Вы находитесь на странице: 1из 9

KAJIAN IRIGASI EMBUNG TERHADAP USAHATANI JAGUNG

DI LAHAN KERING KABUPATEN BULELENG


Mahaputra, I K , Rubiyo

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali


Jl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar, Bali

ABSTRACT

Development of irrigation is expected could support intensification program which plays an important role to
increase productivity of corn farming, quantity and quality of output which was produced. General technique that
usually used is a combined input that was more efficient or using productively new input. Poor soil fertility, lack of
water are major problem for dry land, improves farmers practices to deal with this problem. The farmers in this area
make increase productivity by developing “embung “(water reservoir) for irrigation this land. From the result,
utilization a water from embung can increase the width of area and increase farming production. Commonly the
farmer plant corn on a small land, and now the farmer with embung irrigation can pant a corn on width area in dry
season. Water resources for the area were supplied by embung which was constructed by individual farmer. The data
of first and second 2003 planting season were taken from 35 farmers in irrigation area and 35 farmers in non-irrigation
in dry land area in Patas Village, district of Gerokgak, Buleleng. The productivity was analyzed by Cobb-Douglass
function with Shazam program. From the result of the research, it was founded that corn productivity in embung
irrigation has significant difference than corn productivity on non-irrigation on first and second planting session. The
factors that effect productivity were seed, fertilize, pesticide, labor, farmer education, age and irrigation embung..
Thus, the existence of irrigation can increase of input utilization which increased the contribution of input value to
production value as well.

Key words: corn productivity, irrigation, dry land

ABSTRAK

Dengan adanya pembangunan irigasi dapat menunjang program intensifikasi yang cukup memegang peranan
penting dalam meningkatkan produktivitas jagung, kuantitas dan kualitas output yang dihasilkan. Cara yang ditempuh
pada umumnya adalah menggunakan kombinasi input yang lebih efisien atau pemakaian input baru yang lebih
produktif. Tanah yang kurang subur dan kurangnya air adalah masalah utama pada lahan kering. Dalam usaha
meningkatkan produktivitas telah dikembangkan irigasi embung oleh petani lahan kering. Secara umum pada musim
kemarau hanya sebagian kecil saja dari luas lahan yang dapat diusahakan dan dengan adanya embung hampir sebagian
dari luas lahan dapat ditanami jagung. Irigasi embung pada lahan kering dibangun oleh petani secara swadaya. Data
yang digunakan adalah data musim tanam I dan musim tanam II tahun 2003 yang diperoleh dari 35 petani di daerah
irigasi embung dan 35 petani tanpa irigasi di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Untuk analisis
fungsi produktivitas digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan bantuan program Shazam. Dari hasil penelitian
diperoleh produktivitas jagung lahan irigasi embung menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibanding lahan tadah
hujan, baik pada musim tanam I ataupun musim tanam II. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas adalah benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, pendidikan petani, umur dan irigasi
embung. Adanya irigasi dapat meningkatkan penggunan input yang berakibat pada perbaikan kontribusi nilai input
terhadap nilai produksi.

Kata kunci : produktivitas jagung, irigasi embung, lahan kering

Kajian Irigasi Embung terhadap Usahatani Jagung di Lahan Kering Kabupaten Buleleng (Mahaputra, I K , Rubiyo)

