Вы находитесь на странице: 1из 6

JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

Hubungan Karakteristik Individu Perawat dengan Insiden


Keselamatan Pasien Tipe Administrasi Klinik di Rumah
Sakit Umum Haji Surabaya
Correlation of Nurse’s Individual Characteristics with Patient Safety Incidents Type of
Clinic Administration in Haji Surabaya General Hospital
Aldiar Lailifah Kurniavip1, Nyoman Anita Damayanti2
1 Perhimpunan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Kota Surabaya
2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya

E-mail: aldiar.lailifah-13@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT

Patient safety incidents type of clinic administration are incidents that occur in the process of patient
identification, handover, agreement, informed consent, queuing, referral, admission, discharge of patients from
inpatient, transfer of care, division of tasks, response of emergency. Based on patient safety incidents reports of
RSU Haji, there were 12 patient safety incidents type of clinic administration (standard 0% or zero accident)
during January 2014-June 2016 in inpatient unit. This research aimed to analyze the correlation between nurse’s
individual characteristics with patient safety incidents type of clinic administration. This research was an
observational descriptive study with cross sectional design. Questionnaires were distributed to 48 nurses that
divided into 6 inpatient units. The results of this research showed that the lower the nurse's knowledge about
patient safety and patient safety incidents type of clinic administration, the higher the nurse’s work fatigue, the
lower the nurse’s motivation toward to the application of patient safety program, the higher the tendency of patient
safety incidents type of clinic administration occured in inpatient unit of RSU Haji Surabaya. The conclusion of this
research are knowledge, work fatigue, motivation of nurse have a correlation with patient safety incidents type of
clinic administration in inpatient unit of RSU Haji Surabaya.

Keywords: patient safety incidents, clinic administration, nurse, hospital

ABSTRAK

Insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik adalah suatu insiden yang terjadi pada proses
identifikasi pasien, serah terima, perjanjian, informed consent, antrian, rujukan, admisi, pasien pulang dari rawat
inap, pindah perawatan, pembagian tugas, respons terhadap kegawatdaruratan. Berdasarkan laporan insiden
keselamatan pasien RSU Haji Surabaya, terdapat 12 insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik (standar
0% atau zero accident) selama Januari 2014-Juni 2016 di Instalasi Rawat Inap. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara karakteristik individu perawat dengan insiden keselamatan pasien tipe
administrasi klinik. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif obervasional dengan desain cross sectional.
Kuesioner disebarkan kepada 48 perawat yang terbagi dalam 6 ruangan rawat inap. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin rendah pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien dan insiden
keselamatan pasien tipe administrasi klinik, semakin tinggi kelelahan kerja perawat, semakin rendah motivasi
perawat terhadap penerapan program keselamatan pasien, maka semakin tinggi kecenderungan terjadinya
insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik di ruangan rawat inap RSU Haji Surabaya. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pengetahuan, kelelahan kerja, motivasi perawat memiliki hubungan dengan insiden
keselamatan pasien tipe administrasi klinik di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya.

Kata Kunci: insiden keselamatan pasien, administrasi klinik, perawat, rumah sakit

PENDAHULUAN Berdasarkan Laporan Insiden Keselamatan


Pasien RSU Haji Surabaya, diketahui bahwa telah
Pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah terjadi beberapa insiden keselamatan pasien
pelayanan yang bersifat kompleks karena selama bulan Januari tahun 2014 hingga Juni tahun
melibatkan berbagai profesi kesehatan dalam 2016 (Rumah Sakit Umum Haji Surabaya, 2016).
memberikan pelayanan kepada pasien. Selain itu, Hal ini menunjukkan bahwa penerapan program
rumah sakit juga sarat dengan teknologi, standar keselamatan pasien masih menjadi masalah
prosedur, risiko, dan lain sebagainya. Hal ini apabila penting bagi RSU Haji Surabaya. Apabila dianalisis
tidak disertai dengan kerjasama multi sistem maka berdasarkan tipe insidennya, maka dapat diketahui
akan mudah menimbulkan terjadinya kesalahan bahwa selama periode lima semester yaitu mulai
yang dapat membahayakan keselamatan pasien bulan Januari tahun 2014 hingga Juni tahun 2016,
(Cahyono, 2008). sebagian besar tipe insiden keselamatan pasien
yang memiliki jumlah tertinggi setiap semesternya

