Вы находитесь на странице: 1из 9

Diterbitkan Oleh:

Ngatman Jurusan Pendidikan Olahraga


Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Fakultas Ilmu Keolahragaan
Volume 9, Nomor 1, April 2013 Universitas Negeri Yogyakarta

PERBEDAAN PENGARUH HASIL LATIHAN


PEREGANGAN STATIS DAN DINAMIS TERHADAP
KELENTUKAN TOGOK MENURUT JENIS KELAMIN
ANAK KELAS 3 DAN 4 SEKOLAH DASAR

Fredericus Suharjana
Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Kolombo No.1, Karangmalang Yogyakarta 55281
email: f_suharjana@uny.ac.id

Abstract
This study aimed to determine: (1) The defferent in the effect of static and dynamic stretching exercise to torso’s
flexibility of the student in the grade 3 and 4 of Elementary School; (2) The different of torso’s flexibility between
boys and girls in the grade 3 and 4 of Elementary School; (3) Interaction between the effect of stretching exercise
and sex type to torso’s fexibility of student in the grade of 3 and 4 of Elementary School. The research method is
experimental, with the total population of all boys and girls in the grade 3 and 4 of all the Elementary School in the
Kulon Progo district are 261 School and 6.469 students. The research sample is determined by multi-stage random
sampling method, it is Ngemplak Elementary School of UPTD PAUD DIKDAS – Kalibawang with 20 boys and 20
girls. Research instrument used to determine the level of child’s torso’s flexibility is a series of test which have
been developed by the author and have been trialed before. Reliability coefficient obtained by Hoyt technique; total
reliability coefficient result are 0.719 for men and 0.700 for women. Validity coefficients obtained by the total section
technique: the result for men torso’s flexibility test; r = 0.657 to the left side. As for women torso’s flexibility test: r =
0.600 to the forward, r = 0.645 to the backward, r = 0.827 to the right side, r = 0.829 to the left side. All significant at
the level α = 0.05 The data analysis technique used is 2 x 2 ANOVA at significant level α = 0.05. F test results are:
(1) for variable A that is static and dynamic stretching exercises obtained Fo = 45.565 > Ft = 4.11 means that Ho is
rejected and Ha accepted, in this case there is a significantly different effect between static and dynamic stretching
on torso’s flexibility for students in the grade 3 and 4 of Elementary Schools, (2) for variable B which is a Sex type
of men and women obtained Fo = 1.865 < 4.11 mean Ho is accepted and Ha is rejected, in this case there is no
different of torso’s flexibility between the boys and girls in the grade 3 and 4 of Elementary School, (3) for inter AB
which is the interaction between the effect of stretching exercise and Sex type to torso’s flexibility obtained Fo =
3.292 < Ft = 4.11 means Ho is accepted and Ha is rejected, in this case there is no interaction between the effect of
stretching exercise and Sex type to the torso’s fexibility of the students in the grade 3 and 4 of Elementary School.
Keywords: Stretching Exercise, Flexibility, Static, Dynamic, Torso.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara latihan peregangan statis dan dinamis
terhadap kelentukan togok anak kelas 3 dan 4 sekolah dasar; (2) Perbedaan kelentukan togok antara laki-laki dan
perempuan anak kelas 3 dan 4 sekolah dasar; (3) Interaksi antara hasil latihan peregangan dan jenis Sex terhadap
kelentukan togok anak kelas 3 dan 4 sekolah dasar. Metode penelitian adalah eksperimen, dengan populasi semua
anak laki-laki dan perempuan kelas 3 dan 4 sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 261 sekolah
dasar dengan 6.469 anak. Sampel penelitian ditentukan dengan cara multi stage random sampling yaitu Sekolah
Dasar Ngemplak UPTD PAUD DIKDAS Kecamatan Kalibawang dengan 20 anak laki-laki dan 20 anak perempuan.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelentukan togok anak adalah rangkaian tes yang
telah disusun penulis dan sudah diuji cobakan. Koefisien reliabilitas diperoleh dengan teknik Hoyt, hasilnya koefisien
reliabilitas total untuk laki-laki = 0,719 dan untuk perempuan = 0,700. Koefisien validitas diperoleh dengan teknik
bagian total, hasilnya untuk laki-laki tes kelentukan togok: ke depan r = 0,657, ke belakang r = 0,627, ke samping
kanan r = 0,852, dan ke samping kiri r = 0,711. Sedangkan untuk perempuan tes kelentukan togok: ke depan r =
0,600, ke belakang r = 0,645, ke samping kanan r = 0,827, dan ke samping kiri r = 0,829. Semua signifikan pada taraf

38 JPJI, Volume 9, Nomor 1, April 2013


Perbedaan Pengaruh Hasil Latihan Peregangan Statis dan Dinamis
Terhadap Kelentukan Togok Menurut Jenis Kelamin Anak Kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar

α = 0,05. Teknik analisis data yang dipergunakan baik anak diberikan latihan berbagai gerakan
adalah ANAVA 2 X 2 pada taraf signifikansi α = untuk mengembangkan kemampuan fisik daripada
0,05. Hasil Uji F adalah: (1) Untuk variabel A yaitu pemahaman tentang teori.
latihan peregangan statis dan dinamis didapatkan
Program pendidikan jasmani, olahraga dan
Fo = 45,565 > Ft = 4,11 berarti Ho ditolak dan
Ha diterima, artinya ada pengaruh yang berbeda
kesehatan seyogyanya memberi kesempatan
secara signifikan antara latihan peregangan statis bagi semua anak untuk mempertahankan dan
dan dinamis pada kelentukan togok anak kelas 3 meningkatkan kebugaran jasmani serta kemampuan
dan 4 sekolah dasar; (2) Untuk variabel B yaitu berolahraga sepadan dengan kebutuhan individual,
jenis Sex laki-laki dan perempuan didapatkan Fo
sehingga pengembangan kemampuan fisik anak
= 1,865 < Ft = 4,11 berarti Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak ada perbedaan kelentukan diberikan secara multilateral. Sudarno SP (1991:21)
togok antara anak laki-laki dan perempuan kelas menyatakan bahwa komponen kemampuan fisik atau
3 dan 4 sekolah dasar; (3) Untuk inter AB yaitu kebugaran jasmani meliputi: kesehatan yang baik,
interaksi antara hasil latihan peregangan dan jenis
kekuatan, kelincahan, ketahanan otot, kecepatan,
Sex terhadap kelentukan togok didapatkan Fo =
3,292 < Ft = 4,11 berarti Ho diterima dan Ha ditolak, keseimbangan, kelentukan, koordinasi, ketahanan
artinya tidak terdapat interaksi antara hasil latihan kardiorespirasi, berat badan yang sesuai, kemampuan
peregangan dan jenis Sex terhadap kelentukan motorik umum, dan ketangkasan neuromuskular.
togok anak kelas 3 dan 4 sekolah dasar.
Sedangkan menurut Sajoto (1988:43) kemampuan
Kata Kunci: Latihan Peregangan, Kelentukan,
fisik atau kebugaran jasmani meliputi: kebugaran
Statis, Dinamis, Togok.
kardiovaskular, kebugaran kekuatan otot, kebugaran
keseimbangan tubuh, dan kebugaran kelentukan.
Tanpa Mengurangi arti dari komponen-komponen
PENDAHULUAN yang lain, kelentukan tubuh merupakan unsur penting
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di dalam gerak manusia. Kelentukan diperlukan di
(penjasorkes) di sekolah dasar merupakan basis dalam olahraga maupun aktivitas tubuh yang lain,
dari pendidikan gerak anak secara formal, karena seperti bekerja. Kelentukan diperlukan oleh setiap
itu merupakan fondasi dari pendidikan keterampilan orang baik tua, muda, anak-anak, laki-laki maupun
gerak. Guru penjasorkes dan pembina olahraga di perempuan. Khususnya bagi anak, kelentukan tubuh
sekolah dasar meyakini hal ini, tetapi tidak mempunyai sangat membantu untuk penguasan gerak dasar
kesempatan yang cukup untuk melaksanakannya, serta kepercayaan diri, seperti dikemukakan oleh
karena jam tatap muka untuk pembelajaran Adams (1988:5) bahwa “Anak yang kaku selalu
penjasorkes dan olahraga ekstrakurikuler sangat menjadi pilihan terakhir sebagai anggota regu.
terbatas. Waktu yang terbatas tersebut hendaknya Gambaran tentang dirinya merupakan kegagalan
dipergunakan sebaik-baiknya, supaya kebutuhan dan rendah diri, serta rasa malu mereka mempunyai
gerak bagi anak meskipun tidak sepenuhnya pengaruh yang dapat mengikis kemauan untuk
tercukupi, dapat meminimalkan kekurangan gerak mencoba lagi”.
yang dialami oleh anak serta dapat membantu Menurut Anwar (1986) perlu dipahami bahwa
perkembangan kemampuan fisik, mental, dan sosial gerak yang paling penting dalam kehidupan sehai-
emosionalnya. Jadi hendaknya anak diarahkan serta hari adalah fleksi batang tubuh. Jadi jelas bahwa
diberi kesempatan yang cukup untuk melakukan kelentukan togok atau batang tubuh sangat penting
aktivitas jasmani dan olahraga. Cara berpikir anak di dalam gerak olahraga maupun gerak kehidupan
sekolah dasar mulai berpijak pada pengalaman yang sehari-hari atau dalam bekerja. Kurangnya kelentukan
konkret, bukan pada pengetahuan atau konsep- mengakibatkan ketegangan yang berlebih dari
konsep abstrak (Slamet Suyanto: 2008:5). Demikian otot-otot, mengganggu fungsi penting syaraf
pula Ma’ruf Zuraiq (2008:217) mengemukakan otot, serta otot lebih mudah mendapat cedera.
bahwa anak akan lebih tertarik pada hal-hal yang Harsono(1988:164-170) menyatakan bahwa untuk
konkret daripada perkataan yang teoritis. Lebih meningkatkan kelentukan biasanya dilakukan

