Вы находитесь на странице: 1из 9

Jurnal PENA Vol.33 No.

1 Edisi Maret 2019

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI


ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
DENGAN METODE NEURO SENSO MOTOR REFLEX DEVELOPMENT
DAN PLAY THERAPYDI YPAC SURAKARTA

Hertina Yulianasari dan Nur Susanti


Program Studi D III Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email : hertina.yuliana95@gmail.com, susantiimoto@yahoo.co.id

ABSTRACT

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) is a behavioral disorder characterized by


concentration disorders and impaired concentration, and delayed speech in patients. Factors
influencing the occurrence of ADHD are factors prenatal and postnatal prenatal complications, and
environmental factors. Problematic on ADHD condition of postural hypotonus, spasm in M. Extensor
Trunk, M. Trapesiuz Upper and M. Gastrocnemius, presence of postural hypotonus, sensory
impairment with sensory blast, behavioral disorder, presence of reflux, Presence of functional activity
disorder.
Physiotherapy modalities that used under ADHD conditions are by administering NeuroSenso
Motor Reflex Development &Syncronization modalities and play therapy. In this research use
descriptive analytic method, and research design used is case study design. After 6 treatments (1)There
is a change of postural tone from sitting 2 seconds to 15 seconds, standing 5 seconds to 10 seconds. (2)
there was a decrease of spasm in M. Extensor Trunk, M. Trapesiuz Upper and M. Gastrocnemius on
T4-T6. (3) There is a change in sensory examination of visual, auditory, tactile, touch, vestibular, and
propioceptive on T4-T6. (4) There is a change in the examination of moro reflex, graps, stnr toward
extension and extensor thrust on T4-T6. (5) There is a change in the examination of ADHD Test on
T6.
From the results obtained can be concluded that using the intervention of physiotherapy with
NeuroSenso Motor Reflex Development &Syncronizationmodality and play therapy can help reduce
the problems that arise in Attention Deficit Hyperactyvity Disorder (ADHD).

Keywords: ADHD, NeuroSenso Motor Reflex Development &Syncronization, Play Therapy.

44
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

PENDAHULUAN Problematik pada kondisi ADHD


Menurut Taylor (1988) Anak yang antara lain Adanya hipotonus postural,
mengalami gangguan pemusatan perhatian Adanya spasme otot, Adananya gangguan
dan hiperaktivitas mengakibatkan masalah sensoris, Adanya gangguan reflek, adanya
fisik, perilaku, kognitif, sosial, dan gangguan gangguan perilaku, dan adanya gangguan
belajar karena konsentrasi belajar yang aktivittas fungsional.
rendah. Bila masalah tersebut dibiarkan akan Terapi yang dapat meningkatkan
menghambat anak untuk memenuhi tugas- fungsional aktivitas anak dan mengurangi
tugas perkembangan, prestasi belajar buruk, gangguan serta hambatan pada kondisi
mengganggu orang lain, dan juga sekitarnya ADHD, dapat diberikan modalitas fisioterapi
(Mulyono, 2007). berupa Neuro Senso Motor Reflek
Attention Deficit Hypersctivity Development And Syncronization Dan Play
Desorder (ADHD) adalah gangguan perilaku Therapy.
yang ditandai gangguan pemusatan perhatian Neuro Senso Motor Reflex
dan gangguan konsentrasi, impulsivitas yaitu Developmental & Synchronization
bicara semaunya tanpa memikirkan akibat, (NSMRD&S) adalah salah satu metode yang
dan melakukan gerakan yang tidak bertujuan untuk meringankan dan
mempunyai tujuan yang jelas dan disertai menghilangkan stres dan kompensasi
dengan hyperaktif, kekurangan ini bisa disfungsional dan non produktif didalam
secara signifikan menganggu upaya struktur tubuh, mengaktifkan motor program
akademik anak tersebut yang alami dan genetik dan seluruh
(Barlow dan Duran,2007). metabolisme perkembangan gerak,
Sebagian besar penelitian menunjukan mengaktifkan (brain-body) integration
bahwa akhir-akhir ini ADHD paling banyak mechanisme yang mempengaruhi
terjadi sekitar 3-10% terjadi di Amerika perkembangan gerak, mengoptimalkan
Serikat, 3-7% di Jerman, 5-10% di Kanada motor dansensor motor integration,
dan Slandia Baru. Di Indonesia angka menghilangkan stres pada saat belajar,
kejadianya masih belum di temukan angka mendukung ketrampilan motorik dan
yang pasti, meskipun kelainan ini tampak kognitifyang alami dan khusus, mengungkap
cukup banyak terjadi dan sering di jumpai kemampuan untuk membuat perubahan-
pada anak-anak usia prasekolah dan usia perubahan postif dalam struktur, postur dan
sekolah, namun untuk populasi anak sekolah gerak tubuh, dan sistem-sistem koordinasi
dasar adalah 16,3% dari total populasi yaitu yang beragam (Hudaya, 2010).
25,85 juta anak (Saputro, 2009). Hubungan NeuroSenso Motor Reflex
Fisioterapi merupakan bentuk Development & Syncronizatio dengan
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada gangguan sensoris adalah untuk mengurangi
individu dan atau kelompok untuk gangguan perilaku seperti anak terlalu aktif
mengembangkan, memelihara, gerak dan tidak bisa diam, emosi tinggi, gangguan
fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan konsentrasi, gangguan oral motor (gangguan
dengan menggunakan penanganan secara menelan mengunyah atau gangguan bicara),
manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, gangguan tidur malam dan gangguan belajar.
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan Metode yang terdapat pada NeuroSenso
fungsi, dan komunikasi. Adapun peran Motor Reflex Development & Syncronizatio
fisioterapi dalam kasus ADHD memiliki dapat mengurangi gangguan sensoris anak
tujuan untuk mengoptimalkan kemampuan ADHD dengan teknik usapan dari kepala
aktivitas secara mandiri keseluruh tubuh dapat merelaksasikan otot-
(PERMENKES RI No.80, 2013). otot yang tegang, usapan berbentuk angka 8
45
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