Hubungan Karakteristik Individu... 117 Kurniavip; Damayanti


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

adalah insiden keselamatan pasien tipe administrasi


klinik, yakni sebanyak 22 insiden pada semester 1 Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
tahun 2014, sebanyak 7 insiden pada semester 2 dengan pendekatan observasional karena peneliti
tahun 2015, dan 9 insiden pada semester 1 tahun melakukan pengumpulan data tanpa memberikan
2016 sebanyak. perlakuan atau intervensi kepada subyek yang
Kejadian insiden keselamatan pasien tipe diteliti. Desain penelitian ini adalah cross sectional,
administrasi klinik di RSU Haji Surabaya paling sebab peneliti mengumpulkan data dalam jangka
banyak terjadi di Instalasi Rawat Inap, yakni waktu tertentu untuk menggambarkan keadaan
sebanyak 12 insiden. Setiap tenaga kesehatan pada waktu tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di
dapat berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya. Waktu
dalam proses administrasi klinik. Namun pengambilan data primer dan sekunder pada
berdasarkan kronologi kejadian, sebagian besar penelitian ini adalah 3 Mei hingga 2 Juni 2017.
insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
yang terjadi di Instalasi Rawat Inap RSU Haji hubungan faktor karakteristik individu perawat
Surabaya dilakukan oleh perawat (Rumah Sakit dengan insiden keselamatan pasien tipe
Umum Haji Surabaya, 2016). Hal ini tidak sesuai administrasi klinik.
dengan Kepmenkes RI Nomor Unit analisis dalam penelitian ini adalah 6
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan ruangan rawat inap di Instalasi Rawat Inap RSU
Minimal Rumah Sakit yang menyatakan bahwa Haji Surabaya, oleh karena itu hasil penelitian ini
angka insiden keselamatan di rumah sakit akan dianalisis dan disimpulkan berdasarkan
seharusnya sebesar 0% atau dapat dikatakan zero masing-masing ruangan rawat inap. Responden
accident (Kementerian Kesehatan Republik penelitian adalah perawat yang bertugas di 6
Indonesia, 2008). ruangan rawat inap di Instalasi Rawat Inap RSU
Insiden keselamatan pasien adalah setiap Haji Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan
kejadian yang mengakibatkan atau berpotensi menggunakan probability sampling dengan teknik
mengakibatkan cedera pada pasien (Kementerian simple random sampling. Berdasarkan perhitungan
Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Insiden menggunakan rumus besar sampel minimum pada
keselamatan pasien tipe administrasi klinik adalah satu populasi, dapat diketahui bahwa dari jumlah
insiden yang terjadi pada proses identifikasi pasien, populasi sebanyak 94 perawat, didapatkan jumlah
serah terima, perjanjian, informed consent, daftar sampel minimum sebanyak 48 perawat. Setelah itu,
tunggu atau antrian, rujukan, admisi, pasien pulang peneliti melakukan pembagian sampel dengan
dari rawat inap, pindah perawatan, pembagian teknik proporsional, yakni memproporsikan sampel
tugas, serta respons terhadap kegawatdaruratan berdasarkan unit kerja sehingga akan diperoleh
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2015) keseluruhan sampel yang dapat mewakili setiap unit