68
PENDAHULUAN lain selain faktor air irigasi yang berpengaruh
dalam proses produksi. Untuk itu perlu untuk
diketahui pengaruh faktor produksi tersebut
Provinsi Bali yang memiliki lahan kering terhadap produktivitas jagung di daerah
dengan luas 38,73% (± 218.119 ha) dari luas penelitian. Pengaruh irigasi embung terhadap
Provinsi Bali yaitu 563.286 ha, sebagian besar produktivitas jagung dianalisis antara lahan
terletak di bagian timur dan utara pulau Bali irigasi embung dengan lahan tanpa irigasi yaitu
(Kabupaten Karangasem dan Kabupaten lahan tadah hujan (irrigated versus non irrigated)
Buleleng). Rata-rata curah hujan untuk daerah pada musim tanam I (musim hujan) dan musim
ini berkisar antara 1.400-1.600 mm/tahun dengan tanam II (musim kering). Adapun tujuan
musim penghujan yang pendek ± 4 bulan yang penelitian adalah untuk mengetahui produktivitas
biasanya terjadi pada bulan November sampai jagung dengan irigasi embung dan tadah hujan
dengan bulan Februari (Suprapto, 2003). Periode serta mengetahui faktor-faktor produksi yang
hujan yang pendek sangat menghalangi petani berpengaruh terhadap produktivitas jagung
dalam meningkatkan produktivitas usaha dilahan kering.
taninya. Begitu pula yang terjadi di Kabupaten
Buleleng, Kecamatan Gerokgak khususnya Desa
Patas, dengan periode curah hujan pendek dan METODOLOGI
tidak menentu sangat beresiko bagi petani dalam
melaksanakan aktivitas usahataninya. Metode dasar yang digunakan dalam
Usahatani lahan kering sangat penelitian ini adalah metode deskriptif. Lokasi
membutuhkan sistem dan teknologi yang spesifik penelitian dilaksanakan di kabupaten Buleleng
lokasi yang memungkinkan para petani dapat kecamatan Gerokgak yang ditentukan secara
memperoleh tingkat produktivitas yang memadai sengaja (purposive sampling), karena merupakan
dan mampu memberikan sumber pendapatan salah satu kabupaten yang memiliki areal lahan
yang lebih baik. Salah satu komoditas yang kering paling luas di Provinsi Bali. Pengambilan
sesuai dan banyak diusahakan pada lahan kering petani sampel dilakukan secara simple random
adalah komoditas jagung. Di Indonesia, jagung sampling, ditetapkan masing-masing 35 orang
masih merupakan bahan pangan pokok kedua petani pemilik embung dan tanpa irigasi embung
setelah beras. Tidak kurang dari 18 juta (tadah hujan), sehingga jumlah sampel
penduduk di Indonesia mengkonsumsi komoditas keseluruhan menjadi 70 orang petani.
ini. Selain itu jagung juga digunakan sebagai Dipergunakannya perbandingan irigasi embung
bahan pakan ternak dan bahan baku industri. Jika dan tanpa irigasi (with and without) yaitu agar
pemenuhan bahan pakan tersebut terganggu, didalam melihat tambahan manfaat neto yang
maka pada akhirnya akan mengganggu pula akan muncul dari investasi proyek tidak
pemenuhan kebutuhan protein dan peningkatan mengabaikan perkembangan atau perubahan-
gizi masyarakat. Oleh karena itu, jagung perubahan produksi yang akan muncul apabila
merupakan komoditas yang cukup strategis keduanya dalam situasi tanpa irigasi serta faktor
seperti halnya beras (Baco dalam Agustian, fisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat
2001). setempat yang relatif sama memungkinkan
Periode irigasi yang kontinyu di daerah pendekatan with and without.
penelitian memungkinkan petani Untuk menguji faktor yang
mengembangkan pola tanam, intensitas tanam mempengaruhi produktivitas jagung diestimasi
dan akan terjadi peningkatan produktivitas dengan fungsi produksi Cobb-Douglas.
persatuan luas tanam.. Adanya peningkatan Produktivitas jagung (Y) diperlakukan sebagai
produktivitas ini tidak terlepas dari faktor-faktor variabel dependen pada regresi yang diestimasi

Jurnal Pengkajian dan pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 9, No.1, Maret 2006: 68-76

