Вы находитесь на странице: 1из 11

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP KESIAPAN

SEKAA TERUNA TERUNI DALAM MEMBERIKAN PERTOLONGAN


PADA KASUS KEGAWATDARURATAN HENTI JANTUNG

I Gusti Ketut Gede Ngurah1, I Gede Suyadnya Putra1


1,2
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar
Denpasar,Bali,Indonesia

e-mail: igkgngurah@gmail.com1, suyadnyaputra138@gmail.com2

Abstract : Effect of Pulmonary Heart Resuscitation Training on Preparedness Giving


SekaaTrunaTruni Help In Case of Cardiac Arrest Emergency. Emergency may occur
anywhere and anytime. Cardiac Arrest is one of the most life-threatening emergency conditions.
The CPR action is an important determinant of survival of cardiac arrest survivors. The purpose
of this research is to know the effect of CPR training on the readiness to provide STT relief in
cardiac emergency cases in Dawan Kaler Village 2018. This research type is pre experimental
with pre-post test approach, and using simple random sampling method with 160 respondents.
The instrument used is a questionnaire about the readiness to help victims of cardiac arrest.
Data analysis used is univariate and bivariate analysis. The result of the research shows that
most of the respondents are female (63.8%), most of the respondents are 17-25 years old (95%),
most of them are high school (58.1%), most of them are student (80 , 6%), before CPR training
for less ready category (32,5%) and category not ready (67,5%), after CPR training,
improvement of readiness to help, category ready (63,8%) and ready category ie 36.3%.
Statistical test results using Wilcoxan Signed Rank Test obtained p-value 0.000 <alpha (0,05).
Conclusion: CPR training can improve the readiness of providing emergency assistance in
cases of cardiac arrest. Suggestion: STT works together with related health officers to create a
continuous training program so that the future is able to do quick and proper handling to help
cases of cardiac arrest emergency..

Keywords : Pulmonary Heart Resuscitation, Emergency, Cardiac arrest.

Abtraks : Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Terhadap Kesiapan Sekaa Teruna Teruni
Dalam Memberikan Pertolongan Pada Kasus Kegawatdaruratan Henti Jantung.
Kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Henti Jantung merupakan salah satu
kondisi kegawatdaruratan yang dapat mengancam jiwa. Tindakan RJP merupakan penentu
penting dalam kelangsungan hidup korban henti jantung. Tujuan penelitian untuk mengetahui
pengaruh pelatihan RJP terhadap kesiapan memberikan pertolongan STT pada kasus
kegawatdaruratan henti jantung di Desa Dawan Kaler Tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah
pre experimentaldengan pendekatan pre-post test, dan menggunakan metode simple random
sampling dengan jumlah responden 160 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
tentang kesiapan menolong korban henti jantung. Analisa data yang digunakan adalah analisa
univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan (63,8%), terbanyak usia responden 17-25 tahun (95%), terbanyak pendidikan
responden SMA/SMK (58,1%), terbanyak pekerjaan responden masih pelajar/mahasiswa
(80,6%), sebelum diberikanpelatihan RJP kategori kurang siap (32,5%) dan kategori belum siap
(67,5%), setelah diberikan pelatihan RJP terjadi peningkatan kesiapan menolong, kategori
sangat siap (63,8%) dan kategori siap yaitu 36,3%. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxan

Jurnal Gema Keperawatan | 12


Signed Rank Test didapatkan hasil p-value 0,000 <alpha (0,05). Simpulan: pelatihan RJP dapat
meningkatkan kesiapan memberikan pertolongan kegawatdaruratan pada kasus henti jantung.
Saran:STT bekerja sama dengan petugas kesehatan terkait untuk membuat suatu program
pelatihan secara kontinu sehingga kedepannya mampu melakukan penanganan yang cepat dan
tepat untuk menolong kasus kegawatdaruratan henti jantung.

Kata kunci : Resusitasi Jantung Paru, Kegawatdaruratan,Henti jantung.

