Вы находитесь на странице: 1из 12

Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)

http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019


e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN PEMANTAUAN CRITICAL POINT,
(HACCP) PRODUK MAKANAN PENERBANGAN
[Identification of Hazards and Critical Point Monitoring Potentials, (HACCP) Flight Food Products]
*
Musthofa Lutfi , Bambang Dwi Argo, Sri Hartini
Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145
*Email: lutfi@ub.ac.id

Diterima 8 April 2019/ Disetujui 31 Mei 2019

ABSTRACT

HACCP has been known as a system that uses a systematic and preventive approach that is shown to
biological, chemical and physical hazards through anticipatory and preventive measures by no relying on
inspection and testing on the final product. The application of HACCP is not only for the food industry but can be
applied to the catering industry, catering services and food at hotels and restaurants. For this reason, modern
food companies really need to determine quality standards for the consumers they serve. The purpose of this
study was to analyze the application of HACCP on aviation food products (Aerofood ACS SUB) by identifying
potential hazards and applying Critical Control Points (CCP). The methods are 1) observation of Critical Control
Points (CCP) performed at receiving (CCP 1), chiller and freezer (Storage) (CCP 2), cooking (CCP 3), blast chilling
(CCP 4), portioning (CCP 5). 2) Microbiological sampling consisting of random raw material samples at each
arrival, hand swab samples randomly in the production and operational areas, swab equipment samples were
also taken according to random, Dry good samples were taken randomly in storage, random ice cube samples ,
water tab samples are taken according to the sample. The company has HACCP planning as a guide for all
processes that will take place within the company. All are based on the principles of HACCP for the whole
process. The implementation of critical control points is in 5 places, namely receiving, storage, cooking, chilling
and portioning blast. At each of these critical points, the standard critical temperature is different. Materials that
do not meet the standards are rejected for further processing. In terms of microbiological hazards, it is checked
by testing samples on foodstuffs, ready to eat food, dry good, air test, hand swab, production equipment, water
and ice cube. The implementation of each sample test has been determined by PT. Aerofood ACS Surabaya
based on standard procedures. If the results of checking is not the standards, repairs are handled or changes in
the flow of handling procedures.

Keywords: HACCP, CCP, Critical Limits, management system

ABSTRAK

HACCP telah dikenal luas diseluruh dunia sebagai suatu sistem yang menggunakan pendekatan
sistimatis dan preventif yang ditunjukan kepada bahaya biologis, kimia dan fisik melalui langkah-langkah
antisipatif dan pencegahan dengan tidak lagi mengandalkan pada pemeriksaan dan pengujian pada produk akhir.
Penerapan HACCP tidak hanya untuk industri pangan melainkan dapat diterapkan pada industri catering dan jasa
boga serta makanan di hotel dan restauran. Untuk itu perusahaan pangan modern sangat perlu untuk
menentukan standart mutu untuk konsumen yang dilayaninya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
penerapan HACCP pada produk makanan penerbangan (Aerofood ACS SUB) dengan identifikasi potensi bahaya
dan penerapan Critical Control Point (CCP). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Pengamatan
Critical Control Point (CCP) yang dilakukan di receiving (CCP 1), chiller dan freezer (Storage) (CCP 2), cooking
(CCP 3), blast chilling (CCP 4), portioning (CCP 5). 2) Pengambilan sampel Mikrobiologi yang terdiri dari sampel
raw material secara random disetiap kedatangan, sampel hand swab secara random di area produksi dan
operasional, sampel equipment swab juga diambil sesuai random, sampel Dry good diambil secara random di
storage, sampel ice cube secara random, sampel Water tab diambil sesuai sampel. Perusahan telah membuat
perencanaan HACCP sebagai panduan untuk semua proses yang akan berlangsung didalam perusahaan. Semua
disusun berdasarkan prinsip- prinsip HACCP untuk keseluruhan proses. Penerapan critical control point terdapat
di 5 tempat yaitu receiving, storage, cooking, blast chilling dan portioning. Disetiap titik kritis ini, suhu kritis
standart adalah berbeda beda. Bahan yang tidak memenuhi standard ditolak untuk diproses selanjutnya. Dalam
hal bahaya mikrobiologi dilakukan pengecekkan melalui uji sampel pada bahan makanan, makanan ready to eat,
dry good, uji udara, hand swab, peralatan produksi, air dan ice cube. Pelaksanaan masing-masing pengujian
sampel sudah ditetapkan oleh PT. Aerofood ACS Surabaya berdasarkan prosedur standar. Jika hasil pengecekkan
tidak memenuhi standart maka dilakukan perbaikan penanganan atau pengubahan alur prosedur handling.

