Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
Mutiara B. Wagiu
2
Janry A. Pangemanan
2
Agnes L. Panda
1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Unversitas Sam Ratulangi Manado
Email: wagiumutiarabetani@yahoo.com
Abstrak: Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner yang dapat
bermanifestasi sebagai infark miokard. Aktivitas merokok termasuk salah satu penyebab dari
penyakit kardiovaskular dan merupakan penyebab paling umum kematian di seluruh dunia.
Data studi penelitian epidemiologi memperlihatkan adanya peningkatan konsumsi rokok
setiap tahunnya yang bersamaan dengan meningkatnya angka kejadian infark miokard.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara derajat berat merokok dengan
kejadian infark miokard di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah
analitik observasional dengan desain potong lintang. Sampel penelitian ialah pasien
penderita infark miokard di Ruang Rawat Inap RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado
mulai dari bulan Januari 2015-Oktober 2016 serta sampel non infark dengan kebiasaan
merokok. Hasil uji Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara derajat
berat merokok, yang dinilai berdasarkan indeks Brinkman, dengan kejadian infark miokard
(p=0,001). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara derajat merokok dengan kejadian
infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Kata kunci: berat merokok, infark miokard
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah jantung kekurangan darah karena adanya
gangguan fungsi jantung akibat otot penyempitan pembuluh darah koroner.1
Betani, Pangemanan, Panda: Hubungan derajat berat...
Manifestasi dari PJK salah satunya ialah dinding pembuluh darah yang dapat
infark miokard. Istilah infark miokardium berujung pada terjadinya infark miokard.
menunjukkan terbentuknya suatu daerah Di Indonesia sendiri, khususnya di
nekrosis di miokardium akibat iskemia Sulawesi Utara, penelitian mengenai kaitan
lokal. Infark miokard akut (IMA), yang perilaku merokok dengan kejadian infark
dikenal sebagai “serangan jantung”, miokard masih belum banyak dilakukan.
merupakan penyebab tunggal tersering Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kematian di negara industri.2 hubungan antara derajat berat merokok
Prevalensi PJK di Indonesia tahun dengan kejadian infark miokard di RSUP
2013 pada usia ≥15 tahun berdasar Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
wawancara terdiagnosis dokter sebesar
0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 METODE PENELITIAN
orang dan yang berdasarkan terdiagnosis Jenis penelitian ini ialah analitik
dokter atau gejala sebesar 1,5% atau sekitar observasional dengan desain potong lintang
2.650.340 orang.1 Prevalensi PJK menggunakan kuesioner. Penelitian
berdasarkan terdiagnosis dokter menempat- dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah
kan Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Aceh Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. R. D.
di urutan kedua terbanyak dengan Kandou Manado pada bulan September-
persentase 0,7% setelah Sulawesi Tengah November 2016. Populasi penelitian ini
di urutan teratas dengan persentase 0,8%. ialah pasien penderita infark miokard di
Aktivitas merokok merupakan salah Ruang Rawat Inap RSUP Prof. DR. R. D.
satu penyebab dari sebagian penyakit Kandou Manado, mulai dari bulan Januari
kardiovaskular dan merupakan penyebab 2015-Oktober 2016, dan responden non-
paling umum kematian di seluruh dunia, infark yang memiliki kebiasaan merokok
walaupun merokok sebenarnya bukan yang dijangkau dengan teknik purposive
merupakan faktor predisposisi yang tidak sampling. Kriteria inklusi penelitian ini,
dapat diubah. Penyakit kardiovaskuler yaitu responden infark miokard dan non-
dikatakan sebagai penyebab kematian infark miokard, mempunyai perilaku
utama di negara-negara industri, yaitu kebiasaan merokok, berusia >18 tahun, dan
sebesar 30% dari semua kematian karena bersedia menjadi responden. Kriteria
penyakit jantung yang berkaitan dengan eksklusi yaitu pasien infark miokard
akibat merokok.3 Data epidemiologi secara dengan penyerta hipertensi dan diabetes
konsisten menunjukkan bahwa risiko melitus, rokok yang dikonsumsi ialah
terjadi infark miokard meningkat secara rokok elektrik, dan menolak menjadi
progresif dengan jumlah rokok yang responden.
dikonsumsi seseorang per harinya. Variabel yang digunakan yaitu derajat
Penelitian melaporkan risiko fatal dan non merokok menggunakan indeks Brinkman
fatal dari infark miokard kira-kira 2-3 kali sebagai variabel bebas, dan kejadian infark
lebih tinggi pada perokok daripada bukan miokard sebagai variabel terikat. Instrumen
perokok, dan risiko sudden cardiac death penelitian meliputi data rekam medik dan
meningkat 10 kali lipat.4 Infark miokard kuesioner.
merupakan penyebab kematian utama di Data diolah berdasarkan variabel
United States dan negara berkembang di penelitian dengan menggunakan uji
seluruh dunia.4-6 statistik SPSS versi 20 yang dianalisis
Dari data studi penelitian epidemio- menggunakan uji Chi Square dan disajikan
logi terlihat adanya peningkatan konsumsi dalam bentuk tabel, grafik, dan persentase.
