumkan cyberbullying kebanyakan adalah dari teman
identitas asli belum tentu mereka menggunakan sekolah dan berjenis kelamin laki-laki.Hurlock
kesempatan tersebut untuk melakukan (1999) menambahkan bahwa perkembangan
cyberbullying. sehingga hipotesis yang pada diri remaja memiliki perbedaan
menyatakan bahwa ada hubungan antara perkembangan secara fisik antara laki-laki dan

56
Kecerdasan Emosi, Anonimitas dan Cyberbullying (Bully Dunia Maya)

perempuan. Pada laki-laki perkembangan fisik maya. Pada cyberbullying termasuk kategori
jauh lebih lambat dibandingkan perempuan,hal tinggi, yang artinya mayoritas subyek pernah
ini berpengaruh pula pada lambatnya melakukan cyberbullying, yaitu
kematangan emosi pada laki-laki, lambatnya memasangstatus yang kasar dan tidak sopan
kematangan emosi inilah yang menyebabkan untuk sekedar mengekspresikan kemarahan
rendahnya kecerdasan emosi yang dimiliki oleh secara frontal (Flaming), atau mengirim pesan
remaja laki-laki dalam berinteraksi di media pada situs jejaring sosial yang sifatnya
sosial. Ditambah lagi pada masa remaja mengganggu dengan kata-kata kotor atau
merupakan Periode Puber banyaknya konflik ancaman (Harassment), atau mengumbar
yang ada disekitar remaja banyak berkaitan keburukan teman lain di situs media sosial
dengan adanya ketertarikan akan lawan jenis (Denigration), atau berpura-pura menjadi orang
sehingga jika ada rival dengan teman laki-laki lain dengan mengirim pesan-pesan yang tidak
lain, ataupun gesekan dan ketersinggungan senonoh (Impersonation), atau menyebarkan
dengan teman lainya maka remaja laki-laki rahasia teman (Outing), serta menipu teman
cenderung lebih berani membuat status yang chating mereka di akun social (Trickey). secara
kasar dan tidak sopan untuk sekedar terus menerus melalui media internet, teknologi
mengekspresikan kemarahan secara frontal digital atau telepon seluler.Sehingga mayoritas
(Flaming), atau mengirim pesan pada situs subyek penelitian terbukti menjadi pelaku
jejaring sosial yang sifatnya mengganggu cyberbullying.
dengan kata-kata kotor atau ancaman Untuk melengkapi data diatas hasil dari
(Harassment), atau mengumbar keburukan angket terbuka diketahui bahwa media sosial
teman lain di situs media sosial (Denigration), yang paling favorit digunakan remaja yaitu
atau berpura-pura menjadi orang lain dengan facebook, sedangkan pilihan favorit lainya
mengirim pesan-pesan yang tidak senonoh yaitu; BBM, SMS, LINE, Wathsapp, Instagram,
(Impersonation),atau menyebarkan rahasia dan Youtube. Pada pertanyaan jika merasa
teman (Outing), serta menipu teman chating galau kecenderungan Subyek banyak
mereka di akun sosial (Trickey). menjawab curhat pada teman secara langsung,
Besar sumbangan pengaruh variabel artinya subyek cenderung mencurahkan isi hati
kecerdasan emosi dan anonimitas terhadap secara langsung pada teman sebayanya yang
perilaku cyberbullying dapat dilihat dari nilai R dapat dipercaya. Pada pertanyaan berapa kali
Square. Hasil analisis menunjukkan R Square = mengalami Bullying di Cybernet, jawaban
0,113 artinya variabel religiusitas dan terbanyak yaitu berulang kali, yang artinya
dukungan sosial bersama sama memberikan itensitas kejadian cyberbullying tergolong
sumbangan efektif 11.3%, berarti sering dialami oleh remaja dalam berinteraksi
88,7%cyberbullyingdipengaruhi oleh variabel di sosial media. Pada pertanyaan jika
lain yang tidak diteliti. Dari hasil analisis mendapatkan serangan yang menyakitkan di
deskripsi menggambarkan bahwa Subyek yang dunia maya, biasanya apa yang dilakukan,
memilki kecerdasan emosi termasuk dalam jawaban yang terbanyak subyekmenjawab
kategori sedang, yang artinya mayoritas para serangan tersebut membuat perasaan marah dan
remaja memiliki emosional yang labil, yaitu akan membalas dendam, artinya alasan remaja
kurangnya kemampuan untuk dapat mengenali melakukan cyberbullying adalah adanya rasa
emosi diri, mengelola emosi, dapat memotivasi marah dan sakit hati sehingga ingin membalas
diri, mengenali emosi dalam diri dan orang lain dendam pada teman yang telah menyakiti
dan kurang mampu mengendalikan hubungan hatinya. Pada pertanyaan apa yang dilakukan
baik dengan orang lain. setelah di bully di cybernet, subyek paling
Pada anonimitas menggambarkan banyak menjawab memendam rasa marah dan
bahwa subyek penelitian ini dalam kategori bersikap biasa saja, artinya walaupun marah
sedang, yang artinya mayoritas subyek lebih namun masih mampu memendam perasaan
senang menggunakan nama samaran atau marah dan bersikap biasa saja.
anonim dalam melakukan interaksi di dunia

