Вы находитесь на странице: 1из 7

Farmasains Vol. 3. No.

1, April 2016

EVALUASI IMPLEMENTASI PELAYANAN KONSELING OBAT DI APOTEK KOTA YOGYAKARTA

EVALUATION ON THE IMPLEMENTATION OF COUNSELING AT SEVERAL PHARMACY IN


YOGYAKARTA

Faridah Baroroh, Endang Darmawan


Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Naskah diterima tanggal 21 Maret 2016

ABSTRACT
The counseling service is a part of pharmaceutical care to prevent unappropiate
drug use to improve patients knowledge, treatment adherence and the success
of therapeutical management. Therefore, it is important to give counseling for
patients and their family. The aim of this study was to evaluate the counseling
service implementation at several pharmacy in Yogyakarta. This study was a
cross-sectional design. The result showed that the implementation of
counseling service at pharmacy was 59.00% of 96.00% patients who required
counseling service. There was 55,93% patients experienced that the room for
counseling service was comfortable. So, the communication aspects of
counseling service at pharmacy in Yogyakarta had been well conducted. Based
on the communication technique, the pharmacist communicated with body
language such as practicing how to use the drug in counseling services was
64.41%. In conlusion, the implementation counseling service at pharmacy in
Yogyakarta was 59.00% of 96.00% patients who required counseling service.
A number of 94.83% of patients stated that pharmacists use an understandable
language in counseling services. It can be concluded that although only 58.59%
of patients who had received counseling but the desire to get counseling
services of pharmacy in Yogyakarta is very high, reaching 95.96% of patients
Keywords : implementation, counseling service, pharmacy

ABSTRAK
Konseling obat merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian di apotek yang
bertujuan untuk mencegah penggunaan obat yang salah, meningkatkan
pengetahuan pasien, kepatuhan pengobatan dan keberhasilan manajemen
terapi. Oleh karena itu, penting untuk memberikan konseling bagi pasien dan
keluarga pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan
layanan konseling di beberapa apotek di kota Yogyakarta. Desain penelitian ini
adalah cross-sectional, dan pengumpulan data dengan survei. Subyek
penelitian adalah pasien yang berkunjung ke apotek di kota Yogyakarta dengan
sampel penelitian sebanyak 100 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pasien yang pernah mendapatkan layanan konseling di apotek sebesar 59,00%
dari 96,00% pasien yang menyatakan memerlukan layanan konseling. Dari
pasien yang pernah mendapatkan pelayanan konseling, ada 55,93% pasien
menyatakan bahwa ruangan untuk layanan konseling nyaman. Berdasarkan
teknik komunikasi, 64,41% pasien menyatakan apoteker selain berkomunikasi
secara verbal juga dengan non verbal seperti berlatih bagaimana menggunakan
obat dalam pelayanan konseling. Sebanyak 93,22% pasien menyatakan bahwa
apoteker menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam pelayanan
konseling. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan
konseling obat di apotek Kota Yogyakarta meskipun baru 59,00% pasien yang
pernah mendapatkan konseling tetapi keinginan untuk mendapatkan layanan
konseling sangat tinggi yaitu mencapai 96,00% pasien.
Kata Kunci : implementasi, pelayanan konseling, apotek
Alamat korespondensi :
ida_br@yahoo.com HP. 085228083262 13
Evaluasi Implementasi Pelayanan Konseling ............(Faridah Baroroh, Endang Darmawan)

