Вы находитесь на странице: 1из 12

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.

2, 2019: 115-126
p-ISSN 1979-6013
e-ISSN 2502-4221
Terakreditasi Nomor 21/E/KPT/2018

NILAI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN


BUTON UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA
(Social and Economic Valuation of Mangrove Forest Ecosystem in North Buton Regency,
Southeast Sulawesi Province)

Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni


Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB, Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia;
E-mail: firmansyah.shut@yahoo.co.id; lsundawati@gmail.com; bahruni@gmail.com

Diterima 14 September 2018, direvisi 18 Juli 2019, disetujui 18 Juli 2019.

ABSTRACT

Mangrove forest is the main life-supporting ecosystem which is important for coastal and marine areas that have
economic function as well spawning ground for living things. This study aims to analyze the community perception
as well as to find out the economic value generated from mangrove ecosystem in Kalibu and Eelahaji villages,
North Buton Regency. The study used purposive sampling method with the 50 respondents from both villages that
were chosen in purposively. The results showed that ccommunity perceptions to the benefit of mangrove forests
and forest protection in the Kalibu and Eelahaji vilages were still in high category. According to the community
perception, the main cause of mangrove forest degradation was due to mangrove wood collection for fire wood.
Economic valuation is an effort to provide quantitative value of goods and services provided by natural resources
and environment in the form of direct use value, indirect use value, and option value. The direct value of mangrove
forest benefit consists of fire wood, fish, crab, and shrimp. Indirect use value of mangrove forest is in the form of
barrier to abrasion and sea- water intrusion while the option value is in the form of ecotourism. The quantification
of all economic values ​​from mangrove of Kalibu village results in IDR 8,680,773,742 per year while in Eelahaji
village is IDR 6,144,339,375 per year.

Keywords: Community, mangrove, perception, economic valuation.

ABSTRAK

Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan
lautan yang mempunyai fungsi ekonomi serta sebagai tempat memijah mahluk hidup. Penelitian ini bertujuan
menganalisis persepsi masyarakat terhadap ekosistem mangrove dan melakukan valuasi ekonomi ekosistem
mangrove di Desa Kalibu dan Desa Eelahaji, Kabupaten Buton Utara, guna mengetahui persepsi masyarakat tentang
hutan mangrove dan mengetahui nilai ekonomi yang dihasilkan dalam ekosistem mangrove. Penelitian dilakukan
dengan metode purposive sampling terhadap 50 responden dari kedua desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persepsi masyarakat tentang manfaat hutan mangrove dan persepsi masyarakat tentang perlindungan hutan di
Desa Kalibu dan Eelahaji masih tergolong tinggi. Menurut persepsi masyarakat, penyebab utama kerusakan hutan
mangrove adalah pengambilan kayu bakar yang sangat mendesak. Valuasi ekonomi merupakan suatu upaya untuk
memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan
berupa nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai pilihan. Nilai guna langsung hutan mangrove
terdiri manfaat kayu bakar, ikan, kepiting, dan udang; nilai guna tidak langsung yaitu sebagai penahan abrasi dan
penahan intrusi air laut, sedangkan nilai pilihan adalah ekowisata. Kuantifikasi seluruh nilai ekonomi mangrove di
Desa Kalibu sebesar Rp8.680.773.742 per tahun, sedangkan di Desa Eelahaji sebesar Rp6.144.339.375 per tahun.

Kata kunci: Mangrove, masyarakat, persepsi, valuasi ekonomi.

©2019 JPSEK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jpsek.2019.16.2.115-126 115
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126

I. PENDAHULUAN mereka. Mangrove adalah harta berharga


Hutan mangrove merupakan ekosistem yang tak ternilai dari keanekaragaman hayati
utama pendukung kehidupan yang penting kita dengan ekologi yang sangat besar dan
di wilayah pesisir dan lautan. Selain fungsi signifikansi ekonomi (Devi & Hema, 2015).
lingkungan, hutan mangrove mempunyai Ekosistem mangrove merupakan aset dan
fungsi ekonomi yang penting seperti sumberdaya yang dapat menyediakan barang
penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan secara langsung
baku obat-obatan, dan lain-lain (Saprudin & untuk kebutuhan manusia dan menghasilkan
Halidah, 2012). Hutan mangrove merupakan jasa yang tidak diorganisasikan melalui
sumberdaya alam khas pesisir tropika yang mekanisme pasar. Ekosistem mangrove
mempunyai manfaat berganda dengan memiliki nilai yang tinggi, baik nilai ekologis
pengaruh yang sangat luas apabila ditinjau maupun nilai ekonomis bagi kelangsungan
dari aspek ekologi, sosial, ekonomi (Sobari, hidup manusia. Untuk mengetahui besarnya
Andrianto, & Azis, 2006). nilai ekonomi mangrove perlu diadakan
Luas hutan mangrove di Indonesia saat ini valuasi ekonomi yang merupakan suatu
sekitar 3,2 juta hektar yang tersebar di seluruh upaya untuk memberikan nilai kuantitatif
pulau besar dan kecil, hampir 21% dari total terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
mangrove dunia, dengan jumlah spesies sumberdaya alam dan lingkungan (Wahidin,
tidak kurang dari 75 spesies. Kondisi ini Ola, Yusuf, & Sumber, 2013).
membuat Indonesia dikenal sebagai negara Kerangka nilai ekonomi yang digunakan
dengan mangrove terluas dengan tingkat dalam valuasi ekonomi sumberdaya alam
keanekaragaman hayati yang relatif tinggi termasuk mangrove adalah konsep total
(Giri, Long, Abbas, & Murali, 2014). Luas economic value (TEV) yang secara garis
mangrove untuk wilayah Sulawesi Tenggara besar terdiri atas dua kelompok yaitu nilai
sekitar 74.348,820 ha (RLPS-MOF 2007 atas dasar penggunaan (use value) dan nilai
dalam Hartini, Saputro, & Yulianto, 2010). yang terkandung di dalamnya atau nilai
Kabupaten Buton Utara memiliki luas hutan intrinsik (non use value) (Fadhila, Saputra, &
mangrove sekitar 13.393,42 ha yang tersebar Wijayanto, 2015). Penelitian yang dilakukan
di sebagian kecamatan dan desa yang ada, di oleh Fahrudin, Riani, Sanusi, Zamani, &
antaranya Desa Eelahaji memiliki luas hutan Putranto (2018) menyatakan bahwa nilai
mangrove sekitar 35 ha dan di Desa Kalibu manfaat langsung mangrove adalah sebesar
sekitar 27 ha, kedua desa tersebut terletak di US$1.702.605,73/tahun. Kontribusi terbesar
Kecamatan Kolisusu. berasal dari nilai tidak langsung, yaitu sebagai
Kelestarian hutan mangrove di Kabupaten penyangga abrasi atau sebagai penampung air,
Buton Utara semakin terancam seiring dengan sebesar US$1.237.277,78/tahun. Oleh sebab
perkembangan dan pembangunan kota. itu penilaian ekonomi dan potensi sumberdaya
Selain itu, juga dipengaruhi oleh kehidupan alam merupakan salah satu cara untuk
masyarakat yang sebagian besar berprofesi memberikan informasi kepada masyarakat
sebagai nelayan dan petani, di mana kehidupan mengenai pentingnya keberadaan ekosistem
mereka tergantung dari hasil tangkapan ikan, hutan mangrove. Diharapkan masyarakat
udang, kepiting, serta penjualan kayu bakar terus menjaga ekosistem hutan mangrove
yang berasal dari mangrove. Keberadaan agar tetap lestari, mengingat manfaat hutan
hutan mangrove ini terancam oleh perilaku mangrove sebagai tempat biota perairan yang
masyarakat yang merusak lahan hutan seperti dapat menunjang perekonomian masyarakat
penebangan pohon yang dijadikan kayu pesisir. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
bakar untuk mencukupi kebutuhan hidup penangkapan biota perairan pada mangrove

