Вы находитесь на странице: 1из 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/260752393

Kepuasan Kerja dan Kesejahteraan Psikologis Karyawan

Article · June 2008

CITATIONS READS

2 10,208

3 authors, including:

Zamralita Zamralita P. Tommy Y. Sumatera Suyasa


Tarumanagara University Tarumanagara University
11 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    41 PUBLICATIONS   27 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Forum Ilmiah Psikologi Indonesia View project

Perilaku Konsumtif View project

All content following this page was uploaded by P. Tommy Y. Sumatera Suyasa on 13 March 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA
Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi
2008, Vol. 10, No. 1, 96-115

Kepuasan Kerja dan Kesejahteraan Psikologis Karyawan

Henry Tenggara, Zamralita, & P. Tommy Y. S. Suyasa


Universitas Tarumanagara

The purpose of this research is to find the correlation between job satisfaction and
psychological well-being among employee. Job satisfaction is an outcome of employee’s
feels and thoughts about appraisal of the job, which occur as a result of interaction with
work environment, sort of job, and job performance. Psychological well-being is
evaluation of a condition from individuals that have personal growth, self-acceptance,
positive relations with others, autonomy, purpose in life and environmental mastery. Data
was collected from 94 employee in Jakarta. The result of data analysis shows that
correlation between job satisfaction (M = 1,77, SD = 0,25) and psychological well-being
(M = 3,75, SD = 0,05) is r (92) = 0,456, and p = 0,000 < 0,01. This result means, there
is a positive correlation between job satisfaction and psychological well-being. In other
words, for more employee feel satisfied about their job, for will be better their
psychological well-being.

Keywords: job satisfaction, psychological well-being, employee

Kesejahteraan psikologis merupakan cara psikologis) untuk mengontrol secara


suatu gambaran kualitas kehidupan dan sadar kehidupannya, bertanggung jawab
kesehatan mental yang dimiliki seseorang. terhadap keadaan diri, serta mengenali diri.
Snyder dan Lopez (2005) mengatakan bah- Tingkat kesejahteraan psikologis yang
wa kesejahteraan psikologis bukan hanya tinggi menunjukkan bahwa individu memi-
merupakan ketiadaan penderitaan, namun liki hubungan yang baik dengan lingkungan
kesejahteraan psikologis meliputi keterika- di sekitarnya, memiliki kepercayaan diri
tan aktif dalam dunia, memahami arti dan yang baik, dapat membangun hubungan
tujuan dalam hidup, dan hubungan sese- personal yang baik dengan orang lain, dan
orang pada obyek ataupun orang lain. Ber- menunjukkan bahwa individu memiliki tu-
dasarkan hal tersebut, kesejahteraan psiko- juan pribadi dan tujuan dalam pekerjaannya
logis mengarahkan individu yang sehat (se- (Ryff & Singer, 1996). Hal ini membuat
individu dapat dengan baik melakukan
Henry Tenggara adalah alumni Fakultas penyesuaian diri dan mampu menerapkan
Psikologi Universitas Tarumanagara. Zamralita kemampuan teknikal atau manajemennya
dan P. Tommy Y. S. Suyasa adalah dosen tetap untuk keberhasilan pekerjaannya maupun
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. mampu menciptakan atau memanipulasi
Korespondensi artikel ini dialamatkan ke e- lingkungan melalui aktivitas fisik dan men-
mail: sumatera. suyasa@gmail.com tal (Ryff & Singer, 1996).

96
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

Bekerja pada suatu bidang pekerjaan jarang absen, dan bertahan bekerja dalam
sudah menjadi tuntutan dalam hidup dari perusahaan lebih lama.
seorang individu. Menurut Harter, Schmidt, Locke (dikutip oleh Judge, Parker,
dan Keyes (2002), pekerjaan merupakan sa- Colbert, Heller, & Ilies, 2001) mendefinisi-
lah satu bagian yang signifikan dalam kehi- kan kepuasan kerja sebagai perasaan se-
dupan seorang individu yang mempenga- nang atau emosi yang positif sebagai hasil
ruhi kehidupannya dan kesejahteraannya di dari penilaian terhadap pekerjaannya atau
dalam masyarakat. Rata-rata orang dewasa pengalaman kerja. Robbins (2005) menje-
menghabiskan sebagian besar dari waktu- laskan bahwa istilah kepuasan kerja meru-
nya dengan bekerja, sekitar sepertiga dari juk pada sikap umum seorang individu ter-
waktu hidupnya dihabiskan untuk bekerja hadap pekerjaannya. Individu dengan ting-
(Harter, Schmidt, & Keyes, 2002). kat kepuasan kerja tinggi menunjukkan si-
Menurut Robbins (2005), pekerjaan kap yang positif terhadap pekerjaan itu,
yang dilakukan oleh karyawan lebih dari sebaliknya seseorang yang tidak puas akan
sekedar kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang ne-
kertas, menulis kode program, menunggu gatif terhadap pekerjaan itu.
pelanggan atau mengendarai truk. Peker- Kepuasan kerja yang tinggi membuat
jaan juga menuntut adanya interaksi dengan tingkat ketidakhadiran rendah, dan juga ke-
sesama rekan kerja dan atasan, mengikuti puasan kerja yang tinggi membuat tingkat
kebijakan dan peraturan organisasi, mem- pergantian karyawan (turnover) rendah.
perlihatkan standar kinerja, dan bekerja da- Landy dan Conte (2004), mengutip hasil
lam lingkungan yang terkadang kurang penelitian yang dilakukan oleh Herzberg,
ideal. Dalam hal ini, pekerjaan juga ber- Mausner, Peterson, dan Capwell (1957)
hubungan dengan masalah kesejahteraan yang menyimpulkan bahwa ada hubungan
psikologis yang dimiliki oleh individu. antara kepuasan kerja dan kinerja karya-
Harter, Schmidt, dan Keyes (2002), ju- wan, diantaranya ketidakhadiran dan per-
ga mengatakan hal yang serupa. Menurut gantian karyawan. Robbins (2005) menje-
mereka, dalam sudut pandang kesejahteraan laskan bahwa kepuasan kerja berhubungan
psikologis, perasaan yang positif pada kar- negatif kuat dengan pergantian karyawan
yawan sebagai tanda dari kesehatan mental dan kepuasan kerja berhubungan negatif
karyawan, menghasilkan karyawan yang le- sedang dengan ketidakhadiran.
bih bahagia dan produktif. Kesejahteraan Kepuasan kerja karyawan dapat mem-
psikologis karyawan juga berkaitan dengan bantu memaksimalkan efektivitas perusa-
hal-hal lain seperti: pergantian karyawan haan dalam jangka panjang. Robbins (2005)
(turnover), kesetiaan pelanggan (customer menjelaskan bahwa kepuasan kerja ber-
loyalty), produktivitas, dan keuntungan per- pengaruh terhadap kinerja karyawan. Kar-
usahaan (Harter, Schmidt, & Keyes, 2002). yawan yang merasa puas dengan pekerja-
Harter, Schmidt, dan Keyes (2002) annya memiliki produktivitas yang tinggi.
menuliskan kembali pendapat dari Spector Perusahaan yang memiliki lebih banyak
(1997), mengatakan bahwa pekerja yang karyawan yang merasa puas dengan peker-
memiliki kesejahteraan psikologis yang jaannya dinilai lebih produktif (Robbins,
tinggi lebih kooperatif, lebih mudah meno- 2005). Kepuasan kerja karyawan juga ber-
long koleganya, tepat waktu dan efisien, pengaruh pada perilaku kependudukan da-

