Вы находитесь на странице: 1из 9

TINGKAT KEBISINGAN DI KAWASAN PERMUKIMAN SEKITAR PLTD MUARA TEWEH

Uswatun Hasanah, Zulfikar Ali As, Maharso


Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
Jl.H.M.Cokrokusumo No.1A Kota Banjarbaru
Email: zulyan03@gmail.com

Abstract: Level of Noise in the residential around muara teweh’s PLTD.Muara Teweh’s
PLTDwas one of the regional companied responsible for the provision of electricity serviced.
The impact of the operation of the PLTD is the emergence of noise caused by the PLTD
engine so that it appeared on public complainted, especially communication disordered,
disordered of physiological and psychological disordered. This study aims to determine the
noise level and subjective complainted felt in residential areas around Muara Teweh’s PLTD.
This research was a descriptive observational describe the noise level in residential areas
Muara Teweh’s PLTD. This study include cross-sectional design that aims to determine the
noise until at residential areas around Muara Teweh’s PLTD and connect with public
complainted in residential areas around Muara Teweh’s PLTD. The measurement resulted
show noise levels in residential areas around Muara Teweh’s PLTD exceeded the NAV
according KEPMEN / LH / 48/1996, which is 62.9 dBA in the North, 70.4 dBA in the
Northeast, 69.3 dBA in the East , 69.4 dBA in the direction of the Southeast, 72.3 dBA in the
south, 72.2 dBA in the direction of the Southwest, 78.2 in the West and 75.5 dBA in the
northwest. Subjective complainted of the most widely felt in residential areas Muara
Teweh’s PLTD form (45.9%), headache (56.8%), discomfort (91.9%), insomnia (83.8%) fast
and emotions (40.5%). Efforts should be madeto controlnoise levelsand
complaintsaregiving them the toolsnoise suppressioninengine room, thickenthe barrier, put
upcurtainsat thewindows of the houseanddo notoftenopen thedoor.

Keywords : Noisy environment, residential noise

Abstrak: Tingkat Kebisingan di Kawasan Permukiman Sekitar PLTD Muara Teweh.


PLTD Muara Teweh merupakan salah satu perusahaan daerah yang bertanggung jawab
dalam penyediaan pelayanan ketenagalistrikan. Dampak pengoperasian PLTD adalah
timbulnya kebisingan yang diakibatkan suara mesin diesel sehingga muncul keluhan
masyarakat terutama gangguan komunikasi, gangguan fisiologis dan gangguan psikologis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan dan keluhan subyektif yang
dirasakan masyarakat di permukiman sekitar PLTD Muara Teweh. Jenis penelitian ini
adalah observasional yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan tingkat kebisingan di
permukiman sekitar PLTD. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan yang sampai di permukiman sekitar PLTD
dan menghubungkannya dengan keluhan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar
PLTD. Hasil pengukuran menunjukkan tingkat kebisingan di kawasan permukiman sekitar
PLTD Muara Teweh melebihi NAB menurut KEPMEN/LH/No.48/1996, yaitu 62,9 dBA di
arah Utara, 70,4 dBA di arah Timur Laut, 69,3 dBA di arah Timur, 69,4 dBA di arah
Tenggara, 72,3 dBA di arah Selatan, 72,2 dBA di arah Barat Daya, 78,2 di arah Barat dan 75,5
dBA di arah Barat Laut. Keluhan subyektif yang paling banyak dirasakan masyarakat yang
bertempat tinggai di sekitar PLTD Muara Teweh berupa berbicara lebih keras (45,9%),
nyeri kepala (56,8%), tidak nyaman (91,9%), susah tidur (83,8%) dan cepat emosi
(40,5%).Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan tingkat kebisingan dan keluhan
masyarakat adalah memberi alat peredam bising pada ruang mesin, mempertebal barrier,
memasang gorden pada jendela rumah dan tidak sering membuka pintu rumah.