PENDAHULUAN koroner dengan angka keberhasilan


Kegawatdaruratan dapat terjadi penyelamatan masih rendah (3).
dimana saja dan kapan saja. Sudah menjadi Survei Centers for Disease Control
tugas dari petugas kesehatan untuk and Prevention (CDC) di United State
menangani masalah tersebut. Walaupun ditemukan kasus henti jantung 31.689
begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi selama 5 tahun (2005-2010) dan 33,3%
kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah mendapatkan bantuan RJP dari bystander
yang sulit dijangkau oleh petugas kesehatan. serta 3,7% menggunakan automated
Peran serta masyarakat untuk membantu external defibrilator atau AED (Bryan et al,
korban sebelum ditemukan oleh petugas 2011). Prevalensi henti jantung di Indonesia
kesehatan menjadi sangat penting. setiap tahunnya belum didapatkan data yang
Kegawatdaruratan sering menjadi situasi jelas akan tetapi prevalensi terjadinya
serius dan kadang kala berbahaya yang penyakit jantung di Indonesia 7,2%. Di
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan Provinsi Bali umumnya juga belum terdapat
membutuhkan tindakan segera guna data tentang henti jantung tetapi ditemukan
menyelamatkan jiwa atau nyawa(1). pada tahun 2013 prevalensi penyakit
Cardiac arrest atau henti jantung jantung koroner sebanyak 0,7% dan
merupakan salah satu kondisi penyakit gagal jantung sebanyak 0,1% yang
kegawatdaruratan yang dapat mengancam berisiko mendapatkan serangan jantung dan
jiwa serta mengakibatkan kematian jika terjadi henti jantung (4).
tidak ditangani segera. Kejadian henti Cardiac arrrest jika tidak ditangani
jantung di luar rumah sakit sebagian besar secara cepat dan tepat akan menyebabkan
terjadi di rumah dan tempat-tempat tertentu kematian. Ketika jantung berhenti berdetak,
saat melakukan aktivitas. (Sasson et al tidak akan ada aliran darah, sehingga
2013), juga menyatakan bahwa kejadian oksigen tidak dapat dialirkan ke seluruh
henti jantung sekitar 360.000 korban banyak tubuh. Kerusakan otak mungkin terjadi jika
ditemukan di luar rumah sakit setiap cardiac arrest tidak ditangani dalam 4-6
tahunnya dan 15% sebagai penyebab menit. Kerusakan otak ini akan menjadi
seluruh kematian. Serangan jantung dan irreversible dalam waktu 8-10 menit.
problem seputarnya masih menjadi American Heart Association (2010),
pembunuh nomor satu dengan raihan 29 % mengatakan salah satu faktor risiko
kematian global setiap tahun (Ridwan, terjadinya cardiac arrest adalah seseorang
2010). (2). yang tidak terbiasa melakukan perjalanan
Henti jantung (cardiac arrest) masih yang jauh serta tidak memiliki kondisi fisik
menjadi penyebab utama kematian di tubuh yang prima sehingga cepat
Amerika Serikat yang diperkirakan 180.000 mengalami kelelahan jantung bahkan henti
hingga 450.000 jiwa setiap tahunnya dan jantung.(5).
80% terjadi pada pasien penyakit jantung Salah satu upaya dalam meningkatkan
harapan hidup korban yang mengalami

