Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
, Laila, Fuad
Laila Faried
Fuad Nashori
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
Email: ay_laa@yahoo.co.id
Abstract
The purpose of this research was to understand the corelation between self-
controls and the anxiety of the prisoner to face the liberation. The hypothesis of
this research showed that there was negative corelation between self-control and
the anxiety of the prisoner to face the liberation. The higher self-control the lower
anxiety to face the liberation, so on the contrary, the lower self-control the higher
the anxiety to face the liberation. The subjects of this research were men and
women prisoners from correctional facility, who would be immediately liberated 5
to 6 months approaching the liberation. The scale which was used in this re-
search was self-control scale, which was arranged by the researcher based on
Averiil theory (1973) and anxiety based on Rosenhan and Seligman Theory
(1989). The research’s method to analyze the data was SPSS 17.0. This method
was used to verify the negative corelation between self-control and anxiety of
prisoners to face the liberation. Product moment correlation of Pearson showed
the value of r = - 0,451 and p = 0.007 (p>0, 01), which meant there was a signifi-
cant negative correlation between self-control and anxiety of prisoners to face
liberation.
63
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012
dengan perbandingan laki-laki dan pe- latar belakang yang berbeda serta
rempuan ialah 10:1 atau 20:1 (Kartono, harus menjalani hukuman yang dibe-
1995). rikan bagi narapidana yang melanggar
Kasus-kasus kriminalitas tersebut, peraturan. Seorang narapidana dalam
dari kasus yang ringan hingga kasus jangka waktu tertentu harus berada di
yang berat, menyebabkan para pelaku dalam tempat yang dibatasi ruang
harus menghadapi masalah hukum. lingkupnya, aktivitas yang terbatas,
Kasus-kasus tersebut terjadi karena komunikasi terbatas, dan segala
desakan ekonomi, kekhilafan, memper- sesuatu yang terbatas. Adanya kondisi
tahankan diri, sampai alasan membela yang tidak menyenangkan dalam lapas
diri yang sering dikemukakan (Harsono, tersebut dapat menimbulkan berbagai
1995). Meningkatnya kasus krimina- keadaan psikologis, seperti muncul
litas itu didasari sebagai bentuk kena- perasaan tidak nyaman, gelisah,
kalan kejahatan yang melanggar cemas serta tertekan (Harsono, 1995)
hukum. Para pelaku tindakan kriminal Kebebasan adalah masa yang pal-
yang tertangkap dan diproses secara ing ditunggu oleh narapidana yang
hukum pidana yang kemudian disebut menjalani hukuman. Narapidana akan
narapidana. merasakan kembali kehangatan
Narapidana yang menjalani pidana dengan keluarga serta ruang gerak
di lembaga pemasyarakatan (lapas), yang tidak terbatas setelah menjalani
pada dasarnya telah kehilangan kebe- hukuman penjara (Triastuti, 2009).
basan untuk berinteraksi dengan ma- Namun, ada kekhawatiran mengenai
syarakat luar. Narapidana yang ber- bagaimana narapidana akan menjalani
sangkutan hanya dapat berinteraksi kehidupan usai bebas dari lapas.
di dalam lapas saja. Kebebasan atau Apakah anggota keluarga bersedia
kemerdekaan berinteraksi telah hilang menerima kembali atau apakah masya-
untuk jangka waktu tertentu, atau bah- rakat bersedia menerima mereka seba-
kan seumur hidup. Bahkan, pada ke- gai anggota masyarakat seperti sebe-
nyataannya bukan hanya kemerdeka- lum mereka menjadi narapidana men-
an berinteraksi saja yang hilang, tetapi jadi semacam kekhawatiran karena
juga berbagai kemerdekaan yang lain sulitnya mendapatkan kepercayaan.
ikut terampas (Harsono, 1995). Belum lagi ketika narapaida tersebut
Dalam penjara, narapidana harus ingin mendapatkan lapangan pekerjaan
tidur dengan tempat yang tentunya tidak usai bebas dari lapas (Ulyani, 2003).
senyaman di rumah. Narapidana harus Salah satu petugas lapas di Wiro-
mengikuti aturan-aturan yang disertai gunan menjelasakan bahwa memang
dengan disiplin yang keras, bergaul ada perubahan secara psikologis
dengan narapidana lain yang memiliki terhadap narapidana yang akan bebas.
