Вы находитесь на странице: 1из 12

Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan...

, Laila, Fuad

Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Kecemasan Menghadapi


Masa Pembebasan Pada Narapidana
Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta

Laila Faried
Fuad Nashori
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
Email: ay_laa@yahoo.co.id

Abstract
The purpose of this research was to understand the corelation between self-
controls and the anxiety of the prisoner to face the liberation. The hypothesis of
this research showed that there was negative corelation between self-control and
the anxiety of the prisoner to face the liberation. The higher self-control the lower
anxiety to face the liberation, so on the contrary, the lower self-control the higher
the anxiety to face the liberation. The subjects of this research were men and
women prisoners from correctional facility, who would be immediately liberated 5
to 6 months approaching the liberation. The scale which was used in this re-
search was self-control scale, which was arranged by the researcher based on
Averiil theory (1973) and anxiety based on Rosenhan and Seligman Theory
(1989). The research’s method to analyze the data was SPSS 17.0. This method
was used to verify the negative corelation between self-control and anxiety of
prisoners to face the liberation. Product moment correlation of Pearson showed
the value of r = - 0,451 and p = 0.007 (p>0, 01), which meant there was a signifi-
cant negative correlation between self-control and anxiety of prisoners to face
liberation.

Keywords: Self Control, Anxiety to facing the exemption

Pendahuluan Republik Indonesia (Mabes Polri)


menunjukkan bahwa pada tahun 2011
Dalam berbagai acara berita di
kriminalitas mengalami peningkatan
televisi, hampir setiap hari selalu
sebesar 6,3 % (Republika, 22/12).
diperlihatkan beberapa berita mengenai
Kejahatan, khususnya kekerasan, pal-
tindak kriminalitas. Di Indonesia sendiri
ing banyak dilakukan oleh individu
berdasarkan data pusat pengendalian
dengan kisaran usia antara 18-24 tahun
dan operasi dari Markas Besar Polisi

63
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012

dengan perbandingan laki-laki dan pe- latar belakang yang berbeda serta
rempuan ialah 10:1 atau 20:1 (Kartono, harus menjalani hukuman yang dibe-
1995). rikan bagi narapidana yang melanggar
Kasus-kasus kriminalitas tersebut, peraturan. Seorang narapidana dalam
dari kasus yang ringan hingga kasus jangka waktu tertentu harus berada di
yang berat, menyebabkan para pelaku dalam tempat yang dibatasi ruang
harus menghadapi masalah hukum. lingkupnya, aktivitas yang terbatas,
Kasus-kasus tersebut terjadi karena komunikasi terbatas, dan segala
desakan ekonomi, kekhilafan, memper- sesuatu yang terbatas. Adanya kondisi
tahankan diri, sampai alasan membela yang tidak menyenangkan dalam lapas
diri yang sering dikemukakan (Harsono, tersebut dapat menimbulkan berbagai
1995). Meningkatnya kasus krimina- keadaan psikologis, seperti muncul
litas itu didasari sebagai bentuk kena- perasaan tidak nyaman, gelisah,
kalan kejahatan yang melanggar cemas serta tertekan (Harsono, 1995)
hukum. Para pelaku tindakan kriminal Kebebasan adalah masa yang pal-
yang tertangkap dan diproses secara ing ditunggu oleh narapidana yang
hukum pidana yang kemudian disebut menjalani hukuman. Narapidana akan
narapidana. merasakan kembali kehangatan
Narapidana yang menjalani pidana dengan keluarga serta ruang gerak
di lembaga pemasyarakatan (lapas), yang tidak terbatas setelah menjalani
pada dasarnya telah kehilangan kebe- hukuman penjara (Triastuti, 2009).
basan untuk berinteraksi dengan ma- Namun, ada kekhawatiran mengenai
syarakat luar. Narapidana yang ber- bagaimana narapidana akan menjalani
sangkutan hanya dapat berinteraksi kehidupan usai bebas dari lapas.
di dalam lapas saja. Kebebasan atau Apakah anggota keluarga bersedia
kemerdekaan berinteraksi telah hilang menerima kembali atau apakah masya-
untuk jangka waktu tertentu, atau bah- rakat bersedia menerima mereka seba-
kan seumur hidup. Bahkan, pada ke- gai anggota masyarakat seperti sebe-
nyataannya bukan hanya kemerdeka- lum mereka menjadi narapidana men-
an berinteraksi saja yang hilang, tetapi jadi semacam kekhawatiran karena
juga berbagai kemerdekaan yang lain sulitnya mendapatkan kepercayaan.
ikut terampas (Harsono, 1995). Belum lagi ketika narapaida tersebut
Dalam penjara, narapidana harus ingin mendapatkan lapangan pekerjaan
tidur dengan tempat yang tentunya tidak usai bebas dari lapas (Ulyani, 2003).
senyaman di rumah. Narapidana harus Salah satu petugas lapas di Wiro-
mengikuti aturan-aturan yang disertai gunan menjelasakan bahwa memang
dengan disiplin yang keras, bergaul ada perubahan secara psikologis
dengan narapidana lain yang memiliki terhadap narapidana yang akan bebas.

