Вы находитесь на странице: 1из 12

POPULASI PARACOCCUS MARGINATUS WILLIAMS & GRANARA DE WILLINK

PADA TANAMAN PEPAYA VARIETAS THAILAND DAN VARIETAS LOKAL DI


KECAMATAN DIMEMBE KABUPATEN MINAHASA UTARA
ANNA MONICA MANGARE1
Dr. Ir. Juliet M. Eva Mamahit, MSi., Dr. Ir. Ventje V. Memah, MP.2
1
Mahasiswa Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UNSRAT
2
Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UNSRAT
ABSTRACT
Papaya is a plant widely cultivated in Indonesia. One part of the plant that is often
consumed by people is the fruit. In Indonesia recently emerging new pest of papaya plants,
the papaya mealybug Paracoccus marginatus. This study aims to determine the population
P. marginatus in thailand papaya fruit varieties and local varieties. The experiment was
conducted in three villages in the district Dimembe North Minahasa regency. Implementation
of the study lasted for six months, namely from March to September 2016. This study used a
survey method in three locations that have been defined for the sampling, namely Matungkas
village, Laikit and Dimembe. Each village selected three planting locations Thailand and
local papaya varieties. Paerts of plants observed is the fruit. The results showed that the
highest population of mealybug P. marginatus found in papaya varieties Matungkas Thailand
village, 49,66 grains egg, nymph 557,00 individual, 8,66 imago male individual and female
imago 138,33 individual. Furthermore, the population in the village Laikit, namely 36,33
grains egg, nymph 635,33 individual, 1,00 imago male individual and female imago 40,66
individual. The next lowest is in the mralybug population Dimembe with an average of
148,66 grains egg, nymph 412,00 individual, the individual 4,66 imago male and female
imago 58,66 individually, while the local varieties found in the highest population Laikit
village with an average of 318,66 nymph individual, and female imago 20,33 individual. The
village Matungkas second highest with an average of 55,00 grains egg, nymph 214,00
individual, 1,00 imago male individual and female imago 40,66 individual. Furthermore
Dimembe village which is the lowest population, seen from an egg stadia grains 36,00,
214,33 nymph individual, and female imago 38,33 stadia individual.
Keyword : Population, Papaya, Paracoccus marginatus.

