Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2, 2019: 115-126
p-ISSN 1979-6013
e-ISSN 2502-4221
Terakreditasi Nomor 21/E/KPT/2018
ABSTRACT
Mangrove forest is the main life-supporting ecosystem which is important for coastal and marine areas that have
economic function as well spawning ground for living things. This study aims to analyze the community perception
as well as to find out the economic value generated from mangrove ecosystem in Kalibu and Eelahaji villages,
North Buton Regency. The study used purposive sampling method with the 50 respondents from both villages that
were chosen in purposively. The results showed that ccommunity perceptions to the benefit of mangrove forests
and forest protection in the Kalibu and Eelahaji vilages were still in high category. According to the community
perception, the main cause of mangrove forest degradation was due to mangrove wood collection for fire wood.
Economic valuation is an effort to provide quantitative value of goods and services provided by natural resources
and environment in the form of direct use value, indirect use value, and option value. The direct value of mangrove
forest benefit consists of fire wood, fish, crab, and shrimp. Indirect use value of mangrove forest is in the form of
barrier to abrasion and sea- water intrusion while the option value is in the form of ecotourism. The quantification
of all economic values from mangrove of Kalibu village results in IDR 8,680,773,742 per year while in Eelahaji
village is IDR 6,144,339,375 per year.
ABSTRAK
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan
lautan yang mempunyai fungsi ekonomi serta sebagai tempat memijah mahluk hidup. Penelitian ini bertujuan
menganalisis persepsi masyarakat terhadap ekosistem mangrove dan melakukan valuasi ekonomi ekosistem
mangrove di Desa Kalibu dan Desa Eelahaji, Kabupaten Buton Utara, guna mengetahui persepsi masyarakat tentang
hutan mangrove dan mengetahui nilai ekonomi yang dihasilkan dalam ekosistem mangrove. Penelitian dilakukan
dengan metode purposive sampling terhadap 50 responden dari kedua desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persepsi masyarakat tentang manfaat hutan mangrove dan persepsi masyarakat tentang perlindungan hutan di
Desa Kalibu dan Eelahaji masih tergolong tinggi. Menurut persepsi masyarakat, penyebab utama kerusakan hutan
mangrove adalah pengambilan kayu bakar yang sangat mendesak. Valuasi ekonomi merupakan suatu upaya untuk
memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan
berupa nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai pilihan. Nilai guna langsung hutan mangrove
terdiri manfaat kayu bakar, ikan, kepiting, dan udang; nilai guna tidak langsung yaitu sebagai penahan abrasi dan
penahan intrusi air laut, sedangkan nilai pilihan adalah ekowisata. Kuantifikasi seluruh nilai ekonomi mangrove di
Desa Kalibu sebesar Rp8.680.773.742 per tahun, sedangkan di Desa Eelahaji sebesar Rp6.144.339.375 per tahun.
©2019 JPSEK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jpsek.2019.16.2.115-126 115
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126
116
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)
yang baik dan mangrove yang rusak. Penilaian jasa ekosistem adalah proses yang
Berdasarkan uraian di atas maka dapat kompleks karena mencakup beberapa dimensi
dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian (ekologis, sosial-budaya, dan ekonomi) dan
yaitu: (1) Bagaimana persepsi masyarakat tidak semua dapat dikuantifikasi dalam satuan
terhadap ekosistem mangrove di Desa Kalibu moneter (Guebas, Koedam, Huge, Sutherland,
dan Desa Eelahaji? (2) Berapa besar nilai & Mukherjee, 2014).
ekonomi ekosistem mangrove di Desa Kalibu Hutan mangrove di Desa Kalibu dan Desa
dan Desa Eelahaji? Dengan demikian tujuan Eelahaji, Kabupaten Buton Utara merupakan
dari penelitian ini yaitu: (1) Menganalisis sumberdaya alam yang tidak hanya memiliki
persepsi masyarakat terhadap ekosistem fungsi ekonomi, tetapi juga ekologi dan fisik
mangrove dalam berbagai aspek di Desa yang tidak dapat dinilai secara langsung
Kalibu dan Desa Eelahaji, (2) Menghitung dengan uang karena tidak memiliki harga pasar
nilai ekonomi ekosistem mangrove di Desa sehingga dilakukan penelitian terkait nilai
Kalibu dan Desa Eelahaji. ekonomi total hutan mangrove. Penelitian ini
dimulai dengan mengidentifikasi sumberdaya
II. METODE PENELITIAN hutan mangrove di Desa Kalibu dan Desa
Eelahaji menggunakan analisis deskriptif guna
A. Lokasi dan Waktu
mengetahui kondisi aktual hutan mangrove di
Penelitian dilakukan di Desa Kalibu daerah tersebut.