Jurnal Gema Keperawatan | 13


cardiac arrrest adalah tindakan pertolongan pertolongan pertama, karena sebagian besar
pertama. Pertolongan pertama adalah suatu orang pada akhirnya akan berada dalam
perawatan yang diberikan sementara situasi yang memerlukan pertolongan
menunggu bantuan datang atau sebelum pertama untuk orang lain atau diri mereka
dibawa kerumah sakit atau puskesmas. sendiri(8). Menurut Slameto (2010) kesiapan
Pertolongan pertama dimaksudkan untuk merupakan keseluruhan kondisi seseorang
menentramkan dan menyenangkan yang membuatnya siap untuk memberikan
penderita sebelum ditangani oleh tenaga respon atau jawaban dalam cara tertentu
yang lebih ahli denga sarana yang lebih terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi
memadahi. Kematian akibat cardiac arrrest pada suatu saat akan berpengaruh atau
dapat dicegah dengan melakukan Basic Life kecenderungan untuk memberi respon.
Support (BLS) sesuai dengan langkah- Hasil penelitian yang dilakukan
langkah chain of survival yang salah satu Meissner, Kloppe, dkk (2012) adalah
komponennya adalah resusitasi jantung paru pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan,
(RJP) yang berkualitas (6). percaya diri dan jumlah siswa yang terlatih
Resusitasi jantung paru merupakan dalam memberikan BHD dengan prosentase
penentu penting dalam kelangsungan hidup 99,2%. Namun, penelitian yang dilakukan
korban henti jantung. Hal tersebut menuntut Nugroho (2009) berdasarkan uji korelasi
untuk peningkatan jumlah bystander RJP di yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
masyarakat. (Frame, 2010), mengatakan terdapat hubungan yang lemah antara
bahwa keterampilan RJP dapat diajarkan pengetahuan polisi dengan motivasi polisi
kepada siapa saja. Semua lapisan dalam memerikan pertolongan pertama
masyarakat seharusnya diajarkan tentang gawat darurat kecelakaan lalu lintas.
resusitasi jantung paru terlebih bagi para Penelitian yang dilakukan Annas
pekerja yang berkaitan dengan pemberian (2016) di Madrasah terhadap 40 responden,
pertolongan keselamatan. Kenyataan yang diperoleh data 75% responden memiliki
ada di lapangan adalah pelaksanaan RJP pengetahuan kategori baik, 20%
tidak mudah dilakukan terutama untuk pengetahuan kategori cukup, 5%
masyarakat awam. Komponen penting pengetahuan kategori kurang. 50%
dalam melakukan RJP yaitu kedalaman responden memiliki kesiapan menolong
kompresi, kecepatan kompresi, ventilasi, baik, 35% kategori cukup, 15% kategori
return of spontaneus circulation (ROSC) kurang. Penelitian ini menunjukan ada
dan meminimalisasi interupsi (7). hubungan pengetahuan BHD dengan
Masyarakat kadang-kadang kesiapan menolong. Berbeda dengan
mengambil keputusan yang salah tentang penelitian yang dilakukan Thoyyibah (2014)
tindakan pertolongan pertama pada kasus terhadap 39 responden, menunjukkan bahwa
henti jantung. Mereka mungkin terlambat tidak tedapat pengaruh pelatihan BHD pada
menelepon 119 atau bahkan mengabaikan remaja terhadap tingkat motivasi menolong
layanan medis darurat dan membawa korban henti jantung di SMA
(9)
korban cedera atau sakit ke tempat Muhammadiyah 5 Yogyakarta .
pelayanan kesehatan dengan kendaraan Salah satu lapisan masyarakat yang
pribadi, padahal ambulan lebih baik untuk dimaksud yaitu organisasi Sekaa Teruna-
korban. Ketika memberikan pertolongan Teruni (STT) yang ada di Bali. STT adalah
pertama pada korban kasus henti jantung kumpulan atau wadah organisasi sosial
penolong harus memberikan penanganan pengembangan generasi muda yang tumbuh
atau tindakan dengan tepat untuk dan berkembang atas dasar kesadaran dan
menghilangkan ancaman nyawa korban. tanggung jawab sosial dari masyarakat
Setiap orang harus mampu melakukan terutama generasi muda di wilayah banjar,

Jurnal Gema Keperawatan | 14


desa atau kelurahan yang bergerak dibidang Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Terhadap
kesejahteraan sosial (10). Kesiapan Sekaa Truna Truni Dalam
Hasil studi pendahuluan yang Memberikan Pertolongan Pada Kasus
dilakukan dengan teknik pengambilan data Kegawatdaruratan Henti Jantung” (14).
di Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung
di peroleh data kejadian kasus henti jantung METODE
di kabupaten Klungkung pada tahun 2016 Penelitian ini menggunakan jenis
terdapat 44 jiwa dan pada tahun 2017, 67 penelitian pre-eksperimental designs dengan
jiwa. Hasil studi pendahuluan yang racncangan one group pre – post test, Pada
dilakukan di Puskesmas Dawan 1 diperoleh penelitian ini teknik pengambilan sampel
kejadian henti jantung di Desa Dawan Kaler yang digunakan adalah dengan probability
pada tahun 2016 yaitu 3 korban jiwa dan sampling yaitu simple random sampling.
pada tahun 2017 4 korban jiwa. Dari data Setelah mendapatkan responden seusai
tersebut kejadian henti jantung di Desa dengan kriteria inkklusi dan eksklusi,
Dawan Kaler diakibatkan karena pasien selanjutnya peneliti melakukan pengukuran
stroke, jantung koroner dan kecelakaan (11). kesiapsiagaan bencana dengan kuesioner
Pada studi pendahuluan didapatkan kesiapsiagaan bencana dengan 20 item
hasil wawancara dari ketua STT dimasing- pertanyaan Check list pelatihan pelatihan
masing banjar, Desa Dawan Kaler, resusitasi jantung paru.
Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung Penelitian ini dilakakukan di Desa
diperoleh data bahwa tidak pernah Dawan Kaler, Klungkung pada 23 April –
mengikuti dan mendapatkan penyuluhan 12 Mei 2018. Adapun teknik analisa data
mengenai BHD atau pertolongan pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pada kasus henti jantung. Dan jika ada uji Wilcoxon signed rank test (dengan αlpha
korban yang mengalami kasus henti jantung 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%).
biasanya korban langsung dilarikan ke
pelayanan kesehatan atau kerumah sakit. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 10 anggota STT di desa Dawan Kaler Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
yang diwawancarai didapatkan data bahwa Berdasarkan Jenis Kelamin
60% STT mengatakan ingin menolong
tetapi tidak mengetahui apa yang harus Jenis Kelamin f %
dilakukan (12). Laki-laki 58 36,3
Adapun upaya yang sudah pernah Perempuan 102 63,8
dilakukan oleh masyarakat desa Dawan Jumlah 160 100,0
Kaler yaitu dengan diadakannya pelatihan
BHD yang hanya di berikan kepada kader Berdasarkan tabel di atas, didapatkan
posyandu balita dan kader posyandu lansia bahwa sebagian besar responden berjenis
pada tahun 2016, namun kejadian henti kelamin perempuan sebesar 63,8%.
jantung kembali terjadi pada tahun 2017
tanpa diberikan bantuan dasar kepada Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
korban. Dari hasil wawancara dengan salah Berdasarkan Usia
satu kader posyandu balita dan kader
posyandu lansia mengenai kesiapan Usia (th) f %
menolong korban henti jantung mengatakan
17-25 152 95
bahwa mereka belum siap dan tidak berani
26-35 8 5
melakukan tindakan tersebut(13) .
Berdasarkan uraian di atas peneliti Jumlah 160 100,0
tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh

Jurnal Gema Keperawatan | 15


Berdasarkan tabel di atas, didapatkan melakukan prosedur RJP dengan baik dan
bahwa sebagian besar responden berumur benar sebesar 60,3%.
17-25 tahun sebesar 95%.
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesiapan Dalam
Berdasarkan Pendidikan Pertolongan Kasus Henti Jantung

Pendidikan f % Sebelum Sesudah


Kesiapan
SD - - f % f %
SMP 55 34,4 Sangat siap - - 102 63,8
SMA 93 58,1 Siap - - 58 36,8
Perguruan Tinggi 12 7,5 Hampir siap - - - -
Jumlah 160 100,0 Kurang siap 52 32,5
Belum siap 108 67,5
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan Jumlah 160 100 160 100
bahwa sebagian besar responden
berpendidikan terakhir SMA sebesar 58,1%. Berdasarkan tabel di atas, didapatkan
bahwa sebelum diberikan pelatihan RJP
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden sebagian besar responden memiliki kesiapan
Berdasarkan Pekerjaan yang belum siap sebesar 67,5% dan setelah
diberikan pelatihan RJP sebagian besar
Pekerjaan f % responden memiliki kesiapan sangat siap
PNS - - sebesar 63,8%.
Pegawai Swasta 14 8,8
Guru 4 2,5 Tabel 7 Analisis Bivariat Pengaruh
Wiraswasta 13 8,1 Pelatihan Resusitasi Jantung Paru
Pedagang - - Terhadap Kesiapan STT Dalam
Pelajar/mahasiswa 129 80,6 Memberikan Pertolongan Pada
KSus Kegawatdaruratan Henti
Jumlah 160 100,0 Jantung
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan p value
bahwa sebagian besar responden adalah 0,000
pelajar/mahasiswa sebesar 80,6%.
Berdasarkan tabel diatas,
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden
menunjukkan bahwa nilai p = 0,000, karena
Berdasarkan Pelatihan RJP
nilai p < α (0,05), maka H0 ditolak. Hal ini
Setelah Pelatihan
berarti bahwa ada ada perbedaan antara
kesiapan Sekaa Truna Truni sebelum dan
Prosedur setelah diberikan pelatihan Resusitasi
f %
Pelatihan RJP Jantung Paru.
Dilakukan 96 60,3 Hasil penelitian menunjukan bahwa
Dilakukan salah 51 30,1 sebagian besar responden berjenis kelamin
Tidak dilakukan 13 9,6 perempuan yaitu sebesar 63,8%.
Jumlah 160 100,0 Berdasarkan jenis kelamin, kecenderungan
untuk bertindak antara laki-laki dan
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan perempuan berbeda. Hal ini dikarenakan
bahwa sebagian besar responden sudah perempuan lebih banyak menggunakan

