Вы находитесь на странице: 1из 11

SPIRAKEL, Vol.7 No.

1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)


DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

RESISTENSI PINJAL TIKUS (XENOPSYLLA CHEOPIS) TERHADAP


INSEKTISIDA DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT PES
Dyah Mahendrasari Sukendra*1
1
Ilmu Kesehatan Masyarakat, FIK, UNNES

Abstract
Plague is one of zoonotic disease. Plague caused by an enterobacteriae Yersinia pestis,
transmitted to human by fleas (Xenopsylla cheopis) bite. Plague were included of re-
emerging disease, a disease that can emerge anytime and potential being an outbreak, it
also included of Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). The main
cause of re-emerging disease of vector borne disease possible directly caused by
insecticide resistance. Bendiocarb, carbaryl, deltamethrin, diazinon, diflubenzuron, and
fenitrothion are insecticides which use to control fleas. Insecticide resistance were not
give a contribution to an emerge of any diseases, but possible to pursue disease vector
control program. There were four provinces in Indonesia being an area of plague
monitoring. Disease control carried out by reducing population of fleas. Yersinia pestis
using rats as its host and human could be infected by flea bites. An outbreak of plague
was initiated by an epizootie on rats. Reducing fleas population and diminishing flea bites
were the goals of fleas control, also the plague transmission from rodents to others or
human can be blocked. So, controlling fleas population was the main vector control
program to overcome plague infection.

Keywords : Xenopsylla cheopis, Yersinia pestis, rat, resistance.

THE RESISTANCE OF RAT FLEAS (XENOPSYLLA CHEOPIS)


TOWARDS INSECTICIDE IN PREVENTING PLAGUE

Abstrak
Penyakit pes merupakan salah satu penyakit zoonosis, disebabkan oleh enterobakteria
Yersinia pestis, dapat menular ke manusia melalui gigitan pinjal (Xenopsylla cheopis).
Pes termasuk penyakit re-emerging diseases, yaitu penyakit yang dapat sewaktu-waktu
muncul kembali sehingga berpotensi untuk menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
termasuk dalam Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau
Kedaruratan Kesehatan yang meresahkan dunia. Penyebab utama re-emergence of
vector borne disease diperkirakan terjadi akibat resistensi insektisida. Resistensi tidak
berkontribusi terhadap terjangkitnya suatu penyakit, tetapi dimungkinkan menyebabkan
hambatan pada program pengendalian penyakit. Insektisida yang dipergunakan untuk
pengendalian pinjal antara lain adalah bendiocarb, carbaryl, deltamethrin, diazinon,
diflubenzuron, dan fenitrothion. Terdapat empat wilayah Provinsi di Indonesia yang
menjadi daerah pengawasan pes. Penanggulangan penyakit diupayakan dengan
melakukan pengendalian terhadap pinjal. Yersinia pestis menggunakan tikus sebagai
inang. Apabila seekor tikus menderita pes, manusiapun dapat terinfeksi oleh gigitan pinjal.
Tujuan utama pengendalian pinjal adalah menurunkan populasi pinjal dan mengurangi
kontak gigitan pinjal. Upaya pengendalian dilakukan untuk mencegah tejadinya penularan
pes dari rodensia satu ke rodensia lain atau dari rodensia ke manusia, sehingga
pengendalian pinjal merupakan suatu program prioritas utama dalam penanggulangan
penularan pes.
Kata Kunci: Xenopsylla cheopis, Yersinia pestis, tikus, resistensi

*
Alamat korespondensi: dyahmahendra@gmail.com

27
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

Naskah masuk: 9 Maret 2015; Review I: 9 Maret 2015; Review II: 30 Maret 2015; Layak Terbit: 16 Juni 2015

