Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Muhaimin
Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
Jl. H.R Rasunan Said Kav 4-5, Kuningan-Jakarta Selatan
Telp. 08121360409, Email: eminaltair@gmail.com
Tulisan Diterima: 31-01-2017; Direvisi: 15-03-2017;
Disetujui diterbitkan: 17-03-2017
ABSTRACT
The Indonesian Procedure of Criminal Law contains specific principles applications. The
principle of balance justice is integral with the equity before the law principle which is the
law and fundamental principles of the rights principles of a suspect, defendant, and convict to
bring themselves when their human rights are violated. The flawless execution of the law
enforcement in the community is primarily based on the values that the people hold in the
community. The opportunity principle implied in the authority and position of the Public
Prosecutor (PU), the existence of power to prosecute a criminal and violation case does not
diminish the power to take the actions due to its positions. The prosecution policy for the
public interest is entrusted and accounted to the Attorney General as the highest Public
Prosecutor, and with the opportunity principle, AG is the institution critical to the law
enforcement that ensures the stability of a legal state like the Republic of Indonesia. It is clear
that the laws and legislations principles are means to the goal for the best physical and
mental welfare. It also means that the society’s legal culture is also critical to enforcement of
environmental law. One of the causes of the decline in the quality of justice system is the lack
of external or public control power against the entire justice process. The law enforcement is
focused more on efforts to align existing values in the community than the values presented in
the law.
Keywords: Opportunity Principle, Legality Principle, Rule of Law
ABSTRAK
Hukum Acara Pidana terdapat asas-asas berlaku spesifik, asas peradilan berimbang ini tidak
dapat dilepaskan dari asas equity before the law yang merupakan asas hukum dan dasar dari
prinsip antara hak-hak seorang tersangka, terdakwa dan terpidana untuk membawa dirinya
menakala hak asasinya dilanggar.Kelancaran proses pelaksanaan penegakan hukum di dalam
masyarakat sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang dianut dan berlaku di dalam masyarakat
yang bersangkutan. Asas oportunitas yang secara implisit terkandung dalam wewenang dan
posisi (kedudukan) dari Penuntut Umum (PU), adanya kewenangan untuk menuntut perkara
kejahatan dan pelanggaran itu, tidak mengurangi kewenangan untuk bentindak karena
jabatannya. Kebijaksanaan penuntutan untuk kepentingan umum dipercayakan dan
dipertanggungjawabkan kepada Jaksa Agung sebagai Penuntut Umum tertinggi, dan adanya
asas oportunitas merupakan lembaga yang dibutuhkan dalam penegakan hukum demi
menjamin stabilitas dalam suatu negara hukum seperti halnya negara Republik Indonesia.
Tampak jelas bahwa salah satu asas dari peraturan perundang-undangan adalah sebagai sarana
untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan lahir dan batin, Ini berarti bahwa
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 108 - 122 108
Jurnal Penelitin Hukum
budaya hukum masyarakat sangat penting sebagai sarana penegakan hukum lingkungan.
Salah satu penyebab merosotnya kualitas peradilan adalah tidak kuatnya (powerless) fungsi
kontrol eksternal atau publik terhadap seluruh proses peradilan. Penegakan hukum lebih
menekankan pada upaya-upaya untuk menyerasikan nilai-nilai yang berlaku di dalam
masyarakat dengan nilai-nilai yang dijabarkan dalam hukum
Kata Kunci : Asas Oportunitas, Asas Legalitas, Rule of Law
PENDAHULUAN
Hukum dapat dirasakan dan secara nasional maupun internasional.
diwujudkan dalam bentuk paling Beberapa persamaan antar ketentuan
sederhana, yaitu peraturan perundang- ICCPR, ketentuan UDHR dan ketentuan
undangan.Dalam bentuk lebih rumit, lain yang dianut dalam Hukum Pidana
wujud hukum tersebut dikendalikan oleh Materiel Hukum Pidana formal Indonesia
sejumlah asas, doktrin, teori, atau filosofi (Kaligis, 2006:10).