Jurnal Gema Keperawatan | 16


intuisinya dalam bertindak. Perempuan penelitian terkait usia ini sesuai dengan
lebih banyak memilih dalam setiap sikapnya penelitian yang dilakukan oleh Dahlan
dan selalu memikirkan faktor resiko dari (2014), dimana pengetahuan baik dan cukup
perbuatannya. Laki-laki lebih banyak yang diteliti terdapat lebih banyak pada
menggunakan egodi banding intuisinya tahapan usia dewasa awal dibandingkan
tanpa memikirkan resiko dari perbuatannya, dengan usia dewasa tengah.
sehingga laki-laki lebih beresiko terkena Hasil penelitian menunjukan bahwa
dampak dari perbuatannya dibanding sebagian besar responden adalah
perempuan (Purnomo, 2016). pelajar/mahasiswa yaitu sebesar 80,6%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Orang yang memiliki pekerjaan akan lebih
sebagian besar responden berumur 17-25 cermat dalam mengamati setiap informasi
tahun yaitu sebesar 95%. Kategori umur yang didapatkan. Pemikiran sesorang yang
remaja akhir adalah 17-25 tahun, dewasa bekerja akan lebih luas, dimana seseorang
awal adalah 26-35 tahun dan dewasa akhir tersebut mempunyai wawasan yang lebih.
adalah 36-45 tahun (Depkes, 2009, dalam Jenis pekerjaan sangat menentukan
Riauwi, dkk, 2014). Hal tersebut pengalaman seseorang. (Wawan dan Dewi,
menunjukan sebagian besar responden 2010). Seseorang yang bekerja akan dapat
termasuk dalam kategori umur remaja akhir. memperoleh banyak pengalaman, sehingga
Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa dari pengalaman tersebut akan memperoleh
umur merupakan salah satu faktor yang pengetahuan lebih luas yang nantinya dapat
dapat menggambarkan kematangan digunakan untuk menentukan kesiapan yang
seseorang baik fisik, psikis maupun sosial lebih baik.
sehingga membantu seseorang untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mampu lebih baik dalam membentuk sebelum diberikan pelatihan RJP sebagian
perilaku. Umur mempengaruhi daya besar responden memiliki keterampilan
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin yang kurang baik sebesar 100%. Hal
bertambah usia akan semakin berkembang tersebut menunjukan bahwa sebelum
pula daya tangkap dan pola pikirnya, diberikan pelatihan RJP, responden belum
sehingga pengetahuan yang diperolehnya tahu mengenai kesiapan yang baik dalam
semakin membaik. Kematangan usia akan memberikan pertolongan pada kasus henti
mempengaruhi proses pikir dan jantung. Hal ini terjadi karena sebagian
pengambilan keputusan dalam menetukan besar responden yang belum terpapar
suatu kesiapan. informasi mengenai RJP, sehingga
Potter & Perry (2009), menjelaskan sebagian besar responden memiliki
bahwa pada masa dewasa awal perubahan- kesiapan yang kurang dalam memberikan
perubahan kognitif tentunya belum terjadi. pertolongan pada kasus henti jantung.
Individu pada masa dewasa awal sangat Hasil penelitian yang di dapat juga
mampu untuk menerima ataupun didukung oleh penelitian yang dilakukan
mempelajari hal baru, semakin muda usia Triwibowo dan Setyawan (2015) dengan
seseorang maka kemampuan mengingat judul Gambaran Tentang Persepsi
akan semakin baik. Secara fisik dewasa Masyarakat Terhadap Pertolongan Pertama
awal menampilkan pribadi yang sempurna Pada Kecelakaan Lalu Lintas Di Desa Sawo
dalam arti bahwa pertumbuhan dan Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto
perkembangan aspek–aspek fisiologis telah terhadap 43 responden, diperoleh data
mencapai posisi puncak. Pada masa dewasa bahwa sebagian besar persepsi responden
awal ini individu telah mampu memecahkan mempunyai persepsi negatif terhadap
masalah yang kompleks dengan kapasitas pertolongan pertama pada kecelakaan
berfikir abstrak, logis dan rasional. Hasil sebesar 58,1%. Penelitian ini menunjukkan