JPJI, Volume 9, Nomor 1, April 2013 39


Fredericus Suharjana

dengan latihan peregangan. Ada beberapa cara Menurut Russel (1982:129), Williams (1990:87),
latihan peregangan, diantaranya yaitu: statis, dan Siedentop (1994:55) kelentukan adalah rentang
dinamis, pasif dan kontraksi relaksasi. Keempat cara gerakan yang bisa dibuat oleh sendi-sendi tertentu
tersebut semuanya dapat meningkatkan kelentukan dan dibatasi oleh susunan persendian. Sedangkan
dan masing-masing dengan kelemahan serta Vitake (1973:88), dan Singer (1982:88) menyatakan
kelebihannya. bahwa kelentukan merupakan rentang gerakan
Menurut Alter (1996:15) bahwa pada umumnya yang mungkin pada suatu sendi atau sekelompok
anak kecil memiliki otot yang lebih lentur atau sendi, seperti tulang belakang. Hal senada juga
elastis, keadaan tersebut akan terus meningkat pada dikemukakan oleh Uram (1986:2) yang menyatakan
usia belasan tahun atau usia sekolah. Anak-anak bahwa kelentukan adalah kelemah lembutan atau
merupakan usia yang peka terhadap pertumbuhan kekenyalan dari otot dan kemampuannya untuk
dan perkembangan, sehingga harus benar-benar diulur cukup jauh agar memungkinkan persendian
diarahkan dan dibina agar pertumbuhan dan dapat beraksi dengan lengkap dalam jarak normal
perkembangannya tidak terganggu. Mengingat begitu dan dari gerakan tersebut tidak menyebabkan
pentingnya kelentukan tubuh, khususnya kelentukan cedera. Kelentukan adalah keefektifan seseorang
togok bagi anak-anak yaitu untuk segala macam dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala
aktivitas tubuh, maka perlu dibina dan dilatih. Sampai aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya,
saat ini belum ada persepsi yang sama dari guru terutama otot-otot ligamen di sekitar persendian.
penjasorkes maupun pelatih olahraga di sekolah Dapat disimpulkan bahwa kelentukan togok adalah
dasar mengenai apakah ada perbedaan antara kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan
latihan peregangan statis dengan dinamis terhadap yang dapat dibuat oleh sekelompok persendian
kelentukan togok menurut jenis Sex anak sekolah tulang belakang atau articulatio vertebralis, dan
dasar kelas tiga dan empat, sehingga penelitian ini dipengaruhi oleh bentuk serta struktur persendian,
perlu dilakukan. elastisitas otot-otot, tendon-tendon, dan ligamen-
Gerakan-gerakan tubuh atau anggota tubuh ligamen di sekitar persendian tulang belakang.
dalam latihan jasmani maupun olahraga dapat Kelentukan diperlukan bagi semua orang. Bagi
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, kelentukan berperan penting dalam
organ-organ tubuh, sehingga pertumbuhan dan membantu penguasaan keterampilan gerakan
perkembangan anak akan berjalan sesuai dengan dasar pengolahan tubuh, serta untuk penguasaan
yang semestinya sehingga tidak mengalami terhadap cabang-cabang olahraga. Anak-anak
gangguan-gangguan pertumbuhan yang disebabkan yang mempunyai kelentukan lebih baik, akan lebih
karena kurang gerak atau hipokinesis. Diharapkan mudah dalam penguasaan keterampilan gerakan
dengan melatih kemampuan tubuh anak melalui dasar pengolahan tubuh serta lebih mudah dalam
aktivitas jasmani atau olahraga, anak memjadi penguasaan keterampilan terhadap cabang-
terampil dalam mengolah tubuh atau anggota tubuh, cabang olahraga dibandingkan dengan anak-anak
sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan dapat yang tingkat kelentukannya kurang, selain itu juga
lebih efektif dan efisien. gerakan-gerakan yang dilakukan kelihatan lebih
Unsur-unsur kemampuan tubuh terdiri dari banyak luwes.
komponen, seperti dikemukakan oleh Rusli Lutan Menurut Harsono (1988:163) kelentukan
dkk. (2001:8) komponen-komponen kemampuan penting sekali dalam hampir semua cabang
tubuh terdiri dari: kekuatan otot, daya tahan otot, daya olahraga, terutama cabang-cabang olahraga
tahan aerobik, fleksibilitas, koordinasi, keseimbangan, yang banyak menuntut gerakan sendi seperti:
kecepatan, agilitas, power, dan waktu reaksi. Semua senam, loncat indah, beberapa nomor atletik,
komponen itu penting, seperti fleksibilitas atau permainan-permainan dengan bola, anggar, gulat,
kelentukan tubuh sangat diperlukan untuk olahraga dan sebagainya. Atlet yang mempunyai kelentukan
maupun aktivitas tubuh yang lain, seperti bekerja. yang baik akan pempengaruhi peluang yang lebih

40 JPJI, Volume 9, Nomor 1, April 2012


Perbedaan Pengaruh Hasil Latihan Peregangan Statis dan Dinamis
Terhadap Kelentukan Togok Menurut Jenis Kelamin Anak Kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar

besar untuk menciptakan prestasi yang optimal orang yang ingin meningkatkan derajat kelentukan
daripada atlet yang kelentukannya kurang baik, yang tinggi. Menurut Uram (1986:6-12) rangkaian
seperti dikemukakan oleh Maglischo (1982:175) latihan peregangan yang tepat bagi kelentukan
bahwa dalam olahraga renang, dengan memiliki hendaknya mengikuti prinsip-prinsip umum dari
kelentukan, perambahan gerakan pada beberapa latihan yaitu: kesiapan, kekhususan, keteraturan,
sendi khususnya bahu dan pergelangan kaki akan frekuensi, penyesuaian, beban berlebih, dan ukuran.
memungkinkan mekanisme gaya yang lebih efisien. Sedangkan Alter (1996:25) menyatakan bahwa
Kelentukan (flexibility) bukan hanya diperlukan dalam melakukan latihan peregangan hendaknya
bagi penampilan ketangkasan tertentu, tetapi juga mengikuti pedoman-pedoman umum latihan
penting bagi kesehatan dan kesegaran jasmani. peregangan yaitu: (1)Pemanasan dulu sebelum
Kelentukan penting bagi kesehatan karena melalui melakukan peregangan; (2) Tingkatkan sikap mental
latihan-latihan kelentukan akan dapat menghilangkan positif; (3) Identifikasi kelompok otot yang akan
atau menyembuhkan nyeri perut waktu haid atau diulur/diregang; (4) Lakukanlah gerakan-gerakan
dismenorrhea bagi wanita, nyeri punggung serta peregangan secara perlahan-lahan dan berirama;
menghindari terjadinya cedera. Kelentukan juga (5) Gunakan instruktur yang tepat dan berusaha
penting bagi kesegaran jasmani, karena kelentukan melakukan gerakan peregangan secara benar
merupakan salah satu dari komponen-komponen dan terarah; (6) Menghirup udara secara normal
kesegaran jasmani yang ikut menentukan tingkat dan tanpa beban serta hembusan nafas perlahan-
kesegaran jasmani seseorang (Sudarno 1991:175). lahan pada saat melakukan gerakan peregangan;
Moeloek (1984:9) menyatakan bahwa gerakan (7) Jangan memaksa melakukan peregangan di
yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari luar kemampuan tubuh; (8) Berkonsentrasi dan
adalah fleksi batang tubuh. Tetapi kelentukan yang menghayati aktivitas peregangan; (9)Mengawali
baik pada tempat tersebut belum tentu di tempat dan mengakhiri setiap gerakan peregangan dengan
lainpun demikian. Hal senada juga dikemukakan hati-hati.
oleh Anwar (1986:72) bahwa “Gerak yang paling Latihan peregangan dapat dilakukan dengan
penting dalam kehidupan sehari-hari adalah fleksi beberapa cara. Menurut Harsono(1988:164-171)
batang tubuh”. Maka jelas bahwa kelentukan ada empat cara latihan peregangan, yaitu: dinamis,
togok sangat penting, tidak saja di dalam olahraga, statis, pasif, dan kontraksi. Sedangkan Alter
tetapi juga penting di dalam kehidupan sehari-hari (1996:12) menyatakan bahwa terdapat lima teknik
atau dalam bekerja. Kelentukan persendian tulang peregangan dasar, yaitu: static, balistic, passive, dan
belakang atau articulatio vertebralis sangatlah proprioceptive. Demikian pula Lycholat (1990:23)
penting, sehingga perlu mendapat latihan yang menyatakan bahwa ada tiga cara latihan peregangan,
cukup agar kelentukannya dapat dipertahankan atau yaitu: balistic, static, dan assited.
ditingkatkan. Moeloek dan Tjokronegoro (1984:32) Dari beberapa jenis latihan peregangan tersebut,
menyatakan bahwa latihan untuk meningkatkan jenis latihan peregangan statis dan dinamis yang
kelentukan perlu diberikan terhadap anak-anak sejak biasa digunakan untuk meningkatkan kelentukan
usia sekolah dasar kelas satu dan dua. Kelentukan terutama bagi anak-anak. Latihan peregangan
tersebut menurun sampai umur 11 – 12 tahun, statis adalah latihan dengan cara melakukan
kemudian meningkat sampai usia dewasa muda, peregangan tanpa gerakan melentuk-lentukkan
sesudah itu menurun lagi dengan melanjutnya usia. bagian tubuh yang dilatih. Gerakan mulai dari
Semakin awal program latihan kelentukan dilakukan, mengulur otot dalam persendian sejauh mungkin,
semakin memungkinkan seseorang untuk lentuk. kemudian mempertahankan posisi tersebut selama
Salah satu latihan untuk meningkatkan kelentukan 20 sampai 30 detik, seperti dikemukakan oleh
tubuh adalah peregangan atau stretching. Program Harsono(1988:167) bahwa lama sikap statis harus
latihan yang betul serta dilakukan dengan sungguh- dipertahankan antara 20 – 30 detik. Keuntungan
sungguh dan berdisiplin adalah penting bagi setiap latihan peregangan statis adalah merupakan cara