69
dengan variabel independen, seperti : jumlah model yang digunakan, yaitu dilakukan dengan
benih, jumlah pupuk (Urea, SP-36, KCl, pupuk menggunakan koefisien determinasi (R2), uji F
kandang), pestisida, jumlah tenaga kerja, tingkat (over all-test) dan uji-t (individual test).
pendidikan, umur, pemakaian irigasi embung dan
tadah hujan sebagai variabel dummy. Untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
menaksir parameter-parameter dalam model
fungsi produksi, terlebih dahulu ditranformasikan
Produktivitas Jagung
kedalam bentuk logaritma natural (ln) sehingga
merupakan satu bentuk linier berganda. Produktivitas untuk usahatani jagung,
pada irigasi embung secara keseluruhan lebih
Fungsi produksi yang digunakan yaitu
tinggi dari tadah hujan baik pada musim tanam I
fungsi produksi Cobb-Douglas dengan rumus :
ataupun musim tanam II (Tabel 1). Produktivitas
pada masing-masing musim tanam terlihat yang
Y = AX1b1 X2b2… Xnbn U paling tinggi yaitu pada musim tanam II untuk
irigasi embung yaitu 4.130,9 kg/ha. Pada irigasi
embung produktivitas jagung musim tanam II
Kemudian ditranformasikan kedalam bentuk
bahkan lebih tinggi dari musim tanam I (3.753,6
logaritma natural. Dalam penelitian bentuk
kg/ha) . Hal ini disebabkan pada musim tanam I
persamaan yang digunakan untuk melihat
(musim hujan) kondisi terlalu banyak air dan
pengaruh irigasi terhadap produktivitas jagung,
keadaan penyinaran yang kurang maksimal.
adalah :
Disamping itu kondisi yang lembab
menyebabkan terjadinya serangan hama penyakit
6
tanaman yang lebih tinggi. Sebaliknya pada
Ln Y = ln A + ∑i =1
biln Xi + dj Dj + U musim tanam II (musim kemarau) sinar matahari
penuh untuk proses fotositesa dan petani dapat
Keterangan: mengatur air dari embung sesuai keperluan
Y = Produktivitas jagung (kg/musim); tanaman.
X1 = Kuantitas Benih (kg) Musim hujan yang tidak menentu
X2 = Pupuk (kg); merupakan kendala rendahnya produktivitas
jagung pada lahan tadah hujan untuk musim
X3 = Pestisida (kg); tanam I. Kelebihan atau kekurangan air pada
X³ = Tenaga Kerja (hok); tanaman tidak dapat terkontrol sehingga
X5 = Pendidikan (th); mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi
X6 = Umur petani (th); terganggu, terutama pada saat pembungaan dan
pembentukan tongkol. Demikian halnya dengan
bi = Koefisien regresi; waktu pengolahan lahan dan pemupukan
dj = Koefisien dummy; dilakukan sangat tergantung keadaan curah
Dj = variabel dummy irigasi; hujan yang terjadi sehingga pemberian pupuk
Dj = 1 (irigasi embung); menjadi tidak tepat saat dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhannya. Keadaan sosial ekonomi
Dj = 0 (tadah hujan);
petani lahan kering yang sering diasumsikan
U = Kesalahan pengganggu sebagai kantong-kantong kemiskinan, juga
berbengaruh terhadap ketersediaan saprodi tepat
Jika koefisien dummy positif dan beda pada saat dibutuhkan, sehingga sering terjadi
nyata berarti adanya irigasi embung secara nyata keterlambatan dalam pelaksanaan usahatani yang
berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. dilakukan.
Selanjutnya dilakukan suatu pengujian pada

Kajian Irigasi Embung terhadap Usahatani Jagung di Lahan Kering Kabupaten Buleleng (Mahaputra, I K , Rubiyo)

70
Tabel 1. Rata-rata Produktivitas Jagung Irigasi Embung dan Tanpa Irigasi di Desa Patas Kecamatan Gerokgak
Kabupaten Buleleng, 2003.
Musim Irigasi Produktivitas (kg/ha) t-hit t-tabel α (0,01)
MT I Irigasi Embung 3753,6
Non-irigasi 2619,9 10,24 *** 2,390
MT II Irigasi Embung 4130,6
Non-irigasi 2199,4 17,71 *** 2,390
MT I Irigasi Embung 3753,6
MT II Irigasi Embung 4130,6 2,98*** 2,390
Sumber : Analisis data primer
Keterangan : *** = significant pada taraf 1%

