Вы находитесь на странице: 1из 10

POTENSI MENIRAN (Phyllanthus niruri) UNTUK

MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas


salmonicida SECARA IN VITRO

KINDERBITTER (Phyllanthus niruri) POTENCY TO INHIBIT


Aeromonas salmonicida BY IN VITRO ASSAY

Maya Anggita Savacka, Ade Dwi Sasanti, Sefti Heza Dwinanti


Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian, Universitas sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM. 32 Indralaya, Ogan Ilir

ABSTRACT
The bacterium Aeromonas salmonicida is a bacterium that causes disease
of Furunculosis and Crap erytodermatitis in fish. Diseases caused by Aeromonas
salmonicida an be carier in fish that survive from infectious diseases, so that it
can be factor thet is difficult to eradicate diseases. The purpose of this research is
to explore effectivities from every part of kinderbitter (Phyllanthus niruri) plant
as antibacterial agent for Aeromonas salmonicida. In vitro test were used to
analyse two kind of exatraction both, maceration and infundation. The research is
qualitative with four stages, namely the first stage of preparation of the extract of
each part of the plant, the second stage is making extracts, the third stage is
phytochemical analysis and the fourth stage is challenging test using Aeromonas
salmonicida in in vitro assay. The results of the study of inhibition zones of
maceration and infundation extracts methods of kinderbitter plants showed an
antibacterial effect in inhibitating the growth of Aeromonas salmonicida bacteria.
Maceration method produces extracts with the ability to kill or inhibit the
Aeromonas salmonicda bacteria better than the infundation method. The part of
kinderbitter plants that has the best anti-bacterial properties were leaves and fruit.

Keywords: Aeromonas salmonicida, Infundation, In Vitro, Kinderbitter,


Maceration.

ABSTRAK
Bakteri Aeromonas salmonicida merupakan bakteri penyebab penyakit
Furunculosis dan Carp erytodermatitis pada ikan. Penyakit yang disebabkan
Aeromonas salmonicida dapat bersifat carrier pada ikan yang bertahan hidup dari
infeksi penyakit, sehingga dapat menjadi faktor penyebab penyakit yang sulit
diberantas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektvitas meniran
(Phyllanthus niruri) dari setiap bagian tanaman yaitu batang, daun, buah dan
campuran sebagai zat antibakteri untuk bakteri Aeromonas salmonicida dengan
menggunakan dua metode ekstraksi yaitu maserasi dan perebusan. Penelitian ini
bersifat kualitatif dengan empat tahapan, yaitu tahap pertama preparasi sediaan
dari masing-masing bagian tanaman, tahap kedua adalah pembuatan ekstrak, tahap
ketiga adalah analisa fitofarmaka dan tahap keempat adalah uji tantang
menggunakan Aeromonas salmonicida. Hasil penelitian zona hambat ekstrak
maserasi maupun perebusan bagian tanaman meniran menunjukkan efek

Universitas Sriwijaya
1
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas salmonicida.
Metode maserasi menghasilkan ekstrak dengan kemampuan membunuh atau
menghambat bakteri Aeromonas salmonicida lebih baik dibandingkan metode
perebusan. Bagian tanaman yang memiliki sifat anti bakterial terbaik adalah daun
dan buah.

Kata kunci : Aeromonas salmonicida, In Vitro, Meniran, Maserasi, Perebusan.