JPJI, Volume 9, Nomor 1, April 2013 41


Fredericus Suharjana

yang paling aman terhadap cedera, dan tenaga yang seseorang. Untuk mengawali latihan peregangan,
diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan latihan perlu dilakukan pemanasan atau warm-up terlebih
peregangan dinamis. Sedangkan kerugian latihan dahulu yang fungsinya untuk meningkatkan sirkulasi,
peregangan statis adalah harus selalu menghindari mengulur otot secara bertahap, memperbaiki
peregangan yang tiba-tiba terlalu jauh, agar otot kebebasan bergerak, menambah kesadaran diri
tidak terasa sakit. dari kebutuhan otot dalam persiapan untuk suatu
Latihan peregangan dinamis adalah suatu sesion latihan, menurunkan sebanyak mungkin
latihan peregangan dengan menggerak-gerakkan potensi untuk cedera, serta menaikkan suhu badan.
tubuh atau anggota tubuh secara berirama tanpa Sedangkan untuk mengakhiri latihan peregangan,
mempertahankan posisi peregangan terjauh. perlu pula dilakukan pendinginan atau warm-down
Keuntungan latihan peregangan dinamis adalah yang fungsinya untuk menurunkan suhu tubuh
meningkatkan secara progresif ruang gerak sendi. mendekati normal kembali, serta menghilangkan
Sedangkan kerugian latihan peregangan dinamis ketegangan-ketegangan otot.
adalah dapat menyebabkan rasa sakit dan cidera Pedoman dalam melakukan latihan peregangan
pada otot. secara khusus: (1) Latihan peregangan statis:
Manfaat dari latihan peregangan adalah: (1) (a) Latihan awal bagi anak sekolah dasar, posisi
Meningkatkan kebugaran fisik, yaitu otot-otot yang bertahan pada peregangan terjauh dilakukan selam
terulur akan memperlancar transportasi zat-zat yang 6 detik; (b) Pernafasan normal, menghirup dan
diperlukan oleh tubuh serta pembuangan sisa-sisa, menghembuskan udara dilakukan secara perlahan-
sehingga tubuh menjadi bugar; (2) Mengoptimalkan lahan; (c) Peningkatan latihan dilakukan dengan
penampilan gerakan, yaitu dengan mengulur otot- cara memperlama waktu bertahan pada peregangan
otot, ligamen-ligamen, serta tendo-tendo, persendian terjauh dari 6 detik menjadi 8 detik, 10 detik sampai
juga ikut teregang, sehingga memberi kesempatan dengan 20 detik, (2) Latihan peregangan dinamis:
kepada persendian dan jaringan di sekitarnya untuk (a) Latihan awal bagi anak sekolah dasar dimulai
dapat menampilkan gerakan secara optimal; (3) dari 6 kali gerakan; (b) Pernafasan dilakukan secara
Meningkatkan relaksasi fisik, yaitu ketegangan- normal, waktu yang diperlukan untuk menghirup
ketegangan tubuh akan berkurang jika otot-otot udara sama dengan waktu menghembuskan nafasl;
dalam keadaan relaks dengan adanya penguluran; (c) Peningkatan latihan dilakukan dengan cara
(4) Mengurangi resiko cedera sendi dan otot, yaitu memperbanyak gerakan dari 6 kali menjadi 8 kali,
jika rentang gerak persendian lebih luas dan otot 10 kali sampai 20 kali gerakan.
lebih elastis, maka kemungkinan cedera sendi Radiopoetro (1975:11) mengemukakan bahwa
maupun otot akan lebih kecil; (5) Mengurangi rasa gerak tulang belakang dibedakan menjadi anteflexio,
sakit pada saat menstruasi atau dysmenorrhea bagi retroflexio, lateroflexio, dan rotatio. Sedangkan
wanita, yaitu jika otot-ottot perut dan panggul dalam Pate (1993:157) menyatakan bahwa diantara
keadaan relaks, maka pada saat menstruasi, dapat banyak kemungkinan gerak tulang belakang adalah
mengurangi rasa sakit yang disebabkan karena fleksi-ekstensi, adduksi-abduksi, dan rotasi. Tulang
ketegangan otot. belakang tersusun dari sejumlah 24 persendian
Penyusunan program latihan untuk meningkatkan yang masing-masing berdiri sendiri. Tulang belakang
kelentukan dengan cara latihan pregangan secara dirancang untuk membentuk tubuh manusia.
khusus dapat dilakukan seminggu sebanyak dua Bentuk yang belakang dari atas ke bawah semakin
kali, dengan waktu latihan 30 menit dan dilakukan membesar karena semakin ke bawah semakin berat
selama lima minggu, seperti yang dikemukakan pula dalam mendukung berat badan.
oleh Sajoto (1988:187) bahwa program latihan Gerakan tulang belakang ke depan, belakang,
peregangan secara khusus dapat dilakukan dua kali samping kanan, samping kiri dan memutar dapat
tiap minggu dan setelah lima minggu latihan, dapat terjadi karena tulang belakang mempunyai susunan
diketahui tingkat kemajuan kemampuan kelentukan yang unik. Meskipun gerakan tiap persendian

42 JPJI, Volume 9, Nomor 1, April 2012


Perbedaan Pengaruh Hasil Latihan Peregangan Statis dan Dinamis
Terhadap Kelentukan Togok Menurut Jenis Kelamin Anak Kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar

terbatas, namun gabungan gerakan seluruh berkontraksi atau memendek, maka otot-otot
persendian tulang belakang menghasilkan gerakan punggung mengalami pemanjangan.
terpadu yang sangat penting. Pate (1993:157) Menurut Tanner (1981:58) sejak lahir sampai
menyatakan bahwa lapisan tulang rawan terletak pubertas, perbedaan jenis Sex terus berlangsung
di antara bagian-bagian yang menghasilkan suatu tidak hanya segi fisik, tetapi juga aspek psikologis.
permukaan persendian dan membantu penyerapan Perbedaan yang paling penting terjadi kadar
tenaga yang berpengaruh pada tulang belakang. proses pematangan. Anak perempuan tumbuh
Stabilitas tulang belakang ditentukan oleh tali lebih cepat daripada anak laki-laki, memasuki masa
pengikat sendi dan otot. Tonjolan tulang yang disebut pubertas lebih awal dan berhenti tumbuh lebih
spina dan procesus transversus memberi tempat bagi awal sampai dua tahun daripada anak laki-laki.
pengikatan otot dan tali pengikat sendi. Gallahue (1985:117) menyatakan bahwa walaupun
Menurut Jensen (1983:112) sistem otot togok kecil terdapat perbedaan pertumbuhan fisik antara
sangat komplek. Hal itu meliputi banyak otot kecil anak laki-laki dengan perempuan pada usia anak
yang menghubungkan tulang belakang bersama- menengah atau usia sekitar 9 – 10 tahun. Anak laki-
sama dan menambah stabilitas bagi tulang belakang laki memiliki tungkai dan lengan yang lebih panjang
bagi gerakan togok. Otot perut dan otot bagian dibanding dengan anak perempuan, sedangkan anak
panggul melengkapi sistem otot di togok. Gerakan perempuan memiliki panggul dan paha yang lebih
togok ke depan terjadi pada daerah tulang belakang besar dari anak laki-laki. Menurut Harlock (1978:111)
bagian bawah dan disebabkan karena ada kontraksi anak usia 12 tahun ke bawah massa otot dan tulang
dari otot-otot: rectus abdominis, obliquus abdominis anak laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
internus, obliquus abdominis externus dan psoas Efek dari peregangan sebagian akan berpengaruh
major. Otot-otot tersebut menggerakkan persendian di otot, sedangkan pengaruhnya terhadap jaringan-
tulang belakang dan secara bersama-sama jaringan yang lain seperti tendo, ligamen, serta kulit
mempengaruhi kelentukan togok gerakan ke depan tidak begitu besar.
atau trunk flexion. Gerakan togok ke belakang terjadi
pada daerah tulang belakang dan disebabkan karena METODE PENELITIAN
ada kontraksi dari otot-otot: semi spinalis thoracic, Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
erector spinae, guadratus lumborum, dan multifidus. hasil dua macam latihan peregangan statis dengan
Otot-otot tersebut menggerakkan persendian tulang dinamis berdasarkan jenis Sex laki-laki dan
belakang dan secara bersama-sama mempengaruhi perempuan anak kelas 4 dan 5 sekolah dasar.
kelentukan togok gerakan ke belakang atau trunk Untuk mencapai tujuan itu, maka metode yanng
extention. Gerakan togok ke samping kanan dan kiri dipilih adalah metode eksperimen. Metode ini dipilih
secara simultan disebabkan karena adanya kontraksi karena ingin mengetahui efek dari suatu perlakuan.
dari otot-otot: externus, rectus abdominis, ablicuus Rancangan penelitian yang digunakan adalah
abdominis, internus, rectus abdominis erector rancangan faktorial 2 X 2. Rancangan tersebut dipilih
spinae, guadratus lumborum, semi spinalis thoracic, karena dapat menguji beberapa hipotesis dalam satu
dan multifidus. Otot-otot tersebut menggerakkan kali eksperimen dan menguji interaksi.
persendian tulang belakang dan secara bersama- Populasi penelitian ini adalah seluruh anak laki-
sama mempengaruhi kelentukan togok ke samping laki dan perempuan sekolah dasar kelompok umur
kanan maupun kiri atau lateral flexion of the trunk. II, yaitu kelas 3 dan 4 di Kabupaten Kulon Progo,
Semua otot-otot yang berada di togok berpasangan Daerah Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 261
kanan dan kiri, sedangkan cara kerjanya berlawanan sekolah dasar dengan 6469 anak. Pengambilan
antara kanan dan kiri, perut dan punggung. Jika otot- sampel dengan cara multi stage random sampling,
otot togok sebelah kiri berkontraksi yaitu memendek, yaitu sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo terdiri
maka otot-otot togok di sebelah kanan mengalami dari 11 UPTD PAUD DIKDAS Kecamatan, diambil
pemanjangan. Demikian pula jika otot-otot perut secara random dan didapatkan UPTD PAUD DIKDAS