hukum yang diakui oleh sistem hukum Kemerdekaan dan kebebasan seseorang
secara universal (Kaligis, 2006:112). mengandung aspek yang luas. Salah satu
Dalam Hukum Acara Pidana terdapat aspeknya adalah hak seseorang untuk
asas-asas berlaku spesifik, seperti asas fair diperlakukan secara adil, tidak
trial atau asas peradilan berimbang. Asas diskriminatif dan berdasarkan hukum,
peradilan berimbang ini tidak dapat terutama bila seseorang diduga atau
dilepaskan dari asas equity before the law disangka melakukan suatu pelanggaran
yang merupakan asas hukum dan dasar atau kejahatan, kecuali perampasan atau
dari prinsip antara hak-hak seorang pembatasan kemerdekaan dan kebebasan
tersangka, terdakwa dan terpidana untuk bergera seseorang diduga melakukan
membawa dirinya menakala hak asasinya tindak pidana, dipandang dari sudut
dilanggar, dengan hak-hak, kewenangan, hukum pidana dapat berupa penangkapan,
bahkan kewajiban, penyidik, penuntut penahanan dan pemidanaan, dan ini dapat
umum, hakim, advokat serta lembaga dibenarkan berdasarkan peraturan
Pemasyarakatan untuk menggunakan perundang-undangan.
upaya paksa yang merampas hak-hak Hal tersebut mengandung arti bahwa,
tersangka, terdakwa, dan atau terpidana ada hak-hak tertentu dari seseorang yang
dengan maksud mengetasi dan ditangkap, ditahan, ataupun dipidana yang
memberantas kejahatan (Harahap, 2005: harus dipenuhi, antara lain:
40). 1. Hak untuk mengetahui dasar atau
Doktrin kedudukan di hadapan hukum alasan penangkapan, penahanan dan
atau biasa disebut juga the doctrin of atau penjatuhan pidana terhadap
equality, menurut Albert Dicey, lahir dirinya (KUHP).
sebuah reaksi akibat perlakuan tirani yang 2. Hak untuk memperoleh perlakuan
dijalankan oleh para bangsawan Anglo perundang-undangan yang berlaku,
Saxon di Inggris.Raja John menghentikan selama menjalani pidana atas dirinya.
pelakukan tersebut dengan mengeluarkan 3. Hak untuk mengungkapkan pendapat
Magna Charta yang memuat doktrin bagik secara lisan maupun tulisan.
tersebut.Oleh sebab itu, dapat dikatakan 4. Hak untuk diam, dalam arti tidak
bahwa ekspresi equality begore the mengeluarkan pernyataan ataupun
lawlahir dari sistem Common Law pengakuan. Jadi tidak diperkenankan
Inggris.Berbagai asas perlingungan hak adanya tekanan-tekanan tertentu. Hak
asasi tersangka, terdakwa, dan atua tersebut dinyatakan dengan tegas di
terpidana melalui Hukum Pidana baik dalam Pasal 52 KUHAP.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 108 - 122 109
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Selain hak-hak yang telah disebutkan di tersebut baik dalam bentuk surat atau
atas, dalam pemeriksaan pada tingkat keputusan merupakan dasar pemberian
penyidikan dan pengadilan, tersangka atau ganti rugi, padahal kompensasi tersebut
terdakwa memiliki hak-hak antara lain: dicantumkan dalam putusan pengadilan.
1. Hak untuk memberikan keterangan Pengajukan hak hidup sebagai hak
secara bebas kepada penyidik dan asasi, berarti perampasan kemerdekaan
hakim; seseorang itu seandainya pun dilakukan,
2. hak untuk setiap waktu mendapat merupakan suatu tindakan pengecualian.