di pinggang ke paha juga dari dada kelengan, Keterangan:


ini salah satu bentuk stimulasi untuk melatih X :Keadaan pasien sebelum diberikan
koordinasi gerak tubuh (Lalusu, 2014). program fisioterapi
Hubungan play therapy dengan anak Y : keadaan pasien setelah diberikan
ADHD yaitu kurangnya konsentrasi karena program fisioterapi
tidak bisa memfokuskan pemusatan Z : Program fisioterapi
perhatian sehingga anak selalu mengalami Permasalahan yang timbul sebelum
kegagalan dalam proses belajar maupun menjalani program terapi adalah hipotonus
bersosialisasi. Peneliti play therapy dengan postural, adanya spasme, adanya gangguan
judul “Designing for attention deficit sensoris, adanya gangguan reflek, adanya
hyperactivity disorder in play therapy: the gangguan perilaku, dan adanya gangguan
case of Magic Land” menyatakan bahwa aktivitas fungsional.
play therapy dapat membantu anak yang Orangtua pasien membawa pasien
mempunyai kesulitan dalam mengingat, terapi ke YPAC Surakarta untuk menjalani
memusatkan perhatian dan berkonsentrasi terapi. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan
pada ADHD. Dengan pemberian play keseimbangan untuk mengetahui tonus
therapy secara rutin maka dapat membantu postural, pemeriksaan palpasi pada bahu
meningkatkan rentang perhatian anak punggung dan betis untuk mengetahui
ADHD (Ray, 2008). adanya spasme, pemeriksaan sensoris
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dengan blanko sensoris, pemeriksan reflek
meningkatkan tonus postural, mengurangi dengan blanko reflek, pemeriksaan perilaku
spasme, memperbaiki sensoris, dengan blanko ADHD Test, dan
meningkatkan level reflek pada anak, pemeriksaan aktivitas fungsional dengan
mengurangi gangguan perilaku, dan Gross Motor Function Measure. Modalitas
meningkatkan aktivitas fungsional. Neuro Senso Motor Reflek Development And
Syncronization Dan Play Therapy. Demikian
pemberian metode tersebut diharapkan
METODOLOGI PENELITIAN adanya perbaikan tonus postural, adanya
Dalam penelitian ini penulis penurunan spasme, adanya perbaikan
menggunakan metode deskriptif analitik sensoris, adanya peningkatan level reflek,
untuk mengetahui assesmen dan perubahan adanya perubahan perilaku dan adanya
yang dapat diketahui. Rancangan penelitian peningkatan kemammpuan aktivitas
yang digunakan adalah rancangan studi fungsional.
kasus (Notoadmojo, 2010) Instrumen penelitian dalam penelitian
Desain Penelitian ini dilakukan dengan ini sebagai berikut :
cara melakukan interview dan observasional Pemeriksaan Tonus Postural
pada pasien dan keluarganya dengan kondisi Penilaian tonus postural dengan timer.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Dilihat dari perubahan lamanya posisi
Desain penelitian digambarkan sebagai duduk dan berdiri.
berikut : Pemeriksaan Spasme Otot
X Y Penilaian spasme dengan palpasi
adalah sebagai berikut :
0 = tidak ada spasme
Z 1 = ada spasme
Pemeriksaan Sensoris
Penilaian sensoris menggunakan
blanko pemeriksaan sensoris.
46
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