ABSTRAK
Pepaya merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Salah satu
bagian tanaman yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah buah. Di Indonesia akhir-
akhir ini muncul hama baru tanaman pepaya, yaitu kutu putih pepaya Paracoccus
marginatus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi P. marginatus pada buah
pepaya varietas thailand dan varietas lokal. Penelitian dilaksanakan ditiga desa di Kecamatan
Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama tiga bulan,
yaitu bulan Maret sampai Mei 2016. Penelitian ini menggunakan metode survei ditiga lokasi
yang sudah ditetapkan untuk pengambilan sampel yaitu desa Matungkas, Laikit dan
Dimembe. Setiap desa dipilih tiga lokasi pertanaman pepaya masing-masing varietas thailand
dan lokal. Bagian tanaman yang diamati adalah buah. Hasil penelitian menunjukan bahwa
populasi tertinggi P. marginatus ditemukan pada pepaya varietas thailand di desa Matungkas,
pada telur 49,66 butir, nimfa 557,00 individu, imago jantan 8,66 individu dan imago betina
138,33 individu. Populasi di desa Laikit, yaitu telur 36,33 butir, nimfa 635,33 individu, imago
jantan 1,00 individu, dan imago betina 40,66 individu. Selanjutnya populasi kutu putih
terendah yaitu di desa Dimembe dengan rata-rata jumlah untuk stadia telur 148,66 butir,
stadia nimfa 412,00 individu, stadia imago jantan 4,66 individu dan stadia imago betina 58,66
individu. Sedangkan pada varietas lokal populasi tertinggi ditemukan di desa Laikit dengan
rata-rata nimfa 318,66 individu dan stadia imago betina 20,33 individu. Desa kedua tertinggi
yaitu Matungkas dengan rata-rata telur 55,00 butir, nimfa 214,00 individu, imago jantan 1,00
individu dan imago betina 40,66 individu. Selanjutnya desa Dimembe yang merupakan
populasi terendah, dilihat dari telur 36,00 butir, nimfa 214,33 individu, dan stadia imago
betina 38,33 individu.
Kata kunci : Populasi, Pepaya, Paracoccus marginatus.
I. PENDAHULUAN 2014 berjumlah 53.506 ha dengan total
produksi 4.290.287 ton. (Direktorat
1.1. Latar Belakang
Jendral Hortikultura, 2015). Produktivitas
Pepaya (Carica papaya L.) pepaya di Indonesia jauh lebih tinggi
merupakan tanaman buah berupa herba dibandingkan dari produksi negara
yang berasal dari Amerika Tengah dan tetangga, tetapi sebagian besar produksi itu
Hindia Barat, bahkan kawasan sekitar diserap oleh pasar domestik (Ahsari,
Meksiko dan Costa Rica. Tanaman pepaya 2004).
termasuk tanaman yang mudah tumbuh Kecamatan Dimemebe merupakan
dimana saja, buktinya tanaman pepaya kecamatan yang terletak di Minahasa
dibudidayakan serta dikembangkan secara Utara dengan luas wilayah mencapai
luas di daerah tropis (Sujiprihati dan 158,12 km2, terdiri dari 11 desa dengan 82
Suketi, 2009). jaga dan 162 blok (Badan Pusat Statistik,
Buah pepaya tergolong populer 2014). Hasil produksi buah pepaya di
yang dikenal dan digemari seluruh Kecamatan Dimembe memiliki produksi
masyarakat dengan daging buah yang tertinggi dibandingkan dengan produksi di
memiliki rasa manis, enak dan kecamatan lainnya. Hasil produksi buah
menyegarkan, serta dapat melegakan pepaya di kecamatan Dimembe memiliki
dahaga dan memiliki nilai gizi cukup produksi tertinggi pada lima tahun
tinggi karena banyak mengandung pro berturut-turut dari tahun 2010-2014 yaitu
vitamin A, vitamin C dan mineral kalsium sebesar 2400 ton atau 37,23% pada tahun
(Warisno, 2003). 2010 dan pada tahun 2014 produksi buah
Pada lima tahun terakhir (2010- pepaya yaitu sebesar 1354 ton atau 21,00
2014) luas panen dan produksi buah % (Tabel 1).
pepaya di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup pesat yaitu
masing-masing 21,87 % dan 22,33 %.
Dengan total luas panen dari tahun 2010-
Tabel. 1. Produksi Buah Pepaya per Kecamatan di Kabupaten Minahasa
Utara Tahun 2011-2014
Produksi Buah Pepaya per Tahun (Ton)
No Kecamatan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Kema 400 175 191 92 47
2 Kauditan 250 105 100 88 80
3 Airmadidi 1400 875 504 185 373
4 Kalawat 450 152 113 58 2
5 Dimembe 2400 1063 894 735 1354
6 Talawaan 710 107 378 8 7
7 Likupang Selatan 28 10 0 0 0
8 Likupang Timur 21 29 8 6 3
9 Likupang Barat 4 13 29 10 11
10 Wori 100 44 8 21 7
Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)

