Вы находитесь на странице: 1из 15

STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN SERTA

KEANEKARAGAMANNYA DI HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN,


BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
(Structure, Composition, and Diversity of Stands in Sungai Wain Protection Forest
in Balikpapan, East Kalimantan)*)
Oleh/By:
Kade Sidiyasa1
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Samboja
Jl. Soekarno-Hatta KM 38 PO BOX 578 Balikpapan 76112 Telp. (0542) 7217663, Fax. (0542) 7217665
e-mail: bptpsbj@telkom.net Samboja – Kalimantan Timur; 1e-mail: sidiyasa-k@yahoo.co.id
*) Diterima : 16 Januari 2009; Disetujui : 09 Juni 2009

klasifikasi
ABSTRACT
Sungai Wain Protection Forest in Balikpapan, East Kalimantan is the only forest area which still has a
good condition of primary forest. Several forestry research activities had been conducted in this area,
nevertheless much more reseraches and studies are still needed to support conservation and management
practice in order to improve the forest environment and community livelihood. The aim of the present
research was to investigate the ecological condition of forest, especially forest structure and species
composition, and their diversity. Data were collected from nine research sample plots, each of 200 m x 20
m with a total of 3.6 ha. All trees of ≥ 10 cm in diameter (dbh) were recorded, meassured and identified.
The results showed that the forest condition of Sungai Wain Protection Forest was characterized by the
density of 532.50 trees/ha and basal area of 20.57 m²/ha, 385 trees species which belong to 143 genera
and 49 families were recorded within the research sample plot areas. Based on number of species of each
family, Euphorbiaceae was the most common family in the area, which consisted of 47 species. While,
based on the importance value index of each species, it was recognized that Shorea laevis Ridl. was the
most dominant species, followed by Madhuca kingiana (Brace) H.J. Lam, Gironniera nervosa Planch.,
and Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binnend. The diversity of vegetation was mainly indicated by the
differences of species association of each plot and the similarity index values for the species composition
between the forest stand, which was low, varied from 14.6% to 33.1%.
Keywords:Vegetation, natural resources, potency, tree species

ABSTRAK
Hutan Lindung Sungai Wain merupakan satu-satunya sisa kawasan hutan yang masih dalam kondisi
sangat baik di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Beberapa penelitian telah dilakukan di tempat ini,
namun masih banyak hal yang harus diteliti dan diketahui untuk kegiatan konservasi dan pengelolaan
kawasan, demi perbaikan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi ekologi kawasan, khususnya yang berhubungan dengan struktur dan komposisi
tegakan hutan serta keanekaragamannya. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat sembilan petak
sampel yang masing-masing berukuran 200 m x 20 m, dengan luas total 3,6 ha. Semua pohon berdiameter
batang setinggi dada (dbh) ≥ 10 cm yang berada di dalam petak cuplikan dicatat, diukur, dan
diidentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tegakan di Hutan Lindung Sungai Wain
dicirikan oleh tingkat kerapatan pohon yang rata-rata mencapai 532,50 pohon/ha dan luas bidang dasar
20,57 m²/ha. Dalam seluruh petak cuplikan terdapat sebanyak 385 pohon, termasuk dalam 143 marga dan
49 suku. Berdasarkan jumlah spesies dalam setiap suku, maka Euphorbiaceae merupakan suku yang
paling dominan yang terdiri atas 47 jenis. Berdasarkan besarnya indeks nilai penting setiap spesies, maka
Shorea laevis Ridl. merupakan jenis yang paling dominan, diikuti oleh Madhuca kingiana (Brace) H.J.
Lam, Gironniera nervosa Planch., dan Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binnend. Keanekaragaman
vegetasi secara umum dicirikan oleh perbedaan asosiasi penyusun tegakan pada setiap petak dan nilai
indeks kesamaan komposisi antar tegakan yang rendah, yakni bervariasi antara 14,6% dan 33,1%.
Kata kunci: Vegetasi, sumberdaya alam, potensi, spesies pohon

79
Vol. VI No. 1 : 79-93, 2009

I. PENDAHULUAN di bawah kewenangan BP-HLSW. Agar


pelaksanaan kegiatan dapat berjalan de-
Hutan Lindung Sungai Wain yang
ngan lancar dan efektif maka badan ini
berada di wilayah Kota Balikpapan, Ka-
juga berkerja berlandaskan Peraturan
limantan Timur merupakan satu-satunya
Daerah (Perda) Kota Balikpapan No. 11
kawasan hutan yang masih memiliki ciri
Tahun 2004. Perda tentang “Pengelola-
hutan primer dengan kondisi cukup ba-
an Hutan Lindung Sungai Wain” disah-
ik. Luas keseluruhan kawasan ini
kan oleh Walikota Balikpapan pada
10.025 ha dan posisinya antara km 15
tanggal 12 Agustus 2004.
dan km 24 di sebelah kiri jalan raya me-
Dalam rangka peningkatan sistem
nuju arah Samarinda. Bahkan di antara
pengelolaan kawasan, maka telah dite-
km 20 dan km 24, batas kawasan terse-
tapkan pembagian pengelolaan dalam
but berbatasan dengan tepi jalan.
sistem blok, di antaranya ada yang dite-
Mengingat lokasinya yang dekat de-
tapkan sebagai blok perlindungan. Blok
ngan kota, kawasan ini banyak menda-
perlindungan ini merupakan inti dari ka-
pat tekanan, terutama penyerobotan dan
wasan, sehingga hanya kegiatan-kegiat-
perambahan untuk lahan pertanian, pe-
an yang berkaitan dengan penelitian dan
mukiman, penebangan liar, perburuan
pengamatan saja yang boleh dilakukan
satwa, dan kebakaran. Ancaman lain
di kawasan ini (Peraturan Daerah Kota
yang juga sangat serius adalah upaya
Balikpapan Nomor 11 tahun 2004). Be-
kegiatan penambangan batubara di da-
berapa kegiatan penelitian yang pernah
erah yang berbatasan dengan Kabupaten
dilakukan di kawasan ini adalah yang
Penajam Paser Utara. Akibat dari berba-
berkaitan dengan aspek sosial dan eko-
gai ancaman tersebut maka luas kawas-
nomi masyarakat sekitar kawasan (Suk-
an terus menyempit dari waktu ke wak-
majaya et al., 1999), penelitian tentang
tu. Bahkan pada bagian yang berbatasan
perkembangan vegetasi setelah kebakar-
dengan tepi jalan raya antara km 20 dan
an (Nieuwstadt, 2002; Priadjati, 2002),
km 24, selebar 500 m secara resmi telah
pengaruh kebakaran hutan terhadap po-
dibebaskan dan dialih-fungsikan seba-
pulasi kupu-kupu (Cleary dan Priadjati,
gai lahan pertanian melalui Keputusan
2002), dan penelitian tentang keaneka-
Menteri Kehutanan No. 416/Kpts-II/
ragaman jenis tumbuhan dengan berba-
1995. Dengan dibebaskannya lahan ter-
gai aspek ekologinya setelah kebakaran
sebut maka luas kawasan Hutan Lin-
(Eichhorn, 2001 dan 2006). Selain kegi-
dung Sungai Wain menjadi 9.782,80 ha
atan penelitian, eksplorasi botani juga
(BP-HLSW, 2003). Namun demikian,
sering dilakukan oleh tim botani dari
kegiatan perambahan di sekitar daerah
Herbarium Wanariset Samboja. Hasil
tersebut tetap saja melebar masuk ke da-
dari eksplorasi tersebut disimpan seba-
lam kawasan hingga mencapai lebih da-
gai koleksi Herbarium Wanariset (Sidi-
ri dua km.
yasa et al., 1999).
Untuk meningkatkan pengawasan,
Blok-blok lain dalam sistem penge-
perlindungan, dan pengamanan kawas-
lolaan kawasan tersebut adalah ‘blok
an, maka telah dibentuk Badan Pengelo-
kegiatan terbatas’ dan ‘blok pemanfa-
la Hutan Lindung Sungai Wain (BP-
atan’. Pengembangan kegiatan ekowisa-
HLSW) oleh Pemerintah Kota Balikpa-
ta dan pendidikan secara terbatas dapat
pan yang struktur dan keanggotaannya
dilkakukan di blok kegiatan terbatas, se-
ditetapkan melalui Keputusan Walikota
dangkan kegiatan budidaya tanaman
Balikpapan No. 188.45-123/2001 tang-
pertanian dan perkebunan secara terba-
gal 18 Oktober 2001. Dengan demikian
tas dapat dilakukan di blok pemanfaatan
maka segala bentuk kebijakan dan ak-
(Peraturan Daerah Kota Balikpapan No-
tivitas berkaitan dengan hutan lindung
mor 11 tahun 2004).
80
Struktur dan Komposisi Tegakan serta …(Kade Sidiyasa)