116
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)

yang baik dan mangrove yang rusak. Penilaian jasa ekosistem adalah proses yang
Berdasarkan uraian di atas maka dapat kompleks karena mencakup beberapa dimensi
dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian (ekologis, sosial-budaya, dan ekonomi) dan
yaitu: (1) Bagaimana persepsi masyarakat tidak semua dapat dikuantifikasi dalam satuan
terhadap ekosistem mangrove di Desa Kalibu moneter (Guebas, Koedam, Huge, Sutherland,
dan Desa Eelahaji? (2) Berapa besar nilai & Mukherjee, 2014).
ekonomi ekosistem mangrove di Desa Kalibu Hutan mangrove di Desa Kalibu dan Desa
dan Desa Eelahaji? Dengan demikian tujuan Eelahaji, Kabupaten Buton Utara merupakan
dari penelitian ini yaitu: (1) Menganalisis sumberdaya alam yang tidak hanya memiliki
persepsi masyarakat terhadap ekosistem fungsi ekonomi, tetapi juga ekologi dan fisik
mangrove dalam berbagai aspek di Desa yang tidak dapat dinilai secara langsung
Kalibu dan Desa Eelahaji, (2) Menghitung dengan uang karena tidak memiliki harga pasar
nilai ekonomi ekosistem mangrove di Desa sehingga dilakukan penelitian terkait nilai
Kalibu dan Desa Eelahaji. ekonomi total hutan mangrove. Penelitian ini
dimulai dengan mengidentifikasi sumberdaya
II. METODE PENELITIAN hutan mangrove di Desa Kalibu dan Desa
Eelahaji menggunakan analisis deskriptif guna
A. Lokasi dan Waktu
mengetahui kondisi aktual hutan mangrove di
Penelitian dilakukan di Desa Kalibu daerah tersebut.
dan Desa Eelahaji, Kabupaten Buton Utara Penghitungan nilai ekonomi total (NET)
mulai bulan Februari hingga April 2017. berasal dari penjualan nilai guna langsung,
Lokasi dipilih secara purposive yaitu di Desa nilai guna tidak langsung, dan nilai non-guna
Kalibu yang mangrovenya baik dan Desa (Turner, 2016). Nilai kegunaan langsung
Eelahaji yang memiliki hutan mangrove (direct use value) yaitu output (barang
jarang. Berdasarkan Keputusan Menteri dan jasa) yang terkandung dalam suatu
Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004, sumberdaya yang secara langsung dapat
kategori hutan mangrove baik yaitu kerapatan dimanfaatkan, sedangkan nilai kegunaan
pohon sebanyak >1.000 sampai dengan tidak langsung (indirect use value) yaitu
<1.500 pohon/ha, sedangkan kategori hutan barang dan jasa yang ada karena keberadaan
mangrove rusak adalah yang vegetasinya suatu sumberdaya yang tidak secara langsung
sangat jarang dengan kerapatan pohon adalah dapat diambil dari sumberdaya alam tersebut.
<1.000 pohon/ha. Identifikasi nilai manfaat hutan mangrove
B. Pemilihan Responden diperoleh melalui wawancara dengan
Metode pengambilan sampel/responden responden menggunakan panduan kuesioner.
yang digunakan adalah purposive sampling Manfaat hutan mangrove yang diperoleh
dengan jumlah responden 50, terdiri dari 25 terdiri dari nilai guna dan nilai bukan guna.
orang untuk masing-masing desa. Nilai guna merupakan nilai dari manfaat yang
langsung dapat diambil dari sumberdaya,
C. Kerangka Pikir sedangkan nilai bukan guna merupakan nilai
Hutan mangrove merupakan ekosistem dari manfaat yang secara tidak langsung
hutan peralihan antara daratan dan lautan dirasakan manfaatnya. Nilai guna dari
yang diketahui memiliki banyak manfaat. hutan mangrove ini dibagi menjadi tiga
Ekosistem hutan mangrove merupakan bagian. Pertama, nilai guna langsung yang
salah satu sumberdaya alam wilayah pesisir diperoleh dari pemanfaatan langsung hutan
yang memiliki peran penting dari segi mangrove yaitu pemanfaatan kayu bakar,
sosial, ekonomi, dan ekologis (Mariana & penangkapan ikan, penangkapan udang, dan
Zulkarnaini, 2016). kepiting. Kedua, nilai guna tak langsung