dan Desa Eelahaji, Kabupaten Buton Utara Penghitungan nilai ekonomi total (NET)
mulai bulan Februari hingga April 2017. berasal dari penjualan nilai guna langsung,
Lokasi dipilih secara purposive yaitu di Desa nilai guna tidak langsung, dan nilai non-guna
Kalibu yang mangrovenya baik dan Desa (Turner, 2016). Nilai kegunaan langsung
Eelahaji yang memiliki hutan mangrove (direct use value) yaitu output (barang
jarang. Berdasarkan Keputusan Menteri dan jasa) yang terkandung dalam suatu
Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004, sumberdaya yang secara langsung dapat
kategori hutan mangrove baik yaitu kerapatan dimanfaatkan, sedangkan nilai kegunaan
pohon sebanyak >1.000 sampai dengan tidak langsung (indirect use value) yaitu
<1.500 pohon/ha, sedangkan kategori hutan barang dan jasa yang ada karena keberadaan
mangrove rusak adalah yang vegetasinya suatu sumberdaya yang tidak secara langsung
sangat jarang dengan kerapatan pohon adalah dapat diambil dari sumberdaya alam tersebut.
<1.000 pohon/ha. Identifikasi nilai manfaat hutan mangrove
B. Pemilihan Responden diperoleh melalui wawancara dengan
Metode pengambilan sampel/responden responden menggunakan panduan kuesioner.
yang digunakan adalah purposive sampling Manfaat hutan mangrove yang diperoleh
dengan jumlah responden 50, terdiri dari 25 terdiri dari nilai guna dan nilai bukan guna.
orang untuk masing-masing desa. Nilai guna merupakan nilai dari manfaat yang
langsung dapat diambil dari sumberdaya,
C. Kerangka Pikir sedangkan nilai bukan guna merupakan nilai
Hutan mangrove merupakan ekosistem dari manfaat yang secara tidak langsung
hutan peralihan antara daratan dan lautan dirasakan manfaatnya. Nilai guna dari
yang diketahui memiliki banyak manfaat. hutan mangrove ini dibagi menjadi tiga
Ekosistem hutan mangrove merupakan bagian. Pertama, nilai guna langsung yang
salah satu sumberdaya alam wilayah pesisir diperoleh dari pemanfaatan langsung hutan
yang memiliki peran penting dari segi mangrove yaitu pemanfaatan kayu bakar,
sosial, ekonomi, dan ekologis (Mariana & penangkapan ikan, penangkapan udang, dan
Zulkarnaini, 2016). kepiting. Kedua, nilai guna tak langsung
117
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126
yang diperoleh dari jasa lingkungan hutan ditetapkan pada hutan mangrove yang baik
mangrove yaitu pencegah intrusi air laut ke dan jarang. Manfaat langsung mangrove yang
darat. Ketiga, nilai pilihan yang diperoleh diukur yaitu kayu bakar, udang, kepiting,
dari kesediaan seseorang untuk membayar dan ikan. Hal ini karena masyarakat di lokasi
guna pemanfaatan ekowisata mangrove di penelitian lebih banyak melakukan kegiatan
masa yang akan datang. Seluruh nilai manfaat tersebut.
hutan mangrove kemudian dikuantifikasi ke 1. Manfaat Langsung (Direct Use Value)
dalam nilai uang sehingga diperoleh nilai dari hutan mangrove, dengan rumus:
ekonomi totalnya.