Penelitian ini menyangkut aspek 3. Petak 5, daratan bergelombang yang


ekologi yang menggambarkan struktur di dalamnya terdapat aliran anak su-
dan komposisi jenis-jenis pohon penyu- ngai yang mengalir ke Sungai Wain.
sun tegakan serta keanekaragamannya 4. Petak 7, meliputi punggung dan ba-
di hutan primer dataran rendah di Hutan gian atas lereng serta daerah yang
Lindung Sungai Wain. Hasil dari pene- berawa.
litian ini dan penelitian-penelitian lain 5. Petak 9, di bagian lereng dan daerah
yang telah dilakukan sebelumnya diha- datar serta aliran anak sungai yang
rapkan mempunyai manfaat yang besar, mengalir ke Sungai Bugis.
baik dalam menunjang program penge- 6. Petak 11, daratan kering bergelom-
lolaan hutan lindung maupun dalam me- bang.
ningkatkan ilmu pengetahuan dan tek- 7. Petak 13, daratan bergelombang, se-
nologi di bidang biologi, ekologi, dan bagian berada di rawa dan aliran
kehutanan. anak sungai yang mengalir ke Sungai
Wain.
8. Petak 15, meliputi lereng dan aliran
II. METODE PENELITIAN anak sungai yang mengalir ke Sungai
Bugis.
A. Lokasi dan Pembuatan Petak Pe- 9. Petak 17, meliputi daerah punggung
nelitian bukit, lereng, dan anak sungai yang
mengalir ke Sungai Bugis.
Penelitian dilakukan di kawasan
Hutan Lindung Sungai Wain bagian Petak-petak cuplikan tersebut dibuat
yang berhutan primer cukup baik. Seca- secara permanen. Sehubungan dengan
ra geografis, lokasi ini berada antara itu maka data atau hasil dari penelitian
116°47'-116°55' Bujur Timur dan antara ini akan sekaligus merupakan data awal
01°02'-01°10' Lintang Selatan. Topo- dari penelitian-penelitian selanjutnya,
grafinya bergelombang, mulai dari ra- khususnya bagi penelitian yang berkait-
wa, dataran sepanjang anak sungai hing- an dengan perkembangan atau dinamika
ga lereng dengan kemiringan mencapai tegakan. Nomor-nomor petak seperti
sekitar 45° dan pada ketinggian 20-90 tersebut di atas (1-17) merupakan no-
m di atas permukaan laut. mor-nomor ganjil karena nomor-nomor
Dalam pelaksanaan penelitian maka genap digunakan untuk petak-petak pe-
ditetapkan sebanyak sembilan buah pe- nelitian pada tegakan hutan yang meng-
tak cuplikan yang masing-masing ber- alami kebakaran yang pengumpulan da-
ukuran 200 m x 20 m (luas = 0,4 ha). tanya dilakukan secara terpisah, dan ti-
Dengan demikian luas keseluruhan pe- dak termasuk dalam penelitian ini. Data
tak cuplikan adalah 3,6 ha. Posisi dari yang diperoleh dari penelitian ini juga
sembilan petak cuplikan seperti disaji- diharapkan dapat memberikan masukan
kan pada Gambar 1, dan masing-masing yang penting bagi penelitian di lahan
memiliki karakteristik habitat sebagai hutan bekas kebakaran di sekitarnya.
berikut: Penentuan letak, luas, sebaran, dan
1. Petak 1, di daerah datar dan dipotong posisi dari setiap petak cuplikan dida-
oleh aliran anak sungai yang menga- sarkan atas pertimbangan dan harapan
lir ke Sungai Wain. agar data vegetasi yang diperoleh dapat
2. Petak 3, meliputi bagian bawah dan menggambarkan kondisi vegetasi hutan
tengah dari sebuah lereng serta seba- primer secara lebih lengkap di areal pe-
gian kecil berada di bagian aliran nelitian, yang meliputi struktur dan
anak sungai yang mengalir ke Sungai komposisi jenis pohon penyusunnya
Wain. serta keanekaragaman tegakannya.

81
Vol. VI No. 1 : 79-93, 2009

Keterangan (Remark):
1-17 = Lokasi dan nomor-nomor petak penelitian
(Locations and plot research numbers)
KALIMANTAN
TIMUR

*
KALIMANTAN

HUTAN LINDUNG
SUNGAI WAIN

Gambar (Figure) 1. Peta lokasi petak-petak penelitian di Hutan Lindung Sungai Wain (Map of the
research plots in Sungai Wain Protection Forest)

Berkaitan dengan luas petak cuplikan, utama yang berkaitan dengan komunitas
untuk penelitian dengan tujuan yang sa- hutan yang sangat beragam dari satu
ma, sampai saat ini belum ada ketentuan tempat ke tempat yang lain, ataupun da-
yang pasti, namun demikian semakin ri satu tipe ke tipe hutan yang lainnya.
luas petak cuplikan maka hasil yang di-
peroleh akan semakin baik. Selain itu, B. Pengumpulan Data Tegakan
dalam menentukan luas cuplikan yang Semua pohon yang berdiameter ba-
optimal bukan hal yang mudah, tetapi tang ≥ 10 cm (setinggi 130 cm dari per-
harus menyertakan banyak faktor, ter-
mukaan tanah) yang berada di dalam
82
Struktur dan Komposisi Tegakan serta …(Kade Sidiyasa)