57
Renny Nirwana Sari dan Suryanto

dengan kata-kata kotor atau ancaman


KESIMPULAN (harassment), atau mengumbar keburukan
Cyberbullying dalam penelitian ini teman lain di situs media sosial (denigration)
adalah bullying atau segala bentuk kekerasan atau berpura-pura menjadi orang lain dengan
atau intimidasi elektronik melalui ponsel SMS, mengirim pesan-pesan yang tidak senonoh
email, pesan instan, chat room atau postingan (impersonation) atau menyebarkan rahasia
website yang berisikan kata berbahaya teman (outing) serta menipu teman chating
(Flaming), gangguan (harassment), pen- mereka di akun sosial (trickey). Dimana semua
cemaran nama baik (denigration), peniruan hal yang cenderung dilakukan ketika remaja
(impersonation),(outing) penyebaran rahasia tidak memiliki atau rendah kecerdasan
orang lain, penipuan (trickery) yang dialami emosinya akan mengarah pada tindakan
anak atau remaja dan dilakukan teman seusia cyberbullying.
mereka secara terus menerus melalui media Faktor lain penelitian ini adalah
internet, teknologi digital atau telepon seluler. anonimitas dimana pada para remaja sebagian
Faktor yang mempengaruhi perilaku besar menggunakan nama samaran atau
cyberbullying adalah kecerdasan emosi, dimana identitas palsu, namun belum tentu mereka
adanya ketidakmampuan remaja dalam yang menggunakan anonim menggunakan
mengontrol emosi dan masih menginternalisasi kesempatan tersebut untuk melakukan
pola-pola prilaku, nilai-nilai, dan minat-minat cyberbullying.halini disebabkan adanya
pada kelompok ke dalam dirinya.dan kemudahan dalam mengisi didentitas atau ID
mengembangkan sikap menentang seringnya USER, pada akun sosial, dan dipandang suatu
menolak standart orang tua, berprasangka ekspresi hak atas privasi seseorang. Dan
terhadap kelompok lain. Selain itu seperti dengan alasan privasi atau keamanan pada saat
karena adanya perasaanmarah, sakit hati, balas menyampaikan informasi yang bersifat rahasia,
dendam atau karena frustasi, haus kekuasaan Anonimitas menjadi sebuah perlindungan
yang kemudian dimunculkan dengan seseorang agar dapat bebas berbicara di
menonjolkan ego dan menyakiti orang lain, internet dan lebih mengekspresikan ide dan
merasa bosan dan memiliki kepandaian pendapat tanpa takut tentang pelecehan,
melakukan hacking, untuk sekedar hiburan, ancaman atau pembalasan, dan juga menjadi
mentertawakan atau mendapatkan reaksi dari anonim di WEB juga memungkinkan bagi
remaja lain, atau karena juga, ada seseorang dapat mendiskusikan masalah yang
ketidaksengajaan, misalnya berupa reaksi atau sensitif, seperti kondisi medis, kekerasan fisik,
komentar impulsif dan emosional.Semua hal dan orientasi serta kondisi perzinahan yang
tersebut menunjukkan betapa masih labilnya rezim. Namun jika anomim di sertai adanya
remaja. Mereka masih lemah dan belum cukup tujuan yang tidak baik dan dengan perasaan
mampu mengendalikan dirinya, terutama dalam marah maka seseorang dapat melakukan
mengekspresikan emosinya, rendahnya semua cyberbullying. sehingga dapat di simpulkan
kemampuan emosional menjadi indikator bahwa anonimitas dengan kecerdasan emosi
kecerdasan emosi inilah yang kemudian yang rendah menyebabkan seseorang
memicu remaja untuk dengan mudah membuat malakukan cyberbullying, namun jika
status yang kasar atau tidak sopan anonimitas dengan kemampuan emocional
mengekspresikan kemarahan secra frontal yang tinggi maka seseorang tidak akan
(Flaming) atau mengirim pesan pada situs melakukan cyberbullying.
jejaring sosial yang sifatnya mengganggu

