Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
This Research aim to find out the condition of the sosio-cultural society ngelepen village of
prambanan, sleman, Yogyakarta who originally lived in the general javanis house, then moved in
the dome house which has the different characteristic of building in java. We know that the house
as one of the means of the information of social behavior and culture community individual or
community. The changing shape of the house and the environment that occurs ngelepen village,
prambanan, sleman, Yogyakarta, which was originally a community with a common builliding and
environment in Javanese turned stay at dome house with character home tend to be closed,
giving the alleged existence of socio-cultural changes of residence environtment and human life.
This research use qualitative approach metode. From the results of the study found some data
that indicates the existence of social change and culture. Social change seen from social
interaction, social contact ang social organization, while the cultural aspect of the seven element
of culture, there are equipment lives, livehood, viable system, science, language, art, and religius
system. The change of social culture is influenced by the shape of dome house with covered
characteristics and influence of the circular from of the settlement pattern is now the pattern of
clumped when compared historically tend to be scateered. Settlement pattern which
automatically make high temperature of the air and the space is narrow, then the public showed
a natural reaction or mores sonjo (in javanis language) lounging casually with sit with their
neighboring in evening until nightfall.
Keywords: Dome house, Social, Culture
PENDAHULUAN
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia, Rumah dijadikan sebagai tempat
berlindung manusia dari segala bentuk ancaman bahaya. Rumah merupakan bagian yang tidak
dapat dilihat sebagai hasil fisik yang rampung semata, melainkan merupakan suatu proses yang
berkembang dan berkaitan dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun
waktu (Panudju, 1999). Dapat dikatakan bahwa Proses sosialisasi dan pembentukan perilaku
manusia paling sederhana dan utama adalah pada lingkup keluarga.
Fungsi rumah berkembang sebagai sumber rasa aman dan kenyamanan. Secara sosial rumah
juga berfungsi sebagai status simbol dan ukuran kemakmuran, dan juga digunakan sebagai
sarana investasi (Cahyana, 2002). Masyarakat khususnya pada masyarakat pedesaan rumah
merupakan salah satu tempat dalam melakukan aktifitas ekonomi yaitu beternak, bertani dan
berdagang.
Seperti telah kita ketahui, bencana gempa bumi pernah melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah,
tepatnya di Kabupaten Bantul, Sleman (timur) dan klaten pada tanggal 27 Mei 2006. Masyarakat
di wilayah itu kehilangan harta benda termasuk rumah sebagai tempat tinggal dan tempat
aktualisasi diri. Berbagai bantuan pembangunan rumah datang dari dalam maupun luar negeri.
Salah satu desa yang mendapat bantuan tersebut adalah desa Ngelepen, Prambanan, Sleman,
Yogyakarta. Desa Ngelepen mendapatkan bantuan berupa rumah Dome dari Ali albar seorang
yang berasal dari timur tengah.
Apabila dilihat dari segi fisik bangunan rumah dome dibandingkan dengan rumah yang biasanya
dihuni oleh masyarakat jawa pada umunya, keduanya mempunyai banyak perbedaan. Rumah
dome cenderung lebih tertutup dan sempit, selain itu lingkungan komplek rumah dome
cenderung lebih sempit jika dibandingkan dengan kondisi lingkungan rumah di desa yang pada
umumnya yang disertai dengan halaman atau kebun yang luas.
Melihat arti penting dan fungsi rumah bagi masyarakat desa dalam menjalani kehidupanya,
Relokasi masyarakat desa Ngelepen di kompleks rumah dome ini sangat jelas merubah tatanan
fisik tempat tinggal dan lingkungan masyarakat. Adanya Perubahan secara fisik yang terjadi di
lingkungan tempat tinggal masyarakat tersebut , akan memberikan kenyamanan terhadap
penghuninya atau akan merubah perilaku dan kehidupan sosial budaya masyarakat desa
Nglepen, Prambanan,Yogyakarta.
Berdasarkan latarbelakang masalah di atas Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kehidupan sosial budaya masyarakat penghuni Rumah Dome di Desa Nglepen Prambanan D.I.
Yogyakarta. Adapun manfaat dari penelitian ini untuk menambah khasanah ilmu sosial mengenai
pengarur hubungan rumah dan lingkungannya terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat.
KAJIAN TEORI
Pengertian Rumah Dome
Rumah Dome merupakan bangunan berbentuk setengah bulat berwana putih ini mirip iglo atau
rumah Eskimo di Kutub Utara. Rumah bola ini dibuat berdasarkan Hukum Bernauli yang
berbunyi: jika ada angin berhembus di bawah suatu benda, maka benda tersebut mengalami
tekanan gaya ke bawah. Rahasia dari rumah ini adalah pada sistem pondasinya. Dengan
menggunakan struktur pondasi bebas (beda dengan rumah biasa) dan pemberian gaya yang
merata di 32 sisi dinding rumah bola ini menyebabkan rumah bola ini memiliki kekuatan yang
merata pada setiap bagiannya.