64
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad

Hal ini terkait dengan persyaratan- Para narapidana yang akan mema-
persyaratan sebelum bebas serta suki masa asimilasi diketahui bahwa
adanya penerimaan dari masyarakat mereka memiliki reaksi cemas, pera-
yang mungkin berbeda-beda. Ada saan gelisah, dan mudah tersinggung
masyarakat yang menerima, ada pula (Triastuti, 2009). Dijelaskan, kemung-
yang mengucilkan. Salah seorang kinan hal tersebut disebabkan oleh
narapidana juga menjelaskan bahwa masih negatifnya pandangan masya-
memang merasa takut dikucilkan oleh rakat terhadap seseorang yang keluar
keluarganya, sehingga takut bebas. dari Lapas. Soetojo (Triastuti, 2009)
Takut diperlakukan berbeda oleh berpendapat masih ada prasangka dan
keluarga serta takut tidak mendapatkan dugaan yang melekat bahwa orang
pekerjaan. Akibatnya merasa minder, lapas adalah orang yang selalu mela-
tidak fokus dalam melakukan kegiatan, kukan perbuatan negatif dan tercela
dan selalu mempunyai pemikiran negatif sehingga masyarakat akan menolak
akan dijauhi oleh keluarga ataupun dan menjauhi mereka. Penolakan
masyarakat. tersebut menimbulkan kecemasan bagi
Lembaga pemasyarakatan meru- para narapidana yang akan dibebas-
pakan wadah pembinaan bagi nara- kan.
pidana berdasarkan sistem pemasya- Kecemasan bisa dikendalikan dengan
rakatan dengan upaya mewujudkan adanya kontrol diri pada diri seseorang.
pemidanaan yang integratif. Pemi- Kontrol diri berkaitan dengan bagai-
danaan yang integratif adalah upaya mana individu mengendalikan emosi
untuk membina dan mengembalikan serta dorongan-dorongan dari dalam
narapidana ke dalam kesatuan hidup dirinya (Hurlock, 1997). Menurut kon-
masyarakat yang baik dan berguna. sep ilmiah, pengendalian emosi berarti
Dengan kata lain, lembaga pema- mengarahkan energi emosi ke saluran
syarakatan melaksanakan rehabilitasi, ekpresi yang bermanfaat dan dapat
reduksasi, resosialisasi dan perlin- diterima secara sosial. Mengontrol
dungan baik terhadap narapidana dan emosi berarti mendekati suatu situasi
masyarakat dalam pelaksanaan sistem dengan menggunakan sikap yang
pemasyarakatan. Bila tujuan pemida- rasional untuk merespon situasi
naan adalah pemasyarakatan, seha- tersebut dan mencegah munculnya
rusnya mantan narapidana tidak cemas reaksi yang berlebihan.
lagi dan dapat diterima di masyarakat, Kemampuan mengontrol diri me-
hidup berdampingan dengan masya- mungkinkan seseorang berperilaku
rakat dan tidak lagi diperlakukan secara lebih terarah dan dapat menyalurkan
diskriminatif oleh masyarakat. dorongan-dorongan dalam diri secara

