Вы находитесь на странице: 1из 16

STATUS PERSEROAN TERBATAS PENANAMAN MODAL ASING

AKIBAT DIKABULKANNYA PEWARGANEGARAAN PARA


PEMEGANG SAHAM

Deri Andrias Subiyanto


Email : derry.subiyanto@gmail.com
Mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

M. Hudi Asrori S
Email: hudisayuti@gmail.com
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Mulyoto
Email: mulyotobyl@gmail.com
Dosen Luar Biasa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
The study aims to determine and legal standing equity Foreign Investment
Company Limited as a result of the granting of shareholders citizenship. and the
mechanism of alteration in equity Foreign Investment Company Limited as a
result of the granting of shareholders citizenship. Research method with
normative juridical approach. Data collection techniques that study Documents /
Libraries and books or documents related to the problem under study. The results
of the research showed that firstly, The consequences of naturalization of the
shareholders Foreign Investment Limited Liability resulting in non-fulfillment of a
foreign element as a condition of foreign investment that requires a limited
liability company in consequence of legal standing of Foreign Limited Liability
Company in fact is a Domestic Investment but legally still a Limited Liability
Company of Foreign Investment. Secondly, alteration in equity foreign investment
company limited into Limited Liability Domestic Investment is not regulated in
any regulation so as to change the status of capital ownership due to the
citizenship which should only change the identity of the shareholders into a
transitional ownership of equity
Keywords: Limited Liability Company; Foreign Investment; Domestic
Investment; Citizenship

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa kedudukan hukum
permodalan Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing akibat dikabulkannya
pewarganegaraan para pemegang saham. dan mekanisme perubahan permodalan
Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing akibat dikabulkannya
pewarganegaraan para pemegang saham. Metode penelitian dengan pendekatan
yuridis normatif. Teknik pengumpulan data yang studi Dokumen/Kepustakaan
dan buku atau dokumen yang terkait dengan masalah yang diteliti. Hasil
penelitian ini pertama, Akibat pewarganegaraan pemegang saham Perseroan
Terbatas Penanaman Modal Asing mengakibatkan tidak terpenuhinya unsur asing
sebagai syarat Penanaman Modal Asing sehingga kedudukan hukum Perseroan
Terbatas Modal Asing secara de facto menjadi Perseroan Terbatas Penanaman
Modal Dalam Negeri namun secara de jure masih menjadi Perseroan Terbatas
Penanaman Modal Asing. Kedua, perubahan status permodalan Perseroan
Terbatas Penanaman Modal Asing menjadi Perseroan Terbatas Penanaman Modal
Dalam Negeri tidak diatur dalam peraturan manapun sehingga menjadikan
perubahan status kepemilikan modal akibat pewarganegaraan yang seharusnya
hanya perubahan identitas para pemegang saham menjadi seolah-olah terjadi
peralihan kepemilikan modal
Kata Kunci : Perseroan Terbatas; Penanaman Modal Asing; Penanaman Modal
Dalam Negeri; Pewarganegaraan

A. Pendahuluan

Alenia ke-empat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun


1945 (UUD’45) menyatakan bahwa “kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”

Pasal 33 UUD’45 mengatur tentang perekonomian nasional dan


kesejahteraan sosial. Pasal ini menjadi acuan pemerintah untuk
menyelenggarakan perekonomian yang berasaskan keadilan dan sesuai dengan
Pancasila. Untuk itu, dalam pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang
diatur dalam pasal tersebut disebutkan bahwa penguasaan sumber daya alam
yang menyangkut hajat hidup orang banyak di pegang oleh pemerintah dengan
perekonomian yang berdasar atas kekeluargaan, kebersamaan, demokrasi
ekonomi, serta keadilan. Oleh karena itu, yang menjadi harapan adalah
pemerintah mampu menguasai dan mengelola sumber daya alam yang bernilai
strategis demi kemaslahatan orang banyak untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat yang merata ke seluruh wilayah Indonesia.

Pemerintah untuk membangun perekonomian salah satunya dengan


cara investasi, investasi itu sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau
proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Sebagai negara berkembang,
Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut terjadi karena
adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara
maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih
belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Di samping
berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga
mengundang sumber pembiayaan luar negeri, penanaman modal di Indonesia
diatur dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal Asing yang disahkan pada tanggal 26 April 2007 dan telah
diundangkan pada tanggal 26 April 2007 dan telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 67 (UU PM). Terdapat 2 (dua)
jenis penanaman modal di Indonesia yaitu :

1. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal


untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan
modal dalam negeri. (Pasal 1 ayat (2) UU PM).

2. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk


melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal
asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri. (Pasal 1 ayat (3) UU PM).

Usaha Pemerintah Republik Indonesia dalam upaya membangun


perekonomian untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai
dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD’45 haruslah bersinergi
dengan masyarakat luas untuk mencapai sasaran sasaran jangka panjang dan
tujuan hakiki dalam membangun, pembangunan nasional Indonesia lima tahun
ke depan perlu memprioritaskan pada upaya mencapai kedaulatan pangan,
kecukupan energi dan pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan.
Pemerintah untuk membangun perekonomian salah satunya dengan
cara investasi, investasi itu sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau
proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Sebagai negara berkembang,
Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut terjadi karena
adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara
maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih
belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Di samping
berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga
mengundang sumber pembiayaan luar negeri, penanaman modal di Indonesia
diatur dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal Asing yang disahkan pada tanggal 26 April 2007 dan telah
diundangkan pada tanggal 26 April 2007 dan telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 67 (UU PM). Terdapat 2 (dua)
jenis penanaman modal di Indonesia yaitu :

1. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk


melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam
negeri. (Pasal 1 ayat (2) UU PM).

2. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk


melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam
negeri. (Pasal 1 ayat (3) UU PM).

Dalam rangka meningkatkan investasi asing langsung di Indonesia,


pemerintah melalui Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) telah
melakukan beberapa upaya penyesuaian kebijakan investasi, di antaranya
adalah sebagai berikut:(Sarwedi, 2002:17-35)
1. Pemerintah telah memperbaharui Daftar Bidang Usaha yang Tertutup bagi
Penanam Modal untuk dapat diberikan keleluasaan investor dalam
memilih usaha (Keppres No 96 Tahun 2000 jo. No 118 Tahun 2000).
Dalam keputusan tersebut, bidang usaha yang tertutup untuk investasi baik
PMA maupun PMDN berkurang dari 16 sektor menjadi 11 sektor. Bidang
usaha yang tertutup bagi kepemilikan saham asing berkurang dari 9 sektor
menjadi 8 sektor.

2. Penyederhanaan proses dari 42 hari menjadi 10 hari. Sebelumnya


persetujuan Pemasukan Modal Asing (PMA) dilakukan oleh Presiden,
sedangkan saat ini cukup dilakukan oleh Pejabat Eselon I yang berwenang,
dalam hal ini Deputi Bidang dan Fasilitas Penanaman Modal;

3. Sejak tanggal 1 Januari 2001, pemerintah menggantikan insentif


Pembebasan Pajak dengan Kelonggaran Pajak Investasi sebesar 30%
untuk 6 (enam) tahun.

4. Nilai investasi tidak dibatasi, sepenuhnya tergantung studi kelayakan dari


proyek tersebut.

Penanaman Modal Asing Langsung (foreign direct invesment=FDI)


berdasarkan Pasal 1 ayat (8) UU PM Penanaman modal asing ini wajib dalam
bentuk PT dan dilakukan dengan cara-cara mengambil bagian saham pada saat
pendirian perseroan terbatas, membeli saham dan melakukan cara lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perseroan Terbatas (PT) ialah bentuk badan usaha yang memiliki


badan hukum resmi dan dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung
jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi
atau perseorangan yang ada di dalamnya.

Perseroan terbatas (PT) pertama sekali diatur dalam Pasal 36 sampai


dengan Pasal 56 Wetboek van Koophandel atau Kitab Undang-undang hukum
dagang (KUHD) yang berlaku di Indonesia sejak tahun 1848 dan aturan
tersebut sekaligus membuktikan bahwa perseroan terbatas di Indonesia sudah
sejak lama dikenal. Selanjutnya, diatur pula dalam ketentuan Pasal 1233
sampai dengan 1356 dan Pasal 1618 sampai dengan 1652 burgerlijk wetboek
atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Kemudian pada
tanggal 07-03-1995 (tujuh Maret tahun seribu sembilanratus sembilanpuluh
lima) Pemerintah Republik Indonesia mengundangkan Undang-Undang
nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan telah diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia tahun 1995 nomor 13 tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia nomor 3587 yang kemudian pada tanggal 16
Agustus 2007 undang-undang tersebut di atas dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku dikarenakan Pemerintah Republik Indonesia mengundangkan
Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT).
(M. Teguh Pengestu dan Nurul Aulia, 2017:21-39)