Salah satu kendala dalam berupa penurunan produksi dan kualitas


penanaman pepaya di daerah tropis adalah buah pepaya (Sobir, 2009).
tingginya serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian Mamahit dan
Akhir-akhir ini terdapat hama baru yang Sembel (2011) bahwa hama kutu putih P.
menyerang tanaman pepaya, yaitu kutu marginatus telah menyebar luas di
putih pepaya Paracoccus marginatus. Sulawesi Utara yaitu: di Kotamadya
Serangan hama ini sangat berpengaruh Bitung, Kota Manado, Kabupaten
terhadap produksi dan kualitas buah Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa
(Sujiprihati dan Suketi, 2009). Tenggara, Kabupaten Minahasa Selatan
Kutu putih P. marginatus dan Kotamadya Tomohon.
merupakan salah satu spesies hama
1.2. Tujuan Penelitian
penting pada berbagai jenis tanaman buah-
buahan, sayuran dan tanaman hias. Kutu Penelitian ini bertujuan untuk
putih ini merupakan hama pendatang baru mengetahui populasi kutu putih P.
yaitu dilaporkan pada tahun tahun 2008. marginatus untuk setiap stadia pada buah
Di Indonesia P. marginatus banyak pepaya varietas thailand dan varietas lokal
menimbulkan kerusakan berat pada di Desa Matungkas, Laikit dan Dimembe.
tanaman pepaya dan sangat aktif pada 1.3. Manfaat Penelitian
cuaca panas dan kering. Kutu putih P.
Manfaat hasil penelitian ini
marginatus menyerang pada berbagai fase
diharapkan dapat memberikan informasi
hidup pepaya, dari bibit, fase fegetative
mengenai populasi kutu putih P.
hingga fase generative. Mulai dari fase
marginatus pada buah pepaya varietas
bibit hama ini bisa menyebabkan tanaman
thailand dan lokal di desa Matungkas,
mati. Pada fase pertumbuhan ketika
Laikit dan Dimembe serta sebagai upaya
tanaman belum menghasilkan, serangan
pengendalian hama tersebut.
kutu putih mengakibatkan pepaya tidak
berbuah. Jika pepaya terserang saat sedang
berbuah, kerugian yang ditimbulkan
III. METODOLOGI PENELITIAN pengambilan sampel tersebut dilakukan
setiap dua minggu sekali. Sampel diambil
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
pada perkebunan tanaman pepaya di Desa
Penelitian dilaksanakan selama 6
Matungkas, Desa Laikit dan Desa
bulan sejak bulan Maret sampai bulan
Dimembe. Setiap desa diambil tiga sampel
September 2016 di Kecamatan Dimembe
buah pepaya masing-masing pada varietas
(Desa Matungkas, Desa Laikit dan Desa
Thailand dan varietas Lokal yang terserang
Dimembe) Kabupaten Minahasa Utara dan
hama kutu putih P. marginatus. Total
Laboratorium Entomologi Jurusan Hama
keseluruhan sampel buah yang diamati
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
selama tiga kali pengamatan di tiga desa
Pertanian Universitas Sam Ratulangi
untuk dua varietas adalah 54 buah.
Manado.
3.4.2. Pengambilan Sampel
3.2. Alat dan Bahan
a. Lapangan
Alat yang digunakan dalam
Untuk menghitung populasi di
penelitian ini yaitu : Kuas, label, alat tulis
setiap desa di ambil 3 sampel tanaman
menulis, mikroskop, kantung plastik, hand
pepaya yang terserang hama kutu putih P.
counter, kamer digital, cawan petri, cutter,
marginatus yang dilakukan secara sengaja
tangga dan meter. Bahan yang digunakan
(purposive sampling). Tanaman pepaya
dalam penelitian ini adalah buah pepaya
yang telah ditentukan kemudian diberi
yang terserang hama kutu putih P.
label pada batang pepaya (Gambar 3a).
marginatus.
Sampel buah yang ditemukan pada setiap
3.3. Metode Penelitian
tanaman diukur menggunakan meter untuk
Metode yang digunakan dalam
dibagi menjadi tiga bagian. Sebelum
penelitian ini yaitu metode survey pada
dipetik dan dipotong menjadi tiga bagian,
sentra produksi tanaman pepaya di tiga
imago jantan dan betina langsung dihitung
desa yaitu : Matungkas, Laikit dan
pada lokasi pengambilan sampel. Setelah
Dimembe. Pengambilan sempel diambil
perhitungan imago selesai, sampel buah
pada fase generative tanaman.
dipotong dan dimasukan kedalam plastik
3.4. Prosedur Penelitian
(Gambar 3b) kemudian dibawah ke
3.4.1. Survei Lokasi
laboratorium untuk melakukan
Survei dilakukan dengan tujuan
perhitungan telur dan nimfa. Pengambilan
untuk memastikan dan menetapkan lokasi
sampel dilakukan tiga kali pengamatan,
pertanaman pepaya yang terserang hama
dan setiap pengamatan dilakukan dengan
kutu putih P. marginatus untuk
interval waktu dua minggu.
pengambilan sampel. Kegiatan

a b
Gambar 3. Pemberian label pada batang pepaya (a) dan
sampel buah pepaya dalam plastik (b)
b. Laboratorium kutu putih P. marginatus dipindahkan ke
Buah yang telah diambil dari dalam cawan petri (Gambar 4b) dengan
lapangan dibawa ke laboratorium (Gambar menggunakan kuas halus dan perhitungan
4a). Perhitungan selanjutnya dilakukan populasi dibantu dengan alat handcounter.
dengan menggunakan mikroskop. Hama

a
Atas Tengah Bawah b
Gambar 4. Buah yang terserang P. marginatus dibagi 3 bagian atas, tengah dan bawah (a)
Hama P. marginatus yang diletakkan pada cawan petri diamati dengan mikroskop (b)

