Вы находитесь на странице: 1из 24

STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TERHADAP KINERJA PEKERJA PADA PROYEK PELEBARAN


RANTEPAO-PALOPO OLEH PT.WASKITA KARYA

Boni Sombolinggi
Mahasiswa S1 Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Alamat : Telkomas Jalan Satelit V no.102

Dr. M.Asad Abdurahman, ST., M.Eng. P.M Suharman Hamzah, ST.MT,PhD.Eng, HSE Cert
Dosen Jurusan Teknik Sipil Dosen Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10
Telp/Fax : 0411-587636 Telp/Fax : 0411-587636

ABSTRACT
Occupational Health and Safety (K3) is a program created both workers and
companies in an effort to prevent accidents and occupational diseases by identifying the
things that potentially cause accidents and occupational diseases as well as anticipatory
measures in case of accidents and occupational diseases. This study aimed to analyze the
effect of occupational safety and health program on the performance of workers in the road
widening project Rantepao-Palopo oleh PT. Waskita Karya.

This research is associative research, ie research that connects two or more


variables to see the influence of these variables. The data used in this study are primary
data and secondary data. The population in this study is the staff and workers working in
PT. Waskita. The sample in this study as many as 41 workers. Methods of data analysis
using structural equation modeling (SEM) with the help of application smartPLSVersion
2.0 M3 to describe the relationship with the latent variable indicator (outer model) and to
describe relationships between the latent variables (inner model).

Research results show that the positive effect on work safety performance with
the path coefficient value of 0.333. Occupational health positive effect on the performance
of the value of the path coefficient 0.472. Safety and Health at work is able to explain the
variable performance by 42.1%.

Keywords: Safety, Health, Labor Performance, SmartPLS Versoin 2.0M3

1
BAB 1 seseorang. Maka dari itu kinerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
PENDAHULUAN yang dicapai oleh seorang karyawan
1.1 Latar Belakang dalam melaksanakan fungsinya sesuai
Keselamatan dan Kesehatan dengan tanggung jawab yang diberikan
Kerja (K3) umumnya terbagi menjadi kepadanya.
tiga (3) versi di antaranya adalah Salah satu faktor yang
pengertian K3 menurut Filosofi, mempengaruhi kinerja karyawan adalah
Keilmuan serta menurut standar OHSAS Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
18001:2007. Berikut adalah pengertian Keselamatan kerja yang tinggi akan
dan defenisi K3 (Keselamatan dan menekan tingkat kecelakaan yang
Kesehatan Kerja) tersebut: menyebabkan sakit, cacat, dan kematian
1. Menurut Filosofi dapat ditekan sekecil mungkin. Dalam
Keselamatan dan Kesehatan beberapa tahun terakhir sangat sering
Kerja (K3) adalah suatu terdengar kecelakaan yang berakibat
pemikiran dan upaya untuk fatal seperti cacat dan kematian saat
menjamin keutuhan dan bekerja.
kesempurnaan baik Keselamatan dan Kesehatan
jasmaniah maupun rohania Kerja (K3) di perusahaan-perusahaan
tenaga kerja pada yang ada di Indonesia terkadang masih
khususnya, dan manusia dibelakangkan. Padahal Keselamatan
pada umumnya, hasil karya dan Kesehatan Kerja karyawan
dan budaya untuk menuju merupakan salah satu hak asasi dan salah
masyarakat adil dan satu upaya untuk meningkatkan kualitas
makmur. ( Mangkunegara kerja karyawan di perusahaan itu sendiri.
2002 ) Hal itu ditunjukkan dengan masih
2. Menurut Keilmuan tingginya tingkat kecelakaan kerja yang
Keselamatan dan Kesehatan ada di Indonesia.
Kerja (K3) adalah semua Menurut Abduh M. (Chahlul
ilmu dan penerapannya 2012) di Indonesia tingkat kecelakaan
untuk mencegah terjadinya kerja merupakan salah satu yang tertinggi
kecelakaan kerja, penyakit di dunia, sedikitnya pada tahun 2007
akibat kerja (PAK), terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja.
kebakaran, peledakan dan Data tersebut diperkirakan 50% yang
pencemaran lingkungan. tercatat oleh Jamsostek dari jumlah
3. Menurut OHAS sebenarnya. Dari sekian banyak jumlah
18001:2007 Keselamatan angka kecelakaan, penyumbang
dan Kesehatan Kerja (K3) terbanyak berasal dari kecelakaan kerja
adalah semua kondisi dan konstruksi yang mencapai 30% dari total
factor yang dapat keseluruhan jumlah kecelakaan kerja.
berdampak pada Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan
keselamatan dan kesehatan konstruksi perlu mendapatkan perhatian
kerja tenaga kerja maupun khusus terhadap masalah K3.
orang lain (kontraktor, Dari data tersebut menunjukkan
pemasok, pengunjung dan bahwa tingginya angka kecelakaan kerja
tamu) di tempat kerja. tertinggi pada bidang konstruksi. Dalam
Kinerja berasal dari kata job mewujudkan ketertiban dan kenyamanan
performance atau actual performance ketika bekerja, kontraktor wajib
yang berarti prestasi kerja atau prestasi memenuhi syarat-syarat K3, yaitu
sesungguhnya yang dicapai oleh Peraturan Menteri PU

2
No.9/PER/M/2008. Dalam Peraturan kecelakaan dan usaha-usaha
Menteri tersebut, K3 dijelaskan pada penyelamatan.
pasal 1 ayat 1 yang berarti pemberian Menurut penelitian Angkat S.
perlindungan kepada setiap orang yang (Cyahlul 2012) menjelaskan bahwa
berada di tempat kerja yang berhubungan pelaksanaan pekerjaan bangunan sering
dengan pemindahan bahan baku, mengalami kecelakaan seperti terjatuh,
penggunaan peralatan kerja konstruksi tertimpa, terpleset, terpotong, dan
serta proses produksi dan lingkungan tertusuk oleh material bangunan hal
sekitar tempat kerja. tersebut disebabkan oleh berbagai
Sektor jasa konstruksi yang macam hal. Kondisi tersebut yang
berhubungan dengan kepentingan umum mengakibatkan sering terjadi kecelakaan
(masyarakat) antara lain pekerjaan kerja, tetapi pada umumnya disebabkan
konstruksi jalan, jembatan, bangunan oleh kesalahan manusia (human eror).
gedung, fasilitas umum, system Pada saat ini sedang berlangsung
penyediaan air minum dan perpipaannya, proyek pembangunan pelebaran jalan
system pengolahan air limbah dan Rantepeo-Palopo dan perusahaan
perpipaannya, drainase, pengolahan kontruksi PT. Waskita Karya menjadi
sampah, pengaman pantai, irigasi, kontraktor pelaksana pada proyek ini.
bendungan, bending, waduk, dan Adapun item pekerjaan yang
lainnya. sementara berlangsung adalah
Setelah diberlakukannya Permen pekerjaan minor meliputi pekerjaan
PU No.9/PER/M/2008 terjadi penurunan brojong, talut, pekerjaan galian dan
angka kecelakaan kerja. Menurut data timbunan serta saluran sepanjang jalan
Kementrian Tenaga Kerja dan yang diperlebar. Adapun pekerjaan ini
Transmigrasi Republik Indonesia pada dilakukan pada tiga segmen (daerah).
tahun 2009 angka kecelakaan kerja Pada Segmen I yang terletak di
konstruksi yang terjadi mencapai 96.314 Kecamatan Rantelemo, pekerjaan
kasus, sampai akhir tahun 2010 pelebaran jalan yang direncanakan
mengalami penurunan menjadi 86.693 sepanjang 4,5 kilometer. Pada Segmen
kasus kecelakaan kerja dan pada tahun II yang terletak di Kecamatan Bolu,
2015 melalui Badan penyelenggara pekerjaan pelebaran jalan yang
Jaminan Sosial (BPJS) kasus kecelakaan direncanakan sepanjang 1 kilometer.
kerja menurun sebesar 50.089. Pada Segmen III yang terletak di
K3 yang mengatur khusus Kecamatan Tondon, pekerjaan
bidang konstruksi bangunan masih pelebaran jalan yang direncanakan
mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga sepanjang 12 kilometer.
Kerja dan Transmigrasi Proyek pembangunan pelebaran
No.PER.01/MEN/1980. Setiap pekerjaan jalan ini merupakan salah satu proyek
konstruksi bangunan harus melakukan besar dimana sangat rawan terjadinya
usaha pencegahan terjadinya kecelakaan kecelakaan kerja. Maka penerapan
dan sakit akibat kerja terhadap tenaga system manajemen keselamatan dan
kerjanya. Ketika suatu pekerjaan dimulai kesehatan kerja yang baik untuk
harus disusun suatu unit keselamatan dan meningkatkan produktivitas pekerja akan
kesehatan kerja, hal tersebut harus sangat membantu dalam mengerjakan
diberitahukan kepada setiap tenaga kerja. proyek tersebut.
Unit keselamatan dan kesehatan kerja Dengan latar belakang tersebut,
yang dimaksud adalah usaha-usaha penulis tertarik untuk melakukan
pencegahan terhadap kecelakaan, penelitian dengan judul : “Studi
kebakaran, peledakan, penyakit akibat Pengaruh Program Keselamatan dan
kerja, pertolongan pertama pada Kesehatan Kerja terhadap kinerja