Pada Pasal 1 ayat (1) UUPT Perseroan Terbatas (PT) didefinisikan


sebagai Perseroan Terbatas (PT), yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan dalam Undang-Undang ini
serta peraturan pelaksanaannya. Dari definisi tersebut berarti bahwa Perseroan
Terbatas (PT) minimal harus ada unsur-unsur: (Mulyoto, 2012:1)

a. Merupakan badan hukum;

b. Merupakan asosiasi modal;

c. Didirikan berdasarkan perjanjian;

d. Berwenang melakukan kegiatan usaha;

e. Adanya modal dasar dan juga modal yang ditempatkan dan yang disetor;

f. Modal perseroan dibagi dalam saham-saham;

g. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan Undang-Undang.


Syarat pendiri Perseroan harus 2 (dua) orang atau lebih diatur Pasal 7
ayat (1) UUPT di mana syarat ini, sama dengan yang diatur dulu pada Pasal 7
ayat (1) Undang-Undang nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Pengertian “pendiri” (promoters) menurut hukum adalah orang-orang


yang mengambil bagian dengan sengaja (intention) untuk mendirikan
perseroan. Selanjutnya orang-orang itu dalam rangka pendirian itu mengambil
langkah-langkah yang penting untuk mewujudkan pendirian tersebut, sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan,
jadi syarat pertama, pendiri Perseroan paling sedikit 2 (dua) orang. Kurang
dari itu, tidak memenuhi syarat, sehingga tidak mungkin untuk diberikan
“pengesahan” sebagai badan hukum oleh menteri. (M. Yahya Harahap,
2009:162)

Penjelasan Pasal 7 ayat (1) UUPT menyatakan: bahwa yang


dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan, baik Warga Negara
Indonesia atau Warga Negara Asing. Dari bunyi Pasal 7 ayat (1) UUPT
berikut penjelasannya tersebut, subyek hukum yang berwenang untuk
mendirikan PT adalah 2 (dua) orang atau lebih atau 2 (dua) badan hukum atau
lebih atau minimal 1 (satu) orang perseorangan dan 1 (satu) badan hukum
Indonesia atau asing.(Mulyoto, 2016:33)

Warga Negara adalah orang-orang yang secara resmi ikut menjadi


bagian dari penduduk yang di mana mereka menjadi salah satu unsur negara.
Warga Negara ini merupakan salah satu unsur pokok suatu negara yang di
mana masing-masing warga negara memiliki suatu hak dan kewajiban yang
tentu perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya. Setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya. Sebaliknya, negara juga
memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada setiap warga
negaranya (Habibullah Al Faruq, 2015). Pasal 2 Undang-Undang nomor 12
tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang disahkan pada
tanggal 01 Agustus 2006 dan telah diundangkan pada tanggal 01 Agustus
2006 serta telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia tahun
2006 nomor 63 (UU Kewarganegaraan) yang disebut sebagai WNI (Warga
Negara Indonesia) adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Lebih lanjut Pasal 4 UU Kewarganegaraan menyebutkan yang disebut Warga
Negara Indonesia adalah orang yang lahir dari perkawinan sah dari ayah dan
ibu WNI atau yang memiliki status kewarganegaraan Indonesia yang sah. Para
warga negara yang dianggap WNI adalah mereka yang tanpa rasa terpaksa
mengakui dan menetapkan diri sebagai warga negara asli Indonesia.
Sementara orang-orang yang hanya singgah di Indonesia, ditetapkan sebagai
Warga Negara Asing karena sewaktu-waktu akan berpindah ke negara aslinya.

Warga Negara Asing yang tinggal di Indonesia dapat juga


mendapatkan kewarganegaraan Indonesia melalui proses pewarganegaraan,
berdasarkan UU Kewarganegaraan pewarganegaraan dapat diperoleh melalui
:(Giovani Malinda, 2017)

1. Melalui kelahiran yaitu anak yang lahir dari perkawinan campuran kedua
orang tuanya.

2. Melalui pengangkatan yaitu anak yang belum berusia 5 tahun dan


mendapatkan penetapan oleh pengadilan.