65
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012

benar dan tidak menyimpang dari menjalani hukuman (Daradjat, 1990).


norma masyarakat. Kontrol diri difo- Daradjat (1990) menyatakan bahwa
kuskan pada menguatkan diri secara kecemasan memiliki segi yang di luar
positif, menghukum diri, memanipulasi kesadaran dan tidak jelas, seperti takut
kondisi emosi, memonitor diri sehingga tanpa mengetahui sebabnya dan tidak
mampu mengontrol kecemasan, yang bisa menghindari perasaan yang tidak
terdiri dari sulit konsentrasi, tidak menyenangkan. Kecemasan muncul
percaya pada kemampuan diri, sering karena beberapa situasi yang mengan-
memikirkan bahaya, gelisah dan cam diri manusia sebagai makhluk
khawatir (Imam, 2007). sosial. Timbulnya kecemasan pada
Berdasarkan penjelasan latar bela- narapidana yang akan menghadapi
kang di atas, maka rumusan penelitian masa pembebasan adalah karena
ini adalah apakah ada hubungan antara merasakan adanya situasi yang
kontrol diri dengan kecemasan meng- mengancam. Kecemasan menghadapi
hadapi masa pembebasan pada nara- masa pembebasan adalah perasaan
pidana di lembaga permasyarakatan? khawatir, gelisah, tegang, dan pera-
Adapun tujuan penelitian ini adalah saan-perasaan lain yang kurang me-
untuk mengetahui kontrol diri nara- nyenangkan karena narapidana me-
pidana dalam menghadapi kecemasan rasa takut menghadapi masyarakat
saat menghadapi masa pembebasan luar. Kecemasan menghadapi masa
di lembaga pemasyarakatan. depan dialami oleh narapidana dise-
babkan oleh kondisi masa datang
Tinjauan Pustaka yang belum jelas dan belum ter-
amalkan.
Kecemasan Menghadapi Masa
pembebasan
Aspek-aspek Kecemasan
Kecemasan menghadapi masa
pembebasan adalah perasaan tidak Menurut Daradjat (1990), aspek-
aman dan kekawatiran yang timbul aspek kecemasan terbagi menjadi dua
karena merasa akan terjadi sesuatu bentuk, yaitu: a) fisiologis: bentuk reaksi
yang tidak menyenangkan dengan fisiologis berupa detak jantung
sumber yang sebagaian sebagian meningkat, pencernaan tidak teratur,
besar tidak diketahui, berasal dari keringat berlebihan, ujung-ujung jari
dalam diri individu, perasaan-perasaan terasa dingin, sering buang air kecil,
atau pikiran-pikiran yang tidak tidur tidak nyenyak, kepala pusing,
menyenangkan mengenai harapan di nafsu makan hilang dan sesak nafas;
masa datang setelah narapidana bebas b) psikologis: yang terbagi menjadi dua
bentuk, yaitu:

66
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad

1. Aspek kognitif mengancam atau traumatis, meng-


Termasuk dalam aspek ini adalah amati respon takut pada orang lain,
tidak mampu memusatkan perhatian dan kurangnya dukungan sosial.
2. Aspek afektif b. Faktor biologis, meliputi predisposisi
Termasuk dalam aspek ini antara lain genetis, ireguaritas dalam fungsi
: takut, merasa dirinya akan ditimpa neurotransmiter, dan abnormalitas
bahaya. dalam jalur otak yang memberi
Aspek-aspek lain menurut Rosenhan sinyal bahaya atau yang meng-
dan Seligman (1989) meliputi: a) so- hambat tingkah laku repetitif.
matic, yaitu reaksi tubuh terhadap c.Faktor perilaku, meliputi pema-
bahaya; b) kognitif, yaitu respon sangan stimuli aversif dan stimuli
terhadap kecemasan dalam pikiran yang sebelumnya netral, kelegaan
manusia; c) emosi, yaitu perasaan dari kecemasan karena melakukan
manusia yang mengakibatkan individu ritual kompulsif atau menghindari
secara teru-menerus khawatir, merasa stimuli fobik, dan kurangnya ke-
takut terhadap bahaya yang meng- sempatan untuk pemunahan karena
ancam; dan d) perilaku, yaitu reaksi penghindaran terhadap objek atau
dalam bentuk perilaku manusia situasi yang ditakuti.
terhadap ancaman dengan menghindar d. Faktor kognitif dan emosional,
atau menyerang. meliputi konflik psikologis yang tidak
Dalam penelitian ini, kecemasan terselesaikan (Freudian atau teori
dalam menghadapi masa pembebasan Psikodinamika) faktor-faktor kognitif
pada narapidana adalah kecemasan seperti prediksi berlebihan tentang
yang belum terwujud, hanya ada rasa ketakutan, keyakinan-keyakinan
khawatir yang berlebihan. Kecemasan yang self defeating atau irasional,
terjadi adanya pemikiran yang sensivitas berlebih terhadap
mendukung untuk terus-merasa ancaman, sensivitas kecemasan,
khawatir sesuai dengan aspek-aspek salah atribusi dari sinyal tubuh, dan
kecemasan menurut Rosenhan dan self efficacy yang rendah.
Seligman (1989). Kecemasan sering terjadi ketika
seseorang dihadapkan dalam situasi
Faktor-faktor Yang Memengaruhi yang tidak semestinya. Kecemasan
Kecemasan bisa terjadi kArena faktor sosial, faktor
Menurut Nevid, Rathus, dan Greene perilaku dan bahkan faktor kognitifnya.
(2005) kecemasan dipengaruhi Dalam penelitian ini kecemasan meng-
beberapa faktor, yaitu: hadapi masa pembebasan narapidana
a. Faktor sosial lingkungan, meliputi terjadi karena adanya faktor sosial
pemaparan terhadap peristiwa yang lingkungan dan faktor kognitif emosional.

67
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012

Faktor sosial, narapidana takut ketika Lazarus (1976) mengatakan bahwa


bebas nanti tidak mendapatkan du- kontrol diri menggambarkan keputusan
kungan dari keluarga dan juga lingkung- individu yang melalui pertimbangan
annya, sehingga mengakibatkan kognitifnya untuk menyatakan perilaku
ketakutan yang berlebihan terhadap yang telah disusun guna meningkatkan
sesuatu hal yang belum pasti terjadi. hasil dan tujuan tertentu seperti apa
Dalam faktor kognitif dan emosional yang dikehendaki. Hal ini berarti kontrol
adanya prediksi yang berlebihan diri mampu memahami keseluruhan
tentang ketakutan serta sensitivitas pengungkapan diri baik yang positif
berlebih terhadap ancaman. Hal ini maupun negatif sehingga individu
terjdi ketika narapidana di hadapkan mampu menyadari apa yang bisa
pada masa pembebasan, mempunyai membangkitkan ekspresi-ekspresi
prediksi yang berlebihan tentang keta- positif maupun negatif di dalam dirinya.
kutanya dalam menghadapi masya- Dengan demikian, kontrol diri
rakat luar nantinya setelah bebas. merupakan suatu kecakapan individu
dalam kepekaan membaca situasi diri
Pengertian Kontrol Diri
dan lingkungan serta kemampuan
Kontrol diri berkaitan dengan bagai- untuk mengontrol dan mengelola faktor-
mana individu mengendalikan emosi faktor perilaku sesuai dengan situasi
serta dorongan-dorongan dalam diri- dan kondisi untuk menampilkan diri
nya, (Hurlock, 1997). Kazdin (Jannah dalam melakukan sosialisasi pada
& Rahayu, 2007) mengungkapkan lingkungan.
kontrol diri diperlukan guna membantu
Aspek- aspek Kontrol diri
individu dalam mengatasi kemampuan
yang terbatas dan membantu meng- Averill (1973) berpendapat terdapat
atasi berbagai hal merugikan yang tiga jenis kontrol diri yang meliputi lima
dimungkinkan berasal dari luar. Menurut aspek, yaitu: kontrol perilaku (behavioral
Chaplin (2001) kontrol diri adalah ke- control), mengontrol kognisi (cognitive
mampuan untuk membimbing tingkah control), dan mengontrol keputusan
laku sendiri dalam artian kemampuan (decisional control).
seseorang untuk menekan atau 1. Kontrol perilaku (behavioral Con-
merintangi impuls-impuls atau tingkah trol) adalah kemampuan untuk
laku impulsif. Kontrol diri menyangkut memodifikasi suatu keadaan yang tidak
seberapa kuat seseorang memegang menyenangkan, kemampuan ini terdiri
nilai dan kepercayaan untuk dijadikan dari:
acuan ketika bertindak atau mengambil a) Kemampuan mengontrol perilaku
suatu keputusan. untuk menentukan siapa yang
mengendalikan situasi.