117
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126

yang diperoleh dari jasa lingkungan hutan ditetapkan pada hutan mangrove yang baik
mangrove yaitu pencegah intrusi air laut ke dan jarang. Manfaat langsung mangrove yang
darat. Ketiga, nilai pilihan yang diperoleh diukur yaitu kayu bakar, udang, kepiting,
dari kesediaan seseorang untuk membayar dan ikan. Hal ini karena masyarakat di lokasi
guna pemanfaatan ekowisata mangrove di penelitian lebih banyak melakukan kegiatan
masa yang akan datang. Seluruh nilai manfaat tersebut.
hutan mangrove kemudian dikuantifikasi ke 1. Manfaat Langsung (Direct Use Value)
dalam nilai uang sehingga diperoleh nilai dari hutan mangrove, dengan rumus:
ekonomi totalnya.
D. Analisis Data
Secara umum metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Keterangan:
metode analisis deskriptif, yaitu metode ML = Manfaat langsung pada hutan mangrove baik;
analisis yang berusaha menjelaskan objek ML1 = Penerimaan produksi kayu bakar (rupiah/
kajian menurut kriteria tertentu sehingga tahun);
memberikan gambaran sesungguhnya yang ML2 = Penerimaan produksi ikan (rupiah/tahun);
ML3 = Penerimaan produksi udang (rupiah/tahun);
terjadi di tempat penelitian tersebut. Persepsi dan
masyarakat dianalisis menggunakan metode ML4 = Penerimaan produksi kepiting (rupiah/tahun).
deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan
2. Manfaat Tidak Langsung (Indirect Use
untuk mengukur persepsi masyarakat
Value)
adalah metode survei dengan menggunakan
skala Likert. Urutan untuk skala Likert Manfaat tidak langsung didekati dari
menggunakan 5 angka penilaian (Gumilar, manfaat hutan mangrove sebagai penahan
2012), yaitu: sangat setuju/SS (bobot 5), abrasi atau peredam gelombang. Nilai
setuju/S (bobot 4), netral/abstain/A (bobot 3), ekonominya dihitung melalui pendekatan
tidak setuju/TS (bobot 2), sangat tidak setuju/ biaya pemeliharaan dengan metode
STS (bobot 1). replacement cost dan biaya pembuatan
Pengukuran tingkat persepsi masyarakat tanggul sebagai penahan abrasi dengan
terhadap pengelolaan hutan mangrove di Desa mengukur dimensi beton (panjang, lebar,
Kalibu dan Desa Eelahaji diukur berdasarkan tinggi). Sementara manfaat hutan mangrove
skala Likert dari total skor terhadap delapan sebagai penahan intrusi air laut ke air sumur
pernyataan penduga persepsi seperti yang yang digunakan masyarakat didekati dengan
tercantum dalam Tabel 1. mengetahui jumlah pemakaian air. Metode
yang digunakan untuk menghitung nilai
Tabel 1 Kategori tingkat persepsi masyarakat
penahan intrusi air laut adalah subtitute cost.
Table 1 Category of community perception level
Perhitungan nilai total manfaat tidak
No. Kategori (Category) Skor (Score) langsung dari hutan mangrove (Siahainenia,
1. Tinggi (High) 30-40 2012) dengan menggunakan rumus:
2. Sedang (Medium) 19-29
3. Rendah (Low) 8-18

Penilaian ekonomi dari manfaat


sumberdaya hutan mangrove, yaitu dengan Keterangan:
MTL = Manfaat tidak langsung;
mengidentifikasi manfaat dan fungsi-fungsi
MTL1 = Peredam gelombang (waterbreak) (rupiah/
keterkaitan antar sumberdaya mangrove tahun); dan
(Siahainenia, 2012), antara lain yang MTL2 = Penahan intrusi air laut (rupiah/tahun).

118
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)

3. Manfaat Pilihan (Option Value) III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai manfaat pilihan adalah nilai A. Persepsi Masyarakat tentang Manfaat
pilihan untuk melakukan preservasi bagi Hutan Mangrove
penggunaan barang dan jasa sumberdaya Persepsi merupakan produk atau proses
dan lingkungan mangrove di masa yang akan psikologi yang dialami seseorang setelah
datang yang tidak dapat digunakan pada menerima stimulan yang mendorong
saat sekarang (Fauzi, 2015). Hal ini dengan tumbuhnya motivasi untuk memberikan
melakukan wawancara kepada masyarakat respon melakukan atau tidak melakukan
guna mengetahui kesediaan membayar suatu kegiatan (Yuwuno, 2006 dalam Utami,
untuk kelestarian hutan mangrove yang akan 2017). Persepsi seseorang muncul terhadap
dijadikan sebagai tempat wisata di masa yang suatu objek bersifat spontan sesuai dengan
akan datang. Metode yang digunakan untuk apa yang ada di dalam pikirannya yang
mengetahui nilai pilihan ekowisata mangrove didasari keyakinan kuat (Barkah, 2008 dalam
dengan teknik contingent valuation method Nugroho, Khairiansyah, & Zainal, 2018).
(CVM), menggunakan rumus: Hutan mangrove merupakan sumberdaya
alam khas tropika yang mempunyai manfaat
ganda dan pengaruh yang cukup luas apabila
ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, dan
ekologi. Tingkat persepsi masyarakat terhadap
Keterangan:
manfaat hutan dituangkan pada Tabel 2.
MP = Manfaat pilihan;
MPi = Manfaat pilihan dari responden ke-i; dan Tabel 2 menunjukkan bahwa persepsi
n = Jumlah responden. masyarakat di Desa Kalibu dan Desa Eelahaji,
Nilai ekonomi total merupakan Kecamatan Kolisusu, mayoritas memiliki
penjumlahan seluruh macam nilai yaitu nilai persepsi yang tinggi terhadap manfaat
guna langsung, nilai guna tidak langsung, keberadaan hutan mangrove. Di Desa Kalibu
dan nilai pilihan (Turner, 2016) dengan sebanyak 23 responden memiliki persepsi
menggunakan rumus: tinggi, sedangkan masyarakat yang memiliki
persepsi sedang sebanyak 2 respoden. Di
NET = ML + MTL+ MP Desa Eelahaji, yang memiliki tingkat persepsi
Keterangan: tinggi sebanyak 25 responden, sedangkan
NET = Nilai Ekonomi Total; untuk kategori sedang dan rendah tidak ada.
ML = Manfaat Langsung; Berdasarkan hasil wawancara, sebagian
MTL = Manfaat Tidak Langsung; dan besar responden yang memiliki tingkat
MP = Manfaat Pilihan. persepsi tinggi karena telah merasakan
manfaat keberadaan hutan mangrove, seperti
hutan mangrove sebagai penghasil kayu

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan persepsi tentang manfaat keberadaan hutan mangrove
Table 2 Respondents distribution according to community perception of mangrove forest existence benefits
Desa Kalibu (Kalibu village) Desa Eelahaji (Eelahaji village)
No. Persepsi (Perception)
Jumlah (Total) % Jumlah (Total) %
Tinggi (High) 23 92 25 100
Sedang (Medium) 2 8 0 0
Rendah (Low) 0 0 0 0
 Jumlah (Total) 25 100 25 100

Sumber (Source): Data primer, diolah (Primary data, processed), 2018.