PENDAHULUAN dapat sewaktu-waktu muncul kembali


sehingga berpotensi untuk menimbulkan
Penyakit pes merupakan salah Kejadian Luar Biasa (KLB). Pemerintah
satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit Indonesia maupun dunia menetapkan
yang menyerang hewan rodensia tetapi penyakit pes menjadi salah satu penyakit
dapat menular ke manusia melalui karantina seperti yang tercantum dalam
gigitan pinjal. Masyarakat awam kurang UU No.1 tahun 1962 tentang Karantina
menyadari bahwa penyakit ini ada Laut, UU No.2 yahun 1962 tentang
kemungkinan bisa diderita oleh manusia Karantina Udara, dan tercatat dalam
modern pada masa sekarang. Anggapan Internasional Health Regulation. Penyakit
semacam ini perlu diperbaharui, karena
Pes juga termasuk dalam Public Health
sejarah telah membuktikan bahwa
Emergency of International Concern
penyakit ini pernah menjadi wabah di (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan
berbagai belahan dunia serta telah yang meresahkan dunia. Terdapat empat
menelan banyak korban yang meninggal wilayah provinsi di Indonesia yang
akibat penyakit ini, dengan jumlah menjadi daerah pengawasan pes, yaitu di
korban yang mencapai ribuan di setiap Ciwidey Kabupaten Bandung (Jawa
kasus wabah.1 Barat), Kecamatan Selo dan Cepogo,
Penyakit pes disebabkan oleh Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah), di
enterobakteria yang bernama Yersinia Kecamatan Tutur, Tosari, Puspo, dan
pestis, dan nama ini diambil dari nama Pasrepan Kabupaten Pasuruan (Jawa
seorang ahli bakteri berkebangsaan Timur), dan Cangkringan Kabupaten
Prancis yaitu AJE Yersin. Bakteri ini Sleman (Yogyakarta).4
disebarkan oleh sejenis hewan pengerat
Yersinia pestis ditransmisikan
dan dalam banyak permukiman di melalui pinjal yang terinfeksi, manusia
berbagai negara di seluruh dunia. Tikus yang terinfeksi mampu menularkan pes
merupakan jenis hewan pengerat yang secara langsung ke manusia yang lain.
cukup akrab ditemui sebagai penyebab Penggunaan antibiotika untuk menangani
penyakit pes.1,2
Y. pestis masih dapat dilakukan. Y. pestis
Tikus terinfeksi Y. Pestis melalui masih suseptibel terhadap antibiotika,
gigitan pinjal. Y. Pestis menggunakan walaupun masih diperlukan monitoring
tubuh pinjal sebagai hospes. World untuk mengetahui tingkat resistensi
Health Organization (WHO) melaporkan terhadap antibiotika. Oleh karena itu
telah terjadi 119 kasus pes (31 Agustus penyakit pes dapat kendalikan dengan
2014 – 16 November 2014) di melakukan pengendalian pada vektornya
Madagaskar terjadi KLB pes dan 40 yaitu X. Cheopis. 5,6,7
orang meninggal. Dua kasus yang Pes dapat dihindari dengan
ditemukan di sebuah rumah sakit di menghambat kontak langsung antara
Antananarivo berpotensi menularkan pes tikus dan pinjal. Pengendalian pada pinjal
pada populasi yang padat penduduk, akan menjadi lebih komplek apabila
sanitasi buruk, pembuangan sampah terjadi resistensi. Telah dilaporkan di
yang tidak baik, kelemahan sistem berbagai negara sudah terjadi resistensi
kesehatan. Di kota Antananarivo belum
terhadap deltametrin (insektisida yang
memiliki aturan yang ketat untuk para dipakai untuk mengontrol populasi pinjal).
turis lokal/internasional yang datang dan Studi terbaru pada tes suseptibilitas X.
pergi dari kota ini, sehingga dikuatirkan cheopis terhadap deltametrin,
akan menyebar ke berbagai wilayah dan menunjukkan bahwa ada 2 dari 32
mengakibatkan pandemi.3
populasi berbeda yang suseptibel
Penyakit pes termasuk penyakit re- terhadap deltametrin, 4 populasi toleran,
emerging diseases, yaitu penyakit yang dan 26 populasi resisten. Resistensi

28
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

penggunaan insektisida pada X. Cheopis Tikus tentu dianggap hama


dan mekanisme resistensi insektisida pengganggu bagi setiap permukiman
penting untuk diketahui, sehingga yang dituju. Beberapa wilayah di belahan
pengendalian populasi pinjal dengan dunia yang mempunyai tingkat sanitasi
menggunakan insektisida sebagai vektor tempat tinggal kurang baik, wabah
pes dapat tercapai.6,8,9 penyakit pes masih dapat ditemukan.
Akan tetapi, bukan berarti manusia yang
tinggal di permukiman modern akan
BAHASAN
sepenuhnya terbebas dari ancaman
Transmisi Penyakit penyakit pes. Pada kenyataannya hama
tikus masih bisa ditemukan bahkan di
Serangga dan hewan pengerat
area permukiman yang cukup modern.
(tikus), baik disadari maupun tidak, pada
Maka kebersihan rumah dan lingkungan
kenyataanya telah menjadi kompetitor
tempat tinggal perlu dijaga baik, supaya
bagi manusia. Selain itu serangga dan
tikus tidak tertarik untuk masuk kedalam
hewan pengerat (tikus) dapat
tempat tinggal manusia dan
mempengaruhi bahkan menganggu
menyebarkan penyakit pes.1,11
kehidupan manusia dengan berbagai
cara. Kehidupan manusia yang
terganggu karena tikus berkaitan erat
dengan kejadian/penularan penyakit.
Pola penularan penyakit pes melibatkan
empat faktor kehidupan, yakni manusia,
pinjal, bakteri, dan tikus.1,10
Bila di suatu daerah akan terjadi
wabah pes, biasanya didahului oleh
wabah pada binatang (epizootie) yaitu
pada tikus. Apabila seekor tikus
menderita pes, maka tikus terinfeksi Gambar 1. Morfologi Bakteri Yersinia
karena gigitan pinjal. Yersinia pestis pestis.12
menggunakan tubuh pinjal sebagai Kuman pes, yaitu bakteri Y. pestis
hospes. Tikus terinfeksi oleh Y. pestis akan berkembang biak di dalam tubuh
melalui gigitan pinjal (Xenopsylla pinjal sehingga akan menyumbat
cheopis). Sebelum kondisi tubuh tikus tenggorokan pinjal. Jika pinjal akan
menjadi parah, tikus masih dapat menghisap darah maka pinjal harus
berinteraksi dengan tikus-tikus lain, terlebih dahulu muntah untuk
sehingga memungkinkan terjadi mengeluarkan Y. pestis yang
penularan antar tikus. Akibat kejadian menyumbat tenggorokan pinjal.
penularan antar tikus, maka pada waktu Muntahan pinjal akan masuk kedalam
yang bersamaan akan muncul banyak luka bekas gigitan dan terjadi infeksi. 1,13
sekali tikus yang menderita pes
(epizootie). Kondisi tikus yang terinfeksi Manusia setelah kontak langsung
Y. pestis menjadi lebih parah maka dan terinfeksi tikus pembawa penyakit
tikus-tikus ini akan mencari tempat sunyi pes, maka akan nampak gejala sakit
dan biasanya mendekati lingkungan setelah 2-6 hari sesuai masa inkubasi
manusia dengan masuk ke rumah- bakteri untuk berkembangbiak dalam
rumah. Bila tikus mati, pinjal akan tubuh manusia. Penyakit pes jenis baru
kelaparan dan keluar dari tubuh tikus. mempunyai masa inkubasi yang lebih
Pinjal yang lapar akan menjadi sangat cepat sekitar 2-4 hari saja. Cara untuk
agresif untuk mendapatkan pakan menghindari terinfeksi penyakit pes
berupa darah, sehingga akan menyerang maka dilakukan pengobatan dengan
apa saja yang ditemui terutama darah menggunakan antibiotik. Penggunaan
manusia.2,4,11 antibiotik diberikan pada orang-orang
yang hidup di sekitar penderita pes.