58
Kecerdasan Emosi, Anonimitas dan Cyberbullying (Bully Dunia Maya)

Jika ditinjau dari perbedaan jenis masa puber banyaknya konflik yang ada
kelamin pada pelaku cyberbullying, pada disekitar remaja banyak berkaitan dengan
penelitian ini pelaku cyberbullying kebanyakan adanya ketertarikan akan lawan jenis sehingga
adalah berjenis kelamin laki-laki. Hal ini jika ada rival dengan teman laki-laki lain,
disebabkan pada perkembangan pada diri ataupun gesekan dan ketersinggungan dengan
remaja memiliki perbedaan perkembangan teman lainya maka remaja laki-laki cenderung
secara fisik antara laki-laki dan perempuan, lebih berani melakukan cyberbullying.
pada laki-laki perkembangan fisik jauh lebih Dari hasil angket terbuka saat menjari
lambat dibandingkan perempuan dan pelaku cyberbullying ditemukan bahwa pelaku
berpengaruh pula pada lambatnya kematangan cyberbullying sebagian besar menggunakan
emosi pada laki-laki, lambatnya kematangan akun media; facebook, BBM, sms, Line,
emosi inilah yang menyebabkan rendahnya Wathsapp, Instagram, dan you tube. Dimana
kecerdasan emosi yang dimiliki oleh remaja akun media sosial tersebut merupakan akun
laki-laki dalam berinteraksi di media sosial. media yang paling popular dikalangan remaja
Ditambah lagi pada masa remaja merupakan saat berinteraksi didunia maya.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2010).Reliabilitas dan Validitas. Fabiola, V (2014) Cyberbullying Questionare
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. manual .Journal : Volume 29, nomor 2,
Azwar, S. (2010).Penyusunan Skala 2014.
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fauzi, M.L (2012) Cyberbullying merupakan
BPS (2012). Statistik Telekomunikasi fenomena Gunung ES, Yoyakarta: PSI
Indonesia 2012. Badan Pusat Statistik. UII.
Departement of Education and Training Fleming, M., & Towey, K. (2002).Forum
Policies.(n.d.).Keeping Children Safe in Pendidikan pada RemajaKesehatan:
Cyberspace. Australia: Departement of Youth Bullying . Chicago: American
Education and Training Policies. Medical Association.
Demsey, Sulowski. M, Nichols & Storch. R, Goleman,D.(1999). Kecerdasan Emosi Untuk
(2009) Differences Between Peer mencapai puncak prestasi, Jakarta : PT.
Victimization in Cyber And Assosiated Gramedia Pustaka Utama.
Psychosocial adjustment In Early Goleman,D.(1995) emotional Intellegence
Adolescence. New York; Bantam Books.
Division of Techonology and Career Hadi, S. (1986). Metodelogi research.
Education. (2007). Guidlines and Yogyakarta; Yayasan pendidikan
Resources for Internet Safety in psikologi Universitas Gajah Mada
Schools. Virginia: Virginia Yogyakarta.
Departement of Education. Hinduja, S & Patchin, J. W. (2008)
Diener E. Deindividuation: the absence of Cyberbullying an Exploratory analysis
self-awareness and self-regulation in of factors related to offending and
group members. In: Paulus PB, ed. victimization. Deviant Behav 2008;
ThePsychology of Group 29(2)-156
Influence.Hillsdale, NJ: Lawrence
Erlbaum; 1980:209-242.