petak cuplikan diukur kelilingnya. Iden- tas tegakan dihitung dengan mengguna-
tifikasi spesies pohon dilakukan lang- kan formula sebagai berikut (Odum,
sung di lapangan, sedangkan untuk indi- 1971; Misra, 1980; Ludwig & Rey-
vidu yang tidak dikenal secara langsung nolds, 1988):
dilakukan pengumpulan contoh herbari- C = ∑ (ni/N)² dan H = ∑ (ni/N) log (ni/N)
umnya. Contoh herbarium selanjutnya
diidentifikasi di Herbarium Wanariset, yakni :
C = Indeks dominasi spesies,
Samboja. Individu-individu yang tidak H = Indeks keragaman spesies,
teridentifikasi sampai tingkat spesies, ni = Indeks nilai penting spesies ke-i,
identifikasi ditetapkan sampai tingkat N = Jumlah indeks nilai penting seluruh spesies.
marga dan dibedakan berdasarkan pe- Untuk menguji tingkat kesamaan ko-
nampakan morfologinya (morphospe- munitas tegakan antar petak cuplikan
cies). digunakan indeks kesamaan komposisi
menurut ‘Jaccard’ (Mueller-Dombois &
C. Analisis Data Ellenberg, 1974):
Semua data yang terkumpul dianali- IS = c/(a + b + c) x 100%
sis dan ditabulasi. Untuk menentukan yakni :
spesies-spesies penting dalam komuni- IS = Indeks kesamaan komposisi,
tas dari seluruh tegakan (cuplikan), ma- a = Jumlah spesies yang hanya terdapat pada
ka digunakan indeks nilai penting (INP) satu tipe tegakan,
b = Jumlah spesies yang hanya terdapat pada
menurut Curtis (Mueller-Dombois & tegakan lainnya,
Ellenberg, 1974). Indeks nilai penting c = Jumlah spesies yang terdapat pada kedua
tersebut merupakan nilai gabungan atau tegakan yang dibandingkan.
jumlah antara kerapatan relatif (KR),
dominansi relatif (DR), dan frekuensi
relatif (FR); formulanya adalah: INP = III. HASIL DAN PEMBAHASAN
KR + DR + FR. Sedangkan tingkat
penguasaan suatu spesies dalam tegakan A. Struktur dan Komposisi Tegakan
di setiap cuplikan hanya berdasarkan
Berdasarkan data dari seluruh petak
jumlah antara nilai kerapatan (kerapatan
cuplikan (sembilan petak) yang luas to-
relatif = KR) dan luas bidang dasar (do-
tal 3,6 ha maka kondisi vegetasi di areal
minansi relatif = DR), yang dalam hal
penelitian dicirikan oleh tegakan yang
ini nilai gabungannya disebut “indeks
mempunyai tingkat kerapatan pohon
nilai penting yang dimodifikasi”
(diameter batang ≥ 10 cm) mencapai
(INP*).
532,5 pohon/ha dan luas bidang dasar
Nilai frekuensi suatu spesies merupa- 20,574 m²/ha (Tabel 1). Khusus untuk
kan jumlah petak cuplikan tempat spe- luas bidang dasar, angka yang diperli-
sies tumbuhan tersebut dijumpai dibagi hatkan tersebut tergolong relatif rendah
dengan jumlah seluruh petak. Sedang- mengingat kondisi hutannya yang per-
kan kerapatan adalah jumlah individu nah mengalami gangguan penebangan.
suatu spesies yang terdapat di dalam pe- Namun demikian, di areal tersebut ma-
tak, yang dihitung dalam n/ha (n = jum- sih terdapat pohon-pohon yang berukur-
lah individu suatu spesies). Luas bidang an cukup besar, yakni mencapai tinggi
dasar dinyatakan dalam m²/ha, merupa- hingga sekitar 47 m dengan diameter
kan satuan yang biasa digunakan dalam batang 116,56 cm, dijumpai di petak 3
bidang ilmu kehutanan. dari jenis Dipterocarpus cornutus (Dip-
Indeks dominasi dan indeks kera- terocarpaceae). Pohon-pohon yang ber-
gaman spesies menurut Shannon yang ukuran besar tersebut merupakan po-
juga dapat memberikan gambaran kuali- hon-pohon sisa yang memang tidak
83
Vol. VI No. 1 : 79-93, 2009

Tabel (Table) 1. Kondisi tegakan pada setiap petak sampel di Hutan Lindung Sungai Wain (Condition of
stands in each sample plots in Sungai Wain Protection Forest)
Keanekaragaman (Diversity) Spesies yang paling umum
Bidang
berdasarkan indeks nilai penting
Kerapatan dasar Jumlah Jumlah Jumlah
Tegakan yang dimodifikasi (Most
(Density) (Basal jenis marga suku
(Stand) common species based on
(/ha) area) (No. of (No. of (No. of
modified importance value
(m²/ha) species) genera) families)
index)
Petak 1 542,5 20,847 109 66 31 Madhuca kingiana, Dipterocar-
pus cornutus
Petak 3 500,0 21,719 91 66 34 M. kingiana, Shorea laevis
Petak 5 470,0 19,151 90 66 28 Eusideroxylon zwageri, M. ki-
ngiana
Petak 7 500,0 25,249 98 69 32 S. laevis, Palaquium lucida
Petak 9 505,0 17,613 87 58 30 Drypetes kikir, S. laevis
Petak 11 502,5 15,934 106 68 36 Syzygium tawahense, M. kingi-
ana
Petak 13 505,0 18,111 99 59 31 Shorea smithiana, Gymnacran-
thera farquhariana
Petak 15 555,0 20,280 95 69 35 Koompassia malaccensis, S.
laevis
Petak 17 712,5 26,259 111 67 35 S. laevis, Shorea parvifolia
Seluruh
petak
532,5 20,574 385 143 49 S. laevis, M. kingiana
(Total
plots)

ditebang karena nilai komersialnya pada yang dinamis (Richards,1964; Whit-


saat itu masih rendah. Seperti disajikan more,1990).
pada Tabel 3, nilai luas bidang dasar Akibat gangguan dan terdapatnya
yang rendah tersebut tampak jelas jika pohon-pohon yang berukuran besar de-
dibandingkan dengan beberapa kondisi ngan tajuk yang lebar dan lebat berpe-
hutan di Kalimantan. Menurut Pambu- ngaruh terhadap proses regenerasi hutan
dhi (1994), kondisi normal hutan alam di Hutan Lindung Sungai Wain. Keru-
memiliki luas bidang dasar untuk po- sakan hutan akibat penebangan dapat
hon-pohon yang berdiameter batang ≥ merangsang berkembangnya pohon-po-
10 cm sebesar 27-38 m²/ha. hon yang tadinya tertekan untuk tumbuh
Berdasarkan sebaran kelas diameter- secara bersamaan karena terbukanya ru-
nya, diketahui bahwa pohon-pohon ang tumbuh yang cukup. Kondisi inilah
yang berdiameter batang < 20 cm jum- yang terjadi di areal penelitian sehingga
lahnya sangat banyak, yakni mencapai hutan yang ada merupakan tegakan-te-
72,30% dari seluruh jumlah pohon yang gakan yang dibentuk oleh pohon-pohon
didata yakni 1.917 pohon. Sedangkan yang umumnya berdiameter batang ke-
untuk pohon-pohon yang berukuran le- cil.
bih besar persentase kehadirannya me- Dilihat dari komposisinya maka hu-
nurun secara drastis seperti digambar- tan di daerah penelitian dicirikan oleh
kan dalam bentuk histogram pada Gam- terdapatnya sekurang-kurangnya 385
bar 2, yakni membentuk “huruf J terba- spesies pohon yang berdiameter batang
lik”. Kondisi demikian memang umum ≥ 10 cm. Jumlah ini termasuk ke dalam
terjadi di hutan-hutan hujan tropis yang 143 marga dan 49 suku (Tabel 1). Ber-
menggambarkan satu komunitas hutan dasarkan jumlah spesies yang terdapat
dalam setiap suku maka Euphorbiaceae