97
TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA

lam organisasi (organizational citizenship bahwa kepuasan kerja mengarah pada ba-
behavior), yaitu perilaku mengenai minat gaimana seseorang merasakan pekerjaan-
karyawan menolong rekan kerja dan peru- nya dan aspek-aspek yang berbeda dari pe-
sahaan. Karyawan yang puas dengan peker- kerjaannya. Dengan kata lain, kepuasan
jaannya cenderung memiliki sikap positif kerja merupakan perkembangan dari seke-
terhadap organisasinya, senang menolong dar perasaan suka (puas) atau tidak suka
orang lain, dan memiliki kinerja yang lebih (tidak puas) pada pekerjaannya.
dari yang diharapkan (Robbins, 2005). Ke- Suyasa (2001) mendefinisikan kepua-
puasan kerja karyawan juga berhubungan san kerja sebagai aspek emosional yang
positif dengan kepuasan pelanggan. Menu- nampak dalam sikap setuju atau tidak se-
rut Robbins (2005), karyawan yang merasa tuju, senang atau tidak senang terhadap si-
puas, mampu bertindak lebih ramah dan tuasi kerja sebagai akibat dari lingkungan
responsif sehingga membentuk kepuasan kerja serta jenis pekerjaan dan prestasi ker-
dan kesetiaan pelanggan. janya. Zamralita (2001) mengartikan ke-
puasan kerja sebagai perasaan seorang pe-
kerja terhadap pekerjaannya sebagai hasil
Kepuasan Kerja interaksi dengan lingkungan kerjanya.
Melalui penjelasan di atas, maka dapat
Menurut Locke (dikutip oleh Judge, ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja
Parker, Colbert, Heller, & Ilies, 2001) adalah hasil dari penggunaan kognisi dan
kepuasan kerja diartikan sebagai perasaan pengaruh, atau pikiran dan perasaan yang
senang atau emosi yang positif sebagai dimiliki karyawan sebagai penilaian terha-
hasil dari penilaian terhadap pekerjaannya dap pekerjaannya, yang terjadi sebagai hasil
atau pengalaman kerja. Definisi dari Locke dan akibat dari interaksi dengan lingkungan
ini, menekankan pentingnya kegunaan dari kerja, jenis pekerjaan, serta prestasi kerja.
kognisi (penilaian) dan pengaruh (perasaan
emosi). Locke berasumsi bahwa kepuasan
kerja merupakan hasil dari penggunaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepua-
kognisi dan pengaruh, atau pikiran dan pe- san Kerja
rasaan. Porter dan Lawler (dikutip oleh
Landy & Conte, 2004) mendefinisikan ke- Spector (1997) menjelaskan ada dua
puasan kerja sebagai hasil dari berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja,
perhitungan yang dibuat seseorang yang yaitu: pertama, faktor yang ada pada ling-
menghargai pada apa yang mereka percaya kungan pekerjaan itu sendiri dan hal-hal
mereka pantas mendapatkannya. yang berhubungan dengan pekerjaan. Fak-
Robbins (2005), mengartikan kepua- tor lingkungan dalam pekerjaan meliputi
san kerja sebagai kumpulan dari perasaan- beberapa hal, diantaranya: (a) karakteristik
perasaan yang dimiliki individu terhadap pekerjaan, yaitu mengenai gambaran dari
pekerjaannya. Kepuasan kerja juga didefi- tugas dan pekerjaan itu sendiri; (b) ling-
nisikan oleh Davis dan Newstorm (2004) kungan dalam perusahaan, yaitu kondisi
sebagai seperangkat perasaan pegawai ten- lingkungan dalam perusahaan yang berhu-
tang menyenangkan atau tidaknya peker- bungan dengan kinerja karyawan; (c) pera-
jaan mereka. Spector (1997) menjelaskan nan dalam perusahaan, yaitu pola perilaku

98
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

yang dibutuhkan individu dalam perusa- logi perkembangan. Di samping itu, teori
haan; (d) konflik antara pekerjaan dan ke- kriteria kesehatan mental positif dari
luarga, adalah konflik yang terjadi apabila Jahoda, merupakan teori kesehatan mental
ada permintaan dari keluarga dan permin- yang termasuk dalam fungsi psikologis
taan dari pekerjaan yang saling meng- yang positif (Ryff, 1989 & Singer, 1996).
ganggu (contohnya, ayah dan ibu yang Snyder dan Lopez (2005) mengatakan
sama-sama bekerja atau orangtua tunggal); bahwa kesejahteraan psikologis bukan se-
(e) upah; (f) stres kerja; (g) beban kerja, kedar merupakan ketiadaan penderitaan,
yaitu pekerjaan yang membutuhkan usaha namun kesejahteraan psikologis meliputi
baik mental dan fisik; dan (h) jadwal kerja, keterikatan aktif dalam dunia, memahami
diantaranya jadwal yang tidak menentu, arti dan tujuan hidup, dan hubungan sese-
pembagian kerja yang panjang, jam kerja orang pada objek ataupun orang lain. Ryff
malam, dan kerja paruh waktu. (1989) dan Singer (1996) menyimpulkan
Kedua, faktor individu itu sendiri. Fak- bahwa gambaran dari orang yang memiliki
tor individu meliputi beberapa hal, diantara- kesejahteraan psikologis yang baik adalah
nya; (a) usia, kepuasan kerja dinilai me- mampu merealisasikan potensi dirinya se-
ningkat seiring dengan bertambahnya usia cara berkesinambungan, mampu menerima
seseorang; (b) jenis kelamin, perempuan diri apa adanya, mampu menjalin hubungan
dinilai lebih merasa puas dengan pekerjaan- yang hangat dengan orang lain, memiliki
nya karena memiliki pengharapan yang ren- kemandirian, memiliki arti hidup, serta
dah terhadap pekerjaannya; (c) kepribadian, mampu mengontrol lingkungan.
diantaranya locus of control dan negative
affectivity (contohnya, depresi dan kecema-
san); (d) person-job fit, yaitu perasaan ke- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kese-
cocokan yang dimiliki karyawan antara jahteraan Psikologis Seseorang
karakteristik pekerjaan dan pribadi.
Menurut Ryff dan Singer (1996) kese-
jahteraan psikologis dipengaruhi oleh faktor
Kesejahteraan Psikologis usia, jenis kelamin, kelas sosial, dan latar
belakang budaya. Berdasarkan data yang
Ryff (1989) mendefinisikan kesejah- didapatkan dari penelitian yang dilakukan
teraan psikologis sebagai fungsi psikologis oleh Ryff (1989; Ryff 1995; Ryff & Singer
yang positif. Fungsi psikologis yang positif 1996), penguasaan lingkungan dan otonomi
ini, meliputi teori-teori dari psikologi klinis, menunjukkan peningkatan seiring dengan
psikologi perkembangan, dan teori kese- perbandingan usia (usia 25-39; usia 40-59;
hatan mental. Konsep aktualisasi diri dari usia 60-74). Tujuan hidup dan pertumbuhan
Maslow, konsep kematangan dari Allport, pribadi, secara jelas, menunjukkan penuru-
konsep individualisasi dari Jung, dan kon- nan seiring dengan bertambahnya usia.
sep fully functioning person dari Rogers, Skor dimensi penerimaan diri, hubungan
tergolong dalam teori psikologi klinis. Se- yang positif dengan orang lain secara
dangkan teori tahapan psikososial dari signifikan bervariasi berdasarkan usia.
Erickson dan teori perubahan kepribadian Faktor jenis kelamin menunjukkan
dari Neugarten, merujuk pada teori psiko- perbedaan yang signifikan pada dimensi

99
TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA

hubungan positif dengan orang lain dan tive relations with others), otonomi (auto-
dimensi pertumbuhan pribadi. Dari kese- nomy), penguasaan lingkungan (environ-
luruhan perbandingan usia (usia 25-39; usia mental mastery), tujuan hidup (purpose in
40-59; usia 60-74), wanita menunjukkan life), dan pertumbuhan pribadi (personal
angka yang lebih tinggi daripada pria. Se- growth).
mentara keempat dimensi kesejahteraan
psikologis lainnya tidak menunjukkan per-
bedaan yang signifikan. Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
Hasil penelitian Wisconsin Longitudi-
nal Study (WLS) pada tahun 1957, me- Dimensi penerimaan diri adalah sikap
nunjukkan bahwa, pada orang dengan status positif terhadap diri sendiri dan merupakan
pekerjaan yang tinggi ditemukan kecende- ciri penting dari kesejahteraan psikologis.
rungan tingkat kesejahteraan psikologis Sebuah gambaran inti dari kondisi well-
yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini juga being yang dicirikan dengan aktualisasi dan
menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan dapat berfungsi secara optimal, kedewasaan
psikologis meningkat seiring dengan me- serta penerimaan diri seseorang dan ke-
ningkatnya tingkat pendidikan seseorang hidupan yang sudah dilewatinya. Orang-
(Ryff & Singer, 1996). Status pekerjaan orang yang memiliki skor tinggi pada di-
yang tinggi atau tingginya tingkat pendi- mensi penerimaan diri menunjukkan bahwa
dikan seseorang menunjukkan bahwa indi- individu memiliki sikap positif terhadap
vidu memiliki faktor pengaman (misalnya: diri sendiri, mengakui dan menerima berba-
uang, ilmu, dan keahlian) dalam hidupnya gai aspek diri termasuk kualitas baik dan
untuk menghadapi masalah, tekanan dan buruk, dan merasa positif tentang kehidu-
tantangan (Ryff & Singer, 1996). pan yang telah dijalani. Skor rendah me-
Sugianto (2000) mengatakan bahwa nunjukkan individu merasa tidak puas
perbedaan budaya Barat dan Timur juga dengan dirinya, merasa kecewa terhadap
memberikan pengaruh yang berbeda. Di- kehidupan yang dijalani, mengalami kesu-
mensi yang lebih berorientasi pada diri karan karena sejumlah kualitas pribadi dan
(seperti dimensi penerimaan diri dan di- ingin menjadi orang yang berbeda dari
mensi otonomi) lebih menonjol dalam kon- dirinya saat ini (Ryff, 1989; Ryff, 1995;
teks budaya Barat, sedangkan dimensi yang Ryff & Singer, 1996).
berorientasi pada orang lain (seperti hu-
bungan positif dengan orang lain) lebih
menonjol dalam budaya Timur. Hubungan Positif dengan Orang Lain
(Positive Relations with Others)

