Вы находитесь на странице: 1из 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPESERTAAN BPJS MANDIRI

DI PUSKESMAS CIPAGERAN TAHUN 2018

Siti Halimah
Public Health Study Program STIKES A.Yani Cimahi
e-mail: sitihalimah1922@gmail.com

Abstract

According to BPJS rules, there is a service procedure in which the patient deserves
to get health care according to the applicable procedure, in case the patient is registered by
providing his/her health BPJS card. Participants covered by the National Health Insurance
(JKN) include beneficiary contributions (PBI) and non-beneficiary (Non PBI) contributors. In
one hand, the negative impact of not having BPJS is that the patient will be hampered by the
high cost of health service, while on the other hand, the positive impact is when the patient
show his/her insurance card, the cost will be borne by health insurance. This study aims at
finding out the factors contributing to BPJS Mandiri participation at Cipageran Public Health
Center in 2018. The study design was cross sectional. The author took patients visiting
Cipageran Public Health Center as sample by accidental sampling technique. The author
collected data through interviews and questionnaires. The author conducted univariate and
bivariate data Analysis to find out the correlation(chi square) The study found out that there
was correlation between age and BPJS MANDIRI participation with p value = 0,021. There
was also coorelation between attitude and BPJS MANDIRI participation with p value = 0,013
and. In addition, there was coorelation between family support and BPJS MANDIRI
participation with p value = 0,032 as well. However, there was no Coorelation found between
knowledge, sex, education, employment and income, and BPJS MANDIRI participation. In
order to improve BPJS MANDIRI participation , it is recommended to provide information
regarding procedures for registration, the amount of fee according to the inpatient class tariff
and to increase the number of BPJS Mandiri participation.

Keywords: Knowledge, Attitude, Sex, Age, Education, Employment, Income and Family
Support