64
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad
Hal ini terkait dengan persyaratan- Para narapidana yang akan mema-
persyaratan sebelum bebas serta suki masa asimilasi diketahui bahwa
adanya penerimaan dari masyarakat mereka memiliki reaksi cemas, pera-
yang mungkin berbeda-beda. Ada saan gelisah, dan mudah tersinggung
masyarakat yang menerima, ada pula (Triastuti, 2009). Dijelaskan, kemung-
yang mengucilkan. Salah seorang kinan hal tersebut disebabkan oleh
narapidana juga menjelaskan bahwa masih negatifnya pandangan masya-
memang merasa takut dikucilkan oleh rakat terhadap seseorang yang keluar
keluarganya, sehingga takut bebas. dari Lapas. Soetojo (Triastuti, 2009)
Takut diperlakukan berbeda oleh berpendapat masih ada prasangka dan
keluarga serta takut tidak mendapatkan dugaan yang melekat bahwa orang
pekerjaan. Akibatnya merasa minder, lapas adalah orang yang selalu mela-
tidak fokus dalam melakukan kegiatan, kukan perbuatan negatif dan tercela
dan selalu mempunyai pemikiran negatif sehingga masyarakat akan menolak
akan dijauhi oleh keluarga ataupun dan menjauhi mereka. Penolakan
masyarakat. tersebut menimbulkan kecemasan bagi
Lembaga pemasyarakatan meru- para narapidana yang akan dibebas-
pakan wadah pembinaan bagi nara- kan.
pidana berdasarkan sistem pemasya- Kecemasan bisa dikendalikan dengan
rakatan dengan upaya mewujudkan adanya kontrol diri pada diri seseorang.
pemidanaan yang integratif. Pemi- Kontrol diri berkaitan dengan bagai-
danaan yang integratif adalah upaya mana individu mengendalikan emosi
untuk membina dan mengembalikan serta dorongan-dorongan dari dalam
narapidana ke dalam kesatuan hidup dirinya (Hurlock, 1997). Menurut kon-
masyarakat yang baik dan berguna. sep ilmiah, pengendalian emosi berarti
Dengan kata lain, lembaga pema- mengarahkan energi emosi ke saluran
syarakatan melaksanakan rehabilitasi, ekpresi yang bermanfaat dan dapat
reduksasi, resosialisasi dan perlin- diterima secara sosial. Mengontrol
dungan baik terhadap narapidana dan emosi berarti mendekati suatu situasi
masyarakat dalam pelaksanaan sistem dengan menggunakan sikap yang
pemasyarakatan. Bila tujuan pemida- rasional untuk merespon situasi
naan adalah pemasyarakatan, seha- tersebut dan mencegah munculnya
rusnya mantan narapidana tidak cemas reaksi yang berlebihan.
lagi dan dapat diterima di masyarakat, Kemampuan mengontrol diri me-
hidup berdampingan dengan masya- mungkinkan seseorang berperilaku
rakat dan tidak lagi diperlakukan secara lebih terarah dan dapat menyalurkan
diskriminatif oleh masyarakat. dorongan-dorongan dalam diri secara
65
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012
66
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad
67
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012
68
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad
69
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012
menimbulkan efek yang negatif. Dalam pikir yang tidak realistis menjadi pemi-
hal ini kontrol diri berkaitan dengan kiran yang positif, sehingga hipotesis
bagaimana individu mengendalikan yang diajukan dalam penelitian ini
emosi serta dorongan-dorongan dalam adalah ada hubungan negatif antara
dirinya, (Hurlock, 1997). Lazarus (1976) kontrol diri dengan kecemasan
mengatakan bahwa kontrol diri narapidana dalam menghadapi masa
menggambarkan keputusan individu pembebasan. Jika kontrol diri tinggi
melalui pertimbangan kognitif untuk maka kecemasan menghadapi masa
menyatakan perilaku yang telah pembebasan rendah, begitu juga
disusun guna meningkatkan hasil dan sebaliknya, jika kontrol diri rendah maka
tujuan tertentu seperti apa yang kecemasan menghadapi masa
dikehendaki. Hal ini berarti kontrol diri pembebasan tinggi.
mampu memahami keseluruhan
pengungkapan diri baik yang positif Metode Penelitian
maupun negatif sehingga individu
menyadari apa yang bisa membang- Subjek Penelitian
kitkan ekspresi-ekspresi positif maupun Subjek dalam penelitian ini adalah
negatif di dalam dirinya. para narapidana di Lembaga Perma-
Kontrol diri merupakan Kemam- syarakatan Wirogunan, Yogyakarta,
puan individu untuk mengendalikan yang akan bebas dengan rentang
tindakan yang ditandai dengan kemam- waktu 5 sampai 6 bulan menjelang
puan dalam merencanakan hidup. pembebasan. Subjek berjenis kelamin
Kecemasan menghadapi masa bebas laki-laki atau perempuan.