59
Renny Nirwana Sari dan Suryanto

Hinduja, S &Patchin, J. W. (2010), Bullying, Kowalski, R., & Limber, SP


Cyberbullying, and suicide. Arch (2007).Intimidasi elektronik antar
Auicide res.2010:14(3):206-221. tengah siswa sekolah.Journal of
Hinduja, S & Patchin, J. W. (2011) State Adolescent Health, 41 (6), 22-30.
Cyberbullying law: A Brief review of Kowalski, R., Limber, SP, & Agatston, PW
State Cyberbullying Law and Policies. (2008).Bullying Cyber:Bullying di Era
Cyberbullying Research Center. Digital : Blackwell Publishing Ltd
Hinduja, S & Patchin, J. W (2010) journal of Kowalski, R Susan P, Limber & Patricia W.
School Healt :Cyberbullying and Self Agatston 2008. Cyberbullying :Bullying
Esteem . American School Health in the Digital Age. American journal of
Association. Psichiatri
Hinduja, S., & Patchin, JW (2008). Kowalski RM, Limber SP. (2007)Electronic
Cyberbullying: Sebuah eksplorasi bullying among middleschool students.J
analisis faktor yang berhubungan Adolesc Health. 2007;41:S22-S30.
dengan menyinggung dan korban. Li, Qing. 2007, New Bottle but Old Wine:
Deviant Reseach of cyberbullying in Shools.
Perilaku, 29 (2), 129-156. Computers in human behavior 23:1777-
Hurlock E.B (1999). Psikologi 91.
perkembangan, Edisi kelima, Penerbit Li Q. (2007) Bullying in the new playground:
erlangga Jakarta. research into cyberbullyingand cyber
Jatmika, A. (2013, Juni 28).4 Alasan Remaja victimisation. Aust J Educ Technol;
Gemar Media Sosial.Retrieved 23(4):435-454
Desember 25, 2013, from Tempo Manstead, A. S. R. & Hewstone, M.
Tekno: http://www.tempo.co/read/ (1996).The Blackwell Encyclopedia of
news/2013/06/28/061491864/4-Alasan- Social Psychology. Great Britain:
Remaja-Gemar-Media-Sosial. Blacwell Publisher.
Kabay, M. E. (2001) Anonymity and Mawardah, M. (2012). Hubungan Antara
Pseudonymity in Cyberspace: Kelompok Teman Sebaya dengan
Deindividuation, Incivility and Kecenderungan Regulasi Emosi
Lawlessness Versus Freedom and menjadi Pelaku Cyberbullying pada
Privacy. Paper presented at the Annual remaja Universitas Gadjah Mada,
Conference of the European Institute [Yogyakarta]
for Computer Anti-virus Research Mayers, D. G. (2009) Exploring Social
(EICAR), Munich, Germany 16-8 Psychology 5th Edition. NY:
March 1998. Retrieved from McGrawHill.
http://search.proquest.com/ Moran, M & Berry, M. J. (2011) Child abuse
Kretschmar, J. M., (2003) The SIDE Model material and the Internet:
Turned On its SIDE: How Anonimity Cyberpsychology of online child related
and Salient Group Identity Affect The sex offending
Formation and Replacement of Punitive Olweus,D.(1994). Bullying di sekolah:
and Prosocial Norms.A Tujuan jangka panjang bagi para
Dissertation.Retrieved from korban dan program intervensi berbasis
http://search.proquest.com/. sekolah yang efektif. Di R. Huesmann
(Ed.), perilaku agresif: perspektif
60
Kecerdasan Emosi, Anonimitas dan Cyberbullying (Bully Dunia Maya)

Current (hal. 97-130). Baru York: John and Psychological Distress: A Regional
Wiley Census of High School
Olweus, D.(1993). Victimization by peer: Silke,A.(2003).Deindividuation,anonymity,
Antecedents and long term and violence: Findings from northern
consequences. In K.H Rubin& J.B ireland. The Journal of Social
Asendorpf (pp.315-541) Hillsdale, NJ: Psychology, 143(4), 493-9 Retrieved
Erlbaum. fromhttp://search.proquest.com/docvie
Reimann, M., & Zimbardo, P. G. (2011).The w/199816343?accountid=17242
dark side of social encounters: Vandebosch,H.& Van Cleemput, K. (2009).
Prospects for a neuroscience of human Cyberbullying antara anak-anak:. Profil
evil. Journal of Neuroscience, pengganggu dan korban New Media &
Psychology and Economics 4 (3), 174- Society, 11 (8),1349-1371
180. Wiyono,W. (2013)Effect of Information and
doi:http://dx.doi.org/10.1037/a0024654 Communication Technology Toward
Santrock, W.J (2010) Remaja, edisi Revisi Emotional Quotient Studentat SMKN 1
11. Jakarta : Erlangga. Samarinda.
Santrock, W.J (2007) Perkembangan Masa Walrave, M., & Heirman, W. (2011). Cy-
Hidup, Edisi Revisi 5. Jakarta: Pustaka berbullying: Memprediksi korban dan
Setia. perbuatan. Anak-anak & Society, 25
Suryabrata, S (2005). Alat Ukur Psikologis, (1), 59-72.
Jogjakarta : PT. Andi Williams, KR, & Guerra, NG (2007).
Suryabrata, S (2011) Metode Penelitian, Prevalensi dan prediktor Intimidasi
cetakan ke 22, Jakarta: PT. Raja Internet. Jounal of Adolescent Health,
Grafindo Persada. 41 (6), s14-S21.
Suler, J. (2009) Journal : The Online Ybarra, ML, & Mitchell, KJ (2004). Agresor
Disinhibition Effect online/ target, agresor dan sasaran:
Susan G, Wiliams, and alice, J Godfrey Perbandingan karakteristik pemuda
(2011) What cyberbullying & haor Journal of Child Psikologi dan
Psichatric – mental Healt Nurse Psikiatri, 45 (7), 1308-1316.
Rognize it ?
Schneider, S.K, O'Donnell, Stueve,
L,Coulter, R.WS(2009) Journal of
Healt: Cyberbullying, School Bullying,

61

View publication stats

Вам также может понравиться