29
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

Pemberian antibiotik dilakukan ± 7 hari mencegah penularan pes antar rodensia


setelah kontak dengan penderita pes. atau dari rodensia ke manusia, sehingga
Pelindung termasuk sarung tangan, pengendalian pinjal merupakan suatu
masker, dan lain-lain perlu digunakan program prioritas utama dalam
saat akan melakukan kontak fisik penanggulangan penularan pes.
dengan penderita. Kucing perlu Tindakan dilakukan dengan melakukan
dihindarkan dari memakan tikus dan pengendalian vektor pes terlebih dahulu
berinteraksi dengan tikus dalam bentuk daripada pengendalian inang
2,10,11
apa pun. Penyakit pes dapat dicegah jika reservoir. Pengendalian dilakukan
populasi tikus dan pinjal di lingkungan antara lain dengan:
tempat tinggal dibatasi, serta melakukan
vaksinasi saat harus berkunjung ke
1. Tetap menjaga populasi tikus supaya
tidak mengalami peledakan jumlah, di
daerah epidemi.1,13
daerah rural ataupun urban.
Pengendalian Vektor Xenopsylla 2. Menggunakan bahan-bahan
cheopis insektisida pembasmi pinjal pada
Pengendalian vektor merupakan hewan peliharan ataupun hospes lain.
suatu tindakan atau kegiatan dengan 3. Jika ditemukan infestasi pinjal di
penggunaan cara yang baru sekitar tempat tinggal, maka dapat
diaplikasikan/diperkenalkan ataupun digunakan insektisida di dalam rumah,
yang sudah ada di suatu lingkungan, mencuci atau membersihkan benda-
dikelola sedemikian rupa sehingga benda yang diperkirakan
mampu mempertahankan kepadatan terkontaminasi pinjal, melakukan
populasi pinjal pada tingkat yang lebih penyemprotan yang mampu
rendah daripada tingkat populasi pada membunuh pinjal.
saat kegiatan tersebut tidak dilakukan.
Usaha pencegahan dan pemberantasan Metode yang dilakukan untuk
penyakit menular mempunyai banyak pengendalian pinjal dalam
cara, terlebih dalam penanganan pemberantasan pes adalah dengan
penyakit pes. Untuk itu perlu diterapkan metode dusting. Dusting adalah metode
teknologi yang sesuai, cara pengendalian vektor menggunakan
pengendalian vektor penyakit dapat bubuk insektisida pada tempat-tempat
dilakukan dengan pengendalian vektor yang diduga sebagai jalan tikus
terpadu. Pengendalian terpadu dilakukan (runaway) atau sarang inang reservoir.
mengingat keberadaan vektor Insektisida yang dipergunakan untuk
dipengaruhi oleh lingkungan fisik, pengendalian pinjal antara lain
biologis, dan sosial budaya. bendiocarb, carbaryl, deltamethrin,
Pengendalian tidak hanya menjadi diazinon, diflubenzuron, dan fenitrothion.
tanggung jawab sektor kesehatan saja, Indikator keberhasilan metode dusting
tetapi memerlukan kerjasama lintas adalah penurunan Indeks umum dan
sektor dan program. 2,11 indeks khusus pinjal.10

Manusia sebenarnya merupakan


cabang dari siklus bakteri yang berpusat Indeks Umum Pinjal =
Jumlah semua pinjal
pada tikus dan pinjal. Upaya Jumlah tikus Y yang diperiksa
menjauhkan tikus dari tempat kediaman
tetap merupakan usaha yang utama. Indeks Khusus Pinjal =
Penanggulangan penyakit pes
diupayakan dengan melakukan Jumlah total jenis pinjal A
pengendalian pinjal. Tujuan utama Jumlah jenis tikus Y yang diperiksa
pengendalian pinjal adalah untuk
menurunkan populasi pinjal dan
mengurangi kontak gigitan pinjal. Upaya
pengendalian dilakukan supaya dapat