Kata kunci: HACCP, CCP, Batas Kritis, management system

448
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
PENDAHULUAN Penerapan HACCP tidak hanya untuk
industri pangan melainkan dapat diterapkan
Makanan merupakan salah satu pada industri catering dan jasa boga serta
komponen substansi yang dibutuhkan bagi makanan di hotel dan restauran. Untuk itu
tubuh, sehingga mutu makanan yang akan perusahaan pangan modern sangat perlu
dimasukan dalam tubuh harus diperhatikan untuk menentukan standart mutu untuk
dari segi keamanan dan mutunya. Penerapkan konsumen yang dilayaninya. Aerofood ACS
mutu dengan menggunakan teknik pendekatan merupakan perusahaan yang bergerak dalam
kualitas (Quality Control), yang ada saat ini pelayanan jasa boga penerbangan (Ayman,
sangat tidak dimungkinkan untuk 2019) dengan pengalamannya selama 40
menghasilkan makanan yang akan tahun sebagai penyedia airline catering
menimbulkan masalah seperti yang bertaraf internasional. Makanan yang dibuat
dikhawatirkan. Terlebih lagi bahwa untuk dalam penerbangan akan berbeda sifatnya
menghasilkan makanan dengan tingkat dengan layanan restoran. Karena makanan
kepercayaan (degree of confidence) yang dalam penerbangan disajikan kepada
sangat tinggi maka diperlukan prosedur pelanggan, waktu yang cukup lama setelah
pengujian (testing procedures) yang disiapkan dan dimasak dalam jumlah besar,
menggunakan sampel dalam jumlah yang kecerobohan dalam proses apa pun dapat
sangat besar (El -deen, et al., 2016) Hal ini berdampak penting pada rasa dan kesegaran
akan berakibat bahwa sebagian besar makanan ( Lee dan Ko, 2016).
makanan yang diproduksi harus digunakan Seluruh cabang ACS saat ini mampu
untuk keperluan pengujian sehingga hanya
memproduksi sebanyak 55.000 porsi makanan
akan menyisakan sebagian kecil bahan
setiap harinya. Dalam proses produksinya, ACS
makanan yang ada (Araújo, et al., 2018).
telah menerapkan standar internasional hal ini
Keamanan pangan difokuskan untuk
bisa dibuktikan oleh diraihnya sertifikat Quality
memastikan bahwa makanan tidak akan
Managemen System dengan standar ISO
membahayakan kesehatan ketika disiapkan
9001: 2008 dan HACCP dengan standart ISO
atau dikonsumsi. Hal ini terkait dengan
22000 : 2005. Tujuan penelitian ini adalah
seperangkat aturan dan teknik yang diperlukan
menganalisis penerapan HACCP pada produk
untuk memastikan keamanan pangan disemua
makanan penerbangan (Aerofood ACS SUB)
tahap rantai makanan, dalam
dengan identifikasi potensi bahaya dan
konteks ini, sangat penting bahwa
penerapan Critical Control Point (CCP).
pengetahuan tentang masalah yang terkait
dengan keamanan pangan adalah langkah
pertama dalam pengejarannya (Latorres, et BAHAN DAN
al., 2016). METODE Alat dan Bahan
HACCP telah identik dan sering
dikaitkan dengan keamanan pangan dan Bahan dan perlalatan yang digunakan
diterapkan pada seluruh rantai pangan (Lin, ini adalah seluruh komponen yang ada pada
2017) dan penerapanya sudah diterbitkan perusahaan terkait dengan proses semua
pada SNI Sistem analisa bahaya dan kegiatan produksi makanan penerbangan di
pengendalianya serta penerapan dimuat di SNI dalam perusahaan. Sedangkan bahan yang
No. 01-4852-1998. HACCP telah dikenal luas digunakan yaitu bahan baku dan pelengkap
diseluruh dunia sebagai suatu sistem yang yang telah dikomposisikan menjadi makanan
menggunakan pendekatan sistimatis dan penerbangan Garuda Indonesia.
preventif yang ditunjukan kepada bahaya
Metode
biologis, kimia dan fisik melalui langkah- a. Pengamatan Critical Control Point
langkah antisipatif dan pencegahan dengan (CCP)
tidak lagi mengandalkan pada pemeriksaan
dan pengujian pada produk akhir. Pengamatan dilakukan pada area-area
yang menjadi ruang lingkup Critical Control

449
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Point (CCP) di Receiving (CCP 1), Chiller HACCP PLAN, standart bahan baku, Potensi
dan Freezer (Storage) (CCP 2), Cooking bahaya dan Critical Control Point ( CCP)
(CCP 3), Blast chilling (CCP 4), Portioning pada tiap tahapan.
(CCP 5).
c. Pengolahan Data
b. Metode Pengambilan Sampel Pengolahan Data dilakukan dengan
Mikrobiologi cara pendiskripsian keterangan hasil dari
Sampel makanan sesuai dengan keseluruhan proses, potensi bahaya yang
jadwal random dari setiap penerbangan, ditimbulkan, Titik kendali kritis dan
sampel raw material secara random di pengujian keseluruhan sampel, kemudian
setiap kedatangan, sampel hand swab diolah data tersebut dan disusun dengan
secara random,di area produksi dan cara menulis lembar kerja sehingga
operasional, sampel equipment swab juga menjadi HACCP PLAN yang kemudian akan
diambil sesuai random, sampel dry good didokumentasikan sebagai record dari
diambil secara random di storage, sampel keseluruhan proses.
ice cube juga diambil sampelnya sesuai
random, sampel Water tab diambil sesuai
sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan terdiri dari
1 Pengamatan CCP (Titik kendali
sampel makanan sesuai dengan jadwal
kritis) di PT. Aerofood ACS Surabaya
random dari setiap penerbangan, sampel
1.1 Pengamatan Receiving (CCP 1)
raw material secara random di setiap Pada tahapan dimana suatu bahaya
kedatangan, sampel hand swab secara dapat dikendalikan haruslah mempunyai acuan
random, di area produksi dan operasional, yang jelas jika tidak didapat mencegah dan
sampel equipment swab juga diambil menghilangkan dapat berpotensi menimbulkan
sesuai random, sampel Dry good diambil pertumbuhan mikroba patogen yang akhirnya
secara random di storage, sampel ice cube akan berpengaruh pada makanan hasil akhir
juga diambil sampelnya sesuai random dan (ready to eat), dibawah ini merupakan Tabel 1
sampel Water tab diambil sesuai sampel. yang merupakan standar suhu yang menjadi
Pengambilan data dan pengamatan
pedoman selama pengiriman.
dikukan secara langsung dengan cara
menganalisis yang ada berhubungan Tabel 1. Titik kritis suhu (CCP 1)
dengan HACCP di seluruh area Aerofood
Critical
ACS Surabaya. Wawancara dilakukan untuk Standar ACS
control
memperoleh data yang dibutuhkan, dengan point • Produk dingin
cara tanya jawab dengan pihak-pihak yang CCP 1 •
0
Suhu produk ≤ 5 C, apabila
terkait seperti staf dan karyawan. Receiving 0
suhu >5 C produk harus
Dokumentasi dilakukan untuk mencatat segera dimasukkan ke
informasi yang didapat dari perusahaan chiller.
0
dan dokumen-dokumen lain yang • Apabila suhu >8 C produk
harus ditolak
berhubungan dengan HACCP.
Data-data yang digunakan dalam
Untuk standar yang dibuat, pada produk
penelitian ini adalah 1) data primer yang
yang datang bersuhu dingin suhu produknya
didapat pada saat melaksanakan 0
haruslah ≥5 C. Produk harus segera mungkin
pengamatan langsung. Hal yang didapat
dimasukkan dalam chiller karena mencegah
dengan data primer antara lain suhu,
timbulnya bahaya tumbuhnya bakteri patogen
kualitas Bahan, komposisi bahan, produksi
yang akan merusak raw material.
bahan dan pengecekan mikrobiologi, 2) Semakin lama bahan material
data sekunder didapat dari data atau
terpampang udara ruang maka semakin cepat
dokumen perusahaan. Data ini berupa
pula bakteri patogen akan berkembang. Sesuai