3. Melalui pewarganegaraan yaitu telah dikabulkannya permohonan


pewarganegaraan Warga Negara Asing oleh Presiden Republik Indonesia
atau Warga Negara Asing tersebut telah berjasa kepada Negara Republik
Indonesia sehingga diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh
Presiden Republik Indonesia.

Warga negara asing yang telah mendapatkan pewarganegaraan,


mereka telah menjadi warga negara Indonesia, bilamana warga negara asing
tersebut termasuk pemegang saham dalam perseroan terbatas penanaman
modal asing tentu hal ini akan menjadi persoalan baru.

Pasal 1 ayat (3) (UU PM) menyebutkan : “Penanaman modal asing


adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.” Warga negara asing pemilik saham dari
perseroan terbatas penanaman modal asing yang telah mendapatkan
pewarganegaraan tentu tidak dapat memenuhi ketentuan dari Pasal 1 ayat (3)
UUPM tersebut di atas. Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan oleh
penulis di atas, artikel ini hendak membahas mengenai status serta mekanisme
perubahan permodalan perseroan terbatas penanaman modal asing akibat
dikabulkannya pewarganegaraan para pemegang saham.

B. Metode Penelitian

Penelitian dalam artikel ini merupakan penelitian hukum doktrinal


(doctrinal legal research) atau dogmatik, atau metode yuridis normatif atau
juga disebut sebagai penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum
doktrinal merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan hukum serta
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang terdiri dari bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder. Pendekatan yang dilakukan untuk
menganalisis atau menyelaraskan pasal-pasal dalam peraturan perundang-
undangan.

Teknik analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini


adalah dengan metode penalaran deduksi. Metode penalaran deduksi ini
digunakan untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menuju ke
dalam hal yang bersifat khusus yang kemudian ditarik menjadi suatu
kesimpulan.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 memberikan definisi tentang penduduk ialah Warga Negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Pasal 1 UU
Kewarganegaraan mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan Warga
Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2 UU
Kewarganegaraan bahwa Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang
berhubungan dengan warga negara. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 Tentang Administrasi Kependudukan (UU Adminduk) juga memberi
definisi yang sama, penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia.

Berdasarkan UU Kewarganegaraan, orang asing pun dapat menjadi


WNI setelah memenuhi syarat dan tata cara yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Pasal 8 UU Kewarganegaraan menyebutkan bahwa,
“Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui
pewarganegaraan.” Pewarganegaraan adalah suatu tata cara bagi orang asing
untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui
permohonan. Namun status WNI, tidak hanya dapat diperoleh dengan
permohonan. Menurut Gatot Supramono ada tiga cara agar orang asing
memperoleh status WNI, yaitu dengan naturalisasi, perkawinan, dan dengan
pemberian oleh pemerintah RI.(Gatot Supramono, 2012:4)

Adapun kriteria orang asing untuk mendapatkan kewarganegaraan


menurut Gatot Suparmono, yaitu:

1. Orang asing yang telah berjasa kepada Republik Indonesia adalah orang
asing yang karena prestasinya yang luar biasa di bidang kemanusiaan, ilmu
pengetahuan, teknologi, kebudayaan, lingkungan hidup serta keolahragaan
telah memberikan kemajuan dan keharuman nama Bangsa Indonesia;
2. Orang asing yang diberi kewarganegaraan karena alasan kepentingan
negara adalah orang asing yang dinilai oleh negara telah dan dapat
memberikan sumbangan yang luar biasa untuk kepentingan memantapkan
kedaulatan negara dan untuk meningkatkan kemajuan, khususnya di
bidang perekonomian Indonesia. (Gatot Supramono, 2012:4)
Status Warga Negara Indonesia dapat diperoleh melalui 3 (tiga) cara
alternatif, yaitu salah satunya dengan pewarganegaraan, pewargaan dapat
diperoleh dengan cara :

(1) Mengajukan permohonan ke presiden (Pasal 8 Undang-Undang Nomor


12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan);
(2) Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi (sesuai Pasal 9 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan);
(3) Kelengkapan administrasi (diperlukan kelengkapan data administrasi
yang merupakan lampiran surat permohonan tersebut. Pasal 3 ayat (2) PP
Nomor 2 Tahun 2007 menetapkan kelengkapannya).

Dasar hukum yang mengatur mengenai penanaman modal khususnya


penanaman modal asing diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang penanaman modal asing Jo. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal (UUPM). Kedua undang-Undang tersebut
tidak secara spesifik mengatur secara khusus mengenai pengaturan prosedur
penanaman modal (Harjono Kardono Dhaniswara, 2007:161). Pengaturan
prosedur penanaman modal lebih lanjut diatur dalam Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia salah satunya pada
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Izin Prinsip
Penanaman Modal (Perka BKPM no 14/2015).