3
pekerja pada proyek pelebaran jalan 2. Bagi perusahaan dapat memberikan
Rantepao - Palopo”. informasi sebagai bahan evaluasi
1.2 Perumusan Masalah dalam meningkatkan kinerja pekerja
Berdasarkan uraian dan melalui penerapan system manajemen
pemikiran diatas, maka penulis K3 yang baik.
merumuskan permasalahan sebagai
berikut : “Bagaimana pengaruh 3. Sebagai bahan refrensi bagi peneliti
keselamatan dan kesehatan kerja lain yang akan melakukan penelitian
terhadap kinerja pekerja pada proyek yang berhubungan dengan bidang
pelebaran jalan Rantepao – Palopo”. keselamatan dan kesehatan kerja dan
1.3 Maksud danTujuan Penelitian pengaruhnya terhadap kinerja
1.3.1 Maksud Penelitian pekerja.
Adapun maksud dari 1.6 Sistematika Penulisan
penelitian ini adalah dalam rangka Dalam penelitian ini,
penyelesaian program studi Strata 1 pada pembahasan dan penyajian hasil
Jurusan Sipil Fakultas Teknik penelitian akan disusun dengan materi
Universitas Hasanuddin. sebagai berikut :
1.3.2 Tujuan Penelitian BAB I : PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian ini untuk Pada bab ini akan dikemukakan
menganalisis pengaruh keselamatan dan tentang latar belakang permasalahan,
kesehatan kerja terhadap kinerja pekerja perumusan masalah, maksud dan tujuan
pada proyek pelebaran jalan Rantepao – penelitian, hipotesis dan manfaat
Palopo yaitu : penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN
1. Hubungan antara Variabel PUSTAKA
Keselamatan dengan Variabel Bab ini menjelaskan pengertian
Kinerja dan teori – teori yang mendasari dan
2. Hubungan antara Variabel berkaitan dengan pembahasan dalam
Kesehatan dengan Variabel penelitian ini, yang digunakan sebagai
Kinerja pedoman dalam menganalisa masalah.
3. Hubungan antara Variabel Teori – teori yang digunakan berasal dari
Keselamatan dan Kesehatan literatur – literatur yang ada baik dari
Kerja dengan Variabel Kinerja perkuliahan maupun sumber lain.
BAB III : METODE
1.4 Hipotesis PENELITIAN
Terdapat pengaruh program Pada bab ini diuraikan perihal
keselamatan dan kesehatan kerja kerangka konsep penelitian, jenis
terhadap kinerja pekerja pada proyek penelitian, sumber data, teknik
pelebaran jalan Rantepao – Palopo. pengumpulan data, jenis dan sumber data
1.5 Manfaat Penelitian serta metode analisa data yang akan
Dengan adanya penelitian ini dipakai.
diharapkan akan memberikan manfaat BAB IV : HASIL DAN
kepada berbagai pihak yaitu: PEMBAHASAN
1. Bagi Mahasiswa untuk memberikan Pada bab ini diuraikan
wawasan dan informasi tentang hasil dari penelitian yang diperoleh dari
betapa pentingnya penerapan pengolahan data menggunakan program
prosedur K3 dalam suatu proyek SmartPLS.
konstuksi jalan guna meningkatkan BAB V : KESIMPULAN DAN
kinerja pekerja. SARAN

4
Pada bab ini berisikan Pengembangan prinsip-prinsip dan
kesimpulan dan saran yang telah praktik dari kedokteran kerja, untuk
diperoleh dari penelitian serta kendala – memadukan kegiatan-kegiatan yang
kendala yang dialami selama penelitian. bersifat mencegah atau membangun dari
BAB 2 seluruh anggota tim kesehatan kerja.
Melihat beberapa uraian diatas
TINJAUAN PUSTAKA mengenai pengertian keselamatan dan
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pengertian kesehatan kerja di atas, maka
(K3) dapat disimpulkan mengenai pengertian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan kerja merupakan adalah suatu bentuk usaha atau upaya
keselamatan yang bertalian dengan bagi para pekerja untuk memperoleh
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan jaminan atas Keselamatan dan Kesehatan
pengolahannya, landasan tempat kerja Kerja (K3) dalam melakukan pekerjaan
dan lingkungannya serta cara-cara yang mana pekerjaan tersebut dapat
melakukan pekerjaan, suma’mur (Eddie mengancam dirinya yang berasal dari
Daniel 2011). Undang-Undang No.1 individu itu sendiri dan lingkungan
Tahun 1970 dalam (Budiono, 2003) kerjanya.
menerangkan bahwa keselamatan kerja Pada hakekatnya Keselamatan
yang mempunyai ruang lingkup yang dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
berhubungan dengan mesin, landasan suatu keilmuan multidisiplin yang
tempat kerja dan lingkungan kerja, serta menerapkan upaya pemeliharaan dan
cara mencegah terjadinya kecelakaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja,
penyakit akibat kerja, memberikan keamanan kerja, keselamatan dan
perlindungan sumber-sumber produksi kesehatan tenaga kerja, serta melindungi
sehingga dapat meningkatkan efesiensi tenaga kerja terhadap resiko bahaya
dan produktifitas. dalam melakukan pekerjaan serta
Menurut suma’mur (Meydina mencegah terjadinya kerugian akibat
Mawar Perangin-angin 2011), kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
keselamatan kerja merupakan kebakaran, peledakan dan pencemaran
spesialisasi ilmu kesehatan beserta lingkungan kerja.
prakteknya yang bertujuan agar para Menurut Mangkunegara (Denny
pekerja atau masyarakat pekerja Bagus 2009) bahwa tujuan dari
memperoleh derajat kesehatan setinggi- keselamatan dan kesehatan kerja adalah
tingginya baik fisik, mental maupun sebagai berikut :
sosial dengan usaha preventif dan kuratif a. Agar setiap pegawai/tenaga
terhadap penyakit/gangguan kesehatan kerja mendapat jaminan
yang diakibatkan oleh factor pekerjaan keselamatan dan kesehatan
dan lingkungan serta terhadap penyakit kerja baik secara fisik,
umum . social, dan psikologis.
Menurut Felton (Meydina b. Agar setiap perlengkapan
Mawar Perangin-angin 2011) dan peralatan kerja
mengemukakan pengertian tentang digunakan sebaik-baiknya,
kesehatan kerja adalah “Occupational selektif mungkin.
Health is the extension of the principles c. Agar semua hasil produksi
and practice of occupational medicine, to dipelihara keamanannya.
include the conjoint preventive or d. Agar adanya jaminan atas
constructive activities of all members of pemeliharaan dan
the occupational health team.” peningkatan kesehatan gizi
pegawai/tenaga kerja.

5
e. Agar meningkatkan lalai yang dapat
kegairahan, keserasian kerja, mengakibatkan kecelakaan
dan partisipasi kerja. kerja.
f. Agar terhindar dari c. Pemakaian alat-alat
gangguan kesehatan yang pelindung diri
disebabkan oleh lingkungan Kurangnya kesadaran dalam
atau kondisi kerja. pemakaian alat-alat
g. Agar setiap pegawai/tenaga pelindung karena dirasa
kerja merasa aman dan tidak nyaman oleh pekerja
terlindungi dalam bekerja. dapat mengakibatkan
2.1.1 Keselamatan Kerja kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja adalah Menurut Glandon dan Litherland
kondisi keselamatan yang bebas dari (2001) dari indikator dari pengukuran
resiko kecelakaan dan kerusakan dimana keselamatan kerja adalah:
kita bekerja yang mencakup tentang 1. Dukungan dan komunikasi
kondisi bangunan, kondisi mesin, Dukungan dan komunikasi
peralatan keselamatan, dan kondisi antara supervisiors dengan
pekerja menurut Simanjutak (Denny pekerja dapat dilakukan
Bagus 2009). dengan cara diskusi, pekerja
Kondisi bangunan adalah tempat bisa mengkomunikasikan
atau bangunan yang digunakan untuk masalah masalah yang
tempat bekerja apakah telah memenuhi berhubungan dengan
kriteria keselamatan bagi penghuni pekerjaan, dan komunikasi
bangunan tersebut. Kondisi mesin yang menganai faktor risiko
ada di perusahaan juga harus baik diinformasikan kepada
sehingga harus ada penjadwalan pekerja pada saat pelatihan
perawatan mesin-mesin untuk proses awal masuk bekerja.
produksi. Hal ini bertujuam untuk 2. Prosedur yang adekuat
mencegah kerusakan mesin yang dapat Prosedur yang dikatakan
membahayakan operator. adekuat adalah prosedur yang
Kondisi pekerja sangat berisi berbagai informasi
menentukan terjadinya kecelakaan kerja. yang lengkap, teknik yang
Faktor-faktor yang menentukan kondisi akurat, menjelaskan hal-hal
pekerja yaitu Simanjuntak (Meydina yang boleh dilakukan maupun
Mawar Perangin-angin 2011). yang tidak boleh dilakukan
a. Kondisi mental dan fisik beserta alasannya dan pekerja
Kondisi tersebut sangat dapat dengan mudah
berpengaruh dalam menerapkan prosedur
menjalankan proses pekerjaan mereka.
produksi karena dengan
kondisi mental dan fisik 3. Beban kerja
yang buruk dapat Beban kerja yang tidak terlalu
mengakibatkan kecelakaan tinggi dapat diukur dengan
kerja masih adanya waktu bekerja
b. Kebiasaan kerja yang baik untuk beristirahat, target yang
dan aman ditentukan masih realistis,
Pada saat melakukan dan pekerja memiliki cukup
pekerjaan, pekerja harus waktu menyelesaikan
dapat dituntut untuk bekerja tugasnya.
secara disiplin agar tidak 4. Alat Pelidung Diri