Pemeriksaan sensoris yang terdiri dari mengetahui keadaan pasien dan bisa menjadi
visual, auditori, taktil, touch, taste, sumber data (Hetero Anamnesis).
smell, vestibular dan propioceptif Dalam interview yang digunakan pada
dengan kriteria penilaian sebagai penelitian ini, penulis melakukan interview
berikut : denan keluarga pasien yaitu ibu pasien.
0 = tidak berfungsi Observasi dilakukan untuk mengetahui
1 = adanya gangguan perkembagan pasien selama dilakukan
2 = normal terapi.
Pemeriksaan Reflek
Penilaian reflek dengan blanko reflek
yang penilaian adalah sebagai berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN
+ = masih terdapat reflek Tonus Postural
- = reflek sudah hilang Tonus postural dapat diperbaiki dengan
± = reflek kadang muncul kadang tidak pemberian Neuro Senso Motor Reflek
Pemeriksaan Perilaku Development And Syncronization. Setelah
Penilaian gangguan perilaku dengan diberikan program terapi sebanyak 6 kali
ADHD Test (Attention Deficit dihasilkan sebagai berikut :
Hyperactivity Disorder Test) adalah Grafik 1. Evaluasi Tonus Postural
sebagai berikut:
+ = terganggu
- = tidak terganggu 20
Pemeriksaan Aktivitas Fungsional 10
duduk
Penilaian gangguan aktifitas 0 duduk
fungsional dengan GMFM terdiri dari berdiri
88 item yang terbagi dalam dimensi
(dimensi A, B, C, D, dan E) dengan
kriteria penilaian sebagai beriku :
0 = tidak bisa sama sekali
1 = dapat melakukan diawalnya saja Pengukuran tonus postural dilakukan
2 = dapat melakukan sebagian menggunakan seberapa lama anak untuk
3 = dapat melakukan semuanya bertahan posisi duduk diatas kursi dan
berdiri tenang tanpa mengayunkan tangan ke
Teknik Pengumpulan Data segala arah dan memukul orang atau
Pemeriksaan fisik melempar benda yang ada disekitarnya
Bertujuan untuk mengetahui fisik (Afiks, 2010).
pasien. Pemeriksaan ini terdiri: vital sign, Dari grafik di atas didapati kesimpulan
inspeksi, palpasi, pemeriksaan sensoris, dari hasil T1 dan T6 pada pemeriksaan tonus
pemeriksaan reflek, pemeriksaan gerak, postural terdapat perubahan pada saat duduk
kemampuan fungsional, dan lingkungan dari 2 detik menjadi 15 detik, berdiri 5 detik
aktifitas. menjadi 10 detik.
Metode ini digunakan untuk Kesimpulan Evaluasi Tonus Postural
mengumpulkan data dengan jalan tanya Menunjukan Hasil dengan Metode Neuro
jawab antara terapis dengan pasien yaitu Senso Motor Reflek Development &
dengan melakukan anamnesis langsung Syncronization yang di berikan kepada anak
dengan pasien (Auto Anamnesis). akan mengstimulasi kerja otot yang
Anamnesis ini juga dapat dilakukan dengan terangsang pada anak dengan kondisi
keluarganya, teman dan orang lain yang
47
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Jadi dengan pemberian metode Neuro