PENDAHULUAN mengambil tindakan untuk mengatasi hambatan


komunikasi (Kaae et al, 2014).
Pelayanan kefarmasian adalah suatu
Sebagian besar interaksi apoteker-pasien
pelayanan langsung dan bertanggungjawab
(72,1%) diklasifikasikan sebagai tahap 1
kepada pasien, yang berkaitan dengan sediaan
konseling (yaitu, informasi singkat, dasar dari
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
individu pasien). Kurang dari 1% mencapai
pasti untuk meningkatkan kualitas kehidupan
tahap 4 (yaitu, pembahasan rinci, interaktif dan
pasien. Sedangkan yang termasuk sediaan
kolaboratif). Selain itu juga menunjukkan
farmasi adalah obat, bahan obat, obat
adanya hubungan yang signifikan antara hasil
tradisional dan kosmetika (Depkes RI, 2009).
penilaian konseling terhadap penilaian perilaku
Ada beberapa jenis intervensi yang dapat
dan komunikasi apoteker. Hasil penilaian rata-
dilakukan oleh apoteker dalam meningkatkan
rata kepuasan pasien adalah 4,71 (dimana nilai
kepatuhan pasien. Intervensi yang paling sering
5 menunjukkan yang paling puas dan nilai 1
dilakukan oleh apoteker dan terbukti efektif
menunjukkan paling tidak puas). Di antara
adalah pemberian konseling (Dulmen et al,
pasien dengan kondisi kronis yang datang untuk
2007).
pengulangan resep obat, 41,8% pasien percaya
Konseling merupakan bagian dari
bahwa, meskipun mereka membutuhkan
medication therapy management (MTM),
konseling, tetapi tidak disediakan oleh apoteker.
dengan adanya MTM memberikan kesempatan
Mayoritas apoteker mengungkapkan, tidak
bagi apoteker untuk memberikan layanan
tersedianya ruang konseling sebagai
secara langsung kepada pasien di komunitas.
penghalang utama mereka ditemui ketika
Konseling dimulai dengan fokus pada pasien,
konseling pasien (Husain et al, 2013).
memberikan informasi yang berkaitan dengan
Meskipun telah banyak bukti ilmiah
obat, menjelaskan tanggung jawab pasien
diantaranya konseling dapat meningkatkan
untuk mengikuti petunjuk yang sesuai untuk
kepatuhan (P=0,000), menurunkan tekanan
pasien. Pelanggan apotek menganggap masih
darah sistolik dan diastolik (P=0,010 dan
ada perbedaan yang sangat besar antara
P=0,018) (Putri et al, 2013). Kurangnya
harapan dengan pengalaman layanan konseling
apresiasi terhadap apoteker untuk melakukan
yang diterima (Mellisa et al, 2007).