450
Versi Online: diukur keadaan suhunya untuk memastikan
bahan tersebut aman untuk dikonsumsi. Jika
semakin lama bahan terpampang oleh suhu

Critical
control point
CCP 2
(Storage
)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood
e-ISSN: 2443-3446
dengan (Tjahja dan Kadarsiman, 2008) yang
menyatakan bahwa mutu bahan mentah harus
didefinisikan dengan baik agar dapat
dimengerti dengan jelas oleh pemasok bahan
mentah, bagian pembelian, penerimaan
barang maupun unit penyimpanan dan produk.
Spesifikasi bahan mentah berguna
untuk mengurangi (menghilangkan)
penyimpanan. Sehingga material yang datang
harus dicek terlebih dengan menggunakan
spesifikasi yang telah ditentukan dan harus
Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan) Suhu pemanasan pada saat pemasakan
Vol 5 No. 1 Mei 2019 harus sesuai standart sehingga diperlukan cara
ISSN: 2443-1095
penembakan termometer gun kearah makanan
harus mencapai suhu tersebut jika tidak
yang dimasak. Dibawah ini dapat dilihat pada
mencapai suhu tersebut maka ruang
Tabel 3 merupakan standart suhu untuk
penyimpanan akan segera diganti dengan
menggunakan ruangan lain. memasak yang telah diterapkan di Aerofod
ACS Surabaya.
1.3 Pengamatan Cooking (CCP 3)
Tabel 3. Titik kritis suhu (CCP 3)
ruang maka bahan tersebut akan cepat Critical
Standar ACS
mengalami kerusakan (Balan, et al., 2018). control
Jadi harus segera mungkin disimpan dalam point Titik kritis untuk pemasakan
CCP 3 • Daging sapi, kambing, dan
chiller. Keseluruhan bahan material yang ayam dimasak dengan
(Cooking)
digunakan di ACS terjaga kualitas dan suhu minimal 74 C
0

mutunya. • Ikan dan shelfish dimasak


0
dengan suhu minimal 65 C
1.2 Pengamatan storage (CCP2) • Beef stak dimasak dengan
0
Pengamatan critical control point 2 yaitu suhu minimal 63 C
dilakukan di store, yang merupakan tempat • Telur dimasak dengan suhu
0
penyimpanan sementara bahan baku yang minimal 63 C
• Telur dimasak dengan suhu
akan diproses. sedangkan penyimpanan untuk
0
suhu ruang penyimpanan dingin ≤ 5 C dan
0 minimal 70 C
0 Titik kendali kritis sangat penting harus
suhu penyimpanana beku -18 C. Pada critical
control point ke 2 yaitu storage, sangat diperhatikan karena jika tidak perpengaruh
penting untuk dikendalikan karena suhu akan berakibat fatal pada rantai proses, untuk
penyimpanan yang tidak sesuai dapat itu daging sapi, kambing dan ayam haruslah
menimbulkan pertumbuhan bakteri pada dimasak dengan menggunakkan suhu minimal
makanan, sehingga akan berpengaruh pada 0
74 c, untuk ikan dimasak menggunakkan suhu
produk hasil akhir (ready to eat). Sedangkan minimal
0
65 c. Telur dimasak dengan
suhu yang menjadi acuan standart critical 0
menggunakkan suhu 63 c. Jika tidak dimasak
control point 2 dapat dilihat pada Tabel 2.
dengan suhu yang telah distandartkan maka
Tabel 2. Titik kritis suhu (CCP 2) akan menyebabkan makanan mengandung
bakteri, sehingga jika dikonsumsi akan
Standar ACS menyebkan bahaya atau penyakit yang tidak
• Titik kritis untuk dikehendaki.
penyimpanan dingin
(chiller) dan menyimpan 1.4 Pengamatan Blast chilling (CCP 4)
produk beku (frozen) Fungsi dari blast chilling lainnya yaitu
• Suhu ruang
menurunkan suhu makanan setelah memasak.
penyimpanana dingin ≤
0 Jika suhu pada saat proses blast chilling tidak
5 C sedangkan suhu
penyimpanana beku - sesuai juga akan berpotensi menimbulkan
0
18 C potensi bahaya biologi seperti tumbuhnya
Untuk critical control point di tempat bakteri patogen seperti Bacilus cereus,
penyimpanan suhu yang harus dikehendaki Clostridium perfringens dll., sehingga akan
0
pada ruang dingin ≤ 5 C, hal ini diupayakan mempengaruhi hasil akhir produk (ready to

