Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT : This research was conducted to examine the effect of business strategy to
defined as a basic, specif character of the firm’s information environments. This study was
using the concept of Miles and Snow (1978) regarding the business strategy which stated that
prospector and defender is extremely different strategy. Three proxies which used to define
business strategy are employee to total sales (EMPSAL), ratio of capital expenditure to total
asset (CAPTA) and dividend payout ratio (DPR). The firm performance is measured by
profitability ratio using return on asset (ROA). Earning management is measured discretionary
accruals. The population in this reseach are all the manufacturing companies listed on the
sampling method and acquired 39 companies. Selection of sample types prospector and
defender analyzed by using cluster analysis. Data were tested by using path analysis with 5%
level of confidence and using SPSS 21. The result of this study indicate that (1) business
strategy effect firm performance, (2) firm performance showed no significant effect to earning
ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh strategi bisnis terhadap
manajemen laba dengan kinerja perusahaan sebagai variabel intervening. Strategi bisnis itu
perusahaan.Penelitian ini menggunakan konsep Miles & Snow (1978) dalam menentukan
strategi bisnis yang menyebutkan bahwa prospector dan defender adalah strategi yang ekstrim
berbeda. Proksi yang dipakai untuk menentukan strategi bisnis yaitu jumlah karyawan terhadap
total penjualan (EMPSAL), rasio capital expenditure terhadap total aset (CAPTA) dan
dividend payout ratio (DPR). Kinerja perusahaan di ukur dengan rasio profitabilitas
menggunakan return on asset (ROA). Manajemen laba di ukur dengan akrual diskresioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2012 sampai 2014. Penentuan sampel dilakukan dengan metode
prospector dan defender di analisis menggunakan Cluster Analysis. Data diuji menggunakan
pengujian Path Analysis dengan tingkat kepercayaan 5% dan menggunakan bantuan SPSS 21.
Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) strategi bisnis berpengaruh terhadap kinerja perusahaan,
(2) kinerja perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, (3) strategi
I. PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan sebuah sarana komunikasi bagi perusahaan untuk memberikan
informasi keuangan yang berguna bagi berbagai pihak dalam pembuatan keputusan. Dalam laporan
keuangan, pihak pemakai terpusat pada komponen laba (Beattie, Brown, Erwers, John, Mason, Thomas
dan Turner, 1994). Laba yang dijadikan salah satu pedoman oleh investor dalam mengukur kinerja
perusahaan menyebabkan manajemen melakukan manajemen laba. Manajemen laba adalah upaya
rekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur
manipulasi laba yang yang menghasilkan kualitas laba yang rendah, dimana lingkungan atau strategi
bisnis dapat memotivasi perusahaan untuk melakukan hal itu. Menurut Watt dan Zimmerman (1990)
dalam Houqe, Kerr dan Monem (2013) kualitas laba perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan strategi
bisnis yang telah dipilih oleh perusahaan karena keputusan investor untuk melakukan investasi juga
ditentukan dari tipe strategi bisnis perusahaan. Investor akan melihat kinerja perusahaan untuk
keputusannya berinvestasi, sehingga kualitas laba sangatlah penting agar tidak terjadi informasi bias
yang diterima oleh investor. Dalam keputusannya berinvestasi, investor perlu memperhatikan kinerja
perusahaan, tipe strategi bisnis dan kualitas laba nya. Hal ini bisa disimpulkan bahwa strategi bisnis
yang dipilih perusahaan akan mempengaruhi seberapa besar manajemen laba yang dilakukan
perusahaan. Penelitian mengenai strategi bisnis dan manajemen laba dilakukan oleh Houqe dkk. (2013),
Bentley, Omer dan Sharp (2013) dan Ghofar dan Islam (2015).
perusahaan dan menciptakan keunggulan bersaing. Menurut Ward dan Peppard (2002:69), strategi
bisnis adalah sekumpulan tindakan terintegrasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan jangka panjang
dan kekuatan perusahaan untuk menghadapi para pesaing. Pilihan strategi yang tepat akan menciptakan
kinerja superior bagi organisasi. Penelitian mengenai strategi bisnis dan kinerja perusahaan telah
dilakukan Ghofar dan Islam (2015) dan Hambrick (1983), Sarac (2014).