Aspek-aspek Kesejahteraan Psikologis Dimensi hubungan positif dengan


orang lain dapat dioperasionalkan ke dalam
Aspek-aspek kesejahteraan psikologis tinggi rendahnya kemampuan seseorang da-
mengacu pada teori Ryff (1989; Ryff 1995; lam membina kehangatan dan hubungan
Ryff & Singer 1996), meliputi 6 dimensi, saling percaya dengan orang lain; yang
yaitu: penerimaan diri (self-acceptance), digambarkan sebagai orang yang mem-
hubungan positif dengan orang lain (posi- punyai empati yang kuat, mampu mencintai

100
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

secara mendalam dan bersahabat. Skor Penguasaan Lingkungan (Environmental


yang tinggi dalam dimensi hubungan positif Mastery)
dengan orang lain menunjukkan individu
mempunyai hubungan yang hangat, me- Dimensi penguasaan lingkungan ada-
muaskan dan saling percaya dengan orang lah orang yang mampu menciptakan ling-
lain, memperhatikan kesejahteraan orang kungan yang sesuai dengan kondisi fisik-
lain, mampu melakukan empati yang kuat, nya. Kemampuan ini dipengaruhi oleh ke-
afeksi dan hubungan yang bersifat timbal dewasaan seseorang khususnya kemam-
balik. Skor rendah menunjukkan bahwa in- puan seseorang untuk memanipulasi dan
dividu hanya mempunyai sedikit hubungan mengontrol lingkungan yang kompleks
yang dekat dan saling percaya dengan melalui aktivitas mental dan fisik. Dalam
orang lain, merasa kesulitan untuk bersikap dimensi penguasaan lingkungan, skor yang
hangat, terbuka dan memperhatikan orang tinggi menunjukkan bahwa individu mem-
lain, merasa terasing, dan frustrasi dalam punyai sense of mastery dan mampu meng-
hubungan interpersonal, tidak bersedia atur lingkungan, mengontrol berbagai kegi-
menyesuaikan diri untuk mempertahankan atan eksternal yang kompleks, mengguna-
suatu hubungan yang penting dengan orang kan kesempatan-kesempatan yang ada se-
lain (Ryff, 1989; Ryff, 1995; Ryff & cara efektif, mampu memilih atau mencip-
Singer, 1996). takan konteks yang sesuai dengan kebutu-
han-kebutuhan dan nilai-nilai pribadi. Se-
dangkan skor yang rendah menyatakan bah-
Otonomi (Autonomy) wa individu mengalami kesulitan dalam
mengatur aktivitas sehari-hari, merasa tidak
Dimensi otonomi menekankan pada mampu untuk mengubah atau meningkat-
kemampuan untuk mengarahkan diri sen- kan konteks di sekitar, tidak waspada akan
diri, kemandirian dan kemampuan menga- kesempatan-kesempatan yang ada di ling-
tur tingkah laku. Orang yang berfungsi kungan, dan kurang mempunyai kontrol ter-
penuh digambarkan mampu menilai diri hadap dunia luar (Ryff, 1989; Ryff, 1995;
sendiri dengan menggunakan standar pri- Ryff & Singer, 1996).
badi. Dalam dimensi otonomi, orang-orang
dengan skor tinggi adalah individu yang
mampu mengarahkan diri dan mandiri, Tujuan Hidup (Purpose in Life)
mampu menghadapi tekanan sosial, menga-
tur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi Dimensi tujuan hidup dapat dioperasi-
diri dengan standar pribadi. Sedangkan skor onalkan dalam tinggi rendahnya pemaha-
rendah pada dimensi ini menunjukkan bah- man individu akan tujuan dan arah hidup-
wa individu memperhatikan pengharapan nya. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa
dan evaluasi orang lain, bergantung pada individu mempunyai tujuan dan arah hidup,
penilaian orang lain dalam membuat ke- merasakan adanya arti dalam hidup masa
putusan, menyesuaikan diri terhadap teka- kini dan masa lampau. Sedangkan skor ren-
nan sosial dalam berpikir dan bertingkah dah menunjukkan bahwa individu kurang
laku (Ryff, 1989; Ryff, 1995; Ryff & mempunyai arti hidup, tujuan, arah hidup
Singer, 1996). dan cita-cita yang tidak jelas, serta tidak

101
TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA

melihat adanya tujuan dari kehidupan masa pan penelitian ini dapat dilihat berdasarkan
lampau (Ryff, 1989; Ryff, 1995; Ryff & jenis kelamin, usia, penghasilan yang dita-
Singer, 1996). bung, divisi pekerjaan, lama bekerja, pen-
dapatan per bulan, status pernikahan, dan
jumlah anak (pada partisipan yang sudah
Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth) menikah). Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 94 orang.
Dimensi pertumbuhan pribadi dapat Berdasarkan data yang diperoleh ber-
dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya dasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa
kemampuan seseorang untuk mengembang- partisipan penelitian yang berjenis kelamin
kan potensi diri secara berkelanjutan dan laki-laki berjumlah 38 orang (40,4%) dan
lebih menekankan pada cara memandang yang berjenis kelamin perempuan berjum-
diri dan merealisasikan potensi dalam diri. lah 56 orang (59,6%). Diketahui pula bah-
Skor yang tinggi menunjukkan bahwa indi- wa usia rata-rata partisipan penelitian ada-
vidu merasakan adanya pengembangan po- lah 27 tahun.
tensi diri yang berkelanjutan, terbuka terha- Berikutnya, berdasarkan data yang di-
dap pengalaman baru, menyadari potensi peroleh mengenai divisi pekerjaan, diketa-
diri, dan dapat melihat kemajuan diri dari hui bahwa partisipan penelitian yang paling
waktu ke waktu. Sedangkan skor yang ren- banyak bekerja di bagian marketing ber-
dah menunjukkan bahwa individu tidak jumlah 20 orang (21,2%). Sedangkan par-
merasakan adanya kemajuan dan pengem- tisipan penelitian yang paling sedikit be-
bangan potensi diri dari waktu ke waktu, kerja di bagian cost control, impor, kon-
merasa jenuh dan tidak tertarik dengan vite, operator, pegawai, receptionist, dan
kehidupan, serta merasa tidak mampu untuk security, yang pada masing-masing bagian
mengembangkan sikap atau tingkah laku berjumlah 1 orang (1,1%). Sedangkan, me-
baru (Ryff, 1989; Ryff, 1995; Ryff & nurut data yang diperoleh mengenai lama
Singer, 1996). bekerja, diketahui bahwa lama bekerja
partisipan penelitian minimum adalah 0
(tidak sampai 1 tahun) dan maksimal adalah
Hipotesis 12 tahun. Diketahui pula, bahwa rata-rata
lama bekerja partisipan penelitian adalah 2
Hipotesi dalam penelitian ini ialah: ada tahun 8 bulan.
hubungan antara kepuasan kerja dengan
kesejahteraan psikologis pada karyawan.
Pengukuran

Metode Instrumen yang diberikan kepada par-


tisipan berupa skala pengukuran yang
Partisipan terdiri dari alat ukur kepuasan kerja dan alat
ukur kesejahteraan psikologis. Alat ukur
Partisipan dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini terdiri atas sejumlah
karyawan dari perusahaan yang terletak di butir pernyataan. Butir-butir pernyataan
Jakarta. Gambaran umum mengenai partisi- tersebut dibuat berdasarkan batasan konsep-

