Вы находитесь на странице: 1из 6

ISSN 2407-9189 The 4th Univesity Research Coloquium 2016

PROMOSI KESEHATAN,
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
DI PONDOK PESANTREN

Rahayu Astuti1), Mifbakhuddin2), Ulfa Nurullita3), Nurina Dyah Larasaty4), Diki Bima Prasetio5)
12345
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang
1
email: penulis ra.astuti@unimus.ac.id

Abstract
School/boarding school has an important role to instill healthy hygiene practices on children,
because children spend more time in their daily life at school or boarding school. The purpose
of this study was to describe the implementation of health promotion and behavior of clean and
healthy, well -balanced nutrition in boarding school. This research was analytic survey with
cross sectional design. The population in this study were all citizens of the boarding school, that
leaders, teachers, caregivers boarding school and students from one boarding school located in
District Mranggen Demak. The sample size for the sample group leader of the boarding school,
boarding school teachers and caregivers was 30 people, while a sample size for the boarding
school students was 30 students. Sampling technique using the " Simple Random Sampling ".
Statistical analysis used was descriptive and analytical analysis, using the Wilcoxon test. The
results of the research were : 1). Their policies and efforts in school/boarding school to promote
healthy, judging from the support of caretakers boarding school who is also the Chairman of
the School of MTS during the implementation of activities and their health posters such as
smoking bans and regulations in the bathroom and kulah. 2). Knowledge about clean and
healthy living behaviors and student knowledge about balanced nutrition in school/boarding
increases seen from the enthusiasm of the participants and asked questions during the ongoing
counseling as well as pre and post test.3). The increasing practice proper hand washing at
school students and boarding school students after the demonstration of proper hand washing
and their application by the school students.

Keywords: health promotion, clean and healthy living behaviors, boarding school

1. PENDAHULUAN sangat peka menerima perubahan termasuk


Pondok Pesantren di Indonesia memiliki pendidikan dan kesehatan (Kementerian
peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Kesehatan RI 2010).
pendidikan Islam maupun bagi bangsa Upaya promosi kesehatan di pondok
Indonesia secara keseluruhan (Kementerian pesantren antara lain melalui pendirian pos
Agama RI 2012). Sekolah/pondok pesantren kesehatan pesantren (Poskestren) dan
memiliki peranan penting menanamkan peningkatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih
perilaku hidup bersih dan sehat pada anak dan Sehat) di sekolah/pondok. Promosi
karena anak banyak menghabiskan waktu kesehatan di sekolah merupakan upaya
dalam kesehariannya di sekolah atau pondok meningkatkan kemampuan peserta didik,
pesantren, sehingga pihak sekolah perlu guru dan masyarakat lingkungan sekolah
meningkatkan kesadaran anak untuk agar mandiri dalam mencegah penyakit,
berperilaku hidup bersih khususnya di memelihara kesehatan, menciptakan dan
sekolah. Dengan demikian Kementerian memelihara lingkungan sehat, terciptanya
Kesehatan mengupayakan promosi kesehatan kebijakan sekolah sehat serta berperan aktif
di sekolah, karena penting penanaman dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
perilaku hidup bersih dan sehat pada anak sekitarnya (Kementerian Kesehatan RI
terutama usia sekolah (dasar dan menengah) 2010). Salah satu dasar pertimbangannya
dimana mereka merupakan kelompok yang adalah UU Nomor 23 Tahun 1992, bab V

426
ISSN 2407-9189 The 4th Univesity Research Coloquium 2016

pasal 45 dimana tujuan penyelenggaraan sebagai berikut: 1) Peranan sekolah/ pondok