68
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad

b) Kemampuan mengontrol stimulus Kontrol diri sangat berpengaruh


untuk menghadapi stimulus yang terhadap kecemasan dalam menghadpi
tidak diinginkan dengan cara masa pembebasan pada narapidana.
mencegah atau menjauhi stimulus. Narapidana takut ketika dihadapkan
dalam lingkungan luar yang baru
2. Kontrol kognitif (cognitive control) setelah mereka berada dalam lapas.
yaitu kemampuan individu untuk meng- Takut akan adanya penolakan dari
olah informasi yang tidak diinginkan keluarga ataupun masyarakat. Masa
dengan cara menginterpretasikan, pembebasan adalah suatu masa
menilai, atau memadukan suatu keja- seorang narapidana kembali ke
dian dalam suatu kerangka kognitif masyarakat dengan sesungguhnya
sebagai adaptasi psikologis atau untuk karena telah selesai menjalani masa
mengurangi tekanan. Kemampuan ini pidana. Setelah selesai menjalani masa
meliputi: pidana, narapidana mengalami
a)Kemampuan mengantisipasi peris- kecemasan, terutama bagi narapidana
tiwa atau keadaan melalui berbagai yang belum menentukan masa
pertimbangan secara relatif-objektif depannya. Perasaan gelisah, terjadi
dengan didukung oleh informasi pertentangan batin antara ingin keluar
yang dimilikinya. dan takut keluar, menjadi sederet
b) Kemampuan menafsirkan peristiwa perasaan yang menghantui. Keinginan
atau keadaan dengan cara mem- keluar dan berkumpul dengan sanak
perhatikan segi-segi positif secara keluarga, mendorong narapidana untuk
subjektif. ingin segera bebas, tetapi semakin
dekat dengan masa pembebasan,
3. Kontrol dalam mengambil semakin besar rasa takut yang dialami
keputusan (decisional control) adalah narapidana hingga akibatnya merasa
kemampuan untuk memilih suatu gelisah, sulit untuk tidur, tidak enak
tindakan berdasarkan sesuatu yang makan, dan sering mengigau ketakutan
diyakini atau disetujui. Kontrol pribadi (Kartono, 1981).
dalam menentukan pilihan akan ber- Menjelang masa pembebasan,
fungsi baik dengan adanya kesem- menimbulkan kecemasan pada
patan, kebebasan atau kemungkinan narapidana sehingga perlu adanya
pada diri individu untuk memilih bebe- kontrol diri pada narapidana untuk
rapa hal yang sama memberatkan. mengatasi kecemasan. Pada aspek
kontrol diri yang dikemukakan oleh
Hubungan Kontrol Diri dengan Averill (1973), kontrol diri mampu
Kecemasan Menghadapi Masa memengaruhi individu dalam
Pembebasan mengontrol perilakunya sehingga tidak