Disorder). Senso Motor Reflek Development &
Jadi dengan pemberian metode Neuro Syncronization spasme dapat menurun
Senso Motor Reflek Development & dilihat dari anti gravity yang telah dimiliki
Syncronization dapat meingkatkan anak semakin baik dan berarti otot juga
meningkatkan tonus postural karena anak menjadi kuat.
telah memiliki anti gravity yang baik.
Sensoris
Spasme Otot Sensoris dapat dikurangi dengan pemberian
Spasme dapat dikurangi dengan pemberian Neuro Senso Motor Reflek Development And
Neuro Senso Motor Reflek Development And Syncronization. Setelah diberikan program
Syncronization. Setelah diberikan program terapi sebanyak 6 kali dihasilkan sebagai
terapi sebanyak 6 kali dihasilkan sebagai berikut :
berikut : Grafik 3. Evaluasi Sensoris
Grafik 2. Evaluasi Spasme Otot 3 Visual
2 Auditory
1
M. Extensor 1 Taste
0,8
Trunk 0
0,6 Touch
M. Trapesiuz T1 T3 T5
0,4 08/5/17 13/5/17 17/5/17 Taktil
Upper
0,2
0 M.
T1 T6 Gastrocnemius Dari grafik di atas di dapati
08/05/17 20/05/17 kesimpulan dari hasil T1 sampai dengan T6
pada pemeriksaan sensoris terdapat
peningkatan perkembangan sensoris yaitu
Merurut Sujadno (2002), bahwa
pada sensoris visual pada terapi ke 4-6 yang
pemberian Neuro Senso Motor Reflex
semula mendapat nilai 1 = memahami
Development & Syncronization dapat
menjadi 2 = mengasosiasikan, auditory pada
meningkatkan proses metabolisme dan
mempengaruhi jaringan otot sehingga spasme
terapi ke 4-6 yang semula mendapat nilai 1 =
pada M. Extensor Trunk, M. Trapesiuz memahami menjadi 2 = mengasosiakan,
Upper dan M. Gastrocnemius berkurang. taktil pada terapi ke 4-6 yang semula
Dari grafik diatas di dapatihasil T1 mendapat nilai 1 = memahami menjadi 2 =
sampai dengan T6 padapemeriksaan spasme mengasosiasikan, touch pada terapi ke 4-6
terdapat penurunan spasme M. Extensor yang semula mendapat nilai 1 = memahami
Trunk pada T4 (1) T6 menjadi (0), M. menjadi 2 = mengasosiasikan, vestibular
Trapesiuz Upper pada T4 (1) T6 menjadi pada terapi 4-6 yang semula mendapat nilai1
(0), dan M. Gastrocnemi spada T4 (1) T6 = memahami menjadi 2 = mengasosiasikan,
menjadi (0). propioceptif pada terapi ke 4-5 yang semula
Kesimpulan pada T1 dan T6 adalah mendapat nilai 1 = memahami menjadi 2 =
adanya penurunan spasme pada M. Extensor mengasosiasikan.
Trunk, M. Trapesiuz Upper dan M. Peningkatan perkembangan sensoris
Gastrocnemius dengan pemberian Neuro diatas sesuai dengan pernyataan Al hazmi
Senso Motor Reflek Development & (2013) bahwa pemberian sensori integration
Synchronization berpengaruh terhadap atau Neuro Senso Motor Reflek Development
penurunan spasme. & syncronization dapat meningkatkan
perkembangan sensoris anak yang