kesehatan sekolah 1) meningkatkan pesantren belum optimal dalam
kemampuan hidup sehat, 2) meningkatkan mengembangkan promosi kesehatan di
lingkungan sehat, 3) mendidik SDM sekolah/pondok, 2) Ditemukannya masalah
berkualitas. kesehatan, frekuensi penyakit, gizi,
PHBS di tatanan pesantren merupakan lingkungan dan hygiene perorangan 3)
perpaduan dari tatanan institusi pendidikan Belum terbentuk Perilaku Hidup Bersih dan
dan tatanan rumah tangga yang bertujuan Sehat di lingkungan pondok. Dengan
untuk membudayakan PHBS bagi santri, demikian tujuan penelitian ini adalah
pendidik dan pengelola pesantren agar mengetahui gambaran pelaksanaan promosi
mampu mengenali dan mengatasi masalah- kesehatan dan perilaku hidup bersih dan
masalah kesehatan di lingkungan pesantren sehat juga gizi seimbang dan di pondok
dan sekitarnya (Dinas Kesehatan Propinsi pesantren tersebut.
Jawa Timur 2007).
Hasil penelitian (Astuti R 2014) pada 2. METODE PENELITIAN
163 siswi, diperoleh siswi yang pernah Penelitian ini merupakan penelitian
menderita sakit sebanyak 96,9%, pernah sakit survey analitik dengan rancangan “Cross
diare 45,4%, pernah sakit panas 85,3%, sectional”. Populasi dalam penelitian ini
pernah sakit batuk pilek 87,1%, pernah adalah seluruh warga sekolah yaitu pimpinan
menderita DBD 6,1%, TB paru 3,7%, ISPA pondok, guru, pengasuh pondok dan siswi
2,5%, tipus 28,2%. Kebersihan lingkungan dari salah satu pondok pesantren putri yang
yaitu ventilasi udara lingkungan pondok berada di wilayah Kecamatan Mranggen
kurang baik, kamar mandi dekat pintu Kabupaten Demak karena pondok pesantren
pondok kurang bersih dan kepadatan hunian ini mempunyai siswi yang banyak. Besar
tinggi. Di dalam pondok terdapat kulah/bak sampel dihitung menggunakan rumus besar
mandi besar untuk mandi siswi yang tinggal sampel untuk populasi tunggal. Besar sampel
di pondok. Kamar siswi cukup besar, satu untuk kelompok sampel pimpinan pondok,
kamar dihuni antara 25-40 siswi. guru dan pengasuh pondok adalah 30 orang
Penyediaan makanan bagi para santri sedangkan besar sampel untuk siswi pondok
pada pondok tersebut mempunyai pola yaitu sebesar 30 siswi. Kriteria inklusi sampel
untuk makan siang dan sore disediakan oleh adalah sebagai berikut : (1) siswi yang
pihak pondok. Nasi dan sayur serta lauk tinggal di pondok juga mengikuti pendidikan
sudah ditaruh pada masing-masing piring formal di Madrasah Tsanawiyah, Kriteria
para santri tiap waktu makan yaitu jam 12.00 eksklusi adalah sampel menderita penyakit
dan jam 17.00. Menu yang diberikan yaitu yang mengharuskan sampel ke rumah sakit
nasi, sayur, krupuk, kadang nasi, sayur, lauk sehingga tidak bisa diwawancara. Tehnik
(tempe/tahu/telur/sosis). Porsi makanan yang pengambilan sampel menggunakan “Simple
disediakan terlihat sedikit dengan menu yang Random Sampling”. Variabel yang diteliti
kurang beragam. adalah pelaksanaan promosi kesehatan
Santri jarang mengkonsumsi buah sekolah, perilaku hidup bersih dan sehat,
karena jarang disediakan pihak pondok. termasuk pengetahuan tentang gizi seimbang,
Sarapan/makan pagi disiapkan sendiri oleh rumah sehat dan indeks masa tubuh (IMT).
santri, dengan cara membeli nasi bungkus Data yang dikumpulkan data primer dan
atau nasi pecel di warung pondok. Ada santri sekunder. Analisis statistik yang digunakan
yang tiap pagi sarapan pagi tetapi ada juga adalah analisis deskriptif dan analitik untuk
santri yang hanya makan gorengan/jajanan menguji pengetahuan sebelum dan sesudah
saja. intervensi tentang PHBS yaitu menggunakan
Telah diidentifikasi permasalahan di uji Wilcoxon.
salah satu pondok pesantren di wilayah
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