3.5. Hal-hal yang diamati terlihat ada bintik-bintik putih akibat


tertutupi oleh koloni dari hama ini
Hal-hal yang diamati dalam
(Gambar 5a). Selain pada bagian buah,
penelitian ini yaitu: gejala serangan kutu
bagian tanaman lain yang serangannya
putih P.marginatus, populasi kutu putih P.
tinggi yaitu pada bagian daun. Gejala
marginatus yang berdasarkan 3 bagian
serangan hama P. marginatus pada bagian
atau struktur buah yaitu : atas, tengah dan
daun yaitu daun menjadi kuning (Gambar
bawah buah dan populasi kutu putih
5b). Varietas pepaya yang paling tinggi
berdasarkan tiga stadia (telur, nimfa dan
terserang hama P. marginatus adalah
imago).
varietas Thailand dibandingkan varietas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN lokal. Diduga karena jumlah tanaman
4.1 Gejala Serangan Kutu Putih varietas lokal kurang dibudidayakan petani
Pepaya P. marginatus di Lapangan di tiga desa tersebut sehingga serangan
kutu putih P. marginatus rendah.
Gejala serangan kutu putih P.
marginatus pada buah menyebabkan buah

Gambar 5. Serangan P. marginatus pada buah (a) dan pada daun (b)
4.2 Populasi Kutu Putih P. marginatus tertinggi ditemukan pada desa Matungkas
Pada Buah Pepaya Varietas dengan rata-rata 138,33 individu diikuti
Thailand desa Dimembe yaitu 58,66 individu dan
terakhir desa Laikit yaitu 40,66. Dari hasil
Hasil Penelitian terhadap populasi penelitian pada tiga desa ini, jumlah
P. marginatus yang ditemukan pada populasi tertinggi pada bagian buah untuk
pertanaman pepaya varietas Thailand di semua stadia ditemukan pada bagian
desa Matungkas, Laikit dan Dimembe tengah buah, dengan rata-rata 256,58
menunjukan jumlah bervariasi pada setiap individu (Tabel 2). Buah pepaya varietas
stadia, populasi tertinggi P. marginatus Thailand dapat dilihat pada Gambar 6.
mulai dari telur di temukan pada desa Menurut Anes, Tulung dan Mamahit
Dimembe dengan rata-rata 148,66 butir (2012) Serangan kutu putih pepaya P.
dibandingkan desa Matungkas yaitu 49,66 marginatus pada lokasi pertanaman
butir dan desa Laikit yaitu 36,33 butir. pepaya bervariasi mulai dari serangan
Populasi nimfa tertinggi berada ringan, sedang dan berat.
pada desa Laikit dengan rata-rata 635,33
individu, diikuti oleh desa Matungkas
yaitu 557,00 individu dan desa Dimembe
412,00. Pada stadia imago dibagi dua yaitu
imago jantan dan imago betina. Untuk
imago jantan rata-rata populasi tertinggi
ditemukan pada desa Matungkas yaitu
8,66 individu, dibandingkan desa
Dimembe 4,66 individu dan desa Laikit
Gambar 6. Pepaya varietas Thailand
1,00 individu. Dan imago betina populasi