Contact Author: name, affiliation, address


Siti Halimah
Jl. Ters. Jenderal A. Yani Cimahi
Telp: 0226631623 Fax: 0226631624
e-mail: sitihalimah1922@gmail.com
PENDAHULUAN dambakan oleh setiap orang
(Herlambang, 2016).
Berdasarkan UU No.36 Tahun Badan Penyelenggara Jaminan
2009 tentang kesehatan, yang dimaksud Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS
kesehatan adalah keadaan sehat, baik Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
secara fisik, mental, spiritual maupun Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
sosial yang memungkinkan setiap orang Kesehatan (BPJS) adalah badan hukum
untuk hidup produktif secara sosial dan yang dibentuk penyelenggara program
ekonomis. pada pasal 3 disebutkan bahwa jaminan kesehatan, sedangkan BPJS
pembangunan kesehatan bertujuan untuk Ketenagakerjaan berfungsi
meningkatkan kesadaran, kemauan , dan menyelenggarakan program jaminan
kemampuan hidup sehat bagi setiap kecelakaan kerja, jaminan kematian,
orang. Dalam mengatur masalah jaminan hari tua, dan jaminan pensiun.
kesehatan diperlukan suatu badan khusus Dalam rangka fungsi sebagai
yang bertanggung jawab dalam penyelenggara program jaminan
menyelenggarakan jaminan kesehatan, kesehatan sosial bagi seluruh penduduk
dimana badan tersebut harus memberikan Indonesia, BPJS kesehatan mempunyai
mutu pelayanan yang baik agar dapat tugas utama yaitu menerima pendaftaran
tercapainya kepuasan pelayanan peserta BPJS, memungut dan
kesehatan. mengumpulkan iuran peserta BPJS
Semakin berkembang jaman untuk pemberi kerja, menerima bantuan iuran
memelihara kesehatan membutuhkan dari Pemerintah (Herlambang, 2016).
biaya yang mahal. Pembiayaan kesehatan Dalam BPJS terdapat prosedur
adalah besarnya dana yang harus pelayanan dimana pasien yang sakit
disediakan untuk menyelenggarakan dan mendapat pelayanan kesehatan sesuai
atau memanfaatkan berbagai upaya prosedur yang berlaku, dimana psien
kesehatan yang diperlukan oleh terdaftar dengan membawa kartu BPJS
perorangan, keluarga, kelompok dan kesehatan. Peserta dalam Jaminan
masyarakat (Azwar, 2010). Pembiayaan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi,
kesehatan yang kuat, stabil dan peserta penerima bantuan iuran (PBI) dan
berkesinambungan memegang peranan peserta bukan penerima bantuan iuran
yang amat vital untuk penyelenggaraan (Non PBI)
pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai berbagai tujuan penting dari Berdasarkan data jumlah
pembangunan kesehatan di suatu negara kunjungan pasien Puskesmas Cipageran
diantaranya adalah pemerataan tahun 2016 yang berobat tanpa
pelayanan kesehatan dan akses serta menggunakan BPJS Mandiri 23.136
pelayanan yang berkualitas (Kesehatan (65,21%), cakupan kepemilikan BPJS
RI, 2009). Mandiri 12.341 (34,78%), sedangkan
Pemerintah Indonesia tahun 2017 jumlah kunjungan pasien yang
menargetkan bahwa pada tahun 2014 berobat tanpa menggunakan BPJS
semua penduduk indonesia telah menjadi Mandiri sebanyak 26.366 (76,97%),
peserta Jaminan Kesehatan Nasional cakupan kepemilikan BPJS Mandiri
(JKN). Program Jaminan Kesehatan sebanyak 7.888 (23,02%) orang. Dilihat
Nasional (JKN) bertujuan memberikan dari data tersebut adanya peningkatan
kepastian jaminan kesehatan yang Jumlah pasien umum yang berobat tanpa
menyeluruh bagi setiap rakyat indonesia menggunakan BPJS Mandiri, sedangkan
agar penduduk indonesia dapat hidup cakupan kepemilikan BPJS Mandiri
sehat, produktif, dan sejahtera. Setiap tersebut mengalami penurunan.
negara pasti mempunyai cita-cita untuk
menjadikan masyarakatnya hidup Di indonesia, perkembangan
sejahtera, melalui penjaminan atas asuransi dimulai dengan asuransi sosial
kesehatan masyarakatnya. Kesehatan yaitu merupakan mekanisme
merupakan kebutuhan manusia yang di pengumpulan iuran yang bersifat wajib
dari peserta dan asuransi kesehatan yang
berupa kesehatan pegawai negeri, dan perjanjian kerja sama dengan BPJS
dilanjutkan dengan pegawai negeri swasta Kesehatan atau pada keadaan tertentu.
(Thabrany, 2015). Pengaturan pedoman (kegawatdaruratan medik atau darurat
pelaksanaan Jaminan Kesehatan medik) dapat dilakukan oleh fasilitas
Nasional bertujuan untuk memberikan kesehatan yang tidak bekerja sama
acuan bagi Badan Penyelenggara dengan BPJS kesehatan. Pelayanan
Jaminan Sosial Kesehatan, Pemerintah Kesehatan dalam program JKN diberikan
(Permenkes, 2014). secara berjenjang, efektif dan efisien.
Peserta dalam program Jaminan Pelayanan kesehatan dilaksanakan
Kesehatan Nasional (JKN) meliputi : secara berjenjang dimulai dari pelayanan
Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) kesehatan tingkat pertamaFasilitas
Jaminan Kesehatan, yaitu fakir miskin dan kesehatan tingkat lanjut (FKRTL)
orang tidak mampu, Peserta bukan penerima rujukan wajib merujuk kembali
Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) peserta JKN peserta jawaban dan tindak
Jaminan Kesehatan: Pekerja penerima lanjut yang harus dilayani di fasilitas
upah dan anggota keluarganya adalah Kesehatan Tingkat Pertama.
setiap orang yang bekerja pada pemberi Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerja dengan penerima gajih atau upah perilaku menurut Green (1980), perilaku
secara rutin seperti pegawai negeri (PNS). ini ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu
Mekanisme pembayaran iuran Faktor predisposisi yaitu yaitu faktor-faktor
peserta kepada BPJS Kesehatan yang dapat mempermudah atau
disesuaikan dengan kepesertaan yang mempredisposisi terjadinya perilaku pada
terdaftar di BPJS Kesehatan. Iuran bagi diri seseorang atau masyarakat, faktor ini
peserta PBI dibayarkan oleh Pemerintah menckup pengetahuan, sikap, keyakinan,
Pusat melalui Kementrian Kesehatan budaya kesiapan untuk berubah. Faktor
kepada BPJS Kesehatan. Iuran bagi pemungkin adalah faktor yang
peserta yang didaftarkan oleh pemerintah memungkinkan atau yang memfasilitasi
Daerah dengan besaran iuran minimum perilku atau tindakan yang dilakukan oleh
sama dengan besar iuran untuk peserta seorang individu yang merasa sakit,
PBI, dan bagi masyarakat umum, pekerja Faktor penguat mencakup sarana
yang tidak menerima upah mandiri dan prasarana, dan fasilitas kesehatan,
sektor informasi iuran didasarkan kelas I sedangkan Faktor penguat adalah faktor-
Rp. 80.000 kelas II Rp. 51. 000 kelas III faktor yang mendorong atau memperkuat
Rp. 25.000. terjadinya perilaku, faktor penguat
Setiap peserta mempunyai hak mencakup, dukungan keluarga, petugas
mendapat pelayanan kesehatan meliputi: kesehatan, tokoh masyarakat.
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap METODE
Tingkat Pertama (RITP) : Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Desain penelitian ini menggunakan
(RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan pendekatan studi cross sectoinal.
(RITL), Pelayanan gawat darurat, Penelitian melakukan variabel
Pelayanan gawat darurat pengetahuan, sikap, jenis kelamin, umur,
Fasilitas kesehatan yang pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dukungan keluarga di Puskesmas
untuk peserta JKN terdiri dari beberapa Cipageran. Jumlah populasi penelitian ini
faslitas keehatan tingkat pertama (FKTP) adalah 26366 orang. Besar sampel yang
dan fasiltas rujukan tingkat lanjutan digunakan adalah 96 responden. Teknik
(FKRTL). FKTP yang dimaksud adalah : pengambilan sampel menggunakan
Puskesmas atau yang setara, Praktik accidental sampling . Peneliti mengambil
Dokter, Praktik Dokter Gigi, Klinik pratama sampel pada kasus yang datang berobat
atau yang setara, Rumah sakit kelas D ke Puskesmas Cipageran. Kriteria sampel
Pratama atau yang setara. dalam penelitian ini adalah pasien umum
Pelayanan Kesehatan diberikan di yang berobat ke Puskesmas tanpa
fasilits kesehatan yang telah melakukan menggunakan BPJS dan pasien yang
berobat ke Puskesmas menggunakan Tabel 4. Hubungan pengetahuan dan
BPJS. Instrumen penelitian menggunakan sikap dengan kepesertaan
kuesioner. Analisis data yang digunakan BPJS mandiri
dalam penelitian ini yaitu uji Chi-Square.
Kepesertaan
HASIL BPJS
mandiri Nilai
Variabel Total
ya Tidak p
Tabel 1. Distribusi frekuensi kepesertaan
n n
BPJS mandiri, pengetahuan, % %
sikap Pengetahuan
0. Baik 52 36 88
Variabel Frekuensi Persentase 49,5 38,5 88,0 0,137
(0 / 0 ) 1. Kurang 2 6 8
Kepesertaan 4,5 3,5 8,0
BPJS Mandiri Sikap
0. Ya 54 56,3 0. Positif 33 14 47
1. Tidak 42 43,8 26,4 20,6 47,0 0,013
Pengetahuan 1. Negatif 21 28 49
0. Baik 88 91,7 27,6 21,4 49,0
1. Kurang 8 8,3
Sikap
0. Positif 47 49,0
1. Negatif 49 51,0
Tabel 5. Hubungan jenis kelamin, umur,
dan pendidikan dengan
kepesertaan BPJS mandiri
Tabel 2. Distribusi frekuensi jenis kelamin,
Kepesertaan
umur, pendidikan pekerjaan BPJS
Mandiri Nilai
Variabel Frekuensi Persentase Variabel Total
ya Tidak P
(0 / 0 )
n n
Jenis Kelamin
% %
0. Laki-laki 25 26,0
Jenis Kelamin
1. Perempuan 71 74,0
0. Laki-laki 14 11 25
Umur
14,1 10,9 25,0 1,000
0. Dewasa 81 84,4
1. Perempuan 40 31 71
1. Lansia 15 15,6
39,9 31,1 71,0
Pendidikan
Umur
0. Tinggi 25 26,0
0. Dewasa 41 40 81
1. Rendah 71 74,0
50,6 49,4 81,0 0,021
1. Lansia 13 2 15
86,7 13,3 15,0