bantuan juru bantu basa; Hukum Pidana Formal secara rinci
3. Hak untuk mendapat bantuan hukum mengatur bagaimana prosedur dan dengan
dari seseorang atau lebih penasehat alasan-alasan apa saja seseorang dapat
hukum selama dalam waktu dan pada dirampas kemerdekaannya. Perlindungan
setiap tingkat pemeriksaan; HAM juga dilakukan oleh sejumlah
4. Hak untuk menghubungi dan menerima peraturan material di luar KUHAP.
kunjungan dokter pribadinya untuk Dalam konteks Hukum Pidana,
kepentingan kesehatan baik yang ada pelanggaran HAM terjadi apabila salah
hubungannya dengan proses perkara satu prasyarat telah dipenuhi, yaitu bahwa
maupun tidak; pelanggaran HAM terjadi apabiula telah
5. hak untuk memberitahukan tentang diatur dalam peraturan perundang-
penahanan atas dirinya oleh Pejabat undangan.Paradigma ini sesuai dengan
yang berwenang pada setiap tingkat asas nulum cruime sine lege atau asas
pemeriksaan, kepada keluarganya atau legalitas, sebagaimana diatur dalam Pasal
orang lain yang serumah dengannya; 1 ayat (1) KUHP.Asas legalitas ini
6. Hak untuk diadili di sidang pengadilan merupakan salah satu asas yang
yang terbuka untuk umum serta hak fundamental melindungi hak kemerdekaan
untuk mengusahakan dan mengajukan dan kebebasan seseorang dalam hukum
saksi dan atau seseorang yang memiliki pidana.
keahlian khusus guna memberikan Ketentuan asas legalitas pada Pasal 1
keterangan yang menguntungkan bagi ayat (1) KUHP, diturunkan ketentuan lain
dirinya; mengatur bahwa seseorang baru bisa
7. Hak untuk mengirim surat kepada dinggap bersalah melalukan suatu tindakan
penasehat hukumnya dan menerima pidana hanya melalui suatu putusan
surat dari penasehat hukumnya dan pengadilan, dan mempunyai kekuatan
sanak keluarganya setiap kali yang hukum tetap. Asas ini dikenal sebagai asa
diperlukan olehnya, untuk keperluan itu praduga tak bersalah atau asas
bagi tersangka dan terdakwa disediakan presumption of innocence, yang
alat tulis menulis; dirumuskan di dalam Pasal 8 Undang-
8. Hak untuk menuntut ganti kerugian dan Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
rehabilitasi karena ditangkap dan Kekuasaan Kehakiman.
ditahan tanpa menurut tata cara Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3)
berdasarkan undang-undang. Bab I, Amandemen Ketiga Undang-
Ganti kerugian maupun rehabilitasi Undang Dasar 1945, menegaskan kembali
melalui sidang Praperadilan ini merupakan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara
bentuk pemulihan hak tersangka dan Hukum”. Artinya bahwa Negara Kesatuan
terdakwa yang dikompensasi dengan Republik Indonesia adalah negara yang
sejumlah uang. Pemberian ganti kerugian berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak
tersebut tidak mencerminkan rasa keadilan berdasar atas kekuasaan (machtstaat), dan
dan harus melalui birokrasi dari kepolisian pemerintahan berdasarkan sistem
maupun kejakasaan yang panjang konstitusi (hukum dasar), bukanlah
menunggu keputusan Menteri Keuangan, absolutisme (kekuasaan yang tidak
Keputusan, Izin Menteri Keuangan terbatas). Sebagai konsekuensi dari Pasal 1
ayat (3) Amandemen ketiga Undang- Tujuan akhir dan proses penegakan
undang Dasar 1945, 3 (tiga) prinsip dasar hukum yakni hukum memberikan jaminan
wajib dijunjung oleh setiap warga negara terlaksananya pemerataan keadilan dan
yaitu supremasi hukum; kesetaraan di perlindungan bagi harkat dan martabat
hadapan hukum; dan penegakkan hukum manusia, ketertiban, ketentraman dan
dengan cara-cara yang tidak bertentangan kepastian hukum sesuai dengan ketentuan
dengan hukum. Undang-undang (BPHN, 2004: 140). Oleh
OIeh sebab itu, negara Republik karena itu pelaksanaan penegakan hukum
Indonesia mempunyai ciri khas sebagai harus berjalan sebagaimana mestinya agar
suatu Negara Hukum sebagai berikut sasaran dan kesadaran dan tujuan hukum
(Muchsin, 2005:11): yang hendak dicapai dapat terwujud, yaitu
1. Pengakuan dan perlindungan hak-hak adanya keseimbangan atau keselarasan
asasi manusia yang mengandung antara hukum yang berlaku dengan nilai-
persamaan dalam bidang politik, nilai yang hidup di masyarakat.