451
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
eat) untuk itu suhu dalam blast chill harus sebagai acuan standar suhu dan waktu di
sesuai dengan standart yang ditentukan. Tabel gunakan di ACS Surabaya selama portioning:
4 yang merupakan standart suhu critical
control point yang harus dicapai oleh blast Tabel 5. Titik kritis suhu (CCP 5)
chiller. Critical
Standar ACS
control point
Tabel 4.Titik kritis suhu (CCP 4) CCP 5 Merupakan titik kritis untuk
(Portioning) setting makanan:
0
Critical • Suhu ruangan <5 C
0
control Standar ACS • Suhu ruangan >5 C sampai
0
point <15 C, waktu setting
CCP 4 • Titik kritis untuk makanan tidak lebih dari 90
( Blast menurunkan suhu menit
0
chilling) makanan setelah dimasak • Suhuruangan>15 C
0
• Suhu makanan diturunkan sampai <21 C, waktu
0
dari 60 C menjadi 21 C
0 setting makanan tidak lebih
dalam waktu 2 jam dari 45 menit (suhu
0
• Apabila suhu makanan makanan maksimal 15 C.
0
tidak tercapai, makanan • Suhu ruangan >21 C, waktu
setting makanan lebih dari
dimasak kembali atau
45 menit (suhu makanan
dibuang 0
maksimal 15 C)
Blast chilling biasanya digunakan di jasa • Apabila waktu seting tidak
memenuhi, cek suhu
boga yang memiliki tingkat produksi yang
makanan. Apabila waktu
tinggi, untuk itu setelah dilakukan pemasakan
setting tidak memenuhi, cek
kemudian diturunkan suhunya di mesin blast
0
suhu makanan. Apabila
chilling selama 2-3 jam dengan suhu 60 C suhu makannan lebih dari
0 0
menjadi 21 C, jika sudah mencapai suhu yang 15 C makanan segera
diinginkan kemudian dipindahkan ke chiller jika dibuang.
ingin mengkonsumsi dilakukan pemanasan
sesuai kebutuhan. Untuk keadaan masakan Untuk proses pemorsian
diblast chilling sendiri sebaiknya dilakukaan menggunakan suhu yang telah distandartkan
0
setiap 2 jam sekali harus dikeluarkan dan untuk pemorsian suhu ruangan >5 C sampai
0
dipindahkan ke dalam chiller penyimpanan <15 C, waktu setting makanan tidak boleh
menurut (Mosteller et al., 2003) bahwa lebih dari 90 menit, karena jika makanan di
0
penyimpanan dingin di blast chilling harus juga atas 15 C dan lama terpampang suhu ruang
memperhatikan suhu dan lamanya maka akan memicu percepatan pertumbuhan
0
penyimpanan makanan, dikarenakan ada bakteri. Jika suhu ruangan >150 C sampai
beberapa bakteri yang dapat tumbuh pada 0
<210 C, maka waktu yang diperlukan tidak
suhu dingin. Makanan yang berjenis bahan boleh lebih dari 45 menit, kemudian untuk
lain, hal ini akan memicu timbulnya basi pada 0
suhu >21 C, wakttu setting makanan lebih
makanan. 0
dari 45 menit dengan suhu makanan 15 C.
1.5 Pengamatan Portioning (CCP 5) Jika semua makanan dicek maka suhu tidak
Bahaya pertumbuhan mikroba mencapai standart maka makanan wajib
patogen, dikarenakan meningkatnya suhu dibuang dan tidak boleh dikonsumsi lagi. Hal
ini sesuai dengan pendapat (Thaheer, 2005)
ruangan selama portioning serta waktu
bahwa kurangnya perlindungan dan keamanan
pemaparan produk yang melebihi batas yang
dalam produksi pangan tidak saja akan
telah ditentukan sebaiknya dikendalikan
menimbulkan gangguan pada kesehatan
dengan cara menghidari kontaminasi serta manusia, namun dapat pula menimbulkan
mengendalikan suhu dan waktu selama kerugian ekonomi yang dapat diderita oleh
portioning. Dibawah ini merupakan Tabel 5, konsumen. Sehingga proses porsioning harus
mempunyai standart yang akan dijadikan