D. Analisis Data
Secara umum metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Keterangan:
metode analisis deskriptif, yaitu metode ML = Manfaat langsung pada hutan mangrove baik;
analisis yang berusaha menjelaskan objek ML1 = Penerimaan produksi kayu bakar (rupiah/
kajian menurut kriteria tertentu sehingga tahun);
memberikan gambaran sesungguhnya yang ML2 = Penerimaan produksi ikan (rupiah/tahun);
ML3 = Penerimaan produksi udang (rupiah/tahun);
terjadi di tempat penelitian tersebut. Persepsi dan
masyarakat dianalisis menggunakan metode ML4 = Penerimaan produksi kepiting (rupiah/tahun).
deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan
2. Manfaat Tidak Langsung (Indirect Use
untuk mengukur persepsi masyarakat
Value)
adalah metode survei dengan menggunakan
skala Likert. Urutan untuk skala Likert Manfaat tidak langsung didekati dari
menggunakan 5 angka penilaian (Gumilar, manfaat hutan mangrove sebagai penahan
2012), yaitu: sangat setuju/SS (bobot 5), abrasi atau peredam gelombang. Nilai
setuju/S (bobot 4), netral/abstain/A (bobot 3), ekonominya dihitung melalui pendekatan
tidak setuju/TS (bobot 2), sangat tidak setuju/ biaya pemeliharaan dengan metode
STS (bobot 1). replacement cost dan biaya pembuatan
Pengukuran tingkat persepsi masyarakat tanggul sebagai penahan abrasi dengan
terhadap pengelolaan hutan mangrove di Desa mengukur dimensi beton (panjang, lebar,
Kalibu dan Desa Eelahaji diukur berdasarkan tinggi). Sementara manfaat hutan mangrove
skala Likert dari total skor terhadap delapan sebagai penahan intrusi air laut ke air sumur
pernyataan penduga persepsi seperti yang yang digunakan masyarakat didekati dengan
tercantum dalam Tabel 1. mengetahui jumlah pemakaian air. Metode
yang digunakan untuk menghitung nilai
Tabel 1 Kategori tingkat persepsi masyarakat
penahan intrusi air laut adalah subtitute cost.
Table 1 Category of community perception level
Perhitungan nilai total manfaat tidak
No. Kategori (Category) Skor (Score) langsung dari hutan mangrove (Siahainenia,
1. Tinggi (High) 30-40 2012) dengan menggunakan rumus:
2. Sedang (Medium) 19-29
3. Rendah (Low) 8-18
118
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan persepsi tentang manfaat keberadaan hutan mangrove
Table 2 Respondents distribution according to community perception of mangrove forest existence benefits
Desa Kalibu (Kalibu village) Desa Eelahaji (Eelahaji village)
No. Persepsi (Perception)
Jumlah (Total) % Jumlah (Total) %
Tinggi (High) 23 92 25 100
Sedang (Medium) 2 8 0 0
Rendah (Low) 0 0 0 0
Jumlah (Total) 25 100 25 100
119
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126
120
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan persepsi tentang pengelolaan dan perlindungan hutan mangrove
Table 4 Respondents distribution according to community perception of mangrove forest management and protection
121
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126
pengawasan, insentif, dan sanksi. Saat ini hutan mangrove. Pembentukan kelompok
dikembangkan suatu pola pengawasan tani nelayan dapat mencegah masyarakat
pengelolaan ekosistem mangrove yang melakukan perombakan seperti pengambilan
melibatkan masyarakat. Hal ini dilaksanakan kayu bakar dari hutan mangrove di Kabupaten
dengan pertimbangan bahwa masyarakat Buton Utara sehingga hutan mangrove tersebut
pesisir yang relatif miskin harus dilibatkan dapat lestari. Hal ini sejalan dengan Umar
dalam pengelolaan mangrove. (2009) yang menyatakan bahwa frekuensi
Persepsi masyarakat tentang pengelolaan masyarakat dalam beraktivitas memanfaatkan
dan perlindungan hutan mangrove dituangkan sumberdaya hutan merupakan aspek penting
pada Tabel 4. dalam pengelolaan hutan.