hukum, sosial, ekonomi dan Salah satu asas yang dikenal dalam
kebudayaan. penegakan hukum di Indonesia adalah
2. Pengadilan yang bebas dan tidak berlakunya asas oportunitas dalam praktek
memihak serta tidak dipengaruhi oleh penegakan hukum pidana. Soepomo
sesuatu kekuasaan dan kekuatan mengatakan bahwa di Hindia Belanda
apapun juga. dahulu, asas oportunitas sudah dianut Iebih
3. Legalitas dalam segala bentuknya, dan 100 tahun. Dengan demikian asas
ketiga ciri khas dan suatu negara oportunitasyang dianut sampai sekarang
hukum tersebut sudah tersurat dalam adalah suatu asas hukum yang sudah
UUD 1945 yang telah mengalami sangat tua usianya. Asas ini mula-mula
perubahan. dikenalkan di Indonesia sebagai hukum
Sebagai suatu negara hukum, maka kebiasaan (hukum tidak tertulis),
konsekuensinya adalah supremasi hukum kemudian secara tegas dirumuskan dalam
harus ditegakkan dan dilaksanakan dengan hukum tentulis, misalnya dalam Undang-
benar dalam anti bahwa segala pelaku, undang Nomor 15 Tahun 1961 tentang
baik itu anggota masyarakat atau aparat Ketentuan-ketentuan Pokok Kejaksaan
pelaksana pemerintahan, harus tunduk dan Republik Indonesia. Ketentuan Pasal 8
tidak boleh menyimpang dan hukum yang Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961
berlaku di negara Indonesia (Muchsin, pada intinya menegaskan bahwa “Jaksa
2005:11) Agung dapat menyampaikan perkara
Dengan demikian, penegakan hukum berdasarkan suatu kepentingan
dan ketertiban merupakan syarat mutlak umum”.Berikutnya dalam Undang-undang
bagi upaya-upaya penciptaan Indonesia tentang Kejaksaan yang baru, pengganti
yang damai dan sejahtera. Apabila hukum Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961,
ditegakkan dan ketertiban diwujudkan yakni Undang-undang Nomor 5 Tahun
maka kepastian rasa aman, tenteram, 1991, terakhir dengan Undang-undang
ataupun kehidupan yang rukun akan dapat Nomor 16 Tahun 2004, asas oportunitasini
terwujud. Ketiadaan penegakan hukum tetap berlaku. Pemahaman terhadap
dan ketertiban akan menghambat pengaturan dan kewenangan menerapkan
pencapaian masyarakat yang berusaha dan asas oportunitas hendaklah dikaitkan
bekerja dengan baik untuk memenuhi dengan ketentuan Pasal 14 huruf h
kebutuhan hidupnya. Hal tersebut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
menunjukkan adanya keterkaitan yang erat tentang Hukum Acara Pidana, bahwa
antara damai, adil dan sejahtera. Untuk itu “Penuntut Umum mempunyai wewenang
perbaikan pada aspek keadilan akan menutup perkara demi kepentingan
memudahkan pencapaian kesejahteraan hukum”.
dan kedamaian.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 108 - 122 111
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 108 - 122 113
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
serta bahan hukum tersier sebagai perdata Jerman ini menghendaki agar
pelengkap dari bahan hukum primer dan Jerman diberlakukan kodifikasi perdata
bahan hukum sekunder dalam bentuk dengan dasar hukum Peraneis (Code
kamus hukum dan ensikiopedi (Soekanto, Napoleon). Seperti diketahui setelah
1998: 14-15). Perancis meninggalkan Jerman timbul
masalah hukum apa yang hendak
PEMBAHASAN diberlakukan di negara ini. Juga
Sudah menjadi perbincangan yang merupakan suatu reaksi yang tidak
umum dimana-mana, bahwa institusi langsung terhadap aliran hukum alam dan
peradilan di Indonesia performa dan aliran hukum positif.