Pada kondisi kemarau (musim tanam II), yang dihasilkan pertama-tama harus terbebas dari
terlihat pada lahan tadah hujan produktivitas kasus multikolonearitas. Untuk medeteksi
jagung terlihat menurun dibandingkan musim masalah multikolenearitas diantaranya adalah
tanam I, yaitu dari 2.619,9 kg/ha menjadi 2.199,4 kalau dari hasil regresi menunjukkan koefisien
kg/ha. Kondisi kekeringan akibat kurangnya air determinasi (R²) yang cukup tinggi (0,7-1,0)
adalah penyebab utama penurunan produktivitas namun tidak ada atau sedikit dari koefisien
jagung sehingga banyak tanaman yang gagal regresi yang mempunyai arti penting secara
panen. statistik, maka dalam hal ini terdapat masalah
multikolonearitas (Gujarati, 1997). Cara lain
yaitu dengan melihat koefisien korelasi antar
Uji Asumsi Klasik dari Model variabel independen yang tinggi. Koefisien
Hasil penelitian fungsi produktivitas korelasi antar variabel bebas dapat dilihat pada
dianalisis dengan komputer melalui program koefisien matrik korelasi (Corelation Matrix of
Shazam. Untuk memperoleh tingkat keabsahan Coefficients) seperti pada Tabel 2 dan Tabel 3.
penafsiran dalam model regresi yang digunakan, Multikolenearitas diangggap kuat bila nilainya
sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik sebagai antara 0,7-1,0.
dasar analisis regresi. Pengujian asumsi klasik Dari hasil estimasi fungsi produktivitas
bertujuan agar estimator-estimator yang jagung diketahui bahwa diantara variabel-
diperoleh dengan metode Ordinary Least Square variabel yang menyusun persamaan, ternyata
(OLS) memenuhi syarat Best Linier Unbiased tidak satupun yang berkorelasi tinggi. Dengan
Estimator (BLUE). Tiga pengujian asumsi klasik demikian berarti tidak terdapat kasus
yang perlu dilakukan dalam analisis regresi, multikolenearitas dalam model pendugaan
adalah Multikolinearitas, Autokorelasi dan tersebut. Suatu keadaan yang memperkuat
Heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena terhadap tidak adanya multikolenearitas dalam
penyimpangan dari asumsi tersebut sangat persamaan regresi tersebut adalah banyaknya
berpengaruh terhadap pola perubahan variabel variabel bebas yang berpengaruh nyata secara
dependen (Algifari, 2000). individu terhadap variabel tidak bebasnya,
Sehubungan dengan tujuan untuk dimana terdapat 6 variabel yang berpengaruh dari
menetapkan fungsi produktivitas yang terbaik 7 variabel yang menyusunnya.
dari usaha tani jagung di desa Patas kecamatan
Gerokgak kabupaten Buleleng, maka persamaan

Jurnal Pengkajian dan pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 9, No.1, Maret 2006: 68-76

71
Tabel 2. Koefisien Korelasi Matrik Musim Tanam I Usahatani Jagung di Desa Patas, Kec. Gerokgak, Kab.
Buleleng, 2003
Variabel Koefisien
LNBNH 1,000
LNPPK -0,085 1,000
LNHPT -0,171 -0,069 1,000
LNTK -0,143 -0,144 -0,036 1,000
LNPDD 0,087 -0,147 -0,200 -0,170 1,000
LNUMR 0,175 0,035 -0,036 0,094 0,203 1,000
DM -0,100 -0,302 -0,216 -0,193 0,041 -0,134 1,000
CONST -0,352 -0,244 0,163 -0,726 0,095 -0,488 0,338 1,000
LNBNH LNPPK LNHPT LNTK LNPDD LNUMR DM CONST
Sumber : Data primer (diolah)