Kinerja perusahaan adalah hasil dari kinerja manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.
Tujuan perusahaan adalah memberikan hasil atas modal yang diinvestasikan oleh pemilik modal
(Tamalee dkk., 2008). Teori keagenan yang berhubungan dengan kinerja perusahaan menjelaskan
bahwa perusahaan yang berkinerja buruk, manajer dapat bertindak oportunis untuk menaikkan laba
akuntansi guna menyembunyikan kinerja buruk, sebaliknya perusahaan berkinerja baik manajer
bertindak oportunis dengan menurunkan laba akuntansinya untuk menunda kinerja baik (Suyudi, 2009
dalam Amertha, 2013). Penelitian mengenai kinerja perusahaan dan manajemen laba dilakukan oleh
Aji dan Mita (2010), Sun dan Rath (2009), Amertha (2013), Ghofar dan Islam (2015).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelasan, maka penulis ingin meneliti mengenai pengaruh
strategi bisnis terhadap kinerja perusahaan, pengaruh kinerja perusahaan terhadap manajemen laba,
Jensen dan meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara
satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa
jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang dan pengambil keputusan kepada agen.
Hal ini akan menyebabkan informasi asimetri yaitu pihak yang terkait dalam proses bisnis (agent) akan
memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lainnya sehingga akan menimbulkan perilaku
oportunis.
Teori akuntansi positif memperhatikan kebijakan akuntansi yang akan dipilih perusahaan dan
bagaimana manajer akan merespon dari kebijakan akuntansi yang baru tersebut (Scott,2012:304). Teori
akuntansi positif sering dihubungkan dengan manajemen laba dikarenakan teori ini memberi kebebasan
pada agent untuk memilih kebijakan akuntansi perusahaan. Hal ini akan menimbulkan tindakan
Menurut Porter (1985:1) keunggulan bersaing adalah keunggulan posisi dalam sebuah industri,
tempat di mana persaingan itu muncul. Keunggulan bersaing bertujuan untuk membentuk posisi yang
strategi keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing adalah keunggulan posisi dimana persaingan itu
muncul. Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai kunggulan bersaing dan merupakan
faktor terpenting bagi keberhasilan suatu perusahaan untuk menghadapi persaingan. Strategi bisnis
perusahaan telah dipilih di awal dalam sejarah perusahaan dan sudah ditetapkan dalam visi dan misi
perusahaan serta biasanya stabil dari waktu ke waktu. Strategi bisnis itu seperti sebuah dasar,
Miles dan Snow (1978) membagi 4 tipe strategi bisnis menjadi prospector, defender, analyzer
dan reactor dengan prospector dan defender sebagai strategi yang paling ekstrim berbeda. Perusahaan
berstrategi prospector cenderung untuk mengembangkan produk baru serta memanfaatkan peluang
pasar dan selalu berusaha melakukan inovasi produk. Perusahaan berstrategi defender cenderung
mempertahankan pasar yang telah dicapai dengan produk yang relatif stabil dengan harga yang lebih
rendah dilakukan melalui efisiensi produk. Pilihan strategi bisnis yang tepat akan menciptakan kinerja
Strategi bisnis tidak hanya mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi juga kualitas laba
manajemen laba atau manipulasi yang menghasilkan kualitas laba rendah, dimana lingkungan dan
Chandler (1962) dalam Houqe dkk. (2013) mendefinisikan strategi sebagai determinasi dari tujuan
jangka panjang dari suatu perusahaan dan sumber daya pasti dibutuhkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Mintzberg (1987) dalam Houqe dkk. (2013) berpendapat bahwa strategi organisasi mengarah
ke rencana, pola, posisi dan perspektif perusahaan. Beberapa pertanyaan belum terjawab mengenai
mengapa beberapa perusahaan berkinerja lebih bagus daripada perusahaan lain sedangkan mereka sama
sama dalam industri dan kondisi yang sama (Karabaḡ, 2008:1 dalam Sarac dkk., 2014). Oleh karena itu
strategi bisnis perusahaan dan sumber daya mulai dipertimbangkan sebagai faktor penting dalam hal
yang mempengaruhi kinerja perusahaan (Porter, 1980; Barney, 1991 dalam Sarac, Ertan dan Yucel,
2014). Tipe strategi bisnis yang tepat akan menciptakan kinerja superior bagi perusahaan.