30
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

Metode Dusting dianjurkan.17,18


Metode dusting dilakukan dengan Resistensi insektisida diperkirakan
melakukan penaburan bubuk insektisida terjadi secara langsung dan menjadi
pada jalan tikus. Metode dusting memiliki penyebab utama re-emergence of vector
kelebihan yaitu mampu menurunkan borne disease. Walaupun resistensi tidak
populasi pinjal, sedangkan kelemahan berkontribusi terhadap terjangkitnya
metode ini adalah ada pencemaran suatu penyakti, tetapi dimungkinkan
lingkungan yang diakibatkan oleh bubuk menyebabkan hambatan program
insektisida yang dipergunakan. pengendalian penyakit. Meskipun telah
ada laporan informasi termutakhir
Pelaksanaan metode dusting
mengenai resistensi vektor (laporan
adalah dengan cara bubuk insektisida
database mengenai resistensi dan
ditaburkan sepanjang tempat yang dilalui
catatan program pengendalian milik
tikus, dan sarang tikus (dalam dan luar
World Health Organization) menunjukkan
rumah) dengan menggunakan alat
bahwa banyak terdapat efek resistensi
dusting. Ketebalan insektisida 1 cm dan
pada upaya pengendalian vektor belum
lebar 15 cm. Setiap rumah diberikan 2-4
nampak jelas.
kg insektisida. Setelah 5-7 hari serbuk
insektisida dibersihkan. Hasil Banyak contoh mengenai laporan
penggunaan metode ini efektif resistensi pada spesies vektor dan
menurunkan indeks umum pinjal dalam persebaran lokal atau menyeluruh di
waktu 15-19 minggu. Penurunan indeks suatu wilayah berdasarkan pada data set
umum pinjal 54-87% terjadi ± 10 hari tunggal dari suatu titik waktu tertentu di
setelah aplikasi.16,17 suatu negara dan mungkin tahunan,
selama tiap dekade, atau data lama.
Resistensi Penggunaan Insektisida Usaha untuk meneliti pada setiap
pada X. cheopis kejadian resistensi dan aplikasi pada
Resistensi insektisida sudah vektor pengendalian tidaklah praktis.
menjadi problematika pada semua grup Dikarenakan upaya pengendalian vektor
insekta yang berfungsi sebagai vektor dilakukan hanya pada saat terjadi
pada timbulnya penyakit. Resistensi kejadian emergensi, dan bukan pada
terhadap insektisida mulai nampak pada waktu yang diperlukan secara tepat.
beberapa insekta vektor pada setiap Upaya untuk mengurangi resistensi
genus. Pada tahun 1992, daftar spesies insektisida adalah dengan melakukan
vektor insekta yang resisten meliputi 56 pembatasan pada insektisida yang dijual
Anopheline dan 39 Culicine, Body lice, di pasaran kepada orang awam.
Bed bugs, Triatoma, sembilan spesies Sehingga diperlukan peraturan yang
kutu, dan sembilan spesies pinjal. tegas mengenai pemakaian
insektisida.10,15
Beberapa insekta lain yang penting
dalam dunia kesehatan, seperti lalat dan Meskipun mekanisme insektisida
kecoa, menunjukkan resistensi di semua menjadi kurang efektif pada semua taksa
genera. Resistensi telah berkembang vektor, setiap masalah resistensi
pada setiap kelas bahan kimia dari memiliki mekanisme yang unik dan
insektisida, termasuk obat-obatan mungkin melibatkan berbagai pola yang
mikrobial dan insect growth regulator. kompleks. Upaya untuk menangani
Dalam kurun waktu beberapa dekade resistensi adalah dengan melakukan
akibat pemakaian secara internasional, surveilans untuk mengetahui populasi
detail mengenai keberadaan resistensi yang masih suseptibel. Berdasarkan
insektisida akan mempengaruhi pengamatan pada penelitian mengenai
kebijakan mengenai strategi dalam resistensi terhadap insektisida pada
mengendalikan kebutuhan khusus yang Arthropoda, belum dijelaskan secara
lebih mengarah ke pemakaian daripada terperinci mengenai resistensi Dichloro-
aturan sesuai aplikasi yang Diphenyl-Trichloroethane (DDT) pada