Penanaman modal asing dapat di diartikan sebagai suatu kegiatan


penanaman modal yang di dalamnya terdapat unsur asing, yang dapat
ditentukan oleh adanya kewarganegaraan yang berbeda, asal modal dan
sebagainya (Hulaman Penjaitan dan Anner M Sianipar, 2008:41). UUPM
melalui ketentuan umum telah merumuskan apa yang dimaksud dengan
penanaman modal asing, dengan terlebih dahulu memberikan pengertian
tentang penanaman modal. Pasal 1 ayat (3) UUPM dirumuskan bahwa
penanaman modal asing adalah kegiatan menanamkan modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri, sehingga penanaman
modal asing haruslah memenuhi unsur-unsur :

1. Merupakan kegiatan menanam modal;

2. Untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia;

3. Dilakukan oleh penanam modal asing; dan

4. Menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan


dengan penanam modal dalam negeri.

Pasal 5 UUPM dijelaskan bahwa bentuk dari Penanaman Modal


Asing wajib berbentuk perseroan terbatas (PT) yang berdasar pada hukum
Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia,
kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Mengenai cara penanaman modal
melalui perseroan terbatas dilakukan dengan beberapa cara yakni (lihat Pasal 5
ayat (3) UU Penanaman Modal):

a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;

b. Membeli saham; dan

c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

Cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


salah satunya adalah pewarganegaraan pemegang sahamnya sehingga
mengakibatkan unsur-unsur Penanaman Modal Asing (PMA) yang terdapat
dalam Pasal 1 ayat (3) tidak dapat terpenuhi sehingga mengharuskan
perseroan terbatas penanaman modal asing (PMA) melakukan perubahan
penanaman modal. Perubahan penanaman modal yang dimaksud dalam hal ini
perubahan modal dari penanaman modal asing (PMA) menjadi penanaman
modal dalam negeri (PMDN)
Pasal 1 UUPM memberikan definisi mengenai Penanaman Modal
Dalam Negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha
Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan
penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia, dengan modal yang
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan/atau warga Negara Indonesia
dan/atau badan usaha baik yang berbadan hukum. Penanaman Modal Dalam
Negeri yang ingin melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai
dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi yang
berwenang.

Dasar hukum yang mengatur mengenai penanaman modal khususnya


penanaman modal asing diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang penanaman modal asing Jo. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Kedua undang-Undang tersebut tidak secara
spesifik mengatur secara khusus mengenai pengaturan prosedur penanaman
modal asing, sehingga pengertian masalah ini dapat ditemukan dan diatur di
dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal nomor 14
tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal
(Perka BKPM 14/2015) dan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal nomor 6 tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan
Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal (Perka BKPM 6/2016).

Pasal 9 ayat (1) huruf c Peraturan Kepala Badan Koordinasi


Penanaman Modal nomor 14 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin
Prinsip Penanaman Modal (Perka BKPM 14/2015) memberikan keterangan
terhadap perubahan status modal perseroan terbatas dari penanaman modal
asing (PMA) menjadi penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang
diakibatkan oleh perubahan kepemilikan modal. Pasal tersebut
mengemukakan bahwa “memulai kegiatan usaha dalam rangka perubahan
status menjadi PMDN, sebagai akibat dari terjadinya perubahan kepemilikan
modal perseroan yang sebelumnya terdapat modal asing, menjadi seluruhnya
modal dalam negeri”.

Perubahan kepemilikan modal disebabkan berupa hibah, jual-beli,


pewarisan, dan pewarganegaraan. Dalam hal pewarganegaraan memang tidak
terjadi peralihan saham namun identitas dari pemegang saham berubah dari
warga negara asing menjadi warga negara Indonesia. Pasal 19 ayat (1) Perka
BKPM 14/2015 menyaratkan bahwa setiap perubahan dari susunan pemegang
saham dalam perseroan terbatas baik penanaman modal dalam negeri (PMDN)
maupun penanaman modal asing (PMA) harus terlebih dahulu mendapat izin
prinsip dari Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di BKPM, PTSP
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan bebas dan Pelabuhan Bebas
(KPBPB), dan PTSP Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sesuai
kewenangannya.