Berbagai komponen atau faktor yang dapat kerja. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
berkontribusi terhadap insiden keselamatan pasien jumlah sampel untuk masing-masing ruangan rawat
pada pelayanan kesehatan di antaranya adalah inap di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya
karakteristik individu penyedia layanan kesehatan, adalah sebanyak 8 perawat.
sifat dasar pekerjaan, lingkungan fisik, interaksi Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
antara sistem dengan manusia, organisasi dan pengetahuan perawat, kelelahan kerja perawat, dan
lingkungan sosial, manajemen, serta lingkungan motivasi perawat, sedangkan variabel terikat
eksternal. Karakteristik individu penyedia layanan penelitian ini adalah kejadian insiden keselamatan
kesehatan merupakan faktor pertama yang pasien tipe administrasi klinik. Peneliti melakukan
berdampak langsung pada kinerja penyedia layanan pengumpulan data primer menggunakan instrumen
kesehatan dan akan menentukan apakah kinerja berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan
pelayanan kesehatan tersebut sudah memenuhi reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas instrumen
standar atau masih berada di bawah standar. Faktor penelitian ini dilaksanakan tanggal 8-10 Mei 2017
karakteristik individu penyedia layanan kesehatan kepada 20 perawat di Instalasi Rawat Inap RSU
ini meliputi pengetahuan, kelelahan kerja, dan Haji Surabaya. Berdasarkan hasil uji validitas,
motivasi (Henriksen et al., 2008). didapatkan bahwa setiap pertanyaan memiliki
Berdasarkan data di atas, maka masalah yang koefisien korelasi r ≥ 0,50, tidak bertanda negatif,
diangkat pada penelitian ini adalah tingginya angka serta bermakna pada nilai p ≤ 0,05 (α = 5%),
insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik sehingga dinyatakan valid. Pada uji reliabilitas
selama Januari 2014 hingga Juni 2016 di Instalasi diperoleh hasil setiap pertanyaan memiliki koefisien
Rawat Inap RSU Haji Surabaya yakni sebanyak 12 Cronbach’s Alpha >0,60, sehingga kuesioner dapat
insiden (standar 0% atau zero accident). Penelitian dinyatakan reliabel untuk digunakan. Selain itu,
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara peneliti juga melakukan pengumpulan data
karakteristik individu perawat dengan insiden sekunder yaitu laporan insiden keselamatan pasien
keselamatan pasien tipe administrasi klinik. Hasil RSU Haji Surabaya tahun 2014, 2015, 2016, bulan
penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Januari-Mei tahun 2017 yang diperoleh dari Tim
pihak manajemen RSU Haji Surabaya dalam Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) RSU
meningkatkan penerapan program keselamatan Haji Surabaya. Selanjutnya, data yang diperoleh
pasien sehingga dapat menurunkan angka insiden akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabulasi
keselamatan pasien tipe administrasi klinik di silang, dan kemudian dianalisis secara deskriptif
Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya. untuk memaparkan hubungan antara variabel
dependen dengan setiap variabel independen.
METODE