Tabel 3. Distribusi frekuensi pekerjaan, Pendidikan
pendapatan dan dukungan 0. Tinggi 18 7 25
keluarga 14,1 10,9 25,0 0,107
1. Rendah 36 35 71
39,9 31,5 71,0
Variabel Frekuensi Persentase
(%)
Pekerjaan
0. P. Tetap 4 4,2 Tabel 6. Hubungan pekerjaan, pendapat-
1. P. Tdk Tetap 92 95,8 an dan dukungan keluarga
Pendapatan dengan kepesertaan BPJS
0. Tinggi 14 14,6
1. Rendah 82 85,4 mandiri
Kepesertaan
Dukungan BPJS Mandiri
Nilai
Keluarga Variabel ya Tidak Total
p
0. Baik 33 65,6 n n
1. Kurang 63 34,4 % %
Pekerjaan
0. P. Tetap 2 2 4
2,3 1,8 4,0 1,000
1. P. Tdk Tetap 52 40 92
51,8 40,3 92,0
Pendapatan keberatan untuk membayar iuran
0. Tinggi 8 6 14 perbulannya. Sedangkan responden
7,9 35,9 14,0 1,000
1. Rendah 46 36 82 pekerja tetap (PNS, TNI, POLRI)
46,1 6,1 82,0 sebanyak 6,1%, dikarenakan responden
Dukungan pekerja tetap mendapatkan tanggungan
Keluarga dari perusahaannya atau atasaannya,
0. Baik 24 9 33
18,6 14,4 33,0 0,032
sedangkan pekerja tidak tetap sebagian
1. Kurang 30 33 63 besar responden memiliki pekerjaan
35,4 27,6 63,0 sebagai petani. Responden pendapatan
tinggi sebanyak 6,1%, bahwa masyarakat
yang mempunyai pendapatan di atas
PEMBAHASAN UMR mereka merasa mampu untuk
membayar uang untuk berobat.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 96 orang yang menjadi Berdasarkan hasil analisis uji
responden di Puskesmas Cipageran dapat statistik hubungan pengetahuan baik
diketahui bahwa pengetahuan baik dengan kepesertaan BPJS mandiri
sebanyak 88 orang, dengan sikap sebanyak 38,5 %. Hasil uji statistik
responden positif didapatkan sebanyak 47 didapatkan p value= 0,137 maka dapat
orang. Pengetahuan responden tentang disimpulkan tidak ada hubungan yang
BPJS baik di karenakan responden sudah signifikan antara pengetahuan dengan
mendapatkan sosialisasi dari tokoh kepesertaan BPJS Mandiri. Penelitian ini
masyarakat, petugas kesehatan, sejalan dengan penelitian melinda, dkk
walaupun demikian responden tidak ikut (2016) yang menunjukkan bahwa tidak
menjadi anggota BPJS Kesehatan hal ada hubungan yang signifikan.
tersebut dipengaruhi oleh cara berpikir Berdasarkan hasil analisis uji statistik
responden yang mayoritas pendidikan hubungan sikap dengan kepesertaan
rendah. BPJS mandiri didapatkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara sikap
Berdasarkan hasil analisis, dengan kepesertaan BPJS mandiri, hasil
didapatkan responden berjenis kelamin uji statistik didapatkan p value= 0,013. Hal
perempuan lebih banyak yang tidak ini sejalan dengan penelitian melinda, dkk
mendaptarkan BPJS sebanyak 31,1%, (2016). Hasil responden yang tidak
karena sebagian perempuan bekerja mendukung berpendapat bahwa
sebagai IRT dan cenderung lebih memilih masyarakat merasa tidak yakin dapat
dirumah dari pada harus bekerja untuk membayar premi setiap bulannya.
membayar iuran perbulannya.
Hasil penelitian yang dilakukan di
Berdasarkan hasil analisis, Pusesmas Cipageran tahun 2018 sejalan
didapatkan responden kategori dewasa dengan Edoh dan Brenya (2002), yang
yang belum mendaftarkan menjadi menyatakan bahwa tidak ada hubungan
peserta BPJS mandiri sebanyak 49,4%, yang signifikan antara jenis kelamin
bahwa semakin bertambah usia semakin dengan kepesertaan BPJS Mandiri.
besar anggaran untuk asuransi Karena tidak hanya laki-laki saja yang
kesehatan, karena risiko penyakit yang cenderung memiliki kemauan membayar
semakin besar, karena tidak hanya lansia iuran jaminan kesehatan, perempuan juga
saja yang berisiko tetapi dewasa juga memiliki kemauan untuk membayar iuran
lebih berisiko. premi perbulannya. Berdasarkan hasil uji
Berdasarkan hasil analisis, statistik didapatkan p value= 1,000, maka
didapatkan tingkat pendidikan tinggi dapat disimpulkan tidak ada hubungan
sebanyak 10,9%, karena responden yang sigifikan antara jenis kelamin dengan
pendidikan tinggi tidak mengikuti BPJS kepesertaan BPJS mandiri di Puskesmas
karena lebih cenderung untuk berobat ke Cipageran.
rumah sakit atau dokter pribadi,
sedangkan responden pendidikan rendah
Hasil uji statistik didapatkan p bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
value= 0,021, maka dapat disimpulkan antara pendapatan dengan kepesertaan
bahwa ada hubungan yang signifikan BPJS mandiri.keluarga berpendapatan
antara umur dengan kepesertaan BPJS tinggi merasa mampu untuk membayar
mandiri di Puskesmas Cipageran. Karena pelayanan kesehatan ketika keluarganya
semakin bertambahnya umur, semakin ada yang sakit, mereka akan
berisiko terjadinya penyakit degenaratif, membayarnya dengan uang tunai.