31
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

pinjal, X. cheopis. Penelitian telah pada pinjal ini pada pemakaian di suatu
dilakukan di beberapa tempat di berbagai tempat yang dilakukan dengan
negara di dunia kecuali di Ekuador. penyemprotan dalam skala besar secara
Pernah dilaporkan bahwa terdapat rutin selama bertahun-tahun di suatu
kegagalan penggunaan DDT untuk negara atau di negara lain yang
mengontrol X. cheopis. Hasil penelitian melakukan program pengendalian
di laboratorium dilaporkan bahwa ada terhadap eradikasi malaria atau
peningkatan kemampuan resistensi arthropod borne disease lain.15,17
terhadap DDT sebesar 2-3 kali yang
Meskipun pada masa sekarang
terjadi pada 4-7 generasi. Penggunaan
telah dilakukan program pemantauan
metode teknik Busvine & Nash untuk
penggunaan jangka panjang DDT,
mengevaluasi LC50, maka memperoleh
dieldrin, dan ɤ-BHC untuk memastikan
hasil 0,4% DDT, 0,06% ɤ-BHC, dan
suseptibilitas terhadap pinjal,
0,15% malathion untuk spesies yang ada
sebagaimana yang telah dilakukan
di Calcutta India.18,19,20
terhadap nyamuk. Penemuan prosedur
Data-data mengenai prosedur yang standar untuk mengetahui level
pengamatan resistensi insektisida resistensi insektisida terhadap pinjal
terhadap insekta ini secara fisiologis perlu untuk diketahui. Metode test yang
jarang ditemukan. Hal ini diperkirakan dikembangkan untuk mengetahui level
karena kejadian penyakit plague yang resistensi insektisida terhadap pinjal
disebabkan oleh vektor X. cheopis ini adalah dengan melakukan prosedur tes
telah lama turun secara drastis dan suseptibilitas.17
hampir tidak pernah muncul lagi kejadian
WHO tidak menerapkan standar
penyakit pes di dunia, sehingga sangat
prosedur tes suseptibilitas sebagaimana
sedikit sekali penggunaaan insektisida
halnya pada tes suseptibilitas nyamuk.
dalam skala besar dalam upaya untuk
Sehingga beberapa peneliti melakukan
mengontrol populasi pinjal.
tes suseptibilitas sesuai metode masing-
Penggunaan insektisida dalam masing. Beberapa metode yang
berbagai produk lebih banyak dipergunakan pada awalnya adalah
diaplikasikan pada upaya eradikasi penentuan 10-15 % kematian pada
kejadian malaria maupun arthropod pengendalian pinjal, tetapi pada saat
borne disease lain. Tidak menutup aplikasi, kematian pengendalian
kemungkinan penggunaan insektisida mengalami penurunan bahkan mencapai
dalam lingkup luas, terutama DDT. nilai nol. Rat-traps yang diberi umpan
Penggunaan DDT ini memiliki collateral ditempatkan di rumah-rumah, lumbung,
effect untuk mereduksi kepadatan pinjal dan tempat-tempat lain pada saat sore
pada batas kritisnya dalam transmisi hari. Kemudian pada pagi hari setelah
penyaklit plague. Oleh sebab itu perangkap dan tikus di dalam perangkap
penggunaan bahan insektisida juga diambil dan diletakkan di tas kain yang
berpengaruh pada upaya penurunan diikat secara kuat dengan tujuan untuk
insidensi penyakit pes meskipun di menahan supaya pinjal tikus tidak lepas
daerah endemis. Dilain pihak, pada saat dibawa dalam perjalanan ke
penggunaan bahan insektisida laboratorium. Di laboratorium , kemudian
berpotensi untuk meningkatkan kain yang lembut diletakkan di meja.
resistensi pinjal. Apabila diaplikasikan Perangkap tikus idikeluarkan dari tas-
pada suatu waktu di satu atau dua kain satu persatu, perangkap tikus yang
kejadian sporadik pes secara lokal, serta kosong dipisahkan dan goyang-goyang
dimungkinkan akan terjadi epidemi maka di kain lembut untuk mendapatkan pinjal
akan sulit dilakukan pengendalian yang mungkin tertinggal di perangkap
dengan menggunakan insektisida yang tikus.11,17
sama. Sehingga penting sekali untuk
Tikus dikeluarkan dengan
melakukan pengecekan secara regular
menggunakan kain dan di pegang pada
atau teratur level resistensi insektisida

32
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

telinga dan ekor sementara pinjal akan breeding. Pinjal–pinjal yang telah
terjatuh di kain lembut yang telah terpapar oleh insektisida spray yang
disediakan di meja. Meskipun kain biasa dipergunakan untuk nyamuk,
lembut telah dipergunakan, pinjal-pinjal sehingga pinjal yang terpapar bisa
mampu melompat melarikan diri saat beradaptasi dengan insektisida yang
akan diambil. Sehingga saat melakukan dipergunakan. 17,19,21
sisiran pada tikus dilakukan pada dua
Resistensi pada pinjal dapat terjadi
tabung uji yang saling terhubung (end to
pada tingkatan resistensi tinggi,
end), supaya pinjal tidak akan mampu
resistensi sedang, dan suseptibel.
melompat keluar dari tabung. Kemudian
Resistensi tinggi dapat terjadi pada saat
pinjal yang tertangkap dikumpulkan di
dipaparkan dengan menggunakan DDT,
tabung uji yang telah terdapat kertas
resistensi medium dapat terjadi pada ɤ–
bersih pada tiap sisi tabung. Sepuluh
BHC ataupun Dieldrin. Resistensi pinjal
pinjal diletakkan pada tiap sisi tabung
terhadap insektisida tergantung pula
dan ditutup dengan menggunakan kain
pada jumlah frekuensi paparan
dan karet. Hal ini dilakukan supaya pinjal
insektisida dengan pinjal tersebut.
yang tertangkap dapat diminimalisir
Semakin sering suatu jenis insektisida,
mengalami luka dan menurunkan angka
maka semakin mudah bagi pinjal untuk
kematian pinjal yang tertangkap. Setelah
mengembangkan kemampuan untuk
mendapatkan pinjal yang cukup
beradaptasi dan menjadi resisten
(membutuhkan waktu 3-4 jam untuk
tehadap insektisida. Sehingga perlu
mengkoleksi sekitar 300-400 pinjal)
adanya suatu pengecekan rutin terhadap
mereka kemudian di paparkan dengan
bahan-bahan insektisida yang
menggunakan insektisida dengan cara
dipergunakan pada suatu daerah untuk
tabung digoyang-goyang secara halus
mengetahui level resistensi pinjal
supaya pinjal jatuh kebawah, dan
terhadap insektisida.15,17
kemudian kertas bersih bisa diambil lalu
diganti dengan menggunakan Prediksi mengenai adaptasi
insecticide-impregnated paper (0,5 inchi secara molekuler masih sering
x I inchi). Pada saat akhir paparan diperdebatkan. Ketika terjadi proses
(selama satu jam atau sesuai yang evolusi gen dengan menghasilkan efek
diperkirakan) insecticide-impregnated perubahan, pada saat itu pula
paper diambil dan pinjal dipindah ke diasumsikan semua gen terlibat dalam
tabung lain yang terdapat kertas bersih perubahan tersebut. Namun, adaptasi
lalu diobservasi selama 24 jam untuk dengan latar belakang disebabkan oleh
mengetahui tingkat kematian. Pada gen, selama ini hanya diketahui terjadi
mulut tabung ditutup menggunakan kain pada organisme yang berukuran kecil.
dan karet. Pada saat periode paparan, Pada evolusi hospes parasit, dimana
pinjal akan kontak dengan kertas dimungkinkan terjadi interaksi evolusi
sepanjang waktu. Metode ini menyeluruh, interaksi gen dengan gen
menggambarkan bahwa prosedur di atas yang kemudian diikuti pada siklus
bekerja dengan baik dan mortalitas dari diprediksikan terjadi perubahan pada
pengendalian rendah.17,19 keduanya, yaitu pada sistem hewan dan
tanaman. Mekipun begitu, umumnya
Setelah data jumlah kematian
interaksi antara insekta dan herbivora
didapatkan, tiap batch direbus secara
dibanding pada tanaman terhadap
terpisah dengan menggunakan 10%
insekta, tanaman mempunyai
potassium hydroxide selama setengah
kemampuan interaksi melebihi yang
sampai satu jam dan pinjal kemudian
terjadi pada insekta herbivora.18,21
diidentifikasi dengan mikroskop. Pinjal
yang masih hidup dimungkinkan resisten Na, K-ATPase, atau pompa
terhadap insektisida yang dipergunakan. sodium, merupakan ion transmembran
Kemampuan resistensi ini bisa terjadi enzim dan merupakan ion pembawa
karena adanya mutasi maupun selektif utama pada jaringan hewan yang

