Вы находитесь на странице: 1из 3

‘Giving back is as good for you as it is for those people you are helping, because giving

to others gives you purpose. When you have a purpose-driven life, you are indeed a happier
person’ I recall the saying of Goldie Hawn as one of the inspirations for my clinical exposure
self-reflection. The story began several months ago, when I was still a third-year medical
student from Indonesia who barely had an experience in the hospital settings. I have never met
any patients before or even being in actual clinics. Back in Indonesia, I learned everything
mostly from textbooks, lab & practical sessions, student discussions, lectures – the cycle goes
on and on. I still remember how I was easily amazed by just watching a medical-related
television series or movies. I knew that someday I will have a chance to be involved in a real
hospital experience along with holding responsibility to help others. In a way, I have one
extraordinary chance to cure the patients through my knowledge and ability with the help of
other health professionals. Dedicating myself for the virtuous of others – isn’t that amazing?
This definitely reminds me of something.
I remember that everything changed when I was arrived at Melbourne, Australia. At
first, the feeling of being here itself has made me learn many things. I have been trying to adapt
and grow. Becoming a student of the University of Melbourne makes me more confident. I
cherish every moment of it.

Apalagi ketika aku mengetahui clinical exposure adalah salah satu dari bagian yang they
offered.Singkat cerita, aku menambah banyak sekali ilmu dan belajar dari orang-orang
hebat disini. Aku sangat bersyukur bahwa aku dapat melatih diriku untuk menjadi orang
yang lebih baik lagi.

Mungkin seperti orang kebanyakan pada umumnya, aku dulu pernah berada di state dimana
aku merasa uring-uringan dan ingin menyerah dengan sekolahku, yakni sekolah kedokteran.
Setiap kali aku sering merasa exhausted, aku sering tidak yakin akan diriku, aku sering
merendahkan kemampuanku. Aku masih ingat orang tuaku sering berkata, nak, mungkin
kamu belum pernah merasakan bagaimana bahagianya bisa membantu orang – bahkan
mungkin dengan gratis. Kamu pasti bisa menjadi dokter yang hebat. Kalau kamu nanti sudah
bisa punya kesempatan utk bertemu pasien dan berbincang dengannya, kamu mungkin
akan mengerti.

Akhirnya masa itu pun tiba.

Sejak awal, aku ingin sekali menjadi bagian dari bedah plastic. Aku pribadi terinspirasi dari
jaman millennial – sekarang ini banyak sekali kebutuhan estetika yang harus dipenuhi,
belum lagi jika kita bcara soal social media. Aku ingin sekali bisa menjadi dokter bedah
plastic yang sukses, mempunyai klinik sendiri, terutama di bidang kecantikan. Dan tidak
disangka, Ketika placement diumumkan, aku terkejut aku bisa mendapat rotasi di
departemen plastic and reconstructive bla2 di royal Melbourne hospital. 1) menjadi dokter
bedah plastic adalah impianku! 2) royal Melbourne hospital? Aku tidak percaya. Ini seperti
mimpi. Bukankah itu salah satu rumah sakit terbagus dan terkeren di Melbourne? Dan aku
didalamnya? Wow.

Hari itu Aku dipasangkan dengan salah satu kolegaku, yaitu anne, yang sekarang menjadi
good friend of mine. Aku ditempatkan disana dan memulai clinical exposure aku pada bulan
September 2017. Dan disitulah journey aku dimulai.

Pertama kali aku datang ke rumah sakit, aku teringat bagaimana bentuk rumah
sakitnya yang bersih dan megah. Aku masuk ke dalamnya dan pertama kali mendapati arena
food court dimana orang berlalu lalang dan mungkin makan siang disana. Terdapat juga
apotik dan kantor pos kecil, dan emergency room. Kebahagiaan itu berlanjut, well, Not to
mention ketika aku mendapatkan kartu id khusus royal Melbourne hospital dengan fotoku
didalamnya. Aku benar-benar merasa bangga memakainya. I was very enthusiast with
everything.