84
Struktur dan Komposisi Tegakan serta …(Kade Sidiyasa)

merupakan suku yang paling umum, yang memiliki INP tertinggi untuk selu-
yakni terdiri dari 47 spesies, diikuti oleh ruh tegakan hutan disajikan pada Tabel
Lauraceae (28 spesies), Myristicaceae 2.
(27 spesies), dan Myrtaceae (24 spesi- Selanjutnya pada Tabel 3 memberi-
es). Sedangkan apabila berdasarkan be- kan gambaran beberapa kondisi hutan di
sarnya indeks nilai penting (INP) suatu Kalimantan. Dari Tabel 3 dapat dilihat
spesies maka Shorea laevis (Dipterocar- bahwa kondisi hutan yang ada di Hutan
paceae) memiliki INP yang paling ting- Lindung Sungai Wain tempat penelitian
gi yakni 13,283%. Besarnya INP untuk ini dilakukan memiliki jumlah spesies
S. laevis karena spesies ini umumnya pohon yang tinggi (385 spesies). Jumlah
memiliki individu-individu yang berdia- spesies yang terdapat di Wanariset Sa-
meter batang besar. Sepuluh spesies ngai (Kalimantan Tengah) dan Berau

1400
Jumlah pohon (Number of trees )

1200
10-<20 cm
1000
20-<30 cm
800
30-<40 cm
600 40-<50 cm
400 50-<60 cm
200 ≥ 60 cm

0
1
Kelas diamter (Diameter class )
Gambar (Figure) 2. Penyebaran dan jumlah pohon dalam setiap kelas diameter (Distribution and number
of trees in each diameter class)

Tabel (Table) 2. Sepuluh spesies pohon yang paling umum dalam komunitas tegakan berdasarkan indeks
nilai penting (Ten most common trees species in the forest community based on the
importance value index)
Bidang dasar Kerapatan Frekuensi
Suku INP
No. Spesies (Species) (Basal area) (Density) (Frequency)
(Family) (%)
(m2/ha) (trees/ha) (%)
1 Shorea laevis Dipt. 7,414 15,000 100,00 13,283
2 Madhuca kingiana Sapot. 2,995 33,056 66,67 10,617
3 Gironniera nervosa Ulm. 1,933 17,500 100,00 6,742
4 Eusideroxylon zwageri Laur. 3,135 8,611 44,44 6,062
5 Koompassia malaccensis Legum 1,781 10,556 77,78 5,028
6 Syzygium tawahense Myrt. 1,577 11,667 66,67 4,863
7 Shorea ovalis Dipt. 1,665 8,056 88,89 4,525
8 Payena lucida Sapot. 1,303 11,111 77,78 4,520
9 Macaranga lowii Euph. 0,582 13,889 100,00 4,341
10 Shorea smithiana Dipt. 2,097 3,056 88,89 4,144
85
Vol. VI No. 1 : 79-93, 2009

Tabel (Table) 3. Kondisi tegakan hutan di beberapa tempat di Kalimantan (The condition of forest stands
in several localities in Kalimantan)
Luas Bidang
Jumlah Jumlah
petak Kerapatan dasar
Tempat spesies pohon Pustaka
(Plot (Density) (Basal
(Location) (No. of (No. of (References)
area) (/Ha) area)
species) trees)
(Ha) (m²/ha)
Sekadau (Kalbar) 0,60 106 - - - Sidiyasa (1987)
Sintang (Kalbar) 0,28 91 211 753 - Sidiyasa (1995)
Wanariset Sangai 15,00 936 8746 583 - Saridan et al.
(Kalteng) (1997)
Apo Kayan (Kaltim) 1,12 264 638** 570 35,5 Valkenburg
(1997)
Apo Kayan (Kaltim)* 0,8 175 575** 719 36,0 Bratawinata
(1986)
Berau-1 (Kaltim) 3,00 358 2116 705 - Eichhorn (2006)
Berau-2 (Kaltim) 12,00 478 6302 525 - Eichhorn (2006)
Long Bagun (Kaltim) 4,00 - 2104** 526 38,15 Susanty (2005)
Lempake (Kaltim) 1,60 209 712 445 33,7 Riswan (1987)
Gunung Meratus 0,80 103 311** 389 29,2 Tata (1999)
(Kaltim)
PT ITCI-1 (Kaltim) 1,65 198 - - - Valkenburg
(1997)
PT ITCI-2 (Kaltim) 4,90 - 2935** 599 41,8 Valkenburg
(1997)
PT ITCI-3 (Kaltim) 1,25 150 659 527 - Eichhorn (2006)
Bukit Bangkirai 0,30 79 150 500 - Eichhorn (2006)
(Kaltim)
Wanariset Samboja-1 0,51 117 264 518 32,3 Valkenburg
(Kaltim) (1997)
Wanariset Samboja-2 1,60 239 866** 541 29,7 Kartawinata et
(Kaltim) al. (1981)
Wanariset Samboja-3 1,80 273 834 463 - Eichhorn (2006)
(Kaltim)
Sungai Wain-1 1,60 193 753 486 - Eichhorn (2006)
(Kaltim)
Sungai Wain-2 3,60 385 1917 532 20,57 Penelitian ini
(Kaltim) (This research)
Pulau Sebuku 1,76 152 885** 503 17,1 Sidiyasa (2007)
(Kalsel)
Keterangan (Remark):
* = Hutan Fagaceae (Fagaceae forest)
** = Jumlah pohon dihitung berdasarkan nilai kerapatan (The number of trees calculated based on the
density value)

(Kalimantan Timur) memang lebih ting- Sebuku, kondisinya memang sangat


gi (masing-masing 478 dan 936 spesi- berbeda, hutan di daerah ini dipastikan
es), namun dalam luas petak cuplikan telah mengalami gangguan yang sangat
yang jauh lebih besar, yakni 12 dan 15 berat (Sidiyasa, 2007). Kondisi lain
ha. Yang juga cukup berbeda pada te- hampir sama, terutama berdasarkan ni-
gakan hutan di Sungai Wain adalah ren- lai tingkat kerapan pohon dalam setiap
dahnya nilai luas bidang dasar pohon hektarnya.
(hanya 20,57 m²/ha). Nilai ini jauh lebih Secara umum yang dapat dilihat da-
rendah jika dibandingkan dengan tegak- lam Tabel 3, terdapat kecenderungan
an-tegakan hutan lainnya, yang bahkan bahwa pada petak-petak cuplikan yang
mencapai hingga 41,8 m²/ha untuk te- dibuat dan ditetapkan dengan sistem sa-
gakan hutan di PT ITCI. Kecuali Pulau tu petak yang pencacahan pohonnya
86
Struktur dan Komposisi Tegakan serta …(Kade Sidiyasa)