Teori keagenan menjelaskan bahwa perusahaan yang berkinerja buruk, manajer dapat bertindak
oportunis untuk menaikkan laba akuntansi guna menyembunyikan kinerja buruk, sebaliknya bila
perusahaan dalam kinerja baik manajer bertindak oportunis dengan menurunkan laba akuntansinya
untuk menunda kinerja yang baik (Suyudi, 2009 dalam Amertha, 2013). Kinerja perusahaan
mempengaruhi tindakan manajemen laba. Laba perusahaan yang rendah memberikan motivasi lebih
tinggi pada perusahaan untuk memanipulasi laba untuk meningkatkan laba nya agar terlihat bagus.
Dorongan terhadap manajer untuk melakukan manajemen laba semakin kuat ketika profitabilitas
perusahaan rendah.
Sesuai dengan teori keagenan yang menjelaskan bahwa agen sebuah perusahaan akan membuat
keputusan yang cenderung menguntungkan kepentingan diri sendiri karena agen memiliki informasi
yang lebih banyak dan lengkap tentang kondisi perusahaan. Manajer cenderung akan memaksimalkan
kepentingan pribadinya dengan cara melakukan manajemen laba atau manipulasi laba dimana
lingkungan dan strategi bisnis dapat memotivasi manajemen untuk melakukan hal itu (Bentley dkk.,
2013). Hal ini membuktikan bahwa strategi bisnis mempengaruhi manajemen laba.
Miles dan Snow (1978) membagi 4 tipe strategi bisnis perusahaan, yaitu prospector, defender,
analyzer, dan reactor dengan strategi prospector dan defender sebagai strategi yang ekstrim berbeda.
Prospector adalah strategi yang mengembangkan produk dan inovasi produk baru serta memanfaatkan
peluang pasar, sedangkan defender adalah strategi yang cenderung mempertahankan pasar dengan
produk yang stabil dan harga yang murah. Prospector cenderung melakukan inovasi sedangkan
Strategi bisnis dalam penelitian ini meliputi 2 tipe yaitu strategi prospector dan strategi defender.
Miles dan Snow (1978) menyimpulkan bahwa strategi prospector dan strategi defender adalah strategi
yang ekstrem berbeda. Prospector adalah strategi yang mengembangkan produk dan inovasi produk
baru serta memanfaatkan peluang pasar, sedangkan defender adalah strategi yang cenderung
mempertahankan pasar dengan produk yang stabil dan harga yang murah serta efisiensi. Tiga proksi
EMPSAL merupakan perbandingan antara jumlah karyawan dengan total penjualan yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan mendistribusi barang dan jasa secara efisien (Thomas
dkk., 1991 dalam Ittner dkk.,1997). Perusahaan berstrategi defender adalah perusahaan yang
memaksimalkan efisiensi, sehingga perusahaan dengan strategi defender akan menghasilkan rasio
Total penjualan
Penggunaan rasio CAPTA sebagai proksi dalam penelitian sesuai dengan Kallapur dan Trombley
(1999). Semakin besar besar capital expenditure yang digunakan menunjukkan perusahaan tersebut
selalu berupaya untuk melakukan inovasi dan mengembangkan produk-produknya. Hal ini
menunjukkan perusahaan dengan rasio CAPTA tinggi merupakan perusahaan bertipologi prospector.
Total aset
Rasio ini menggambarkan seberapa besar dividen yang dibayarkan kepada investor. Penggunaan rasio ini
sesuai dengan penelitian Anthony dan Ramesh (1992) yang menyimpulkan bahwa perusahaan bertipologi
prospector membagikan dividen kepada investor lebih kecil daripada perusahaan bertipologi defender
dikarenakan untuk mengantisipasi reinvestasi, riset pengembangan, produk baru, dan pengembangan tenaga
kerja. Hal ini menunjukkan perusahaan dengan rasio DPR yang tinggi merupakan perusahaan bertipologi
defender.
DPR = . Dividen .