6
Alat pelindung diri digunakan Pradigma baru dalam aspek
pekerja untuk menghindari kesehatan mengupayakan agar yang
kecelakaan yang dapat sehat tetap sehat dan bukan sekedar
menggagngu pekerja saat mengobati, merawat atau
bekerja, dan yang paling menyembuhkan gangguan kesehatan
penting adalah APD yang atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian
digunakan nyaman bagi utama dibidang kesehatan lebih
pekerja. ditujukan kearah pencegahan terhadap
5. Hubungan dengan kemungkinan timbulnya penyakit serta
perusahaaan pemeliharaan kesehatan seoptimal
Hubungan dengan mungkin.
perusahaaan diukur dengan Status kesehatan seseorang,
adanya hubungan yang baik menurut Blum (Arma Bayu 2012)
antara supervisiors dengan ditentukan oleh empat factor yaitu :
pekerja, pekerja dengan 1. Lingkungan, berupa
pekerja dan juga berhubungan lingkungan fisik (alami,
dengan sikap moral pekerja. buatan) kimia
6. Peraturan keselamatan (organic/anorganik, logam
Peraturan keselamatan harus berat, dabu) biologic (virus,
selalu dilakukan dan bakteri, mikroorganisme)
peraturan keselamatan dapat dan social budaya (ekonomi,
diikuti tanpa adanya konflik pendidikan, pekerjaan).
dengan praktek kerja. 2. Perilaku yang meliputi
2.1.2 Kesehatan Kerja sikap, kebiasaan dan tingkah
Pengertian sehat senantiasa laku.
digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, 3. Pelayanan kesehatan:
mental dan social seseorang yang tidak promotif, preventif,
saja bebas dari penyakit atau gangguan perawatan, pengobatan,
kesehatan melainkan juga menunjukkan pencegahan kecacatan dan
kemampuan untuk berinteraksi dengan rehabilitasi.
lingkungan dan pekerjaannya (Budiono, 4. Genetik, yang merupakan
2003). factor bawaan setiap
Sejak beberapa abad yang lalu, manusia.
Burlinhame menyatakan bahwa Interaksi dari berbagai factor
melakukan suatu pekerjaan atau bekerja tersebut sangat mempengaruhi tingkat
hakikatnya merupakan sumber kepuasan kesehatan seorang baik dalam kehidupan
manusia paling mendasar, katalis social sehari-hari maupun di tempat kerja.
dan sekaligus juga pelengkap status serta Dengan demikian, dalam pengolahan
martabat manusia. kesehatan keempat factor tersebut perlu
Bila konsep tersebut dikaitkan diperhatikan, khususnya dalam aspek
dengan perubahan global pada bagian lingkungan dan pelayanan kesehatan.
sector dan perkembangan teknologi Hubungan antara pekerjaan dan
dewasa ini, maka semakin jelaslah bahwa kesehatan seseorang mulai dikenal sejak
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan beberapa abad yang lalu, antara lain
manusia harus dilakukan melalui dengan didapatkannya penyakit akibat
pekerjaan yang diselaraskan dengan cacing atau gejala sesak napas akibat
lingkungan yang aman, nyaman dan timbunan debu dalam paru pada pekerja.
higienis sehingga kesehatan, Kaitan timbal balik pekerjaan
keselamatan dan produktivitas tenaga yang dilakukan dan kesehatan pekerja
kerja senantiasa terjamin. semakin banyak dipelajari dan terus

7
berkembang sejak terjadinya revolusi 1. Meningkatkan dan
industry. Pekerjaan mungkin berdampak memelihara derajat
negatife bagi kesehatan akan tetapi kesehatan pekerja.
sebaliknya pekerjaan dapat pula 2. Melindungi dan mencegah
memperbaiki tingkat kesehatan dan pekerja dari semua
kesejahteraan pekerja bila dikelola gangguan kesehatan akibat
dengan baik. Demikian pula status lingkungan kerja atau
kesehatan pekerja sangat mempengaruhi pekerjaannya.
produktivitas kerjanya. Pekerjaan yang 3. Menempatkan pekerja sesuai
sehat memungkinkan tercapainya hasil dengan kemampuan fisik,
kerja yang lebih baik bila dibandingkan mental dan pendidikan atau
dengan pekerja yang terganggu keterampilannya.
kesehatannya. 4. Meningkatkan efisiensi dan
Menurut Suma’mur (Eddie produktivitas pekerja.
Daniel 2011), kesehatan kerja merupakan Menurut Gary Dessler (Beni
spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran Madaun 2016), indikator kesehatan kerja
beserta prakteknya yang bertujuan agar terdiri dari :
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh 1. Keadaan dan Kondisi
derajat kesehatan setinggi-tingginya baik Karyawan
fisik, mental maupun sosial dengan usaha Keadaan dan kondisi
preventatif atau kuratif terhadap karyawan adalah keadaan
penyakit/gangguan kesehatan yang yang dialami oleh karyawan
diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan pada saat bekerja yang
lingkungan kerja serta terhadap penyakit mendukung aktivitas dalam
umum. bekerja.
Konsep kesehatan kerja dewasa 2. Lingkungan kerja adalah
ini semakin banyak berubah, bukan lingkungan yang lebih luas
sekedar “kesehatan pada sektor industri’ dari tempat kerja yang
saja melainkan juga mengarah pada mendukung aktivitas
upaya kesehatan untuk semua orang karyawan dalam bekerja.
dalam melakukan pekerjaannya (Total 3. Perlindungan karyawan
health of all at work). merupakan fasilitas yang
Dan ilmu ini tidak hanya diberikan untuk menunjang
berhubungan antara efek lingkungan kesejahteraan karyawan
kerja dengan kesehatan, tetapi juga 2.1.3 Aspek-aspek dan Faktor-
hubungan antara status kesehatan pekerja faktor yang Mempengaruhi
dengan kemampuannya untuk Keselamatan dan Kesehatan
melakukan tugas yang harus Kerja (K3)
dikerjakannya, dan tujuan dari kesehatan Menurut Anoraga (Meydina
kerja adalah mencegah timbulnya Mawar Perangin-angin 2011)
gangguan kesehatan daripada mengemukakan aspek-aspek
mengobatinya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Sebagai bagian spesifik meliputi:
keilmuwan dalam kesehatan masyarakat, a. Lingkungan kerja
kesehatan kerja lebih memfokuskan Lingkungan kerja
lingkup kegiatannya pada peningkatan merupakan tempat dimana
kualitas hidup tenaga kerja melalui seseorang atau karyawan
penerapan upaya kesehatan yang dalam beraktifitas kerja.
bertujuan untuk: Lingkungan kerja dalam hal
ini menyangkut kondisi

8
kerja, seperti ventilasi, suhu, jasmani, ukuran tubuh,
penerangan dan situasinya. keadaan gizi dan sebagainya.
b. Alat kerja dan bahan c. Lingkungan kerja
Alat kerja dan bahan Lingkungan kerja yang
merupakan suatu hal yang berupa faktor fisik, kimia,
pokok dibutuhkan oleh biologik, ergonomik,
perusahaan untuk maupun psikosial.
memproduksi barang. Dari beberapa uraian di atas
Dalam memproduksi dapat disimpulkan bahwa Aspek dan
barang, alat-alat kerja Faktor yang mempengaruhi Keselamatan
sangatlah vital yang dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain
digunakan oleh para pekerja lingkungan kerja, alat kerja dan bahan,
dalam melakukan kegiatan cara melakukan pekerjaan, beban kerja,
proses produksi dan kapasitas kerja, dan lingkungan kerja.
disamping itu adalah bahan- 2.1.4 Tujuan Penerapan
bahan utama yang akan Keselamatan dan Kesehatan
dijadikan barang. Kerja (K3)
c. Cara melakukan pekerjaan Secara umum, kecelakaan selalu
Setiap bagian-bagian diartikan sebagai kejadian yang tidak
produksi memiliki cara-cara dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat
melakukan pekerjaan yang terjadi karena kondisi yang tidak
berbeda-beda yang dimiliki membawa keselamatan kerja, atau
oleh karyawan. Cara-cara perbuatan yang tidak selamat.
yang biasanya dilakukan Kecelakaan kerja dapat didefinisikan
oleh karyawan dalam sebagai setiap perbuatan atau kondisi
melakukan semua aktifitas tidak selamat yang dapat mengakibatkan
pekerjaan, misalnya kecelakaan. Berdasarkan defenisi
menggunakan peralatan kecelakaan kerja maka lahirlah
yang sudah tersedia dan keselamatan dan kesehatan kerja yang
pelindung diri secara tepat mengatakan bahwa cara menanggulangi
dan mematuhi peraturan kecelakaan kerja adalah dengan
penggunaan peralatan meniadakan unsur penyebab kecelakaan
tersebut dan memahami cara dan atau mengadakan pengawasan yang
mengoperasionalkan mesin. ketat.
Keselamatan dan kesehatan kerja
Menurut Budiono dkk (2003), pada dasarnya mencari dan
faktor-faktor yang mempengaruhi mengungkapkan kelemahan yang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memungkinkan terjadinya kecelakaan.
antara lain: Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua
a. Beban kerja cara, yaitu mengungkapakan sebab-
Beban kerja berupa beban akibat suatu kecelakaan dan meneliti
fisik, mental, dan sosial, apakah penendalian secara cermat
sehingga upaya penempatan dilakukan atau tidak.
pekerja yang sesuai dengan Menurut Mangkunegara (Denny
kemampuannya perlu Bagus 2009) bahwa tujuan dari
diperhatikan. keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
b. Kapasitas kerja 1. Agar setiap pegawai
Kapasitas kerja yang banyak mendapat jaminan
tergantung pada pendidikan, keselamatan dan kesehatan
keterampilan, kesegaran