(http://www.indosiar.com/ragam/61735/rumah-dome-tahan-gempa).
Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, “budhayah” yang merupakan bentuk jamak
kata buddhi yang berarti budi atau akal. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
dalam Soerjono Soekanto (1990:153), kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Surjono Soekanto mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dianggap
sebagai Cultural universal, yaitu:
1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (Pakaian, Perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transport, dsb.)
6) Sistem pengetahuan
7) Religi.
Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubunagn-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok.
Komplek rumah Dome berjumlah 80 unit, 71 rusmah penduduk dan selebihnya adalah fasilitas
umum seperti Toilet umum, masjid, Polindes ( bidan desa) ,terbagi menjadi 2 Rukun tetangga, Rt
06 berjumlah 36 unit rumah, 9 tidak ditempati, sedangkan Rt 02 35 unit. Luas kompleks rumah
dome 2. 3240 ha, terbagi menjadi beberapa blok A,B,C,D,E,F, masing- masing blok terdiri dari
sekitar 5-6 unit rumah yang kemudian di berikan 1 unit fasilitas MCK terdiri dari 6 kamar mandi
dan WC yang sudah modern. Tanah yang digunakan untuk mendirikan kompleks rumah dome
adalah tanah milik negara, sehingga masyarakat harus menyewa setiap tahunya sekitar 3, 9
juta/ha. Masing- masing unit dikenakan pajak sewa sekitar Rp 110.000/ tahun, hal itu menjadi
salah satu motivasi ekonomi baru bagi masyarakat untuk berusaha bekerja menghasilakan uang
karena mempunyai tanggung jawab sewa tanah runtin.
Kebudayaan dapat dilihat melalui pendekatan tujuh unsure budaya. Berikut merupakan
perubahan sosial budaya warga desa Nglepen prambanan setelah tinggal di rumah Dome dalam
bentuk tabel berikut
FAKTOR
N UNSUR PENYEBA
O KEBUDAYAAN SEBELUM SESUDAH B
–
Kesibuka
n
masyarakat
– masih dalam
menyelenggaraka bekerja
n kegiatan yang karena
bersifat tradisional adanya
dan gotong keharusan
royong. Misalnya – kerja bakti sudah tidak membayar
kenduri, rutin, ronda sudah tidak sewa,
kerjabakti, ronda, lagi dilaksanakan – Kegiatan
rasulan – Sudah yang
Sistem – belum mengenal mengenalsistem demokra semakin
kemasyarakata system demokrasi si (memilihan Rt) beragam
3. n
– Banyak
– Menggunakan didatangi
bahasa jawa – Mulai bercampur masyarakat
5. Bahasa seutuhnya dengan bahasa indonesia daerah lain
– Belum
mempunyai – Muncul kesenian baru (
6. Kesenian kesenian khas ronda thek-thek ) –
Pembahasan
Perubahan sosial dan budaya sebagaimana yang diungkapkan oleh Giliin dan Gilin ( Leibo,
1995:70) merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena
perubahan-perubahan kondidi geografis kebudayaan materiel, komposisi penduduk maupun
adanya difusi atau penemuan- penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Dapat dikatakan
bahwa adanya relokasi masyarakat di komplek rumah dome tersebut secara geografis merubah
tatanan lingkungannya, dari yang semula tinggal di daerah terisolir dengan bentuk pemukiman
yang tersebar, dengan saat ini masyarakat tinggal di daerah yang datar dan dekat dengan
penduduk desa lainya. Kondisi lingkungan masyarakat Ngelepen saat ini memudahkan
aksesbilitas dalam melakukan aktivitasnya sebagai manusia yaitu berinterasi dan melakukan
aktifitas ekonomi.
Pola pemukiman masyarakat saat ini yaitu mengelompok, merupakan faktor meningkatnya
interaksi sosial yang terjadi pada intern masyarakat atau masyarakat dengan masyarakat luar.
Interaksi yang terjadi pada masyarakat kompleks rumah dome merupakan kontak social positif
yaitu kontak social yang menghasilkan manfaat yang baik bagi masyarakat. Kontak sosial
tersebut meliputi kontak sosial antar warga masyarakat yang semakin sering intensitasnya
karena rumah yang berdekatan, kontak sosial dengan warga di luar kompleks rumah dome yang
penasaran dengan adanya rumah berbentuk bulat sehingga menghasilkan manfaat berupa
bertambahnya pengetahuan baru, misalnya permasalahan pendidikan, politik, dan
perkembangan teknologi bahkan penggunaan bahasa, yang di peroleh dari pengunjung,selain itu
muncul ide-ide untuk membuat paket pariwisata dengan mengembangkan potensi yang ada,
seperti paket homstay, touring, dan sebagainya.hal termasuk secara otomatis meningkatkan
pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan kemudian meningkatkan daya beli
masyarakat dalam bidang barang maupun jasa misalnya peningkatan kualitas berpakaian,
kesehatan, pendidikan, teknologi komunikasi dan lain-lain.