layanan konseling terutama untuk pengulangan
Salah satu cara apoteker dapat
resep, dan kesulitan peran apoteker dalam
mempromosikan kesehatan yang baik adalah
layanan konseling terhadap obat mungkin
dengan konseling pasien. Praktek konseling
berasal dari kurang fahamnya pasien tentang
bervariasi secara signifikan sesuai dengan
pentingnya konseling obat (Kaae et al, 2014).
intensitas regulasi konseling suatu Negara.
Kebanyakan penelitian konseling dari hasil
Peraturan yang lebih intensif juga
review, bahkan semua studi konseling
memungkinkan peningkatan komunikasi
menggunakan desain cross-sectional, dengan
apoteker, peningkatan pelayanan informasi
berbagai model pengumpulan data seperti
berbagai risiko pengobatan, peningkatan
survei, wawancara, observasi nonpartisipan,
penilaian dan pemahaman pasien, serta
dan pengamatan langsung ke pasien (Shah,
peningkatan jumlah informasi yang dapat
2006). Berdasarkan latar belakang tersebut,
diberikan (Bonnie, 2004). Apoteker
tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk
menunjukkan variasi yang cukup besar dalam
mengevaluasi implementasi pelayanan
upaya untuk melibatkan pasien dalam layanan
konseling obat terhadap pasien yang
konseling obat di apotek, untuk keberhasilan
berkunjung ke apotek di kota Yogyakarta.
dalam melakukan pelayanan konseling kepada
pasien (Kaae, 2014).
METODE PENELITIAN
Pelanggan apotek sangat mendukung dan
Alat dan Bahan
berharap mendapatkan pelayanan konseling
baik untuk obat OTC maupun obat resep Instrumen pengumpulan data yang
pertama ataupun resep ulangan tetapi berbeda digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
isi dengan resep sebelumnya. Pelanggan cheklist dengan jawaban “ya” dan “tidak”, yang
apotek merasa kesulitan untuk mengungkapkan berisi pertanyaan mengenai gambaran faktual
pelayanan konseling yang diinginkan, meskipun responden, aspek komunikasi dalam pelayanan
pelanggan mengalami beberapa masalah yang konseling, serta aspek informasi obat yang
terkait dengan pengobatan. Untuk mendorong diterima pasien. Daftar pertanyaan pada
minat konseling pelanggan apotek, petugas penelitian ini ada 15 pertanyaan berdasarkan
apotek harus dapat mengidentifikasi dan daftar pertanyaan penelitian Kristina (2010) dan
Baroroh (2013), yang telah dilakukan uji
14
Farmasains Vol. 3. No. 1, April 2016