kinerjanya benar-benar buruk dan masih Bagaimanakah inti pemikiran dan
jauh dan harapan yang diidealkan, yakni mazhab sejarah ini? Dalam buku Friedrich
eksistensi sebagai lembaga yang dapat Carl von Savigny yang termashur Von
memberikan jaminan keadilan hukum bagi beruf Unserer Zeit fur Gesetzgebung und
masyarakat dan berpegang kepada prinsip- Rechtswissenchaft antara lain dikatakan:
prinsip independensi serta objektifitas “Das Recht wird nicht gemacht, est 1st
secarakonsisten. Alih-alih menjadi und wird mit dem Volke“. Ini berarti
lembaga penjamin (baca: lembaga yang bahwa hukum itu tidak dibuat akan tetapi
berpihak) kepada rasa keadilan hukum tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat, akibat buruknya perfomia dan masyarakat (Rasjidi, 1985 : 45).
kinerja peradilan, kadang-kadang malah Mempelajari hukum dan segi
menjadi faktor pemicu berkepanjangan sejarahnya berarti menelusuri atau mencari
konflik hukum yang terjadi di masyarakat. asal mula suatu sistem hukum dalam suatu
Pada sisi lain juga dapat dikatakan negara/masyarakat, perkembangannya dan
bahwa terjadinya konflik hukum dahulu hingga sekarang, bahkan menurut
disebabkan karena adanya budaya hukum Satjipto Rahardjo sebagaimana dikutip
yang mempengaruhi kesadaran hukum oleh Lili Rasjidi, mengemukakan bahwa
pada tatanan tertentu, seperti halnya pada melalui metode ini dapat diketahui hal-hal
Polisi, Jaksa, Hakim dan masyarakat sebagai berikut:
mengenai hukum. a. Faktor-faktor apa sajakah yang
Salah satu aliran dalam ilmu hukum mempengaruhi terbentuknya suatu
yang mempengaruhi terbentuknya hukum lembaga hukum tertentu dan
adalah aliran dan mazhab sejarah yang bagaimana jalannya proses
dipeloponi oleh Fniedrich Carl Von pembentukan itu?
Savigny (Savigny, 2000: 173) b. Faktor apakah yang dominan
Ada dua pengaruh terhadap lahirnya pengaruhnya dalam proses
mazhab ini yakni pengaruh Montesquieu pembentukan suatu lembaga hukum
dalam bukunya L‘esprit de Lois yang lebih tertentu dan apa sebabnya?
dahulu mengemukakan tentang adanya c. Bagaimanakah interaksi antara
hubungan antara jiwa sesuatu bangsa pengaruh-pengaruh yang datang dari
dengan hukumnya dan pengaruh faham luar dengan kekuatan perkembangan
Nasionalisme yang mulai timbul di awal dan dalam masyarakat sendiri?
abad ke 19. Lahirnya mazhab ini juga d. Bagaimanakah jalannya proses adaptasi
merupakan suatu reaksi yang langsung terhadap lembaga-lembaga yang
terhadap suatu pendapat yang diambil dan sistem hukum asing?
diketengahkan oleh Thibaut dalam e. Apakah suatu lembaga hukum tertentu
pamfletnyayang berbunyi Uber Die selalu menjalankan fungsi yang sama?
Notwendigkeit Eines Aligemeine Apakah terjadi perubahan fungsi? Apa
Burgerlichen Rechts Fur Deutschland yang menyebabkannya? Apakah
keperluan akan adanya kodifikasi hukum perubahan itu bersifat formal atau
perdata bagi negeri Jerman. Ahli hukum informal?
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 108 - 122 115
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
diterima apabila keberlakuan dan “rule of Salah satu faktor yang dapat
recognition” dipatuhi oleh sebagian besan mempengaruhi berfungsinya hukum
warga masyarakat (Davies, 46-47). dengan baik adalah budaya hukum
Rolf Sartorius dan Hart berpendapat masyarakat. Budaya hukum masyarakat
bahwa penerimaan segala peraturan sangat berkaitan erat dengan kesadaran
konstitusi yang meliputi “rule of hukum masyarakat.