Kata kunci : Tingkat kebisingan, Permukiman, Keluhan masyarakat

328
Uswatun Hasanah, Zulfikar Ali As, Maharso. Kebisingan di Kawasan 329
Permukiman Sekitar PLTD Muara Teweh

PENDAHULUAN Data laporan Upaya Pemantauan


Polusi suara sekarang diakui di Lingkungan (UPL) PLTD Muara Teweh
seluruh dunia sebagai masalah utama untuk semester I tahun 2012 menyatakan bahwa
kualitas hidup di perkotaan. Kebisingan kebisingan ambien (sekitar perusahaan)
merupakan salah satu penyebab “penyakit mencapai 59,9 dBA – 80,3 dBA. Apabila
lingkungan“ yangpenting.World Health dibandingkan dengan hasil pemantauan
Organization (WHO) melaporkan pada kebisingan ambien (sekitar perusahaan)
tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) tahun 2011 yang mencapai 59,7 dBA – 77,8
penduduk dunia mengalami gangguan dBA, maka kebisingan di semua titik
pendengaran akibat kebisingan pengukuran mengalami peningkatan.(3)
dalamberbagai bentuk. Di Amerika Serikat Beberapa penelitian melaporkan
terdapat sekitar 5-6 juta orang bahwa operasional PLTD umumnya
terancammenderita tuli akibat bising. menimbulkan bising di permukiman dan
Sedangkan di Belanda jumlahnya mencapai menyebabkan keluhan masyarakat.Mey
200.000-300.000orang, di Inggris sekitar Hendra Nurisa Saputra (2006) menuliskan
0,2%, di Canada dan Swedia masing-masing di permukiman sekitar PLTD Kotabaru
sekitar 0,3% dariseluruh populasi dan mencapai 61 dBA – 73 dBA. Begitu pula
sekitar 75-140 juta (50%) di Asia penelitian yang dilakukan oleh Fuad
Tenggara.Indonesiamenempati urutan ke Nasrullah (2011) menuliskan di
empat di Asia Tenggara yaitu 4,6% sesudah permukiman sekitar PLTD Banua Lima Unit
Srilanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India Panangkalaan mencapai 52,6 dBA – 68,5
(6,3%). Angka tersebut diperkirakan akan dBA. Tingginya kebisingan ini dipengaruhi
terus meningkat (1). oleh jarak rumah dengan sumber bising dan
Tenaga listrik merupakan salah satu konstruksi rumah yang tidak dapat
kebutuhan yang paling pokok dalam mereduksi bising.Peningkatan kebisingan
menunjang kehidupan manusia.Perseroan PLTD tersebut disertai dengan munculnya
Terbatas Perusahaan Listrik Negara (PT keluhan masyarakat terutama gangguan
PLN) adalah sebuah Badan Usaha Milik komunikasi, gangguan fisiologis dan
Negara (BUMN) yang memiliki tugas dalam gangguan psikologis.
semua aspek kelistrikan di Indonesia terus Gangguan kebisingan dibagi dalam
berupaya meningkatkan dua kategori, yaitu berupa gangguan
profesionalismenya dalam hal pemenuhan auditory yaitu gangguan terhadap
kelistrikan.Salah satu pembangkit listrik pendengaran dan gangguan non auditory
yang dimiliki oleh PT PLN adalah yaitu gangguan saat berkomunikasi dan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). menurunnya semangat kerja akibat
Dampak yang ditimbulkan pada proses kelelahan dan stress(4). Dari penelitian
pengoperasian PLTD adalah timbulnya Djalante (2010) tingkat kebisingan yang
kebisingan yang diakibatkan dari suara dapat diterima manusia terhadap kesehatan
mesin diesel. (2) tergantung pada lama kebisingan tersebut
PT. PLN (Persero) Wilayah yang dipaparkan dan seberapa besar
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah intensitas kebisingan yang memapar.(5)
Cabang Kuala Kapuas PLTD Muara Teweh Tujuan penelitian ini adalah untuk
merupakan salah satu perusahaan daerah mengetahui tingkat dan sebaran bising di
yang bertanggung jawab dalam penyediaan permukiman terdekat dari PLTD Muara
pelayanan ketenagalistrikan di Muara Teweh dan keluhan subyektif masyarakat
Teweh. PLTD Muara Teweh mulai akibat bising PLTD Muara Teweh.
beroperasi pada tahun 1982 dibawah
manajemen PT. PLN Cabang Kuala Kapuas BAHAN DAN CARA PENELITIAN
yang sampai saat ini memiliki daya Jenis penelitian ini adalah
terpasang 13.590 kW dan daya mampu observasional yang bersifat deskriptif.
sebesar 9.900 kW. (3) Penelitian dilakukan di kawasan
permukiman sekitar PLTD Muara Teweh
330 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 13 No. 1 Januari 2016

