Вы находитесь на странице: 1из 6

The Effectiveness Of EM4 And Water Hyacinth Powder to Pprocess tofu

liquid waste into liquid fertilizer for The Growth Biomass Azolla microphylla

By
Fitrianis Yulanda1), Budijono2), EkoPurwanto2)
Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau
Email : fitrianispiyu@gmail.com

ABSTRACT
Liquid wastes originated from tofu industries are rich in organic materials and it is
potencial as basic materials for liquid fertilizer. To process the waste into liquid
fertilizer, however, addition of EM4 and water hyacinth powder as N, P and K
sources is needed. To understand the effectiveness of addition of water hyacinth
powder in increasing the N, P and K content in the liquid waste, a study has been
conducted on February to March 2015. Treatments applied were different
concentration of water hyacinth powder. In 10 L of tofu liquid waste, there was 10
ml of EM4 and 24 gr (P1); 72 gr (P2); 120 gr (P3); 168 gr (P4) and 216 gr (P5)
water hyacinth powder were added. The waste was fermented for 12 days and the
N, P and K were analyzed. The quality of the fertilizer was tested by using it for
fertilizing Azolla microphylla. Results shown that the highest N content was in
the P3 (10,290.48 mg/l), the highest P content was in P5 (99.53 mg/l) and the
highest K content was in P2 (12.59 mg/l). The N, P and K content in this
fertilizer, however, is lower than the standard value SNI No.70/Permentan/SR
140/2011. Even though the growth of A. microphylla fertilized with the liquid
fertilizer was slightly higher than the plant grown in the water, but it was
significantly lower than that of the plant fertilized with chicken manure. This fact
indicates that the quality of the liquid fertilizer made from tofu liquid waste was
lower than the chicken manure fertilizer.
Keyword: Tofu liquid waste, water hyacinth powde, Liquid Fertilizer, Azolla
microphylla
1)
Student of Fiheries and Marine Science Faculty, Riau University
2)
Lacture of Fiheries and Marine Science Faculty, Riau University
PENDAHULUAN 4,55%; fosfor 1,74% dan air 98,8%
(Fatha dalam Makiyah, 2013).
Perkembangan industri tahu Umumnya limbah cair tahu tersebut
kini semakin pesat didukung dengan dibuang ke lingkungan perairan
banyaknya permintaan konsumsi tanpa diolah sehingga berpotensi
tahu. Dalam proses produksi tahu sebagai polutan pencemaran. Menuru
membutuhkan banyak air sehingga Makiyah (2013), bahan organik
produksi limbah cairnya pun dalam limbah cair tahu mudah
meningkat. membusuk dan mengeluarkan bau
Limbah cair tahu yang kurang sedap sehingga selain
mengandung bahan organik tinggi mencemari air, juga dapat
terdiri dari karbohidrat 0,11%; mencemari udara sekitar pabrik tahu.
protein 0,42%; lemak 0,13%; besi
Di sisi lain, pertumbuhan Penelitian ini menggunakan
eceng gondok (Eichornia crassipes) metode eksperimen dengan
yang cepat sering dianggap gulma Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang dapat berdampak negatif terdiri dari 5 taraf dan 3 kali ulangan,
terhadap ekosistem perairan. Namun yaitu: P1 (10 L LCT; 1000 gr dedak;
memiliki komposisi eceng gondok 100 gr gula; 100 ml EM4 ; 24 gr
segar terdiri dari bahan organik TEG); P2 (10 L LCT; 1000 gr dedak;
36,59%, C organik 21,23% N total 100 gr gula; 100 ml EM4 ; 72 gr
0,28%, P total 0,0011% dan K total TEG); P3 (10 L LCT; 1000 gr dedak;
0,016% (Winarno dalam Christiana 100 gr gula; 100 ml EM4 ; 120 gr
et al., 2010), yang diduga dapat TEG); P4 (10 L LCT; 1000 gr dedak;
meningkatkan nutrien organik dalam 100 gr gula; 100 ml EM4 ; 168 gr
limbah cair tahu yang diolah menjadi TEG; dan P5 (10 L LCT; 1000 gr
pupuk cair organik untuk dedak; 100 gr gula; 100 ml EM4 ;
meningkatkan pertumbuhan 216 gr TEG).
biomassa Azolla microphylla yang Respon parameter yang
berperan sebagai pakan alami ikan. diukur meliputi N, P dan K setelah
Penelitian ini bertujuan untuk masa fermentasi secara anaerob
mengetahui kandungan N, P dan K selama 12 hari. Sedangkan pH dan
dalam pupuk cair organik yang suhu diamati setiap 2 hari sekali.
berasal dari limbah cair tahu, EM4 Tahap kedua penelitian ini
dan tepung eceng gondok serta adalah aplikasi PCO yang dihasilkan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan terhadap A. microphylla dengan RAL
biomassa A. microphylla. yang terdiri dari 5 taraf, yaitu: AK+
(3gr Azolla + 1 L air sumur + 5 gr
METODOLOGI PENELITIAN kompos; AK- (3gr Azolla+ 1 L air
Waktu dan Tempat sumur); A1 (3gr Azolla + 1 L air
Pelaksanaan penelitian pada sumur+ 20 ml PCO P1); A2 (3gr
bulan Januari - Februari 2015 di Azolla+ 1 L air sumur + 20 ml PCO
Laboratorium Pengolahan Limbah P2); A3 (3gr Azolla+ 1 L air sumur +
Faprika Universitas Riau. Penelitian 20 ml PCO P3); A4 (3gr Azolla + 1
ini terdiri dari 2 tahap, yaitu: (1) L air sumur+ 20 ml PCO P4); A5
pembuatan pupuk cair organik (3gr Azolla+ 1 L air sumur+ 20 ml
(PCO) dari limbah cair tahu (LCT) PCO P5). Respon pertumbuhan
dan tepung eceng gondok (TEG) biomassa A. microphylla diamati
dengan fermentasi EM4 dan (2) adalah pertambahan berat basah
aplikasi PCO yang dihasilkan dengan waktu 5, 10 dan 15 hari.
terhadap A.mircrophylla. Data N, P dan K serta
Bahan yang digunakan adalah pertumbuhan biomassa Azolla
tepung eceng gondok (TEG), limbah ditabulasikan ke bentuk tabel dan
cair tahu, dedak, gula, H2SO4, dianalisis statistik (uji F) dan dibahas
NaOH, HNO3 dan LaCIO4. secara diksriptif.
Sementara alat yang digunakan
meliputi wadah toples plastik, HASIL DAN PEMBAHASAN
saringan, kertas pH indicator, Kulitas Nitrogen, Fosfor dan
termometer, neraca analitik, labu Kalium PCO
kjeldahl, erlenmayer, mixer dan Dalam limbah cair tahu awal
spektofotometer. terkandung N 10.085 mg/L, P 64.60
mg/L dan K 0.32 mg/L. Setelah dengan nilai peningkatannya tidak
proses fermentasi selama 12 hari terlalu tinggi. Secara lengkap
terjadi peningkatan kandungan unsur kandungan N, P dan K disajikan
N, P dan K pada beberapa perlakuan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan N total, Fosfor dan Kalium pada PCO