Jurnal Gema Keperawatan | 17


bahwa persepsi responden tentang Teori di atas, didukung oleh penelitian
pertolongan pertama pada kecelakaan yang dilakukan oleh Hidayat (2014)
sebagian besar adalah persepsi negatif, mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan
dimana responden menganggap bahwa dengan keterampilan Pendidik dalam
pertolongan pertama pada kecelakaan hanya Pertolongan Pertama pada Siswa yang
bisa dilakukan oleh tenaga ahli atau tenaga Mengalami Sinkop di SD Kecamatan
kesehatan. Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Hasil
Hasil penelitian menunjukan setelah penelitian menunjukkan bahwa terdapat
diberikan pelatihan RJP sebagian besar hubungan antara tingkat pengetahuan
responden memiliki keterampilan yang dengan sikap pendidik dalam pertolongan
terampil sebesar 88,4%. Peningkatan pertama pada siswa yang mengalami sinkop
kesiapan sesungguhnya tidak lepas dari (p = 0,041).
pemberian pelatihan. Hal itu ditunjukkan Hasil penelitian terhadap kesiapan
dengan adanya perubahan kesiapan Sekaa setelah diberikan pelatihan, didukung oleh
Truna Truni setelah diberikan pelatihan. penelitian yang dilakukan Wijaya, dkk
Pelatihan didefinisikan sebagai upaya untuk (2016) dengan judul Tingkat Pengetahuan
meningkatkan pengetahuan, mengubah Bantuan Hidup Dasar pada Masyarakat di
perilaku dan mengembangkan kesiapan. Kecamatan Denpasar Utara terhadap 365
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dapat responden, diperoleh data bahwa sebagian
meningkatkan kesiapan, keterampilan, dan besar tingkat pengetahuan BHD pada
pengetahuan responden serta mempengaruhi masyarakat adalah baik sebesar 63%. Hal
kesiapan atau keinginan responden untuk tersebut bisa disebabkan karena kemajuan
berbuat sesuatu (Hernando, 2016). teknologi sehingga masyrakat biasa mencari
Kesiapan adalah kemampuan informasi mengenai BHD dan hal lainnya
seseorang menerapkan pengetahuan dengan mudah menyebabkan sebagian besar
kedalam bentuk tindakan. Kesiapan responden memiliki keterampilan yang baik.
seseorang dipengaruhi oleh pendidikan dan Pengetahuan yang lebih luas akan
latihan (Justine,2006). Kesiapan mempengaruhi keterampilan untuk berubah
dipengaruhi oleh Pengetahuan yang atau menetap (Gunarsa 2008). Menurut
mencakup segenap apa yang diketahui Notoatmodjo (2010).
tentang objek tertentu dan disimpan dalam Hasil analisis data dengan
ingatan. Pengetahuan dipengaruhi beberapa menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank
faktor yaitu latar belakang pendidikan, Test, diperoleh nilai p = 0,000. Karena nilai
pengalaman kerja, usia dan jenis kelamin, p < α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa
Pengalaman yang akan memperkuat ada perbedaan antara kesiapan Sekaa Truna
kemampuan dalam melakukan sebuah Truni sebelum dan setelah diberikan
tindakan (kesiapan). Pengalamman ini pelatihan Resusitasi Jantung Paru. Hal ini
membangun seseorang bisa melakukan juga dapat dilihat dari adanya peningkatan
tindakan–tindakan yang telah diketahui. kesiapan Sekaa Truna Truni sebelum dan
Pengalaman kerja sesorang juga setelah diberikan pelatihan RJP.
dilatarbelakangi oleh pengembangan diri Hasil penelitian yang didapat juga
malalui pendidikan baik formal maupun didukung oleh penelitian yang dilakukan
informal. Dan Keinginn/motivasi yang Lontoh, dkk (2013), mengenai Pengaruh
merupakan sebuah keinginan yang Pelatihan Teori Bantuan Hidup Dasar
membangkitkan motivasi dalam diri Terhadap Pengetahuan Resusitasi Jantung
seseorang dalam rangka mewujudkan Paru Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Toili.
tindakan-tindakan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi
peningkatan pengetahuan responden yaitu