pada bulan Januari sd. Agustus 2015. Pengukuran kebisingan dilakukan


Populasi dalam penelitian ini adalah terbagi untuk memperoleh nilai LTM5.LTM5adalah
dua yaitu populasi bising (kebisingan yang nilai kebisingan yang diperoleh dari 7
ada di permukiman kawasan PLTD Muara periode pengukuran setiap 5 detik selama
Teweh) dan populasi keluhan masyarakat 10 menit pada masing-masing titik. Adapun
yang berada di sekitar tempat penelitian rumus yang digunakan adalah sebagai
berjumlah 75 KK. berikut (8) :
Sebagai sampel kebisingan adalah Ls dihitung sebagai berikut :
kebisingan yang diukur pada permukiman Ls = 10 log 1/16 {T1.100,1.L1 + … + T4.100,1.L4}
terdekat dari sumber bising sebanyak 8 titik
yaitu arah Utara, Timur Laut, Timur, Lm dihitung sebagai berikut :
Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Lm = 10 log 1/8 {T5.100,1.L5 + … + T7.100,1.L7}
Barat Laut. Penentuan sampel keluhan
masyarakat dihitung dengan menggunakam Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah
rumus Lemeshow (6) diperoleh sebanyak melampaui tingkat kebisingan maka perlu
37 KK. pengambilan sampel dilakukan dicari nilai Lsm dari pengukuran lapangan.
dengan carasystematic random sampling Lsm dihitung dengan rumus :
yaitu menentukan sampel berdasarkan LSM = 10 log 1/24 {16.100,1.Ls + … +
urutan dari anggota populasi yang telah 8.100,1(Lm + 5)}
diberi nomor urut.(7). Keterangan :
Variabel yang diteliti dalam penelitian Ls = tingkat kebisingan selama siang
ini meliputi tingkat kebisingan di hari (dB)
permukiman dan keluhan subyektif Lm = tingkat kebisingan selama malam
masyarakat. hari (dBA)
Pengumpulan data diperoleh melalui Lsm = tingkat kebisingan selama siang
pengukuran kebisingan dilakukan dengan dan malam hari (dBA)
cara sederhana menggunakan alat Sound T = jumlah frekuensi kemunculan L
Level Meteryangdiukur tingkat tekanan L = tingkat kebisingan (dBA)
bunyi dBA selama 10 menit. Untuk tiap Nilai kebisingan yang terukur akan
pengukuran, pembacaan dilakukan setiap 5 dikoreksi dengan cara dikurangi dengan
detik dengan jumlah data yang nilai perkiraan kebisingan dari jalan raya.
dikumpulkan adalah 120 buah.Pengukuran Data keluhan masyarakathasil
dilakukan selama 24 jam yang dibagi 7 wawancara ditabulasi dan dikelompokkan
periode. Periode-periode tersebut sesuai menurut kategori yang sejenis kemudian
dengan lampiran Keputusan Menteri Negara disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Kondisi lingkungan sekitar PLTDyaitu
tentang Baku Tingkat jarak dan keberadaan barrier disajikan
Kebisingan.Memprediksi kebisingan dari dalam bentuk tabel.Hasil pengukuran
aktivitas jalan raya dilakukan dengan cara tingkat kebisingan di 8 titik sekitar PLTD
pencatatan jumlah dan jenis kendaraan Muara Teweh dicatat sebagai L1 dengan
bermotor yang melintasi jalan raya pada jarak d1, kemudian jarak berikutnya
saat pengukuran kebisingan, juga dilakukan dinyatakan sebagai d2 dan tingkat bisingnya
pengamatan dilakukan untuk mengetahui sebagai L2 dengan rumus (9) :
keberadaan barrier yang menjadi
penghalang antara sumber bising dengan 𝑟2
L2 = L1 – 20 log (𝑟1)
rumah terdekat.Wawancara dilakukan
untuk memperoleh informasi mengenai Keterangan :
keluhan subyektif yang dirasakan r1 = jarak titik pertama
masyarakat akibat paparan bising yang (m)
ditimbulkan oleh mesin-mesin PLTD Muara r2 = jarak titik kedua (m)
Teweh. Wawancara dilakukan dengan cara L1 = tingkat bising pada
menanyakan pertanyaan secara langsung titik pertama (dBA)
kepada responden dengan kuesioner. L2 = tingkat bising pada
titik kedua (dBA)
Uswatun Hasanah, Zulfikar Ali As, Maharso. Kebisingan di Kawasan 331
Permukiman Sekitar PLTD Muara Teweh