119
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126

yang bernilai ekonomi, dapat menambah B. Persepsi Masyarakat tentang Penyebab


kelimpahan biota air, dapat menahan Kerusakan Hutan Mangrove
intrusi air laut, serta sebagai tempat wisata. Penyebab utama kerusakan ekosistem
Responden yang memiliki persepsi sedang hutan mangrove karena pengaruh faktor
ialah responden yang mengetahui keberadaan alam dan faktor manusia (Kusmana, 2003).
kawasan hutan mangrove dan merasakan Hasil penilaian persepsi masyarakat tentang
adanya manfaat dari keberadaan kawasan penyebab kerusakan hutan yang paling
hutan mangrove namun tidak sepenuhnya berpengaruh di Desa Kalibu dan Desa
memahami dan mengetahui tujuan dan fungsi Eelahaji, Kecamatan Kolisusu, Kabupaten
adanya kawasan hutan mangrove tersebut. Buton Utara dapat dilihat pada Tabel 3.
Responden yang memiliki persepsi rendah Tabel 3 menunjukkan bahwa persepsi
adalah responden yang tidak mengetahui masyarakat tentang penyebab kerusakan hutan
secara baik tentang manfaat hutan mangrove. mangrove yang paling tinggi disebabkan
Asmono (2014) dalam Ekawati, Halawane, oleh pengambilan kayu bakar yang sangat
Iwanudin, & Irawan (2017) menyatakan mendesak, yang digunakan untuk membakar
bahwa persepsi masyarakat akan baik apabila batu merah dan kebutuhan rumah tangga,
masyarakat memahami dengan baik bahwa serta pembukaan wilayah tambak yang
dirinya bergantung hidup dari sumberdaya dilakukan masyarakat nelayan. Penurunan
hayati hutan dan menginginkan agar luasan mangrove di Indonesia sebagian besar
sumberdaya tersebut dikelola secara lestari. diakibatkan oleh kegiatan konversi mangrove

Tabel 3 Penyebab kerusakan hutan mangrove berdasarkan persepsi masyarakat


Table 3 Mangrove forest damage cause according to community perception

Desa Kalibu Desa Eelahaji


Persepsi masyarakat (Community perception) (Kalibu village) (Eelahaji village)
SS S A TS STS SS S A TS STS
Kebutuhan kayu bakar yang mendesak (Urgent 2 22 2 0 0 0 25 0 0 0
firewood needs)
Kerusakan mangrove karena kepentingan ekonomi 2 22 1 0 0 2 23 0 0 0
(Mangrove damage due to economic interests)
Pembukaan lahan untuk kebutuhan tambak (Land 2 16 4 3 0 7 8 0 0 0
clearing for pond needs)
Kurangnya sosialisasi pemerintah terhadap masyarakat 0 17 5 3 0 1 19 5 0 0
tentang hutan mangrove (Lack of government
socialization of the community regarding mangrove
forests)
Penegakan hukum lingkungan yang belum memadai 0 15 9 1 0 0 23 2 0 0
(Enforcement of environmental law that is inadequate)
Kerusakan pesisir disebabkan faktor alam: banjir dan 1 7 14 3 0 0 9 12 4 0
erosi (Coastal damage is caused by natural factors:
flooding and erosion)
Masyarakat pendatang tidak menaati aturan dalam 1 7 14 3 0 0 9 12 4 0
pengelolaan hutan mangrove (Community immigrants
do not obey the rules in the management of mangrove
forests)
Sumber (Source): Data primer, diolah (Primary data, processed), 2018.
Keterangan (Information): SS = Sangat setuju (Strongly agree), S = Setuju (Agree), A = Abstain/netral (Abstain/
neutral), TS = Tidak setuju (Disagree), STS = Sangat tidak setuju (Strongly disagree).

120
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)

menjadi pertambakan (Anonymous, 2000 Berdasarkan penelitian yang dilakukan


dalam Satri & Elhaq, 2011). Persepsi oleh (Suharti, Darusman, Nugroho, &
masyarakat yang paling rendah sebagai Sundawati, 2016) tentang kelembagaan
penyebab kerusakan hutan mangrove adalah dan perubahan hak akses masyarakat dalam
karena faktor alam. Menurut masyarakat hal pengelolaan hutan mangrove di Sinjai Timur,
ini disebabkan kurangnya sosialisasi dan pengelolaan hutan mangrove sangat berhasil
ketegasan pemerintah setempat terhadap dengan adanya keterlibatan masyarakat
masyarakat yang melakukan perambahan di dalamnya. Pengembangan hutan bakau
hutan mangrove (illegal logging). Untuk terus dilaksanakan oleh masyarakat, baik
pernyataan “penyebab kerusakan hutan secara swadaya maupun oleh pemerintah.
mangrove adalah faktor alam”, mayoritas Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari
masyarakat memiliki persepsi tidak setuju. peningkatan luasan mangrove dari tahun 2003
Penyebab kerusakan hutan mangrove seluas 786 ha, dan di tahun 2015 meningkat
lainnya adalah kurangnya penyuluhan kepada menjadi 843 ha, dan tahun 2013 mencapai
masyarakat oleh Dinas Kehutanan dan tidak 1.157 ha (Dinas Perkebunan dan Kehutanan
adanya aturan yang menimbulkan efek jera Sinjai, 2013 dalam Suharti et al., 2016).
yang dilakukan oleh pemerintah terhadap Dengan demikian keterlibatan masyarakat
masyarakat perusak hutan mangrove. Selain dalam pengelolaan hutan sangat penting.
itu pemerintah juga memberi ruang kepada
C. Persepsi Masyarakat tentang
masyarakat, seperti adanya ketentuan bahwa
Pengelolaan dan Perlindungan Hutan
masyarakat dilarang mengambil kayu
Mangrove
mangrove kecuali pohon mangrove sudah
rebah. Pengelolaan dan perlindungan hutan
Desmantoro, Wijayanto, & Sundawati mangrove merupakan suatu upaya pelestarian
(2016) menyatakan bahwa kerusakan hutan lingkungan yang mengutamakan pemanfaatan
tidak mungkin dapat dihentikan tanpa masa kini dan masa depan. Hal tersebut dapat
dibangunnya kondisi yang memungkinkan meminimalisir kerusakan hutan. Masyarakat
tumbuhnya kepedulian masyarakat terhadap merupakan elemen penting karena menjadi
kelesatarian hutan. Oleh karena itu perlu pelaksana utama dalam upaya pengelolaan
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dan perlindungan hutan. Sistem pengelolaan
hutan sehingga alternatif yang dapat dipilih mangrove untuk mempertahankan
oleh pemerintah adalah menggulirkan kelestariaan memerlukan adanya pola
kebijakan pengelolaan hutan berbasis pengawasan terhadap ekosistem mangrove
masyarakat (Kartodihardji, 2007 dalam yang dikembangkan yaitu pola partisipatif,
Desmantoro et al., 2016). meliputi komponen yang diawasi, sosialisasi,

Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan persepsi tentang pengelolaan dan perlindungan hutan mangrove
Table 4 Respondents distribution according to community perception of mangrove forest management and protection

Desa Kalibu (Kalibu village) Desa Eelahaji (Eelahaji village)


No. Persepsi (Perception)
Jumlah (Total) % Jumlah (Total) %
1. Tinggi (High) 18 72 13 52
2. Sedang (Medium) 7 28 12 48
3. Rendah (Low) 0 0 0 0
  Jumlah (Total) 25 100 25 100

Sumber (Source): Data primer, diolah (Primary data, processed), 2018.

121
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126

pengawasan, insentif, dan sanksi. Saat ini hutan mangrove. Pembentukan kelompok
dikembangkan suatu pola pengawasan tani nelayan dapat mencegah masyarakat
pengelolaan ekosistem mangrove yang melakukan perombakan seperti pengambilan
melibatkan masyarakat. Hal ini dilaksanakan kayu bakar dari hutan mangrove di Kabupaten
dengan pertimbangan bahwa masyarakat Buton Utara sehingga hutan mangrove tersebut
pesisir yang relatif miskin harus dilibatkan dapat lestari. Hal ini sejalan dengan Umar
dalam pengelolaan mangrove. (2009) yang menyatakan bahwa frekuensi
Persepsi masyarakat tentang pengelolaan masyarakat dalam beraktivitas memanfaatkan
dan perlindungan hutan mangrove dituangkan sumberdaya hutan merupakan aspek penting
pada Tabel 4. dalam pengelolaan hutan.
Tabel 4 menunjukkan bahwa persepsi
D. Nilai Ekonomi Total Manfaat Hutan
masyarakat di Desa Kalibu dan Desa Eelahaji
Mangrove
terhadap pengelolaan dan perlindungan hutan
mangrove, mayoritas memiliki persepsi Kuantifikasi ekonomi dilakukan dengan
yang tinggi, sedangkan masyarakat yang teknik penilaian terpilih berdasarkan kriteria
memiliki persepsi sedang lebih sedikit. yang sesuai dengan indikator penilaian. Nilai
Persepsi tinggi adalah suatu persepsi yang total ekonomi sumberdaya hutan mangrove
mengetahui manfaat hutan mangrove dan adalah penjumlahan dari seluruh kompenen
terus menjaga kelestarian hutan mangrove. nilai, seperti nilai manfaat langsung, nilai
Persepsi sedang adalah suatu persepsi yang manfaat tidak langsung, dan nilai pilihan.
mengetahui manfaat hutan mangrove tetapi Nilai guna langsung merupakan nilai
jarang melakukan kegiatan pelestarian yang langsung dirasakan oleh masyarakat
hutan mangrove, sedangkan persepsi rendah yang tinggal sekitar hutan mangrove, seperti
merupakan msayarakat yang sama sekali tidak pengambilan kayu bakar, penangkapan ikan,
melakukan perlindungan dan tidak terlibat udang, dan kepiting. Akhmad (2014) dalam
dalam pelestarian hutan mangrove. Ismail (2017) menyatakan bahwa nilai guna
Persepsi sedang masyarakat di Desa tidak langsung adalah keseluruhan nilai
Kalibu dan Desa Eelahaji dipengaruhi oleh produk dan jasa hutan mangrove yang harga
keinginanan masyarakat untuk dilibatkan dan nilainya ditentukan dengan shadow price.
langsung dalam pengelolaan hutan mangrove, Hal ini dilakukan karena produk dan jasa
bukan hanya pada saat ada kegiatan/proyek mangrove tidak diperjual-belikan sehingga
saja. Hal ini sejalan dengan pernyataan nilainya tidak dapat ditentukan secara
Wibowo (2013) dalam Zainal, Khadapi, langsung. Nilai guna tidak langsung mangrove
& Herdiansyah (2015) bahwa kelestarian terdiri dari penahan abrasi dan penahan intrusi
hutan bukan saja menjadi tanggung jawab air laut. Nilai pilihan merupakan nilai harapan
pemerintah, namun juga membutuhkan masa yang akan datang terhadap komoditas
kesadaran atau peran partisipasi aktif yang saat ini digunakan maupun yang belum
masyarakat. Hal ini karena masyarakat dimanfaatkan. Dalam penelitian ini, nilai
sekitar hutan berhubungan langsung dengan yang digunakan adalah manfaat ekowisata
keberadaan hutannya. hutan mangrove.
Masria, Golan, & Ihsan (2015) menyatakan Hasil penelitian manfaat hutan mangrove
bahwa persepsi masyarakat terhadap hutan yang dilakukan di Desa Kalibu dan Desa
yang tergolong baik akan menjamin terjadinya Eelehaji, Kecamatan Kolisusu berupa
sikap yang positif terhadap pengelolaan manfaat langsung seperti kayu bakar, ikan,
hutan. Selain itu juga perlu adanya kerjasama udang, dan kepiting; manfaat tidak langsung
antara pemerintah dan penduduk setempat berupa jasa lingkungan (penahan intrusi air
dalam kegiatan pengelolaan kawasan laut dan penahan abrasi), dan manfaat pilihan.