Tabel 2.Rata-rata Populasi Kutu Putih P. marginatus pada Buah Pepaya Varietas Thailand Di
Kecamatan Dimembe
Hasil pengambilan sampel buah 4.3. Populasi Kutu Putih P. marginatus
pepaya varietas Thailand sejak Pada Buah Pepaya Varietas Lokal
pengamatan I sampai pengamatan III, Hasil penelitian terhadap populasi
jumlah populasi P. marginatus jelas P. marginatus pada pertanaman pepaya
berbeda pada tiga lokasi pengamatan dari varietas lokal dilihat pada semua bagian
setiap bagian buah mulai dari stadia telur, buah, rata-rata populasi menunjukan
nimfa, imago, jantan maupun imago perbedaan pada setiap stadianya. Populasi
betina. Pengambilan sampel pertama di tertinggi pada stadia telur ditemukan pada
desa Matungkas dengan populasi tertinggi desa Matungkas dengan rata-rata 55,00
ditemukan pada pengamatan II dengan butir dibandingkan dengan desa Laikit
rata-rata 38,08 individu (Lampiran 2) yang tidak ada sama sekali (0,00 butir) dan
dibandingkan dengan pengamatan I yaitu
desa Dimembe 36,00 butir. Untuk nimfa
32,66 individu (Lampiran 1) dan populasi meningkat dengan rata-rata
pengamatan III yaitu 11,19 individu 318,66 individu pada desa Laikit yang
(Lampiran 3). Dilihat dari lokasi kedua merupakan populasi tertinggi diikuti desa
yaitu desa Laikit populasi tertinggi Dimembe 214,33 individu dan desa
ditemukan pada pengamatan II dengan Matungkas 214,00 individu. Selanjutnya
rata-rata 37,63 individu (Lampiran 5), imago jantan, yang populasinya hanya
diikuti dengan pengamatan III yaitu 11,10 ditemukan pada desa Matungkas yaitu
individu (Lampiran 6) dan pengamatan I 1,00 individu. Dan untuk imago betina
10,74 individu (Lampiran 4). Pada lokasi populasi tetinggi yaitu desa Matungkas
terakhir yaitu desa Dimembe populasi dengan rata-rata 40,66 individu, kemudian
tertinggi pada pengamatan II dengan rata- posisi tertinggi kedua pada desa dimembe
rata 27,30 individu (Lampiran 8), dengan rata-rata 38,33 individu dan posisi
dibandingkan pengamatan I yaitu 22,60 terakhir desa Laikit yaitu 20,33 individu
individu (Lampiran 7), dan pengamatan (Tabel 3). Polulasi P. marginatus pada
III yaitu 14,85 individu (Lampiran 9). varietas ini sangat rendah akibat tanaman
Hasil yang diperoleh dari setiap pepaya varietas lokal atau biasa disebut
pengamatan dapat dilihat bahwa pepaya burung oleh masyarakat setempat
pengamatan II merupakan populasi jarang dibudidayakan petani karena
tertinggi dibandingkan dengan pengamatan kualitas buahnya yang kurang diminati
I dan pengamatan II. Penurunan ini konsumen. Buah pepaya varietas Lokal
disebabkan karena turunnya hujan dapat dilihat pada Gambar 7.
beberapa hari sebelum pengambilan
sampel. Menurut Mavi dan Tupper (2004),
kejadian curah hujan dalam suatu areal
yang dihuni serangga mengakibatkan
pengaruh langsung, Curah hujan yang
tinggi dapat mengakibatkan kematian
langsung pada serangga. Berbeda dengan
hasil penelitian Marthin (2010), populasi
tertinggi P. marginatus dengan rata-rata
mencapai 2551,15 individu.
Gambar 7. Pepaya Varietas Lokal
Tabel 3.Rata-rata Populasi Kutu Putih P. marginatus pada Buah Pepaya Varietas Lokal Di
Kecamatan Dimembe