Analisis data dalam penelitian meliputi Kondisi sekitar PLTD Muara Teweh
tingkat kebisingan di permukiman dikelilingi barrier dengan tinggi 10 meter
dibandingkan dengan Keputusan Menteri yang terbuat dari bata dan semen.PLTD
Negara Lingkungan Hidup No. 48 tahun Muara Teweh terletak di tengah - tengah
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan di permukiman penduduk.Jarak permukiman
permukiman yaitu 55 dB. Keluhan paling dekat dari PLTD adalah 6 m yang
masyarakatdihubungkan dengan tingkat terletak di arah barat.
kebisingan di permukiman. Kondisi Permukiman penduduk berada diluar
lingkungan sekitar PLTD untuk mengetahui barrier PLTD dengan jarak terdekat 2 m di
pengaruh jarak dan keberadaan barrier arah barat dan 20 m di arah utara.
terhadap tingkat kebisingan dan keluhan Berdasarkan hasil pengukuran tingkat
masyarakat dan perhitungan sebaran bising kebisingan diseluruh permukiman terdekat
untuk menetapkan zona permukiman yang sekitar PLTD telah melebihi baku tingkat
memenuhi persyaratan. kebisingan. Kebisingan di kawasan
permukiman mencapai 62,9 – 78,2 dBA.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat kebisingan tersebut berada pada
PLTD Muara Teweh PT.PLN lingkungan industri, maka untuk
(PERSERO) Wilayah Kalimantan Selatan dan menganalisis keluhan masyarakat di sekitar
Kalimantan Tengah Area Kuala Kapuas PLTD digunakan baku tingkat bising
beroperasi sejak tahun 1976 dengan kawasan industri yaitu 70 dBA.
kapasitas daya terpasang saat ini sebesar
13.590 kW, daya mampu 9.900 kW dan 1. Tingkat dan Sebaran Bising
beban puncak 7650 kW.Pengoperasian Hasil pengukuran tingkat sebaran
mesin berlangsung selama 24 jam dengan bising di permukiman sekitar PLTD Muara
beban puncak terjadi antara pukul 17.00 Teweh disajikan pada Tabel 1.
WIB s/d 22.00 WIB.