427
ISSN 2407-9189 The 4th Univesity Research Coloquium 2016

3. HASIL DAN PEMBAHASAN kantin pondok, masih ada makanan jajanan


a). Pelaksanaan Promosi Kesehatan di seperti gorengan tempe, tahu atau bakwan
Sekolah/Pondok Pesantren. yang tidak tertutup. Kegiatan buang sampah
Kegiatan promosi kesehatan diawali pada tempatnya dilakukan oleh 96,7%
dengan sosialisasi kegiatan kepada Kepala responden.
Sekolah sekaligus Pengasuh Pondok Dari seluruh responden, yang
Pesantren. Advokasi dilakukan untuk melaksanakan kegiatan Olah Raga di sekolah
melakukan pendekatan kepada penentu sebanyak 86,7%. Responden yang
kebijakan (kepala sekolah/pondok) tentang melakukan penimbangan berat badan dan
pelaksanaan PHBS di Sekolah/ di Pondok. tinggi badan secara rutin hanya 13,3%.
Secara umum sekolah sudah menerapkan Pemeriksaan jentik pada kamar mandi
kegiatan PHBS walaupun belum seluruh sekolah/pondok hanya dilakukan oleh 30,0%
indikator PHBS sekolah dilaksanakan secara responden. Buang Air Besar di Jamban
keseluruhan. Di sekolah sudah ada larangan Sekolah dilakukan oleh 70,0% responden.
merokok, juga supaya menjaga kebersihan di Hampir seluruh responden (93,3%)
pondok dan kamar mandi serta cara menyatakan bahwa di sekolah ada Larangan
membuang sampah. Merokok.
Adanya tanggapan dari pihak sekolah dan Sebanyak 93,3% responden juga
pondok yang positif dan baik sehingga menyatakan ada kerjabakti yang dilakukan
setelah kegiatan penelitian ini sekolah secara secara berkala baik di sekolah maupun di
aktif menindaklanjutinya dengan pondok. Seluruh peserta menyatakan
mengadakan tempat cuci tangan termasuk membersihkan kamar mereka masing-masing
kran air, sabun dan serbet dan dari pihak secara rutin, dan menyatakan ada tong
peneliti memberikan demonstrasi cara cuci sampah. Sebanyak 76,7% peserta
tangan yang benar dengan 7 langkah, menyatakan terdapat bak cuci tangan dengan
sehingga diharapkan PHBS sekolah/pondok air mengalir dan sabun di sekolah sedangkan
dapat diterapkan. sebanyak 60,0% peserta menyatakan terdapat
Pihak peneliti juga memberikan bantuan bak cuci tangan dengan air mengalir dan
timbangan berat badan digital dan pengukur sabun di di pondok . Namun hasil observasi
tinggi badan (microtoise). Tindak lanjut dari di sekolah memang ada bak cuci tangan
pihak sekolah/pondok adalah pengukuran dengan air mengalir (wastafel) namun tidak
berat badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) ada sabun dan serbetnya. Sedangkan di
seluruh siswa baru (siswa MTS yang baru). pondok tidak ada wastafel, namun yang ada
kamar mandi dan bak wudhu (kulah).
b). Identifikasi PHBS di sekolah Sebanyak 36,7% responden menyatakan
Sebanyak 30 responden telah mengisi ada poster kesehatan di dinding sekolah dan
kuisioner tentang perilaku PHBS. Sebelum 43,3% di dinding pondok. Sebanyak 46,7%
kegiatan, sebanyak 18 orang (60,0%) responden menyatakan ada kurikulum
menyatakan tahu tentang PHBS dan kesehatan namun tidak secara eksplisit dalam
kepanjangan dari PHBS yaitu mereka mata pelajaran tersendiri tetapi di dalam mata
menjawab Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. pelajaran olah raga. Terdapat tanda larangan
Kemudian ketika ditanya tentang penerapan merokok dinyatakan oleh 76,7% responden.
perilaku PHBS sebanyak 7 orang (23,3%) Sebanyak 43,3% menyatakan ada piket UKS
menyatakan tidak menerapkan. Sebanyak dan 93,3% responden menyatakan ada piket
76,7 % responden melakukan cuci tangan kelas.
dengan air mengalir dan menggunakan
sabun. Namun tidak diketahui apakah c). Pengetahuan responden tentang PHBS,
mereka melalukan cuci tangan yang benar. rumah sehat dan pengetahuan tentang
Sebanyak 76,7 % peserta menyatakan jajan gizi seimbang
di kantin sehat. Namun hasil observasi di

428
ISSN 2407-9189 The 4th Univesity Research Coloquium 2016

Pengetahuan responden tentang PHBS, pengelompokkan skor pengetahuan mengacu


rumah sehat pada (Khomsan A 2000) adalah sebagai
Sebanyak 30 siswi pondok mendapatkan berikut :
penyuluhan tentang PHBS, rumah sehat dan Tabel 2. Pengetahuan Responden tentang
gizi seimbang. Hasil pretest pengetahuan Gizi Seimbang
tentang PHBS dan rumah sehat diperoleh Kategori Pretest Postest
nilai terendah 33, nilai tertinggi 87, rata-rata Pengetahuan n % n %
55,1 dan simpangan baku 13,4. Sedangkan Baik
11 36,7 28 93,3
hasil postest diperoleh nilai terendah 53, (>80%)
tertinggi 93, rata-rata nilai 84,4 dan Sedang
12 40,0 2 6,7
(60-80%)
simpangan baku 10,1. Hasil pengelompokkan
Kurang
nilai PHBS dan rumah sehat adalah sebagai 7 23,3 0 0,0
(<60%)
berikut: Jumlah 30 100,0 30 100,0