48
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

merupakan suatu komponen keseimbangan (2010) bahwa pemberian Neuro Senso Motor
dalam peningkatan kemampuan fungsional Reflek Development &Syncronizationdapat
anak. mengaktifkan “brain-body” integration
Kesimpulan evaluasi sensoris mechanisme, yang mempengaruhi
menunjukan hasil dengan metode neuro perkembangan gerak, mendukung
senso motor reflek development ketrampilan motorik dan kognitif serta
&syncronization yang di berikan kepada struktur, postur dan gerak tubuh, dan sistem-
anak akan menstimulasi kerja saraf sehingga sistem koordinasi yang beragam
saraf akan terangsang dan di salurkan ke (Hudaya, 2010).
otak sehingga otak juga bekerja dan akan Dari grafik diatas di dapatihasil T1
miningkatkan perkembangan sensoris pada sampaidengan T6 pada pemeriksaan reflek
anak dengan kondisi ADHD (Attention terdapat peningkatan pada reflek morro pada
Deficit Hyperactivity Disorder ). T4 (±) T6 menjadi (+), reflek graps pada T4
Jadi dengan pemberian metode neuro (±) T6 menjadi (+), reflek STNR ke arah
senso motor reflek development & extensi pada T4 (±) T6 menjadi (+),
synchronization dapat memperbaiki sensoris danreflek extensor trushpada T4 (±) T6
seperti visual, auditori karena dengan danya menjadi (+).
kontrol kepala yang baik dan penurunan Kesimpulan evaluasi peningkatan
spasme pada M. Trapesiuz Upper pandangan reflek menunjukan hasil pada anak dengan
anak akan lurus kedepan serta vestibular kondisi ADHD atau berperilaku yang tidak
juga akan membaik karena adanya bisa diam (hyperaktif) di berikan terapi
penurunan spasme pada M. Gastrocnemius, secara rutin dengan metode Neuro Senso
maka taktil, touch, dan propioceptif juga Motor Reflek Development & Syncronization
akan mengikuti. dapat memperbaiki reflek yang seharusnya
Reflek tidak muncul menjadi muncul dan yang
Reflek dapat diperbaiki dengan pemberian seharusnya muncul menjadi tidak muncul
Neuro Senso Motor Reflek Development And karna pemberian Neuro Senso Motor Reflek
Syncronization. Setelah diberikan program Development & Syncronization mempunyai
terapi sebanyak 6 kali dihasilkan sebagai efek yang menenangkan atau
berikut : merileksasikan.
Grafik 4. Evaluasi reflek Jadi dengan pemberian metode Neuro
9 Reflek Senso Motor Reflek Development &
8 yang Syncronization dapat meningkatkan level
7 sudah
reflek pada anak ditandi dengan sensoris
6 hilang
5 Reflek yang membaik maka anak tidak akan mudah
4 yang terkejut dan reflek moro tidak muncul lagi
3 masih
2 muncul Gangguan Perilaku
1 Reflek Gangguan perilaku dapat dikurang dengan
0 fisiologis Neuro Senso Motor Reflek Development And
+
Syncronization dan Play Therapy. Setelah
Reflek diberikan program terapi sebanyak 6 kali
fisiologis dihasilkan sebagai berikut :
±

Peningkatan perkembangan sensoris


diatas sesuai dengan pernyataan Hudaya

49
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

Grafik 5. Evaluasi Gangguan Perilaku padaimpulsive terdapat 1 aspek positif (+)


9 dan 2 aspek negatif (-).
8 Terdapat penurunan pada ganggua
7 perilaku pada kriteria innatention pada T1 :
6
5 8, T6 : 7 hyperactivity T1 : 5 T6 : 4, dan
4 impulsivitas pada T1 : 2 T6 : 1.
3 Sesuai dengan pernyataan menurut
2
1 ASPEK (+) (Barkley, 1995). Bahwa NeuroSenso Motor
0 Reflek Development &Syncronization dapat
ASPEK (-)
mengurangi gangguan perilaku pada bidang
gangguan kualitatif interaksi sosial.
Jadi dengan pemberian metode Neuro
Senso Motor Reflek Development
&Syncronization dan Play Therapy dapat
mengurangi gangguan perilaku anak karena
sensoris membaik jadi perilaku juga akan
berkurang dan anak ketika berjalan tidak lagi
8 memukul orang yang ada disekitarnya.
7
6 Aktivitas Fungsional
5
4 Gangguan aktivitas fungsional dapat
3 dikurangi dengan Play Therapy. Setelah di
2 berikan terapi 6 kali dapat dipeeroleh hasil
1 Aspek (+) sebagai berikut:
0
Aspek (-) Grafik 6. Evaluasi Aktivitas Fungsional

120%
100% Dime
80% nsi A
Dime
60% nsi B
40% Dime
nsi C
Dari grafik di atas didapati hasil 20%
evaluasi perilaku An. N.R.A dengan kondisi 0%
Attention Deficit Hyperactivity Disorder di T1 T6
YPAC Surakarta didapatkan bahwa pada 08/5/17 20/5/17
saat T1 innatention terdapat 8 aspek yang
positif (+) dan terdapat 0 aspek negatif (-), Dari grafik di atas di dapatihasil T1
hyperactivity terdapat 5 aspek positif (+) dan sampai dengan T6 penilaian GMFM pada 5
1 aspek negatif (-), pada impulsivitas Dimensi yaitu Dimensi A (Berbaring dan
terdapat 2 aspek positif (+) dan 1 aspek Berguling) 100 %, Dimensi B (Duduk) 100
negatif (-), sedangkan pada T6, innatantion %, Dimensi C (Merangkak dan Berlutut)100
terdapat 7 aspek positif (+) dan 1 aspek %, Dimensi D (Berdiri) 100 %, dan Dimensi
negatif (-), hyperactive terdapat 4 aspek E (Berjalan, Berlari, Melompat) 79,1%
positif (+) dan 2 aspek negatif (-), Kesimpulan dari hasil pemeriksaan
T1 dan T6 tidak ada peningkatan pada T1