102
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

tual, batasan operasional, dimensi, dan diberikan, adanya dukungan dari atasan,
indikator yang dimiliki oleh kedua variabel adanya dukungan dari rekan sekerja, ada-
yang hendak diukur dalam penelitian ini. nya kekompakkan dengan rekan sekerja. Di
Peneliti menggunakan dua buah alat samping itu, terdapat pula penilaian (out-
ukur di dalam penelitian ini. Alat ukur per- come evaluation) dan keyakinan (beha-
tama bertujuan untuk mengukur kepuasan vioural belief) partisipan penelitian terha-
kerja, berisi 190 butir pernyataan yang dap fungsi negatif dari kepuasan kerja me-
terdiri dari 95 pasang butir pernyataan liputi; beban kerja yang berlebihan, adanya
positif yang mengukur penilaian (outcome konflik peran, kurangnya informasi yang
evaluation) dan keyakinan (behavioural mendukung pelaksanaan tugas, kurangnya
belief). Alat ukur kedua bertujuan untuk sumber daya yang mendukung pelaksanaan
mengukur kesejahteraan psikologis, berisi tugas, dan kurangnya penegakan norma-
95 butir pernyataan yang terdiri dari 48 norma di lingkungan kerja.
butir pernyataan positif dan 47 butir per- Alat ukur variabel kepuasan kerja ter-
nyataan negatif. diri dari 4 dimensi utama yang masing-
masing terdiri dari beberapa sub dimensi.
Dimensi intrinsic reward, subdimensinya
Pengukuran Kepuasan Kerja adalah: keterlibatan dalam pengambilan ke-
putusan (participation in decision making),
Variabel kepuasan kerja diukur dengan wewenang dalam pelaksanaan tugas (auto-
memakai alat ukur kepuasan kerja yang nomy), kebermaknaan tugas (task signifi-
dibuat berdasar-kan atas exchange theory cant), komunikasi dengan atasan (upward
yang dikemuka-kan oleh George Homans communication), keadilan yang merata (dis-
(dikutip oleh Mulinge & Mueller, 1998) tributive justice), peningkatan karir (career
dan theory of planned behaviour yang growth), dan variasi tugas (task variety).
dikemukakan oleh Ajzen (dalam Suyasa, Dimensi organizational extrinsic reward,
2007). subdimensinya adalah: kesempatan naik
Definisi operasional kepuasan kerja pangkat (promotional opportunity), jaminan
adalah skor yang menggambarkan penilaian kerja (job security), gaji (pay), dan tun-
(outcome evaluation) dan keyakinan (beha- jangan/fasilitas tambahan (fringe benefit).
vioural belief) seseorang terhadap pekerja- Dimensi social extrinsic reward, sub di-
annya. Kepuasan kerja ditandai dengan pe- mensinya adalah: dukungan atasan (super-
nilaian (outcome evaluation) dan keyakinan visory support), dukungan rekan sekerja
(behavioural belief) seseorang terhadap ke- (co-worker support), dan kekompakkan
terlibatan dalam pengambilan keputusan, dengan rekan sekerja (work group cohe-
wewenang yang diberikan dalam menen- sion). Dimensi convinience extrinsic cost,
tukan hal-hal yang terkait dengan pekerja- sub dimensinya adalah: beban kerja ber-
annya, komunikasi dengan atasan, pemak- lebihan (work overloaded), ketidakjelasan
naan pekerjaannya, pemberian kesempatan pembagian peran (role conflict), kurangnya
untuk meningkatkan karir, adanya variasi sumber daya yang dibutuhkan dalam pelak-
tugas, adanya kesempatan untuk naik pang- sanaan tugas (resource inadequacy), dan
kat, adanya jaminan kerja, kesesuaian gaji, kurangnya penerapan norma-norma di ling-
adanya tunjangan/fasilitas tambahan yang kungan kerja (inadequate socialization).

103
TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA

Penilaian atau penyekoran yang meng- adalah hal yang penting.” Sedangkan con-
ukur penilaian (outcome evaluation) adalah toh butir pernyataan positif yang mengukur
sebagai berikut: Sangat Tidak Setuju (STS) keyakinan (behaviour belief) adalah “Saya
diberi nilai 1, Tidak Setuju (TS) diberi nilai ikut serta dalam menentukan keputusan
2, Ragu-Ragu (RR) diberi nilai 3, Setuju yang akan berlaku.” Subdimensi ini meng-
(S) diberi nilai 4, dan Sangat Setuju (SS) gambarkan tingkat kepuasan partisipan ter-
diberi nilai 5. Sedangkan penyekoran untuk hadap kesempatan yang diberikan untuk
mengukur keyakinan (behavioural belief) berpartisipasi dalam mengambil keputusan.
adalah sebagai berikut: Sangat Tidak Setuju Subdimensi wewenang dalam pelaksa-
(STS) diberi nilai -2, Tidak Setuju (TS) naan tugas (autonomy) memiliki 1 indikator
diberi nilai -1, Ragu-Ragu (RR) diberi nilai dan terdiri dari 5 pasang butir pernyataan
0, Setuju (S) diberi nilai 1, dan Sangat positif. Alat ukur kepuasan kerja dengan
Setuju (SS) diberi nilai 2. Pada dimensi subdimensi wewenang dalam pelaksanaan
intrinsic reward, organizational extrinsic tugas memiliki koefisien alpha cronbach
reward dan social extrinsic reward, sema- sebesar 0,89. Contoh butir pernyataan posi-
kin tinggi skor pada ketiga dimensi ini tif alat ukur dengan subdimensi autonomy
berarti semakin tinggi kepuasan kerja par- yang mengukur penilaian (outcome evalua-
tisipan, sebaliknya semakin rendah skor tion) adalah “Kebebasan dalam menentu-
pada ketiga dimensi ini berarti semakin kan metode bekerja yang akan digunakan
rendah kepuasan kerja partisipan penelitian. adalah hal yang penting.” Sedangkan con-
Berbeda dengan dimensi convinience ex- toh butir pernyataan positif yang mengukur
trinsic cost. Pada dimensi convinience ex- keyakinan (behaviour belief) adalah “Saya
trinsic cost, semakin tinggi skor pada memeroleh kebebasan untuk menentukan
dimensi ini, berarti partisipan semakin tidak metode bekerja yang akan saya gunakan.”
puas dengan pekerjaannya, sebaliknya se- Subdimensi ini menggambarkan tingkat ke-
makin rendah skor pada berarti partisipan puasan partisipan terhadap wewenang yang
semakin puas dengan pekerjaannya. diberikan yang berkaitan dengan tugasnya.
Subdimensi keterlibatan dalam peng- Subdimensi kebermaknaan tugas (task
ambilan keputusan (participation in deci- significant) memiliki 1 indikator dan terdiri
sion making) memiliki 1 indikator dan ter- dari 5 pasang butir pernyataan positif. Alat
diri dari 5 pasang butir pernyataan positif. ukur kepuasan kerja dengan subdimensi
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan dengan kebermaknaan tugas memiliki koefisien
bantuan program Statistical Package for alpha cronbach sebesar 0,92. Contoh butir
Social Science (SPSS) versi 13 menunjuk- pernyataan positif alat ukur dengan subdi-
kan bahwa alat ukur kepuasan kerja dengan mensi kebermaknaan tugas yang mengukur
subdimensi keterlibatan dalam pengambilan penilaian (outcome evaluation) adalah “Pe-
keputusan memiliki koefisien alpha cron- kerjaan yang dipandang mulia di mata
bach sebesar 0,81. Contoh butir alat ukur masyarakat adalah hal yang penting.”
dengan subdimensi keterlibatan dalam Sedangkan contoh butir pernyataan positif
pengambilan keputusan (participation in yang mengukur keyakinan adalah “Peker-
decision making) yang mengukur penilaian jaan saya adalah pekerjaan yang mulia.”
(outcome evaluation) adalah “Menurut saya Subdimensi ini menggambarkan perasaan
ikut serta dalam menentukan keputusan bangga dengan tugasnya saat ini.

104
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

Subdimensi komunikasi dengan atasan positif alat ukur dengan subdimensi pening-
(upward communication) memiliki 1 indi- katan karier yang mengukur penilaian (out-
kator dan terdiri dari 5 pasang butir pernya- come evaluation) adalah “Pengembangan
taan positif. Alat ukur kepuasan kerja pada pengetahuan adalah hal yang saya perlu-
subdimensi komunikasi dengan atasan me- kan.” Sedangkan contoh butir pernyataan
miliki koefisien alpha cronbach sebesar positif yang mengukur keyakinan (beha-
0,91. Contoh butir pernyataan positif alat viour belief) adalah “Perusahaan memberi
ukur dengan subdimensi upward communi- kesempatan kepada saya untuk mengem-
cation yang mengukur penilaian adalah bangkan pengetahuan saya.” Subdimensi
“Mengonsultasikan sesuatu yang saya ala- ini menggambarkan kepuasan partisipan
mi kepada atasan adalah hal yang pen- terhadap kesempatan untuk meningkatkan
ting.” Sedangkan contoh butir pernyataan jenjang karier yang diberikan perusahaan.
positif yang mengukur keyakinan (beha- Subdimensi variasi tugas (task variety)
viour belief) adalah “Saya dapat mengon- memiliki 1 indikator dan terdiri dari 5
sultasikan sesuatu yang saya alami kepada pasang butir pernyataan positif. Alat ukur
atasan.” Subdimensi ini menggambarkan kepuasan kerja pada subdimensi task
kepuasan partisipan terhadap kemampuan- variety memiliki koefisien alpha cronbach
nya dalam berkomunikasi dengan atasan. sebesar 0,91. Contoh butir pernyataan posi-
Subdimensi keadilan yang merata (dis- tif alat ukur dengan subdimensi variasi
tributive justice) memiliki 1 indikator dan tugas yang mengukur penilaian (outcome
terdiri dari 5 pasang butir pernyataan posi- evaluation) adalah “Tugas yang bervariasi
tif. Alat ukur kepuasan kerja pada sub- adalah penting bagi saya.” Sedangkan con-
dimensi distributive justice memiliki koefi- toh butir pernyataan positif yang mengukur
sien alpha cronbach sebesar 0,82. Contoh keyakinan (behaviour belief) adalah “Me-
butir pernyataan positif alat ukur dengan nurut saya, pekerjaan saya memiliki tugas-
subdimensi keadilan yang merata yang tugas yang bervariasi.” Subdimensi ini
mengukur penilaian (outcome evaluation) menggambarkan kepuasan partisipan terha-
adalah “Penghargaan atas pengorbanan dap tugasnya sebagai karyawan.
saya adalah hal yang penting.” Sedangkan Subdimensi kesempatan naik pangkat
contoh butir pernyataan positif yang meng- (promotional opportunity) memiliki 1 indi-
ukur keyakinan (behaviour belief) adalah kator dan terdiri dari 5 pasang butir per-
“Saya menilai pihak perusahaan telah nyataan positif. Alat ukur kepuasan kerja
memberikan penghargaan atas pengorba- pada subdimensi promotional opportunity
nan saya.” Subdimensi ini menggambarkan memiliki koefisien alpha cronbach sebesar
kepuasan partisipan terhadap keadilan an- 0,9. Contoh butir pernyataan positif alat
tara imbalan yang diterima telah sesuai ukur dengan subdimensi kesempatan naik
dengan kinerja yang dilakukan. pangkat yang mengukur penilaian (outcome
Subdimensi peningkatan karier (career evaluation) adalah “Peningkatan jenjang
growth) memiliki 1 indikator dan terdiri karier di perusahaan ini adalah hal yang
dari 5 pasang butir pernyataan positif. Alat penting bagi saya.” Sedangkan contoh butir
ukur kepuasan kerja pada subdimensi ca- pernyataan positif yang mengukur keya-
reer growth memiliki koefisien alpha cron- kinan (behaviour belief) adalah “Saya men-
bach sebesar 0,9. Contoh butir pernyataan dapat peningkatan jenjang karier di per-