Hubungan Karakteristik Individu... 118 Kurniavip; Damayanti


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

kerja sebagai gejala subjektif yang dialami perawat,


yaitu: gejala yang menunjukkan terjadinya
pelemahan kegiatan seperti perasaan berat di
HASIL DAN PEMBAHASAN kepala, lelah seluruh tubuh, mudah mengantuk,
beban pada mata, berdiri tidak stabil; kemudian
Karakteristik individu perawat adalah seluruh gejala yang menunjukkan terjadinya pelemahan
kualitas yang dimiliki oleh individu dan dibawa ke motivasi yakni susah berfikir, lelah untuk berbicara,
dalam pekerjaan mereka. Karakteristik individu sulit berkonsentrasi, cenderung lupa terhadap
dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan sesuatu, tidak tekun dalam melakukan suatu ketika
perawat, kelelahan kerja perawat, dan motivasi pekerjaan; serta gejala yang menunjukkan
perawat. Berikut adalah distribusi kategori gambaran kelelahan fisik seperti sakit di kepala,
karakteristik individu perawat di Instalasi Rawat Inap kaku di bahu, nyeri di punggung, suara serak, dan
RSU Haji Surabaya tahun 2017. tremor pada anggota badan. Pada variabel
kelelahan kerja perawat yang disajikan oleh Tabel
Tabel 1. Distribusi Kategori Karakteristik Individu 1, dapat dipelajari bahwa sebagian besar ruangan
Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah rawat inap (66,7%) di Instalasi Rawat Inap RSU Haji
Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2017 Surabaya memiliki tingkat kelelahan kerja perawat
yang tinggi.
Frekuensi
Variabel Kategori Persentase Motivasi Perawat
(n)
(%) Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini
Pengetahuan Rendah 3 50,0 adalah motivasi perawat terhadap penerapan
Perawat program keselamatan pasien. Hasil penelitian
Tinggi 3 50,0 tentang motivasi perawat terhadap penerapan
Total 6 100,0 program keselamatan pasien yang ditampilkan pada
Kelelahan Rendah 2 33,3 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
Kerja ruangan rawat inap (66,7%) di Instalasi Rawat Inap
Perawat RSU Haji Surabaya memiliki motivasi perawat yang
tinggi terhadap penerapan program keselamatan
Tinggi 4 66,7
pasien.
Total 6 100,0
Motivasi Rendah 2 33,3 Insiden Keselamatan Pasien Tipe Administrasi
Perawat Klinik
Tinggi 4 66,7 Berdasarkan laporan insiden keselamatan
Total 6 100,0 pasien RSU Haji Surabaya, diketahui bahwa angka
Sumber: Data Primer, 2017 insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik
selama bulan Januari 2014 hingga bulan Mei 2017
Pengetahuan Perawat
adalah sebanyak 14 insiden di Instalasi Rawat Inap
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian RSU Haji Surabaya. Insiden keselamatan pasien
ini adalah pengetahuan perawat tentang tipe administrasi klinik tersebut di antaranya adalah
keselamatan pasien dan insiden keselamatan
kejadian salah pasien pada tindakan pengambilan
pasien tipe administrasi klinik. Unsur pertanyaan
spesimen, salah pelabelan identitas pasien pada
yang ada dalam kuesioner meliputi: komponen sampel darah, salah identitas pasien pada gelang
sistem keselamatan pasien rumah sakit, tujuan identitas pasien, pasien tertunda pulang karena
sistem keselamatan pasien rumah sakit, jumlah tipe
injeksi belum dimasukkan, tidak melakukan serah
insiden keselamatan pasien, definisi insiden
terima terhadap pemeriksaan foto rontgen, salah
keselamatan pasien tipe administrasi klinik, masuk obat karena serah terima pemberian obat
prosedur identifikasi pasien, prosedur serah terima, injeksi antar perawat yang tidak optimal, delay atau
contoh kejadian insiden keselamatan pasien tipe terlambat waktu operasi, salah marker pada hasil
administrasi klinik, klasifikasi dampak insiden
foto, gagal atau pembatalan operasi pasien,
keselamatan pasien tipe administrasi klinik. penundaan operasi. Berikut adalah distribusi
Berdasarkan Tabel 1 dapat dipelajari bahwa kejadian insiden keselamatan pasien tipe
sebagian ruangan rawat inap (50,0%) di Instalasi administrasi klinik selama bulan Januari 2014-Mei
Rawat Inap RSU Haji Surabaya memiliki tingkat
2017 di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya.
pengetahuan perawat yang rendah tentang
keselamatan pasien dan insiden keselamatan Tabel 2. Distribusi Kejadian Insiden Keselamatan
pasien tipe administrasi klinik, sedangkan sebagian Pasien Tipe Administrasi Klinik selama
ruangan rawat inap lainnya (50,0%) memiliki tingkat
Januari 2014-Mei 2017 di Instalasi Rawat
pengetahuan perawat yang tinggi tentang
Inap Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
keselamatan pasien dan indisen keselamatan
pasien tipe administrasi klinik
Insiden Keselamatan
Frekuensi Persentase
Pasien Tipe
Kelelahan Kerja Perawat (n) (%)
Administrasi Klinik
Identifikasi kelelahan kerja perawat dilakukan
Tidak Terjadi 2 33,3
menggunakan instrumen berupa kuesioner yang
disusun peneliti mengacu pada Grandjean (1993) Terjadi 4 66,7
dalam Tarwaka dkk. (2004). Kuesioner ini Total 6 100,0
Sumber: Data Primer, 2017
digunakan untuk mengukur perasaan kelelahan