Tabel 4 menunjukkan bahwa persepsi
D. Nilai Ekonomi Total Manfaat Hutan
masyarakat di Desa Kalibu dan Desa Eelahaji
Mangrove
terhadap pengelolaan dan perlindungan hutan
mangrove, mayoritas memiliki persepsi Kuantifikasi ekonomi dilakukan dengan
yang tinggi, sedangkan masyarakat yang teknik penilaian terpilih berdasarkan kriteria
memiliki persepsi sedang lebih sedikit. yang sesuai dengan indikator penilaian. Nilai
Persepsi tinggi adalah suatu persepsi yang total ekonomi sumberdaya hutan mangrove
mengetahui manfaat hutan mangrove dan adalah penjumlahan dari seluruh kompenen
terus menjaga kelestarian hutan mangrove. nilai, seperti nilai manfaat langsung, nilai
Persepsi sedang adalah suatu persepsi yang manfaat tidak langsung, dan nilai pilihan.
mengetahui manfaat hutan mangrove tetapi Nilai guna langsung merupakan nilai
jarang melakukan kegiatan pelestarian yang langsung dirasakan oleh masyarakat
hutan mangrove, sedangkan persepsi rendah yang tinggal sekitar hutan mangrove, seperti
merupakan msayarakat yang sama sekali tidak pengambilan kayu bakar, penangkapan ikan,
melakukan perlindungan dan tidak terlibat udang, dan kepiting. Akhmad (2014) dalam
dalam pelestarian hutan mangrove. Ismail (2017) menyatakan bahwa nilai guna
Persepsi sedang masyarakat di Desa tidak langsung adalah keseluruhan nilai
Kalibu dan Desa Eelahaji dipengaruhi oleh produk dan jasa hutan mangrove yang harga
keinginanan masyarakat untuk dilibatkan dan nilainya ditentukan dengan shadow price.
langsung dalam pengelolaan hutan mangrove, Hal ini dilakukan karena produk dan jasa
bukan hanya pada saat ada kegiatan/proyek mangrove tidak diperjual-belikan sehingga
saja. Hal ini sejalan dengan pernyataan nilainya tidak dapat ditentukan secara
Wibowo (2013) dalam Zainal, Khadapi, langsung. Nilai guna tidak langsung mangrove
& Herdiansyah (2015) bahwa kelestarian terdiri dari penahan abrasi dan penahan intrusi
hutan bukan saja menjadi tanggung jawab air laut. Nilai pilihan merupakan nilai harapan
pemerintah, namun juga membutuhkan masa yang akan datang terhadap komoditas
kesadaran atau peran partisipasi aktif yang saat ini digunakan maupun yang belum
masyarakat. Hal ini karena masyarakat dimanfaatkan. Dalam penelitian ini, nilai
sekitar hutan berhubungan langsung dengan yang digunakan adalah manfaat ekowisata
keberadaan hutannya. hutan mangrove.
Masria, Golan, & Ihsan (2015) menyatakan Hasil penelitian manfaat hutan mangrove
bahwa persepsi masyarakat terhadap hutan yang dilakukan di Desa Kalibu dan Desa
yang tergolong baik akan menjamin terjadinya Eelehaji, Kecamatan Kolisusu berupa
sikap yang positif terhadap pengelolaan manfaat langsung seperti kayu bakar, ikan,
hutan. Selain itu juga perlu adanya kerjasama udang, dan kepiting; manfaat tidak langsung
antara pemerintah dan penduduk setempat berupa jasa lingkungan (penahan intrusi air
dalam kegiatan pengelolaan kawasan laut dan penahan abrasi), dan manfaat pilihan.
122
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)
Tabel 5 Nilai ekonomi total manfaat hutan mangrove di Desa Kalibu dan Desa Eelahaji
Table 5 Total eonomic value of mangrove forest benefit in Kalibu and Eelahaji villages
Kuantifikasi seluruh manfaat hutan mangrove karena dapat membantu kebutuhan ekonomi
dapat dilihat pada Tabel 5. masyarakat nelayan. Perbedaan nilai ekonomi
Nilai masing-masing manfaat hutan hutan mangrove di Desa Kalibu dan Desa
mangrove di Desa Kalibu dan Desa Eelahaji Eelahaji disebabkan oleh perbedaan kondisi
sangat berbeda. Manfaat langsung yang hutan mangrovenya. Hutan mangrove di Desa
selama ini diperoleh masyarakat merupakan Kalibu masih dalam kategori baik, sedangkan
sebagian dari keseluruhan manfaat hutan di Desa Eelahaji sudah termasuk kategori
mangrove. Manfaat tidak langsung dan rusak atau memiliki hutan mangrove yang
manfaat pilihan memiliki manfaat dan nilai jarang.
yang sangat besar.