69
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012

menimbulkan efek yang negatif. Dalam pikir yang tidak realistis menjadi pemi-
hal ini kontrol diri berkaitan dengan kiran yang positif, sehingga hipotesis
bagaimana individu mengendalikan yang diajukan dalam penelitian ini
emosi serta dorongan-dorongan dalam adalah ada hubungan negatif antara
dirinya, (Hurlock, 1997). Lazarus (1976) kontrol diri dengan kecemasan
mengatakan bahwa kontrol diri narapidana dalam menghadapi masa
menggambarkan keputusan individu pembebasan. Jika kontrol diri tinggi
melalui pertimbangan kognitif untuk maka kecemasan menghadapi masa
menyatakan perilaku yang telah pembebasan rendah, begitu juga
disusun guna meningkatkan hasil dan sebaliknya, jika kontrol diri rendah maka
tujuan tertentu seperti apa yang kecemasan menghadapi masa
dikehendaki. Hal ini berarti kontrol diri pembebasan tinggi.
mampu memahami keseluruhan
pengungkapan diri baik yang positif Metode Penelitian
maupun negatif sehingga individu
menyadari apa yang bisa membang- Subjek Penelitian
kitkan ekspresi-ekspresi positif maupun Subjek dalam penelitian ini adalah
negatif di dalam dirinya. para narapidana di Lembaga Perma-
Kontrol diri merupakan Kemam- syarakatan Wirogunan, Yogyakarta,
puan individu untuk mengendalikan yang akan bebas dengan rentang
tindakan yang ditandai dengan kemam- waktu 5 sampai 6 bulan menjelang
puan dalam merencanakan hidup. pembebasan. Subjek berjenis kelamin
Kecemasan menghadapi masa bebas laki-laki atau perempuan.
oleh narapidana merupakan emosi
yang berlebihan karena muncul rasa Metode Pengumpulan Data
takut dan rasa khawatir yang belum Metode pengumpulan data pada
pasti akan terjadi. Dalam hal ini, kontrol penelitian ini menggunakan metode
diri memengaruhi kecemasan meng- kuantitatif, yaitu menggunakan alat ukur
hadapi masa pembebasan pada nara- skala yang disusun sendiri oleh peneliti
pidana. Kontrol diri difokuskan pada berdasarkan teori kontrol diri dari Averill
menguatkan diri secara positif, meng- (1973) dan kecemasan dari Daradjat
hukum diri, memanipulasi kondisi emo- (1990). Sementara teknik pengambilan
si, memonitor diri sehingga mampu data dilakukan dengan menggunakan
mengontrol kecemasan, yang sering teknik purposive sampling yaitu dengan
memikirkan bahaya, merasa gelisah cara memberikan skala pada subjek
dan khawatir (Imam, 2007). Adanya yang memiliki karakteristik tertentu.
kontrol diri dalam mengendalikan
perilaku cemas, serta merubah pola Metode Analisis Data

70
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad

Peneliti menggunakan analisis menunjukkan korelasi antara variable


statistik untuk metode analisis data, kontrol diri dan kecemasan mengha-
yaitu uji korelasi product momen dari dapi masa pembebasan adalah r = “
Pearson. Teknik Kolerasi ini digunakan 0,451 dengan p = 0,007 (p > 0,01). Hal
untuk mengetahui ada tidaknya ini berarti bahwa ada hubungan negatif
hubungan antara kontrol diri dengan yang signifikan antara kontrol diri dan
kecemasan menghadapi masa pembe- kecemasan menghadapi masa
basan narapidana di lembaga pema- pembebasan pada narapidana
syarakatan. Sementara pengolahan sehingga hipotesis yang di ajukan
data dilakukan dengan mengunakan adalah diterima.
program SPSS 16 for Windows.
Pembahasan
Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini dimaksudkan untuk
mencari hubungan antara kontrol diri
Uji Normalitas dan kecemasan menghadapi masa
Uji normalitas menggunakan teknik pembebasan narapidana di lembaga
One-Sample Kolmogorov-Smirnovdari pemasyarakatan Wirogunan, Yogya-
menunjukkan K-SZ sebesar 0,722 karta. Berdasarkan analisis statistik
dengan nilai p = 0,674 (p > 0,05) untuk yang telah dilakukan menggunakan
kecemasan dan K-SZ sebesar 1,053 teknik korelasi Product Moment dari
dengan nilai p = 0,218 (p > 0,05) untuk Pearson menunjukkan bahwa koefi-
kontrol diri. Hasil uji normalitas ini sien korelasi antara variabel kontrol diri
menunjukkan bahwa sebaran data dan kecemasan menghadapi masa
terdistribusikan dengan normal. pembebasan adalah sebesar -0,451
dengan p = 0,007 (p > 0,01). Hasil
Uji Linieritas statistik ini berarti bahwa hipotesis yang
Uji Linieritas menggunakan teknik diajukan peneliti terbukti karena nilai p
Compare Means menunjukkan F < dari 0,05. Dengan kata lain, kontrol
linierity = 10,525 dan p = 0,05. Hasil diri memiliki korelasi secara negatif
menunjukkan bahwa hubungan antara dengan kecemasan menghadapi masa
variable kontrol dan kecemasan meng- pembebasan.
hadapai masa pembebasan adalah lin- Hasil uji statistik di atas dapat dika-
ear dengan p < 0,05, sehingga dapat takan bahwa kontrol diri memengaruhi
dikatakan data linear. seorang narapidana dalam mengatasi
tingginya kecemasan. Tingginya kece-
Uji Hipotesis masan dalam menghadapi masa pem-
Uji hipotesis menggunakan analisis bebasan sesuai dengan penelitian
statistik Product Moment dari Pearson Triastuti (2009) bahwa memang ada