50
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

dan T6 pada Dimensi A (Berbaring dan 5. Adanya perubahan pada pemeriksaan


Berguling) 100 %, Dimensi B (Duduk) 100 ADHD Test dalam T6.
%, Dimensi C (Merangkak dan Berlutut)100 6. Belum terdapat peningkatan aktivitas
%, Dimensi D (Berdiri) 100 %, dan Dimensi fungsional.
E (Berjalan, Berlari, Melompat) 79,1%
penilaian GMFM tidak mengalami
peningkatan kemampuan fungsional. DAFTAR PUSTAKA
Belum terdapat peningkatan Afiks. 2010. Neuro Senso Motor Reflek
kemampuan aktivitas fungsional sesuai Development &Syncronization,
dengan pernyataan Haley et al (1992) bahwa hipotonus.
pengukuran penyesuaian diri anak terlihat
setelah diberikan intervensi fisioterapi secara Al Hazmi I. 2013. Neuro Senso Motor
rutin dari 6 bulan sampai 7,5 bulan yang Reflek Development &
dapat dilihat dari 2 aspek,. syncronization: Jurnal Fisioterapi
Kesimpulan evaluasi aktivitas Pediatri.
fungsional menunjukan hasil dengan
Barlow dan Duran. 2007. Attention Deficit
metode Play Therapy kurang tepat
Hyperactivity Disorder, First Edition
digunakan untuk meningkatkan aktivitas
fungsonal pada anak dengan kondisi ADHD Hudaya. 2010, Farmakoterapi Pada Cidera
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder Cerebral Disorder.Kaitanya
untuk anak yag berada pada dimensi E DenganIntervensi
(berjalan, berlari dan melompat). Fisioterapi.Disampaikan Pada
Jadi dengan metode Play Therapy Seminar diHotel Jaya Solo pada hari
belum dapat meningkatkan perkembangan Jumat, 6 Agustus.
aktivitas fungsional anak di atas telah
dijelaskan bahwa peningkatan akan terjadi Lalusu R, Kaunang TMD, Kandou LFJ.
apabila dilakukan terapi secara rutin dari 6 2014. Hubungan gangguan
bulan. pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas dengan prestasi
belajar pada anak SD kelas 1 di
SIMPULAN kecamatan Wenang kota Manado.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Jurnal e-Clinic. Maret; 2 (1)
simpulan :
1. Adanya perbaikan tonus postural saat Mulyono. 2007. Attention Deficit
duduk dari 2 detik menjadi 15 detik, Hyperactivity Disorder. Yogyakarta.
berdiri 5 detik menjadi 10 detik. ANDI Offset.
2. Adanya penurunan spasme pada M. Permenkes RI No.80/MENKES/SK/III/2013
Trapesiuz Upper, M. Extensor Trunk Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
dan M. Gastrocnemius dari T4-T6. dan Praktik Fisioterapi
3. Adanya peningkatan perkembangan
sensoris berupa visual, auditori, taktil, Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
touch, vestibular dan propioceptif pada Penelitian Kesehatan. Jakarta :
T4-T6. Rineka Cipta
4. Adanya peningkatan perkembangan
reflek berupa morro, graps, STNR ke Ray, C. D. 2008. Impact of play therapy on
arah Extensi dan Extensor Trush pada parent-child relationship stress a
T4-T6. mental healt training setting. British

51
Jurnal PENA Vol.33 No.1 Edisi Maret 2019

Journal of Guidance &Conselling,


4.Accessed on Oktober 10, 2012
from
http://ncyu3w.ncyu.edu.tw/files/list
gcweb/ es/volume 36.pdf.
Saputro,D. 2009, ADHD (Attention Deficit /
Hyperactivity Disorder); Cetakan 1.
Jakarta: CV Sagung Seto.2009.

52

Вам также может понравиться