Tabel 3. Koefisien Korelasi Matrik Musim Tanam II Usahatani Jagung di Desa Patas, Kec. Gerokgak,
Kab. Buleleng, 2003
Variabel Koefisien
LNBNH 1,000
LNPPK -0,096 1,000
LNHPT -0,057 -0,047 1,000
LNTK -0,019 -0,132 -0,211 1,000
LNPDD -0,086 0,066 -0,197 -0,087 1,000
LNUMR 0,095 0,225 0,216 -0,062 0,172 1,000
DM -0,145 -0,286 -0,101 -0,283 -0,038 -0,185 1,000
CONST -0,367 -0,205 0,169 -0,804 0,041 -0,342 0,420 1,000
LNBNH LNPPK LNHPT LNTK LNPDD LNUMR DM CONST
Sumber : Data primer (diolah)

Untuk medeteksi adanya kasus dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat kasus
Autokorelasi pada persaman regresi dilakukan autokorelasi untuk kedua model persamaan
dengan melihat nilai statistik d (Durbin-Watson) regresi tersebut yaitu berada pada nilai Durbin
atau disebut dengan uji Durbin-Watson, dengan Watson, dU < dw < 4 – dU.
kriteria uji : (1) Bila nilai Durbin-Watson (dw) < Setelah dilakukan pengujian terhadap
dL, berarti ada autokorelasi positif; (2) Bila dL ≤ multikolenearitas dan autokorelasi, langkah
dw ≤ dU, berarti tidak ada kesimpulan atau selanjutnya adalah mendeteksi adanya kasus
daerah ragu-ragu; (3) Bila dU < dw < 4 – dU, heteroskedastisitas. Pendeteksian ini dilakukan
berarti tidak ada autokorelasi; (4) Bila 4 – dU ≤ dengan uji Glejser, yaitu dengan jalan meregresi
dw ≤ 4 – dL, berarti tidak ada kesimpulan atau residual dengan varabel X (X1, X2,…,X7) dan
ragu-ragu; (5) Bila dw > 4 – dL, berarti ada meregresikan residual dengan Y duga ( Ŷ ).
autokorelasi negatif.
Hasil regresi antara lnresidu dengan
Dengan k' = 7, n = 70 dan α = 5%, varabel X (X1, X2,…,X7) dan meregresikan
diperoleh nilai dL = 1,401; dU = 1,837; 4 – dU =
residual dengan Y duga ( Ŷ ) untuk musim tanam
2,163 dan 4 – dL = 2,599. Nilai dw yang
I dan musim tanam II, dengan nilai koefisien
diperoleh untuk musim tanam I adalah 1,9430
determinasi (R²) = 0,000 dan nilai F hitung =
dan untuk musim tanam II adalah 1,9280. Jadi
0,000. Nilai R² = 0,000 ini menyatakan bahwa

Kajian Irigasi Embung terhadap Usahatani Jagung di Lahan Kering Kabupaten Buleleng (Mahaputra, I K , Rubiyo)