Nilai ekonomi total mangrove di Desa Keragaman jenis ikan dan jumlah hasil
Kalibu yang kondisi mangrovenya relatif tangkapan di kawasan hutan mangrove
baik sebesar Rp8.680.773.742 per tahun, dipengaruhi oleh kondisi hutannya. Hutan
sedangkan di Desa Eelahaji yang kondisi mangrove yang masih bagus akan lebih banyak
mangrovenya sudah rusak/jarang sebesar karena kelimpahan ikan di daerah mangrove
Rp6.144.339.375 per tahun. Hasil ini terkait erat dengan kebiasaan makan herbivora
lebih kecil bila dibandingkan dengan dan karnivora epifitik (Sri, 2003). Mangrove
penelitian yang dilakukan Ahmad (2012) yang baik dapat menghasilkan serasah yang
di Kabupaten Kubu Raya dengan total luas banyak. Keberadaan serasah mangrove
hutan mangrove 102.017 ha menghasilkan menjadi faktor pendukung ketersediaan
nilai ekonomi sebesar Rp400.018.397.288 makanan bagi kepiting bakau sehingga
per tahun. Penelitian yang dilakukan oleh mangrove yang bagus dapat memberikan
(Mariana & Zulkarnaini, 2016) di Muara perlindungan dan keberlangsungan kepiting
Indragiri menunjukkan bahwa estimasi bakau yang baik dibandingkan dengan
total nilai ekonomi hutan mangrove sebesar mangrove yang sudah mulai rusak.
Rp156.523.498.235 per tahun. Mangrove dapat melindungi udang dari
Keberadaan hutan mangrove memberikan hempasan gelombang sehingga sebagian
kontribusi nilai ekonomi yang cukup tinggi. besar hidupnya berada di dalam ekosistem
Berdasarkan hasil perhitungan kuantifikasi mangrove. Perairan lepas hanya digunakan
manfaat hutan mangrove, kontribusi yang untuk bertelur. Udang akan berpindah kembali
besar dihasilkan dari nilai manfaat tidak ke ekosistem mangrove setelah larva muda
langsung, tetapi nilai manfaat langsung lahir (Ismail, 2017). Keragaman jenis udang
seperti nilai biota air dan pengambilan kayu di ekosistem mangrove yang rapat akan lebih
bakar juga cukup tinggi. Manfaat langsung banyak. Kondisi ini diduga karena banyaknya
memiliki manfaat yang sangat penting pasokan hara dari serasah mangrove dan
123
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126
daratan yang terendam (Umulia & Asbar, laut adalah Rp488.160/KK/tahun (dihitung
2016 dalam Ismail, 2017). dari biaya pemakaian listrik dan harga pompa
Manfaat mangrove sebagai penahan air). Jika mengalami intrusi air laut, nilai
intrusi air laut dilakukan dengan cara yang air adalah Rp2.857.800/KK/tahun. Dengan
sederhana, yaitu melalui indra pengecap. Cara demikian maka besarnya manfaat mangrove
tersebut untuk membedakan rasa air sumur sebagai penahan intrusi air laut terhadap air
yang menjadi sampel dengan pembanding sumur sebesar Rp104.895.500 per tahun.
air sumur yang tidak mendapat pengaruh Menurut Heru (2013), tingkat salinitas
dari laut (air tawar). Jarak sumur disesuaikan sumur paling sedikit terdapat di lokasi dengan
pada kondisi lokasi penelitian atau pada jarak tingkat kerapatan hutan mangrove sangat
sumur yang dipengaruhi air laut sampai pada tinggi. Dengan demikian maka semakin
jarak sumur yang tidak dipengaruhi oleh air sedikit yang terkena dampak intrusi air laut
laut yang diukur dari garis mangrove luar maka nilai mangrove sebagai penahan abrasi
dari bibir pantai. Selain itu juga ditetapkan semakin besar. Hal ini disebabkan karena
berdasarkan kondisi mangrove baik dan jumlah wilayah yang diselamatkan semakin
jarang untuk mengetahui seberapa jauh hutan besar sehingga nilai ekonominya semakin
mangrove dapat menahan intrusi air laut. besar pula.