9
kerja baik secara fisik, social 7. Mencegah dan
dan psikologis. mengendalikan timbul atau
2. Agar setiap perlengkapan menyebar luasnya suhu,
dan peralatan kerja kelembaban, debu, kotoran,
digunakan sebaik-baiknya asap, uap, gas, hembusan
selektif mungkin. angin, cuaca, sinar atau
3. Agar semua hasil produksi radiasi, suara dan getaran.
dipelihara keamanannya. 8. Mencegah dan
4. Agar adanya jaminan atas mengendalikan timbulnya
pemeliharaan dan penyakit akibat kerja baik
peningkatan kesehatan gizi physik maupun psychis,
pegawai. peracunan, infeksi dan
5. Agar meningkatkan penularan.
kegairahan, keserasian kerja, 9. Memperoleh penerangan
dan partisipasi kerja. yang cukup dan sesuai.
6. Agar terhindar dari 10. Menyelenggarakan suhu dan
gangguan kesehatan yang lembab udara yang baik.
disebabkan oleh lingkungan 11. Menyelenggarakan
atau kondisi kerja. penyegaran udara yang
7. Agar setiap pegawai merasa cukup.
aman dan terlindungi dalam 12. Memelihara kebersihan,
bekerja. kesehatan dan ketertiban.
Adapun tujuan K3 dalam dunia 13. Memperoleh keserasian
konstruksi adalah untuk melindungi para antara tenaga kerja, alat
tenaga kerja atas hak keselamatannya kerja, lingkungan, cara dan
dalam melakukan pekerjaan dan untuk proses kerjanya.
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan 14. Mengamankan dan
produktif sehingga upaya pencapaian memperlancar
efisiensi waktu yang sesuai pada pengangkutan orang,
jadwalnya pada suatu proyek konstruksi. binatang, tanaman atau
Tujuan K3 juga diatur dalam Undang- barang.
Undang Nomor I Tahun 1970 tentang 15. Mengamankan dan
Keselamatan Kerja, yaitu: memelihara segala jenis
1. Mencegah dan mengurangi bangunan.
kecelakaan. 16. Mengamankan dan
2. Mencegah, mengurangi dan memperlancar pekerjaan
memadamkan kebakaran. bongkar-muat, perlakuan
3. Mencegah dan mengurangi dan penyimpanan barang.
bahaya peledakan. 17. Mencegah terkena aliran
4. Memberi kesempatan atau listrik yang berbahaya.
jalan menyelamatkan diri 18. Menyeseuaikan dan
pada waktu kebakaran atau menyempurnakan
kejadian-kejadian lain yang pengamanan pada pekerjaan
berbahaya. yang bahaya kecelakaanya
5. Memberi pertolongan pada menjadi bertambah tinggi.
kecelakaan. 2.1.5 Manfaat Penerapan
6. Memberi alat-alat Keselamatan dan Kesehatan
perlindungan diri pada para Kerja (K3)
pekerja.

10
Secara umum manfaat penerapan Menurut Sculler dan Jackson
SMK3 diperusahaan terbagi empat poin (Cantika, 2005), apabila perusahaan
penting yaitu: dapat melaksanakan program
1. Melindungi pekerja keselamatan dan kesehatan kerja dengan
Tujuan utama penerapan baik maka perusahaan akan dapat
SMK3 adalah melindungi memperoleh manfaat sebagai berikut :
pekerja dari segala macam 1. Meningkatkan produktivitas
bahaya kerja dan juga yang karena menurunnya jumlah
bias mengganggu kesehatan hari kerja yang hilang.
saat kerja. Dengan 2. Meningkatnya efisiensi dan
melindungi pekerja dengan kualitas pekerja yang lebih
menerapkan SMK3 Kerja komitmen.
maka otomatis perusahaan 3. Menurunnya biaya-biaya
akan untung karenan kesehatan dan asuransi.
meningkatkan produktivitas 4. Tingkat kompensasi pekerja
pekerja. dan pembayaran langsung
2. Mematuhi peraturan yang lebih rendah karena
pemerintah menurunnya pengajuan
Dengan menerapkan SMK3 klaim.
maka perusahaan telah 5. Fleksibilitas dan
mematuhi peraturan adaptabilitas yang lebih
pemerintah Indonesia. besar sebagai akibat dari
Perusahaan yang tidak partisipasi dan rasa
menerapkan SMK3 akan kepemilikan.
diberikan sangsi oleh 6. Rasio seleksi tenaga kerja
pemerintah karena lalai yang lebih baik karena
dalam melindungi pekerja. meningkatnya citra
3. Meningkatkan kepercayaan perusahaan.
konsumen 7. Perusahaan juga dapat
Dengan menerapkan SMK3 meningkatkan
secara otomatis akan keuntungannya secara
meningkatkan kepercayaan substansial.
konsumen, karena dengan 2.1.5 Kecelakaan Kerja
menerapkan SMK3 akan
dapat menjamin proses yang Kecelakaan kerja didefinisikan
aman, tertib dan bersih sebagai suatu kejadian tidak terduga,
sehingga bias meningkatkan semula tidak dikehendaki yang
kualitas hasil pekerjaan. mengacaukan proses yang telah diatur
4. Membuat system dari suatu aktivitas dan dapat
manajemen efektif menimbulkan kerugian baik bagi
Penerapan SMK3 tidak jauh manusia dan atau harta benda, sedangkan
beda dengan ISO dimana kecelakaan kerja adalah kejadian yang
semua tindakan tidak terduga dan tidak diharapkan dan
terdokumentasi dengan baik, tidak terencana yang mengakibatkan
dengan adanya dokumen luka, sakit, kerugian baik pada manusia,
yang lengkap memudahkan barang maupun lingkungan.
melakukan tindakan (http://www.definisi-
perbaikan jika ada alur kerja pengertian.com/2015/07/definisi-
yang tidak sesuai. pengertian-faktor-kecelakaan-
kerja.html)

11
Terdapat banyak faktor yang b. Cacat permanen total adalah
menimbulkan kecelakaan dan penyakit cacat yang mengakibatkan
kerja. Kecelakaan dan penyakit kerja penderita secara permanen
dapat terjadi pada saat seseorang tidak mampu lagi melakukan
mengoperasikan alat kerja atau produksi, pekerjaan produktif karena
antara lain karena: kehilangan atau tidak
berfungsinya lagi bagian-
1. Pekerja yang bersangkutan bagian tubuh, seperti: kedua
tidak tampil atau tidak mata, satu mata, satu tangan
mengetahui cara atau satu lengan atau satu
mengoperasikan alat-alat kaki. Dua bagian tubuh yang
tersebut. tidak terletak pada satu ruas
2. Pekerja tidak hati-hati, lalai, tubuh.
terlalu lelah atau dalam c. Cacat permanen sebagian
keadaan sakit. adalah cacat yang
3. Tidak tersedia alat-alat mengakibatkan satu bagian
pengaman. tubuh hilang atau terpaksa
4. Alat kerja atau produksi dipotong atau sama sekali
yang digunakan dalam tidak berfungsi.
keadaan tidak baik atau tidak d. Tidak mampu bekerja
layak pakai lagi. sementara, dimaksudkan
Kecelakaan dan penyakit akibat baik ketika dalam masa
kerja dapat pula terjadi karena kondisi pengobatan maupun karena
dan lingkungan kerja yang tidak aman, harus beristirahat menunggu
misalnya dalam bentuk ledakan, kesembuhan, sehingga ada
kebakaran, dan kebocoran atau hari-hari kerja hilang dalam
perembesan unsur-unsur kimia arti yang bersangkutan tidak
berbahaya. Bencana kecelakaan kerja melakukan kerja produktif.
tersebut dapat menimbulkan korban dan
kerugian dalam bentuk: 2.2 Kinerja
1. Pekerja atau orang lain 2.2.1 Pengertian Kinerja
meninggal atau luka. Kinerja adalah
2. Alat-alat produksi rusak. sebuah kata dalam Bahasa
3. Bahan baku dan bahan Indonesia dari kata dasar kerja yang
produksi lainnya rusak. menerjemahkan kata dari bahasa
4. Bangunan terbakar atau asing prestasi. Bisa pula
roboh. berarti hasil kerja. Kinerja
5. Proses produksi terhenti atau dalam organisasi merupakan jawaban
terganggu. dari berhasil atau tidaknya tujuan
Kecelakaan kerja dapat organisasi yang telah ditetapkan. Para
dikategorikan dalam beberapa akibat atasan atau manajer sering tidak
yang ditimbulkan seperti menurut memperhatikan kecuali sudah sangat
Simanjuntak (Meydina Mawar buruk atau segala sesuatu jadi serba
Perangin-angin 2011) adalah : salah. Terlalu sering manajer tidak
a. Meninggal dunia, termasuk mengetahui betapa buruknya kinerja
kecelakaan yang paling fatal telah merosot sehingga perusahaan /
yang menyebabkan instansi menghadapi krisis yang serius.
penderita meninggal dunia Kesan – kesan buruk organisasi yang
walaupun telah mendalam berakibat dan mengabaikan
mendapatkan pertolongan tanda – tanda peringatan adanya kinerja
dan perawatan sebelumnya. yang merosot.