33
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

bertanggung jawab untuk pemeliharaan bertanggung jawab pada pengikatan


potensial membran. Struktur asam amino aktivitas insektisida pada target. Aktivitas
sequence dari Na, K-ATPase merupakan insektisida menjadi kurang efektif
subtansi pemelihara utama untuk hewan; maupun menjadi infektif. Target dari
katalisi dari α-subunit memiliki 10 domain organophospat (contoh: malathion dan
transmembran dan lima loop fenithroin) dan carbamat (contoh:
ekstraselular. Dengan mengikat Na, K- propoxur dan sevin) adalah
ATPase, cardenolides mampu acetylcholinesterase pada sinapsis
menghasilkan toksin yang kuat bagi syaraf. Target dari organoklorin (DDT)
hewan pada dosis tunggal. Dikarenakan dan sintetik pyrethroids adalah sodium
23 C empat cincin steroid skeleton channel yang terdapat di syaraf. DDT-
dengan lima cincin lactone pada C17. pyrethroid cross-resistensi mampu
Semua cardenolides sesuai dengan sisi memproduksi asam amino tunggal (satu
ekstraselular untuk berikatan dengan atau dua target) pada axon sodium
NA,K-ATPase, dimana glikolisid channel pada lokasi perikatan
berikatan dengan gula pada berbagai insektisida. Cross-resistensi ini membuat
nomer dan struktur yang terletak pada pergantian aktivasi sodium dan
permukaan membran. Beberapa asam menyebabkan sensitivitas pada
amino diketahui terlibat pada perikatan pyrethroid menjadi rendah. Resistensi
cardenolide dengan menggunakan terhadap cyclodine (dieldrin) yang telah
oubain, bagian yang paling sering dipakai diketahui mekanismenya. Terdapat
sebagai referensi cardenolide adalah perubahan satu nukleotid pada kodon
yang berasal dari Strophantus gratus yang sama dari suatu gen terhadap
(Apocynaceae). Meskipun sensitif reseptor ɤ-aminobutryric acid (GABA),
terhadap NA,K-ATPase dan cardenolide sehingga paling tidak terdapat lima poin
merupakan karakteristik prevalent pada mutasi pada acetylcolinesterase
sebagian besar hewan, beberapa insekta insektisida pada daerah target perlekatan
mampu beradaptasi dengan cardenolide yang telah diketahui. Hal ini terjadi
yang terdapat di tanaman.20,21,22 dikarenakan berbagai perbedaan variasi
untuk mengurangi sensitivitas terhadap
Mekanisme Resistensi Ops dan insektisida karbamat.19,20,22
Mekanisme resistensi insektisida
Mekanisme Detoksifikasi
berdasarkan biokemis secara garis besar
terdiri dari dua mekanisme. Mekanisme Enzim berperan dalam proses
resistensi yang berkaitan dengan target detoksifikasi dari xenobiotik pada
site resisten, terjadi ketika insektisida organisme hidup. Enzim akan
tidak lagi berikatan dengan target. mentranskripsi bermacam-macam famili
Mekanisme kedua adalah resistensi multi gen dari esterase, oksidase, dan
karena detoksifikasi berdasarkan enzim. GST. Dimungkinkan sebagian besar
Mekanisme resistensi terjadi ketika mekansime resistensi pada serangga
terjadi peningkatan level atau modifikasi adalah modifikasi dari level atau aktivitas
aktivitas esterase, oksidasi, atau detoksifikasi enzim esterase untuk
glutathione S-transferase (GST) memobilitasi (hidrolasi ikatan ester) pada
mencegah insektisida supaya tidak bisa berbagai macam insektisida. Esterase ini
mencapai lokasi aksi. Selain kedua hal mengkompres enam famili protein yang
tersebut, dimungkinkan pula ada merupakan anggota dari α/β hidrolase
mekanisme lain yaitu berdasarkan fold superfamily. Individu dari setiap
respon terhadap termal/suhu, hal ini klaster gen diperkirakan mampu
penting untuk dimaknai sebagai upaya beradaptasi, sehingga dapat terjadi
resistensi.20,22 resistensi insektisida. Sebagai contoh
serangga akan melakukan perubahan
Mekanisme Daerah Target pada satu asam amino yang mampu
Perubahan asam amino mengkonversi secara spesifik pada