Laba Bersih
Menurut Scott (2012:423) manajemen laba adalah pilihan manajer dalam kebijakan akuntansinya untuk
mencapai tujuan tertentu yang dapat meningkatkan kemampuannya sendiri dan meningkatkan harga
pasar perusahaan. Manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary accrual dengan
pendekatan modifikasi Jones. Model modifikasi Jones digunakan karena dapat memberikan kekuatan
statistik yang tinggi untuk mendeteksi adanya manajemen laba (Dechow, dll. 1995).
Kinerja perusahaan adalah kemampuan kerja manajemen dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan. Tujuan perusahaan adalah melindungi modal yang diinvestasikan oleh pemilik modalnya.
Kinerja perusahaan salah satunya dapat dilihat dari rasio profitabilitas perusahaan yang diproksikan
dengan rasio ROA yang sesuai dengan penelitian Ghofar dan Islam (2015). Semakin meningkat nilai
ROA, maka semakin meningkat pula kinerja perusahaan, karena retur yang didapat perusahaan semakin
Total Asset
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Penentuan kriteria laporan keuangan yang disajikan secara terus-menerus dari tahun 2012 hingga tahun
2014. Penentuan kriteria memberikan dividen secara rutin dikarenakan dividen merupakan salah satu
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yang merupakan dalam bentuk angka
atau bilangan. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu perusahaan
a. Cluster Analysis
Penelitian ini menggunakan metode non-hierarchical method atau biasa disebut dengan K-Means
Cluster. Menurut Santoso (2014: 129) metode ini dimulai dengan menentukan terlebih dahulu jumlah
cluster yang diinginkan (dua cluster, tiga cluster atau yang lain). Tiga proksi yang dipakai untuk
menentukan strategi bisnis dan menggolongkan ke perusahaan berstrategi prospector dan defender,
yaitu: jumlah pelanggan dibagi total penjualan ((EMPSAL), capital expenditure dibagi total aset
(CAPTA), dividen payout ratio (DPR). Cluster yang memiliki nilai EMPSAL dan CAPTA diatas rata-
rata dan nilai DPR dibawah rata-rata masuk ke golongan perusahaan berstrategi prospector dan cluster
yang memiliki nilai DPR diatas rata-rata dan nilai EMPSAL dan CAPTA dibawah rata-rata masuk ke
Ghozali (2013: 249) mengemukakan analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier
berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis analisis regresi untuk menaksir hubungan
kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori.
Berdasarkan Ghozali (2013: 251) menyatakan bahwa hubungan langsung terjadi jika satu variabel
mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi (intervening) hubungan
kedua variabel tadi. Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi hubungan
IV. PEMBAHASAN
Untuk mengetahui kriteria cluster-1 dan cluster-2 dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Cluster
1 2
Tabel 4.2
1 11,000
Cluster
2 28,000
Valid 39,000
Missing ,000
Berdasarkan hasil pada tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa cluster 1 berisikan perusahaan-
perusahaan yang mempunyai nilai DPR lebih dari rata-rata populasi yang diteliti, nilai EMPSAL dan
CAPTA kurang dari rata-rata populasi yang diteliti. Cluster 2 berisikan perusahaan yang mempunyai
nilai EMPSAL dan CAPTA lebih dari rata-rata populasi yang diteliti dan nilai DPR kurang dari rata-
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa terdapat 11 perusahaan sampel yang masuk ke
dalam cluster-1 yaitu perusahaan berstrategi defender dan 28 perusahaan sampel yang masuk ke dalam
Tabel 4.3
Coefficients
Dari hasil analisis data, maka hasil persamaan struktural adalah sebagai berikut:
KP = -0,288SB
Berdasarkan hasil pada tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa strategi bisnis berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0,002 kurang dari taraf
signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan tanda negatif pada koefisien beta -0,288 menunjukkan bahwa
LABA
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Strategi Bisnis dan Kinerja Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Coefficients
Dari hasil analisis data, maka hasil persamaan struktural adalah sebagai berikut:
DA = -0,292SB -0,106 KP
Berdasarkan hasil pada tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa strategi bisnis berpengaruh signifikan
sedangkan kinerja perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal tersebut
dapat dilihat berdasarkan nilai signifikansi strategi bisnis sebesar 0,003 kurang dari taraf signifikansi
sebesar 0,05. Berdasarkan tanda negatif pada koefisien beta -0,292 menunjukkan bahwa strategi bisnis
defender lebih besar pengaruhnya terhadap manajemen laba daripada perusahaan prospector.Nilai
signifikansi dari kinerja perusahaan sebesar 0,272 lebih dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan
tanda negatif pada koefisien beta -0,106 menunjukkan adanya pengaruh negatif yang menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan berpengaruh tidak signifikan negatif terhadap manajemen laba.