PENDAHULUAN
Bakteri Aeromonas salmonicida merupakan bakteri gram negatif, non-
motile, menghasilkan reaksi positif pada uji oksidase, mengasamkan glukosa dan
beberapa isolat menghasilkan pigmen coklat. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 26 tahun 2013, bakteri A. salmonicida merupakan
bakteri penyebab penyakit Furunculosis dan Carp erytodermatitis pada ikan.
Penyakit yang disebabkan A. salmonicida dapat bersifat carrier pada ikan yang
bertahan hidup dari infeksi penyakit, sehingga dapat menjadi faktor penyebab
penyakit yang sulit diberantas (Grim et al., 2013).
Kegiatan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan
vaksin, probiotik dan fitofarmaka (Thanikachalam et al., 2010; Sholikhah, 2009).
Pemakaian antibiotik telah banyak digunakan dalam perikanan budidaya dan
dianggap sebagai salah satu solusi yang efektif, namun penggunaan antibiotik
yang berkepanjangan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten dan juga
merusak lingkungan (Sumino et al., 2013).
Tanaman meniran (Phyllanthus niruri) merupakan salah satu bahan alami
yang dapat digunakan dalam mengobati serangan bakteri. Meniran mengandung
senyawa metabolit skunder seperti tanin, alkaloid, flavonoid dan sapoin yang
memiliki aktifitas sebagai antimikroba (Mangunwardoyo et al., 2009).
Menurut Senja et al., (2014) dalam proses ekstraksi suatu bahan tanaman,
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa hasil ekstraksi
diantaranya jenis pelarut, konsentrasi pelarut, metode ekstraksi dan suhu yang
digunakan untuk ekstraksi. Metode ekstraksi yang biasa digunakan dalam
mengekstrak tanaman yaitu maserasi dan perebusan. Menurut Depkes RI (2000),
metode perebusan merupakan metode ekstraksi sederhana, dapat menyaring
simplisia dengan pelarut air dalam waktu singkat, sedangkan maserasi merupakan
proses perendaman dengan pelarut organik yang digunakan dalam suhu ruangan
(Darwis, 2000).
Penelitian ini menggunakan setiap bagian dari tanaman meniran yaitu
batang, buah, daun dan campuran dengan menggunakan dua metode ekstraksi
yaitu maserasi dan perebusan untuk melihat efektifitas antibakteri dari setiap
bagian tanaman meniran melalui uji zona hambat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas dari setiap
bagian tanaman meniran (Phyllanthus niruri) yaitu batang, daun, buah dan
campuran sebagai zat antibakteri untuk bakteri A. salmonicida dengan
menggunakan dua metode ekstraksi yaitu maserasi dan perebusan.
Kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan informasi dosis meniran
dari bagian tanaman meniran dengan metode ekstraksi efektif yang dapat
mengobati penyakit pada ikan akibat bakteri A. salmonicida.

Universitas Sriwijaya
2
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2017 sampai dengan
Agustus 2018 di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian dan
Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya Indralaya.

Bahan dan Metoda


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak meniran dari
bagian buah, batang, daun dan campuran ketiganya baik dari hasil perebusan
maupun maserasi, bakteri Aeromonas salmonicida, TSA (Tryptic soy agar), TSB
(Triptone Soy Agar), etanol 96%, alkohol 70% dan tetrasiklin.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotary vacuum
evaporator, incubator, luminary air flow, cawan petri, kertas saring whatman
no.42, alumunium foil, plastik warp, tabung reaksi, jarum ose, mikro pipet, jangka
sorong, spreader dan magnetic stirrer.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat Kualitatif, dengan empat tahapan, yaitu tahap
pertama dilakukan preparasi sediaan dari masing-masing bagian tanaman, tahap
kedua adalah pembuatan ekstrak, tahap ketiga analisa fitokimia dan tahap keempat
uji tantang menggunakan Aeromonas salmonicida.

Cara Kerja
a. Preparasi Sediaan
Bagian tanaman meniran dicuci bersih kemudian dikeringanginkan selama
4 hari kemudian dipisahkan antara bagian daun, buah, dan batang meniran. Serta
dibuat satu bagian yang merupakan campuran antara daun, buah dan batang
meniran. Selanjutnya semuanya dihaluskan, baik yang merupakan bagian
tumbuhan maupun yang campuran, menggunakan blander hingga terbentuk
serbuk.