dilakukan 100% akan memperoleh in- tak 7 dan petak 17, keduanya merupa-
formasi, terutama jumlah spesies yang kan asosiasi yang berbeda. Secara leng-
lebih sedikit jika dibandingkan dengan kap kondisi dari setiap tegakan yang se-
apabila petak tersebut dibuat kecil-kecil kaligus menggambarkan perbedaan dan
dan diletakkan secara terpisah antara sa- kesamaan antara satu tegakan dengan
tu dengan yang lainnya. Hal ini meng- tegakan lainnya disajikan pada kolom-
ingat dengan sistem peletakan petak- kolom lain dalam Tabel 1.
petak yang terpisah akan meliputi areal Tabel 4 menyajikan informasi ten-
yang lebih luas dan tipe ekosistem yang tang nilai indeks kesamaan komunitas
beragam. antar tegakan menurut Jaccard. Berda-
sarkan nilai-nilai pada Tabel 4 tersebut
B. Keanekaragaman Tegakan maka perbedaan vegetasi antar tegakan
tampak cukup besar, yakni dicirikan
Seperti disajikan pada Tabel 1, dari
oleh nilai-nilai indeks kesamaan yang
sembilan petak cuplikan yang meng-
kecil, bervariasi antara 14,619% (antara
gambarkan tipe tegakan di setiap areal
tegakan di petak 5 dan petak 11) dan
kegiatan, terdapat dua tegakan (petak 1
33,108% (antara tegakan di petak 7 dan
dan 3) yang INP* spesiesnya tertinggi
petak 13). Perbedaan komposisi spesies
ditempati oleh Madhuca kingiana dan
yang besar antar tegakan atau tipe vege-
dua tegakan (petak 7 dan 17) ditempati
tasi di satu atau beberapa tempat/wila-
oleh Shorea laevis. Selebihnya masing-
yah merupakan ciri utama dari keadaan
masing ditempati oleh spesies-spesies
vegetasi primer di daerah tropis (Whit-
pohon yang berbeda. Namun demikian,
more, 1990). Untuk di Kalimantan, data
walaupun merupakan tegakan yang dici-
yang menunjukkan kondisi serupa juga
rikan oleh INP* spesies penyusunnya
dikemukakan oleh Saridan et al. (1997)
tertinggi ditempati oleh spesies pohon
dari hasil penelitiannya di hutan dipte-
yang sama, akan tetapi masing-masing
rokarpa di Wanariset Sangai, Kaliman-
tegakan tersebut mempunyai bentuk
tan Tengah, yang memperlihatkan nilai
asosiasi yang berbeda. Dengan demiki-
indeks kesamaan antar tegakan berva-
an, kesembilan tegakan tersebut berbeda
riasi antara 3,0% dan 30,5%. Sedangkan
satu sama lain. Tegakan pada petak 1
Sidiyasa (1995) yang menggambarkan
merupakan asosiasi Madhuca kingiana-
komposisi spesies pada tegakan ulin
Dipterocarpus cornutus, sedangkan te-
(Eusideroxylon zwageri) di Kalimantan
gakan pada petak 3 merupakan asosiasi
Barat, indeks kesamaannya bervariasi
Madhuca kingiana-Shorea laevis; demi-
antara 4,54% dan 23,08%.
kian pula halnya untuk tegakan pada pe-

Tabel (Table) 4. Persentase indeks kesamaan komposisi tegakan antar petak peneltian (Percentage of
similarity indices of stand composition between research plots)

Petak Petak (Plots)


(Plots)
1 3 5 7 9 11 13 15 17
1 0 21,951 22,086 20,349 16,667 16,848 20,231 17,919 16,402
3 0 19,867 18,125 14,839 16,568 15,854 19,231 14,773
5 0 24,603 19,595 14,619 18,868 17,834 15,517
7 0 28,472 25,926 33,108 23,718 28,049
9 0 24,516 23,179 30,000 22,981
11 0 25,767 21,818 24,713
13 0 30,201 27,273
15 0 28,750
17 0

87
Vol. VI No. 1 : 79-93, 2009

Tabel (Table) 5. Indeks dominasi dan indeks keragaman spesies pohon pada setiap tegakan (Dominance
and diversity indices of trees species of each stand)
Petak (Plots)
Semua
Parameter petak
1 3 5 7 9 11 13 15 17
(whole
plots)

C 0,0401 0,0497 0,0357 0,0413 0,0273 0,0215 0,0226 0,0265 0,0278 0,0092
H (-) 1,7412 1,6306 1,7146 1,7910 1,7353 1,8374 1,8294 1,7700 1,7885 2,3085

Keterangan (Remark):
C = Indeks dominasi (Dominance index); H = Indeks keragaman spesies (Diversity index)

Selain itu, data yang disajikan pada IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Tabel 4 juga menunjukkan bahwa ter-
dapat kecenderungan bahwa komposisi A. Kesimpulan
tegakan yang berada di bagian selatan 1. Hutan Lindung Sungai Wain terdiri
(petak 3, 5, dan 7) berbeda lebih nyata atas beberapa tipe komunitas tegak-
jika dibandingkan dengan komposisi te- an yang dicirikan oleh perbedaan
gakan yang berada di bagian utara ka- spesies pohon dominan atau kelom-
wasan (petak 9 hingga 17). Hal ini di- pok spesies yang menyusunnya an-
perlihatkan oleh nilai indeks kesamaan- tara satu tegakan dengan tegakan
nya yang rata-rata lebih rendah. Seba- yang lainnya. Di antara sembilan
liknya nilai indeks kesamaan yang lebih petak cuplikan tidak satupun me-
tinggi terjadi jika membandingkan te- nunjukan adanya asosiasi tegakan
gakan di masing-masing kelompok (te- yang sama.
gakan di selatan dengan tegakan di se- 2. Pada asosiasi-asosiasi tegakan ter-
latan lainnya maupun antara tegakan di sebut pada poin 1, terdapat tiga te-
utara dengan tegakan di utara lainnya). gakan yang didominasi oleh spesies
Perbedaan di antara tegakan juga di- dari suku Dipterocarpaceae dan
perlihatkan oleh perbedaan nilai-nilai enam tegakan lainnya didominasi
indeks dominasi suatu spesies dan in- oleh non-Dipterocarpaceae. Namun
deks keragaman spesies dalam satu te- apabila seluruh data digabungkan
gakan (Tabel 5). Berdasarkan nilai-nilai dan dianalisis maka hutan yang di-
indeks yang diperoleh tersebut menun- teliti didominasi oleh Dipterocarpa-
jukkan bahwa tingkat penguasaan suatu ceae, yakni Shorea laevis Ridl.
spesies tertentu pada suatu tegakan sa- 3. Jika dibandingkan dengan tegakan-
ngat kecil. Dengan kata lain, tidak ada tegakan hutan di beberapa tempat
spesies pohon tertentu yang mendomi- lain di Kalimantan, maka hutan di
nasi tegakan secara menyolok. Sebalik- kawasan Hutan Lindung Sungai
nya kondisi tegakan yang demikian di- Wain memiliki keragaman spesies
indikasikan oleh nilai indeks keragaman dan kerapatan pohon yang tinggi,
spesies dengan nilai minus (-) yang namun memiliki luas bidang dasar
tinggi. Semakin tinggi nilai indeks do- yang rendah.
minasi, maka semakin tinggi pula ting- 4. Secara keseluruhan kondisi hutan di
kat penguasaan suatu spesies tertentu Hutan Lindung Sungai Wain masih
dalam tegakan. sangat baik, terutama jika ditinjau
dari segi fungsi (sebagai sumber