validitas isi (p<0.05) dan uji reliabilitas. Sumber Tabel 1. Gambaran Faktual Responden
data adalah pasien sendiri atau orang yang
mewakili pasien untuk datang ke apotek. Data Gambaran Faktual
Jumlah
Presentase
penelitian diperoleh dari jawaban lembar Responden (%)
cheklist yang dibagikan kepada pasien, data Pernah
hasil survei berupa implementasi layanan berkunjung
100 100.00
konseling yang diterima pasien yang berkunjung Kunjungan lebih dari 1
ke apotek kali
ke apotek.
tersebut Belum
Metode sebelumnya pernah
0 0.00
berkunjung
Desain penelitian ini adalah cross- sebelumnya
sectional, dan pengumpulan data dengan Pernah
survei. Sampel penelitian adalah pasien yang mendapat- Pernah 59 59.00
datang ke apotek pada September 2014 dengan kan
kriteria inklusi pasien dewasa usia lebih dari 17 pelayanan Belum
41 41.00
tahun, pasien dengan resep dan kriteria eksklusi konseling pernah
tidak bersedia menjadi responden. Pengambilan Perlunya Perlu 96 96.00
pelayanan
sampel konsumen dilakukan dengan metode Tidak perlu 4 4.00
konseling
purposive sampling. Sampel penelitian
Sumber : data primer yang diolah
sebanyak 100 pasien, setiap apotek di ambil 5
pasien sebagai sampel berdasarkan rata-rata
Berdasarkan gambaran faktual tersebut,
transaksi resep 5 lembar per hari di apotek yang
menunjukkan bahwa pasien yang berkunjung ke
berlokasi di kota Yogyakarta (apotek yang tidak
apotek di Kota Yogyakarta meskipun baru 59%
ada dokter praktek), dengan kriteria apotek
responden yang pernah mendapatkan konseling
tersebut telah menyediakan ruang konseling
tetapi keinginan untuk mendapatkan layanan
dan ada pelayanan konseling.
konseling sangat tinggi yaitu mencapai 96%
Analisa Data pasien. Dengan demikian keinginan pasien yang
berkunjung ke apotek di kota Yogyakarta untuk
Data yang diperoleh dari jawaban lembar
mendapatkan layanan konseling jauh lebih baik
cheklist responden merupakan data primer yang
dibandingkan dengan hasil penelitian di Dubai
selanjutnya dianalisis secara statistik deskriptif
yang dilakukan oleh Husain et al (2013). Hasil
dalam bentuk nilai persentase, dan hasil
penelitian di Dubai menunjukkan bahwa 41,8%
penelitian disajikan dalam bentuk tabel.
pasien dengan kondisi kronis dan pengulangan
resep, meskipun mereka membutuhkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
konseling tetapi mereka yakin kalau tidak
Responden yang terlibat dalam penelitian disediakan layanan konseling oleh apoteker.
ini sebanyak 100 pasien yang berkunjung ke
apotek, di kota Yogyakarta yang merupakan 2. Aspek komunikasi dalam konseling
pasien dengan resep dari dokter.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 59
pasien yang pernah mendapatkan layanan
1. Gambaran responden penelitian
konseling dianalisa untuk mengetahui gambaran
Data faktual responden yang dianalisis implementasi layanan konseling di apotek,
merupakan data primer yang berasal dari berdasarkan hasil survei pada aspek
lembar cheklist yang diisi dengan lengkap, komunikasi terhadap pasien yang pernah
adapun gambaran faktual responden disajikan mendapatkan pelayanan konseling disajikan
dalam tabel 1. dalam tabel 2.
Gambaran faktual responden penelitian Aspek komunikasi dalam konseling dalam
pada tabel 1 terlihat bahwa 100% responden penelitian ini mencakup konseling tahap 1 yang
adalah pelanggan apotek tempat penelitian merupakan pembukaan konseling, seperti
dimana responden pernah datang ke apotek perkenalan apoteker dan apoteker menanyakan
lokasi penelitian lebih dari satu kali. Obat yang nama pasien. Selain itu juga ada aspek yang di
dibeli responden di apotek dengan resep survei dalam penelitian ini diantaranya bahasa,
sebanyak 100%. Sebanyak 59% responden cara komunikasi dan ruangan konseling. Ketiga
pernah mendapatkan konseling, dari 96% aspek tersebut perlu di survei karena
responden yang memerlukan pelayanan merupakan faktor penting yang mendukung
konseling. berjalannya proses pelayanan konseling.