Populasi P. marginatus pada (Lampiran 17), diikuti pengamatan III


varietas lokal tidak berbeda jauh untuk dengan rata-rata populasi 8,47 individu
setiap pengamatannya. Hasil pengamatan (Lampiran 18), serta pengamatan I 4,83
yang dilakukan pada tiga desa di individu (Lampiran 16). Dari ketiga desa
Kecamatan Dimembe yang diamati dari dapat dilihat bahwa populasi tertinggi P.
setiap bagian buah dan perhitungannya marginatus terdapat pada pengamatan II
pada setiap stadia. Desa Matungkas yang dan populasi terendah pada pengamatan I.
merupakan lokasi pertama dengan Sama halnya dengan penyebab rendahnya
populasi tertinggi adalah pengamatan II populasi pada varietas Thailand akibat
dengan rata-rata populasi 12,02 individu turunnya hujan beberapa hari sebelum
(Lampiran 11) dibandingkan dengan pengambilan sampel.
pengamatan III yaitu 7,66 individu Pada Tabel 2 dan 3 dapat dilihat
(Lampiran 12) dan pengamatan I yaitu bahwa populasi P. marginatus ditiga desa
6,47 individu (Lampiran 10).Dilanjutkan bervariasi pada setiap bagian buah.
dengan lokasi kedua desa Laikit yang Populasi tertinggi varietas Thailand
populasi tertingginya ditemukan pada ditemukan pada bagian tengah buah
pengamatan II dengan rata-rata 15,80 dengan rata-rata 256,58 individu,
individu (Lampiran 14), kemudian dibandingkan bagian atas 150,83 individu
pengamatan III 7,63 individu (Lampiran dan bagian bawah buah 115,33 individu.
15), serta populasi terendah yaitu Berbeda dengan varietas lokal yang
pengamatan I dengan rata-rata 4,80 populasi tertinggi mulai dari bagian bawah
individu (Lampiran 13). Dan lokasi buah dengan rata-rata 116,33 individu,
terakhir yaitu desa Dimembe dengan rata- diikuti bagian bagian tengah buah 60,50
rata populasi tertinggi terdapat pada individu dan bagian atas buah 57,75
pengamatan II yaitu 10,74 individu individu.
Populasi tertinggi dilihat dari
semua stadia untuk pepaya varietas
Thailand ditemukan pada desa Matungkas
dengan rata-rata 27,31 individu, desa
Dimembe 21,58 individu dan populasi
terendah pada desa Laikit dengan rata-rata
19,82 individu. Sedangkan pada varietas
Lokak populasi tertinggi ditemukan pada
desa Laikit dengan rata-rata 9,41 individu, Gambar 8. Pertanaman pepaya ditumbuhi
desa Matungkas 8,71 individu dan desa banyak gulma
Dimembe 8,01 individu. Populasi Berdasarkan data dari Tabel 2 dan 3,
bervariasi diduga karena faktor iklim rata-rata populasi tertinggi P. marginatus
(curah hujan), dan kolonisasi (peletakan) dari kedua varietas yaitu pada stadia nimfa
pertama P. marginatus. dibandingkan dengan stadia lainnya.
Tingginya serangan P. marginatus Jumlah populasi tertinggi varietas
pada pertanaman varietas Thailand di Thailand ditemukan pada nimfa dengan
kecamatan Dimembe berhubungan dengan rata-rata 534,77 individu, selanjutnya
banyaknya jumlah tanaman pepaya di imago betina 79,21 individu, telur 78,21
lokasi tersebut. Kemudian hasil survei individu dan paling rendah ditemukan
yang diamati di lapangan, kurangnya pada imago jantan 4,77 individu. Untuk
pengendalian yang dilakukan oleh petani populai varietas Lokal, jumlah populasi
sehingga disekitar tanaman terdapat tertinggi ditemukan pada nimfa dengan
tumbuhan gulma (Gambar 8). rata-rata 248,99 individu, kemudian
dilanjutkan imago betina 33,10 individu,
telur 30,33 individu dan populasi terendah
ditemukan pada imago jantan dengan rata-
rata 0,33 individu (Gambar 9).