Tabel 1. Pengetahuan Responden tentang Pada Tabel 2 terlihat pengetahuan


PHBS dan Rumah Sehat
tentang gizi seimbang kategori baik
Kategori Pretest Postest
Pengetahuan
meningkat dari 36,7% menjadi 93,3% setelah
n % N %
Baik
kegiatan penyuluhan gizi seimbang.
1 3,3 20 66,7
(>80%)
Sedang d). Demonstrasi Cuci Tangan yang Benar
12 40,0 9 30,0 Penjelasan tentang cuci tangan yang
(60-80%)
Kurang benar pada siswa madrasah dilakukan di
17 56,7 1 3,3
(<60%) kelas kemudian dilanjutkan dengan
Jumlah 30 100,0 30 100,0 demonstrasi cuci tangan selanjutnya
beberapa siswa ditunjuk untuk
Pada Tabel 1 terlihat pengetahuan tentang mempraktekkan cara cuci tangan yang benar
PHBS dan rumah sehat kategori baik dengan 7 langkah, dimana digunakan air
meningkat dari 3,3% menjadi 66,7% setelah mengalir, sabun dan serbet. Pada siswi
kegiatan penyuluhan. pondok juga dilakukan sosialisasi cara cuci
Penelitian di pondok pesantren putra dan tangan yang benar di lingkungan pondok,
putri Darussalam Purworejo yang kemudian demontrasi serta praktek oleh
membandingkan pengetahuan tentang PHBS siswi pondok.
antara santri putra dan putri menyimpulkan Sebelum demonstrasi di dekat wastafel
tidak ada perbedaan. Sebagian besar cuci tangan dipasang poster cuci tangan
pengetahuan tentang PHBS santri baik putra untuk memudahkan siswa mengingat urutan
maupun putri kategori cukup (72,2% dan cuci tangan. Penggunaan sabun pada saat
70,4%) (Khumayra ZH 2012). cuci tangan dianjurkan dan akan lebih baik
lagi jika menggunakan sabun yang antiseptik.
Pengetahuan tentang gizi seimbang Hasil penelitian (Desiyanto FA 2013)
Hasil pretest pengetahuan tentang gizi menyimpulkan bahwa ada perbedaan jumlah
seimbang diperoleh nilai pengetahuan angka kuman antara mencuci tangan
terendah 36 tertinggi 91 rata-rata 71,2 dan menggunakan air mengalir, sabun dan hand
simpangan baku 15,7. Sedangkan hasil sanitizer. Cairan pembersih tangan antiseptik
postest diperoleh nilai pengetahuan terendah (hand sanitizer) efektif terhadap penurunan
64, tertinggi 100, rata-rata 94,2 dan jumlah angka kuman.
simpangan baku 9,4. Hasil uji dengan uji Hasil penelitian (Utomo AM 2013)
Wilcoxon diperoleh ada perbedaan yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan
bermakna pretest dan postest pengetahuan antara perilaku cuci tangan pakai sabun
tentang gizi seimbang (p=0,000). Hasil (CTPS) dengan kejadian diare anak usia

429
ISSN 2407-9189 The 4th Univesity Research Coloquium 2016

sekolah di SDN 02 Pelemsengir Kecamatan


Todanan Kabupaten Blora Jawa Tengah,
dimana pada responden yang perilaku cuci
tangan pakai sabun kategori “sedang” yang
menderita diare sebesar 61,9%, sedangkan
pada responden yang perilaku cuci tangan
pakai sabun kategori “baik” yang menderita
diare sebesar 35,7%.
Sebuah ulasan yang membahas sekitar
30 penelitian terkait cuci tangan juga
menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun
dapat memangkas angka penderita diare
hingga separuh (Kementerian Kesehatan RI
2014). Mencuci tangan dengan sabun
mengurangi angka infeksi saluran pernafasan
dengan dua langkah: dengan melepaskan
patogen-patogen pernafasan yang terdapat
pada tangan dan permukaan telapak tangan
dan dengan menghilangkan patogen (kuman
penyakit) lainnya (terutama virus entrentic)
yang menjadi penyebab tidak hanya diare
namun juga gejala penyakit pernafasan
lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa
praktek menjaga kesehatan dan kebersihan
seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan/buang air besar/kecil, dapat
mengurangi tingkat infeksi hingga 25%.
Selain diare dan infeksi saluran pernafasan,
penggunaan sabun dalam mencuci tangan
mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi
mata seperti: trakoma, dan kecacingan
khususnya ascariasis dan trichuriasis
(Kementerian Kesehatan RI 2014).