15
Evaluasi Implementasi Pelayanan Konseling ............(Faridah Baroroh, Endang Darmawan)

Tabel 2. Aspek Komunikasi dalam menggunakan bahasa yang mudah dimengerti


Pelayanan Konseling responden. Dengan demikian implementasi
konseling pasien yang berkunjung ke apotek di
Aspek Dilakukan
Parameter kota Yogyakarta terutama pada aspek bahasa
komunikasi (%)
Apoteker Apoteker sudah sangat baik, karena apoteker di apotek
melakukan memperkenalkan dapat mengatasi hambatan komunikasi. Hal
35,59 tersebut dinyatakan dalam penelitian Customer
perkenalan diri, sebagai
pada pasien apoteker di apotek interest in and experience with various types of
Apoteker Apoteker pharmacy counselling – a qualitative study yang
menanyakan menanyakan nama dilakukan oleh Kaae, et al (2014), bahwa
77,97
nama pasien pasien yang akan petugas apotek harus dapat mengidentifikasi
menggunakan obat dan mengambil tindakan untuk mengatasi
Apoteker Apoteker
hambatan komunikasi dalam pelaksanaan
menggunakan menggunakan
bahasa yang bahasa yang mudah konseling. Begitu juga hasil penelitian yang
93,22 dilakukan Kristina dan Hidayah (2010), tentang
mudah dimengerti
dimengerti responden dalam gambaran pelaksanaan konseling di instalasi
pelayanan koseling farmasi rawat jalan rumah sakit X Yogyakarta,
Apoteker Apoteker dalam bahwa 96,3% responden menyatakan perlunya
melakukanko pelayanan konseling layanan konseling.
munikasi non juga Pada aspek kenyamanan ruang konseling
verbal (bahasa melakukankomunika hanya mencapai 55,93% pasien yang
64,41
tubuh) si dengan bahasa menyatakan jika ruang konseling di apotek
tubuh seperti
mendukung untuk pelaksanaan layanan
mempraktekkan cara
pakai obat
konseling. Hal tersebut juga terjadi di Dubai
Ruang Suasana ruangan dalam penelitian yang dilakukan oleh Husain, et
komunikasi di untuk pelayanan al (2013) bahwa mayoritas apoteker
55,93 mengungkapkan, dengan tidak tersedianya
apotek konseling
nyaman mendukung ruang konseling hal ini sebagai penghalang
utama apoteker ketika konseling kepada pasien.
Sumber : data primer yang diolah
3. Aspek Informasi Obat
Gambaran pelaksanaan konseling di
apotek pada tabel 2 terlihat bahwa aspek Selain aspek komunikasi juga dilakukan
komunikasi dalam pelayanan konseling di analisa terhadap implementasi aspek informasi
apotek di kota Yogyakarta secara umum sudah obat pada layanan konseling. Analisa data
tersampaikan dengan baik. Pada aspek dilakukan berdasarkan 59 pasien yang pernah
Apoteker memperkenalkan diri sebagai apoteker mendapatkan layanan konseling untuk
di apotek mencapai 35,59%, ada beberapa mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan
apoteker yang tidak memperkenalkan diri konseling pasien yang berkunjung ke apotek di
dengan alasan responden adalah pelanggan kota Yogyakarta. Pada aspek informasi obat,
apotek atau sudah sering datang ke apotek. bertujuan untuk mengetahui gambaran aspek
Sedangkan pada aspek Apoteker menanyakan informasi obat yang telah disampaikan apoteker
nama pasien yang akan menggunakan obat pada saat pelaksanaan konseling. Berikut ini
mencapai 77,97%, ada 22,03% yang tidak ada 7 aspek pelayanan informasi obat yang
ditanyakan nama pasien dengan alasan diamati pada penelitian ini
sebagian besar resep dari pasien tersebut a. Nama obat dan tujuan pengobatan
sudah sering dilayani di apotek. Apoteker Pada aspek ini yang diamati adalah
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti apoteker menyebutkan nama obat, khasiat
responden dalam pelayanan koseling mencapai obat dan tujuan penggunaan obat. Pada
93,22%. Selain itu 64,41% Apoteker dalam point tersebut bertujuan agar pasien
pelayanan konseling juga melakukan memahami dengan benar tentang khasiat
komunikasi non verbal seperti mempraktekkan dan tujuan penggunaan dari nama obat
cara pakai obat. Kemudian suasana ruangan yang disebutkan, sehingga pasien akan
untuk pelayanan konseling yang nyaman menggunakan obat sesuai dengan khasiat
mencapai 55,93%, ada 44,07% ruangan dan tujuan penggunaan dari masing-masing
konseling tidak mendukung. obat.
Dalam implementasi pelayanan konseling,
93,22% responden menyatakan jika apoteker
16
Farmasains Vol. 3. No. 1, April 2016