122
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)

Tabel 5 Nilai ekonomi total manfaat hutan mangrove di Desa Kalibu dan Desa Eelahaji
Table 5 Total eonomic value of mangrove forest benefit in Kalibu and Eelahaji villages

Nilai manfaat, Rp/tahun (Benefit value, Rp/year)


No. Kategori manfaat (Benefit category) Desa Kalibu Desa Eelahaji
(Kalibu village) (Eelahaji village)
1. Nilai guna langsung (Direct use value) 8.287.142.400 5.815.440.000
2. Nilai guna tidak langsung (Indirect use value) 379.631.342 314.399.375
3. Nilai pilihan (Options value) 14.000.000 14.500.000
Nilai ekonomi total (Total economic value) 8.680.773.742 6.144.339.375
Sumber (Source): Data primer, diolah (Primary data, processed), 2018.

Kuantifikasi seluruh manfaat hutan mangrove karena dapat membantu kebutuhan ekonomi
dapat dilihat pada Tabel 5. masyarakat nelayan. Perbedaan nilai ekonomi
Nilai masing-masing manfaat hutan hutan mangrove di Desa Kalibu dan Desa
mangrove di Desa Kalibu dan Desa Eelahaji Eelahaji disebabkan oleh perbedaan kondisi
sangat berbeda. Manfaat langsung yang hutan mangrovenya. Hutan mangrove di Desa
selama ini diperoleh masyarakat merupakan Kalibu masih dalam kategori baik, sedangkan
sebagian dari keseluruhan manfaat hutan di Desa Eelahaji sudah termasuk kategori
mangrove. Manfaat tidak langsung dan rusak atau memiliki hutan mangrove yang
manfaat pilihan memiliki manfaat dan nilai jarang.
yang sangat besar.
Nilai ekonomi total mangrove di Desa Keragaman jenis ikan dan jumlah hasil
Kalibu yang kondisi mangrovenya relatif tangkapan di kawasan hutan mangrove
baik sebesar Rp8.680.773.742 per tahun, dipengaruhi oleh kondisi hutannya. Hutan
sedangkan di Desa Eelahaji yang kondisi mangrove yang masih bagus akan lebih banyak
mangrovenya sudah rusak/jarang sebesar karena kelimpahan ikan di daerah mangrove
Rp6.144.339.375 per tahun. Hasil ini terkait erat dengan kebiasaan makan herbivora
lebih kecil bila dibandingkan dengan dan karnivora epifitik (Sri, 2003). Mangrove
penelitian yang dilakukan Ahmad (2012) yang baik dapat menghasilkan serasah yang
di Kabupaten Kubu Raya dengan total luas banyak. Keberadaan serasah mangrove
hutan mangrove 102.017 ha menghasilkan menjadi faktor pendukung ketersediaan
nilai ekonomi sebesar Rp400.018.397.288 makanan bagi kepiting bakau sehingga
per tahun. Penelitian yang dilakukan oleh mangrove yang bagus dapat memberikan
(Mariana & Zulkarnaini, 2016) di Muara perlindungan dan keberlangsungan kepiting
Indragiri menunjukkan bahwa estimasi bakau yang baik dibandingkan dengan
total nilai ekonomi hutan mangrove sebesar mangrove yang sudah mulai rusak.
Rp156.523.498.235 per tahun. Mangrove dapat melindungi udang dari
Keberadaan hutan mangrove memberikan hempasan gelombang sehingga sebagian
kontribusi nilai ekonomi yang cukup tinggi. besar hidupnya berada di dalam ekosistem
Berdasarkan hasil perhitungan kuantifikasi mangrove. Perairan lepas hanya digunakan
manfaat hutan mangrove, kontribusi yang untuk bertelur. Udang akan berpindah kembali
besar dihasilkan dari nilai manfaat tidak ke ekosistem mangrove setelah larva muda
langsung, tetapi nilai manfaat langsung lahir (Ismail, 2017). Keragaman jenis udang
seperti nilai biota air dan pengambilan kayu di ekosistem mangrove yang rapat akan lebih
bakar juga cukup tinggi. Manfaat langsung banyak. Kondisi ini diduga karena banyaknya
memiliki manfaat yang sangat penting pasokan hara dari serasah mangrove dan