88
Struktur dan Komposisi Tegakan serta …(Kade Sidiyasa)

air, filter untuk mengurangi polusi on and Sustainable Use of Tropic-


udara, dan lain-lain) dan letaknya al Rain Forests. The Tropenbos
yang dekat dengan Kota Balikpa- Foundation. Wageningen, The
pan. Kondisi ini sangat mengun- Netherlands.
tungkan karena akan banyak mem- Eichhorn, K.A.O. 2006. Plant Diversity
beri manfaat, termasuk aspek pe- After Rain Forest Fires in Borneo.
manfaatannya sebagai kawasan Blumea Supplement 18. Leiden,
ekowisata, pendidikan, dan peneli- The Netherlands.
tian. Kartawinata, K., R. Abdulhadi, and T.
Partomihardjo. 1981. Compositi-
B. Saran on and Structure of a Lowland
Dipterocarp Forest at Wanariset,
Menginagat petak-petak cuplikan
East Kalimantan. Malaysian Fo-
yang dibuat dalam penelitian ini bersifat
rester 4: 397-406.
permanen, maka kegiatan inventarisasi,
Keputusan Menteri Kehutanan No. 416/
khususnya identifikasi dan monitoring
Kpts-II/1995 tentang Penetapan
perlu dilakukan secara berkala untuk
Kelompok Hutan Sungai Wain se-
memperoleh data yang berkaitan dengan
luas 9.782,2 ha yang Terletak di
potensi dan dinamika populasi tegakan.
Kabupaten Daerah Tingkat II Ba-
likpapan, Provinsi Daerah Tingkat
DAFTAR PUSTAKA
I Kalimantan Timur Sebagai Ka-
BP-HLSW. 2003. Pengelolaan Hutan wasan Hutan dengan Fungsi Hu-
Lindung Sungai Wain. Makalah tan Lindung, tanggal 10 Agustus
Evaluasi Pengelolaan Lingkungan 1995.
Hidup Kota Balikpapan, 10 Janu- Keputusan Walikota Balikpapan No.
ari 2003 (tidak diterbitkan). 188.45-123/2001 tentang Struktur
Bratawinata, A. 1986. Bestandsglie- dan Anggota Badan Pengelola
derung Eines Bergregenwaldes in Hutan Lindung Sungai Wain,
Ost Kalimantan/Indonesien nach tanggal 18 Oktober 2001.
Floristichen un Structurellen Ludwig, J.A. and J.F. Reynolds. 1988.
Merkmallen. PhD Thesis. Georg Statistical Ecology. John Willey
August Universität, Göttingen, & Sons, USA.
Germany. Misra, K.C. 1980. Manual of Plant Eco-
Cleary, D.F.R. and A. Priadjati. 2002. logy. Second Edition. Oxford &
The Initial Impact of Forest Fires IBH Publishing Co., New Delhi.
on Plant and Butterfly Commu- Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg.
nities in the Sungai Wain Forest 1974. Aims and Methods of Ve-
Reserve in East Kalimantan. In: getation Ecology. John Wiley &
A. Priadjati. 2002. Dipterocarpa- Sons, New York, London.
ceae: Forest Fires and Forest Re- Nieuwstadt, M.G.L. van. 2002. Trial by
covery. Tropenbos-Kalimantan Fire. Postfire Development of a
Series 8: 17-40. Tropenbos Inter- Tropical Dipterocarp Forest. Print
national. Wageningen, The Ne- Partners Ipskam B.V., Enschede,
therlands. The Netherlands.
Eichhorn, K.A.O. 2001. Diversity in Odum, E.P. 1971. Fundamentals of
Woody Pioneer Species After the Ecology. W.B. Saunders Co.,
1997/98 Fires in Kalimantan, pp. London.
131-136. In: P.J.M. Hillegers and Pambudhi, F. 1994. Dinamika Struktur
H.H. de Iongh (eds.). The Balance Hutan Bekas Tebangan di Bukit
between Biodiversity Conservati- Soeharto dan Usaha Peningkatan
89
Vol. VI No. 1 : 79-93, 2009

Kualitasnya dengan Penjarangan. Sidiyasa, K., Arbainsyah and P.J.A.


Laporan Penelitian. Pusat Peneli- Kessler. 1999. List of Collections
tian Universitas Mulawarman, Sa- Stored at the Wanariset Herba-
marinda. rium, East Kalimantan, Indonesia.
Peraturan Daerah Kota Balikpapan. The International MOFEC-Tro-
2004. Peraturan Daerah Kota Ba- penbos Kalimantan Project. Sam-
likppan Nomor 11 tahun 2004 boja, Indonesia.
tentang Pengelolaan Hutan Lin- Sidiyasa, K. 2007. Vegetasi dan Keane-
dung Sungai Wain, tanggal 12 karagaman Tumbuhan di Sekitar
Agustus 2004. Areal Tambang Batubara Daeng
Priadjati, A. 2002. Dipterocarpaceae: Setuju dan Tanah Putih, Pulau Se-
Forest Fires and Forest Recovery. buku, Kalimantan Selatan. Info
Tropenbos-Kalimantan Series 8. Hutan IV (2): 111-121. Pusat Pe-
Tropenbos International, Wageni- nelitian dan Pengembangan Hutan
ngen, The Netherlands. dan Konservasi Alam. Bogor.
Richards, P.W. 1964. The Tropical Rain Sukmajaya, E.W., Subandi, L. Hakim,
Forest. Cambridge Univ., New Ariyanto and A.K. Pakalla. 1999.
York. Socio-Economic Analysis of the
Riswan, S. 1987. Structure and Floristic Community Living Inside and
Composition of a Mixed Diptero- Around the Protection Forest of
carp Forest at Lempake, East Ka- Sungai Wain, East Kalimantan,
limantan, pp. 435-457. dalam: Indonesia. MOFEC-Tropenbos
Kostermans, A.G.J.H. (ed.), Pro- Kalimantan Project, Wanariset
ceedings of the Third Round Ta- Technical Report No. 1999-RI: 43
ble Conference on Dipterocarps pp.
(16-20 April 1985). Mulawarman Susanty, F.H. 2005. Dinamika Struktur
University, East Kalimantan, In- Tegakan Tinggal Umur 2, 5, dan 8
donesia. tahun Setelah Penebangan di
Saridan, A., G. Argent, E.C. Gasis, and Long Bagun, Kalimantan Timur.
P. Wilkie. 1997. Diversity in Ex- Jurnal Penelitian Hutan dan Kon-
perimental Plots Wanariset Sangai servasi Alam II (4): 399-407. Pu-
and a Manual or Identification of sat Penelitian dan Pengembangan
Economic Trees of Central Kali- Hutan dan Konservasi Alam. Bo-
mantan. Buletin Penelitian Kehu- gor.
tanan 12 (1): 1-12. Balai Peneliti- Tata, M.H.L. 1999. Komposisi dan
an Kehutanan Samarinda. Struktur Vegetasi di Hutan Lin-
Sidiyasa, K. 1987. Komposisi dan dung Gunung Meratus, Kaliman-
Struktur Hutan Tengkawang (Sho- tan Timur. Buletin Penelitian Ke-
rea stenoptera Burck) di Sekadau, hutanan 13 (2): 11-20. Balai Pene-
Kalimantan Barat. Buletin Peneli- litian Kehutanan Samarinda.
tian Hutan 490: 13-23. Pusat Pe-
nelitian dan Pengembangan Hu- Valkenburg, J.L.C.H. van. 1997. Non-
tan. Bogor. timber Forest Products of East
Sidiyasa, K. 1995. Struktur dan Kompo- Kalimantan: Potentials for Sus-
sisi Hutan Ulin (Eusideroxylon tainable Forest Use. Tropenbos
zwageri Teijsm. & Binn.) di Kali- Series 16. The Tropenbos Foun-
mantan Barat. Jurnal Penelitian dation, Wageningen.
Hutan Tropika Samarinda ‘Wana- Whitmore, T.C. 1990. An Introduction
trop’ 8 (2): 1-11. Balai Penelitian to Tropical Rain Forests. Claren-
Kehutanan Samarinda. don Press, Oxford.
90
Struktur dan Komposisi Tegakan serta …(Kade Sidiyasa)