12
Ada beberapa pengertian kinerja efektifitas dan efisiensi, otoritas
menurut para ahli, menurut Robbins (wewenang), disiplin, dan inisiatif.
(Beni Madaun 2016), kinerja merupakan a. Efektifitas dan efisiensi
pencapaian yang optimal sesuai dengan Bila suatu tujuan tertentu
potensi yang dimiliki seorang karyawan akhirnya bisa dicapai, kita
merupakan hal yang selalu menjadi boleh mengatakan bahwa
perhatian para pemimpin organisasi. kegiatan tersebut efektif
Kinerja ini menggambarkan sejauh mana tetapi apabila akibat-akibat
aktivitas seseorang dalam melaksanakan yang tidak dicari kegiatan
tugas dan berusaha dalam mencapai menilai yang penting dari
tujuan yang ditetapkan. Sementara hasil yang dicapai sehingga
kinerja menurut Mangkunegara (Beni mengakibatkan kepuasan
Madaun 2016), adalah hasil kerja secara walaupun efektif dinamakan
kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh tidak efesien. Sebaliknya, bila
seorang pegawai dalam melaksanakan akibat yang dicari-cari tidak
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab penting atau remeh maka
yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya kegiatan tersebut efesien.
karyawan dalam menjalankan tugas yang b. Otoritas (wewenang)
diberikan perusahaan dapat diketahui Otoritas menurut adalah sifat
dengan melakukan penilaian terhadap dari suatu komunikasi atau
kinerja karyawannya. Penilaian kinerja perintah dalam suatu
merupakan alat yang sangat berpengaruh organisasi formal yang
untuk mengevaluasi kerja karyawan dimiliki seorang anggota
bahkan dapat memotivasi dan organisasi kepada anggota
mengembangkan karyawan. yang lain untuk melakukan
2.2.2 Tujuan Kinerja suatu kegiatan kerja sesuai
Tujuan kinerja menurut Rivai dengan kontribusinya.
dan Basri (2005): Perintah tersebut mengatakan
1. Kemahiran dari kemampuan tugas apa yang boleh dilakukan dan
baru diperuntukan untuk perbaikan yang tidak boleh dalam
hasil kinerja dan kegiatannya. organisasi tersebut.
2. Kemahiran dari pengetahuan baru d. Disiplin
dimana akan membantu karyawan Disiplin adalah taat kepda
dengan pemecahan masalah yang hukum dan peraturan yang
kompleks atas aktivitas membuat berlaku. Jadi, disiplin
keputusan pada tugas. karyawan adalah kegiatan
3. Kemahiran atau perbaikan pada karyawan yang
sikap terhadap teman kerjanya bersangkutan dalam
dengan satu aktivitas kinerja. menghormati perjanjian
4. Target aktivitas perbaikan kinerja. kerja dengan organisasi
5. Perbaikan dalam kualitas atau dimana dia bekerja.
produksi. d. Inisiatif
6. Perbaikan dalam waktu atau Inisiatif yaitu berkaitan
pengiriman. dengan daya pikir dan
2.2.3 Faktor-faktor yang kreatifitas dalam
mempengaruhi kinerja membentuk ide untuk
Menurut Prawirosentono ( merencanakan sesuatu yang
Muchlisin Riadi 2014) dalam ada 4 faktor berkaitan dengan tujuan
yang mempengaruhi kinerja yaitu organisasi.
2.2.4 Indikator Kinerja

13
Indikator untuk mengukur yang memfokuskan pada prediksi,
kinerja karyawan secara individu ada dengan psikometrika yang berkembang
enam indikator, yaitu Robbins (Beni pada ilmu psikologi yang mampu
Madaun 2016) menggambarkan variabel laten (tak
1. Kualitas. Kualitas kerja diukur terukur langsung) dan diukur secara tidak
dari persepsi karyawan terhadap langsung melalui indikator-indikator
kualitas pekerjaan yang (variable manifest).
dihasilkan serta kesempurnaan
tugas terhadap keterampilan dan Ada dua pendekatan dalam
kemampuan karyawan. metode SEM, yaitu EM (CB-SEM) dan
2. Kuantitas. Merupakan jumlah SEM dengan pendekatan variance yang
yang dihasilkan dinyatakan juga dikenal sebagai Partial Least
dalam istilah seperti jumlah unit, Square SEM (PLS-SEM). CB-SEM
jumlah siklus aktivitas yang memiliki keterbatasan karena harus
diselesaikan. menggunakan jumlah sampel yang besar
3. Ketepatan waktu. Merupakan (minimal 100 sampel), data harus
tingkat aktivitas diselesaikan terdistribusi normal multivariat,
pada awal waktu yang indikator harus dalam bentuk reflektif,
dinyatakan, dilihat dari sudut model harus berdasarkan pada teori dan
koordinasi dengan hasil output adanya indeterminacy. PLS-SEM
serta memaksimalkan waktu dikembangkan untuk mengatasi
yang tersedia untuk aktivitas keterbatasan CB-SEM. Dimana metode
lain. PLS-SEM dapat digunakan pada setiap
4. Efektivitas. Merupakan tingkat jenis skala data (nominal, ordinal,
penggunaan sumber daya interval, dan rasio) serta syarat asumsi
organisasi (tenaga, uang, yang lebih fleksibel yaitu dapat
teknologi, bahan baku) mengestimasi persamaan struktural
dimaksimalkan dengan maksud dengan jumlah sampel yang relatif lebih
menaikkan hasil dari setiap unit kecil (Abdillah, 2015).
dalam penggunaan sumber daya. Selain itu, penggunaan metode
5. Kemandirian. Merupakan SEM berbasis kovarian lebih tepat
tingkat seorang karyawan yang digunakan sebagai alat bantu konfirmasi
nantinya akan dapat bila landasan teori hubungan antar
menjalankan fungsi kerjanya variabel tersebut kuat. Sedangkan bila
Komitmen kerja. Merupakan landasan teori yang diajukan adalah
suatu tingkat dimana karyawan tentang hubungan antar variabel yang
mempunyai komitmen kerja bersifat tentatif dan bergeser menjadi
dengan instansi dan tanggung tujuan prediksi, maka penggunaan
jawab karyawan terhadap kantor. metode Partial Least Square lebih
2.2 Permodelan Statistik Multivariat sesuai.
Basis SEM Parameter estimasi yang
Permodelan Persamaan dilakukan pada model pengukuran dan
Struktural (Structural Equation model struktural dalam PLS-SEM dibagi
Modelling = SEM) merupakan salah satu menjadi tiga kategori. Pertama weight
metode penelitian multivariat yang estimate yang digunakan untuk
memberikan kemampuan untuk menghasilkan skor variable laten. Kedua,
melakukan analisis jalur (path analysis) path estimate yang mencerminkan bobot
dengan variabel laten. SEM merupakan kontribusi variasi perubahan variabel
gabungan dua alat analisis yang diambil independen terhadap variabel dependen.
ekonometrika yaitu persamaan simultan