Kandungan Rata-rata
Perlakuan
N P K
a
P1 9.580,78 ± 244.21 92,09 ± 10,99 a 12,43 ± 0,65 a
P2 10.197,08 ± 590.32 a 96,64 ± 3,65 a 12,59 ± 3,16 a
a
P3 10.290,48 ± 381.37 98,41 ± 45,26 a 10,48 ± 2,52 a
P4 9.991,66 ± 360.21 a 91,74 ± 20,00 a 11,83 ± 3,64 a
P5 9.935,63 ± 85.58 a 99,53 ± 27,46 a 12,39 ± 1,75 a
Keterangan: 1. Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05): 2. ± Standar Deviasi
ada tiap perlakuan. Akibatnya proses
Dari Tabel 1 terlihat variasi dekomposisi bahan organik belum
kandungan N, P dan K yang relatif berjalan sempurna selama fermentasi
kecil dalam pupuk cair organik antar 12 hari atau membutuhkan waktu
perlakuan satu dengan lainnya, yang lebih panjang serta pH 4 yang
terutama N dan K. Hal ini belum memdukung proses
menunjukkan sangat kecilnya fermentasi, kecuali suhu sebesar
kontribusi sumber N, P dan K yang 29oC. Menurut Ginting dalam
berasal dari TEG, dedak dan gula Santoso (2010), suhu ideal untuk
pair yang berhasil didekomposisi proses fermentasi berkisar 25-55°C,
oleh berbagai mikroorganisme pada dimaa pada suhu ini mikroorganisme
tiap perlakuan. Kondisi ini jelas dapat bekerja secara optimal
terlihat pada kandungan N dalam merombak bahan organik. Sementara
PCO yang dihasilkan di bawah pH ideal untuk proses fermentasi
kandungan N dalam limbah cair tahu yaitu 5.0-8.0 (Susanto dalam Fitria,
awal, kecuali P dan K. Kandungan N 2008).
P dan K yang tinggi dalam PCO Berdasarkan hasil uji anava
yang dihasilkan selain P dan K (uji F) menunjukkan bahwa tidak ada
dalam limbah cair tahu juga berasal perbedaaan yang nyata dari seluruh
dari P dan K dari dedak, gula serta perlakuan (P1-P5) yang digunakan
TEG. Unsur fosfor dalam dedak selama penelitian ini dan belum
berkisar 11-25 mg/g (Anonim, 2011) memenuhi standar pupuk cair
dan 1 mg dalam gula pasir (Darwin, organik merujuk pada SNI No.
2013). 70/Permentan/SR 140/ 2011.
Secara keseluruhan,
rendahnya kandungan N, P dan K ini Pertumbuhan Biomassa Azolla
diduga masih rendahnya jumlah Pertumbuhan biomassa azolla
mikroorganisme pengurai dalam tiap yang diamati adalah pertambahan
perlakuan baik mikroorganisme berat dengan berat awal tiap
dalam limbah cair maupun dalam perlakuan adalah 3 gram. Setelah
aktivator EM4, belum aktifnya diujikan dengan tiap PCO yang
mikroorganisme dalam EM4 yang dihasilkan terjadi peningkatan berat
berperan untuk menguraikan yang disajikan pada Tabel 2.
berbagai sumber N, P dan K yang
Tabel 2. Pertambahan Bobot A. microhylla Setelah Pemberian POC Selama
Penelitian
Waktu (Hari)
Perlakuan 0 5 10 15
Gram
a
AK(+) 3 7,32 ± 0,00 16,76 ± 0,00a 30,82 ± 0,00a
A1 3 5,10 ± 0,01d 11,85 ± 0,06d 23,23 ± 1,01b
A2 3 6,20 ± 0,02b 13,16 ± 0,10c 26,63 ± 0,30c
A3 3 6,24 ± 0,65b 15,33 ± 0,27b 28,96 ± 0,34d
A4 3 6,13 ± 0,03b 11,73 ± 0,27d 25,18 ± 0,59c
A5 3 5,82 ± 0,07c 11,55 ± 0,44d 23, 47 ± 0,44b
Keterangan: 1. Bilangan yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); 2. ± Standar Deviasi