Gambar 9. Populasi Kutu Putih P. marginatus pada Pertanaman Pepaya


Varietas Thailand dan Varietas Lokal.
Dari hasil pengamatan diatas, varietas gulma. Peran penting gulma dalam
Thailand merupakan varietas pepaya yang agroekosistem yaitu sebagai pencegah
paling tinggi terserang hama P. erosi tanah, penyubur tanah dan inang
marginatus dibandingkan varietas Lokal. pengganti bagi predator atau parasitoid.
Hal ini diduga karena kurangnya petani
V. KESIMPULAN DAN SARAN
membudidayakan pepaya varietas lokal
serta pepaya varietas lokal kurang diminati 5.1. Kesimpulan
konsumen dan memiliki ukuran buah Populasi kutu putih pepaya P.
kecil-sedang, kulit buah halus, dan tekstur marginatus tertinggi ditemukan pada
buah lembut sehingga sulit untuk hama ini varietas thailand di desa Matungkas yaitu
menempel pada varietas buah ini. 27,31 individu, desa Dimembe 21,58
Sedangkan buah varietas Thailand individu dan desa Laikit 19,82 individu.
memiliki karakteristik antara lain buah Sedangkan pada varietas lokal rata-rata
berbentuk panjang besar dan lancip pada populasi P. marginatus di desa Laikit 9,41
bagian ujung, permukaan buahnya tidak individu, desa Matungkas 8,71 individu
rata dan kulit luarnya relatif tipis sehingga dan desa Dimembe yaitu 8,01 individu.
memudahkan hama ini menempel pada Dilihat dari stadianya populasi kutu putih
buah. P. marginatus tertinggi di temukan pada
Musuh alami merupakan salah satu stadia nimfa dengan rata-rata populasi
faktor rendahnya jumlah populasi kutu 534,77 individu pada varietas thailand dan
putih P. marginatus. Beberapa jenis 248,99 individu pada varietas lokal.
predator yang ditemukan pada saat
pengamatan di lokasi pertanaman pepaya 5.2. Saran
ditiga lokasi pada varietas Thailand yaitu Perlu diadakan penelitian lebih
semut hitam Dolichoderus thoracicus lanjut untuk mengetahui populasi
(Ordo: Hymenoptera), cocopet (Ordo: P. marginatus pada pertanaman pepaya
Dermaptera) dan laba-laba, sedangkan dengan mempertimbangkan aspek varietas
pada pertanaman pepaya varietas Lokal pepaya lainnya serta mempertimbangkan
hanya ditemukan laba-laba. faktor iklim seperti suhu dan curah hujan.
Teknik pengendalian yang
dilakukan oleh petani turut mempengaruhi
DAFTAR PUSTAKA
keberadaan musuh alami yang ada. Ada Anes, Suharto Nasution and Tulung, Max
beberapa petani yang menggunakan and Mamahit, Juliet M. Eva
herbisida untuk memberantas gulma yang (2012). Penyebab dan Tingkat
mengganggu lokasi pertanaman pepaya. Serangan Ktu Putih Pepaya di
Menurut Cobb (1992) dalam Bakoh Sulawesi Utara. Eugenia, 18 (1).
(2013), salah satu penyusun ISSN 0854-0276
keanekaragaman hayati dilahan Anonimus, 2002. Binomial_Autority
perkebunan adalah adanya musuh alami. Williams & Granara de Willink,
Salah satu pembentuk ekosistem pada 1992.
areal perkebunan yang tidak dapat wpedia.goo.ne.jp/enwiki/Paracocc
dipisahkan dengan keberadaan suatu us_marginatus. Diakses pada
organisme baik yang menuntungkan tanggal 5 April 2011.
ataupun yang tidak menguntungkan adalah
Anwar H., dan B. Priayudi. 2010. Mavi HS, Tupper GJ, 2004.
Pengenalan dan Pengendalian Agrometeorology. USA :
OPT Utama Tanaman Pepaya. Haworth Press.
Jateng.litbang.deptan.go.id/ind/im Miller D.R., and G.L. Miller. 2002.
ages/…/pepaya1.pdf. Diakses Redescripstion of Paracoccus
pada tanggal 14 Mei 2013. marginatus Williams and Granara
Ashari, S. 2014. Biologi Reproduksi de Willink (Hemiptera:
Tanaman Buah-buahan Pseudococcidae) Including
Komersial. Malang: Penerbit: Description of the Immature
Banyu Media Publishing. Stage and Adult Male. Proc.
Bakoh, B. 2013. Peran Gulma Sebagai Entomol. Soc. Was. 104:1-23.
Inang Pengganti Musuh Alami. Muhlisah, F. 2007. Tanaman Obat
http://ditjenbun.prtanian.go.id/bbp Keluarga (Toga). Penebar
ptpambon/berita-253-peranan- Swadaya. Jakarta.
gulma-sebagai-inang-pengganti- Muniappan R., B.M. Shepard, G.W.