452
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
acuan dalam proses pengerjaan oleh membangun sistem keamanan pangan ISO
karyawan, sedangkan untuk menjaga 22000: 2005 (HACCP) mulai dari perencanaan
makanan yang sudah melalui beberapa tahap hingga penerapannya. Untuk menjamin itu
pengerjaan secara benar sehingga proses semua harus ada keputusan yang dibuat dari
portioning harus di amati titik kritisnya, seperti tim dengan menejemen yang dibentuk dari
waktu dan suhu portioning (Araújo, W. et al., personal departemen yang berada pada di
2018). jalur mutu. Khususnya yang berkaitan
langsung dengan produksi. keanggotaan tim
2 Hasil pengambilan sampel
HACCP atau keamanan pangan di aerofood
mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi
ACS surabaya dapat dilihat pada Tabel 7.
keseluruhan telah sesuai dengan Tabel 6.
yang merupakan Tabel 7. Tim HACCP ACS Surabaya
standart yang telah ditetapkan oleh AEA
Jabatan Posisi
(Assosiation Eropa Airline) mengenai batasan
General manager SUB Ketua umum
mikrobiologi yang digunakan untuk makanan QA manager Anggota 1
pesawat. Production manager Anggota 2
Operation manager Anggota 3
Tabel 6. Standar batasan mikrobilogi Chief engineer Anggota 4
Mikrobiologi Makanan Makanan Human rescrs Anggota 5
Panas Dingin manager
5
Total count 1.0 x 10 NA
House keeping Anggota 6
CFU/ g
Enterobacteriaceace 1.0 x 10
2
NA manager
CFU/ g
Escherichia coli 10 CFU/ g Terdeteksi / Untuk penyusunan anggota HACCP di
25 g perusahaan jasa boga ini, beranggotakan 7
2 2
Staphylococcus aureus 1.0 x 10 1.0 x 10
anggota yang terdiri dari beberapa pimpinan
CFU/ g CFU/ g
Bacillus cereus 1.0 x 10
2
1.0 x 10
3 atau perwakilan dari setiap departemen,
CFU/ g CFU/ g kenapa demikian supaya memberikan contoh
2 2
Clostridium perfringens 1.0 x 10 1.0 x 10 dan koordinasi kepada para staff di
CFU/ g CFU/ g departemen yang dipimpinya. Untuk tugas tim
Salmonella spp Terdeteksi Terdeteksi /
/ 25 g 25 g sendiri yaitu memastikan bahwa sistem
Sumber: (AEA, 2006) manajemen mutu yang berada di dalam
perusahaan berjalan (Untuk anggota Tim
Dari hasil seluruh pemeriksaan uji HACCP di ACS terdiri dari General manager
mikrobiologi, semua yang diujikan seperti sebagai ketua umum yang menaungi
ready to eat, raw material, water tab, ice perusahaan, kemudian anggota 1 manager
tube, equipment swab, hand swab, udara dan dari departemen quality control, anggota 2
dry good ternyata mempunyai grade yang yaitu manajer produksi, anggota 3 manager
diijinkan dan baik sehingga menunjukkan hasil operation, anggota ke 4 yaitu chief engineer,
yang memuaskan dan diterima. Hal ini akan anggota 5 yaitu human research manager dan
menghasilkan keamanan pangan Karena anggota ke 6 terakhir yaitu House keeping
semua sesuai dengan standar mikrobiologi manager. Mereka yang nantinya akan
yang telah ditetapkan oleh ACS Surabaya, dan mengondisikan agar rantai penjaminan mutu
setara kesesuaiannya dengan standart akan berjalan sesuai dengan instruksi yang
mikrobiolgi yang telah dibuat oleh AEA telah ditetapkan. Semua sudah standar sesuai
(Assosiation Eropa Airline). dengan ketetapan yang diijinkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat (European Commitee
3 Dokumen HACCP (HACCP)
for Standarisation, 2004) bahwa Tim HACCP
3.1 Dokumen 1 : Tim HACCP (Hazard
bisa terdiri dari 4 sampai dengan 10 orang
Analysis Critical Control Point)
yang mengusai produk proses dan potensi
Tim HACCP (Hazard Analisis Critical
bahaya yang hendak diperhatikan.
Control Point) di ACS dibentuk untuk