105
TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA

usahaan ini.” Subdimensi ini menggambar- pernyataan positif alat ukur dengan sub-
kan kepuasan partisipan terhadap promosi dimensi tunjangan/fasilitas tambahan yang
yang ditawarkan oleh perusahaan. mengukur penilaian (outcome evaluation)
Subdimensi jaminan kerja (job secu- adalah “Tunjangan kesehatan penting arti-
rity) memiliki 1 indikator dan terdiri dari 5 nya bagi saya.” Sedangkan contoh butir
pasang butir pernyataan positif. Alat ukur pernyataan positif yang mengukur keyaki-
kepuasan kerja pada subdimensi job secu- nan (behaviour belief) adalah “Saya menda-
rity memiliki koefisien alpha cronbach pat tunjangan kesehatan.” Subdimensi ini
sebesar 0,83. Contoh butir pernyataan posi- menggambarkan kepuasan partisipan terha-
tif alat ukur dengan subdimensi jaminan dap tunjangan/fasilitas tamnahan yang dibe-
kerja yang mengukur penilaian (outcome rikan oleh perusahaan.
evaluation) adalah “Jaminan dari pihak Subdimensi dukungan atasan (supervi-
perusahaan bahwa saya tidak akan diber- sory support) memiliki 1 indikator dan
hentikan dari pekerjaan adalah hal yang terdiri dari 5 pasang butir pernyataan posi-
penting.” Sedangkan contoh butir pernya- tif. Alat ukur kepuasan kerja pada subdi-
taan positif yang mengukur keyakinan mensi supervisory support memiliki koefi-
(behaviour belief) adalah “Saya yakin bah- sien alpha cronbach sebesar 0,88. Contoh
wa saya tidak akan diberhentikan dari butir pernyataan positif alat ukur dengan
pekerjaan saya.” Subdimensi ini menggam- subdimensi dukungan atasan yang meng-
barkan kepuasan partisipan terhadap jami- ukur penilaian (outcome evaluation) adalah
nan kerja yang ditawarkan oleh perusahaan. “Dukungan moril dari atasan merupakan
Subdimensi gaji (pay) memiliki 1 indi- hal yang penting bagi saya.” Sedangkan
kator dan terdiri dari 5 pasang butir per- contoh butir pernyataan positif yang meng-
nyataan positif. Alat ukur kepuasan kerja ukur keyakinan (behaviour belief) adalah
pada subdimensi pay memiliki koefisien “Saya mendapat dukungan moril dari
alpha cronbach sebesar 0,82. Contoh butir atasan.” Subdimensi ini menggambarkan
pernyataan positif alat ukur dengan sub- kepuasan partisipan terhadap dukungan
dimensi gaji yang mengukur penilaian yang diberikan oleh atasan kepada dirinya.
(outcome evaluation) adalah “Kesesuaian Subdimensi dukungan rekan sekerja
anatara gaji yang diterima dengan gaji (co-worker support) memiliki 1 indikator
yang diharapkan bagi saya adalah hal yang dan terdiri dari 5 pasang butir pernyataan
pentung.” Sedangkan contoh butir pernya- positif. Alat ukur kepuasan kerja pada sub-
taan positif yang mengukur keyakinan dimensi co-worker support memiliki koefi-
(behaviour belief) adalah “Gaji yang saya sien alpha cronbach sebesar 0,81. Contoh
terima sudah sesuai dengan harapan saya.” butir pernyataan positif alat ukur dengan
Subdimensi ini menggambarkan kepuasan subdimensi dukungan rekan sekerja yang
partisipan terhadap gaji yang diterimanya. mengukur penilaian (outcome evaluation)
Subdimensi tunjangan/fasilitas tamba- adalah “Dukungan moril dari rekan-rekan
han (fringe benefit) memiliki 1 indikator sekerja merupakan hal yang penting bagi
dan terdiri dari 5 pasang butir pernyataan saya.” Sedangkan contoh butir pernyataan
positif. Alat ukur kepuasan kerja pada sub- positif yang mengukur keyakinan (beha-
dimensi fringe benefit memiliki koefisien viour belief) adalah “Saya mendapat du-
alpha cronbach sebesar 0,79. Contoh butir kungan moril dari rekan-rekan sekerja

106
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

saya.” Subdimensi ini menggambarkan ke- alpha cronbach sebesar 0,89. Contoh butir
puasan partisipan terhadap dukungan yang pernyataan positif alat ukur dengan sub-
diberikan oleh rekan sekerja. dimensi ketidakjelasan pembagian peran
Subdimensi kekompakan dengan rekan yang mengukur penilaian (outcome evalua-
sekerja (work group cohesion) memiliki 1 tion) adalah “Melakukan tugas yang sebe-
indikator dan terdiri dari 5 pasang butir narnya tugas rekan saya adalah sesuatu
pernyataan positif. Alat ukur kepuasan ker- yang kurang baik.” Sedangkan contoh butir
ja pada subdimensi work group cohesion pernyataan positif yang mengukur keyaki-
memiliki koefisien alpha cronbach sebesar nan (behaviour belief) adalah “Seringkali
0,87. Contoh butir pernyataan positif alat saya diminta melakukan tugas-tugas yang
ukur dengan subdimensi kekompakan rekan sebenarnya tugas rekan saya.” Subdimensi
sekerja yang mengukur penilaian (outcome ini menggambarkan kepuasan partisipan
evaluation) adalah “Suasana saling bekerja terhadap keberadaan konflik peran.
sama di antara para karyawan adalah hal Subdimensi kurangnya sumber daya
yang penting bagi saya.” Sedangkan contoh yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas
butir pernyataan positif yang mengukur (resource inadequacy) memiliki 1 indikator
keyakinan (behaviour belief) adalah “Rekan dan terdiri dari 5 pasang butir pernyataan
karyawan dapat saling bekerja sama satu positif. Alat ukur kepuasan kerja pada
sama lain.” Subdimensi ini menggambar- subdimensi resource inadequacy memiliki
kan kepuasan partisipan terhadap kekom- koefisien alpha cronbach sebesar 0,87.
pakkan yang ditunjukkan rekan kerjanya. Contoh butir pernyataan positif alat ukur
Subdimensi beban kerja berlebihan dengan subdimensi kurangnya sumber daya
(work overloaded) memiliki 1 indikator yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas
dan terdiri dari 5 pasang butir pernyataan yang mengukur penilaian (outcome evalua-
positif. Alat ukur kepuasan kerja pada tion) adalah “Peralatan yang memadai da-
subdimensi work overloaded memiliki koe- lam menjalankan tugas adalah hal yang
fisien alpha cronbach sebesar 0,87. Contoh penting.” Sedangkan contoh butir pernya-
butir pernyataan positif alat ukur dengan taan positif yang mengukur keyakinan (be-
subdimensi beban kerja berlebihan yang haviour belief) adalah “Peralatan yang
mengukur penilaian (outcome evaluation) menunjang pelaksanaan tugas-ptugas saya,
adalah “Jam kerja yang panjang adalah hal kurang tersedia dengan baik.” Subdimensi
yang buruk.” Sedangkan contoh butir per- ini menggambarkan kepuasan partisipan
nyataan positif yang mengukur keyakinan terhadap keberadaan sarana dan prasarana
(behaviour belief) adalah “Pekerjaan saya yang dibutuhkan dalam bekerja.
sering menyita waktu senggang saya.” Sub- Subdimensi kurangnya penerapan nor-
dimensi ini menggambarkan kepuasan par- ma-norma di lingkungan kerja (inadequate
tisipan terhadap keberadaan beban bekerja socialization) memiliki 1 indikator dan ter-
yang berlebihan. diri dari 5 pasang butir pernyataan positif.
Subdimensi ketidakjelasan pembagian Alat ukur kepuasan kerja pada subdimensi
peran (role conflict) memiliki 1 indikator inadequate socialization memiliki koefisien
dan terdiri dari 5 pasang butir pernyataan alpha cronbach sebesar 0,86. Contoh butir
positif. Alat ukur kepuasan kerja pada pernyataan positif alat ukur dengan sub-
subdimensi role conflict memiliki koefisien dimensi kurangnya penerapan norma-