72
dari total variasi ln residu, sama sekali tidak ada Tabel 4. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Jagung
yang dapat diterangkan oleh variabel MT.I dan MT. II di Desa Patas, Kec.
Gerokgak, Kab. Buleleng, 2003.
ln Ŷ ataupun variabel penyusun persamaan lain,
dan juga didapat nilai F hitung = 0,000 yang Koefisien Regresi
Variabel dan t-hitung
berarti bahwa hubungan ln residu dengan ln Ŷ ,
MT I MT II
hubungan ln residu dengan variabel penyusun Konstanta 5,3039*** 6,1435***
persamaan lain adalah tidak nyata baik untuk (9,551) (9,429)
musim tanam I ataupun musim tanam II. Ln Benih (X1) 0,1996** 0,1664**
Demikian pula dengan nilai t hitung yang semua (2,501) (2,032)
menunjukkan nilai tidak signifikan. Hal ini Ln Pupuk (X2) 0,2041*** 0,0989***
menyatakan bahwa tidak terdapat kasus (5,063) (2,752)
heteroskedastisitas pada model persamaan. Ln Pestisida (X3) 0,0030* 0.0023 tn
Dari keseluruhan pengujian yang telah (1,759) (1.270)
Ln Tenaga Kerja (X4) 0,2629** 0,2208*
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model
(2,585) (1.739)
persamaan tersebut merupakan model terbaik,
Ln Pendidikan (X5) 0,0061*** 0,0094***
sebagai model yang menyatakan fungsi (3,347) (4,982)
produktivitas usaha tani jagung di desa Patas Ln Umur (X6) -0,0707 tn -0,1108**
kabupaten Buleleng. Terbaik, karena telah (-1,483) (-2,121)
terbebas dari tiga masalah penting asumsi klasik D. Irigasi (X7) 0,2541*** 0,5555***
yaitu multikolenearitas, autokorelasi dan (9,725) (20,100)
heteroskedastisitas. R2 adjusted 0,8410 0,9204
F hitung 53,136*** 114,919***
t tabel : α = 1%, 5% dan 2,66; 2,00
Faktor Penjelas Produktivitas 10% dan 1,671
Dengan memanfatkan data-data yang Sumber : Analisis Data Primer
telah terkumpul, untuk musim tanam I dan Keterangan : *** = Nyata pada tingkat kesalahan 1%;
musim tanam II, maka sebagai langkah awal ** = Nyata pada tingkat kesalahan 5%; * = Nyata
sebelum melakukan analisis regresi, data tersebut pada tingkat kesalahan 10%; tn = Tidak nyata; Angka
ditransformasikan dalam bentuk logaritma dalam kurung merupakan t–hitung.
natural (ln). Berdasarkan data transformasi
dilakukan analisis regresi dengan metode OLS, Pada musim tanam II diperoleh nilai R²
diperoleh hasil estimasi dari persamaan regresi yang lebih tinggi dari musim tanam I yaitu
seperti pada Tabel 4. sebesar 0,9204. Hal ini berarti bahwa 92,04%
Berdasarkan hasil analisis regresi variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
diperoleh nilai koefisien determinasi (R²) untuk variabel independen yang dianalisis. Nilai F yang
musim tanam I sebesar 0,8410. Hal ini berarti diperoleh sangat nyata, yaitu sebesar 114,919.
sebesar 84,10% dari variasi variabel dependen Tingginya nilai F tersebut menyatakan bahwa
dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat korelasi yang sangat nyata secara
dianalisis, sedangkan sisanya sebesar dijelaskan simultan faktor-faktor yang mempengaruhi
oleh faktor lain luar model. Nilai F hitung yang produktivitas jagung pada musim tanam II.
diperoleh sebesar 53,136 lebih besar dari nilai F-
tabel pada taraf kepercayaan 1%. Hal ini Pengaruh masing-masing variabel
menyatakan bahwa variabel independen secara independen secara individual terhadap variabel
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap dependen digunakan uji t. Dari tabel 4, diketahui
produktivitas jagung. bahwa hampir seluruh variabel independen untuk
kedua musim mempunyai pengaruh yang nyata.

Jurnal Pengkajian dan pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 9, No.1, Maret 2006: 68-76