123
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126

daratan yang terendam (Umulia & Asbar, laut adalah Rp488.160/KK/tahun (dihitung
2016 dalam Ismail, 2017). dari biaya pemakaian listrik dan harga pompa
Manfaat mangrove sebagai penahan air). Jika mengalami intrusi air laut, nilai
intrusi air laut dilakukan dengan cara yang air adalah Rp2.857.800/KK/tahun. Dengan
sederhana, yaitu melalui indra pengecap. Cara demikian maka besarnya manfaat mangrove
tersebut untuk membedakan rasa air sumur sebagai penahan intrusi air laut terhadap air
yang menjadi sampel dengan pembanding sumur sebesar Rp104.895.500 per tahun.
air sumur yang tidak mendapat pengaruh Menurut Heru (2013), tingkat salinitas
dari laut (air tawar). Jarak sumur disesuaikan sumur paling sedikit terdapat di lokasi dengan
pada kondisi lokasi penelitian atau pada jarak tingkat kerapatan hutan mangrove sangat
sumur yang dipengaruhi air laut sampai pada tinggi. Dengan demikian maka semakin
jarak sumur yang tidak dipengaruhi oleh air sedikit yang terkena dampak intrusi air laut
laut yang diukur dari garis mangrove luar maka nilai mangrove sebagai penahan abrasi
dari bibir pantai. Selain itu juga ditetapkan semakin besar. Hal ini disebabkan karena
berdasarkan kondisi mangrove baik dan jumlah wilayah yang diselamatkan semakin
jarang untuk mengetahui seberapa jauh hutan besar sehingga nilai ekonominya semakin
mangrove dapat menahan intrusi air laut. besar pula.
Hutan mangrove memiliki manfaat Biaya pembuatan tanggul sebagai penahan
sebagai penahan intrusi air laut ke sumur abrasi dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 2,5 m (p
sehingga besarnya nilai mangrove sebagai x l x t) sebesar Rp2.493.330 per meter dengan
penahan intrusi air laut ke sumur tergantung daya tahan selama 10 tahun. Dengan demikian
seberapa jauh air laut mengintrusi air sumur. maka biaya pembuatan tanggul adalah sebesar
Perhitungan intrusi air laut dilakukan Rp249.333/meter/tahun (PT Widya Rahmat
dengan mengetahui luas desa dan jumlah Karya, 2018). Desa Kalibu memiliki pantai
rumah tangga dalam desa tersebut. Hal lain sepanjang 1.080 meter, sedangkan panjang
yang harus diketahui adalah lebar daerah pantai Desa Eelahaji adalah 2.000 meter.
terdampak, panjang daerah terdampak, dan Kondisi mangrove di Desa Kalibu relatif baik
luas daerah terdampak intrusi air laut. Setelah sehingga abrasi pantai hanya sejauh 0,03 km.
itu harus mengetahui jumlah RT terdampak Di Desa Eelahaji, terjadi abrasi sejauh 0,25
intrusi air laut. km karena kondisi mangovenya sudah mulai
Nilai mangrove sebagai penahan intrusi rusak. Dari hasil perhitungan, nilai manfaat
air laut di Desa Kalibu masih relatif baik. mangrove sebagai penahan abrasi di Desa
Pengaruh intrusi air laut seluas 0,018 km2 dari Kalibu adalah sebesar Rp232.781.991/km/
hutan mangrove terluar. Jumlah rumah tangga tahun, sedangkan di Desa Eelahaji sebesar
yang terdampak sebanyak 1,15 RT dari 270 Rp209.503.875/km/tahun.
RT. Nilai manfaat air jika tanpa intrusi air Nilai pilihan merupakan nilai harapan
laut adalah Rp488.160/KK/tahun (dihitung masa yang akan datang terhadap komoditas
dari biaya pemakaian listrik dan harga pompa yang saat ini digunakan maupun yang belum
air). Jika mengalami intrusi air laut, nilai dimanfaatkan. Dalam penelitian ini, nilai
air adalah Rp3.109.920/KK/tahun. Dengan yang diharapkan akan digunakan di masa
demikian maka besarnya manfaat mangrove depan adalah pemanfaatan mangrove untuk
sebagai penahan intrusi air laut terhadap air ekowisata. Kesediaan masyarakat untuk
sumur sebesar Rp128.226.792 per tahun. membayar tergantung pada manfaat yang
Untuk Desa Eelahaji, pengaruh intrusi air akan dirasakan setelah dijadikan tempat
laut seluas 0,3 km2 sehingga rumah tangga wisata, seperti membuat warung makan,
yang terkena dampak sebanyak 2,5 RT dari menyewakan perahu, dan sebagai pemandu
250 RT. Nilai manfaat air tanpa intrusi air wisata. Kesediaan membayar masyarakat

124
Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara,................(Firman Syah, Leti Sundawati, & Bahruni)

di Desa Kalibu sebesar Rp14.500.000 per UCAPAN TERIMA KASIH


tahun, sedangkan di Desa Eelahaji sebesar (ACKNOWLEDGEMENT)
Rp14.000.000 per tahun. Penelitian yang Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dilakukan oleh Soemarno, Polii, Harahab, Allah SWT, kedua dosen pembimbing Dr.
& Mangkay (2013) di Minahasa Selatan Ir. Leti Sundawati, M.Sc. Ftrop. dan Dr. Ir.
menggambarkan bahwa nilai ekonomi pilihan Bahruni, M.S., kedua orang tua dan keluarga,
hutan mangrove sebesar Rp27.362.863/tahun. Kepala Desa Eelahaji dan Desa Kalibu,
Kepala KPHPL Peropaea Gantara, serta
IV. KESIMPULAN DAN SARAN rekan-rekan yang telah membantu selama
A. Kesimpulan penulis menyelesaikan studi ini.
Mayoritas masyarakat Desa Kalibu
DAFTAR PUSTAKA
dan Desa Eelahaji memiliki persepsi yang
tinggi terhadap manfaat dan pengelolaan Ahmad, F. S. (2012). Valuasi ekonomi dan analisis
hutan mangrove. Penyebab kerusakan hutan strategi konservasi hutan mangrove di
mangrove menurut persepsi masyarakat yang Kabupaten Kubu Raya. Provinsi Kalimantan
Barat. (Tesis). Institut pertanian Bogor. Bogor.
paling tinggi disebabkan oleh pengambilan
Desmantoro, Wijayanto, N., & Sundawati, L. (2016).
kayu bakar untuk kebutuhan ekonomi. Nilai Kelayakan program hutan desa di Desa Tanjung
ekonomi total hutan mangrove di Desa Kalibu Aur II Kecamatan Pino Raya, Kabupaten
yang kondisi mangrovenya baik adalah Bengkulu Selatan. Jurnal Penelitian Sosial
Rp8.680.773.742 per tahun, lebih besar dari Ekonomi Kehutanan, 13(2): 85-106.
Devi, P.I. & Hema, M. (2015). Economic valuation of
Desa Eelahaji yang mangrovenya rusak,
mangrove ecosystems of Kerala, India. Journal
yaitu Rp6.144.339.375 per tahun. Manfaat of Environmental Professionals Sri Lanka, 4(1):
yang paling dominan memberikan kontribusi 1-16.
adalah manfaat langsung seperti penangkapan Ekawati, S., Halawane, J. E., Iwanudin, & Irawan,
ikan, udang, dan kepiting serta pembambilan A. (2017). Analisis persepsi dan perilaku
masyarakat terhadap keberadaan kawasan
kayu bakar.
KPHP Poigar. Jurnal Penelitian Sosial dan
B. Saran Ekonomi Kehutanan, 14(1): 71-82.
Elhaq, I. H. & Satria, A. (2011). Persepsi pesanggem
1. Untuk menghindari kerusakan hutan mengenai hutan mangrove dan partisipasi
mangrove sebaiknya pemerintah pesanggem dalam pengelolaan tambak
melibatkan masyarakat di dalam mangrove ramah lingkungan model empang
pengelolaannya. parit. Jurnal Sosiologi Pedesaan. https://doi.
org/10.22500/sodality.v5i1.5829.
2. Pemerintah harus mengadakan sosialisasi Fadhila, H., Saputra, S. W., & Wijayanto, D. (2015).
kepada masyarakat bahwa kondisi Nilai manfaat ekosistem mangrove di Desa
hutan mangrove yang lestari akan Kartika Jaya Kecamatan Patebon Kabupaten
meningkatkan niai ekonomi biota perairan Kendal Jawa Tengah. Diponegoro Journal of
dan menghasilkan manfaat perlindungan Maquares, 4(3): 180-187.
Fahrudin, S., Riani, E., Sanusi, H.S., Zamani, N.P., &
intrusi air laut terhadap air sumur. Putranto. S. (2018). Economic valuation and
3. Perlu dikembangkan penanaman jenis lost value of mangroves ecosystem due to oil
pohon yang mempunyai biomasa tinggi spill in Peleng Strait, Banggai and Banggai
untuk kayu bakar sebagai pengganti kayu Islands Regency Central Sulawesi. IOP Conf.
mangrove, seperti jenis kaliandra. Series: Earth and Environmental Science.
doi:10.1088/1755-1315/176/1/012043.
Fauzi, A. (2015). Valuasi ekonomi dan penilaian
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan.
Bogor: IPB Press.