107
TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA

norma di lingkungan kerja yang mengukur Kesejahteraan psikologis memiliki 6


penilaian (outcome evaluation) adalah “Di- dimensi yaitu: (a) penerimaan diri (self-
tegakkannya norma-norma di antara kar- acceptance), (b) hubungan positif dengan
yawan adalah hal yang perlu.” Sedangkan orang lain (positive relations with others),
contoh butir pernyataan positif yang meng- (c) otonomi (autonomy), (d) penguasaan
ukur keyakinan (behaviour belief) adalah lingkungan (environmental mastery), (e)
“Norma-norma di antara warga perusa- tujuan hidup (purpose in life), dan (f) per-
haan belum ditegakkan secara baik.” Sub- tumbuhan pribadi (personal growth).
dimensi ini menggambarkan kepuasan par- Dimensi penerimaan diri (self-accep-
tisipan terhadap keberadaan penegakan tance) diukur dengan menggunakan 15
disiplin di lingkungan perusahaan. butir pernyataan yang terdiri dari 7 butir
pernyataan positif dan 8 butir pernyataan
negatif. Semakin tinggi skor pada dimensi
Pengukuran Kesejahteraan Psikologis ini, maka partisipan memiliki sikap yang
positif terhadap dirinya, mengenal dan
Variabel kesejahteraan psikologis di- menerima semua aspek yang ada dalam
ukur dengan menggunakan alat ukur kese- dirinya, dan berdamai dengan masa lalunya.
jahteraan psikologis yang dibuat dengan Dimensi hubungan positif dengan
mengacu pada teori kesejahteraan psiko- orang lain (positive relations with others)
logis yang dikemukakan oleh Ryff (1995), diukur dengan menggunakan 19 butir per-
yang kemudian dimodifikasi oleh Haryanto nyataan yang terdiri dari 8 butir pernyataan
dan Suyasa (2007). positif dan 11 butir pernyataan negatif.
Alat ukur kesejahteraan psikologis ini Semakin tinggi skor pada dimensi ini, maka
berisi 95 item pernyataan yang terdiri dari mengindikasikan partisipan merasa puas,
48 item pernyataan positif dan 47 item hangat, memiliki hubungan saling percaya
pernyataan negatif. Alat ukur kesejahteraan dengan orang lain, memperhatikan kesejah-
psikologis ini disusun berdasarkan skala teraan orang lain, bersikap empati, penya-
Likert yang mengacu pada lima pilihan yang, akrab, dan saling memberi dan mene-
jawaban. Penilaian atau penyekoran dilaku- rima dalam hubungan manusia.
kan dengan cara memisahkan item pernya- Dimensi otonomi (autonomy) diukur
taan positif dan item pernyataan negatif. dengan menggunakan 19 butir pernyataan
Pada item pernyataan positif cara penilaian- yang terdiri dari 10 butir pernyataan positif
nya adalah sebagai berikut: Sangat Setuju dan 9 butir pernyataan negatif. Semakin
(SS) diberi nilai 5, Setuju (S) diberi nilai 4, tinggi skor partisipan pada dimensi ini,
Ragu-Ragu (RR) diberi nilai 3, Tidak Se- maka partisipan mampu untuk mandiri,
tuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat Tidak mengatur perilakunya, dan sanggup meng-
Setuju (STS) diberi nilai 1. Sedangkan, hadapi tekanan sosial.
pada item pernyataan negatif cara peni- Dimensi penguasaan lingkungan (envi-
laiannya adalah sebagai berikut: Sangat ronmental mastery) diukur dengan meng-
Setuju (SS) diberi nilai 1, Setuju (S) diberi gunakan 13 butir pernyataan yang terdiri
nilai 2, Ragu-Ragu (RR) diberi nilai 3, dari 6 butir pernyataan positif dan 7 butir
Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4, dan Sangat pernyataan negatif. Semakin tinggi skor
Tidak Setuju (STS) diberi nilai 5. partisipan pada dimensi ini, maka partisipan

108
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

semakin mampu menguasai lingkungan, diperoleh, hanya 66 responden yang men-


menggunakan setiap kesempatan yang ada jawab dengan serius sehingga dapat dinya-
dengan efektif, dan dapat memilih ling- takan valid.
kungan yang sesuai dengan kebutuhan dan Penyebaran kuesioner yang kedua
nilai yang dianutnya. dilakukan di PT. “Y“, sebuah perusahaan
Dimensi tujuan hidup (purpose in life) yang serupa dengan PT. “X”. Dalam penye-
diukur dengan menggunakan 15 butir per- baran kuesioner yang kedua ini, peneliti
nyataan yang terdiri dari 7 butir pernyataan berhasil mengumpulkan sebanyak 32 res-
positif dan 8 butir pernyataan negatif. ponden. Dari 32 orang responden ini, 4
Semakin tinggi skor pada dimensi ini, maka responden dinyatakan tidak valid dan 28
partisipan memiliki tujuan dan arah hidup responden dinyatakan valid. Responden da-
yang jelas, merasa hidupnya bermakna baik lam penelitian ini berjumlah 94 orang.
dimasa lampau maupun saat ini, dan ber-
pegang pada keyakinan hidupnya.
Dimensi pertumbuhan pribadi (per- Hasil
sonal growth) diukur dengan menggunakan
14 butir pernyataan yang terdiri dari 10 Gambaran Kepuasan Kerja
butir pernyataan positif dan 4 butir per-
nyataan negatif. Semakin tinggi skor parti- Berdasarkan hasil perhitungan dike-
sipan pada dimensi ini, maka partisipan tahui secara keseluruhan skor minimum
semakin merealisasikan potensinya, terbuka kepuasan kerja partisipan penelitian adalah
pada pengalaman baru, dan memperbaiki -3,03, skor maksimum kepuasan kerja
diri serta perilakunya. adalah 8,64, dan skor rata-rata kepuasan
kerja adalah 1,77 dengan standar deviasi
2,44. Dengan nilai rata-rata 1,77 dalam
Prosedur rentang skor antara -10 sampai 10, skor
rata-rata kepuasan kerja cenderung tinggi.
Peneliti melakukan proses pengambilan Hal ini menunjukkan bahwa partisipan
data mulai dari tanggal 8 Oktober – 10 cenderung merasa puas pada berbagai
Desember 2007. Tempat pengambilan data aspek, yaitu: keterlibatan dalam peng-
adalah di PT. “X” dan PT. ”Y” di wilayah ambilan keputusan, mendapat wewenang
Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Proses dalam menentukan hal-hal yang terkait
pengambilan data dilakukan dengan menye- dengan pekerjaannya, dapat berkomunikasi
barkan kuesioner lengkap yang terdiri dari dengan atasan, ada pemaknaan peker-
skala pengukuran yang terdiri dari alat ukur jaannya, dapat kesempatan untuk mening-
kepuasan kerja dan alat ukur kesejahteraan katkan karir, adanya variasi tugas, adanya
psikologis. kesempatan untuk naik pangkat, adanya
Kuesioner yang disebar oleh peneliti jaminan kerja, kesesuaian gaji, adanya
berjumlah 162 kuesioner, namun yang ter- tunjangan/fasilitas tambahan yang diberi-
kumpul berjumlah 128 kuesioner. Kuesi- kan, adanya dukungan dari atasan, adanya
oner yang tidak kembali disebabkan oleh dukungan dari rekan sekerja, adanya
karena kehilangan kuesioner dan belum kekompakan dengan rekan sekerja. Gam-
selesai terisi. Dari 128 data kuesioner yang baran aspek dapat dilihat pada tabel 1.