73
Jumlah benih, jumlah pupuk, jumlah tenaga 1% untuk musim tanam I dan musim tanam II
kerja, lama pendidikan dan dummy irigasi akan meningkatkan produktivitas jagung sebesar
berpengaruh sangat signifikan mempengaruhi 0,2629% dan 0,2208%.
produktivitas jagung, sedangkan umur petani Umur petani mempunyai pengaruh
mempunyai pengaruh negatif untuk musim tanam negatif. Pada musim tanam II setiap kenaikan 1%
I, walaupun tidak berpengaruh nyata pada musim umur petani akan menurunkan produktivitas
tanam I namun berpengaruh pada musim tanam jagung 0,1108%. Untuk tingkat pendidikan yang
II. Hal ini antara lain karena cukup banyak dari meningkat 1% pada kedua musim tanam, maka
petani responden pada katagori umur kurang menaikkan produktivitas jagung masing-masing
produktif yaitu sebanyak 20% dari seluruh sebesar 0,0061% dan 0,0094%. Tingkat
responden. Faktor fisik berpengaruh pada pendidikan sangat berpengaruh pada kualitas dan
aktifitas usahatani yang menyebabkan kemampuan kerja seseorang. tingkat pendidikan
produktivitas menurun, apalagi pada musim memberikan pengetahuan bukan saja yang
tanam II yang bertepatan dengan awal musim langsung dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi
kering sangat diperlukan faktor fisik lebih kuat juga landasan untuk lebih mengembangkan diri
dalam aktivitas usahatani. Hal ini sejalan dengan serta memanfaatkan semua sarana yang ada
teori yang menyebutkan bahwa tingkat disekitar lingkungan untuk kelancaran aktivitas
kemampuan kerja mula-mula meningkat sesuai usaha tani. Sehingga semakin tinggi tingkat
dengan pertambahan umur kemudian menurun pendidikan akan semakin tinggi pula
kembali pada saat usia pensiun atau umur tua, produktivitas yang dihasilkan.
Payaman (1985). Penelitian Jatileksono (1992) di
Variabel dummy irigasi pada regresi
Lampung juga menunjukkan bahwa semakin
musim tanam I dan musim tanam II menunjukkan
muda umur petani cenderung berhubungan
koefisien regresi yang positif dan sangat nyata
dengan pendapatan total rumah tangga petani
secara statistik pada tingkat kesalahan 1%. Hal
yang lebih tinggi. Petani yang lebih tua
ini berarti irigasi embung sangat berpengaruh
merupakan petani yang lebih berpengalaman,
terhadap produktivitas jagung baik pada musim
tetapi mungkin saja lebih konservatif dan
tanam I ataupun musim tanam II, dimana
kebanyakan petani yang semakin tua akibat
produktivitas jagung dilahan irigasi baik musim
faktor fisik semakin lemah tenaganya. Petani
tanam I dan musim tanam II berbeda sangat nyata
yang lebih muda kemungkinan pengalaman dan
dari lahan tadah hujan. Ini dimungkinkan karena
ketrampilannya kurang tetapi mempunyai sifat
pada lahan irigasi embung, kebutuhan air bagi
yang lebih progresive terhadap inovasi serta
tanaman dapat tercukupi dan terkontrol sesuai
kemampuan fisik lebih kuat. Pestisida tidak
dengan kebutuhan. Adanya air irigasi juga
berpengaruh nyata untuk musim tanam II dan
mempercepat pelarutan pupuk untuk diserap oleh
Hasil analisis regresi tersebut tanaman dalam pertumbuhannya sehingga
menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah produktivitas tinggi lebih memungkinkan untuk
benih 1% maka produktivitas jagung meningkat dicapai. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
sebesar 0,1996% untuk musim tanam I dan beberapa peneliti yaitu: Syamsiah (1989),
meningkat 0,1664% pada musim tanam II, jika Abdullah (1997) dan Suprapto (2002).
jumlah pupuk naik 1% maka produktivitas
Peningkatan produktivitas dengan adanya
jagung meningkat untuk masing-masing musim
irigasi akan diikuti dengan peningkatan
tanam sebesar 0,2041% dan 0,0989%. Sedangkan
pendapatan petani walaupun dengan biaya yang
untuk pestisida jika naik 1% maka produksi
meningkat pula, apalagi jika diusahakan untuk
meningkat 0,0030% untuk musim tanam I dan
tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Dampak
pada musim tanam II tidak berpengaruh nyata.
positif pengembangan irigasi sangat dirasakan
Pada penggunaan tenaga kerja yang meningkat
terutama bagi petani miskin yang mengakibatkan

Kajian Irigasi Embung terhadap Usahatani Jagung di Lahan Kering Kabupaten Buleleng (Mahaputra, I K , Rubiyo)