Jurnal Gema Keperawatan | 18


dapat dilihat adanya peningkatan kesiapan STT. RJP dalam memberikan
pengetahuan yang baik dari 8,3% menjadi pertolongan padan kasus kegawatdaruratan
94,4% dan penurunan pengetahuan yang henti jantung dan pengetahuan itu sendiri
kurang dari 41,7% menjadi 0%. diperoleh dari mengikuti pelatihan RJP yang
Faktor yang dapat mempengaruhi diberikan. Pengetahuan dan kesipan akan
terjadinya perubahan kesiapan Sekaa Truna menjadi awalan suatu perilaku dalam
Truni pada kasus kegawatdaruratan henti pemberian RJP pada korban henti jantung.
jntung adalah pelatihan Resusistasi Jantung
Paru. Pemberian pelatihan tersebut dapat SIMPULAN
menambah pengetahuan anggota Sekaa Berdasarkan hasil penelitian dan
Truna Truni mengenai RJP. Semakin sering pembahasan, STT se-Desa Dawan Kaler
diberikan pelatihan, maka anggota Sekaa sebagian besar berjenis kelamin perempuan
Truna Truni akan semakin tahu mengenai sebesar 63,8%, berusia 17-25 tahun sebesar
RJP sehingga anggota STT akan memiliki 95%, pendidikan terakhir SMA sebesar
kesiapan yang baik pada kasus 58,1%, dan sebagian besar adalah
kegawatdaruratan henti jantung. pelajar/mahasiswa sebesar 80,6%. STT se-
Hasil penelitian yang didapat juga Desa Dawan Kaler sebelum diberikan
didukung oleh penelitian yang dilakukan pelatihan RJP sebagian besar memiliki
Turambi, dkk (2016) mengenai Pengaruh kesiapan yang kurang sebesar 100%.
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Setelah diberikan pelatihan RJP sebagian
Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan besar memiliki kesiapan yang sangat siap
Keterampilan Siswa Kelas XI dan XII SMA sebesar 63,8% dan yang siap sebesar 36,3%.
Negeri 2 Langowan, hasil penelitian ini Hasil analisis data menggunakan uji
menunjukan bahwa terdapat pengaruh Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai p
pelatihan bantuan hidup dasar terhadap = 0,000. Karena nilai p < α (0,05), maka H0
peningkatan pengetahuan dan keterampilan ditolak. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan
siswa (nilai p = 0,000 < 0,05). signifikan antara kesiapan STT sebelum dan
Sejalan dengan peneltian di atas, setelah diberikan pelatihan RJP, sehingga
penelitian yang dilakukan oleh Hernando dapat disimpulkan bahwa pelatihan RJP
(2016) mengenai Pengaruh Pelatihan Basic dapat meningkatkan kesiapan STT dalam
Life Support(BLS) Terhadap Tingkat memberikan pertolongan pada kasus
Kesipan Melakukan Cardiopulmonary kegawatdaruratan henti jantung di Desa
Resuscitation (CPR) pada Mahasiswa Dawan Kaler Tahun 2018.
Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta, hasil penelitian ini menunjukan UCAPAN TERIMAKASIH
adanya peningkatan tingkat kesiapan Peneliti mengucapkan terima kasih
melakukan CPR setelah dilakukan kepada Desa Dawan Kaler yang telah
pemberian pelatihan BLS yang ditunjukkan berkenan memberikan ijin untuk mengambil
dengan nilai p = 0,000. data penelitian di wilayah kerja puskesmas
BHD dapat menekan angka dan fasilitas yang telah diberikan selama
kematian korban akibat kecelakaan lalu peneliti melakukan penelitian.
lintas sampai 85% (Lumangkun, dkk, 2014).
BHD penting untuk diketahui oleh anggota ETIKA PENELITIAN
STT yang merupakan salah satu lapisan Etika penelitian diperoleh dari
masyarakat yang memiliki fungsi sebagai Komisi Etik Penelitian Politeknik Kesehatan
penyelenggara pendidikan dan pelatihan Denpasar dengan nomor
bagi masyarakat yang ada disekitarnya. LB.02.03/EA/KEPK/0118/2018.
Pengetahuan RJP akan mempengaruhi