H3
Manajemen
Strategi Bisnis (SB) Laba (DA)
Beta -0,292 (sig = 0,003) (Y)
(X) Gambar 4.1
Syarat variabel intervening dapat memediasi variabel independen dan dependen adalah terdapat
pengaruh signifikan antara variabel independen dan intervening; intervening dan dependen. Jika salah
satu regresi antara variabel independen dan intervening atau intervening dan dependen terdapat
pengaruh yang tidak signifikan, maka variabel intervening tidak mampu memediasi antara variabel
independen dan variabel dependen. Kinerja perusahaan tidak mampu memediasi antara strategi bisnis
terhadap manajemen laba berdasarkan hasil pengujian H2 (sig.0,272) yang menunjukkan adanya
4.3. PEMBAHASAN
Variabel strategi bisnis berpengaruh terhadap kinerja perusahaan karena berdasarkan hasil
pengujian dengan signifikansi 0,05 menunjukkan nilai signifikansi uji t sebesar 0,002. Hal ini berarti
bahwa H1 yang menyatakan bahwa strategi bisnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
diterima. Hal ini sesuai dengan keunggulan bersaing yang dikemukakan oleh Porter (1985:1) bahwa
keunggulan bersaing bertujuan membentuk posisi yang menguntungkan dan berkelanjutan agar dapat
bertahan pada persaingan industri. Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan
bersaing. Bisa disimpulkan bahwa keunggulan bersaing diciptakan dengan memiliki sumber daya dan
kapabilitas yang khas atau melakukan efisiensi pada sumber daya yang ada agar perusahaan dalam
persaingan industri dapat lebih unggul daripada lainnya dalam hal meningkatkan tingkat keuntungan
dan dalam mendapatkan laba yang lebih tinggi. Pilihan strategi yang tepat akan menciptakan kinerja
superior bagi organisasi (Porter, 1980). Miles dan Snow (1978) menyebutkan bahwa prospector dan
defender adalah tipe strategi bisnis yang ekstrim berbeda. Prospector cenderung melakukan inovasi
Nilai minus pada koefisien beta sebesar -0,288 menunjukkan bahwa strategi defender memiliki
kinerja perusahaan yang lebih tinggi daripada prospector. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
perusahaan defender merupakan perusahaan yang mendapatkan keuntungan dalam return on asset yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan prospector. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Hambrick (1983) yang mengindikasikan bahwa strategi defender lebih bagus daripada
prospector dalam hal arus kas dan profitabilitas dan juga penelitian Matsuno dan Mentzer (2000) yang
menyimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan berstrategi defender lebih tinggi daripada prospector.
Hal ini disebabkan perusahaan defender lebih menekankan pada efisiensi dan kos rendah, lebih rendah
dari pesaingnya. Penekanan pada efisiensi biaya akan meningkatkan nilai laba bersih perusahaan akibat
adanya efisiensi pada aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan adanya penekanan pada efisiensi
dan kos rendah, maka perusahaan berstrategi defender memiliki kemampuan dalam menghasilkan
keuntungan yang lebih besar dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan daripada strategi prospector.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sarac (2014) yang menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan pada strategi prospector, defender dan analyzer terhadap kinerja perusahaan, yang
artinya ketiga strategi tersebut memiliki kinerja yang sama bagus nya. Smith dll., (1983:49) dalam Sarac
(2014) mengemukakan bahwa hal terpenting itu bukanlah tipe strategi nya tetapi kekonsistenan dan
tujuan dari strategi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Oyedijo dan RO (2012) yang memberikan
bukti bahwa strategi prospector memiliki kinerja perusahaan terbaik, sedangkan defender memiliki
kinerja perusahaan terburuk. Hasil penelitian Ghofar dan Islam (2015) juga memberikan bukti bahwa
strategi prospector lebih berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan daripada strategi
defender. Hal ini dikarenakan prospector memanfaatkan pertumbuhan dengan lebih inovatif, berani
berinvestasi pada risiko yang tinggi, dan memasuki pasar baru untuk meningktkan pertumbuhan
penjualannya yang akan mendrong kepada profitabilitas yang tinggi sehingga kinerja perusahaan juga
akan tinggi.