%), P (0,80 %) dan K (0,40 ) (Lingga


Dari Tabel 2 menunjukkan dalam Hariatik, 2013).
pertambahan berat basah A. Sementara respon positip
microhylla dengan pemberian PCO PCO dari tiap perlakuan terhadap
yang dihasilkan yang mencapai dua pertambahan berat berada di bawah
kali lipat dari 0 hari hingga 15 hari AK(+) dan di atas AK(-) seperti
pengujian. Pertambahan berat azola disajikan pada Gambar 1. Pemberian
tertinggi terdapat pada perlakuan PCO yang dihasilkan terhadap
AK(+) berkisar 7,32-30,82 gram dan pertumbuhan azolla antar perlakuan
terendah pada AK(-) berkisar 3,98- terdapat perbedaan nyata yang
21,54 gram. Hal ini disebabkan oleh ditunjukkan dari bilangan
tingginya kandungan hara makro (N, (pertambahan berat azolla) yang
P dan K) serta nutrien mikro lainnya diikuti huruf yang berbeda
yang terkandung dalam kompos menunjukkan perbedaan nyata antar
kotoran ayam. Menurut Musnawar perlakuan dengan tingkat
dalam Tufaila. et al. (2014) kotoran kepercayaan 95%. Hal ini juga
ayam mengandung unsur hara menunjukkan kandungan N, P dan K
lengkap yang dibutuhkan oleh yang masih rendah di bawah standar
tanaman untuk pertumbuhannya pupuk cair organik telah cukup untuk
seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan memenuhi hara yag dibutuhkan untu
kalium (K), kalsium (Ca), pertumbuhan azolla.
magnesium (Mg) dan sulfur (S).
Kandungan hara pada pupuk kompos .
kotoran ayam memliki unsur N (1,00
35
30 P1