14
Bobot tersebut menghasilkan nilai R2 Kelemahan PLS
yang muncul pada variabel dependen.
Ketiga, adalah skor rerata (mean) dan 1. Sulit menginterpretasi loading
konstanta regresi untuk variabel laten. variable laten independen jika
Proses iterasi yang dilakukan PLS-SEM berdasarkan pada hubungan
terdiri dari tiga tahap. Iterasi pertama cross-product yang tidak ada
menghasilkan weight estimate yang (seperti pada teknik analisis
dilakukan dalam iterasi alogaritma. faktor berdasarkan korelasi antar
Weight estimate digunakan sebagai manifest variable independen).
parameter validitas dan realiabilitas 2. Properti distribusi estimasi yang
instrumen. Iterasi kedua menghasilkan tidak diketahui menyebabkan
nilai inner model dan outer model. Inner tidak diperolehnya nilai
model digunakan sebagai parameter signifikasi kecuali melakukan
signifikansi dalam pengujian hipotesis proses bootstrap.
sedangkan outer model digunakan 3. Terbatas pada pengujian model
sebagai parameter validitas konstruk estimasi statistika.
(reflektif dan formatif). Iterasi ketiga Prinsip evaluasi model PLS-
menghasilkan skor rerata dan konstanta SEM terdiri dari dua tahap, outer model
variabel laten yang digunakan sebagai (model pengukuran) dan inner model
parameter, sifat hubungan kausalitas dan (model struktural):
rerata nilai sampel yang dihasilkan.
(Abdillah, 2015). 1. Outer Model
Model pengukuran atau outer
Keunggulan PLS adalah sebagi berikut : model dengan indikator refleksif
1. Mampu memodelkan banyak dievaluasi dengan convergent dan
variable dependen dan variable discriminant validity dari
independen (model kompleks). indikatornya dan composite
2. Mampu mengelolah masalah realibility untuk blok indikator.
multikolinearitas antar variable Sedangkan outer model dengan
independen. indikator formatif dievaluasi
3. Hasil tetap kokoh (rebust) berdasarkan pada substantive
walaupun terdapat data yang content-nya yaitu dengan
tidak normal dan hilang (missing membandingkan besarnya relative
value). weight dan melihat signifikansi dari
4. Menghasilkan variable laten ukuran weight tersebut. Outer model
independen secara langsung sering juga disebut dengan outer
berbasis cross-product yang relation atau measurment model
melibatkan variable laten yang didefenisikan bagaimana
dependen sebagai kekuatan setiap blok indikator berhubungan
prediksi. dengan variabel latennya.
5. Dapat digunakan pada konstruk Secara umum uji validitas adalah
reflektif dan formatif. untuk melihat apakah item
6. Dapat digunakan pada sampel pertanyaan yang dipergunakan
kecil. mampu mengukur apa yang ingin
7. Tidak mensyaratkan data diukur. Suatu item pertanyaan
berdistribusi normal. dalam suatu kuesioner dipergunakan
8. Dapat digunakan pada data untuk mengukur suatu konstruk
dengan tipe skala berbeda, yaitu (variabel) yang akan diteliti.
nominal, ordinal dan kontinus. Uji realibilitas adalah untuk
melihat apakah rangkaian kuesioner

15
yang dipergunakan untuk mengukur c. Uji Reliabilitas
suatu konstruk tidak mempunyai Uji reliabilitas konstruk dapat
kecenderungan tertentu. Ukuran diukur dengan melihat
refleksif individual dikatakan tinggi Composite Reliability dan
jika berkorelasi lebih dari 0,70 Cronbach’s Alpha dari blok
dengan konstruk yang diukur. indikator yang mengukur
Namun menurut Chin, 1998 (dalam konstruk. Nilai batas yang
Ghozali, 2006) untuk penelitian diterima untuk Composite
tahap awal dari pengembangan skala Reliability dan Cronbach’s
pengukuran nilai loading 0,5 sampai Alpha adalah diatas 0,70
0,6 dianggap cukup memadai. meskipun 0,6 masih dapat
Dalam penelitian ini akan digunakan diterima.
batas loading factor sebesar 0,50.
a. Convergent Validity 2. Inner Model
Korelasi antara skor indikator Inner model merupakan model
refleksif dengan skor variabel struktural untuk memprediksi
latennya. Indikator individu hubungan kasualitas antar variabel
dianggap realible jika laten. Melalui proses bootsrapping,
memiliki nilai loading 0,5 parameter uji T-statistic diperoleh
sampai 0,6, karena untuk memprediksi adanya
merupakan tahap awal hubungan kasualitas. Model
pengembangan skala struktural dievaluasi dengan
pengukuran. menggunakan R2 untuk konstruk
b. Discriminant Validity dependen, nilai koefisien path atau
Discrimant validity t-values tiap path untuk uji
merupakan pengukuran signifikansi antar konstruk dalam
indikator dengan variabel model struktural. Nilai R2 digunakan
latennya. Pengukuran untuk mengukur tingkat variasi
discriminant validity perubahan variabel independen
dilakukan dengan cara terhadap variabel dependen.
membandingkan nilai square Semakin tinggi nilai R2 berarti
root of average variance semakin baik model prediksi dari
extracted (Akar AVE) setiap model penelitian yang diajukan.
konstruk dengan korelasi Sebagai contoh, jika nilai R2 sebesar
dengan korelasi antara 0,63 artinya variasi perubahan
konstruk tersebut terhadap variabel dependen yang dapat
konstruk lainnya dalam dijelaskan oleh variabel independen
model. Jika nilai akar AVE adalah sebesar 63 persen, sedangkan
suatu konstruk lebih besar sisanya dijelaskan oleh variabel lain
dibandingkan dengan nilai yang tidak dijelaskan dalam model
korelasi konstruk terhadap yang diajukan. Namun R2 bukanlah
konstruk lainnya dalam parameter absolut dalam mengukur
model maka dapat di ketepatan model karena dasar
simpulkan kosntruk tersebut hubungan teoritis adalah parameter
memiliki nilai discriminant paling utama untuk menjelaskan
validity yang baik dan hubungan kausalitas tersebut. Nilai
sebaliknya. koefisien path atau inner model
Direkomendasikan nilai menunjukkan tingkat signifikansi
pengukuran AVE harus lebih dalam pengujian hipotesis. Skor
besar dari 0.5. koefisien path yang ditunjukkan

16
oleh nilai T-statistic harus diatas Sedangkan waktu penelitian ini
1,96 untuk parameter two-tail dan dilakukan dari proses pengajuan judul,
1,64 untuk hipotesis dengan  pencarian literatur, konsultasi dengan
BAB 3 pembimbing, penelitian, pengolahan
data, penyajian data, pembahasan,
METODE PENELITIAN kesimpulan dan saran. Keseluruhan
proses penelitian tersebut dilakukan pada
bulan April 2016 - selesai.
3.1 Kerangka Konsep Penilitian 3.3 Populasi dan Responden Penelitian
Dalam pengambilan data
Kerangka konsep pada berdasarkan metode kuesioner, populasi
penelitian ini sebagai berikut : dalam penelitian ini adalah pekerja dan
staff yang bekerja pada pada proyek
pelebaran jalan Rantepao - Palopo.
Sampel adalah objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi,
dimana pengambilan sampel terpilih
dengan metode simple random sampling
yaitu mengambil secara acak dengan
menggunakan table random sampai
memenuhi besar sampel yang diinginkan
yaitu sebesar 41 pekerja.
Distribusi responden
berdasarkan Umur Pekerja, Pendidikan
3.2 Jenis Penelitian
Pekerja, dan Masa Kerja Pekerja masing
Penelitian ini merupakan
dipelihatkan dari Gambar 3.2, Gambar
penelitian analitik dengan menggunakan
3.3, dan Gambar 3.4.
pendekatan desain cross sectional, yaitu
penelitian yang mempelajari dinamika
hubungan atau korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan dampak atau
efeknya. Faktor risiko dan dampak atau
efeknya diobservasi pada saat yang sama,
artinya setiap subyek penelitian
diobservasi hanya satu kali saja dan
faktor risiko serta dampak diukur
menurut keadaan atau status pada saat
observasi. Dengan penelitian ini
diharapkan dapat menganalisa pengaruh
program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja terhadap kinerja pekerja pada
proyek pelebaran jalan Rantepao -
Palopo.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada
proyek pelebaran jalan Rantepao –
Palopo. Adapun proyek ini terbagi atas
tiga segmen pekerjaan yaitu : segmen
pertama berada di daerah Rantelemo,
segmen kedua berada di daerah Bolu, dan
segmen ketiga barada di daerah Tondon.

17
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini
diperoleh dengan wawancara langsung
kepada responden dengan menggunakan
metode kuesioner yang mengacu pada
variabel yang akan diteliti.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder, merupakan 3.6.1 Variabel
pelengkap data primer yang umumnya Variabel dalam penelitian ini dapat
diperoleh dari sumber kepustakaan diklasifikasikan menjadi :
seperti literatur – literatur, bahan kuliah, 1. Variabel independen merupakan
catatan, laporan, maupun dokumentasi variabel yang menjadi sebab
perusahaan, situs web, internet, karya perubahannya akan timbul variabel
tulis, buku, dan sumber-sumber lainnya terikat. Variabel independen dalam
yang erat hubungannya dengan penelitian ini adalah Keselamatan
penelitian ini. dan Kesehatan Kerja.
2. Variabel dependen merupakan
3.5 Teknik Analisa Data variabel yang dipengaruhi atau
3.5.1 Teknik Analisa Data dengan menjadi akibat karena adanya
Metode SEM variabel independen, dalam
Teknik analisis data dengan penelitian ini variabel dependen
menggunakan Structural Equation adalah Kinerja Pekerja.
Modeling (SEM) untuk menggambarkan
3.6.2 Defenisi Operasional Variabel
hubungan variabel laten dengan 1. Keselamatan Kerja adalah upaya
indikatornya (outer model) dan untuk perlindungan pemanen yang
menggambarkan hubungan antar meliputi peraturan keselamatan,
variabel-variabel laten (inner model) komunikasi dan dukungan, dan alat
dibantu dengan menggunakan aplikasi
pelindung diri. Indikator dari
SmartPLS versi 2.0M3. keselamatan kerja yaitu:
3.5.2 Teknik Analisis Deskriptif a. Peraturan keselamatan adalah
Teknik analisis deksriptif program mengenai keselamatan
digunakan untuk menggambarkan kerja pada pekerja yang telah
besarnya nilai hubungan setiap item ditetapkan oleh perusahaan.
terhadap indikator pada variabel. Jenis b. Komunikasi dan dukungan
parameter yang digunakan dalam teknik adalah bentuk pemberian
analisis deskriptif pada penelitian ini informasi dan dukungan
yaitu nilai mean dan presentase (%). mengenai program K3 dari
perusahaan kepada pekerja.
3.6 Variabel dan Definisi Operasional c. Alat Pelindung Diri (APD)
adalah peralatan untuk
melindungi pekerja dari sumber
bahaya saat melakukan
pekerjaannya.
2. Kesehatan Kerja meliputi pemeriksaan
kesehatan, dan sarana pelayanan
kesehatan:
a. Pemeriksaan kesehatan adalah
kegiatan yang disediakan oleh