Lampiran (Appendix) 1. Daftar spesies pohon dalam seluruh petak cuplikan di Hutan Lindung Sungai
Wain, Kalimantan Timur (List of tree species within the sample plots of Sungai
Wain Protection Forest, East Kalimantan)

Alangiaceae Dacryodes rostrata H.J.Lam Vatica umbonata Burck


Dacryodes rugosa H.J.Lam Ebenaceae
Alangium javanicum Wang Dacryodes sp.1 Diospyros borneensis Hiern
Alangium ridleyi King Dacryodes sp.2 Diospyros buxifolia Hiern
Alangium sp. Diospyros sp.1
Santiria apiculata A.W.Benn
Anacardiaceae Santiria griffithii Engl. Diospyros sp.2
Bouea oppossitifolia Meisn. Santiria laevigata Blume
Santiria oblongifolia Blume Elaeocarpaceae
Drymicarpus luridus Ding Hou Elaeocarpus beccarii A.DC.
Gluta aptera Ding Hou Santiria tomentosa Blume
Santiria sp. Elaeocarpus sphaeroblastus
Gluta macrocarpa Ding Hou Ridl.
Gluta sp. Trioma malaccensis Hook.f.
Triomma sp. Elaeocarpus stipularis Blume
Gluta wallichii Ding Hou Elaeocarpus sp.
Mangifera foetida Lour.
Celastraceae
Mangifera macrocarpa Blume Bhesa paniculata Arn. Euphorbiaceae
Melanochyla fulvinervis Ding Euonymus castaneifolius Ridl. Aporosa chondroneura A.Schot
Hou Kokoona reflexa Ding Hou Aporosa dioica Muell.Arg.
Melanochyla minutifolia Ding Lophopetalum sp.1 Aporosa falcifera Hook.f.
Hou Lopophetalum sp.2 Aporosa lunata Kurz
Melanochylla sp. Aporosa subcaudata Merr.
Parishia insignis Hook.f. Chrysobalanaceae Aporosa sp.1
Parishia sp. Atuna racemosa Raf. Aporosa sp.2
Licania splendens Prance Baccaurea bracteata
Annonaceae Parinari oblongifolia Hook.f. Muell.Arg.
Mezzettia parviflora Becc. Baccaurea cordata Merr.
Mezzettia sp. Combretaceae Baccaurea macrocarpa
Monocarpia kalimantanensis Combretum nigrescens King Muell.Arg
Kessler Terminalia foetidissima Griff.
Baccaurea sp.1
Polyalthia lateriflora Blume Terminalia sp. Baccaurea sp.2
Polyalthia rumphii Merr. Baccaurea sp.3
Polyalthia sumatrana Kurz. Crypteroniaceae
Crypteronia macrophylla Blumeodendron tokbrai Kurz
Polyalthia sp.1
Beusekom Blumeodendron sp.
Polyalthia sp.2 Chaetocarpus castanocarpus
Popowia hirta Miq. Crypteronia sp.
Thwaites
Uvaria sp. Dilleniaceae Cleistanthus erycibifolius Airy
Xylopia ferruginea Baill. Dillenia excelsa Gilg Shaw
Xylopia malayana Hook.f. Dillenia grandifolia Hook.f. & Cleistanthus myrianthus Kurz
& Th. Th. Cleistanthus vestitus Jabl.
Dillenia reticulata King Cleistanthus sp.1
Apocynaceae
Alstonia iwahigensis Elmer Dillenia sp. Cleistanthus sp.2
Dyera costulata Hook.f. Dipterocarpaceae Croton griffithii Hook.f.
Kibatalia sp. Anisoptera laevis Ridl. Croton sp.
Tabernaemontana macrocarpa Cotylelobium melanoxylum Dimorphocalyx muricatus Airy
Korth. ex Blume Pierre Shaw
Dipterocarpus confertus Drypetes kikir Airy Shaw
Aquifoliaceae Drypetes longifolia Pax &
Ilex cymosa Blume Slooten
Dipterocarpus cornutus Dyer K.Hoffm.
Bombacaceae Dipterocarpus humeratus Drypetes polyneura Airy Shaw
Durio acutifolius Kosterm. Slooten Drypetes sp.
Durio dulcis Becc. Dipterocarpus tempehes Fahrenheitia pendula Airy
Durio kutejensis Becc. Slooten Shaw
Durio lanceolatus Mast. Hopea mengerawan Miq. Glochidion obscurum Blume
Durio oxleyanus Griff. Hopea rudiformis P.S.Ashton Glochidion sericeum Zoll. &
Neesia synandra Mast. Shorea johorensis Foxw. Mor.
Shorea laevis Ridl. Glochidion sp.
Burseraceae Shorea lamellata Foxw. Macaranga bancana Muell.Arg.
Canarium littorale Blume Shorea ovalis Blume Macaranga depressa
Canarium megalanthum Merr. Shorea parvifolia Dyer Muell.Arg.
Canarium patentinervium Miq. Shorea parvistipulata Heim Macaranga gigantea
Canarium pilosum A.W.Benn. Shorea pauciflora King Muell.Arg.
Canarium sp.1 Shorea smithiana Sym. Macaranga hypoleuca
Canarium sp.2 Vatica sp. Muell.Arg.
Dacryodes costata H.J.Lam Macaranga lowii King
91
Vol. VI No. 1 : 79-93, 2009