109
TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA

Tabel 1
Gambaran Perbandingan Skor Dimensi Variabel Kepuasan Kerja
Skor Skor Skor Standar
Dimensi
Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi
Participation in decision making -4,6 10 1,04 3,32
Autonomy -5 10 2,69 3,38
Task significant -4,4 10 1,42 3,77
Upward communication -3,8 10 2,3 3,27
Distributive justice -6 10 1,76 3,67
Career growth -4,6 10 3,16 3,99
Task variety -8 10 2,37 4,11
Promotional opportunity -6 10 2,31 4,17
Job security -5 10 2,8 3,2
Pay -8,75 10 0,48 4,75
Fringe benefit -10 10 0,97 4,43
Supervisory support -5,2 10 2,07 3,35
Co-worker support -4 9,6 3,21 2,54
Work group cohesion -7,4 10 3,71 3,6
Work overloaded -8,4 6,4 -1,15 3,63
Role conflict -10 5,6 -0,51 3,63
Resource inadequacy -10 8 0,92 3,99
Inadequate socialization -10 5,6 -0,19 3,62

Berdasarkan gambaran pada tabel 1, tahui pula bahwa, apabila dibandingkan


maka dapat diketahui bahwa dimensi ke- dengan dimensi yang lain, ada tiga dimensi
puasan kerja yang paling dominan atau yang kurang dominan atau memiliki skor
memiliki skor rata-rata paling besar adalah rata-rata kecil, diantaranya adalah dimensi
dimensi kekompakkan dengan rekan se- gaji (pay), dimensi kurangnya penerapan
kerja (work group cohesion), selanjutnya norma-norma di lingkungan kerja (inade-
skor rata-rata terbesar kedua adalah dimensi quate socialization), dan yang paling ku-
dukungan rekan sekerja (co-worker sup- rang dominan atau memiliki skor rata-rata
port), dan skor rata-rata terbesar ketiga paling kecil adalah dimensi kurangnya
adalah peningkatan karir (career growth). sumber daya yang dibutuhkan dalam pe-
Hal ini menggambarkan bahwa partisipan laksanaan tugas (resource inadequacy). Hal
penelitian puas terhadap kekompakkan ini menggambarkan bahwa partisipan pene-
yang ditunjukkan oleh rekan sekerjanya litian cenderung tidak terlalu puas dengan
dalam perusahaan, partisipan penelitian gaji yang diterimanya, partisipan penelitian
juga puas terhadap dukungan yang dibe- cenderung tidak terlalu puas terhadap
rikan oleh rekan sekerja, dan partisipan keberadaan penegakan disiplin di ling-
penelitian juga puas terhadap kesempatan kungan perusahaan, dan partisipan pene-
yang diberikan oleh perusahaan untuk litian cenderung tidak terlalu puas terhadap
meningkatkan jenjang karir. Dapat dike- keberadaan sarana dan prasarana yang

110
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

dibutuhkan dalam bekerja, atau dengan kata nilai rata-rata 3,75 dalam rentang skor 1-5,
lain sarana dan prasarana yang dibutuhkan skor rata-rata kesejahteraan psikologis da-
oleh partisipan penelitian dalam bekerja pat dikatakan cenderung tinggi. Hal ini
dinilai kurang memadai. menunjukkan bahwa partisipan cenderung
mampu untuk merealisasikan potensi diri-
nya secara berkesinambungan, mampu un-
Gambaran Kesejahteraan Psikologis tuk menerima diri apa adanya, mampu
membentuk hubungan yang hangat dengan
Berdasarkan hasil perhitungan yang orang lain, memiliki kemandirian terhadap
menggunakan bantuan SPSS 13.0 diketahui tekanan sosial, memiliki arti dalam hidup
bahwa secara keseluruhan skor minimum serta mampu mengontrol lingkungan
kesejahteraan psikologis dari partisipan pe- eksternal. Gambaran perbandingan skor
nelitian adalah 2,34; skor maksimum ke- masing-masing dimensi partisipan pene-
sejahteraan psikologis adalah 5, dan skor litian pada variabel kesejahteraan psiko-
rata-rata kesejahteraan psikologis adalah logis, selengkapnya dapat dilihat pada tabel
3,75 dengan standar deviasi 0,52. Dengan 2.

Tabel 2
Gambaran Skor Dimensi Variabel Kesejahteraan Psikologis
Skor Skor Skor Rata- Standar
Dimensi
Minimum Maksimum rata Deviasi
Personal growth 2,71 5 4.05 0,50
Self-acceptance 2,20 5 3.67 0,62
Autonomy 2,17 5 3.38 0,69
Positive relations with others 2,39 5 3.80 0,56
Environmental mastery 2,00 5 3.71 0,63
Purpose in life 1,93 5 3.89 0,52

Berdasarkan gambaran pada tabel 2, bahwa kemampuan partisipan untuk man-


maka dapat diketahui bahwa dimensi kese- diri, mengatur perilakunya, dan menilai diri
jahteraan psikologis yang paling dominan dengan standar pribadi, masih perlu untuk
atau memiliki skor rata-rata paling besar ditingkatkan.
pada partisipan adalah dimensi pertum-
buhan pribadi (personal growth). Hal ini
menggambarkan bahwa partisipan lebih Uji Korelasi antara Kepuasan Kerja dan
terbuka pada pengalaman baru, mampu Kesejahteraan Psikologis
merealisasikan potensi yang dimilikinya,
dan sanggup memperbaiki perilakunya. Da- Dengan menggunakan uji metode
pat diketahui pula bahwa apabila diban- korelasi Pearson Correlation, pada level
dingkan dengan dimensi yang lain, dimensi alpha 0,05, ada hubungan yang signifikan
otonomi (autonomy) bisa dikatakan paling antara kepuasan kerja (M = 1,77, SD =
kurang dominan atau memiliki skor rata- 0,25) dan kesejahteraan psikologis (M =
rata paling kecil. Hal ini menunjukkan 3,75, SD = 0,05), r (92) = 0,456, dan p <

111
TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA

0,01. Berdasarkan hasil dari perhitungan mengontrol lingkungan eksternal. Gamba-


ini, maka dapat diketahui bahwa, semakin ran uji korelasi dimensi kepuasan kerja dan
tinggi perasaan puas yang dimiliki par- kesejahteraan psikologis dari partisipan
tisipan terhadap pekerjaannya, partisipan penelitian, selengkapnya dapat dilihat pada
akan semakin merasakan kesejahteraan se- tabel 3.
cara psikologis. Dengan kata lain, semakin Berdasarkan tabel 3, koefisien dimensi
partisipan merasa terlibat dalam pengam- korelasi kepuasan kerja dan dimensi kese-
bilan keputusan, merasa mendapat wewe- jahteraan psikologis, maka dapat
nang dalam menentukan hal-hal yang ter- disimpulkan bahwa terdapat 6 hubungan
kait dengan pekerjaannya, merasa dapat yang paling dominan dan menonjol antara
berkomunikasi dengan atasan, merasa ada dimensi-dimensi kepuasan kerja dan di-
pemaknaan pekerjaannya, merasa dapat mensi-dimensi kesejahteraan psikologis.
kesempatan untuk meningkatkan karir, me- Hubungan-hubungan tersebut adalah: (a)
rasa adanya variasi tugas, merasa adanya dimensi variasi tugas berhubungan dominan
kesempatan untuk naik pangkat, merasa dengan pertumbuhan pribadi, yaitu 0,50;
adanya jaminan kerja, merasa adanya ke- (b) dimensi autonomy berhubungan domi-
sesuaian gaji, merasa adanya tunjangan/ nan dengan dimensi penerimaan diri, yaitu
fasilitas tambahan yang diberikan, merasa 0,47; (c) dimensi distributive justice berhu-
adanya dukungan dari atasan, merasa ada- bungan dominan dengan dimensi otonomi,
nya dukungan dari rekan sekerja, merasa yaitu 0,47; (d) dimensi dukungan rekan
adanya kekompakkan dengan rekan sekerja, sekerja berhubungan dominan dengan di-
maka partisipan akan semakin mampu mensi hubungan positif dengan orang lain ,
untuk merealisasikan potensi dirinya secara yaitu 0,40; (e) dimensi variasi tugas (task
berkesinambungan, semakin mampu mene- variety) juga berhubungan dominan dengan
rima diri apa adanya, semakin mampu dimensi environ-mental mastery, yaitu
membentuk hubungan yang hangat dengan 0,46; dan (f) dimensi keadilan yang merata
orang lain, semakin memiliki kemandirian (distributive justice) juga berhubungan do-
terhadap tekanan sosial, semakin memiliki minan dengan dimensi tujuan hidup (pur-
arti dalam hidup serta semakin mampu pose of life), yaitu 0,48.