b. Pembuatan Ekstrak Meniran dengan Metode Maserasi


Serbuk daun, batang, buah dan campuran meniran kemudian direndam
selama 24 jam dengan mencampurkan 500 gr bubuk dengan 1.500 ml etanol 96%.
Hasil dari perendaman kemudian disaring dengan menggunakan alat penyaring.
Hasil saringan berupa zat cair (filtrat) dimasukan ke dalam botol sedangkan
ampas direndam kembali dengan mencampurkan 300 gr ampas meniran dengan
600 ml etanol 96%. Selanjutnya filtrat diuapkan dengan menggunakan alat Rotary
Vacuum Evaporator pada suhu 60-70 0C dan disimpan pada refrigator suhu 18 0C.

c. Pembuatan Ekstrak Meniran dengan Metode Perebusan


Serbuk daun, batang, buah dan campuran meniran kemudian direbus
dengan mencampurkan 500 gr bubuk dengan 3.000 ml akuades waktu yang
dibutuhkan minimal 30 menit, terhitung sejak pelarut mulai mendidih. Hasil
saringan yang diperoleh merupakan ekstrak dengan konsentrasi 100%.

Universitas Sriwijaya
3
d. Uji Fitokimia
Pengujian fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi golongan senyawa
yang terdapat dalam ekstrak. Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, steroid dan terpenoid. Uji fitokimia yang dilakukan
bersifat kualitatif, yang berarti hanya untuk mendeteksi keberadaan suatu senyawa
tapi tidak mengetahui jumlah senyawa tersebut.

i. Uji Alkaloid
Sebanyak 2 ml asam asetat dicampurkan ke dalam 2 ml ekstrak meniran
kemudian dipanaskan, setelah itu ekstrak disaring. Filtrat yang diperoleh
kemudian ditetesi dengan 2-3 tetes pereaksi Dragendorff. Adanya senyawa
alkaloid ditandai dengan warna merah atau jingga.

ii. Uji Flavonoid


Sebanyak 2 ml ekstrak meniran dimasukan ke dalam tabung dan
ditambahkan 0,1 gr bubuk Mg dan ditambahkan dengan 5 tetes HCl pekat.
Adanya senyawa flavonoid ditandai dengan warna kuning.

iii. Uji Tanin


Sebanyak 1 ml ekstrak ditambah dengan 3 tetes FeCl3. Adanya senyawa
tanin ditandai dengan warna biru tua atau hitam kehijauan.

iv. Uji Saponin


Sebanyak 1 ml ekstrak kemudian dikocok vertikal selama 10 detik dan
dibiarkan selama 10 detik kemudian ditetesi dengan 1 tetes HCl. Apabila busa
yang dihasilkan tidak menghilang maka mengandung saponin.

v. Uji Steroid dan Terpenoid


Sebanyak 2 ml ekstrak meniran dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 0,5 ml kloroform lalu ditambahkan dengan 0,5 ml asam asetat.
Kemudian ditetesi dengan H2So4 pekat sebanyak 2 ml yang dialirkan melalui
dinding tabung. Apabila berwarna coklat maka ekstrak mengandung senyawa
terpenoid dan jika berwarna hijau mengandung senyawa steroid.

d. Uji tantang menggunakan Aeromonas salmonicida


Uji tantang dilakukan untuk melihat kemampuan ekstrak meniran dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas salmonicida. Bakteri Aeromonas
salmonicida yang digunakan kepadatan tebar 1019 cfu/ml. Bakteri yang digunakan
sebanyak 100 µl isolat cair bakteri diteteskan pada media TSA lalu diratakan
dengan spreader. Kertas whatman No.42 dengan diameter 6 mm yang
sebelumnya telah direndam dalam ekstrak meniran dengan konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% selama 15 menit,
kemudian ditempelkan pada media TSA. Kontrol positif berupa kertas whatman
No.42 yang direndam dengan antibiotik tetrasiklin 30 µg/ml sedangkan kontrol
negatif berupa kertas whatman no.42 yang hanya direndam dengan akuadest steril.
Setelah diinkubasi selama 24 jam selanjutnya diukur zona hambat dengan
menggunakan jangka sorong.