oleh narapidana merupakan emosi
yang berlebihan karena muncul rasa Metode Pengumpulan Data
takut dan rasa khawatir yang belum Metode pengumpulan data pada
pasti akan terjadi. Dalam hal ini, kontrol penelitian ini menggunakan metode
diri memengaruhi kecemasan meng- kuantitatif, yaitu menggunakan alat ukur
hadapi masa pembebasan pada nara- skala yang disusun sendiri oleh peneliti
pidana. Kontrol diri difokuskan pada berdasarkan teori kontrol diri dari Averill
menguatkan diri secara positif, meng- (1973) dan kecemasan dari Daradjat
hukum diri, memanipulasi kondisi emo- (1990). Sementara teknik pengambilan
si, memonitor diri sehingga mampu data dilakukan dengan menggunakan
mengontrol kecemasan, yang sering teknik purposive sampling yaitu dengan
memikirkan bahaya, merasa gelisah cara memberikan skala pada subjek
dan khawatir (Imam, 2007). Adanya yang memiliki karakteristik tertentu.
kontrol diri dalam mengendalikan
perilaku cemas, serta merubah pola Metode Analisis Data
70
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad
71
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012
kecemasan saat narapidana dihadap- yang di luar kesadaran dan tidak jelas,
kan pada masa pembebasan. Adanya seperti takut tanpa mengetahui sebab-
kecemasan yang terjadi pada nara- nya dan tidak bisa menghindari pera-
pidana dipengaruhi oleh kontrol diri pada saan yang tidak menyenangkan tersebut.
diri narpidana tersebut. Jika kontrol diri Kecemasan muncul karena beberapa
pada narapidana rendah, maka menim- situasi yang mengancam diri manusia
bulkan rasa cemas pada narapidana sebagai makhluk sosial. Timbulnya
yang akan menjalani masa pembe- kecemasan pada narapidana yang
basan. akan menghadapi masa pembebasan
Kontrol diri berkaitan dengan ke- adalah karena merasakan adanya
mampuan individu mengendalikan situasi yang megancam.
emosi serta dorongan-dorongan di Penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam diri (Hurlock, 1997). Kontrol diri kontrol diri memengaruhi tingkat
juga merupakan perasaan seseorang kecemasan seseorang. Dapat dilihat
yang dapat membuat keputusan dan dari aspek kecemasan bahwa ada
mengambil tindakan yang efektif untuk reaksi kognitif (perasaan tegang,
menghasilkan akibat yang diinginkan gelisah, perasaan takut), reaksi
dan menghindari akibat yang tidak somatik (tidak bisa tidur, dan detak
diinginkan. Kontrol diri merupakan jantung meningkat, sering kebelakang),
suatu kecakapan individu dalam kepe- reaksi emosi (mudah marah dan akan
kaan membaca situasi diri dan ling- terjadi sesuatu hal yang berbahaya dan
kungannya serta kemampuan untuk juga pemikiran yang selalu takut terjadi
mengontrol dan mengelola faktor-faktor hal-hal yang buruk) dan pada rekasi
perilaku sesuai dengan situasi dan perilaku yang ditunjukkan dnegan
kondisi untuk menampilkan diri dalam perilaku menyendiri dan tidak ingin
melakukan sosialisasi pada lingkungan diganggu. Berdasarkan Aspek-aspek
maupun pada diri sendiri. kontrol diri yang dikemukakan Averill
Kartono (1981) menjelaskan bahwa (1973), kecemasan dipengaruhi oleh
masa pembebasan adalah suatu masa adanya kontrol diri, salah satunya pada
seorang narapidana kembali ke masya- aspek kemampuan kontrol kognisi, di
rakat dengan sesungguhnya karena mana individu mampu mengalihkan
telah selesai menjalani masa pidana. pemikiran dengan berfikir yang realistis,
Setelah selesai menjalani masa pida- berfikir positif, serta kemampuan kontrol
na, narapidana mengalami kecemasan, keputusan yaitu memutuskan sesuatu
terutama bagi narapidana yang belum tindakan yang diyakini baik dan tidak
menentukan masa depannya. Sedang- merugikan orang lain.
kan Daradjat (1990) menyatakan Menurut Hurlock (1997) secara
bahwa kecemasan juga memiliki segi garis besar faktor yang memengaruhi
72
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad
73
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012