b. Aturan pakai obat mendapatkan pelayanan konseling pada aspek


Sedangkan pada informasi aturan pakai obat, informasi obat mengenai nama obat dan tujuan
pada penelitian ini mengamati apoteker pengobatan, aturan pakai atau jadwal
menyampaikan aturan pakai mengenai penggunaan obat, jadwal penggunaan obat,
frekuensi dan waktu penggunaan obat, serta lama penggunaan obat. Sedangkan aspek
takaran obat hal ini bertujuan agar pasien informasi mengenai efek samping obat dan cara
dapat menggunakan obat tepat frekuensi dan penyimpanan obat masih kurang tersampaikan
waktu penggunaan terutama untuk obat - ke pasien, dimana kurang dari 70% pasien yang
obat yang sangat dipengaruhi oleh frekuensi mendapatkan informasi tersebut. Kemudian
penggunaan. Begitu juga untuk aturan dan mengenai aspek informasi obat mengenai
takaran juga sangat diperlukan untuk di tanda-tanda toksisitas obat dan hal yang harus
fahami dengan baik oleh pasien, karena dilakukan jika terjadi toksisitas obat baru
kesalahan aturan ataupun takaran akan mencapai 33,90%. Padahal kita mengetahui
membahayakan bagi pasien. untuk pasien yang membeli obat ke apotek,
adalah pasien rawat jalan dimana pasien itu
c. Cara penggunaan obat
sendiri yang akan bertanggungjawab terhadap
Pada informasi cara penggunaan obat juga
penggunaan obat yang dibeli di apotek.
perlu disampaikan kepada pasien pada saat
Tabel 3. Aspek Pelayanan Informasi Obat
konseling dengan tujuan pasien mengerti
dengan baik bagaimana cara penggunaan Aspek informasi
Diinfo-
obat yang seharusnya. Terutama untuk obat- kan Parameter
obat
obat dengan cara penggunaan yang khusus (%)
agar tujuan terapi atau pengobatan pasien Apoteker Apoteker
tercapai dengan optimal. menyampaikan menyebutkan nama
nama obat dan obat, menyebutkan
89,83
d. Lama penggunaan obat tujuan khasiat obat dan
Lama penggunaan obat perlu di informasikan pengobatan tujuan penggunaan
pada saat konseling, agar pasien memahami obat
dengan baik tentang lama penggunaan obat Apoteker Apoteker
terutama penggunaan antibiotik. Dimana menyampaikan menyampaikan aturan
aturan pakai/ pakai mengenai
penggunaan antibiotik harus sesuai dengan 93,22
jadwal frekuensi dan waktu
lama penggunaan obat agar tidak terjadi penggunaan penggunaan obat,
resistensi. obat takaran obat
e. Efek samping obat Apoteker Apoteker
menyampaikan menyampaikan cara
Efek samping obat juga sangat perlu untuk
cara penggunan 93,22 penggunaan obat
disampaikan kepada pasien pada saat
obat terutama obat dengan
konseling, agar pasien memahami dengan cara pakai khusus
baik dari efek samping obat yang digunakan. Apoteker
Apoteker
f. Tanda-tanda toksisitas menyampaikan
menyampaikan jangka
lama 76,27
Tanda-tanda toksisitas perlu di infokan pada waktu penggunaan
penggunaan
saat konseling dengan tujuan agar pasien obat
obat
memahami dengan baik jika setelah minum Apoteker Apoteker
obat kemudian terjadi tanda-tanda toksisitas menyampaikan menyampaikan efek
akibat minum obat tersebut. efek samping samping yang secara
obat yang 67,80 umum terjadi pada
g. Cara penyimpanan obat
mungkin muncul sebagian besar pasien
Cara penyimpanan juga perlu di sampaikan yang menggunakan
pada saat konseling agar pasien memahami obat
dengan baik cara penyimpanan obat untuk Apoteker Apoteker
menjaga stabilitas zat aktifnya terutama jika menyampaikan menyampaikan tanda-
kemasan obat telah dibuka. tanda-tanda tanda toksisitas obat
33,90
toksisitas obat dan hal yang harus
Gambaran pelaksanaan pelayanan dilakukan jika terjadi
konseling pada aspek informasi obat, pada tabel toksisitas obat
3 terlihat bahwa beberapa aspek informasi obat Apoteker
telah tersampaikan dengan baik. Ada empat Apoteker
menyampaikan
menyampaikan
aspek informasi obat telah tersampaikan ke cara 61,02
informasi cara
pasien dimana lebih dari 70% pasien pernah penyimpanan
penyimpanan obat
obat
Sumber : data primer yang diolah 17
Evaluasi Implementasi Pelayanan Konseling ............(Faridah Baroroh, Endang Darmawan)