rokok setiap tahunnya yang bersamaan
dengan meningkatnya angka kejadian HASIL PENELITIAN
infark miokard. Beberapa komponen Dalam periode Januari 2015 – Oktober
tembakau dan asap pembakarannya 2016 didapatkan total 62 responden yang
diketahui dapat mengakibatkan kerusakan terbagi atas 31 responden yang pernah
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016
dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou 4 orang (9,7%) sisanya mengonsumsi jenis
Manado dengan diagnosis infark miokard rokok putih.
dan 31 responden non infark miokard yang
memiliki kebiasaan merokok. Tabel 1 Tabel 3. Distribusi berdasarkan usia awal
menunjukkan bahwa dari total 62 merokok
responden penelitian, laki-laki berjumlah Usia Non
54 orang (87,1%) dan perempuan Infark Jumlah %
awal Infark
berjumlah 8 orang (12,9%) dengan jumlah ≤10 1 1 2 3,2
pada kriteria infark dan non infark sama 11-15 10 11 21 33,9
yakni 37 laki-laki dan 4 perempuan pada 16-20 16 13 29 46,8
masing-masing kategori. >20 4 6 10 16,1
Total 31 31 62 100
Tabel 1. Distribusi berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4. Distribusi berdasarkan jenis rokok
Jenis Non
Infark Jumlah % Jenis Non
kelamin infark Infark Jumlah %
L 27 27 54 87,1 rokok infark
P 4 4 8 12,9 Kretek 27 29 56 90,3
Total 31 31 62 100 Putih 4 2 6 9,7
Total 31 31 62 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa
responden terbanyak berusia 50-59 tahun Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas
sebanyak 19 orang (30,6%), diikuti usia 40- responden baik infark dan non-infark telah
49 tahun sebanyak 13 orang (21,0%), usia memiliki kebiasaan merokok >20 tahun,
60-69 tahun dan usia 30-39 tahun masing- yakni 29 responden infark (46,8%) dan 15
masing sebanyak 9 orang (14,5%), usia 20- responden non infark (24,2%). Responden
29 tahun sebanyak 7 orang (11,3%), usia infark dengan kebiasaan merokok antara
70-79 tahun sebanyak 4 orang (6,5%), dan 11-20 tahun sejumlah 1 orang (1,6%) dan
usia >80 tahun hanya 1 orang (1,6%). responden non-infark dengan durasi yang
sama sejumlah 9 orang (14,5%) sedangkan
Tabel 2. Distribusi berdasarkan usia untuk responden yang memiliki riwayat
merokok <10 tahun sejumlah 7 responden
Non
Usia Infark Jumlah % non-infark (11,3%) dan 1 responden
infark
dengan infark miokard (1,6%).
20-29 1 6 7 11,3
30-39 2 7 9 14,5
Tabel 5. Distribusi berdasarkan lama merokok
40-49 5 8 13 21,0
50-59 12 7 19 30,6 Non
60-69 6 3 9 14,5 Lama Infark Jumlah %
Infark
70-79 4 0 4 6,5 ≤10 1 7 8 12,9
≥80 1 0 1 1,6 11-20 1 9 10 16,1
Total 31 31 62 100 >20 29 15 44 71,0
Total 31 31 62 100
Tabel 3 menunjukkan 2 responden
(3,2%) mulai merokok sebelum usia 10 Tabel 6 menunjukkan bahwa
tahun, 21 responden (33,9%) mulai responden dengan infark miokard paling
merokok pada rentang usia 11-15 tahun, 29 banyak mengonsumsi rokok >20 batang per
responden (46,8%) pada rentang usia 16-20 hari dengan jumlah 17 orang (27,4%),
tahun, dan 10 responden (16,1%) mulai sedangkan responden non-infark yang
merokok setelah usia 20 tahun. mengonsumsi jumlah yang sama hanya 5
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari total orang (8,1%). Mayoritas responden
62 responden, 56 orang (90,3%) sejumlah 23 orang, termasuk dalam
mengonsumsi jenis rokok kretek sedangkan kategori yang mengonsumsi 11-20 batang
Betani, Pangemanan, Panda: Hubungan derajat berat...
per harinya, yang terbagi atas 8 responden responden tanpa infark (47,6%). Mayoritas
dengan infark miokard (12,9%) dan 15 responden non-infark dikategorikan sebagai
responden non-infark (24,2%). perokok ringan dengan jumlah 14 orang
Tabel 7 menunjukkan responden yang (87,5%), dan hanya 2 orang (12,5%) yang
masuk kategori perokok berat paling merupakan responden infark miokard.
