Вы находитесь на странице: 1из 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334256929

PERBANDINGAN PENGARUH PENEMPATAN ARRESTER SEBELUM DAN


SESUDAH FCO SEBAGAI PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 PHASA TERHADAP
GANGGUAN SURJA PETIR DI PENYULANG PANDEAN LAMPER 5 RAYON S....

Article · October 2014


DOI: 10.14710/gt.v18i1.8808

CITATION READS

1 171

2 authors, including:

Arkhan Subari
Universitas Diponegoro
19 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Arkhan Subari on 13 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERBANDINGAN PENGARUH PENEMPATAN ARRESTER SEBELUM DAN
SESUDAH FCO SEBAGAI PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 PHASA
TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR DI PENYULANG PANDEAN LAMPER 5
RAYON SEMARANG TIMUR
Azis Nurrochma Wardana, Arkhan Subari
Program Studi Diploma III Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Azis Nurrochma Wardana, Arkhan Subari, in paper comparison of the effect of placement arrester
before and after FCO as safety of 3 phase transformator from interruption of lightning at Pandean Lamper 5
Feeder, East Semarang explain that problem of the studied is location of arrester at distribution which have is
same function and target but owning location of different arrester. Location of arrester relate to wiring of
arrester with transformer and fuse Cut Out (FCO) owning target to give protection at transformer of over
voltage. In the last location of this arrester require to study again about its efficacy of its at transformer.
Efficacy of pr otection at such transformer is efficacy of passed to protection is transformer by minimizing over
voltage that happened at the transformer so that equipments and transformer which its of him do not experience
of damage. By considering factor influencing the level of voltage of surge and current of surge that happened at
each system, like wiring of arrester, length of wire, apart arrester which is utilized in system location of arrester,
steepness of wave come, speed creep waving surge, and Basic InsulationLevel (BIL) equipments, so that is in the
final got one of location of correct arrester as 20 kV distribution transformer protection.

Keywords: Arrester, Distribution Transformer, Fuse Cut Out, Lightning Surge

PENDAHULUAN didapatkan metode penempatan yang tepat sebagai


Gardu distribusi merupakan salah satu proteksi transformator distribusi.
komponen dari suatu sistem distribusi yang
berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke TINJAUAN PUSTAKA
konsumen atau untuk mendistribusikan tenaga listrik Referensi pertama diperoleh dari buku
pada konsumen tegangan menengah maupun Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja ditulis oleh
tegangan rendah. Sehingga gardu distribusi Ir. T. S Hutauruk M.E.E. buku ini berisi tentang
merupakan komponen yang penting dalam suatu pengertian gelombang berjalan surja petir,
sistem distribusi dan membutuhkan keandalan pengertian proteksi petir serta perhitungan tentang
tinggi. gelombang petir yang datang. Selain itu untuk
Salah satu komponen pada gardu distribusi pedoman pemakain arrester yang digunakan pada
adalah trafo yang berfungsi sebagai penurun jaringan tegangan menengah PLN terutama yang
tegangan (step down transformer), yang digunakan untuk proteksi transformator
menurunkan tegangan 20 kV (tegangan menengah) menggunakan pedoman Panduan Praktis Pemilihan
menjadi 400/230 V (tegangan rendah). Karena trafo Tingkat Pengenal Lightining Arrester Untuk Sistem
terhubung dengan saluran udara 20 kV dan Tenaga Listrik yang disusun oleh Dr. Reynaldo Zoro
penempatannya di tempat terbuka sehingga pada serta SPLN no 7 tahun 1978 tentang Pedoman
trafo dapat terjadi gangguan tegangan lebih akibat Pemilihan Tingkat Isolasi Transformator dan
sambaran petir secara langsung atau sambaran petir Penangkap Petir.
tidak langsung (induksi). Sambaran petir akan Di Penyulang PDL 5 terdapat 2 sistem
menimbulkan tegangan lebih yang tinggi melebihi penempatan arrester dan FCO pada transformator
kemampuan isolasi trafo sehingga dapat yaitu penempatan arrester sebelum FCO dan
menyebabkan kerusakan isolasi yang fatal. penempatan arrester setelah FCO. Oleh karena itu
Terdapat 2 metode penempatan Arrester dan dari sumber tinjauan pustaka tersebut akan dibahas
FCO sebagai proteksi pada gardu distribusi di mengenai bagaimana pengaruh gangguan surja petir
Semarang Timur yaitu penempatan Arrester sebelum terhadap perbedaan penempatan arrester dan FCO
FCO dan penempatan Arrester setelah FCO. sebagai pengaman gardu distribusi dengan
Masing-masing metode memiliki dampak yang memperhitungkan besarnya tegangan surja petir
bebeda dalam mengatasi gangguan tegangan implus yang lolos ke trafo distribusi dan bagaimana kinerja
petir yang datang. arrester dan FCO ketika terjadi gangguian petir.
Oleh karena itu pada penelitian ini akan Sehingga diharapkan tugas akhir ini dapat menjadi
dibahas mengenai pengaruh penempatan Arrester bahan pemikiran untuk mendapatkan penempatan
dan FCO sebagai proteksi trafo distribusi terhadap arrester yang tepat dan efektif guna melindungi
gangguan tegangan impuls petir dan akan gardu distribusi terhadap gangguan surja petir.