Tabel 1. Tingkat Kebisingan di Permukiman Terdekat dari PLTD Muara Teweh Tahun 2015
Kebisingan (dBA)
Arah Pengukuran Jarak
Level Level Siang Ket.
dari Sumber (m) Level Siang
Malam Malam
Utara 20 62,5 58,7 62,9 TMS
Timur Laut 15 66,7 68,7 70,4 TMS
Timur 12 67,3 66,7 69,3 TMS
Tenggara 10 66,5 67,3 69,4 TMS
Selatan 12 72,5 72,0 72,3 TMS
Barat Daya 10 68,4 70,6 72,2 TMS
Barat 6 74,6 76,4 78,2 TMS
Barat Laut 9 75 76,4 75,5 TMS
Keterangan :
TMS : tidak memenuhi syarat
*Baku mutu tingkat kebisingan sebesar 55 dBA menurut Kepmen-LH No. 48 tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan.
332 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 13 No. 1 Januari 2016

Adapun titik pengukuran kebisingan di sekitar PLTD Muara Teweh dapat dilihat pada
gambar berikut:

U 20 m (62,9 dBA)

PERMUKIMAN

9 m (75,5 dBA) 15 m (70,4 dBA)

6 m (78,2 dBA) 12 m (69,3 dBA)

PERMUKIMAN PERMUKIMAN

PERMUKIMAN10 m (69,4 dBA)

10 m (72,2 dBA) 12 m (72,3 dBA)

Gambar 1. Sebaran Bising Sekitar PLTD Muara Teweh Tahun 2015


Keterangan :
= titik pengukuran
= sumber bising
= barrier
= jalan raya

Pengukuran kebisingan menunjukkan Sedangkan jarak terjauh adalah 20 m


bahwa kawasan permukiman sekitar PLTD dengan tingkat kebisingan paling rendah
Muara Teweh tingkat kebisingan lebih dari yaitu 62,9 dBA. Berdasarkan kenyataan
55 dBA. Hal ini dapat dikatakan bahwa tersebut, dapat dinyatakan bahwa jarak
kebisingan yang ditimbulkan PLTD Muara rumah berpengaruh dengan tingkat
Teweh telah mencapai daerah permukiman kebisingan lingkungan.
penduduk dan menyebabkan kebisingan Tingginya kebisingan di permukiman
melebihi yang dipersyaratkan sesuai sekitar PLTD Muara Teweh juga disebabkan
dengan Keputusan Menteri Lingkungan oleh kapasitas mesin PLTD Muara Teweh.
Hidup No. 48 tahun 1996 tentang baku Mesin yang dioperasikan sampai saat ini
tingkat bising. sebanyak 15 unit dengan daya 20.000 volt
Tingkat kebisingan yang dihasilkan di yang memiliki 2 cerobong masing – masing
permukiman terdekat sekitar PLTD Muara di arahkan ke sebelah Timur dan Barat.
Teweh bervariasi berdasarkan jarak antara Mesin–mesin tersebut di kumpulkan di
PLTD dengan permukiman. Jarak terdekat suatu ruangan khusus yang memiliki
adalah 6 m yang merupakan lokasi paling peredam getaran namun tidak memiliki
tinggi tingkat kebisingannya yaitu 78,2 dBA. peredam bising. Oleh sebab itu, bising yang
Uswatun Hasanah, Zulfikar Ali As, Maharso. Kebisingan di Kawasan 333
Permukiman Sekitar PLTD Muara Teweh

dihasilkan dari mesin–mesin PLTD sampai Barat 78,2 6 87


ke permukiman dan tingkat kebisingannya Barat Laut 75,5 9 65
masih melebihi baku mutu. Keterangan:
Perhitungan jarak permukiman L1: tingkat kebisingan (dBA)
disekitar PLTD, diketahui jarak hipotetik d1:jarak antara sumber bising dengan rumah
sebaran bising sekitar PLTD Muara Teweh terdekat (m)
tahun 2015 seperti disajikan pada Tabel 2. d2: jarak hipotetik sebaran bising (m)
Tabel 2. Jarak Hipotetik Sebaran Bising
Sekitar PLTD Muara Teweh Tahun 2015 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebaran
Arah Bising Lingkungan d2 bising di permukiman sekitar PLTD Muara
L1 (dBA) d1(m) (m) Teweh berkisar antara 50 - 88 m dan arah
Utara 62,9 20 50 sebaran bising yang paling jauh adalah
Timur Laut 70,4 15 88 Timur Laut dan Selatan.
Timur 69,3 12 62 Adapun pemetaan jarak hipotetik
Tenggara 69,4 10 53 sebaran bising disajikan pada Gambar 1.
Selatan 72,3 12 88
Barat Daya 72,2 10 72