Hubungan Karakteristik Individu... 119 Kurniavip; Damayanti


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

sebagian besar ruangan rawat inap (66,7%) di


Tabel 2 menunjukkan bahwa kejadian insiden Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya
keselamatan pasien tipe administrasi klinik terjadi di
.
Tabel 3. Tabulasi Silang antara Pengetahuan, Kelelahan Kerja, dan Motivasi Perawat dengan Insiden
Keselamatan Pasien Tipe Administrasi Klinik di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya Tahun 2017

Insiden Keselamatan Pasien Tipe Administrasi Klinik


Tidak Terjadi Terjadi
Variabel Kategori Persentase
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Total
(%)
(n) (%) (n) (%)
Pengetahuan Rendah 0 0,0 3 100,0 3 100,0
Perawat Tinggi 2 66,7 1 33,3 3 100,0
Kelelahan Rendah 1 50,0 1 50,0 2 100,0
Kerja Perawat Tinggi 1 25,0 3 75,0 4 100,0
Motivasi Rendah 0 0,0 2 100,0 2 100,0
Perawat Tinggi 2 50,0 2 50,0 4 100,0
Sumber: Data Primer, 2017

Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan


Kejadian Insiden Keselamatan Pasien Tipe
Murdyastuti (2010) dalam penelitiannya
Administrasi Klinik
menjelaskan bahwa pengetahuan mengenai
keselamatan pasien menjadi sesuatu yang sangat
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan
penting. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki
bahwa semakin rendah pengetahuan perawat
oleh perawat terkait keselamatan pasien, maka
tentang keselamatan pasien dan insiden
semakin tinggi pula pemahaman perawat tersebut
keselamatan pasien tipe administrasi klinik di suatu
tentang pentingnya pelaksanaan program
ruangan rawat inap, maka semakin tinggi
keselamatan pasien, yang selanjutnya akan
kecenderungan terjadinya insiden keselamatan
mewujudkan perawat tersebut melaksanakan
pasien tipe administrasi klinik di ruangan rawat inap
program keselamatan pasien di rumah sakit
tersebut. Hasil tabulasi silang dalam penelitian ini
(Murdyastuti, 2010). Program edukasi yang
menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
keselamatan pasien dan insiden keselamatan
penyedia layanan kesehatan tentang keselamatan
pasien tipe administrasi klinik cenderung memiliki
pasien dan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam
hubungan dengan insiden keselamatan pasien tipe
pelayanan kesehatan akan meningkatkan
administrasi klinik.
kemampuan penyedia layanan kesehatan dalam
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang
mengidentifikasi terjadinya kesalahan dan
terjadi sesudah seseorang melakukan pengindraan
mencegah kesalahan tersebut terjadi (Kohn et al.,
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
2000).
merupakan domain yang sangat penting dalam
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketika
membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,
seorang perawat memiliki pengetahuan yang tinggi
2003). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
mengenai keselamatan pasien, maka diharapkan
Henriksen et al., (2008) yang menjelaskan bahwa
perawat tersebut mengerti dan memahami
kontribusi pengetahuan penyedia layanan
seberapa pentingnya pelaksanaan program
kesehatan terhadap insiden keselamatan pasien
keselamatan pasien di rumah sakit. Dengan
dapat diasumsikan sebagai salah satu kegagalan
demikian perawat tersebut akan selalu menerapkan
aktif (active error) karena dalam sistem pelayanan
program keselamatan pasien dalam setiap
kesehatan di rumah sakit, penyedia layanan
pekerjaan yang ia lakukan. Demikian pula
kesehatan berada di garis depan dan mempunyai
pengetahuan perawat mengenai insiden
waktu yang lebih lama dalam berhadapan dan
keselamatan pasien tipe administrasi klinik.
melayani pasien secara langsung. Pengetahuan
Seorang perawat yang memiliki tingkat
yang dikembangkan oleh penyedia layanan
pengetahuan yang tinggi tentang insiden
kesehatan sebelum bekerja melalui program
keselamatan pasien tipe administrasi klinik, maka
pelatihan adalah dasar kemampuan yang dirinya
perawat tersebut akan semakin mudah dalam
miliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan
mengidentifikasi terjadinya kesalahan dalam proses
(Henriksen et al., 2008).
administrasi klinik dan mencegah terjadinya
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
kesalahan dalam proses administrasi klinik itu
yang dilakukan oleh Arifi (2012) yang menyatakan
sendiri. Oleh karena itu, setiap perawat perlu untuk
bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
mengikuti kegiatan-kegiatan atau sosialisi tertentu
perawat dengan angka insiden keselamatan pasien.
yang dapat menambah wawasannya mengenai
Peneliti tersebut menjelaskan bahwa tingkat
keselamatan pasien.
pengetahuan perawat yang rendah cenderung
menyebabkan angka insiden keselamatan pasien
Hubungan Kelelahan Kerja Perawat Dengan
semakin tinggi jika dibandingkan dengan perawat
Kejadian Insiden Keselamatan Pasien Tipe
yang memiliki pengetahuan tinggi (Arifi, 2012).
Administrasi Klinik