banyak dengan infark miokard, berjumlah Hasil analisis Chi-Square diperoleh nilai p =
18 orang (72,0%), dan 7 orang (28,0%) 0,001 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat
sisanya merupakan responden non-infark. hubungan bermakna antara derajat berat
Untuk kategori perokok sedang, terdapat 11 merokok dengan kejadian infark miokard di
responden dengan infark (52,4%), dan 10 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
darah. Semakin tua usia maka fungsi kerja penelitian Afriyanti (2015) dimana
jantung cenderung berkurang, dinding didapatkan jenis rokok kretek mempunyai
pembuluh darah menjadi kaku dan keras, risiko 6,5 kali lebih besar dibandingkan
yang dapat berakibat penumpukan dengan jenis rokok putih dalam risiko PJK
lemak/plak lebih mudah terjadi dan di Poliklinik Pusat Jantung – Pembuluh
menghalangi aliran darah yang berisiko Darah dan Otak Terpadu RSUP Prof. DR.
memicu proses aterosklerosis dan dapat R. D. Kandou Manado, yang dikaitkan
berujung pada terjadinya PJK.11 Dikatakan dengan kandungan nikotin dan tar yang
bahwa jarang timbul penyakit yang serius lebih tinggi pada rokok kretek
sebelum usia 40 tahun, namun insidensi MI dibandingkan rokok putih.17 Fitriani dkk
meningkat 5 kali lipat pada usia 40 hingga (2009) dalam hasil penelitiannya juga
60 tahun.12 Pada studi populasi BMJ menyatakan bahwa risiko PJK 3 kali lebih
mengenai merokok dan infark miokard lebih besar secara signifikan pada orang
pada wanita dan pria dikatakan bahwa yang merokok kretek.16 Perbedaan hasil ini
perbedaan risiko lebih tinggi pada pria mungkin disebabkan adanya faktor risiko
umur 65 tahun dan pada wanita diatas 65 lain dari perokok putih, misalnya riwayat
tahun.13 Penelitian oleh Koek et al (2007) keluarga, obesitas, dan dyslipidemia.
mendapatkan data yang menunjukkan Meskipun dalam CDC 2010 menyatakan
insidensi infark miokard akut pertama di bahwa dalam ulasan komprehensif tentang
Netherlands lebih tinggi pada laki-laki penggunaan low-tar cigarettes tidak
dibandingkan pada perempuan dari semua menunjukkan pengurangan risiko yang
kelompok umur, tapi rasio antara pria dan berarti jika dibandingkan dengan merokok
wanita berkurang setelah umur 50-59 pipa dan cerutu.18 Sedangkan dalam
tahun.14 penelitian Domma dkk tahun 2015
Pada tabel 3, usia awal merokok pasien dikatakan tidak ada perbedaan risiko yang
infark dan non infark terbanyak, dengan dapat dibuktikan antara berbagai jenis
jumlah 29 orang (46,8%), berada pada tembakau (pipa, cerutu, atau rokok polos
rentang umur 16-20 tahun, yakni sebanyak dan disaring).8
16 sampel infark dan 13 sampel non infark, Dari data lama merokok didapatkan 29
dengan usia awal merokok rata-rata 17 (46,8%) penderita infark miokard dan 15
tahun untuk kelompok infark, dan 18 tahun (24,2%) yang bukan merupakan penderita,
untuk kelompok non infark. Nasution telah merokok lebih dari 20 tahun. Umur
(2007) dalam penelitiannya menyatakan dikatakan kolinear dengan durasi merokok
bahwa perokok pada umumnya mulai karena, kedua variabel tumbuh bersama-
merokok pada usia remaja diatas 13 sama berdasarkan saat awal seseorang
tahun.15 Orang yang merokok pertama kali mulai merokok. Selain itu, sebagian
pada usia 16-18 tahun dikatakan akan perokok mulai merokok selama masa
langsung menjadi regular smoker, yaitu remaja, yang mempromosikan kolinearitas
orang yang merokok minimal 1 tersebut. Analisis data dalam studi dari
batang/hari, bukan lagi merokok sebagai American Cancer Society menunjukkan
upaya coba-coba.16 peningkatan yang stabil dalam angka
Jenis rokok yang paling banyak kematian PJK dengan meningkatnya durasi
dikonsumsi sampel penelitian adalah rokok merokok untuk orang sebelum usia 70
kretek yakni berjumlah 56 orang (90,3%), tahun.18 Dayu19 dalam penelitiannya
sedangkan rokok putih hanya sejumlah 6 menemukan adanya hubungan antara
orang (9,7%). Meskipun dalam jumlah riwayat lama merokok dengan angka
perokok kretek lebih banyak, namun secara kejadian PJK di RSUD DR. H. Abdul
statistik rokok putih lebih banyak Moeloek, yang didukung oleh teori Bustan
menyebabkan infark miokard, yakni 4 yaitu semakin muda usia seseorang
orang (66,7%) dari total 6 orang perokok merokok, maka semakin tinggi risiko
putih. Hal ini bertentangan dengan terkena pengaruhnya, salah satunya yakni
Betani, Pangemanan, Panda: Hubungan derajat berat...