18
perusahaan untuk memeriksa
kondisi tubuh pekerja. BAB 4
b. Sarana pelayanan kesehatan
adalah fasilitas pelayanan HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan yang disediakan 4.1 Menghitung pengukuran Outer
perusahaan kepada pemanen saat Model
mengalami keluhan kesehatan.
3. Kinerja pekerja meliputi kualitas, 4.1.1 Convergent Validity
kuantitas, ketepatan waktu,
efektivitas dan kemandirian :
a. Kualitas. Kualitas kerja diukur
dari persepsi pekerja terhadap
kualitas pekerjaan yang
dihasilkan serta kesempurnaan
tugas terhadap keterampilan dan
kemampuan pekerja.
b. Kuantitas. Merupakan jumlah
yang dihasilkan dinyatakan Berdasarkan tabel 4.1, hasil
dalam istilah seperti jumlah unit, model struktural yang diteliti
jumlah siklus aktivitas yang menunjukkan hubungan antara indikator
diselesaikan. dengan masing-masing variabel yang
c. Ketepatan waktu. Merupakan ditunjukkan dengan besarnya nilai bobot
tingkat aktivitas diselesaikan faktor. Variabel Keselamatan diukur dari
pada awal waktu yang empat indikator yaitu Peraturan
dinyatakan, dilihat dari sudut Keselamatan (X1) dengan bobot faktor
koordinasi dengan hasil output 0,683; Komunikasi dan Dukungan (X2)
serta memaksimalkan waktu dengan bobot faktor 0,847; Alat
yang tersedia untuk aktivitas Pelindung Diri (X3) dengan bobot faktor
lain. 0,914.
d. Efektivitas. Merupakan tingkat Variabel Kesehatan diukur dari dua
penggunaan sumber daya indikator yaitu Pemeriksaan Kesehatan
organisasi (tenaga, uang, (X4) dengan bobot faktor 0,942; Sarana
teknologi, bahan baku) Pelayanan Kesehatan (X5) dengan bobot
dimaksimalkan dengan maksud faktor 0,889. Variabel Kinerja Pekerja
menaikkan hasil dari setiap unit diukur dari lima indikator yaitu Kuantitas
dalam penggunaan sumber daya. (Y1) dengan bobot faktor 0,782; Kualitas
e. Kemandirian. Merupakan suatu (Y2) dengan bobot faktor 0,838;
tingkat dimana pekerja Ketetapan Waktu (Y3) dengan bobot
mempunyai komitmen kerja faktor 0,767; Efektivitas (Y4) dengan
dengan instansi dan tanggung bobot faktor 0,753. Kemandirian (Y5)
jawab pekerja terhadap dengan bobot faktor 0,806 Melihat hasil
perusahaan. korelasi antara indikator dengan
3.7 Aspek Pengukuran variabelnya telah memenuhi convergent
Masing-masing item indikator validity karena semua loading factor
diukur dengan menggunakan skala likert, berada di atas 0,5.
dimana terdapat lima kategori penilaian
antara lain sangat setuju, tidak setuju,
netral, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Skor masing-masing indikator
merupakan nilai total dari item indikator.

19
4.1.2 Discriminant Validity konstruk Kinerja dengan indikator-
indikatornya (Y1,Y2,Y3,Y4,Y5) lebih
besar dibandingkan korelasi indikator
Kinerja (Y1,Y2,Y3,Y4,Y5) dengan
konstruk lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa konstruk laten memprediksi
indikator pada blok mereka lebih baik
dibandingkan dengan indikator di blok
lainnya.

4.1.3 Uji Reliabilitas

Dari tabel diatas disimpulkan


bahwa akar AVE konstruk Keselamatan Hasil output Composite
sebesar 0,820 lebih tinggi dari nilai Reliability untuk konstruk Keselamatan
korelasi antara konstruk Keselamatan adalah sebesar 0,859, konstruk
dengan konstruk lainnya. Akar AVE Kesehatan sebesar 0,912, dan konstruk
konstruk Kesehatan sebesar 0,916 lebih Kinerja Pekerja sebesar 0,892. Hasil
tinggi dari nilai korelasi antara konstruk output Cronbach’s Alpha untuk konstruk
Kesehatan dengan konstruk lainnya. Keselamatan adalah sebesar 0,773,
Akar AVE konstruk Kinerja Pekerja konstruk Kesehatan sebesar 0,812, dan
sebesar 0,790 lebih tinggi dari nilai Table konstruk Kinerja Pekerja sebesar 0,850.
4.4. Cross Loading Semua nilai Composite Reliability dan
Cronbach’s Alpha tersebut berada di atas
0,70. Jadi dapat disimpulkan bahwa
konstruk Keselamatan, Kesehatan ,dan
Kinerja Pekerja memiliki reliabilitas
yang baik.

4.2 Pengujian model structural (Inner


Model)

Dari tabel dapat dilihat bahwa


korelasi konstruk Keselamatan dengan
indikator-indikatornya (X1,X2,X3) lebih
besar dibandingkan korelasi indikator
Berdasarkan output di atas dapat
Keselamatan (X1,X2,X3) dengan
disimpulkan pengaruh variabel kesehatan
konstruk lainnya. Korelasi konstruk
dan variabel keselamatan terhadap
Kesehatan dengan indikator-
variabel kinerja sebagai berikut:
indikatornya (X4,X5) lebih besar
1. Koefisien parameter jalur yang
dibandingkan korelasi indikator
diperoleh dari hubungan antara
Kesehatan (X4,X5) dengan konstruk
variabel keselamatan dengan
lainnya. Demikian juga dengan korelasi

20
variabel kinerja sebesar 0,333 Berdasarkan tabel analisis deskriptif di
dengan nilai T-statistik 2,700 atas, diperoleh nilai tertinggi untuk
(>1,96) yang menyatakan bahwa indikator peraturan keselamatan yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 33,82%, yaitu (X1.2) pada
antara keselamatan dengan kinerja. pernyataan “Perusahaan selalu
Nilai positif pada koefisien menetapkan peraturan keselamatan kerja
parameter artinya adalah semakin untuk meningkatkan kinerja pekerja”.
baik program keselamatan maka Nilai tertinggi untuk indikator
kinerja pekerja akan meningkat. komunikasi dan dukungan yaitu sebesar
2. Koefisien parameter jalur yang 34,08%, yaitu (X2.1) pada pernyataan “
diperoleh dari hubungan antara Perusahaan selalu mengkomunikasikan
variabel kesehatan dengan variabel prosedur keselamatan kerja”. Nilai
kinerja sebesar 0,471 dengan nilai tertinggi untuk indicator alat pelindung
T-statistik 4,264 (>1,96) yang diri (APD) yaitu sebesar 20,42% yaitu
menyatakan bahwa terdapat (X3.1) pada pernyataan “Perusahaan
pengaruh yang signifikan antara selalu menyiapkan APD sebelum
kesehatan dengan kinerja. Nilai pekerjaan berjalan”.
positif pada koefisien parameter
artinya adalah semakin baik
program kesehatan maka kinerja
pekerja akan meningkat.