Variabel kinerja perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba karena berdasarkan
hasil pengujian dengan signifikansi 0,05 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,272. Dengan demikian
H2 yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak.
Hasil yang tidak signifikan pada pengaruh antara kinerja perusahaan dengan manajemen laba
mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan tidak memberikan pengaruh pada perlakuan manajemen
laba, sehingga baik perusahaan dengan kinerja rendah maupun perusahaan dengan kinerja yang tinggi
cenderung tetap melakukan manajemen laba agar laba yang diinginkan sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurdiniah dan Linda (2015) dan Ghofar dan Islam
(2015) yang menjelaskan bahwa Return on Asset (ROA) sebagai proksi kinerja perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian Ghofar dan Islam (2015) menjelaskan
bahwa salah satu alasan yang memungkinkan dalam tidak adanya pengaruh yang signifikan antara
kinerja perusahaan dan manajemen laba dikarenakan perusahaan yang mempunyai kinerja perusahaan
yang tinggi juga akan terus meningkatkan kemampuan membayar hutangnya agar para kreditur tetap
percaya kepada perusahaan dan perusahaan dapat meminjam kepada kreditur yang lebih banyak lagi.
perusahaan berkinerja tinggi juga cenderung melakukan manajemen laba agar laba sesuai dengan yang
diharapkan, sedangkan perusahaan berkinerja rendah juga akan memberikan motivasi pada perusahaan
untuk memanipulasi labanya agar terlihat bagus. Alasan yang kedua adalah ketidak pastian merupakan
salah sat karakteristik dari negara berkembang, termasuk Indonesia sehingga laba di Indonesia rentan
akan terjadinya fluktuasi. Fluktuasi laba yang tinggi akan membawa dampak negatif pada harga saham
sehingga perusahaan cenderung termotivasi untuk menghaluskan laba nya dengan melakukan
manajemen laba (Ghofar dan Islam, 2015). Hal ini menjelaskan bahwa baik perusahaan berkinerja
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Aji dan Mita (2010) dan Sun dan Rath (2009) yang
menunjukkan pengaruh negatif ROA pada manajemen laba. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan
penelitian Amertha (2013) dan Budiasih (2009) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif
Variabel strategi bisnis berpengaruh terhadap manajemen laba karena berdasarkan hasil
pengujian dengan signifikansi 0,05 menunjukkan nilai signifikansi uji t sebesar 0,003. Dengan demikian
H3 yang menyatakan bahwa strategi bisnis berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Sesuai
dengan teori keagenan yang menjelaskan bahwa agen sebuah perusahaan akan membuat keputusan
yang cenderung menguntungkan kepentingannya dirinya sendiri karena agen memiliki informasi yang
lebih banyak dan lengkap tentang kondisi perusahaan. Manajer akan cenderung memaksimalkan
kepentingan pribadinya dengan cara melakukan manajemen laba atau manipulasi laba dimana
lingkungan dan strategi bisnis dpat memotivasi manajemen untuk melakukan hal itu (Bentley dkk.,
2013). Hal ini dikarenakan strategi bisnis sudah ditetapakan dalam sejarah, visi dan misi perusahaan.