GEMA TEKNOLOGI Vol. 18 No. 1 Periode April 2014 - Oktober 2014 5


sistem pentanahan yang efektis, jadi dapat diambil
LANDASAN TEORI perhitungan:
Menurut Hutauruk (1988) terdapat 2 tipe Ua = 0,8 x 1,1 x tegangan nominal
sambaran petir yaitu sambaran langsung dan Dimana Ua = Tegangan Arrester Besarnya arus
sambaran tidak langsung. Yang dimaksud dengan pelepasan arrester adalah
sambaran langsung adalah apabila kilat menyambar 2e  U a
langsung pada kawat fasa (untuk saluran tanpa I
Z
kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran Dimana :
dengan kawat tanah). Sedangkan sambaran tidak I : Arus pelepasan arrester (A)
langsung (sambaran induksi) terjadi bila sambaran e : tegangan surja yang datang (kV)
kilat ke tanah di dekat saluran maka akan terjadi Ua : Tegangan pelepasan arrester (kV)
fenomena transien yang diakibatkan oleh medan Z : Impedansi surja saluran (Ω)
elektromagnetis dari kanal kilat.
Suatu gelombang berjalan (surge) Untuk menentukan besarnya perubahan
dinyatakan sebagai: tegangan pada arrester (Es) ketika tegangan impuls
E, t2/t1` melewati arrester, diperoleh dengan menggunakan
Dimana : persamaan (Zoro, 2011) :
E : Tegangan puncak di
t2/t1 : Rasio muka gelombang terhadap ekor eS = U0 + (IxR) +L
gelombang surja dt
Dimana :
Pada kawat di udara, kecepatan merambat ini eS : Perubahan tegangan pada arrester (kV/µs)

kira-kira 300 meter per mikro detik jadi sama U0 = Tegangan arrester pada saat arus 0
dengan kecepatan cahaya (Hutauruk, 1988). Lalu (Maximal Disharge voltage) (kV)
impedansi surja (z) untuk hantaran udara diperoleh I : Arus pelepasan (kA)
(Purnomo, Hery; & Shidiq, Mahfudz. 2010) : R : Tahanan arrester (Ω)
2h L : Induktansi penghantar arrester (µH)
z  60 ln ohm di
r : Kenaikan arus penghantar (kA/µs)
Sedangkan besarnya impedansi surja untuk kawat dt
berisolasi adalah :
60 R CARA PENGAMATAN
z ln ohm Bahan pengamatan merupakan komponen
 r
yang digunakan untuk memperoleh perhitungan
Dimana : guna mencapai suatu tujuan. Bahan pengamatan
Z : impedansi surja kabel (Ω) yang dibutuhkan adalah Data Gardu Distribusi PDL
Ε : permetivitas (2,5 - 4) 5, Lightning Arrester, Fuse Cut Out dan Fuse Link.
R : jari-jari penghantar dari inti sampai luar Dalam mengumpulkan data yang diperlukan,
isolasi (mm) dilakukan serangkaian kegiatan. Diantaranya
r : jari-jari penghantar dari inti konduktor melakukan survey lapangan di penyulang Pandan
(mm) Lamper 5 untuk mendata secara manual jumlah trafo
3 phasa yang ada, serta bagaimana penempatan
Menurut Sarimun (2012) Arrester atau biasa arrester terhadapa trafo tersebut. Selain itu juga
juga disebut Lightning Arrester adalah suatu alat berdiskusi dengan pegawai Rayon Semarang Timur
pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik mengenai masalah yang diteliti. Agar proses
terhadap surja petir (surge) dengan cara membatasi pengumpulan data dapat berjalan dengan baik
surja tegangan lebih yang datang dan diperlukan instrumen yang mendukung. Instrument
mengalirkannya ke tanah. Dipasang pada atau dekat yang dipakai adalah Alat Tulis, laptop dan kamera.
peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke Langkah-langkah yang dilakukan untuk
tanah. Ketika sebuah surja sampai pada kawat mendapatkan data yang diperlukan meliputi
distribusi dan dilewatkan pada piringan-pirangan beberapa metode, yaitu meliputi :
yang tak linear, tahanan katup elemen berubah turun  Studi literatur
secara cepat, sehingga tegangan turun dibatasi  Pengambilan data
meskipun arusnya besar.  Perhitungan data
R  N .K .I b  Menarik kesimpulan
Dimana :
K : 4650 ; Data-data yang telah didapatkan digunakan
B : 0.72 (Suswanto, Daman. 2009) sebagai bahan perhitungan terhadap masing-masing
sistem penempatan arrester sehingga tujuan dari
Sistem pentanahan pada gardu distribusi di penelitian ini dapat tercapai. Penelitian yang
penyulang Pandan Lamper 5 dianggap sebagai dilakukan meliputi hal-hal berikut:

6 GEMA TEKNOLOGI Vol. 18 No. 1 Periode April 2014 - Oktober 2014


 Menghitung impedansi surja saluran udara = 190,4762 - 163,0276
yang didasarkan pada ketinggian dan jari-jari = 27,4485 kV/µs
kawat dari saluran. Kemudian menghitung Besarnya tegangan surja yang melalui kawat fuselink
waktu tempuh gelombang surja dengan (eF) diperoleh dengan persamaan (SPLN 7. 1987) :
kecepatan rambat tertentu yang merambat pada 2z
kawat yang memiliki panjang tertentu sesuai eF  eR
z2  zF
keadaan di lapangan.
 2  81,5159
Menghitung besarnya gelombang tegangan   27,4485
surja sebagai fungsi waktu yang terjadi pada 47,8231  81,5159
arrester dan trafo dengan metode pantulan  34,5359 kV/s
berulang pada masing-masing sistem
penempatan arrester. Dan kemudian Setelah melewati kawat fuselink, tegangan
menentukan tegangan surja tertinggi yang surja ini akan kembali melewati kabel jumper (e ST)
terjadi pada arrester dan trafo tersebut. sehingga tegangannya berubah lagi yaitu
 Menghitung nilai puncak minimal tegangan 2z2
surja datang pada sistem yang membuat e ST  e FCO
z 2  z FCO
arrester bekerja atau tepercik pada masing-
masing sistem penempatan arrester. 2  47,8231
  34,5359
 Menentukan sistem penempatan arrester yang 47,8231  81,5159
mempunyai nilai tegangan surja yang kecil  25,6185 kV/s
pada arrester dan trafo.
Dengan diketahui koefisien refraksi dan
Selanjutnya hasil perhitungan yang mengacu refleksi pada trafo dan FCO adalah
pada tujuan penelitian disimpulkan, yaitu untuk
2z2
mendapatkan sistem penempatan arrester yang Koefisien refraksi C :  0,7418
efektif sebagai proteksi trafo distribusi 20 kV pada z FCO  z 2
gardu trafo tiang. z2  z f
Koefisien Refleksi C’ :  0,2582
z2  z f
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Penghitungan tegangan surja pada 2 zT
Koefisien refraksi T :  1,1346
perhitungan menggunakan surja petir dengan zT  z 2
tegangan sebesar 200 kV/µs (e1). Besarnya tegangan
z  z2
surja yang masuk ke sisi jumper (e2), diperoleh Koefisien Refleksi T’ : T  0,1346
dengan persamaan (SPLN 7. 1987) : zT  z 2
2 z P1 Sehingga total tegangan surja yang masuk ke
e2  e1
z P1  z 2 sisi primer trafo selama petir berlangsung adalah
2  43,4775 sebesar 30,1135 kV/µs.
  200 Pada Sistem Penempatan Arrester Setelah
43,4775  47,8231 FCO tegangan impuls yang masuk ke kawat fuselink
 190,4762 kV/s (eF) :
2zF
eF  e2
Pada Sistem Penempatan Arrester sebelum z2  zF
FCO besarnya arus pelepasan arrester (I)
2  81,1159
  190,4762
47,8231  81,1159
 239,6582 kV/s
Tegangan dari sisi kawat fuselink ini akan
Besarnya tegangan impuls kembali menemui sisi jumper sehingga besarnya
2e  Ea
I petir yang dilepaskan ke tegangan yang kembali ke sisi jumper (eSA) sebesar:
Z tanah adalah : 2z2
(2  190,4762)  73 di eSA  eF
 eS = U0 + (IxR) +L z2  zF
47,8321 dt 2  47,8231
 6,43941 kA = 42,3 + (6,4394 x   239,6582
47,8231  81,1159
16,8311) +
(0,4115 x 30)  177,7771 kV/s
= 163,0276 kV/µs
Lalu sisa dari tegangan surja yang sudah dilepaskan Sedangkan arus pelepasan arrester (I) adalah:
dan masih mengalir di kabel jumper (eR) :
eR = e - eS