JPJI, Volume 9, Nomor 1, April 2013 43


Fredericus Suharjana

Kecamatan Kalibawang yang terdiri dari 29 sekolah HASIL PENELITIAN


dasar. Kemudian diambil secara random dan terpilih Hipotesis yang diuji yaitu: (1) Terdapat pengaruh
sekolah dasar Ngemplak Ranting Dinas Kecamatan yang berbeda antara latihan peregangan statis dan
Kalibawang dengan jumlah 40 anak terdiri dari 20 dinamis terhadap kelentukan togok anak kelas 3 dan
anak laki-laki dan 20 anak perempuan. Selanjutnya 4 sekolah dasar; (2)Terdapat perbedaan kelentukan
sampel dites kelentukan togoknya menggunakan alat togok antara laki-laki dan perempuan anak kelas 3
ukur flexometer untuk mengukur kelentukan togok ke dan 4 sekolah dasar; (3) Terdapat interaksi antara
depan dan ke belakang, protractor untuk mengukur hasil latihan peregangan dan jenis Sex terhadap
kelentukan togok ke samping kanan dan samping kiri. kelentukan togok anak kelas 3 dan 4 sekolah dasar.
Reliabilitas tes dilakukan dengan teknik Hoyt, Data hasil peningkatan kelentukan togok tersebut
hasilnya adalah koefisien reliabilitas total untuk laki- berupa skor kasar, kemudian dirubah menjadi T-skor
laki = 0,719, dan untuk perempuan = 0,700. Validitas karena satuannya tidak sama, yaitu kelentukan togok
tes dilakukan dengan mengkorelasikan bagian ke depan dan ke belakang dalam centimeter dan
dengan total, hasilnya untuk laki-laki adalah koefisien kelentukan togok ke samping kanan dan kiri dalam
validitas: kelentukan togok ke depan = 0,657, derajad. Sebelum pengujian hipotesis penelitian,
kelentukan togok ke belakang = 0,627, kelentukan maka perlu diuji persyaratan lebih dahulu, yaitu uji
togok ke samping kanan = 0,852, kelentukan togok ke normalitas dan uji homogenitas varians. Data yang
samping kiri = 0,711. Sedangkan untuk perempuan diperoleh diuji kenormalannya dengan Kai Kuadrat
adalah koefisien validitas: kelentukan togok ke depan hasilnya normal, dan homogenitasnya dengan uji
= 0,600, kelentukan togok ke belakang = 0,645, Bartlet hasilnya homogen.
kelentukan togok ke samping kanan = 0,827, dan Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis
kelentukan togok ke samping kiri = 0,829. varians dua arah, yang kemudian dilanjutkan
Agar kemampuan kelentukan awal antara dengan uji F Scheffe pada sumber varians yang
kelompok yang diberikan perlakuan latihan menunjukkan hasil signifikan. Hasil perhitungannya
peregangan statis dan dinamis putra maupun dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
putri sama, setelah hasilnya di rangking kemudian
dibagi dengan cara ordinal pairing. Pada faktor Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji ANAVA 2 X 2 Data Hasil
Latihan Peregangan Statis dan Dinamis Terhadap
latihan peregangan dibedakan menjadi: a) latihan
Kelentukan Togok Menurut Jenis Sex Anak Kelas 3
peregangan statis, dan b) latihan peregangan
dan 4 Sekolah Dasar.
dinamis. Sedangkan pada faktor jenis Sex dibedakan
menjadi: a) jenis Sex laki-laki, dan b) jenis Sex
perempuan. Perlakuan diberikan selama lima minggu
berturut-turut, dan setiap minggu diberikan latihan
sebanyak dua kali, jadi keseluruhannya sebanyak
sepuluh kali pertemuan. Pengukuran kelentukan
togok ke depan dan ke belakang menggunakan alat
ukur flexometer, sedangkan pengukuran kelentukan
togok ke samping kanan dan kiri menggunakan alat
ukur protractor.
Keterangan:
Tabel. 1. Bagan Rancangan Eksperimen Faktorial 2 X db : derajat kebebasan
JK : jumlah Kuadrat
RK : rata-rata jumlah kuadrat
Fo : harga F observasi
Ft : harga F tabel
S : signifikansi
NS : non signifikan

44 JPJI, Volume 9, Nomor 1, April 2012


Perbedaan Pengaruh Hasil Latihan Peregangan Statis dan Dinamis
Terhadap Kelentukan Togok Menurut Jenis Kelamin Anak Kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar

PEMBAHASAN latihan selama lima minggu dapat diketahui tingkat


Hasil pengujian hipotesis pertama terlihat bahwa, kemajuan kelentukan seseorang. Hal itu dapat
Hasil Fo untuk perlakuan A yaitu latihan peregangan juga disebabkan karena perbedaan secara fisik dan
statis dan dinamis adalah = 45,57 lebih besar psikologis antara anak laki-laki dengan perempuan
daripada Ft yaitu = 4,11. Berarti Ho ditolak sekaligus usia kelompok umur II yaitu kelas 3 dan 4 belum
Hi diterima pada taraf signifikansi α = 0,05, sehingga begitu mencolok, sehingga dengan mendapat latihan
dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang yang sama, hasilnya akan sama juga atau berbeda
nyata antara latihan peregangan statis dengan tetapi tidak secara signifikan.
dinamis terhadap peningkatan kelentukan togok Hasil pengujian hipotesis ke tiga terlihat, bahwa
secara keseluruhan. Hasil pengujian F Scheffe (FsA) Fo untuk interaksi antara latihan peregangan
lebih besar daripada Ft pada taraf signifikansi α = dan jenis Sex terhadap kelentukan togok adalah
0,05 yang berarti latihan peregangan statis lebih sebesar = 3,29 yang ternyata lebih kecil daripada
efektif daripada latihan peregangan dinamis secara Ft yaitu = 4,11 pada taraf signifikansi α = 0,05. Hal
keseluruhan. Teknik-teknik gerakan antara latihan ini berarti bahwa Ho diterima sekaligus Hi ditolak
peregangan statis dengan latihan peregangana pada taraf signifikansi α = 0,05 sehingga dapat
dinamis berbeda, yaitu pada latihan peregangan dinyatakan bahwa tidak ada interaksi antara latihan
statis waktu yang diberikan kepada otot untuk terulur peregangan dan jenis Sex terhadap kelentukan
cukup, karena gerakan dihentikan pada saat posisi togok. Jadi antara latihan peregangan dan jenis Sex
terjauh, dimana otot-otot terulur secara optimal. tidak memberikan kontribusi secara bersama-sama
Sedangkan pada latihan peregangan dinamis otot terhadap peningkatan kelentukan togok.
tidak diberi waktu yang cukup untuk terulur. Gerakan
peregangan dinamis akan menyebabkan reflek ulur KESIMPULAN DAN SARAN
otot yang terulur tadi berkontraksi jadi memendek Latihan penguluran statis dan dinamis pada
kembali serta kontraksi ini justru akan menghalangi dasarnya merupakan suatu cara untuk meningkatkan
otot untuk bisa terulur secara maksimal. Latihan kelentukan dengan kelebihan serta kekurangannya
peregangan statis merupakan cara yang tepat untuk masing-masing. Latihan peregangan statis lebih
meningkatkan kelentukan anak-anak sekolah dasar efektif dibandingkan dengan latihan peregangan
disamping bahayanya relatif kecil dalam melatih dinamis. Anak kelompok usia II sekolah dasar
perluasan gerak sendi untuk membuat otot elastis. atau kelas 3 dan 4 sesuai dengan karakteristiknya,
Hasil pengujian hipotesis yang ke dua terlihat, mereka belum bisa diberikan bentuk-bentuk latihan
bahwa hasil Fo untuk variabel B yaitu jenis Sex atau gerakan yang sulit dan berat, sehingga harus
laki-laki dan perempuan adalah = 1,87 ternyata lebih dicarikan bentuk-bentuk latihan yang sederhana
kecil daripada Ft yaitu 4,11 pada taraf signifikansi dan tidak terlalu berat. Latihan peregangan statis
α = 0,05. Hal ini berarti Ho diterima sekaligus Hi merupakan cara yang tepat dan efektif untuk
ditolak pada taraf signifikansi α = 0,05 sehingga meningkatkan kelentukan, karena gerakan-gerakan
dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam latihan penguluran statis lebih mudah
yang nyata antara laki-laki dengan perempuan dilakukan, kemungkinan menimbulkan kerusakan
terhadap peningkatan kelentukan togok. Hasil pada jaringan-jaringan tubuh lebih sedikit, serta
yang menunjukkan perbedaan tidak signifikan tenaga yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan
kemungkinan disebabkan karena sampel kurang dengan latihan penguluran dinamis. Dilihat dari jenis
banyak, atau karena pelaksanaan perlakuan yang Sex, secara fisik belum begitu banyak berbeda,
kurang banyak atau kurang lama. Pelaksanaan sehingga jika diberikan latihan peregangan yang
eksperimen dilakukan seminggu dua kali selama sama, hasilnya tidak akan berbeda secara signifikan.
satu setengah bulan. Hal ini mengacu pendapat Peningkatan kelentukan togok dipengaruhi oleh
Sajoto (1988:187) dan Sudarno (1991:175) bahwa latihan peregangan, sedangkan jenis Sex tidak
latihan peregangan dapat dilakukan dua kali dalam berpengaruh terhadap peningkatan kelentukan togok
seminggu dengan waktu lebih kurang 30 menit, bagi anak kelas 3 dan 4 sekolah dasar.

JPJI, Volume 9, Nomor 1, April 2013 45


Fredericus Suharjana

DAFTAR PUSTAKA M. Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam


Adams, Iain dan Rahantoknam. (1988). Pendidikan Olahraga. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti.
Jasmani Dengan Pendekatan Pemahaman. Russel F., Whaley. (1982). Healt. New Jersey:
Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikdasmen Digutentis. Prentice-Hall, Inc.
Alter J. Michael. (1996). 300 Teknik Peregangan Rusli Lutan, J. Hartoto, dan Tomoliyus. (2001).
Olahraga. Terjemahan Jamal Khabib. Jakarta: Pendidikan Kebugaran Jasmani Orientasi
PT. Rajagrafindo Persada. Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Jakarta: Ditjen
Anwar M.P. (1986). Memilih Atlet Untuk Menghasilkan Olahraga Depdiknas.
Prestasi Prima Dalam Olahraga. Simposium Siedentop, Daryl. (1999). Introduction to Physical
Olahraga. Surabaya. Education Fitness, and Sport. London: Mayfield
Dangsina Moeloek, Tjokronegoro, dan Arjatno. Publishing Company.
(1984). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: FKUI. Singer N., Robert. (1992). The Learning of Motor
Gallahue L., David. (1985). Understanding Motor Skill. New York: Macmillan Publishing Co. Inc.
Development in Children. New York: Macmillan Slamet Suyanto. (2008). Strategi Pendidikan Anak.
Publishing Company. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Harsono. (1988). Coaching an Aspek-Aspek Soedarno S.P. (1991). Pendidikan Kesegaran
Psykologis Dalam Coaching. Jakarta: C.V. Jasmani. Jakarta:Depdikbud Ditjen Dikti.
Tambak Kusuma. Tanner J.M. (1981). Foetus Into Man. Massachusetts:
Hurlock and Elizabeth. (1978). Child Development. Harvard University Press.
New York: Mc Graw-Hill-Kogokusha Ltd. Uram, Paul. (1986). Latihan Peregangan. Terjemahan
Lycolat, Tony. (1990). The Complete Book of Engkos Kosasih dan Iskandar Z.A. Jakarta:
Stetching. Great Britain: B.P.P.C.C. Harzell Book Akademika Pressindo C.V.
Ltd. Vitake, Frank. (1973). Individualized Fitness
Ma’ruf Zuraiq. (2008). Cara Mendidik Anak Dan Program. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Mengatasi Problemanya. Bandung: CV. Williams Melvin H. (1990). Lifetime Fitness and
Nuansaaulia. Choice. Texas U.S.A: Wm.C. Brown Publishers.

46 JPJI, Volume 9, Nomor 1, April 2012

Вам также может понравиться