453
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
3.2 Dokumen 2: Diskripsi produk akhir Deskripsi diagram alir sebaiknya dapat
Produk merupakan hasil akhir yang menggambarkan kondisi nyata proses produksi
dikehendaki setelah melewati beberapa proses (Ko, Y., 2016).
yang berurutan secara baik dan benar. Produk Tujuan penyusunan bagan alir adalah
yang diproduksi di Aerofood ACS ada beberapa untuk memberikan uraian tahapan-tahapan
macam, untuk itu dilakukan pendiskripsikan dalam proses secara jelas dan sederhana.
pada setiap produk yang dihasilkan, dalam Ruang lingkup bagan alir harus mencakup
pendiskripsian produk akhir ditulis dengan semua tahapan dalam proses yang secara
menggunakan tabel jenis proses dan jenis langsung berada dibawah kendali pabrik
produk yang dihasilkan. Untuk jenis proses pengolahan makanan (Moreb et al ., 2017).
dilakukan penulisan informasi nama produk, Bagan alir juga dapat memasukkan tahapan-
komposisi, karakteristik produk, penggunaan tahapan dalam rantai makanan sebelumnya
produk, kemasan, metode pengawetan, dan sesudah pengolahan makanan yang
konsumen, instruksi khusus pada label, usia terjadi dalam pabrik pengolahan.
simpan dan metode distribusi.
3.5 Dokumen 5: Verifikasi bagan alir di
3.3 Dokumen 3: Tujuan Penggunaan dan lapangan
Konsumen Produk Makanan Diagram alir yang telah disusun harus
Pada tahap ini harus digambarkan diverifikasi dengan kenyataan dilapangan.
konsumen yang akan mengunakan makanan Biasanya ada kemungkinan terjadi kesalahan
dan diidentifikasi untuk siapa produk tersebut ketika dilakukan penyusunan yang pertama.
ditujukan, apakah untuk semua kalangan atau Jika terdapat kesalahan maka diagram alir
untuk kalangan tertentu saja. Untuk harus segera diperbaiki. Verifikasi bagan alir di
memudahkan pencatatan dan tujuan praktis, lapangan dilakukan dengan cara mengamati
informasi mengenai tujuan penggunaan aliran proses, mencocokkan antara diagram
produk dan konsumen yang dituju biasanya alir dengan tahapan nyata dilapangan. Jika
disatukan dalam lembar isian deskripsi produk dinilai perlu, dapat dilakukan pengambilan
seperti pada informasi diatas. Bisa juga sampel. Untuk verifikasi bagan alir dilapangan
disajikan dalam lembar isian yang terpisah. dilakukan oleh tim HACCP yang nantinya akan
Informasi mengenai target konsumen biasanya dikoordinasikan dengan staff di masing-masing
merupakan bagian dari deskripsi produk dan departemen untuk melakukan verifikasi bagan
ditulis dalam satu tabel. Untuk konsumen dari alir di lapangan dengan pengamatan semua
produk yang diproduksi semua dikondisikan proses, karyawan, dan operasional rutin, jika
untuk penumpang umum dan penumpang tidak sesuai tim HACCP wajib mengubah alur
pesawat (Meta et al., 2018). Untuk proses. Sesuai dengan (BSN, 1998) Tim
penumpang yang mempunyai kebutuhan HACCP sebagai penyusun bagan alir harus
khusus dapat memesan dengan katagori, mengkonfirmasikan operasional produksi
anak-anak, vegetarian, dan muslim (Farah, et dengan semua tahapan dan jam operasi serta
al., 2018). Hal ini difungsikan agar tidak terjadi bilamana perlu mengadakan perubahan bagan
resiko tinggi pada suatu produk jika alir. Semua anggota tim HACCP harus terlibat
dikonsumsi pada orang-orang yang dalam kegiatan verifikasi bagan alir.
mempunyai kebutuhan khusus. 3.6 Dokumen 6: Identifikasi Bahaya
(prinsip 1)
3.4 Dokumen 4: Diagram Alir Proses
Diagram alir merupakan penggambaran
Tim HACCP harus membuat daftar
alur yang dilalui untuk menghasilkan produk
bahaya yang mungkin terdapat pada tiap
yang akan menerapkan HACCP harus disusun
tahapan dari produk utama pengolahan,
bagan alirnya. Untuk pembuatan bagan alir
manufaktur dan distribusi hingga sampai pada
atau diagram alir yang dibuat harus memuat
titik konsumen saat mengkonsumsi.
semua tahapan di dalam operasional produksi.
Tim HACCP mengadakan analisis bahaya
untuk mengidentifikasi program HACCP
454
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
dimana bahaya yang terdapat secara alami, (not significant) tidak perlu dilanjutkan
karena sifatnya mutlak harus ditiadakan atau pada pohon keputusan CCP. Diagram
dikurangi hingga batas-batas yang dapat keputusan penentuan CCP disajikan dalam
diterima, sehingga produksi pangan tersebut diagram pohon keputusan.
dinyatakan aman. Penyajian informasi untuk d. Berdasarkan pohon keputusan tersebut
proses disajikan sama seperti penyajian pada keputusan menetapkan
proses produksi mulai dengan pengolahan air • CCP merupakan jawaban “yes” atas
es, proses pembuatan makanan, proses pertanyaan no 2 dan “no” atas jawaban
pembuatan coklat dan pastry, proses frozen pertanyaan no 4
food. Untuk kolom analisa bahaya yang • OPRP /CP merupakan jawaban “no”
dimukinkan terdiri dari nomer, tahapan pada pada pertanyan no 3 dan jawaban “yes”
setiap proses, identifikasi bahaya terdiri dari atas pertanyaan no 4
beberapa tipe( fisik, kimia, biologi) dan • PRP jika suatu aktifitas merupakan
bahaya, penyebab, penetapan bahaya, persyaran dasr agar sistem keamanan
tindakan pengendalian, pohon keputusan, pangan dapat berjalan dengan baik
CCP/OPRP/PRP, alasan keputusan. seperti kegiatan cleaning, pest control
dll.
3.7 Dokumen 7: Penentuan titik-titik
kendali kritis (CCP) 3.8 Dokumen 8: Penentuan batas kritis
Metode penentuan CCP yang digunakana Batas kritis adalah suatu kondisi atau
di ACS Surabaya dilakukan melalui cara keadaan yang menunjukkan perbedaan antara
sebagai berikut: produk yang aman dan tidak aman. Batas
a. Melakukan hazard analysis baik terhadap kritis juga merupakan satu atau lebih
bahan baku maupun proses.Pada tahap ini tolenransi yang harus dipenuhi untuk
ditentukan apakah proses atau bahan baku menjamin bahwa suatu CCP secara efektif
mengandung bahaya atau tidak. Hazard dapat mengendalikan bahaya mikrobiologis
analysis meliputi bahaya biologi,kimia dan
kimia dan fisik, Penentuan batas kritis
fisik.
dilakukan untuk setiap dan seluruh CCP yang
b. Menetukan signifikasi bahaya melalui
bersifat dapat dijustifikasi, dapat diukur dan
perkalian silang antara probability (tingkat harus divalidasi.
kemungkinan bahaya terjadi) dan saverity
(tingkat keparahan bahaya). Nilai signifikan 3.9 Dokumen 9: Penetapan prosedur
perkalian kedua parameter tersebut pemantauan
disajikan pada Tabel 8.
Rencana monitoring diupayakan dapat
Tabel 8. Nilai signifikasi
menjamin bahwa batas kritis tidak dilampaui .
Severity Low Medium High Monitoring di Aerofood ACS dilakukan dengan
cara pematan visual atau dengan pengukuran
High S S S dan pengujian terhadap batas kimia, fisik dan
Probability
biologi. Untuk waktu monitoring direncanakan
Medium S S S
dan dijadwalkan secara preodik oleh semua
Low NS S S
kepala departemen. Jika tidak dimungkinkan
c. Berdasarkan signifikasi pada Tabel 8, hasil
untuk melakukan untuk melakukan
perkalian antara severity dengan probability
pemantauan secara kontinyu maka perlu untuk
yang menghasilkan keputusan bahaya S
menetapkan frekuensi pemantauan dan
(signifikan) diuji dengan menggunakan
prosedur yang cukup dapat diandalkan untuk
pohon keputusan CCP untuk menentukan
menunjukan bahwa CCP berada dibawah
apakah proses pada diagram alir tersebut
merupakan CCP atau bukan. Sedangkan kendali.
hasil perkalian kedua arameter tersebut
yang menghasilkan keputusan bahaya NS