Universitas Sriwijaya
4
Analisa Data
Data fitokimia dan zona hambat dianalisa secara deskriptif dengan melihat
hasil uji fitokimia dan perbandingan diameter zona hambat yang dihasilkan. Data
fitokimia dan diameter zona hambat disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil uji fitokimia untuk mendeteksi keberadaan senyawa alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, terpenoid, dan steroid menunjukkan bahwa dengan
metode ekstraksi yang berbeda, jumlah jenis senyawa yang terdeteksi dapat
berbeda pula. Data hasil uji fitokimia ekstrak meniran disajikan pada Tabel 4.1.
Sedangkan dari hasil uji tantang menggunakan Aeromonas salmonicida, terlihat
bahwa pada konsentrasi terkecil (10%) sudah menunjukkan adanya kemampuan
ekstrak meniran dalam menghambat pertumbuhan Aeromonas salmonicida.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin besar zona hambat yang dihasilkan.
Zona hambat yang dihasilkan dari ekstrak meniran metode ekstraksi maserasi
lebih besar dibandingkan zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak meniran
metode perebusan. Data zona hambat yang dihasilkan disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.1. Hasil fitokimia tiap bagian meniran dengan metode ekstraksi berbeda
Maserasi Perebusan
Senyawa
Daun Buah Batang Campuran Daun Buah Batang Campuran
Alkaloid - + - - - - - -
Flavonoid + + - + + + + +
Tanin + + + + + + + +
Saponin + + + + + + + +
Terpenoid - + + + + + + +
Steroid + + - + - - - -
Jumlah
4 6 3 5 4 4 4 4
senyawa

Tabel 4.2. Hasil zona hambat ekstrak meniran


Konsentra Daun Buah Batang Campuran
si (%) Zona hambat (mm)
M P M P M P M P KP
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
10 2,1 1,8 3,7 2,0 3,5 1,2 2,6 1,4 12,5
20 4,3 1,6 3,6 2,0 3,7 1,8 2,9 1,8 12,5
30 7,9 1,2 3,2 2,0 3,7 1,6 3,0 2,0 12,5
40 7,3 2,4 4,5 2,0 3,6 1,4 3,7 2,0 12,5
50 7,9 2,2 4,4 2,0 3,6 1,6 3,7 2,2 12,5
60 8.9 2,8 8,0 3,0 3,4 1,8 3,7 2,8 12,5
70 8,8 4,0 11,8 4,0 4,1 2,0 4,4 2,0 12,5
80 12,3 3,8 11,8 4,4 3,7 2,6 8,1 2,0 12,5
90 13,0 3,2 13,6 5,2 8,4 3,8 8,0 2,2 12,5
100 18,8 4,2 16,9 4,6 10,3 4,6 12,5 2,2 12,5
Keterangan : M = Maserasi, P = Perebusan, KP = Kontrol Positif.