sehingga semakin besar anggaran untuk Sedangkan yang berpendapatan rendah
asuransi kesehatan. masyarakat lebih mengandalkan kartu
berobat gratis ke puskesmas sebagian
Berdasarkan hasil uji statistik lebih mengandalkan dengan membayar
didapatkan p value= 0,107, maka dapat uang 5.000 saja.
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan Hasil uji statistik didapatkan p
kepesertaan BPJS mandiri di Puskesmas value= 0,032 maka dapat disimpulkan
Cipageran. Dilihat dari tingkat pendidikan bahwa ada hubungan yang signifikan
minat dan partisipasi responden terhadap antara dukungan keluarga dengan
program BPJS Kesehatan berjumlah tinggi kepesertan BPJS mandiri. Penelitian yang
karena hampir seluruh responden dilakukan oleh melinda, dkk (2016)
menjawab mereka berminat dan menyatakan bahwa ada hubungan yang
berpartisipasi akan tetapi belum menjadi signifikan antara dukungan keluarga
anggota BPJS dikarenakan mereka lebih dengan minat keiutsertaan menjadi
mengandalkan berobat gratis, dengan peserta BPJS mandiri dengan p value=
membayar uang Rp. 5000 saja. 0,036. Hasil temuan dilapangan umumnya
Berdasarkan teori Notoatmodjo (2010), responden mendapatkan berbagai
tingkat pendidikan berpengaruh terhadap dukungan dari keluarga terkait pemberian
kesadaran akan pentingnya kesehatan diri informasi menganai BPJS kesehatan.
lingkungan. Masyarakat yang mendapat dukungan
kurang adalah masyarakat yang kurang
Hasil uji statistik di dapatkan p mengerti mengenai BPJS, dan
value= 1,000, maka dapat disimpulkan menunjukkan bahwa keluarga kurang
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan maksimaldalam memberikan dukungan
antara pekerjan dengan kepesertaan sosial, dalam fungsi ekonomi dimana
BPJS mandiri. Karena pekerja tetap (TNI, sebagian besar keluarga responden tidak
POLRI, PEGAWAI SWASTA) merasa pernah menawarkan bsntuan dalam
mampu untuk membayar uang berobat, pembayaran iuran BPJS Kesehahatan,
sebagian mendapatkan tanggungan dari selain itu keluarga juga dalam
perusahaannya. Sedangkan pekerja tidak menawarkan bantuan dalam mendaftar
tetap karena sebagian besar masyarakat masih kurang.
memiliki pekerjaan sebagai petani,
pedagang dan ibu rumah tangga, SIMPULAN
sehingga mereka keberatan untuk
membayar premi setiap bulannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
terhadap 96 responden diwilayah kerja
Besar kecilnya tingkat pendapatan Puskesmas Cipageran tahun 2018,
pada umumnya sangat terkait dengan diketahui terdapat hubungan signifikan
jenis pekerjaan dan ada kalanya berkaitan antara variabel sikap, umur, dan
dengan tingkat pendidikan. Dikatan dukungan keluarga denaga kepesertaan
adakalanya, oleh karena itu didala BPJS mandiri. Tidak ada hubungan yang
kehidupan masyarakat kita sering signifikan antara pengetahuan, jenis
menjumpai bahwa seorang pelau usaha kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
yang berhasil tidak selalu berkorelasi pendapatan dengan kepesertaan BPJS
dengan latar belakang pendidikan yang mandiri.
dimilikinya. Hasil uji statistik didapatkan p
value= 1,000 maka dapat disimpulkan
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. (2010). Promosi
Kesehatan Teori Dan Aplikasi.
Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi
Jakarta: Rineka Cipta.
Kesehatan. Tangerang: Binarupa
Aksara. _____________ (2011). Kesehatan
Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta:
Budiarto, E. (2002). Biostatistik Untuk
Rineka Cipta.
Kedokteran Dan Kesehatan
Masyarakat . Jakarta: Buku _____________ (2012). Promosi
Kedokteran EGC. Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta
Estu, Kusuma Wardani. (2017).
Keikutsertaan Kepala Keluarga Desa Nugrahaeni, Dyan Kunthi. (2015). Konsep
Tegal Sari Ponorogo Dalam Jaminan Dasar Epidemiologi. Jakarta: Egc.
Kesehatan Nasional
Nugrahaeni, D. K., & Mauliku, N. E.
Elmamy. H, (2011). Faktor-Faktor Yang (2011). Metodologi Penelitian
Mempengaruhi Kemauan Masyarakat Kesehata. Cimahi: Stikes A.Yani
Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Press
Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat Nadiyah Husnun, Dkk (2017). Faktor-
Universitas Pajajaran. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepesertaan Program JKN Di
Febya, Viona Pangestika. (2017). Faktor- Wilayah Kerja Puskesmas Remaja
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kota Samarinda
Kepesertaan Sektor Informal Dalam
BPJS Kesehatan Mandiri Di Permenkes. (2014). Peraturan Menteri
Kelurahan Poncol, Kecamatan Kesehatan Republik Indonesia
Pekalongan Timur, Kota Pekalongan Nomor 28 Tahun 2014.