Lalu, aku bertemu dengan mentorku, dr ramakhrisnan, beliau adalah dokter bedah plastic
yang khusus di bagian head and neck. Beliau sangat ramah, dan aku takjub karena beliau
pun memperlakukan ku selayaknya teman, tidak ada boundaries, tidak pilih-pilih, dan tidak
memandangku secara judgemental. Beliau pun memperkenalkan aku ke residents dari
plastic surgery. Mereka semua sangat ramah, bahkan aku diterima ruangan department
mereka (yang mereka bilang kecil, tapi menurutku itu comfy banget kok) dimana mereka
menaruh barang-barang mereka, menyelesaikan tugas dari chief, dan sebagainya. Satu hal
yang menarik perhatianku adalah: madding besar di dnding yang berisi time table dari
berbagai macam kegiatan department plastics di rmh! Oke sebelumnya, department plastic
ini biasa beroperasi di lantai 2, 6 dan 7. Lantai 2 tempat outpatient clinics, Lantai 6 mostly
adalah ruang kerja, offices dari dokter-dokter, dan lantai 7 itu ruangan department dan
rapat, juga ward rooms, along with other department. Ada pula lantai khusus tempat
mereka melakukan surgery! Alias theatre. aku biasanya mendatangi rumah sakit di hari
senin atau selasa, rabu, dan terkadang kamis. Biasanya di hari senin, selasa, dan rabu, selalu
ada jadwal ward round, theatre, dan clinic. Namun yang special di hari rabu adalah weekly
meeting. Biasanya jam 10 pagi selalu ada weekly meeting membahas seputar kasus kasus
apa yang terjadi selama smeinggu oenuh. Aku merasa sangat honor untuk diperbolehkan
mengikuti kegiatan itu karena, semua yang berada disana adalah dokter dokter penting
yang sudah sangat berpengalaman di bidangnya. Banyak sekali kasus-kasus yang aku lihat
sangat interesting, rata-rata karena kanker atau kecelakaan, bagaimana cara
penanganannya dan mendiskusikan kasus-kasus yang terbilang sulit. Meskipun aku hanya
dapat mednengarkan saja, tapi aku benar-benar berushaa utuk memahami setiap detailnya.
Kami pun selalu diberikan sarapan gratis setiap hari rabu. Aku merasa sejauh ini aku blm
pernah merasakan senyaman itu berada di lokasi kerja. Cerita lain adalah ketika aku
mengikuti operasi – pertama kalinya aku memakai scrubs berwarna biru cerah dan bersiap
untuk observe dokter dokter spesialis handal mengoperasi pasien. Ada pasien amputasi,
kanker mulut, hingga pemasangan flap, aku sudah melihatnya. Aku berdiri selama beberapa
jam dan disitulah aku sadar bahwa dokter dokter plasics ini sangat hebat! Mereka dengan
tenang, sabar dan super teliti, bekerja sama dengan dokter spesialis lain melaksanakan
tugasnya. Melihat mereka secara langsung, benar-benar mengubah hidupku. Tidak perlu lagi
berimig-iming dari tv saja, kali ini aku berpatisipasi langsung meskipun baru bisa observasi
dengan mataku. Tak lupa pula aku bertukar cerita dengan residents kenalanku, aku bertanya
bagaimana mereka melewati masa rotasi di berbagai department, bertemu tim baru,
beradaptasi dengan situasi baru setiap harinya. Dari aku melihatnya, mereka terlihat capai
tapi mereka menasehatiku untuk selalu gapai mimpiku, regardless.

Banyak sekali ceritaku di rmh, namun salah satu hal lain yang membekas di hatiku adalah
ketika aku mengikuti klinik. Disanalah aku bertemu dengan banyak pasien dengan cerita
yang berbeda pada tiap orangnya. Aku melihat seseorang yang tangannya terkena paku, aku
mendengar cerita seseorang mengapa dia mendapat open wound, sampai seseorang
dengan skin lesion. Aku belajar untuk menganamnesis pasien dengan Bahasa inggris yang
sudah terstruktur, yakni sesuatu yang baru untukku. Aku berkenalan dengan berbagai orang
dengan nationality yang berbeda2, sangat menyenangkan mendengar mereka berbicara.
Hingga aku sadar akan hal ini. Aku tidak hanya belajar dari dokter dokter saja, tapi aku pun
belajar dari pasienku! Secara tidak langsung, mereka mengajarkanku untuk berempati.
Untuk menjadi sabar. Untuk menjadi teliti. Hal hal seperti ini tidak akan pernah bisa aku
dapatkan dari textbook. Aku sangat beruntung berada di posisi ini. Mereka bilang mereja
seneng berkenalan denganku, mereka berkata semoga kuliahku sukses, dan mereka menjadi
semangatku untuk berkativitas di rumah sakit

Banyak hal yang menyentuh hatiku, disitulah aku sadar bahwa dokter adalah pekerjaan yang
sangat mulia. Menjadi dokter adalah perjalananan yang panjang dan rumit, banyak
challenge – well, mungkin tidak bagi semua org tapi itu it definitely is for me, aku sadar
bahwa jika aku dapat melihat orang diseklilingku kembali sehat, bahagia dan itu salah
satunya berkatku, itu semua setara. aku mengerti bahwa menjadi seseorang yang dapat
berguna untuk orang lain itu sangat indah. Ketika aku merasa lelah, aku teringat bagaimana
pasien-pasien itu menaruh harapan di seorang dokter, dan itulah fuel aku. Aku berjanji
suatu saat aku harus menjadi dokter yang baik

I acknowledged my clinical exposure experiences as a milestone for my future medical


journey and will strive to continue it in the best possible way.

Вам также может понравиться