Universitas Sriwijaya
5
Pembahasan
Pada Tabel 4.1 diketahui bahwa tanin dan saponin terdeteksi pada setiap
ekstrak bagian tanaman juga campurannya, baik dengan metode maserasi maupun
perebusan. Alkaloid hanya terdeteksi di bagian buah yang diekstrak dengan
menggunakan metode maserasi. Flavonoid tidak terdeteksi hanya di bagian batang
yang diekstrak dengan metode maserasi, sedangkan terpenoid tidak terdeteksi
hanya di bagian daun yang diekstrak dengan metode maserasi. Steroid hanya
ditemukan pada daun, buah dan campuran yang diekstrak dengan metode
maserasi.
Dari Tabel 4.1. juga dapat diketahui bahwa pada ekstraksi metode
perebusan hanya terdeteksi 4 jenis senyawa dari 6 jenis yang diuji. Pada ekstrak
meniran ekstraksi metode perebusan terdeteksi hanya 4 jenis senyawa yaitu
flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid. Pada penelitian Himawan, et al., (2017),
yang mengekstraksi meniran metode perebusan, juga hanya terdeteksi senyawa
flavonoid, tanin dan saponin. Pada penelitian tersebut, alkaloid juga tidak
terdeteksi.
Alkaloid yang hanya terdeteksi pada bagian buah meniran dengan
ekstraksi metode maserasi, dan tidak terdeteksi pada bagian meniran yang lain
serta campurannya diduga karena alkaloid dalam tumbuhan tidak dalam bentuk
bebas, melainkan terikat dan tidak dapat dipisahkan dengan metode ekstraksi
biasa, sehingga cara pemisahan yang mungkin adalah dengan menggunakan
kromotogrfi kolom (Robinson, 1995 dalam Astuti, 2013). Alkaloid memiliki sifat
yaitu sukar larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik (Sumardjo, 2009
dalam Yuniasih, 2018). Senyawa steroid termasuk senyawa non polar, sesuai
dengan Lestiani dan Lanny (2008) dalam Rizal et al., (2018), tingkat kepolaran
pelarut menentukan jenis dan jumlah senyawa yang dapat diekstrak dari bahan.
Diduga hal tersebut menjadi penyebab tidak terdeteksinya alkaloid dan steroid
dalam ekstrak meniran metode perebusan.
Konsentrasi 10% merupakan konsentrasi ekstrak meniran terendah yang
dicobakan pada penelitian ini. Pada konsentrasi tersebut, ekstrak meniran hasil
ekstraksi metode maserasi maupun perebusan sudah menunjukkan kemampuan
menghambat pertumbuhan Aeromonas salmonicida dengan zona hambat berkisar
antara 1,2 – 3,7 mm (Tabel 4.2.). Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak
meniran memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bahkan membunuh
bakteri Aeromonas salmonicida. Hasil uji zona hambat ekstrak meniran dengan
metode maserasi memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan metode
perebusan. Hal ini diduga karena pada ekstrak meniran ekstraksi metode maserasi
mampu mengekstrak lebih banyak senyawa aktif dibandingkan ekstraksi metode
perebusan.
Pada metode maserasi, ada yang terdeteksi hingga 6 jenis senyawa.
Sehingga diduga bahwa ekstraksi metode maserasi dapat lebih banyak
mengekstrak senyawa atau bahan aktif dibandingkan metode perebusan. Hal
tersebut diduga karena etanol memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pelarut air sehingga senyawa metabolit skunder yang
memiliki aktivitas antibakteri dapat tersaring lebih banyak. Sehingga pada
konsentrasi yang sama, zona hambat yang dihasilkan dari ekstrak metode
maserasi lebih besar nilainya dibandingkan ekstrak meniran metode perebusan
(Tabel 4.2.).