34
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

esterase, hidrolase insektisida atau famili ke enam yang bertanggungjawab


dengan menghilangkan kopi multipel gen terhadap resistensi. Seperti halnya pada
yang mampu mengamplifikasi resistensi esterase, telah dilakukan penelitian
insekta.19,20,21 secara intensif mengenai mekanisme
dari overproduksi oksidase dan terlihat
Sitokrom P450 oksidase (terminasi
pada kedua bagian aktif cis dan trans
oksigenase) memetabolisme insektisida
faktor. Mekanisme overproduksi
melalui -S-, N-alkyl hydroxylation,
diperkirakan berkaitan dengan fenomena
aliphatic hydroxylation, epoxidation,
induksi, sehingga penting untuk
aromatic hydroxylation, ester oxidation,
dilakukan deteksi dan monitoring
dan nitrogen serta thioether oksidasi.
terhadap resistensi. Langkah awal untuk
Sitokrom P450s merupakan bagian dari
identifikasi resistensi adalah dengan
superfamili yang luas. Enampuluh dua
melakukan deteksi terhadap populasi
famili dari P450s yang diketahui terdapat
vektor, melalui bioassay, biokemis, dan
di tubuh hewan dan tanaman. Sebanyak
molekular.15,21,22
empat famili (famili 4,6,9, dan 18) telah
diisolasi dari insekta. Pada insekta
P450s oksidase merupakan bagian dari

Gambar 2. Cross-Resistensi Dari Berbagai Kelas Insektisida15

Penanggulangan resistensi terus menerus pada efek yang timbul


memerlukan manajemen yang tepat, karena strategi pengendalian vektor
dilakukan dengan strategi dan taktik pada resistensi yang diberlakukan di
tertentu pada program manajemen suatu wilayah. Pemantauan dilakukan
resistensi. Dengan mendeskripsikan karena peralatan yang kurang memadai
suseptibilitas sumber resistensi dan untuk mendeteksi dan manajemen
resistensi surveilans sebagai tahap resistensi pada level tingkatan teratas
penting dalam manajemen resistensi. dengan efektivitas yang optimal.
Sejumlah kursus/training dan konsultasi
Surveilans resistensi memiliki tiga
telah diadakan untuk mengatasi
objek, yaitu 1) menentukan data awal
resistensi serta membantu upaya
untuk program perencanaan dan seleksi
surveilans resistensi. Diperlukan
pestisida sebelum melakukan
perhatian lebih mengenai keberadaan
pengendalian; 2) deteksi resistensi pada
resistensi terutama mengenai deteksi
stadium awal sehingga pada
dan metode survelians. Hal utama
pelaksanaan manajemen lebih tepat
mengenai penanggulangan resistensi
waktu, meskipun deteksi resistensi
adalah perlu adanya integrasi antar
berlangsung terlambat. Penting untuk
seluruh bagian program pengendalian.
mengevaluasi pengendalian vektor yang
Kegiatan pengendalian vektor
mengalami kegagalan; 3) pemantauan
pengendalian meskipun berada pada
35
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

situasi yang darurat, dengan jumlah 3. European Center for Disease


sumberdaya yang sedikit, tetap harus Prevention and Control. Rapid Risk
dilaksanakan seefektif mungkin. 8,15,18 Assesment, Plague Outbreak,
August-November 2014.
Madagascar – 4 Desember
KESIMPULAN
2014.[Article 2014]. Stockholm:
Penyakit pes merupakan salah ECDC; 2014.
satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit
yang menyerang hewan rodensia tetapi 4. Adong I. Pemberantasan Serangga
dapat pula menular ke manusia melalui Dan Binatang Pengganggu. Jakarta:
gigitan pinjal. Penyakit pes disebabkan Departemen Kesehatan; 1989.
oleh enterobakteria Yersinia pestis. 5. Boyer S, Miarinjara A, Elissa N.
Suatu daerah yang terjadi wabah pes, Xenopsylla cheopis (Siphonaptera:
biasanya didahului oleh wabah pada Pulicidae) Susceptibility to
binatang (epizootie) yaitu pada tikus. Deltamethrin in Madagascar. Plos
Penanggulangan penyakit pes ini One. 2014; 9(11):e111998.
diupayakan dengan melakukan 6. Galimand M, Guiyoule A, Gerbaud
pengendalian terhadap pinjal. Tujuan G, Rasoamanan B, Chanteau S,
utama pengendalian pinjal adalah Carniel E, et al. Multidrug
menurunkan populasi pinjal dan Resistance Yersinia pestis, Mediated
mengurangi kontak gigitan pinjal. Upaya By A Transferable Plasmid. The New
pengendalian vektor dilakukan supaya England journal of Medicine.
dapat mencegah penularan pes antar September 1997; 677-680.
rodensia atau dari rodensia ke manusia.
Progam utama penanggulangan pes 7. World Health Organization.
lebih ditekankan pada pengendalian Emerging Infectious Disease, No
vektor yaitu pinjal tikus (Xenopsylla Resistance Plasmid in Yersinia
cheopis) dengan menggunakan pestis, North America: CDC; 2010
insektisida serta pengendalian rodensia May: (16)5.
sebagai inang dari pinjal vektor penyakit 8. Spinner JL, Carmody AB, Jarret CO,
pes. Dalam upaya pengendalian vekor Hinnebusch BJ. Role of Yersinia
juga perlu diperhatikan mengenai pestis Toxin Complex Family Protein
kemungkinan resistensi insektisida. Perlu In Resistance To Phagocytosis By
dilakukan deteksi dini mengenai Polymorphonuclear Leukocytes.
keberadaan populasi level resistensi dan American Society for Microbiology
produk insektisida yang pernah Journal. November 2013; 81(11).
dipergunakan di suatu daerah, sehingga
akan dapat dipilih program perencanaan 9. Shyamal B, Kumar RR, Sohan L,
untuk penanggulangan serta Balakrishnan N, Veena M, Shivi.
pemberantasan vektor dengan tepat. Present Susceptibility Status Of Rat
Flea Xenopsylla cheopis
DAFTAR PUSTAKA (Siphonaptera: Pulicidae), Vector Of
Plague Against Organochlorine,
1. Anonim. Penyakit Pes, Salah Satu Organophosphate And Synthetic
Penyakit Akibat Tikus. [internet] Pyrethroids 1. The Nilgiris District,
2012. Diakses pada 25 Desember Tamil Nadu, India. Journal
2013. Ditelusuri dari Community Disease. 2008 March;
http://www.pengusir 40(1):41-5.
Tikuextro.com//penyakit-pes-salah-
satu-penyakit-akibat-tikus/. 10. Ratovanjolu J, Duchemin JB,
Duplanter JM, Chanteau S.
2. Azrul A. Pengantar Ilmu Kesehatan Xenopsylla cheopis (Siphonoptera:
Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Xenopsyllinae), Fleas In Rural
Jakarta; 1990. Plague Areas Of High Altitude