455
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
3.10 Dokumen 10: Penetapan tindakan dilakukan untuk menilai apakah semua proses
koreksi berjalan dengan tepat dan benar sesuai
Jika ada penyimpangan pada batas standart yang telah ditentukan serta jika
kritis, tindakan koreksi dilakukan untuk terjadi penyimpangan yang tidak sesuai perlu
memperbaiki serta merubah dari keseluruhan
perubahan alur dan proses dari keseluruhan
proses.
tahapan.
Sesuai dengan tujuan perusahaan untuk
selalu memberi kepuasan kepada pelanggan, 3.12 Dokumen 12: Penetapan prosedur
Aerofood ACS telah menetapkan dan penyimpanan dan dokumentasi
memastikan untuk melakukan tindakan Penyimpanan dokumen sendiri terdiri
korektif serta perbaikan sesuai dengan dari beberapa file, untuk penyimpananya
ketidaksesuaian yang terjadi, Metode tersebut berada di departemen quality. Hal ini ditujukan
didokumentasikan di dalam prosedur yang untuk menjamin panduan HACCP berjalan
mencakup persyaratan untuk: Peninjauan pada setiap proses, dokumentasi ini sebagai
ketidaksesuaian (termasuk keluhan bukti keamanan pangan dengan prosedur dan
pelanggan), Penetapan penebab proses yang terdapat pada manual serta
ketidaksesuaian, penilaian untuk memastikan menjamin bahwa semua proses dan kegiatan
bahwa ketidaksesuaian tidak terulang lagi, memenuhi peraturan yang telah ditetapkan.
penetapan dan penerapan tindakan yang Serta membantu dalam mengidentifikasi lot
diperlukan, pencatatan hasil tindakan yang ingredient, bahan pengemas dan produk akhir
dilakukan dan peninjauan tindakan korektif bila masalah keamanan timbul dan
yang dilakukan. Hal diatas sesuai dengan (SNI memerlukan penarikan dari pasar, dan yang
ISO IEC 17025, 2008) bahwa tindakan terakhir dokumentasi ini merupakan sumber
perbaikan harus dilakukan setingkat dengan tinjauan data yang diperlukan jika diadakan
besar dan resiko masalah. Sehingga tindakan audit HACCP sebagai pembaruan sertifikasi.
koreksi dari keluhan pelanggan menjadikan Dari kesuluruhan sistem dokumen
acuan adanya respon dari tindakan koreksi, HACCP yang disusun dari prinsip-prinsip dan
tindakan koreksi mengulas semua bahan, penerapan HACCP difungsikan dapat mampu
proses dan bahan pelengkap lainnya untuk membantu mengembangkan pelatihan
dikaji ulang,jika pada tindakan koreksi ini tertentu yang akan mendukung rencana
menemukan sesuatu yang janggal perlu HACCP. Dokumen ini memandu intruksi kerja
adanya perubahan pada alur tersebut. dari karyawan dan menjadi acuan dalam
prosedur tugas yang akan dilaksanakan pada
3.11 Dokumen 11: Menetapkan setiap kendali kritis serta menekan dan
prosedur verifikasi menghilangkan adanya potensi bahaya (kimia,
Tindakan ini menetukan semua sistem fisik, mikrobiologis) pada raw material, proses
berjalan dengan baik dan terencana. Serta dan produk ready to eat, sehingga
aspek dari tim HACCP berfungsi dengan menghasilkan produk makanan yang aman,
rencana HACCP. Dari jadwal dapat diketahui hal ini akan mempengaruhi kepada tingkat
bahwa verifikasi HACCP dilakukan audit setiap kepuasan konsumen dan mempertahankan
3 bulan sekali oleh HQE, Untuk menjaga agar sertifikasi HACCP yang diperoleh.
semua berjalan dengan tepat maka dilakukan
verifikasi yang rutin dilakukan. Menurut (Tjahja KESIMPULAN
dan Kadarsiman, 2008), tentang frekuensi
Perusahaan telah membuat
verifikasi harus cukup untuk mengkonfirmasi
perencanaan HACCP sebagai panduan untuk
bahwa sistem HACCP telah bekerja secar
semua proses yang akan berlangsung didalam
efektif. Kegiatan verifikasi mencakup empat
perusahaan, bertujuan untuk mengetahui titik
hal yaitu: (1) Validasi HACCP
kritis, tahapan, bahaya yang ditimbulkan,
(2) Review hasil pemantauan. (3) pengujian
critical limit, monitoring prosedur dan record
produk. (4) auditing.Hal ini sistem Verifikasi
dari semua kegiatan, corrective, record, dan