Bera t Azolla microphylla


25 P2
20 P3

(gram)
15 P4
10 P5
5 P0 (+)
0 P0 (-)
0 5 10 15
Hari ke

Gambar 7. Rata-rata Laju Pertambahan Bobot Azolla microphylla


komponen bahan lainnya sehingga
Dari Gambar 1 menunjukkan terpenuhi standar kualitas PCO.
bahwa dari PCO yang dihasilkan DAFTAR PUSATAKA
memberikan pertambahan berat
tertingg terdapat pada P3 Hariatik. 2013. Perbandingan Unsur
dibandingkan P1, P2, P4 dan P5. Hal NPK pada Pupuk Organik
ini disebabkan oleh tingginya Kotoran Sapi dan Kotoran
kandungan N, P dan K pada P3. Ayam dengan Pembiakan
Menurut Fitria (2008), unsur hara Mikro Organisme Lokal
yang terdapat pada pupuk organik (MOL). Program Studi Pend.
cair akan diserap oleh tanaman. Pada Sains, Program Pasca
keadaan ini tanaman tumbuh dengan Sarjana, Universitas Sebelas
baik karena kebutuhan hidupnya Maret. Surakarta.
dapat terpenuhi dan proses-proses
metabolismenya berjalan dengan Tufaila, M., D. Laksana dan S.
lancar. Alam. 2014. Aplikasi
Kompos Kotoran Ayam
Untuk Meningkatkan Hasil
KESIMPULAN DAN SARAN Tanaman Mentimun
KESIMPULAN (Cucumis sativus L.) Di
Kandungan N, P dan K dalam Tanah Masam. Jurnal
PCO yang dihasilkan dari limbah Agroteknologi Fakultas
cair tahu yang ditambahkan tepung Pertanian Universitas Halu
eceng gondok, dedak dan gula pasir Oleo. Kendari. Vol. 4(2):119-
tidak berbeda nyata dan belum 1126.
memenuhi standar PCO, tetapi
memberikan pengaruh nyata Makiyah, M. 2013. Analisis Kadar
terhadap pertumbuhan azolla. N, P Dan K Pada Pupuk Cair
Limbah Tahu Dengan
Saran Penambahan Tanaman
Disarankan untuk diujikan Matahari Meksiko (Thitonia
pada kelompok fitoplankton dan Diversivolia). Skripsi FMIPA
tumbuhan air lainnya, pengganti gula UNES, Semarang. 77 hal
pasir dengan gula aren ata molases (tidak diterbitkan)
serta dicari atau ditambahkan
Fitria, Y. 2008. Pembuatan Pupuk Cair Tahu secara Anaerob
Organik Cair dari Limbah menggunakan Sistem Batch.
Cair Industri Perikanan Jurusan Teknik Lingkungan,
menggunakan Asam Asetat Institut Teknologi Nasional
dan EM4 (Efective Bandung. Bandung. Jurnal
Microorganisme 4). Program Teknik Lingkungan Itenas
Stud1 Teknologi Hasil Vol 2(1).
Perikanan. Institut Pertanian
Bogor. Skripsi .72 Hal Resmawati, M, B. Christiana, R, F.
Saraswati, F. Wulaningrum,
Sutrisno.A, E. Ratnasari dan H. W. Rohdiana, I. 2010.
Fitrihidajati. 2015. Pengaruh penambahan pupuk
Fermentasi Limbah Cair eceng gondok (Eichonia
Tahu Menggunakan EM4 crassipes) Dengan Dosis
Sebagai Alternatif Nutrisi Berbeda Pada Kultur
Hidroponik dan Aplikasinya Nannochloropsis Oculata.
pada Sawi Hijau (Brassica Universitas Airlangga.
juncea var. Tosakan). Jurusan Surabaya.
Biologi, FMIPA Universitas
Surabaya. Jurnal Lentera Bio.
Vol.4(1):56-63.
Anggraini, M. Sutisna, Y. Pratama.
2014. Pengolahan Limbah

Вам также может понравиться