36
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37

Madagascar; Level Of Sensitivity To 18. Zhou W, Russel CW, Johnson KL,


Ddt, Pyrethroids And Carbamates Mortensen RD, Erickson DL. Gene
After 50 Years Of Chemical Vecttor Expression Analysis of Xenopsylla
Control. Archives de I'Institute cheopis (Siphonaptera: Pulicidae)
Pasteur de Madagascar. 2000;66(1- Suggests a Role for Reactive
2):9-12. Oxygen Species in Response to
Yersinia pestis Infection. Journal of
11. Ratovanjolu J, Rajerison M,
Medical Entomology. 2012;
Rahelinirina S, Boyer S. Yersinia
49(2):364-370.
pestis in Pulex Irritans Fleas During
Outbreak, Madagascar. Emerging 19. Busvine JR & Lien J. Methods for
infectious Disease. 2014 Measuring Insecticide Susceptibility
Aug;20(8):1414-5 Levels in Bed-bugs, Cone-nosed
Bugs, Fleas and Lice. Bull. Org.
12. Mills JN and Childs JE. Ecologic
mond. San Bull. Wld Hlth Org.1961;
Studies of Rodent In Reservoirs:
24: 50-517.
their prelevance for human health.
Emerging infectious disease. 1998 20. Bacott AW. The Effect of The
Ocktober-December; 4(4). Vapours Of Various Insecticides
Upon Fleas (Ceratophyllus fasciatus
13. Djoko P. Permasalahan Hama Tikus
and Xenopsylla cheopis ) at Reach
Dan Strategi Pengendaliannya
Stage In Their Life History And Upon
(contoh kasus periode tanam 2003-
The Bed Bugs (Cimex legtularius) in
2004). [internet] 2009. Diakses pada
Its Larval Stage. [Synopses].
5 Januari 2014. Ditelusuri dari
J.Hyg.London. 1914;13:665-681.
www.sugarresearch.org.
21. Stasiak RS, Grothaus H, & Miner
14. Hinnebusch BJ, Rosso ML, Schwan
WF. Resistance of The Oriental Rat
TG, Carniel E. High-Frequency
Flea, Xenopsylla cheopis, to DDT In
Conjugative Transfer of Antibiotic
The Republic Of Viet-Nam. [Notes].
Resistance Genes To Yersinia pestis
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti
in The Flea Midgut. Molecular
cles/PMC2427555/pdf/bullwho00217
Microbiology. 2002; 2.
-0170.pdf
15. Brogdon W.G and McAllister JC.
22. Ke Dong. Insect Sodium Channels
Insecticide Resistance and Vector
And Insecticide Resistance. Invert
Control. Emerging Infectious
Neurosci. 2007 March; 7(1): 17–30.
Diseases. 1998 ; 4 (4).
23. Susanne D, Safaa D, Vera W, and
16. Engelthaler DM, Hinnebusch BJ,
Agrawal AA. Community-wide
Rittner CM, Gage KL. Quantitave
Convergent Evolution In Insect
Competitive PCR As A Technique
Adaptation To Toxic Cardenolides By
For Exploring Flea- Yersinia pestis
Substitutions In The Na, K-ATPase.
Dynamics. American Journal of
[internet]. Diakses pada tanggal 5
Troprical Medicine and Hygiene.
Januari 2014. Ditelusuri dari PNAS.
2000; 62(5).
http://www.pnas.org/content/109/32/
17. William GB and McAllister JC. 13040.full.pdf.
Insecticide Resistance And Vector
Control. Emerging Infectious
Diseases. 1998 October–December;
4(4).

37

Вам также может понравиться