Tabel 3
Koefisien Korelasi Dimensi Kesejahteraan Psikologis dan Dimensi Kepuasan Kerja
Dimensi Kesejahteraan Psikologis
Dimensi KK
PG SA Oto PR EM PiL
1 PDM 0.30** 0.22* 0.25* 0.12 0.30** 0.29**
2 Aut 0.49** 0.47** 0.43** 0.24* 0.44** 0.46**
3 TS 0.37** 0.32** 0.29** 0.16 0.34** 0.35**
4 UpC 0.40** 0.32** 0.32** 0.10 0.34** 0.39**
5 DJ 0.49** 0.45** 0.47** 0.26* 0.45** 0.48**
6 CG 0.41** 0.35** 0.33** 0.18 0.39** 0.38**
7 TV 0.50** 0.41** 0.42** 0.26* 0.46** 0.42**
8 PO 0.46** 0.39** 0.41** 0.22* 0.44** 0.45**
(tabel bersambung)

112
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

(Sambungan tabel 3)
Dimensi Kesejahteraan Psikologis
Dimensi KK
PG SA Oto PR EM PiL
9 JS 0.34** 0.25* 0.33** 0.19 0.17 0.31**
10 Pay 0.34** 0.35** 0.40** 0.31** 0.32** 0.34**
11 FB -0.02 -0.11 -0.06 0.00 -0.07 0.04
12 SuSup 0.42** 0.37** 0.34** 0.15 0.39** 0.41**
13 COSup 0.21* 0.16 0.11 0.40** 0.25* 0.23*
14 Coh 0.22* 0.15 0.15 0.38** 0.21* 0.18
15 WO -0.07 -0.14 -0.15 0.02 -0.12 0.02
16 RConf -0.15 -0.18 -0.28** 0.03 -0.20 -0.09
17 RInad -0.16 -0.18 -0.22* -0.15 -0.15 -0.14
18 InadSoc -0.28** -0.27** -0.36** -0.29** -0.30** -0.22*
Catatan. KK = Kepuasan Kerja. PDM = Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan. Aut = Wewenang
dalam Pelaksanaan Tugas. TS = Kebermaknaan Tugas. UpC = Komunikasi dengan Atasan. DJ =
Keadilan yang Merata. CG = Peningkatan Karir. TV = Variasi Tugas. PO = Kesempatan Naik
Pangkat. JS = Jaminan Kerja. Pay = Gaji. FB = Tunjangan/Fasilitas Tambahan. SuSup = Dukungan
Atasan. COSup = Dukungan Rekan Sekerja. Coh = Kekompakkan dengan Rekan Sekerja. WO =
Beban Kerja Berlebihan. Rconf = Ketidakjelasan Pembagian Peran. RInad = Kurangnya Sumber
Daya yang Dibutuhkan dalam Pelaksanaan Tugas. InadSoc = Kurangnya Penerapan Norma-norma di
Lingkungan Kerja. PG = Pertumbuhan Pribadi. SA = Penerimaan Diri. Oto = Otonomi. PR =
Hubungan Positif dengan Orang Lain. EM = Penguasaan Lingkungan. PiL = Tujuan Hidup
** Korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed).
* Korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed).

Diskusi memiliki hubungan dominan dengan di-


mensi otonomi (autonomy); (4) dimensi du-
Berdasarkan hasil analisis data utama kungan rekan sekerja (co-worker support)
yang didapat dari penelitian, maka hasil memiliki hubungan dominan dengan di-
penelitian ini menyatakan bahwa ada hu- mensi hubungan positif dengan orang lain
bungan positif yang signifikan antara (positive relations with others); (5) dimensi
kepuasan kerja dan kesejahteraan psiko- variasi tugas (task variety) juga memiliki
logis. Terdapat enam hubungan yang paling hubungan dominan dengan dimensi pengu-
dominan dan menonjol antara dimensi- asaan lingkungan (environmental mastery);
dimensi kepuasan kerja dan dimensi kese- dan (6) dimensi keadilan yang merata (dis-
jahteraan psikologis. Hubungan-hubungan tributive justice) juga memiliki hubungan
tersebut adalah; (1) dimensi variasi tugas dominan dengan dimensi tujuan hidup
(task variety) memiliki hubungan dominan (purpose of life).
dengan pertumbuhan pribadi (personal
growth); (2) dimensi wewenang dalam pe-
laksanaan tugas (autonomy) memiliki hu- Simpulan
bungan dominan dengan dimensi peneri-
maan diri (self-acceptance); (3) dimensi Dari hasil analisis data utama penelitian
keadilan yang merata (distributive justice) dapat disimpulkan adanya hubungan positif

113
TENGGARA, ZAMRALITA, DAN SUYASA

antara kepuasan kerja dan kesejahteraan Nathawat, S. S. (1996). Psychological well-


psikologis. Berdasarkan hasil ini, maka being and meditation. Retrieved 2007,
diketahui bahwa, semakin baik kepuasan Agustus 28, from http://www.a2zpsy
kerja yang dimiliki karyawan, maka sema- chology/psychologicalwell _being.htm
kin baik kesejahteraan psikologisnya. Robbins, S. P. (2005). Organizational
behaviour (11th ed.). New Jersey:
Pearson Education.
Daftar Pustaka Ryff C D., & Essex, M J. (1992). The
interpretation of life experience and
Davis, K. & Newstorm, J. W. (2004). well-being: The sample case of
Human behavior at work (7th ed.). relocation. Journal of Personality and
New York: McGraw-Hill. Social Psychology, 2, 507-516.
Harter, J. K., Schmidt, F. L., & Keyes L. Ryff, C. D., & Keyes, C L. (1995). The
M. (2002). Well-being in the structure of psychological well-being
workplace and its relationship to revisited. Journal of Personality and
business outcomes: A review of the Social Psychology, 69, 719-727.
gallup studies. Retrieved 2007, August Ryff, C. D., & Singer, B. (1996).
28, from http://media.gallup.com/We Psychological well-being: Meaning,
ll Being InTheWorkplace.pdf measurement, and implications for
Haryanto, R., & Suyasa, P. T. Y. S. (2007). psychotherapy research. Psychothe-
Persepsi terhadap Job Characteristic rapy Psychosomatics, 65, 14-23.
Model, Psychological Well-Being dan Ryff, C. D., & Singer, B. (2005). From
Performance (Studi pada Karyawan social structure to biology: Integrative
PT. X). Phronesis, 9, 67-92. science in pursuit of human health and
Judge, T. A., Parker, S., Colbert, A. E., well-being. In C. R. Snyder, & Lopez
Heller, D., & Ilies, R. (2001). Job (Eds.), Handbook of positive psycho-
satisfaction: A cross-cultural review. logy (pp. 541-553). New York: Oxford
In N. Anderson., D. S. Ones., H. K. University Press.
Sinangil., & C. Viswesvaran (Eds.), Ryff, C. D. (1989). Happiness is
Handbook of industrial, work & everything, or is it? Explorations on
organizational psychology, 2, 25-52. the meaning of psychological well-
London: Sage. being. Journal of Personality and
Landy, F. J., & Conte, J. M. (2004). Work Social Psychology, 57, 1069-1081.
in the 21st century: An introduction to Ryff, C. D. (1995). Psychological well-
industrial and organizational psy- being in adult life. Current Directions
chology. New York: McGraw-Hill. in Psychological Science, 4, 99-104.
Loewenthal, K. M. (2001). An introduction Spector, P. E. (1997). Job satisfaction:
to psychological tests and scales (2nd Application, assessment, causes, and
ed.). East Sussex: Psychology Press. consequences. California: Sage.
Mulinge, M., & Mueller, C. W. (1998). Sugianto, I. R. (2000). Status lajang dan
Employee job satisfaction in develo- psychological well-being pada pria
ping countries: The case of Kenya. dan wanita lajang usia 30-40 tahun di
World Development, 26, 2181-2199. Jakarta. Phronesis, 2, 67-77.

114
KEPUASAN KERJA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KARYAWAN

Sutrisno, H. (1995). Statistik jilid 2. relation between job satisfaction and


Yogyakarta: Andi Offset. job performance. Journal of Occupa-
Suyasa, P. T. Y. S. (2001). Perbandingan tional Health Psychology, 12, 93-104.
tingkat kepuasan kerja antara kelom- Retrieved 2007, Agustus 28, from
pok guru yang berstatus tetap dan http://content.apa/journals/ocp/12/2/93
kelompok guru yang berstatus honorer. Wright, T. A., & Bonett, D. G. (2007). Job
Phronesis, 3, 51-71. satisfaction and psychological well-
Suyasa, P. T. Y. S. (2007). Job satisfaction being as nonadditive predictors of
measurement: The alternative method. workplace turnover. Journal of
Paper presented at the International
Management, 33, 141-160. Retrieved
Conference of Industial &
2007, Agustus 28, from http://jom.
Organizational Psychology, Yogya-
sagepub.com/content/abstract/33/2/141
karta, Indonesia.
Wright, T. A., & Cropanzano, R. (2000).
Wexley, Kenneth, N., Gary, A., & Yukl.
Psychological well-being and job
(2003). Organizational behaviour
and personnel psychology (M. satisfaction as predictors of job
Shobaruddin, Penerj.). Jakarta: Rineka performance. Journal of Occupational
Cipta. Health Psychology, 5, 84-94. Retrie-
Widodo. (2004). Cerdik menyusun proposal ved 2007, Agustus 28, from http:
penelitian: Skripsi, tesis, dan disertasi. //content.apa.org/journals/ocp/5/1/84
Jakarta: Yayasan Kelopak. Zamralita. (2001). Hubungan antara faktor
Wright, T. A., Cropanzano, R., & Bonett, demografis dan kepuasan kerja pada
D. G. (2007). The moderating role of dosen tetap Universitas X di Jakarta.
employee positive well being on the Phronesis, 3, 100-121.

115

View publication stats

Вам также может понравиться