Universitas Sriwijaya
6
Pada metode perebusan, hanya terdeteksi senyawa flavonoid, tanin,
saponin dan terpenoid. Sedangkan senyawa alkaloid dan steroid tidak terdeteksi.
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan mekanisme penghambatan
dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri
sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan
kematian sel. Selain itu, alkaloid juga menghambat pembentukan sintesis protein
sehingga dapat menganggu metabolisme bakteri (Robinson, 1995 dalam Heni et
al., 2015). Sedangkan steroid juga bersifat sebagai antibakteri. Steroid terbentuk
dari sterol yang merakan senyawa yang terdapat pada lapisan malam (lilin) daun
dan buah yang berfungsi sebagai pelindung diri dari serangan serangga dan
serangan mikroba (Ningsih et al., 2016). Sehingga diduga kemampuan
antimikroba ekstrak meniran metode perebusan tidak sekuat ekstrak meniran
metode maserasi, karena ketiadaan alkaloid dan steroid. Tabel 4.2. menunjukkan
nilai zona hambat ekstrak meniran metode maserasi lebih besar dibandingkan
ekstrak meniran metode perebusan.
Penelitian Kurniawati et al., (2013) dalam Rheza, (2015), menunjukkan
bahwa ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dibandingkan dengan ekstrak air dari
daun kelor. Demikian pula pada penelitian Anggraeni dan Mardiyah (2017),
menunjukkan hasil ekstrak meniran hasil perebusan kurang efektif dalam
membunuh bakteri Escherichia coli, dikarenakan kandungan flavonoid, tanin dan
saponin yang terlalu sedikit.
Hasil penelitian Rahman, et al., (2012), menunjukkan, meniran yang
diekstrak menggunakan etil asetat dan kloroform menunjukkan hasil dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan
Escherichia coli ATCC 11229. Menurut Anggraeni dan Mardiyah (2017), metode
ekstraksi meniran lebih efektif dibandingkan dengan metode perebusan,
disebabkan dari metode ekstraksi mampu menghasilkan ekstrak meniran yang
masih murni yang dihasilkan dari proses ekstraksi dan destilasi.
Kontrol positif yang digunakan adalah tetrasiklin, tetrasiklin merupakan
antibiotik dengan spektrum yang luas yang menghambat sintesis protein.
Tetrasiklin bekerja aktif terhadap banyaknya bakteri gram positif dan gram
negatif, mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis protein ribosom
(Muutchler, 2006 dalam Putri et al., 2015). Keenam jenis senyawa yang diuji
fitokimia keberadaannya di ekstrak meniran merupakan senyawa yang memiliki
kemampuan antibakteri.
Berdasarkan Ajizah, 2004, tanin dapat membunuh bakteri karena tanin
mempunyai daya toksisitas. Mekanisme kerja tanin adalah dengan mengaktifkan
adhsin sel mikroba serta mengaktifkan enzim dan mengganggu transport protein
pada lapisan dalam sel yang menyebabkan sel bakteri menjadi lisis (Noorhamdani
et al., 2006). Flavonoid berfungsi sebagai anti inflamasi antivirus dan antiparasit
dan antibakteri (Dwidjoeseputro, 1994 dalam Sudarno 2011). Flavonoid memiliki
mekanisme dengan cara merusak dinding sel yang terdiri atas lipid dan asam
amino yang akan bereaksi dengan senyawa alkohol pada senyawa flavonoid
(Heni, 2015).
Saponin berfungsi sebagai antibakteri, dengan mekanisme membentuk
senyawa komplek dengan membran sel melalui ikatan hidrogen sehingga
menghancurkan sifat permeabilitas dinding sel dan menimbulkan kematian sel

Universitas Sriwijaya
7
(Ganiswarna, 1995 dalam Permatasari et al., 2013). Terpenoid aktif dalam
melawan bakteri, tetapi mekanisme antibakteri terpenoid belum benar-benar
diketahui, aktifitas antibakteri diduga melibatkan pemecahan membran oleh
komponen-komponen lipofilik (Cowan, 1999).
Menurut Nazri et al., (2011) dalam Kosasih (2011), berdasarkan zona
hambat yang terbentuk dikelompokkan menjadi empat yaitu > 20 mm daya
hambat sangat kuat, 10-20 mm daya hambat kuat, 5-10 mm daya hambat sedang
dan <5 mm daya hambat lemah. Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa zona hambat
yang dihasilkan dari ekstrak meniran metode perebusan baik secara tunggal
maupun campurannya, memiliki nilai zona hambat <5 mm. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak meniran yang dihasilkan dari metode perebusan
memiliki daya hambat lemah, walaupun diberikan dalam konsentrasi tinggi
(100%). Bagian meniran yang diekstrak dengan metode perebusan dan memiliki
nilai zona hambat paling besar, baik dari konsentrasi terendah hingga tertinggi
adalah buah meniran. Dengan demikian, dalam pemanfaatan meniran yang
metode ekstraksinya melalui perebusan, sebaiknya hanya bagian buah yang
digunakan.
Menurut Hermita (2006), pengaruh ukuran zona hambat dipengaruhi oleh
kecepatan difusi antibiotik, konsentrasi antibiotik, sensitivitas organisme terhadap
antibiotik dan interaksi antibiotik dengan media. Pada Tabel 4.2. terlihat bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak meniran, nilai zona hambat yang dihasilkan
semakin besar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak maka antibakteri yang dihasilkan semakin besar.