musuh-alami.html. Diakses pada Waston, G.R. Carner, D.
tanggal 22 September 2014. Sartiami, A. Rauf, and M.D.
BPS. 2015. Kabupaten Minahasa Utara Hamming. 2008. First report of
(2013-2014) Dalam Angka 2013- the pepaya melybug, Parcoccus
2014. Badan Pusat Statistik. marginatus (Hemiptera:
Minahasa Utara. Pseudococcidae), in Indonesia
Direktorat Jendral Hortikultura. 2015. and India. Journal of Agricultural
Perkembangan PDB Komuditas and Urban Entomology 25:37-40.
Hortikultura Indonesia. Muniappan R., D.E. Meyerdirk, F.M.
http://hortikultura.deptan.go.id. Sengabau, D.D. Berringer, and
Diakses pada tanggal 29 Juli G.V.P. Reddy. 2006. Classical
2016. Biological Control of The Pepaya
Friamsa, N. 2009. Biologi dan Statistik Mealyburg, Paracoccus
Demografi Kutu Putih Pepaya marginatus (Hemiptera:
Paracoccus marginatus Williams Pseudococcidae) in The Republic
& Granara de Willink of Palau. Florida: Entomol.
(Hemiptera: Pseudococcidae) Narendra K. J. B and Shekhar M. A. 2003.
pada Tanaman Pepaya (Carica Out break of A New Invasive
papaya L.). Skripsi. Fakultas Pest, Pepaya Mealybug
Pertanian Institut Pertanian Paracoccus marginatus in south
Bogor. India. A Serious threat to
Mamahit J. M. E dan Sembel D. T., 2011. Sericulture Industry.
Penebaran Hama Kutu Putih http://www.silkwormmori.blogsp
Paracoccus marginatus Williams ot.com. Diakses pada tanggal 27
& Granara de Willink September 2011.
(Hemiptera: Pseudococcidae) Nur Pramayudi dan Hartati Oktarina.
pada Tanaman Pepaya di 2012. Biologi Hama Kutu Putih
Sulawesi Utara. Fakulas Pertanian Pepaya (Paracoccus marginatus)
UNSRAT Manado.
Pada Tanaman Pepaya. Banda Diakses pada tanggal 8 Oktober
Aceh. 2010.
Parencia, 1978. One Hundred Twenty Tanwar R. K., P. Jeyakumar, and S.
Years of Research on Cotton Vennila. 2010. Pepaya mealybug
Insects in The U.S. Dept. and its management strategies .
Agriculture, Washington. New Delhi: National Centre for
Rauf, A. 2008. Hama Kutu Putih integrated pest management.
Paracoccus marginatus. Pusat http://www.icar.org.in/files/Pepay
Penelitian Ilmu Hama Tanaman. a%20Mealybug NCIPM. pdf.
Institute Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 15 Mei
Rukmana, R, 2008. Pepaya , Budidaya, 2013.
dan Pasca Panen. Penerbit Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi
Kanisius. Yogyakarta. Tumbuhan (Spermatophyta).
Sartiami, D., Dadang, R. Anwar, dan I.S. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta:
Harahap. 2009. Persebaran Hama UGM Press.
Baru Paracoccus marginatus di Walker A., M. Hoy, and D. Meyerdirk.
Provinsi Jawa Barat (Abstrak). 2003. Pepaya mealybug,
Bogor: Buku Panduan Seminar Paracoccus marginatus Williams
Perlindungan Tanaman. and Granara de Willink (Insecta:
Sembel, D.T. 2011. Ledakan-ledakan Hemiptera: Pseudococcidae).
Populasi Hama di Indonesia. Gainesville: Institute Food and
Koran Manado Post. Senin, 25 Agricultural Sciences, University
April 2011. Manado. of Florida.
Setiawati, W., R., N. Mutiningsi, Gunaeni http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/IN/
dan T. Rubiati. 2008. Tumbuhan IN57900.pdf. Diakses pada
Bahan Pestisida Nabati dan Cara tanggal 15 Mei 2013.
Pembuatannya untuk Warisno. 2003. Budidaya Pepaya.
Pengendalian Organisme Kanisius. Yogyakarta.
Pengganggu Tanaman (OPT), Williams, D. J., 2004. Mealybugs of
balai Penelitian Tanaman Southeru Asia. Departemen of
Sayuran. Pusat Penelitian dan Entomology The Natural History
Pengembangan Hortikultura Museum Cromwell Road. London
Badan Penelitian dan SW7 SBD UK. South Dane SDM
Pengembangan Pertanian. BHD. Kualalumpur Malasia.
Sobir. 2009. Sukses Bertanam Pepaya
Unggul Kualitas Supermarket.
Jagakarsa. Jakarta Selatan.
Sujiprihati, S., dan S. Ketty. 2009.
Budidaya Pepaya Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Superkunam, 2010. Manfaat Konsumsi
Buah Pepaya, www.google.co.id/.

Вам также может понравиться