Hubungan Karakteristik Individu... 120 Kurniavip; Damayanti


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

Kelelahan kerja adalah suatu keadaan yang Motivasi adalah segala sesuatu yang
menyebabkan penurunan ketahanan tubuh dalam mendorong individu dalam melakukan sesuatu
bekerja (Suma'mur, 2009). Berdasarkan Tabel 3 (Purwanto, 2000). Hasil penelitian yang disajikan
dapat dipelajari bahwa semakin tinggi kelelahan oleh Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin rendah
kerja perawat di suatu ruangan rawat inap, maka motivasi perawat terhadap penerapan program
semakin tinggi kecenderungan terjadinya insiden keselamatan pasien di suatu ruangan rawat inap,
keselamatan pasien tipe administrasi klinik di maka semakin tinggi kecenderungan terjadinya
ruangan tersebut. Hasil tabulasi silang dalam insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik
penelitian ini menunjukkan bahwa kelelahan kerja di ruangan rawat inap tersebut. Hasil tabulasi silang
perawat cenderung memiliki hubungan dengan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi
insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik. perawat cenderung memiliki hubungan dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik.
Henriksen et al., (2008) yang menyatakan bahwa Motivasi terbentuk dari tiga komponen, yaitu
kelelahan kerja yang dialami oleh penyedia layanan arah, intensitas, dan ketekunan. Arah berkaitan
kesehatan karena bekerja dalam waktu yang terlalu dengan apa yang akan individu pilih ketika ia
lama dan pengaruh stress kerja dapat menurunkan dihadapkan dengan sejumlah pilihan yang mungkin
kewaspadaan serta mempengaruhi kemampuan dilakukan. Intensitas mengarah pada kekuatan dari
penyedia layanan kesehatan untuk menerapkan respons saat arah dari motivasi sudah dipilih.
pengetahuan dan keterampilan khusus yang Ketekunan merupakan komponen penting pada
mereka miliki secara optimal. Terjadinya penurunan motivasi yang mengarah pada berapa lama individu
kewaspadaan inilah yang dapat mengakibatkan terus melakukan usaha mereka (Ivancevich et al.,
terjadinya insiden keselamatan pasien pada 2005).
pelayanan kesehatan (Henriksen et al., 2008). Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
Tarwaka et al. (2004) juga menjelaskan bahwa disampaikan oleh Sugiharto et al., (2009) bahwa
kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya motivasi adalah kunci kesuksesan unit perawatan
penurunan motivasi kerja, performansi kerja, untuk menjaga kontinuitas layanan keperawatan
kualitas kerja, serta menyebabkan banyaknya yang optimal. Perawat dengan motivasi yang tinggi
kesalahan dalam pekerjaan (Tarwaka et al., 2004). adalah prasarat utama dalam menjalankan sistem
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian layanan kesehatan bagi pasien. Perawat dengan
yang dilakukan oleh Kurniawati & Solikhah (2013) motivasi tinggi cenderung bersifat produktif, bekerja
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara melebihi standar, dan memiliki keinginan yang kuat