Gambar 1. Jarak Hipotetik Sebarab Bising


Keterangan :
= titik pengukuran
= sumber bising
= titik hipotetik
= jarak hipotetik
= barrier
334 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 13 No. 1 Januari 2016

= jalan raya
2. Keluhan Subyektif Masyarakat responden sulit mendengar pembicaraan
Berdasarkan data tingkat kebisingan secara normal. Hal ini menyebabkan
dan keluhan masyarakat, dampak sebagian responden harus mengulang-ulang
kebisingan mulai dirasakan masyarakat pembicaraan, berbicara lebih keras, bahkan
pada tingkat kebisingan sebesar 70 dBA. menggunakan isyarat dalam percakapan.
Nilai ini lebih tinggi dari baku tingkat Keluhan yang paling banyak dirasakan
kebisingan untuk zona permukiman sebesar responden adalah berbicara lebih keras
55 dBA. Hal ini dinilai wajar karena yaitu 45,9% sedangkan yang paling sedikit
pengukuran kebisingan dilakukan di luar adalah berbicara dengan isyarat sebesar
bangunan sehingga kebisingan dalam 8,1%.
rumah akan lebih rendah. Hubungan keluhan ini dengan tingkat
a. Gangguan Komunikasi kebisingan disajikan pada Tabel 3.
Kebisingan yang ditimbulkan oleh
PLTD Muara Teweh menyebabkan 32,4%

Tabel 3.
Tingkat kebisingan Bicara keras Sulit dengar Menggunakan Mengulang
isyarat pembicaraan
ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak
> 70 dBA 17 8 12 13 3 22 4 21
≤ 70 dBA 0 12 0 12 0 12 0 12

Semua gangguan komunikasi bersifat mengganggu. Tingkat suara pada


muncul pada tingkat kebisingan di atas 70 level ini merupakan intensitas percakapan
dBA, diantara keluhan tersebut yang paling pada umumnya, sehingga wajar jika keluhan
banyak dirasakan adalahberbicara lebih komunikasi akan muncul saat kebisingan
keras sebanyak17 responden (68). melebihi intensitas percakapan.
Sedangkan pada tingkat kebisingan 70 dBA b. Gangguan Fisiologis
atau kurang tidak ada responden yang Gangguan fisiologis yang dirasakan
menyatakan keluhan serupa.Menurut responden yaitu nyeri kepala (56,8%).
Kepmen LH No. 48 tahun 1996 (10), Hubungan keluhan ini dengan tingkat
kebisingan di atas 60 dBA dikatagorikan kebisingan disajikan pada Tabel 4.
sebagai kebisingan sedang dan sudah

Tabel 4.Gangguan Fisiologis Responden Menurut Tingkat Kebisingan Sekitar PLTD Muara Teweh
Tahun 2015
Tingkat kebisingan Nyeri kepala Lelah Jantung Hipertensi
ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak
> 70 dBA 20 5 7 18 1 24 6 19
≤ 70 dBA 1 11 1 11 0 12 4 8

Gangguan fisiologis cenderung Semua gangguan fisiologis muncul


berhubungan dengan kebisingan yang pada tingkat kebisingan di atas 70 dBA,
dirasakan responden adalah nyeri kepala, diantara keluhan tersebut yang paling
karena 80% responden yang terpapar banyak dirasakan adalah antara lainnyeri
kebisingan >70 dBA menyatakan nyeri kepala yaitu 20 responden (80%).
kepala.Sedangkan kebisingan ≤70 dBA Sedangkan pada tingkat kebisingan 70 dBA
hanya 10% responden yang menyatakan atau kurang keluhan yang paling banyak
nyeri kepala. Gangguan fisiologis yang lain dirasakan adalah hipertensi yaitu 4
seperti lelah, sakit jantung dan hipertensi responden. Menurut teori bahwa pengaruh
tidak menunjukkan kecenderungan akibat bising akan menimbulkan gangguan
kebisingan. fisiologis yaitu kenaikan metabolisme,
Uswatun Hasanah, Zulfikar Ali As, Maharso. Kebisingan di Kawasan 335
Permukiman Sekitar PLTD Muara Teweh