Selain perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat secara umum tersebut, perilaku-perilaku
individu dan kelompok kecil masyarakat juga mengalami perubahan yang dapat dikaitkan
dengan perubahan bentuk rumah dan lingkungan. C, Heimsath memberikan pengertian perilaku
manusia di dalam lingkungan merupakan proses interaksi antara manusia dan lingnganya yang
melibatkan motivasi dan kebutuhan individual maupun sosial. Rapoport dan O H.summers
memberian pengertian perilaku sebagai kemungkinan sikap yang diambil dalam menganalisis
pengaruh lingkunagn fisik. Dalam teori determinism, yaitu pandangan yang beranggapan
lingkunagn fisik menentukan perillaku. Pada pandangan ini manusi ditutut mempunyai
kemampuan adaptasi yang besar. Dalam hal ini perubahan perilaku yang terjadi masyarakat
misalnya, pada waktu sore sampai malam hari sekitar jam 8 hari banyak diluar rumah mengobrol
dengan tetangga atau biasa dalam masyarakat jawa disebut sonjo, masyarakat mengaku
merasa panas jika berada di dalam rumah pada waktu-waktu tersebut, perilaku tersebut
berhubunagn erat dengan kondisi rumah yang minim sirkulasi udara, jika didalam rumah banyak
menggunakan kipas angin masyarakat akan mengalami masuk angin, sehingga mereka memilih
berada diluar rumah. Sesuai dengan Kepmen Kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal dan Kepmen Kimpraswil No.403/KPTS/M/2002 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Rumah yaitu salah satunya adalah tinggi bumbungan
rumah kurang lebih 10 m. Luas ruang sekurang kurangnya 9 M² per orang, bukaan ventilasi 1/9
luas lantai atau minimal 1 M² atau lebih dari 11% luas ruang Untuk memungkinkan pergantian
udara secara lancar diperlukan minimum luas lubang ventilasi tetap 5% luas lantai, dan jika
ditambah dengan luas lubang yang dapat memasukkan udara lainnya (celah, pintu,jendela,
lubang anyaman bambu dan sebagainya) menjadi berjumlah 10% luas lantai. Sadar maupun
tidak sadar kebutuhan ruang untuk masyarakat mendorong perilaku masyarakat secara spontan
untuk beradaptasi. Perubahan perilaku yang terjadi pada anak-anak yang bermain dimalam hari
juga sebagai suatu reaksi alamiah yang ditunjukan dari pengaruh keadaan rumah yang
cenderung sempit untuk mencukupi kebutuhan bermain dan belajar.
Bentuk rumah dome yang lebih sempit dengan fasilitas ruang yang minimalis, mendorong
penghuninya harus menyesuaikan peralatan yang digunakan tersebut, tidak seperti pada waktu
masyarakat masih tinggal di rumah jawa pada umumnya yang mempuyai area lebih luas, bahkan
jika tidak luas masyarakat bisa membuat tambahan rumah. Berbeda dengan kondisi saat ini,
tuntutan itu membentuk kebiasaan masyarakat untuk menggunakan barang-barang rumah
tangga yang lebih ringkas dan mudah ditata agar dapat menghemat ruang dan menyesuaikan
bentuk rumah yang melingkar. Perilaku sosial yang kemudian muncul kaitanya dengan hal ini
adalah perilaku lebih menjaga kerapian, keindahan dan kebersihan untuk mengimbangi betuk
rumah tersebut agar pemanfaatan ruangan lebih dimaksimalkan
Saran
Peningkatan perekonomian melalui rintisan desa wisata harus dikembangkan lagi. Walaupun
telah mengalami perubahan menjadi masyarakat yang lebih modern, namun harus ada ciri khas
budaya yang perlu dipertahankan sebagai penambah daya tarik rumah dome itu sendiri, menjadi
desa yang maju namun tidak meninggalkan budayanya.
Melihat masih ada sebagian masyarakat yang belum mempunayi kesadaran wisata, perlu
adanya suatu kegiatan atau sosialisasi mengenai kepariwisataan. Dari hasil observasi dapat
dilihat masih kurangnya sarana prasarana dan keterampilan dalam administrasi, oleh karena itu
perlu adanya kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kualitas dan keterampilan dalam
pengelolaan pariwisata di kompleks rumah dome.
DAFTAR PUSTAKA
Usman, H dan Akbar, SP. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara)
Moeleong, LJ. 1997. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo. (yang benar
= Soekanto, S. 1982… dst)
Azhari, H. 2007. Rumah dome tahan gempa. Diakses
dari http://www.indosiar.com/ragam/61735/rumah-dome-tahan-gempa. pada tanggal 15 Juli 2011
pukul 14.13.