kelelahan dengan kinerja perawat di ruang rawat dalam mewujudkan tujuan unit layanan
inap. Perawat yang bekerja secara terus menerus keperawatan dan tujuan rumah sakit (Sugiharto et
akan mengalami kelelahan dan selanjutnya akan al., 2009). Dengan demikian, motivasi perawat yang
mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat kinerja tinggi terhadap penerapan program keselamatan
(Kurniawati & Solikhah, 2013). Selain itu, Arfan et pasien akan membuat perawat tersebut memiliki
al., (2013) juga menyatakan bahwa sejumah keinginan yang kuat untuk selalu menerapkan
petugas kesehatan dengan tingkat kelelahan kerja program keselamatan pasien ketika melaksanakan
yang tinggi pernah melakukan kesalahan yang tugas dan tanggung jawabnya, sehingga akan
menyebabkan terjadinya insiden keselamatan terwujud layanan kesehatan yang aman dan
pasien di rumah sakit (Arfan et al., 2013). terhindar dari terjadinya insiden keselamatan pasien
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa di rumah sakit.
tingkat kelelahan kerja yang dialami oleh perawat Motivasi perawat dalam menerapkan program
dapat berdampak pada asuhan pelayanan yang keselamatan pasien dapat timbul baik dalam diri
diberikan tidak optimal. Seorang perawat yang sendiri (internal) maupun dari luar atau dari
memiliki tingkat kelelahan kerja yang tinggi lingkungan (eksternal). Setiap perawat pada
cenderung menghasilkan kinerja yang kurang dasarnya memiliki motivasi internal atau motivasi
optimal pada pelaksanaan program keselamatan dalam diri yang sama, namun tingkatannya berbeda
pasien dalam setiap pekerjaannya di rumah sakit, satu dengan yang lainnya, sebab motivasi perawat
termasuk pekerjaan yang berkaitan dengan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti
administrasi klinik, sehingga hal tersebut kemampuan kepala unit kerja sebagai motivator.
memungkinkan terjadinya kesalahan yang Motivasi perawat terhadap penerapan program
menyebabkan terjadinya insiden keselamatan keselamatan pasien yang diperoleh dari luar atau
pasien tipe administrasi klinik. Kelelahan kerja yang dari lingkungan dapat berupa penghargaan atau
dialami oleh perawat dapat disebabkan oleh reward dalam bentuk finansial maupun non finansial
berbagai faktor, misalnya karena beratnya aktivitas yang diberikan oleh kepala unit kerja atau kepala
fisik dan mental yang dilakukan, intensitas dan ruangan kepada perawat yang telah melaksanakan
lamanya kerja, faktor lingkungan, kurangnya nutrisi, program keselamatan pasien dalam pekerjaannya
pekerjaan yang bersifat monoton, pengaturan jam dengan baik. Adanya komplain dari pasien terkait
kerja dan waktu istirahat yang kurang optimal, dan banyaknya kejadian insiden keselamatan pasien
lain sebagainya. yang terjadi di rumah sakit juga dapat menjadi
sumber motivasi perawat untuk lebih
memperhatikan aspek keselamatan pasien dan
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kejadian selalu menerapkan program keselamatan pasien
Insiden Keselamatan Pasien Tipe Administrasi lebih baik lagi ke depannya.
Klinik Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2009)