Kesimpulan
Hasil zona hambat ekstrak maserasi maupun ekstrak perebusan bagian
tumbuhan meniran menunjukkan efek antibakteri dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Aeromonas salmonicida. Metode maserasi menghasilkan
ekstrak dengan kemampuan membunuh atau menghambat bekteri Aeromonas
salmonicida lebih baik dibandingkan metode perebusan. Bagian tanaman meniran
yang memiliki aktifitas anti bakterial terbaik adalah bagian daun dan buah.

Saran
Perlu dilakukan kajian lanjutan secara in vivo terhadap efektivitas ekstrak
buah dan daun meniran untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri
Aeromonas salmonicida.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, EMM., 2009. Efficiensy of crude extracts of garlic (Alium satifum


Linn.) against nosominal Escericia coli, Stapylococcus aerus,
Sttreptococcus pneumoniea and Pseidomonas aeruginosa. J.Medical Plants
3(4); 179-185.
Ajizah, A., 2004. Sensitivitas Salmonela typhimarium terhadap ekstrak daun
Psidiumm guajava L. J. Bioscientie 1(1), 31-38.

Universitas Sriwijaya
8
Anggraeni, DA. dan Mardiyah, R., Uji daya hambat rebusan tanaman meniran
(Phyllanthus niruri L) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Jurnal Sains, [online] 7(13), 33-40.
Astuti, F., 2013. Analisa fitokimia dan aktivitas antibakteri semanggi air Marsilea
crenata Presl. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Cowan, MM., 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical
Microbiology Reviews 12(4) ; 564-582.
Darwis D. 2000. Teknik Dasar Labolatorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan
Alami Hayati. Workshop Pengembangan Sumberdaya Manusia Dalam
Bidang Kimia Oganik Bahan Alami Hayati (tidak dipublikasikan). Fakultas
Matematika dan Ilmu Fisika Universitas Andalas, Padang.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Dwidjoseputro, D., 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Ganiswarna, SG., 1995. Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru. Jakarta.
Grim, CJ., Kozlova EV., Sha, J., Fitts, EC., Lier, CJV., Kirtley, ML., Joseph, SJ.,
Reas, TD., Burd, EM., Tall, BD., Joseph, SM., Hoememan, AJ., Chopra,
AK, and Shak, R., 2013. Characterization of Aeromonas hydrophyla wound
pathotypes by comparative genomic and functional analyses of virulance
genes. J. Genonics and Virulance 4(2); 1-13.
Heni., Savante, A. dan Titin, A.Z., 2015. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang Belimbing Hutan (Baccaurea angulata Merr.) terhadap
Steptococcus aereus dan Escerichia coli. J. JKK, 4(1); 84-90.
Hermita. 2006. Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok : Departemen Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Hal 15-22.
Himawan, HC., Pramono., Resti DA., 2017. Uji farmakologis ekstrak kental daun
meniran (Phyllanthus niruri Linn) untuk membantu penyembuhan luka
sayat pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus strain Sprague-Dawley).
Jurnal Farmamedika,[online] 2(1), 25-32.
Kosasih, Y., 2011. Aktivitas Komponen Antibakterial Mikroalga Porphyridium
cruentum Terhadap Berbagai Jenis Bakteri Patogen, Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
Kurniawati, S., Murwani, S. dan Winarso, D., 2013. Perbandingan Potensi
Antibakteri Ekstrak Air dengan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
oleifera) terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa NN-1-
PKH secara In Vitro. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Lestiani. Dan Lanny. 2008. Vitamin Larut Air. Jakarta: Universitas Indonesia
Mangunwardoyo W., Eni C. dan Tepy U. 2009. Ekstraksi dan Identifikasi
Senyawa Antimikroba Herba Meniran (Phyllanthus niruri L). J. Farmasi
Vol 7.
Muutschler, E., 2006. Dinamika Obat. Ed. 5. Institut Pertanian Bogor.
Nazri, N.A.A.M., Ahmat, N., Adnan, A., Mohamad, S.A.S. dan Ruzaina, S.A.S.,
2011. In vitro Antibacterial danRadical Scavenging Activities Of Malaysian
Table Salad. J. Biotecnology, 10(30), 5728-5735.
Ningsih, DR., Zulfahair. dan Kartika, D., 2016. Identifikasi senyawa metabolit
sekunder serta uji aktivitas ekstrak daun sirsak sebagai antibakteri. J.
Molekul, 11(1); 101-111.