Strategi bisnis yang diterapkan pada tiap perusahaan juga mempunyai karakteristik dan ciri yang
berbeda tergantung dari tipe strategi yang digunakan. Miles dan Snow (1978) menyebutkan bahwa
prospector dan defender adalah tipe strategi bisnis yang ekstrim berbeda. Prospector cenderung
Nilai minus pada koefisien beta sebesar -0,292 menunjukkan strategi defender menggunakan
manajemen laba lebih banyak daripada prospector. Hal ini sesuai dengan penelitian Houqe dkk. (2013)
yang menyimpulkan bahwa perusahaan berstrategi defender lebih banyak menggunakan manajemen
laba dikarenakan perusahaan berstrategi defender lebih dilihat investor sebagai perusahaan yang berada
dalam lingkungan kematangan atau lingkungan yang stabil sehingga kinerja perusahaannya harus
menunjukkan keunggulannya yaitu kestabilan dari periode ke periode. Perusahaan berstrategi defender
adalah perusahaan yang berusaha menempatkan dan mengelola pasar yang aman dengan produk yang
relatif stabil.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori biaya transaksi yang dikemukakan oleh Coase (1937)
yang memberikan implikasi bahwa perusahaan akan dilihat oleh para investor dari seberapa efisien
memiliki ciri memperluas pasarnya dan mencari peluang pasar baru cenderung menghasilkan kos yang
besar untuk mendanai biaya pengembangannya, sedangkan perusahaan berstrategi defender akan dilihat
investor dari biaya transaksinya karena berdasarkan ciri dari perusahaan berstrategi defender adalah
lebih menekankan pada efisiensi dan kos rendah, sehingga perusahaan berstrategi defender lebih
terdorong untuk melakukan manajemen laba lebih banyak untuk mempertahankan biaya transaksinya
seefisien mungkin.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ghofar dan Islam (2015) yang menyimpulkan
bahwa strategi bisnis (prospector dan defender) berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba.
Tanda positif menunjukkan perusahaan berstrategi prospector menggunakan manajemen laba lebih
banyak daripada perusahaan berstrategi defender, hasil yang menunjukkan tidak signifikan dikarenakan
perusahaan berstrategi prospector sudah menggunakan tata kelola perusahaan yang bagus dan
mempunyai kinerja perusahaan yang tinggi sehingga akan mengurangi motivasi untuk melakukan
manajemen laba. Hasil penelitian yang menunjukkan arah negatif tidak sejalan dengan Bentley dkk.
(2013) yang mengindikasikan bahwa prospector lebih banyak melakukan penyimpangan pelaporan
keuangan daripada defender. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa prospector lebih banyak
Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Strategi bisnis berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sesuai dengan keunggulan bersaing
(Porter, 1985:1) bahwa keunggulan bersaing adalah keunggulan posisi dalam persaingan industri.
Strategi bisnis adalah alat yang tepat dalam menciptakan keunggulan bersaing. Keunggulan
bersaing diciptakan dari memiliki sumber daya khas dan efisiensi smber daya agar perusahaan
lebih unggul daripada pesaingnya dalam hal mendapatkan laba yang tinggi, sehingga pilihan
strategi yang tepat akan menciptakan kinerja perusahaan yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan
2. Kinerja perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan
bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan tidak mampu dilihat dari tinggi rendahnya
kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Nurdiniah dan Linda (2015) dan Ghofar
3. Strategi bisnis berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini sesuai dengan teori keagenan yang
menjelaskan bahwa agen sebuah perusahaan akan membuat keputusan yng cenderung
menguntungkan kepentingannya sendiri karena pihak perusahaan memiliki informasi yang lebih
manajemen laba dimana strategi bisnis memotivasi perusahaan untuk melakukan hal tersebut. Tipe
strategi bisnis baik prospector maupun defender memiliki ciri dan kriteria masing-masing dimana
hal itulah yang membuat manajer untuk melakukan manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan
Selain itu, saran untuk penelitian selanjutnya adalah diharapkan menggunakan rasio leverage, rasio
aktivitas dan rasio likuiditas dalam menilai kinerja suatu perusahaan dan mencari variabel yang mampu
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Dhamar Yudo & Aria Farah Mita. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, dan
Struktur Kepemilikan terhadap Praktek Perataan Laba: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI. Simposium Nasional Akuntansi. XIII : 1-30
Amertha, Indra Satya Prasavita. 2013. Pengaruh Return on Asset pada Praktik Manajemen Laba dengan Moderasi
Corporate Governance. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 4.2 : 373-387
Anthony, Josep H. & Ramesh. K. 1992. Association Between Accounting Measures and Stock Prices. Journal of
Accounting and Economics. 15: 203-227
Beatie, Vivien, Stephen Brown, David Erwers, Brian John, Stuart Mason, Dylan Thomas and Michael Turner.