Hubungan Karakteristik Individu... 121 Kurniavip; Damayanti


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

yang menyatakan bahwa ada hubungan yang Safety di Instalasi Perawatan Intensif
signifikan antara motivasi dengan sikap mendukung RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun
penerapan program keselamatan pasien. Peneliti 2008. Semarang: Universitas Diponegoro.
tersebut menjelaskan bahwa dengan motivasi yang Cahyono, J.B.S.B. 2008. Membangun Budaya
tinggi, maka sikap perawat dalam mendukung Keselamatan Pasien Dalam Praktik
penerapan program keselamatan pasien akan Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.
semakin tinggi pula, begitu pula sebaliknya (Ariyani, Henriksen, K. et al. 2008. Chapter 5. Understanding
2009). Adverse Events: A Human Factors
Framework. U.S.: AHRQ Publication.
SIMPULAN Ivancevich, J.M., Konopaske, R. & Matteson, M.T.
2005. Perilaku dan Manajemen Organisasi.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat Edisi Ketujuh ed. Jakarta: Erlangga.
disimpulkan bahwa karakteristik individu perawat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008.
yang meliputi pengetahuan perawat tentang Kepmenkes RI Nomor 129 Tahun 2008
keselamatan pasien dan insiden keselamatan Tentang Standar Pelayanan Minimal
pasien tipe administrasi klinik, kelelahan kerja Rumah Sakit. Jakarta.
perawat, dan motivasi perawat terhadap penerapan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.
program keselamatan pasien di ruangan rawat inap Permenkes RI Nomor 1691 Tahun 2011
cenderung memiliki hubungan dengan insiden Tentang Keselamatan Pasien Rumah
keselamatan pasien tipe administrasi klinik di Sakit. Jakarta.
Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya. Saran Kohn, L.T., Corrigan, J.M. & S., M. 2000. To Err Is
bagi pihak manajemen RSU Haji Surabaya untuk Human: Building a Safer of Health System.
mengadakan sosialisasi atau seminar mengenai Washington DC: National Academy Press.
program keselamatan pasien dan tipe insiden Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. 2015.
keselamatan pasien yang dapat terjadi pada Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan
pelayanan kesehatan, sehingga pengetahuan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident
perawat mengenai keselamatan pasien dan insiden Report). Jakarta.
keselamatan pasien, khususnya mengenai insiden Kurniawati, D. & Solikhah. 2013. Hubungan
keselamatan pasien tipe administrasi klinik akan Kelelahan Kerja dengan Kinerja Perawat di
meningkat dan merata. Saran bagi kepala ruangan Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Islam
untuk menerapkan sistem reward dan memberikan Fatimah Kabupaten Cilacap. Jurnal
apresiasi kepada perawat yang telah melaksanakan Kesmas, 6(2), pp.162-232.
program keselamatan pasien dengan baik sehingga Murdyastuti, S. 2010. Pengaruh Persepsi Tentang
akan meningkatkan motivasi perawat lainnya dalam Profesionalitas, Pengetahuan Patients
menerapkan program keselamatan pasien. Safety dan Motivasi Perawat Terhadap
Berkaitan dengan tingginya kelelahan kerja perawat Pelaksanaan Program Patients Safety di
yang menyebabkan semakin tinggi pula kejadian Ruang Rawat Inap RSO Prof. Dr. R.
insiden keselamatan pasien tipe administrasi klinik Soeharso Surakarta. Surakarta:
di suatu ruangan rawat inap, maka perlu adanya Universitas Sebelas Maret.
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku
lebih optimal bagi perawat, misalnya dengan Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
mengadakan istirahat setiap 2 jam kerja. Purwanto, M.N. 2000. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 2016. Laporan
Insiden Keselamatan Pasien RSU Haji
Arfan, A.N., Pasinringi, S.A. & Sidin, A.I. 2013. Surabaya. Surabaya: Rumah Sakit Umum
Gambaran Determinan Insiden Haji Surabaya.
Keselamatan Pasien pada Petugas Sugiharto, A.S., Keliat, B.A. & H., T.S. 2009.
Kesehatan di Rumah Sakit. Makassar: Manajemen Keperawatan: Aplikasi MPKP
Universitas Hasanuddin. di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Arifi, M.D. 2012. Hubungan Gaya Kepemimpinan Suma'mur. 2009. Higiene Perusahaan dan
Kepala Ruang Keperawatan dengan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:
Kejadian Insiden Patient Safety di Rumah Sagung Seto.
Sakit Muhammadiyah Lamongan. Tarwaka, Bakri, S.H. & Sudiajeng, L. 2004.
Surabaya: Universitas Airlangga. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan
Ariyani. 2009. Analisis Pengetahuan dan Motivasi Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba
Perawat yang Mempengaruhi Sikap Press.
Mendukung Penerapan Program Patient

Hubungan Karakteristik Individu... 122 Kurniavip; Damayanti

Вам также может понравиться