Hutan mangrove memiliki manfaat Biaya pembuatan tanggul sebagai penahan
sebagai penahan intrusi air laut ke sumur abrasi dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 2,5 m (p
sehingga besarnya nilai mangrove sebagai x l x t) sebesar Rp2.493.330 per meter dengan
penahan intrusi air laut ke sumur tergantung daya tahan selama 10 tahun. Dengan demikian
seberapa jauh air laut mengintrusi air sumur. maka biaya pembuatan tanggul adalah sebesar
Perhitungan intrusi air laut dilakukan Rp249.333/meter/tahun (PT Widya Rahmat
dengan mengetahui luas desa dan jumlah Karya, 2018). Desa Kalibu memiliki pantai
rumah tangga dalam desa tersebut. Hal lain sepanjang 1.080 meter, sedangkan panjang
yang harus diketahui adalah lebar daerah pantai Desa Eelahaji adalah 2.000 meter.
terdampak, panjang daerah terdampak, dan Kondisi mangrove di Desa Kalibu relatif baik
luas daerah terdampak intrusi air laut. Setelah sehingga abrasi pantai hanya sejauh 0,03 km.
itu harus mengetahui jumlah RT terdampak Di Desa Eelahaji, terjadi abrasi sejauh 0,25
intrusi air laut. km karena kondisi mangovenya sudah mulai
Nilai mangrove sebagai penahan intrusi rusak. Dari hasil perhitungan, nilai manfaat
air laut di Desa Kalibu masih relatif baik. mangrove sebagai penahan abrasi di Desa
Pengaruh intrusi air laut seluas 0,018 km2 dari Kalibu adalah sebesar Rp232.781.991/km/
hutan mangrove terluar. Jumlah rumah tangga tahun, sedangkan di Desa Eelahaji sebesar
yang terdampak sebanyak 1,15 RT dari 270 Rp209.503.875/km/tahun.
RT. Nilai manfaat air jika tanpa intrusi air Nilai pilihan merupakan nilai harapan
laut adalah Rp488.160/KK/tahun (dihitung masa yang akan datang terhadap komoditas
dari biaya pemakaian listrik dan harga pompa yang saat ini digunakan maupun yang belum
air). Jika mengalami intrusi air laut, nilai dimanfaatkan. Dalam penelitian ini, nilai
air adalah Rp3.109.920/KK/tahun. Dengan yang diharapkan akan digunakan di masa
demikian maka besarnya manfaat mangrove depan adalah pemanfaatan mangrove untuk
sebagai penahan intrusi air laut terhadap air ekowisata. Kesediaan masyarakat untuk
sumur sebesar Rp128.226.792 per tahun. membayar tergantung pada manfaat yang
Untuk Desa Eelahaji, pengaruh intrusi air akan dirasakan setelah dijadikan tempat
laut seluas 0,3 km2 sehingga rumah tangga wisata, seperti membuat warung makan,
yang terkena dampak sebanyak 2,5 RT dari menyewakan perahu, dan sebagai pemandu
250 RT. Nilai manfaat air tanpa intrusi air wisata. Kesediaan membayar masyarakat
124
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)
125
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126
Giri, C., Long, J., Abbas, S., & Murali, R, M. (2014). Siahainenia, S. M. (2012). Analisis ekonomi terhadap
Distribution and dynamics of mangrove ekosistem hutan mangrove di Desa Tawiri.
forests of South Asia. Journal of Enviromental Jurnal Triton, 8(1): 12-19.
Management, 12: 1–11. Sobari, M.P., Andrianto, L., & Azis, N. (2006). Analisis
Guebas. F.D., Koedam, N., Huge, J., Sutherland, W.J., ekonomi alternatif pengelolaan ekosistem
& Mukherjee, N. (2014). Ecosystem service mangrove Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.
valuations of mangrove ecosystems to inform Buletin Ekonomi Perikanan, VI(3):1-22.
decision making and future valuation exercises. Soemaeno, Polii, B., Harahab, N., & Mangkay, S.D.