Santri pondok yang juga siswa


madrasah, mereka antusias mengikuti
kegiatan penyuluhan maupun demonstrasi
dan ada respon yang positip dari santri terkait
materi PHBS. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian di Pondok Pesantren Assalafi 4. SIMPULAN
Al Fithrah, Surabaya dimana respon 1. Adanya kebijakan dan upaya di
santri terhadap perilaku kesehatan masih sekolah/pondok pesantren untuk
kurang dipandang dari sudut pandang mempromosikan kesehatan, dilihat dari
medis modern (Ikhwanudin 2013). dukungan dari Pengasuh pondok
Perbedaan ini dimungkinkan dari sekaligus sebagai Kepala Sekolah MTS
karakteristik santri dan kesiapan atau pada saat pelaksanaan kegiatan dan
keterbukaan santri untuk menerima hal- adanya poster kesehatan seperti larangan
merokok dan tata tertib di kamar mandi
hal baru.
dan kulah

430
ISSN 2407-9189 The 4th Univesity Research Coloquium 2016

2. Pengetahuan responden tentang pengertian Kesehatan , Pencarian Dan


dan apa saja perilaku hidup bersih dan Penggunaan Sistem Kesehatan
sehat (PHBS) di sekolah meningkat Dan Perilaku Kesehatan
dilihat dari antusiasme peserta dan tanya Lingkungan Di Pondok Pesantren
jawab pada saat kegiatan penyuluhan Assalafi Al Fithrah, Surabaya)."
berlangsung serta pre dan post test.
Journal Universitas Airlangga,
3. Meningkatnya pengetahuan siswi
madrasah/pondok tentang gizi seimbang http://journal.unair.ac.id/perilaku-
dilihat dari antusiasme peserta dan tanya hidup-bersih-dan-sehat-(phbs)-
jawab pada saat kegiatan penyuluhan article-4675-media-135-category-
berlangsung serta pre dan post test .html.
4. Meningkatnya praktek cuci tangan yang Kementerian Agama RI (2012). Analisis
benar pada siswa madrasah dan santri dan Interpretasi Data pada
pondok setelah demonstrasi cuci tangan Pondok Pesantren, Madrasah
yang benar dan penerapannya oleh Diniyah (Madin), Taman
siswa/santri. Pendidikan Qur‟an (TPQ) Tahun
5. Adanya tanggapan yang positif dari Pelajaran 2011-2012. Jakarta,
Kepala Sekolah sekaligus pendiri/
Kementerian Agama RI.
pengasuh pondok dengan merealisasikan
pembangunan bak cuci tangan dengan Kementerian Kesehatan RI (2010).
wastafel dan bak cuci tangan keramik Promosi Kesehatan di Sekolah.
dilengkapi sabun dan serbet. Tindak lanjut Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan.
lainnya adalah pengukuran berat badan Jakarta, Kementerian Kesehatan
dan tinggi badan bagi siswa baru yang Republik Indonesia.
yang masuk madrasah/pondok. Kementerian Kesehatan RI (2014).
Perilaku Mencuci Tangan Pakai
5. REFERENSI Sabun di Indonesia. Jakarta,
Infodatin, Pusat Data dan
Astuti R, Hertanto WS, Rosidi A (2014). Informasi.
Tempe Fortifikasi untuk Khomsan A (2000). Teknik Pengukuran
Penanggulangan Anemia Gizi Pengetahuan Gizi. Bogor, Jurusan
pada Remaja. Semarang, GMSK, Faperta, IPB Bogor.
Universitas Muhammadiyah Khumayra ZH, Sulisno M (2012).
Semarang. "Perbedaan pengetahuan dan
Desiyanto FA, Djannah SN (2013). Sikap Perilaku Hidup Bersih dan
"Efektivitas Mencuci Tangan Sehat (PHBS) antara Santri Putra
Menggunakan Cairan Pembersih dan Santri Putri." Jurnal Nursing
Tangan Antiseptik (Hand Studies 1(1): 197-204.
Sanitizer) terhadap Jumlah Angka Utomo AM, Alfiyanti D, Nurahman
Kuman " KESMAS 7(2): 55-112. (2013). "Hubungan Perilaku Cuci
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tangan Pakai Sabun (CTPS)
(2007). Poskestren dan PHBS dengan Kejadian Diare Anak Usia
Tatanan Pesantren. . Surabaya, Sekolah di SDN 02 Pelemsengir
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Kecamatan Todanan Kabupaten
Timur. Blora." FIKKES Jurnal
Ikhwanudin, A. (2013). "Perilaku Keperawatan 6(1): 15-23.
Kesehatan Santri : (Studi
Deskriptif Perilaku Pemeliharaan

431

Вам также может понравиться