1994. Extraordinary Item and Income Smothing : A Positve Acounting Aproach. Journal of Busines,
Finace, and Acounting. 21 (6): 791 – 81
Bentley, Kathleen A., Thomas C. Omer & Nathan Y. Sharp. 2013. Business Strategy, Financial Reporting
Irregularities and Audit Effort. Contemporary Accounting Research. Vol.30 No.2: 780-817
Budiasih, I Gan. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis.
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Vol.4 no.1
Coase, R.H. 1937. The Nature of The Firm. Economica, New Series. 4(16): 386-405
Dechow, P., Sloan, R. & Sweeney, A. (1995) Detecting earning management. The Accounting Review, 70(2),
193-225
Ghofar, Abdul & Sardar M.N. Islam. 2015. Corporate Governance and Contingency Theory A Structural Equation
Modeling Approach and Accounting Risk Implications. Contributions to Management Science.
Switzerland: Springer
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21. Cetakan Ketujuh. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hambrick, D.C. 1983. Some Test of The Effectiveness and Functional Attributes of Miles and Snow’s Strategy
Types. The Academy of Management Journal. Vol.26 no.1 : 5-26
Houqe, Muhammad Nurul, Ryan Kerr & Reza Monem. 2013. Business Strategy and Earning Quality. Working
Paper no.92, 1-32
Ittner, Christopher D., David F. Larcker, Madhav V. Rajan. 1997. The Choice of Performance Measures in Annual
Bonus Contract. The Accounting Review, Vol.72 No.2, 231-255
Jensen, M. & Meckling, W. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure.
Journal of Financial Economics, 3(4), 305-360
Kallapur, Sanjay & Mark A. Trombley. 1999. The Association Between Investment Opportunity Set Proxies and
Realized Growth. Journal of Business Finance & Accounting, 26 (3) & (4), 505-519
Matsuno, Ken & John T. Mentzer. 2000. The Effects of Strategy Type on the Market Orientation-Performance
Relationship. Journal of Marketing. Vol.64 No.4 : 1-16
Miles, R., Snow C., Meyer, A. & Coleman, H. (1978). Organizational Strategy, Structure, and Process. The
Academy of Management Review, 3(3), 546-562.
Nurdiniah, Dade & Linda Herlina. 2015. Analysis of Factors Affecting the Motivation of Earnings Management
in Manufacturing Listed in Indonesia Stock Exchange. Research Journal of Finance and Accounting. Vol.6
No.3: 100-107
Oyedijo, Ade & Akewusola RO. 2012. Organizational Strategy and Firm Performance: a Test of Miles and Snow’s
Model Using 34 Paint Manufacturing SMES in South-western Nigeria. Journal of Research in
International Business and Mnaagement. Vol.2(6) : 170-178
Porter, Michael E. 1985. Competitive Advantage : Creating and Sustaining Superior Performance. Free Press:
New York
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Multivariat. Edisi Revisi. Jakarta: PT Alex Media Komputindo
Sarac, Mehlika, Yasemin Ertan & Elif Yucel. 2014. How Do Business Strategies Predict Firm Performance? An
Investigation on Borsa Istanbul 100 Index. The Journal of Accounting and Finance. 121-134
Scott, Willian R. 2012. Financial Accounting Theory 6th Ed. Canada: Pearson Prentice Hall.
Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba teori dan model empiris. Jakarta: Grasindo
Sun, Lan & Subhrendu Rath. 2009. An Empirical Analysis of Earnings Management in Australia. International
Journal of Social Behavioral, Educational, Economic, Business and Industrial Engineering. Vol.3 No.7:
1682-1698
Tamalee, Kitima, Mohamed Sulaiman & Ishak Ismail. 2008. Business Strategy and Performance of
Manufacturing Firms in Thailand. Oxford Business & Economic Conference Program, 1-13
Ward, John & Peppard, Joe. 2002. Strategic Planning for Information System 3rd Edition. Cranfield School of
Management. Cranfield: Bedfordshire.