Universitas Sriwijaya
9
Permatasari, GAUA., Besung, INK. dan Mahatmi, H., 2013. Daya hambat daun
sirsak terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. J. Medicus Vetericus.
2(2) ; 162-169.
Putri, MA., Hermawati, D. dan Kurniaty, N., 2015. Pengembangan Metode
Analisis Antibiotik Tetrasisklin dalam Hati Ayam Manggunakan
Kromotografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt). Unisba.
Rahman, DT., Sutrisna, EM., dan Candrasari, A., 2012. Uji efek antibakteri
ekstrak etil asetat dan kloroform meniran (Phyllanthus niruri Linn) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherichia
coli ATCC 11229 secara in vitro., J Biomedika, [online], 4(2), Agustus
2012, 18-25.
Rheza, M., 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Mangga Bacang
(Mangifera foetida L) terhadap Pertumbuhan Shigella filexneri. Skripsi.
Universitas Tanjungpura.
Rizal, NM., Nurhaeni. Dan Ridhay, A. 2018. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun
Mayana (Coleus atropurpureus [L] Benth) Berdasarkan Tingkat Kepolaran
Pelarut. J.Kovalen 4(2): 180-189.
Robinson, T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Senja, RY., Issusilaningtyas, E., Nugroho, AK. dan Setyowati, EP., 2014.
Perbandingan metode ekstraksi dan varuasi pelarut terhadap rendamen dan
aktivitas antioksidan ekstrak kubis ungu (Brassica oleracea I. var capitata f.
rubra). J. Traditional Medicine, 19(1); 43-48.
Solikhah, EH., 2009. Effektivitas Campuran Meniran Phyllanthus niruri Dan
Bawang Putih Allium sativum Dalam Pakan Untuk Pengendalian Infeksi
Bakteri Aeromonas hydrophilla Pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Skripsi
S1 (Tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sudarno., Febi, AS. dan Hari, S., 2011. Efektifitas Ekstrak Tanaman Meniran
(Phyllanthus niruri) sebagai Antibakteri Edwardsiella tarda secara In Vitro.
J. Perikanan dan Kelautan 3(1); 103-108.
Sumardjo. dan Damin. 2009. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa
kedokteran dan program strata I. Jakarta:EGC.
Sumino., Supriyadi, A. dan Wardiyanto. 2013. Efektivitas ekstrak daun ketapang
(Terminalia cattapa L.) untuk pengobatan infeksi Aeromonas salmonicida
pada ikan patin (Pangasioniodon hypophtalamus). J. sain veterinel 0126-
0421.
Thanikachalam, K., Kasi M. dan Rathinam, X., 2010. Effect of garlicpeel on
growth, hematological parameters and disease resistance against Aeromonas
hydrophyla in african catfish Clarias gariepinus (Bloch) fingerlings. J.
Tropical Medicine, 614-618.
Yuniasih, MM., 2018. Pengaruh daya hambat antimikrobia isolat alkaloid umbi
bawang dayak (Eleutherine palmifolia) terhadap pertumbuhan Escherichia
coli, Staphylococcus epidermidis dan Candida albicans ATCC 10231 secara
in vitro. Skripsi. Universitas Santa Dharma.

Universitas Sriwijaya
10

Вам также может понравиться