GEMA TEKNOLOGI Vol. 18 No. 1 Periode April 2014 - Oktober 2014 7


2e  E a
I
Z
DAFTAR PUSTAKA
(2  177,7771)  73
 1. Hutauruk. 1988. Gelombang Berjalan dan
47,8321 Proteksi Surja. Jakarta: Erlangga
 5,9083 kA 2. Purnomo, Hery; & Shidiq, Mahfudz. 2010.
Analisa Perambatan Gelombang Surja
Sehingga besarnya tegangan yang dilepaskan Berjalan Pada Belitan Trafo Distribusi. Jurnal
arrester ke tanah (eS) adalah dengan : EECCIS Volume 4, Nomor 2. Malang:
di Universitas Brawijaya Malang
eS = U0 + (IxR) +L 3. Sarimun, Wahyudi. 2012. Proteksi Sistem
dt
Distribusi Tenaga Listrik. Depok: Garamond
= 42,3 + (5,9083 x 17,90725) + (0,4115 x 30)
4. SPLN 7. 1987. Pedoman Pemilihan Tingkat
= 160,4468 kV/µs
Isolasi Transformator dan Penangkap Petir.
Jakarta: PLN.
Setelah tegangan di chop oleh arrester
5. Zoro, R. 2011. Lightning Arrester Pada
sebesar 171,9938 kV, maka tegangan yang masih
Jaringan Transmisi & Distribusi Tenaga
mengalir pada kabel (eR) adalah sebesar
Listrik. Bandung: ITB
eR = e - eS
= 190,4762 - 160,4468
= 17,33035 kV/µs

Akhirnya dengan diagram pantul diperoleh


bahwa tegangan total (VTOTAL) yang masuk ke sisi
primer trafo adalah sebesar 20,3711 kV

KESIMPULAN
 Perbedaan penempatan fuse cut out terhadap
arrester pada trafo distribusi 3 phase
mempengaruhi tegangan yang lolos dari
pelepasan arrester
o Pada sistem pemasangan fuse cut out
sebelum arrester, tegangan yang
menerpa FCO hanya 27,4485 kV/µs,
sehingga FCO masih aman karena masih
di bawah BIL FCO yaitu 125 kV.
o Pada sistem pemasangan fuse cut out
sebelum arrester, menghasilkan tegangan
surja yang lolos ke sisi primer trafo
sebesar 30,1135 kV/µs. Nilai ini masih di
bawah BIL trafo sebesar 125 kV,
sehingga trafo masih aman.
o Pada sistem pemasangan fuse cut out
sesudah arrester, tegangan surja yang
menerpa FCO adalah sebesar 190,4762
kV/µs, sehingga FCO akan rusak karena
melebihi dari BIL FCO yaitu 125 kV
o Pada sistem pemasangan fuse cut out
sesudah arrester, menghasilkan tegangan
surja yang lolos ke sisi primer trafo
sebesar 20,3711 kV/µs. Nilai ini masih di
bawah BIL trafo sebesar 125 kV,
sehingga trafo masih aman.
 Tegangan surja yang lolos ke sisi primer trafo
pada sistem pemasangan fuse cut out sesudah
arrester lebih kecil daripada sistem pemasangan
fuse cut out sebelum arrester.
 Perubahan tegangan arrester pada tiap sistem
penempatan memiliki kesamaan yaitu 163,0276
kV/µs dan 160,4468 kV/µs sehingga arrester
bekerja maksimal pada tiap penempatan.

8 GEMA TEKNOLOGI Vol. 18 No. 1 Periode April 2014 - Oktober 2014

View publication stats

Вам также может понравиться