Herlambang, Susatyo (2016). Manajemen Perpres. (2013). Peraturan Presiden


Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
Gosyen Publishing. 2013.

Kesehatan, B. (2014). Peraturan Badan Permenkes RI. (2014). Peraturan Menteri


Penyelengara Jaminan Kesehatan. Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014
____________(2017). Peraturan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Prasetyo, B. (2016). Faktor-Faktor Yang
Nomor 2 Tahun 2017 Berhubungan Dengan Kepesertaan
Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan, U. (2009). Undang-Undang Sosial Kesehatan Mandiri Pada
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri
2009 Tentang Kesehatan. Tahun 2015, 3, 81–89.

Melinda,Dkk. (2016). Faktor-Faktor Yang Riyanto, A. (2011). Pengolahan Dan


Berhubungan Dengan Minat Analisis Data Kesehatan. Jogjakarta:
Masyarakat Dalam Keikutsertaan Nuha Medika.
BPJS Mandiri Di Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo Sari, Fitri Permata. (2015). Persepsi
Masyarakat Pengguna Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)
Kesehatan Mandiri.

Sriatmi Ayun, Dkk. (2017). Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan
Kepesertaan Sektor Informal Dalam
BPJS Kesehatan Mandiri Di
Kelurahan Poncol, Kecamatan
Pekalongan Timur, Kota Pekalongan

Suhardi, Dkk. (2014). Faktor-Faktor Yang


Berpengaruh Terhadap Kemauan
Masyarakat Menjadi Peserta JPKM
Mandiri Di Wilayah Kota Salatiga

Sulastomo. (2008). Sistem Jaminan Sosial


Nasional. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.

Suharto, Dkk. (2017). Hubungan


Pendidikan Dan Pengetahuan
Peserta BPJS Di Kelurahan
Rowosari Dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas
Rowosari

Thabrany, H. (2015). Jaminan Kesehatan


Nasional. jakarta: rajagrafindo
persada.

Вам также может понравиться