Macaranga sp.1 Dehaasia caesia Blume Dysoxylum sp.2


Macaranga sp.2 Dehaasia sp.1 Lansium domesticum Correa
Mallotus penangensis Dehaasia sp.2 Sandoricum koetjape Merr.
Muell.Arg. Endiandra kingiana Gamble
Moultonianthus leembruggianus Endiandra sp. Moraceae
Steenis Eusideroxylon zwageri T. & B. Artocarpus anisophyllus Miq.
Neoscortechinia kingii Fax & Litsea elliptica Blume Artocarpus dadah Miq.
K.Hoffm. Litsea ferruginea Blume Artocarpus integer Merr.
Neoscortechinia sp. Litsea firma Hook.f. Artocarpus kemando Miq.
Pimelodendron griffithianum Litsea garciae Vidal Artocarpus lanceifolius Roxb.
Benth. Litsea sp.1 Artocarpus nitidus Trec.
Pimelodendron sp. Litsea sp.2 Artocarpus tamaran Becc.
Trigonostemon laevigatus Litsea sp.3 Artocarpus sp.1
Muell. Arg Neolitsea sp.1 Artocarpus sp.2
Trigonostemon sp. Neolitsea sp.2 Ficus sp.1
Notaphoebe umbelliflora Blume Ficus sp.2
Fagaceae Phoebe grandis Merr. Parartocarpus sp.
Castanopsis evansii Elmer Phoebe sp.
Castanopsis fulva Gamble Myristicaceae
Castanopsis hypophoenicea Gymnacranthera farquhariana
Lecythidaceae
Soepadmo Barringtonia macrastachya Warb.
Castanopsis sp. Jack Gymnacranthera forbesii Warb.
Lithocarpus conocarpus Rehder Barringtonia reticulata Miq. Gymnacranthera ocellata
Lithocarpus coopertus Rehder Barringtonia sp. Schouten
Lithocarpus dasystachyus Gymnacranthera sp.
Rehder Leguminosae Horsfieldia borneensis
Lithocarpus gracilis Soepadmo Adenanthera borneensis Brace W.J.J.O.de Wilde
Lithocarpus sericobalanus ex Prain Horsfieldia grandis Warb.
E.F.Warb. Archidendron ellipticum Horsfieldia irya Warb.
Lithocarpus sp.1 I.C.Nielsen Horsfieldia polyspherula
Lithocarpus sp.2 Archidendron microcarpum J.Sinclair
Quercus argentata Korth. I.C.Nielsen Horsfieldia subcaudata
Quercus gaharuensis Soepadmo Archidendron sp.1 Horsfieldia sucosa Warb.
Archidendron sp.2 Horsfieldia sp.
Flacourtiaceae Dialium indum L. Knema glaucescens Jack
Flacourtia rukam Zoll. & Mor. Dialium platysepalum Baker Knema hirtella W.J.J.O. de
Hydnocarpus polypetala Dialium sp. Wilde
Sleumer Fordia splendidissima Buijsen Knema latericia Elmer
Hydnocarpus sp. Fordia sp. Knema pallens W.J.J.O.de
Koompassia excelsa Taub. Wilde
Guttiferae Koompassia malaccensis Knema percoriacea J.Sinclair
Calophyllum nodosum Vesque Maing. ex Benth. Knema psilantha W.J.J.O.de
Calophyllum sp.1 Leguminosae (indet.) Wilde
Calophyllum sp.2 Parkia speciosa Hassk. Knema pulchra Warb.
Calophyllum woodii Sindora leiocarpa Baker ex de Knema uliginosa J.Sinclair
P.F.Stevens Wit Knema sp.1
Garcinia bancana Miq. Sindora wallichii Benth. Knema sp.2
Garcinia beccarii Pierre Knema sp.3
Garcinia nervosa Miq. Magnoliaceae Knema sp.4
Garcinia parvifolia Miq. Magnolia lasia Noot. Myristica iners Blume
Garcinia sp. Myristica villosa Warb.
Kayea borneensis P.F.Stevens Melastomataceae
Memecylon borneense Merr. Myristica sp.1
Mesua conoidea Myristica sp.2
Memecylon edule Roxb.
Hypericaceae Memecylon oleaefolium Blume Myrsinaceae
Cratoxylum sumatranum Blume Memecylon sp. Ardisia sp.
Pternandra sp.1
Lauraceae Pternandra sp.2 Myrtaceae
Actinodaphne sp. Acmena acuminatissima Merr.
Alseodaphne sp.1 Meliaceae & Perry
Alseodaphne sp.2 Aglaia crassinervia Kurz ex Eugenia creaghii Ridl.
Beilschmiedia dictyoneura Hiern Eugenia curtisii King
Kosterm. Aglaia simplicifolia Harms Eugenia elmeri Merr.
Beilschmiedia sp.1 Aglaia sp.1 Eugenia heteroclada Merr.
Beilschmiedia sp.2 Aglaia sp.2 Eugenia kingiana Merr.
Beilschmiedia sp.3 Aphanamixis borneensis Merr. Eugenia stapfiana King
Beilschmiedia sp.4 Chisocheton ceramicus C.DC. Eugenia subglauca Koord. &
Cryptocarya crassinervia Miq. Chisocheton sp. Valeton
Cryptocarya sp. Dysoxylum sp.1
92
Struktur dan Komposisi Tegakan serta …(Kade Sidiyasa)

Rhodamnia cinerea Jack Rosaceae Saxifragaceae


Rhodamnia sp. Prunus beccarii Kalkman Polyosma sp.
Syzygium leptostemon Merr. & Prunus javanica Miq.
Perry Simaroubaceae
Eugenia lineatum Merr. & Perry Irvingia malayana Oliv.
Rubiaceae
Syzygium napiforme Merr. & Aidia sp. Sterculiaceae
Perry Gardenia sp. Heritiera elata Ridl.
Syzygium tawahense Merr. Lasianthus sp.1 Heritiera sp.
& Perry Lasianthus sp.2 Heritiera simplicifolia Kosterm.
Syzygium sp.1 Porterandia anisophylla Ridl. Heritiera sp.
Syzygium sp.2 Prismatomeris beccariana Scaphium macropodum Beumee
Syzygium sp.3 Johans. ex K.Heyne
Syzygium sp.4 Prismatomeris sp. Sterculia rubiginosa Vent
Syzygium sp.5 Rhotmannia schoemanii Sterculia sp.1
Syzygium sp.6 Triveng. Sterculia sp.2
Syzygium sp.7 Rhotmannia sp.
Syzygium sp.8 Rubiaceae (indet.) Theaceae
Syzygium sp.9 Tarenna sp. Gordonia borneensis H.Keng
Syzygium sp.10 Timonius sp.1 Gordonia sp.
Timonius sp.2 Schima wallichii Korth.
Ochnaceae Ternstroemia cf. microcalyx
Gomphia serrata Kanis Sapotaceae Airy Shaw
Madhuca kingiana H.J.Lam
Olacaceae Madhuca pallida Baehni Thymelaeaceae
Ochanostachys amentacea Mst. Madhuca pierrei Van den Aquilaria microcarpa Baill.
Scorodocarpus borneensis Assem Gonystylus affinis Radlk.
Becc. Madhuca sericea H.J.Lam Gonystylus velutinus Airy Shaw
Strombosia javanica Blume Palaquium beccarianum Royen Gonystylus sp.
Palmae Palaquium quercifolium Burck Tiliaceae
Borassodendron sp. Palaquium rostratum H.J.Lam Microcos cinnamomifolia Stapf
Oncosperma harridum Scheff. Palaquium stenophyllum ex P.S.Ashton
Pholydocarpus sp. H.J.Lam Microcos crassifolia Burret
Palaquium sp. Microcos sp.
Podocarpaceae Payena lucida DC.
Podocarpus sp. Pentace laxiflora Merr.
Payena sp. Pentace triptera Mast.
Polygalaceae Sapindaceae
Xanthophyllum griffithii Hook.f. Trigoniaceae
Dimocarpus longan Lour. Trigoniastrum hypoleucum Miq.
ex Benth. Guioa pleuropteris Radlk.
Xanthophyllum obscurum Trigoniastrum sp.
Guioa sp.
A.W.Benn. Mischocarpus sp. Ulmaceae
Xanthophyllum rufum Nephelium cuspidatum Blume Gironniera nervosa Planch.
A.W.Benn. Nephelium maingayi Hiern Gironniera sp.
Xanthophyllum sp. Nephelium sp.
Verbenaceae
Rhizophoraceae Pometia pinnata Forst. & Forst.
Teijsmanniodendron coriaceum
Anisophyllea corneri Ding Hou Xerospermum laevigatum
Kosterm.
Carrallia brachiata Merr. Radlk.
Teijsmanniodendron sp.

93

Вам также может понравиться