456
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
verifikasi. Semua disusun berdasarkan prinsip- Satisfaction. Journal of Faculty of
prinsip HACCP untuk keseluruhan proses. Tourism and Hotels 10 (1/2): 34–45.
Penerapan critical control point terdapat di 5 Emirates Flight Catering. 2017. Food Production.
tempat yaitu receiving, storage, cooking, blast Accessed December 28,
chilling dan portioning. Di setiap titik kritis ini, https://www.ekfc.com/services/foodpr
suhu kritis standart adalah berbeda beda. Bahan oduction/.
yang tidak memenuhi standard ditolak untuk Farah Diana Ishak, Fairuz I. Romli, Kawthar Abdul
diproses selanjutnya. Dalam hal bahaya Rahman. 2018. Public Survey on New In-
mikrobiologi dilakukan pengecekkan melalui uji Flight Food Delivery and Waste
sampel pada bahan makanan, makanan ready to Collection System. Journal of
Mechanical Engineering SI 5(4): 142-
eat, dry good, uji udara, hand swab, peralatan
152.
produksi, air dan ice cube. Pelaksanaan masing-
Ko Y. 2016. An Airline's Management Strategies
masing pengujian sampel sudah ditetapkan oleh
in a Competitive Air
PT. Aerofood ACS Surabaya berdasarkan
Transport Market. Journal of Air
prosedur standard. Jika hasil pengecekkan tidak Transport Management 50: 53-61.
memenuhi standart maka dilakukan perbaikan
Latorres, J. M., Rancatti, A., Lasta, D., Queiroz, M.
penanganan atau pengubahan alur prosedur
I., and Mitterer‐Daltoé, M. L. 2016.
handling.
Cognitive Evaluation as a Food Safety
DAFTAR PUSTAKA Tool a Food Handler Case Study.
Journal of Food Safety 36(4): 497–502.
AEA. 2006. Hygiene Guidelines. The
Association of European Airlines, Lee, J., and S. Ko. 2016. Effect of the In-flight
Brussels, Belgum, 2006, pp,1-24. Meal Service Quality on the Customer
Araújo, W. M., Zandonadi, R. P., Tenser, C. M., Value and Loyalty. Indian Journal of
Farage, P., and Ginani, V. C. 2018. Science and Technology 9 (26): 14– 23.
Importance and Level of Adoption of
Food Safety Tools in Food Services. Lin, W. 2017. Catering for Flight: Rethinking
Journal of Culinary Science & Aeromobility as Logistics. Environment
Technology, 1–20. and Planning D: Society and Space.
Ayman Safi Abdelhakima, Eleri Jonesb, doi:10.1177/0263775817697977.
Elizabeth Redmondc, Mahmoud Hewedia, Meta, S., Možina, S. S., Levstek, S., Kukec, A.,
Phillip Seamand. 2019. Cabin Crew Food Raspor, P., & Jevšnik, M. 2018. Food
Safety Training: a Qualitative Study. Safety Knowledge, Self-Reported
Food Control, 96: 151-157. Practices and Attitude of Poultry Meat
Handling Among Slovenian Consumers.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 1998. British Food Journal 120(6): 1344–1357.
Standar Nasional Indonesia- SNI 01-
4852-1998: Sistem Analisis Bahaya Moreb, N. A., Priyadarshini, A., & Jaiswal, A. K.
dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard 2017. Knowledge Of Food Safety and
Analysis Critical Control Points-HACCP) Food Handling Practices amongst Food
serta Penerapannya. BSN. Jakarta. Handlers In The Republic Of Ireland.
Balan S., H.A. Razzak & S. Manikandan. 2018. Food Control 80: 341–349.
Creating a Competitive Advantage in the Mosteller, T.M and Bishop, J.R. 2003. Sanitizer
Global Flight Catering Supply Chain: a Efficacy Against Attached Bacteria in a
Case Study Using SCOR Model. Milk Biofilm. Journal of Food Protection
International Journal of Logistics 56: 34-41
Research and Applications 21(5): 481- Muhandri, T. dan D. Kadarisman. 2005. Sistem
501. Jaminan Mutu Pangan. Fakultas
El-deen, R. M. B., S. B. Hasan, and N. M. Fawzy. Teknologi Pertanian. Institut Petanian
2016. The Effect of Airport and In-flight Bogor. Bogor
Service Quality on Customer

457
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Murray, R., Glass-Kaastra, S., Gardhouse, C., Inefficiencies in Road Haulage: Case
Marshall, B., Ciampa, N., Franklin, K., Studies from Sweden, Switzerland and
et al. 2017. Canadian Consumer Food Germany. International Journal of
Safety Practices and Knowledge: Logistics Research and Applications 20
Foodbook Study. Journal of Food (1): 73–83.
Protection 80(10): 1711–1718. Thaheer, Hermawan. 2005. Sistem Mnajemen
Romli, F. I., K. Abdul Rahman and F. D. Ishak, HACCP (Hazard Analysis Critical
2016. In-Flight Food Delivery and Control Points). PT Bumi Aksara.
Waste Collection Service: The Jakarta.
Passengers' Perspective and Potential
Zanin, L. M., da Cunha, D. T., de Rosso, V. V.,
Improvement. IOP Conf. Series:
Capriles, V. D., and Stedefeldt, E.
Materials Science and Engineering 152
2017. Knowledge, Attitudes and
Sel, Ç., M. Soysal, and M. Çimen. 2017. A Practices of Food Handlers in Food
Green Model for The Catering Industry Safety: An Integrative Review. Food
under Demand Uncertainty. Journal of Research International 100: 53–62.
Cleaner Production 167: 459–472.
Sternberg, H., and H. Harispuru. 2017.
Identifying Root Causes of

458

Вам также может понравиться