Berdasarkan tabel analisis deskriptif di


atas, diperoleh nilai tertinggi untuk
indikator pemeriksaan kesehatan yaitu
Berdasarkan dari output diatas sebesar 33,98 %, yaitu (X4.1) pada
dapat disimpulkan bahwa nilai R Square pernyataan “Perusahaan selalu
sebesar 0,421 berarti model regresi memperhatikan aspek kesehatan”. Nilai
memiliki tingkat goodness of fit yang tertinggi untuk indicator sarana
moderate. Dimana variabel kesehatan pelayanan kesehatan yaitu sebesar
dan variabel keselamatan mampu 26,23%, yaitu (X5.2) pada pernyataan
menjelaskan variabel kinerja pekerja “Perusahaan memberikan pengobatan
sebesar 42,1%. jika pekerja sakit”.
Hal tersebut menunjukkan
bahwa dalam penelitian ini dibuktikan
bahwa Hipotesis Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja berpengaruh terhadap
kinerja pekerja diterima.
4.3 Analisis Desktiptif

21
Berdasarkan tabel analisis deskriptif di adanya pengaruh positif antara
atas, diperoleh nilai tertinggi untuk keselamatan kerja terhadap produktivitas
indikator kuantitas yaitu sebesar 34,27%, pemanen.
yaitu (Y1.1) pada pernyataan “saya selalu Berdasarkan hasil penelitian
berusaha memaksimalkan hasil didapatkan bahwa indikator yang
pekerjaan yang saya lakukan”. Nilai berpengaruh terhadap keselamatan kerja
tertinggi untuk indicator kualitas yaitu antara lain Peraturan Keselamatan,
sebesar 33,71%, yaitu (Y2.3) pada Komunikasi dan Dukungan, dan Alat
pernyataan “saya selalu berusaha bekerja Pelindung Diri. Hasil factor Loading
sebaik mungkin”. Nilai tertinggi untuk menunjukkan Alat Pelindung Diri
indicator ketetepan waktu yaitu sebesar merupakan hal yang paling
33,98%, yaitu (Y3.3) pada pernyataan mempengaruhi keselamatan pekerja.
“saya selalu memanfaatkan waktu jam Hasil pengamatan di lapangan, setiap hari
kerja dengan sebaik-baiknya”. Nilai safety officer selalu berkomunikasi
tertinggi untuk indicator efektifitas yaitu dengan para pekerja mengenai
sebesar 50,15%, yaitu (Y4.1) pada pentingnya mematuhi peraturan
pernyataan “saya mampu menyusaikan keselamatan dan pentingnya penggunaan
diri dalam perusahaan”. Nilai tertinggi Alat Pelindung Diri. Pekerjaan
untuk indicator kemandirian yaitu konstruksi merupakan pekerjaan yang
sebesar 55,08%, yaitu (Y5.1) pada memiliki resiko tingkat kecelakaan yang
pernyataan “saya selalu merasa tinggi, karena berhungungan dengan alat
bertanggung jawab terhadap pekerjaan – alat berat dan konsentrasi yang tinggi.
yang diberikan. Maka perusahaan selalu menyediakan
Alat Pelindung Diri dan safety officer
4.4 Pembahasan selalu mengharuskan kepada semua
4.4.1 Pengaruh Keselamatan Kerja pekerja untuk menggunakannya. Hal
terhadap Kinerja Pekerja tersebut membuat pekerja merasa lebih
Berdasarkan hasil penelitian, diperhatikan keselamatannya sehingga
terdapat pengaruh positif antara membuat kinerja pekerja juga ikut
keselamatan terhadap kinerja pekerja meningkat.
ditunjukkan dengan koefisien parameter 4.4.2 Pengaruh Kesehatan Kerja
sebesar 0,333 dan signifikan pada 5 % terhadap Kinerja Pekerja
karena menunjukkan T statistic sebesar Berdasarkan hasil penelitian,
2,700(>1,96). Hal ini berarti jika terdapat pengaruh positif antara
Program Keselamatan lebih diperhatikan kesehatan terhadap kinerja pekerja
dan dikembangkan, maka dapat ditunjukkan dengan koefisien parameter
meningkatkan kinerja pekerja. sebesar 0,472 dan signifikan pada 5 %
Menurut Lalu dalam Beni Madaun karena menunjukkan T statistic sebesar
(2016) Keselamatan sendiri sangat erat 4,264 (>1,96). Hal ini berarti bahwa
kaitannya dengan kecelakaan kerja yang kesehatan kerja yang diterapkan pada
terjadi di tempat kerja. Hal ini berarti proyek ini berpengaruh terhadap kinerja
setiap program Keselamatan yang pekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian
dilakukan suatu perusahaan harus sangat Ferusgel (2015) yang menyatakan bahwa
diperhatikan pelaksanaannya agar terdapat pengaruh positif antara
kejadian yang tidak diduga dan kesehatan terhadap kinerja pekerja
dikehendaki tidak terjadi, sehingga dengan koefisien sebesar 0,472 pada
kinerja pekerja semakin meningkat. Hal model.
ini sejalan dengan penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian
dilakukan Ferusgel dalam Beni Madaun didapatkan bahwa indikator yang
(2016), yang menyimpulkan bahwa berpengaruh terhadap kesehatan kerja

22
adalah pemeriksaan kesehatan dan sarana kinerja karyawan dapat meningkat
pelayanan kesehatan. Hasil faktor karena karyawan merasa aman, nyaman,
loadings menunjukkan bahwa dan selamat di tempat kerja. Tenaga kerja
pemeriksaan kesehatan merupakan hal harus memperoleh perlindungan diri dari
yang paling mempengaruhi faktor masalah sekitarnya dari pada dirinya
kesehatan kerja. Hasil pengamatan di yang dapat menimpa dan mengganggu
lapangan, setiap pekerja yang mengalami pelaksanaan pekerjaannya Ferusgel
kelelahan ataupun mengalami (2015).
kecelakaan kecil akan cepat mendapat
perawatan di klinik yang telah BAB 5
disiapakan. Dan juga menurut para
pekerja, ada dokter yang selalu KESIMPULAN DAN SARAN
memeriksa kesehatan para pekerja secara 5.1 Kesimpulan
teratur yang telah disiapkan perusahaan.
Hal ini yang membuat pekerja semakin Berdasarkan hasil penelitian dan
lebih tenang dalam bekerja sehingga pembahasan dapat diambil beberapa
kinerja mereka lebih meningkat. kesimpulan sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukkan
1. Koefisien parameter jalur yang
bahwa kesehatan kerja lebih dominan
diperoleh dari hubungan antara
mempengaruhi kinerja kerja
variabel keselamatan dengan
dibandingkan keselamatan. Oleh karena
variabel kinerja sebesar 0,333
itu, pelaksanaan program kesehatan kerja
dengan nilai T-statistik 2,700
akan lebih mempengaruhi karyawan
(>1,96) pada taraf signifikansi
untuk meningkatkan kinerja kerjanya
dibandingkan dengan pelaksanaan ,05 (5%) yang menyatakan
keselamatan kerja. bahwa terdapat pengaruh yang
4.4.3 Pengaruh Keselamatan dan signifikan antara keselamatan
Kesehatan Kerja terhadap dengan kinerja. Nilai positif pada
Kinerja Pekerja koefisien parameter artinya adalah
Hasil penelitian menunjukkan semakin baik program keselamatan
bahwa variabel keselamatan dan maka kinerja pekerja akan
kesehatan mampu menjelaskan (naik- meningkat. Keselamatan kerja
turunnya) variabel kinerja pekerja dibentuk oleh indikator konstruk
sebesar 42,1%, sisanya 57,9% dijelaskan peraturan keselamatan, dukungan
oleh variabel-variabel lain yang tidak dan komunikasi, dan alat pelindung
diteliti dalam penelitian ini seperti skill diri. Adapun nilai loading faktor
pekerja, lingkungan kerja, dan lain indicator pelatihan keselamatan <
sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan 0,5 yang menyebabkan indicator ini
bahwa semakin tinggi atau semakin baik hilangkan karena dianggap tidak
tingkat kesehatan dan keselamatan kerja berkontribusi terhadap model.
(K3) yang diperhatikan perusahaan maka 2. Koefisien parameter jalur yang
semakin baik tingkat kinerja yang diperoleh dari hubungan antara
dihasilkan pekerja. variabel kesehatan dengan variabel
Tujuan utama dari Keselamatan kinerja sebesar 0,472 dengan nilai
dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sedapat T-statistik 4,264 (>1,96) pada taraf
mungkin memberikan jaminan kondisi signifikansi ,05 (5%) yang
kerja yang aman dan sehat kepada setiap menyatakan bahwa terdapat
karyawan dan untuk melindungi sumber pengaruh yang signifikan antara
daya manusianya. Kesehatan dan kesehatan dengan kinerja. Nilai
Keselamatan kerja ditingkatkan maka positif pada koefisien parameter

23
artinya adalah semakin baik program 5.2 Saran
kesehatan maka kinerja pekerja akan
meningkat. Kesehatan kerja Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian,
dibentuk oleh indikator konstruk maka dapat diberikan saran sebagai
pemeriksaan kesehatan dan sarana berikut:
pelayanan kesehatan. 1. Disarankan kepada perusahaan
3. Nilai R Square dari penelitian ini agar menambah pihak
sebesar 0,421 berarti model regresi keamanan untuk mengatur lalu
memiliki tingkat goodness of fit lintas dan melengkapi atribut
yang moderate. Dimana variabel rambu-rambu lalu lintas
kesehatan dan keselamatan mampu berhubung proyek ini berada di
menjelaskan (naik-turunnya) jalan yang di lalui banyak
variabel kinerja pekerja sebesar kendaraan.
42,1%, sisanya 57,9% dijelaskan 2. Disarankan kepada peneliti
oleh variabel-variabel lain yang selanjutnya untuk meneliti
tidak diteliti dalam penelitian ini. variabel-variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini
seperti alat pelindung kelompok
dan lain-lain yang berhubungan
dengan kondisi dan jenis proyek
yang dikerjakan.

24

Вам также может понравиться