Jurnal Gema Keperawatan | 19


SUMBER DANA planning in schools. Disaster Prev
Sumber dana yang dipergunakan Manag An Int J [Internet].
dalam penelitian ini berupa swadana dari 2006;15(4):649–61. Available from:
peneliti sendiri. http://www.emeraldinsight.com/doi/1
0.1108/09653560610686595
DAFTAR RUJUKAN 9. Frame, Scottn B. 2010. PHTLS : basic
1. Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metode and advanced prehospital trauma life
Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. support. Edisi ke 5. Missouri; Mosby.
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika 10. Ganong, W. F. 2006. Fisiologi
Kedokteran edisi ke-20. EGC. Jakarta.
2. American Heart Association. 2010.
Part 4: CPR overview: 2010 american 11. Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi
hearth association guidelines for dan Pengukurannya: Analisis di
cardiopulmonary resuscitation and Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi
emergency cardiovaskular care. AHA aksara
Journals, 122 (4): 676-684
12. Hidayat, A.A.A. 2011. Metode
3. American Heart Association. 2011. Penelitian Keperawatan dan Teknik
Importance and implementation of Analisis Data. Jakarta: Salemba
training in cardiopulmonary Medika.
resuscitation and automated external
defibrillation in school : a science 13. Kebudayaan Indonesia, 2014, Sekaa
advisory from the american hearth Teruna-Teruni, (online), available :
assoociation. AHA Journals, 123 (6): http://kebudayaanindonesia.net/kebud
691-706. ayaan/838/sekaa-teruna-teruni, ((2017,
October 21).
4. Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. 14. Meissner dkk. (2012). Basic life support
Jakarta: Rineka Cipta skills of high school students before
and after cardiopulmonary
5. Dahlan, Sopiyudin., 2011. Statistik resuscitation training : a longitudinal
Untuk Kedokteran dan Kesehatan investigation. Scandinavia Journal of
Edisi 5. Jakarta, Salemba Medika. Trauma, Resuscitation, and
Emergency Medicine.
6. Dzurriyatun. 2014. Pengaruh
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Pada 15. Notoadmodjo. S 2010. Promosi
Remaja Terhadap Tingkat Motivasi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta
Menolong Korban Henti Jantung. :Rineka Cipta.
Jurnal. Yogyakarta: UMY
16. Nugroho, I. C. (2013). Hubungan
7. European Resuscitation Council, tingkat pengetahuan polisi tentang
2010. Guidelines for Reuscitation. resusitasi jantung paru terhadap
(Online) Available : motivasi dalam memberikan
https://www.erc.edu/index.php/doclibr pertolongan pertama gawat darurat
ary/en/209/1 (2017, October 21)8. kecelakaan lalu lintas. Skripsi Strata
Hosseini M, Izadkhah YO. Satu.Yogyakarta : UMY.
Earthquake disaster risk management

Jurnal Gema Keperawatan | 20


17. Nursalam. (2017). Metodologi bystander cardiopulmonary
Penelitian Ilmu Keperawatan. (P. P. resuscitation rates. Circulation.127:1-
Lestari, Ed.) (Edisi 4). Jakarta: 9. DOI: 10.1161 /CIR.
Salemba Medika. 0b013e318288b4dd.
26. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik
18. Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.
Metodologi penelitian Ilmu Yogyakarta: Graha Ilmu
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medik
27. Siagian. 2010. Teori Motivasi dan
19. Peradah Indonesia, 2015, Sekaa Aplikasinya. Jakarta; Rineka Cipta.
Teruna–Teruni Sebagai Pilar
Mendukung Penegakan Hukum, 28. Smith, Nathalie & Grose, Sara. (2011)
(online), available : Nursing practice and skill:
http://www.kompasiana.com/peradah/ Cardiopulmonary resuscitation in
sekaa-teruna-teruni-sebagai-pilar- adult. Cinahl information system.
mendukungpenegakan-hukum_
5529b2d5f17e61701ad623af, (2017, 29. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
October 21). Kuantitatf Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
20. Probosemi, Khori. 2011. Analisis
Kebutuhan Pelatihan Karyawan 30. UNWTO. 2014. UNWTO Annual
Bidang Pelayanan Pada PT TASPEN Report. (online), available :
(PERSERO) Kantor Cabang Bogor. http://www2.unwto.org/annualreport2
Skripsi. Universitas Djuanda. Bogor 014, (2017, October 21)

21. Pusbankes 118. (2010). Penaggulangan 31. Wexley. dkk. (2009). Organizational
penderita gawat darurat (ppgd), basic Behavior and Personnel Psychology.
trauma and cardiac support (btcls). Richard D. Irwin: Home wood,
Yogyakarta : Persi DIY. Illinois

22. Ridwan. 2010, Penyakit Jantung: 32. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian :
Pengertian, Penanganan dan Lengkap, Praktis, dan Mudah
Pengobatan, Penerbit Kata Hati, Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru
Yogyakarta) Press

23. Rivai, Veithzel. 2005. Manajemen 33. World Health Organisation. 2008 .
Sumber Daya Manusia Untuk International Travel and Health:
Perusahaan. Jakarta: PT Rajagrafindo Situation as on 1 January 2010 .
Persada (online) available https://books.
google.com/books?isbn=9241580453
24 Sartono, dkk, 2014, Basic Trauma (2017, October 21)
Cardiac Life Support, Jilid Pertama,
Edisi Pertama, Gadar Medik 34. World Health Organisation. 2014.
Indonesia, Bekasi. Global status report on non
communicable diseases 2010. (online)
25. Sasson, Comilla et al. (2013). Increasing available: http://www.who. int/nmh/
cardiopulmonary resuscitation publications/ncd_report_full_en.pdf(2
provision in communities with low 017, October21

Jurnal Gema Keperawatan | 21


Jurnal Gema Keperawatan | 22

Вам также может понравиться