keringat tangan dan kaki, gaya refleks dan psikosomatis, menjengkelkan dan
kenaikan tekanan darah (10) menimbulkan sakit jantung.
Pada tingkat kebisingan >70 dBA c. Gangguan Psikologis
sebanyak 28% responden menyatakan Gangguan psikologis yang dirasakan
cepat lelah dan 4% responden merasa sakit responden menunjukkan bahwa gangguan
jantung. Sedangkan pada kebisingan ≤70 psikologis yang dirasakan oleh responden
dBA sebanyak 10% responden merasa cepat sekitar PLTD Muara Teweh hampir
lelah. Sesuai dengan teori bahwa tingkat seluruhnya merasa tidak nyaman (91,9%).
kebisingan yang mencapai 60 dBA – 65 dBA Hubungan keluhan ini dengan tingkat
menimbulkan kelelahan mental, fisik kebisngan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Gangguan Psikologis Responden Menurut Tingkat Kebisingan Sekitar PLTD Muara
Teweh Tahun 2015
Tingkat Tidak Susah Stress Cepat Kurang Kurang
kebisingan nyaman tidur emosi konsen konsen
baca kerja
ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak
> 70 dBA 25 0 23 2 1 24 10 15 8 17 11 14
≤ 70 dBA 9 3 8 4 0 12 5 7 1 11 1 11

Gangguan psikologiscenderung emosi, kurang konsentrasi membaca dan


berhubungan dengan tingkat kebisingan kurang konsentrasi bekerja tidak
yang dirasakan masyarakat adalah tidak menunjukkan kecenderungan akibat
nyaman dan susah tidur, karena 100% kebisingan.
responden yang terpapar kebisingan >70 Semua gangguan psikologis muncul
dBA menyatakan tidak nyaman dan 92% pada tingkat kebisingan>70 dBA dan ≤70
responden menyatakan susah tidur. dBA yaitu responden merasa tidak nyaman
Sedangkan tingkat kebisingan ≤70 dBA dengan adanya suara bising PLTD. Dari
hanya 75% responden menyatakan merasa keluhan tersebut dapat dilihat sesuai teori
tidak nyaman dan 67% responden pengaruh bising pada manusia pada Tabel 6.
menyatakan susah tidur. Gangguan
psikologis yang lain seperti stress, cepat

Tabel 6. Pengaruh Tingkat Intensitas/Tekanan Suara Terhadap Manusia Secara Fisiologis dan
Psikologis
Tekanan Pengaruh pada Manusia
Suara (dBA)
30 - 40 Mengganggu orang tidur
55 Penyempitan pembuluh darah, frekuensi denyut jantung meningkat.
60 Menimbulkan kelelahan mental, dan fisik psikosomatis, mengganggu dan
menjengkelkan.
65 Bila secara terus menerus dapat menimbulkan sakit jantung dan pembuluh
darah.
80 Bila secara terus menerus dapat menimbulkan kerusakan pada alat
pendengaran.
90 Bila terus menerus dapat kehilangan pendengaran permanen, batas waktu
pemaparan 8 jam sehari.
100 Dalam periode singkat, dengan pendengaran berkurang, dan pada pemaparan
yang lama dapat merusak alat pendengaran, batas waktu pemaparan 2 jam
sehari.
120 Rasa nyeri dan sakit, batas waktu pemaparan kuran dari ¼ jam sehari.
150 Kehilangan pendengaran saat ini.
Sumber: Lampiran KepMen LH No. 48/MenLH/II/1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan. (10)
336 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 13 No. 1 Januari 2016