74
adanya pergeseran dari pertanian tadah hujan produktivitas lahan kritis di zone Batur
menjadi pertanian dengan pengairan (Koppen, Agung, Kabupaten Gunung Kidul.
2002). Prosiding Seminar dan Worshop. Sistem
Usaha Tani Konservasi Mendukung
Pengembangan Kawasan Perbukitan Kritis
KESIMPULAN DAN SARAN
Daerah Istimewa Yogyakarta. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
1. Produktivitas jagung pada irigasi embung Departemen Pertanian: hal. 125-131.
lebih tinggi dan berbeda sangat nyata dengan Agustian, A. 2001. Efisiensi produksi teknologi
non-irigasi baik pada musim tanam I dan introduksi pada usahatani jagung di lahan
musim tanam II. Sedangkan musim tanam II kering Kabupaten Garut Provinsi Jawa
produktivitas jagung lebih tinggi dari musim Barat. Tesis S2. Program Pasca Sarjana.
tanam I pada lahan irigasi embung dengan Jurusan Ilmu Ilmu Pertanian. UGM.
perbedaan yang sangat nyata pula. Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan)
2. Hasil estimasi persamaan regresi pada model Algifari. 2000. Analisis regresi: teori, kasus dan
Cobb-Douglas pada musim tanam I dan solusi. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.
musim tanam II didapatkan suatu model
Gujarati, D. 1997. Ekonometrika dasar.
terbaik sebagai model yang menyatakan
Terjemahan Sumarno Zain. Cetakan
fungsi produksi usahatani jagung, yaitu:
Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Ln Ŷ MT.I =5,3039X10,1996X20,2041X30,0030X40,2629X50,0061X6-0,0707D0,2541 Jatileksono, T. 1993. Ketimpangan pendapatan di
Ln Ŷ MT.II=6,1435X10,1664X20,0989X30.0023X40,2208X50,0094X6-0,1108D0,5555 pedesaan: Kasus daerah padi di Provinsi
Lampung. Indonesian Economic Journal,
3. Secara umum kuantitas benih, pupuk,
Vol. 2. No.1. Oktober 1993: 51-73
pestisida, tenaga kerja, pendidikan petani,
umur bersama dengan irigasi embung sangat Payaman, J. S. 1985. Pengantar ekonomi
berpengaruh terhadap produktivitas jagung di sumberdaya manusia. Lembaga Penerbit
lahan kering. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta.
4. Adanya irigasi embung sangat berpengaruh
terhadap produktivitas jagung dilahan kering Suprapto, Adijaya, Rai Yasa. 2003. Pengkajian
baik pada musim tanam I ataupun musim sistem usaha tani agribisnis tanaman dan
tanam II, sehingga penggunaaan sarana ternak di lahan marginal. Laporan Akhir.
produksi lain dapat dimanfaatkan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
maksimal oleh petani. Oleh karena itu Badan Litbang Pertanian. Departemen
pemanfaatan air secara efisien akan Pertanian.
memungkinkan petani pemilik embung untuk Syamsiah, Suprapto dan A. M Fagi. 1989.
lebih meningkatkan luas dan intensitas tanam Prospek penggunaan embung air untuk
di lahan kering. tanaman pangan di lahan tadah Hujan.
Reflektor. Vol. 2. No. 2

DAFTAR PUSTAKA Van Koppen. B, R. Parthasarathy, and C.


Safiliou. 2002. Poverty dimensions of
irrigation management transfer in large
Abdullah. A. I. 1997. Pemberdayaan sumber air scale canal irrigation in Andra Pradesh and
aquifer sebagai alternatif peningkatan Gujarat, India. Research Report 61.

Jurnal Pengkajian dan pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 9, No.1, Maret 2006: 68-76

75
Colombo. Srilanka. International Water
Management Institute.

Kajian Irigasi Embung terhadap Usahatani Jagung di Lahan Kering Kabupaten Buleleng (Mahaputra, I K , Rubiyo)

76

Вам также может понравиться