Plos One. 9(9): e107706.doi: 10.1371/journal. (2013). Economic valuation of mangrove
pone.0107706. forest ecosystem in Tatapan South Minahasa,
Gumilar, I. (2012). Partisipasi masyarakat pesisir Indonesia. Journal of Environmental Science,
dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove Toxicology, and Food Technology, 5(6): 51-57.
berkelanjtan di Kabupaten Indramayu. Sri, R. (2003). Kompisisi dan kelimpahan ikan
Akuantika, III(2): 198–211. ekosistem mangrove Kadungmalang, Jepara.
Jurnal Ilmu Kelautan, 18: 54-60.
Hartini, S., Saputro, G. B., & Yulianto, M. (2010). Suharti, S., Darusman, D., Nugroho, B., & Sundawati,
Assessing the Used of remotely sensed data for L. (2016). Economic valuation as a basis for
mapping mangroves Indonesia. Retrieved 23 sustainable mangrove resource management:
Febr. 2019 from http://bakosurtanal.go.id. A case in East Sinjai, South Sulawesi. JMHT,
Heru, S. (2013). Status ekologi hutan mangrove pada 22(1), 13–23. https://doi.org /10.7226/jtfm.
berbagai tingkat ketebalan. Jurnal Penelitian Turner, R. K. (2016). Ecological, economics, and
Kehutanan Wallaceae, 2(2): 104-120. ecosistem services. In Potschin, M., Haines-
Ismail, A. (2017). Penilaian ekonomi hutan mangrove Young, R., Fish, R., Turner, R. K. (Eds.).
di Kota Tanjungpinang Privinsi Kepulauan Routledge handbook of ecosystem services.
Riau. (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor. London and New York.
Kusmana, C. (2003). Teknik rehabilitasi mangrove. Umar. (2009). Persepsi dan perilaku masyarakat
Bogor: IPB Press. dalam pelestarian fungsi hutan sebagai daerah
Mariana & Zulkarnaini. (2016). Economic valuation of resapan air (Studi kasus Hutan Penggaron
mangrove forest ecosystem in Indragiri estuary. Kabupaten Semarang). (Tesis). Universitas
Journal of Oceans and Oceanography, 10(1): Diponegoro. Semarang.
13-17. Utami, A. R. (2017). Persepsi masyarakat dan
Masria, Golar, & Ihsan, M. (2015). Persepsi dan stekholder terhadap pengelolaan hutan desa di
sikap masyarakat lokal terhadap hutan di Desa Desa Sadewata, Ciamis, Jawa Barat. (Skripsi).
Labuan Toposo Kecamatan Kabuan Kabupaten Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Donggala. Warta Rimba, 3(2): 57–64. Wahidin, L. O., Ola, L., Yusuf, S., & Sumber, M.
Nugroho, J., Khairiansyah, M., & Zainal, S. (2018). (2013). Valuasi ekonomi tegakan pohon
The public perception of the existence of mangrove (Soneratia alba) di Teluk Kendari,
mangrove forest in Kuala Urban Village, West Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Singkawang Subdistrict, Singkawang District. Jurnal Mina Laut Indonesia, 2(6): 120-127.
Jurnal Hutan Lestari, 6(2): 416–427. Zainal, S., Khadapi, M., & Herdiansyah, G. (2015).
PT. Widya Rahmat Karya. (2018). Proyek pemasangan Persepsi masyarakat Desa Sungai Awan Kanan
tanggul di Kolisusu. Buton Utara. terhadap keberadaan hutan mangrove di
Saprudin, & Halidah. (2012). Potensi nilai manfaat Kawasan Pantai Air Mata Permai, Kabupaten
jasa lingkungan hutan mangrove di Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari, 3(1): 108–116.
Sinjai Sulawesi Selatan. Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam, 7(3): 2013-2014.
Satri, A., & Elhaq, I. H. (2011). Persepsi pesanggem
mengenai hutan mangrove dan partisipasi
pesanggem dalam pengelolaan tambak
mangrove ramah lingkungan model empang
parit. Jurnal Transdisiplin Sosiologi,
Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 5(1): 97-
103.
126