recognition“, perubahannya, peraturan- Berkaitan dengan hal ini, Sunaryati
peraturan yang memecahkan konflik dan Hartono mengemukakan bahwa kesadaran
penegakannya, merupakan dasar dari tertib hukum merupakan suatu pengertian yang
hukum (Davies: 93). menjadi hasil ciptaan para sarjana hukum,
Menurut Lawrence M. Friedman, yang tidak dapat dilihat secara langsung di
sebagaimana telah dikemukakan dalam dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi
kerangka teoritis ada tiga elemen atau hanya dapat disimpulkan ada/tidaknya dan
aspek dan sistem hukum, yaitu:Structure, pengalaman-pengalaman hidup sosial
substance dan legal culture. Structure melalui suatu cara pemikiran dan cara
adalah menyangkut lembaga-lembaga penafsiran yang tertentu (Hartono, : 12).
yang berwenang membuat dan Kelancaran proses pelaksanaan
melaksanakan undang-undang (lembaga penegakan hukum di dalam masyarakat
pengadilan dan lembaga legislatif). Aspek sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang
kedua, adalah substansi, yaitu materi atau dianut dan berlaku di dalam masyarakat
bentuk dariperaturan perundang-undangan, yang bersangkutan.
dan aspek ketiga dan sistem hukum adalah Mochtar Kusumaatmadja
apa yang disebut dengan legal culture. mengemukakan bahwa hukum sebagai
Legal culture oleh Friedman dimaksudkan kaidah sosial, tidak terlepas dari nilai
sebagai sikap orang terhadap hukum dan (values) yang berlaku di suatu masyarakat,
sistem hukum, yaitu menyangkut bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu
kepercayaan akan nilai, pikiran atau ide merupakan pencerminan dari nilai-nilai
dan harapan mereka (Friedman, 1984 : 5- yang berlaku dalam masyarakat.
6). Hukum yang baik adalah hukum yang
Friedman mengemukakan 4 (empat) sesuai dengan hukum yang hidup (the
fungsi sistem hukum.Pertama, sebagai living law) dalam masyarakat, yang
bagian dari sistem kontrol sosial (social tentunya sesuai pula atau merupakan
control) yang mengatur perilaku pencerminan dan nilai-nilai yang berlaku
manusia.Kedua, sebagai sarana untuk dalam masyarakat itu.
menyelesaikan sengketa (dispute Nilai-nilai itu tidak terlepas dari sikap
settlement). Ketiga, sistem hukum (attitude) dan sifat-sifat yang (seharusnya)
memiliki fungsi sebagai social engineering dimiliki orang-orang yang menjadi
function. Keempat, hukum sebagai social anggota masyarakat yang sedang
maintenance, yaitu fungsi yang membangun itu. Tanpa perubahan sikap-
menekankan peranan hukum sebagai sikap dan sifat ke arah yang diperlukan
pemeliharaan “status quo” yang tidak oleh suatu kehidupan yang modern, maka
menginginkan perubahan. segala “pembangunan” dalam arti benda
Sunaryati Hartono berpendapat bahwa fisik, akan sedikit sekali artinya. Hal ini
hukum itu tidak hanya secara pasif sudah dibuktikan oleh pemborosan-
menerima dan mengalami pengaruh dan pemborosan yang terjadi di banyak negara
nilai-nilai sosial budaya di dalam yang sedangberkembang yang
masyarakat, akan tetapi secara aktif harus mengabaikan aspek ini. Jadi, hakekat dari
mempengaruhi pula timbulnya nilai-nilai masalah pembangunan nasional adalah
sosial budaya yang baru (Hartono, 1976 : masalah pembaharuan cara berpikir dan
5). sikap hidup (Kusumaatmadja, 2002 :
10).
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 108 - 122 117
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 108 - 122 119
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 108 - 122 121
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
B. Makalah:
Melai, AL. dalam A. Karim Nasution.
Kepetingan Sebagai Penyampingan
Perkara (Makalah) tanpa tahun.
Ramelan, S.H., Profesionalisme Jaksa di
Era Supermasi Hukum, disampaikan
pada Seminar ”Perspektif Peran
Kejaksaan Dalam Era Supermasi
Hukum”, Tahun 2000.
C. Peraturan Perundang-Undangan:
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
(Hasil Amandemen) terakhir.
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 7
Tahun 2004 tentang Perencanaan
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2004-2009.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1991 tentang Kejaksaan.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2004 tentang Perubahan
Terhadap Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian
Republik Indonesia.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2004 tentang Perubahan
Terhadap Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.