Dasar penerbitan izin prinsip sebagaimana maksud dalam Pasal 19


ayat (1) Perka BKPM 14/2015 haruslah dituangkan dalam sebuah Circular
Resolution of the Shareholders/Rapat Umum Pemegang Saham/Akta
Pernyataan Keputusan Rapat yang disetujui oleh seluruh pemegang saham
atau yang mewakili dengan tetap berpedoman pada Peraturan Presiden tentang
Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Yang Terbuka Dengan Persyaratan.

Perusahaan yang telah memperoleh Izin Prinsip PMDN sebagai


akibat seluruh modal perusahaan dimiliki oleh Penanam Modal Dalam Negeri,
maka untuk selanjutnya permohonan perizinan dan termasuk perubahannya
diajukan ke PTSP sesuai kewenangannya.

D. Simpulan

Akibat dikabulkannya pewarganegaraan, warga negara asing akan


kehilangan kewarganegaraan sehingga menjadi Warga Negara Indonesia.
Pewarganegaraan pemegang saham Perseroan Terbatas Penanaman Modal
Asing mengakibatkan tidak terpenuhinya unsur asing sebagai syarat
Penanaman Modal Asing sehingga kedudukan hukum Perseroan Terbatas
Modal Asing secara de facto menjadi Perseroan Terbatas Penanaman Modal
Dalam Negeri namun secara de jure masih menjadi Perseroan Terbatas
Penanaman Modal Asing.

Mekanisme perubahan status permodalan Perseroan Terbatas


Penanaman Modal Asing menjadi Perseroan Terbatas Penanaman Modal
Dalam Negeri tidak diatur dalam peraturan manapun. Pasal 9 ayat (1) huruf c
Perka BKPM 14/2015 hanya mengatur perubahan kepemilikan modal hal
tersebut menjadikan perubahan status kepemilikan modal akibat
pewarganegaraan yang seharusnya hanya perubahan identitas para pemegang
saham menjadi seolah-olah terjadi peralihan kepemilikan modal.

E. Saran

Para pemegang saham Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing


yang telah mendapatkan pewarganegaraan haruslah segera melakukan
perubahan status modal Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing menjadi
Perseroan Terbatas Penanaman Modal Dalam Negeri agar terciptanya
kepastian hukum.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal haruslah segera merubah


Perka BKPM 14/2015 dengan menambahkan peraturan yang mengatur
mengenai perubahan identitas pemilik modal Perseroan Terbatas Penanaman
Modal Asing maupun Perseroan Terbatas Penanaman Modal Dalam Negeri
yang diakibatkan pewarganegaraan para pemegang saham

F. Daftar Pustaka

Gatot Supramono. 2012. Hukum Orang Asing di Indonesia. Ctk. Pertama.


Jakarta: Sinar Grafika
Harjono Kardono Dhaniswara. 2007. Hukum Penanaman Modal. Jakarta:
Rajawali Pers
Hulaman Penjaitan dan Anner M Sianipar. 2008. Hukum Penanaman Modal
Asing. Jakarta: CV Indhill Co
Mulyoto. Kriminalisasi Notaris Dalam Pembuatan Akta Perseroan Terbatas
(PT). Ctk. Kedua. Ed. Revisi. Yogyakarta: Cakrawala Media
Mulyoto. 2016. Legal Standing. Yogyakarta: Cakrawala Media
M. Yahya Harahap. 2012. Hukum Perseroan Terbatas. Ctk. Kedua. Jakarta:
Sinar Grafika
Sarwedi, “Investasi Asing Langsung Di Indonesia Dan Faktor Yang
Mempengaruhinya”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No. 1,
Mei 2002: 17 – 35,
M. Teguh Pangestu dan Nurul Aulia, “Hukum Perseroan Terbatas Dan
Perkembangannya Di Indonesia”, Business Law Review Vol 1, No. 3
2007:21-37
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal Asing
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal nomor 14 tahun 2015
tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal nomor 6 tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata
Cara Izin Prinsip Penanaman Modal

Giovani Malinda, Mengapa Status Kewarganegaraan Itu Penting,


http://gurupintar.com/threads/mengapa-status-kewarganegaraan-itu-
penting.6212/,
Habibullah Al Faruq, Pengertian Warga Negara & Teori Status Warga Negara,
http://www.habibullahurl.com/2015/02/pengertian-warga-negara-
teori-status-warga-negara.html

Вам также может понравиться