Pada aspek informasi obat dalam layanan Hussain S, Ali ASH, Kosar H, Mohammad AA,
konseling pasien pengunjung apotek di kota Marwa MK, Dalia AR, Rima C, Shaika
Yogyakarta sama jika dibandingkan dengan A, Ragdha A. Pharmacist–patient
hasil penelitian yang dilakukan Baroroh (2013) counselling in Dubai: assessment and
bahwa aspek pelayanan informasi obat di reflection on patient satisfaction. Eur J
apotek di kota Yogyakarta telah tersampaikan Hosp Pharm 2013;20:241-247
ke pasien dimana lebih dari 70% pasien pernah doi:10.1136/ejhpharm-2012-000263
mendapatkan pelayanan informasi obat
Kaae S, Traulsen JM, Nørgaard LS. Challenges
mengenai nama obat dan tujuan pengobatan,
to counseling customers at the
aturan pakai atau jadwal penggunaan obat,
pharmacy counter - why do they exist?
jadwal penggunaan obat, serta lama
Res Social Adm Pharm. 2012 May-
penggunaan obat.
Jun;8(3):253–257.
KESIMPULAN Kaae S, Sahdia Saleem; and Maria Kristiansen,
Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan “How do Danish community
layanan konseling obat pasien yang berkunjung pharmacies vary in engaging
ke apotek di kota Yogyakarta meskipun baru customers in medicine dialogues at the
59,00% responden yang pernah mendapatkan counter an observational study” Journal
konseling tetapi keinginan untuk mendapatkan Pharmacy Practice. 2014 Jul-Sep
layanan konseling sangat tinggi yaitu mencapai ;12(3):422.
96,00% responden.
Kaae S; Janine M Traulsen; Lotte S Nørgaard,
“Customer interest in and experience
UCAPAN TERIMA KASIH with various types of pharmacy
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan counselling – a qualitative study” An
kepada pasien pengunjung apotek dan apoteker International Journal of Public
di apotek tempat penelitian yang telah Participation in Health Care and Health
mengijinkan dan berpartisipasi dalam penelitian. Policy. 2014 Desember; Issue 6 (17) :
852-862.
DAFTAR PUSTAKA
Kristina, S.A, Hidayah S.P, 2010, Gambaran
Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Pelaksanaan Konseling di Instalasi
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit X
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Yogyakarta, 172-178, Prosiding
<http://depkes.go.id/surat_edaran_tana Kongres Ilmiah XVIII dan RaKerNas
ga_kefarmasian.pdf> acessed Nov. 21, 2010 IAI
2015.
Melissa Somma McGivney, Susan M. Meyer,
Baroroh F, 2013, Evaluation on The Wendy Duncan–Hewitt, Deanne L. Hall,
Implementation of Drug Information Jean-Venable R. Goode, and Randall
Service at Pharmacy in Yogyakarta,
B. Smit. Medication therapy
137 – 141, Proceeding The
management : Its relationship to patient
International Conference on Safety
counseling, disease management, and
Management of Central Cytotoxic
pharmaceutical care. J Am Pharm
Reconstitution in Pharmacy Practice. Assoc.2007;47:620–628 doi:
Bonnie L. Svarstad, PhD; Dara C. Bultman, 10.1331/JAPhA.2007.06129
PhD; Jeanine K. Mount, PhD, “Patient Puspitasari HP, Aslani P, Krass I. A review of
Counseling Provided in Community
counseling practices on prescription
Pharmacies : Effects of State medicines in community pharmacies.
Regulation, Pharmacist Age, and Res Social Adm Pharm.
Busyness” Journal of the American
2009;5(3):197–210.
Pharmacists Association. 2004
January-February; 44 (1) : 22-29. Putri R.A, Andrajati R, Bahtiar A. Perbandingan
Efektivitas Konseling dan Poster
Dulmen, S.V., Sluijs, E., Dijk, L.V., Ridder, D.,
Terhadap Kepatuhan dan Luaran
Heerdink, R., & Bensing, J., 2007, Terapi pada Pasien Hipertensi. Jurnal
Patient adherence to medical Manajemen dan Pelayanan Farmasi.
treatment, BMC Health Services
2013 : 3 (2) : 117-124
Research, 7: 55.

18
Farmasains Vol. 3. No. 1, April 2016

Shah B, Chewning B. Conceptualizing and studies. Res Social Adm Pharm.


measuring pharmacist-patient 2006;2(2):153–185.
communication: a review of published

19

Вам также может понравиться