Upaya mengurangi kebisingan yang kebisingan.Membuat barrier sesuai dengan


sampai di permukiman yaitu mereduksi jenis, tebal dan bahan yang digunakan.
bising dengan cara membuat peredam Misalnya melapisi barrier yang ada dengan
bising pada ruang mesin sehingga bunyi papan/kayu yang dapat mereduksi bising
yang melebihi baku mutu tidak sampai ke 26 dBA.Bagi masyarakat dapat memasang
permukiman.Pembuatan barrier atau gorden pada jendela rumah, tidak sering
penyekat untuk menghalangi bunyi yang membuka pintu rumah dan tidak keluar
sampai kepermukiman dengan bahan yang rumah apabila tidak ada keperluan.
sesuai untuk reduksi bising yang diinginkan.
Penyekat/barrier menurut jenis, tebal KEPUSTAKAAN
dan massa dari bahan yang digunakan 1. Rahayu, Titiek. 2010. Dampak Kebisingan
seperti pada Tabel 7. Terhadap Munculnya Ganggusn
Tabel 7. Noise ReductionMenurut Jenis, Kesehatan.
Tebal dan Massa dari Bahan
2. Banitriono, Rendika. 2012.Hubungan
Jenis Bahan Tebal Massa Noise
Antara Kemampuan Pendengaran dan
(mm) (kg/ Reduction
m2) (dB) Radius Rumah Pada Warga Masyarakat
Asbestos – 6 12 26 di Sekitar PLTD Siantan Hilir.Fakultas
semen Kedokteran Universitas Tanjungpura,
Bata 113 220 35 - 40 Pontianak
Papan / 18 12 26 3. PLTD Muara Teweh, PT.PLN (Persero)
kayu Kuala Kapuas. 2012.Laporan Upaya
Batako 75 100 23
Plywood / 6 4 21 Pemantauan Lingkungan (UPL) PLTD
tripleks Muara Teweh.
Alluminium 1,5 5 22 4. Buchari.2007. Kebisingan Industri dan
Hearing Conservation. Universitas
Penduduk yang tinggal di sekitar Sumatera Utara, Medan.
PLTD juga dapat melaksanakan upaya- 5. Djalante, S.2010. Analisis Tingkat
upaya pengurangan kebisingan yang sampai
Kebisingan di Jalan raya yang
ke rumah masing-masing, misalnya dengan
pemasangan gorden pada jendela karena Menggunakan Alat Pembiri Isyarat Lalu
gorden dapat menyerap bising yang Lintas (APIL) (Studi Kasus : Simpang Ade
diharapkan kebisingan dapat dikurangi. Swalayan). Jurnal SMARTek.
6. Satwiko, P. 2005.Fisika Bangunan 1 (edisi
KESIMPULAN DAN SARAN 2).Andi, Yogyakarta.
Tingkat kebisingan di permukiman 7. Nugroho, Slamet.2003. Formulir Survey
terdekat sekitar PLTD Muara Teweh Tidak
Dampak Kebisingan. Direktorat PPM &
Memenuhi Syarat (TMS) atau melebihi baku
tingkat kebisingan berdasarkan PL, Depkes, Jakarta.
KEPMEN/LH/No.48/1996.Masyarakat 8. Prasetio, L.1985. Akustik Lingkungan.
merasa terganggu baik dari segi Erlangga, Jakarta .
komunikasi, fisiologis maupun psikologis. 9. Sears, M. Zeamansky dan F. W.1999.
Gangguan komunikasi yang paling banyak Fisika untuk Universitas 1 (Mekanika,
adalah berbicara lebih keras, gangguan Panas dan Bunyi). Trimitra Mandiri,
fisiologis paling banyak adalah nyeri kepala
Jakarta .
dan gangguan psikologis paling banyak
adalah responden merasa tidak nyaman 10. MenLH.Baku Kebisingan. Surat
dengan adanya bising yang ditimbulkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
mesin PLTD. Nomor: Kep-48/MENLH/1996/25.
Saran yang dapat diberikan yaitu Jakarta : MenLH, 1996.
menempatkan peredam suara pada sumber

Вам также может понравиться