125
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 16 No.2, 2019: 115-126

Giri, C., Long, J., Abbas, S., & Murali, R, M. (2014). Siahainenia, S. M. (2012). Analisis ekonomi terhadap
Distribution and dynamics of mangrove ekosistem hutan mangrove di Desa Tawiri.
forests of South Asia. Journal of Enviromental Jurnal Triton, 8(1): 12-19.
Management, 12: 1–11. Sobari, M.P., Andrianto, L., & Azis, N. (2006). Analisis
Guebas. F.D., Koedam, N., Huge, J., Sutherland, W.J., ekonomi alternatif pengelolaan ekosistem
& Mukherjee, N. (2014). Ecosystem service mangrove Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.
valuations of mangrove ecosystems to inform Buletin Ekonomi Perikanan, VI(3):1-22.
decision making and future valuation exercises. Soemaeno, Polii, B., Harahab, N., & Mangkay, S.D.
Plos One. 9(9): e107706.doi: 10.1371/journal. (2013). Economic valuation of mangrove
pone.0107706. forest ecosystem in Tatapan South Minahasa,
Gumilar, I. (2012). Partisipasi masyarakat pesisir Indonesia. Journal of Environmental Science,
dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove Toxicology, and Food Technology, 5(6): 51-57.
berkelanjtan di Kabupaten Indramayu. Sri, R. (2003). Kompisisi dan kelimpahan ikan
Akuantika, III(2): 198–211. ekosistem mangrove Kadungmalang, Jepara.
Jurnal Ilmu Kelautan, 18: 54-60.
Hartini, S., Saputro, G. B., & Yulianto, M. (2010). Suharti, S., Darusman, D., Nugroho, B., & Sundawati,
Assessing the Used of remotely sensed data for L. (2016). Economic valuation as a basis for
mapping mangroves Indonesia. Retrieved 23 sustainable mangrove resource management:
Febr. 2019 from http://bakosurtanal.go.id. A case in East Sinjai, South Sulawesi. JMHT,
Heru, S. (2013). Status ekologi hutan mangrove pada 22(1), 13–23. https://doi.org /10.7226/jtfm.
berbagai tingkat ketebalan. Jurnal Penelitian Turner, R. K. (2016). Ecological, economics, and
Kehutanan Wallaceae, 2(2): 104-120. ecosistem services. In Potschin, M., Haines-
Ismail, A. (2017). Penilaian ekonomi hutan mangrove Young, R., Fish, R., Turner, R. K. (Eds.).
di Kota Tanjungpinang Privinsi Kepulauan Routledge handbook of ecosystem services.
Riau. (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor. London and New York.
Kusmana, C. (2003). Teknik rehabilitasi mangrove. Umar. (2009). Persepsi dan perilaku masyarakat
Bogor: IPB Press. dalam pelestarian fungsi hutan sebagai daerah
Mariana & Zulkarnaini. (2016). Economic valuation of resapan air (Studi kasus Hutan Penggaron
mangrove forest ecosystem in Indragiri estuary. Kabupaten Semarang). (Tesis). Universitas
Journal of Oceans and Oceanography, 10(1): Diponegoro. Semarang.
13-17. Utami, A. R. (2017). Persepsi masyarakat dan
Masria, Golar, & Ihsan, M. (2015). Persepsi dan stekholder terhadap pengelolaan hutan desa di
sikap masyarakat lokal terhadap hutan di Desa Desa Sadewata, Ciamis, Jawa Barat. (Skripsi).
Labuan Toposo Kecamatan Kabuan Kabupaten Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Donggala. Warta Rimba, 3(2): 57–64. Wahidin, L. O., Ola, L., Yusuf, S., & Sumber, M.
Nugroho, J., Khairiansyah, M., & Zainal, S. (2018). (2013). Valuasi ekonomi tegakan pohon
The public perception of the existence of mangrove (Soneratia alba) di Teluk Kendari,
mangrove forest in Kuala Urban Village, West Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Singkawang Subdistrict, Singkawang District. Jurnal Mina Laut Indonesia, 2(6): 120-127.
Jurnal Hutan Lestari, 6(2): 416–427. Zainal, S., Khadapi, M., & Herdiansyah, G. (2015).
PT. Widya Rahmat Karya. (2018). Proyek pemasangan Persepsi masyarakat Desa Sungai Awan Kanan
tanggul di Kolisusu. Buton Utara. terhadap keberadaan hutan mangrove di
Saprudin, & Halidah. (2012). Potensi nilai manfaat Kawasan Pantai Air Mata Permai, Kabupaten
jasa lingkungan hutan mangrove di Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari, 3(1): 108–116.
Sinjai Sulawesi Selatan. Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam, 7(3): 2013-2014.
Satri, A., & Elhaq, I. H. (2011). Persepsi pesanggem
mengenai hutan mangrove dan partisipasi
pesanggem dalam pengelolaan tambak
mangrove ramah lingkungan model empang
parit. Jurnal Transdisiplin Sosiologi,
Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 5(1): 97-
103.

126

Вам также может понравиться