71
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012

kecemasan saat narapidana dihadap- yang di luar kesadaran dan tidak jelas,
kan pada masa pembebasan. Adanya seperti takut tanpa mengetahui sebab-
kecemasan yang terjadi pada nara- nya dan tidak bisa menghindari pera-
pidana dipengaruhi oleh kontrol diri pada saan yang tidak menyenangkan tersebut.
diri narpidana tersebut. Jika kontrol diri Kecemasan muncul karena beberapa
pada narapidana rendah, maka menim- situasi yang mengancam diri manusia
bulkan rasa cemas pada narapidana sebagai makhluk sosial. Timbulnya
yang akan menjalani masa pembe- kecemasan pada narapidana yang
basan. akan menghadapi masa pembebasan
Kontrol diri berkaitan dengan ke- adalah karena merasakan adanya
mampuan individu mengendalikan situasi yang megancam.
emosi serta dorongan-dorongan di Penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam diri (Hurlock, 1997). Kontrol diri kontrol diri memengaruhi tingkat
juga merupakan perasaan seseorang kecemasan seseorang. Dapat dilihat
yang dapat membuat keputusan dan dari aspek kecemasan bahwa ada
mengambil tindakan yang efektif untuk reaksi kognitif (perasaan tegang,
menghasilkan akibat yang diinginkan gelisah, perasaan takut), reaksi
dan menghindari akibat yang tidak somatik (tidak bisa tidur, dan detak
diinginkan. Kontrol diri merupakan jantung meningkat, sering kebelakang),
suatu kecakapan individu dalam kepe- reaksi emosi (mudah marah dan akan
kaan membaca situasi diri dan ling- terjadi sesuatu hal yang berbahaya dan
kungannya serta kemampuan untuk juga pemikiran yang selalu takut terjadi
mengontrol dan mengelola faktor-faktor hal-hal yang buruk) dan pada rekasi
perilaku sesuai dengan situasi dan perilaku yang ditunjukkan dnegan
kondisi untuk menampilkan diri dalam perilaku menyendiri dan tidak ingin
melakukan sosialisasi pada lingkungan diganggu. Berdasarkan Aspek-aspek
maupun pada diri sendiri. kontrol diri yang dikemukakan Averill
Kartono (1981) menjelaskan bahwa (1973), kecemasan dipengaruhi oleh
masa pembebasan adalah suatu masa adanya kontrol diri, salah satunya pada
seorang narapidana kembali ke masya- aspek kemampuan kontrol kognisi, di
rakat dengan sesungguhnya karena mana individu mampu mengalihkan
telah selesai menjalani masa pidana. pemikiran dengan berfikir yang realistis,
Setelah selesai menjalani masa pida- berfikir positif, serta kemampuan kontrol
na, narapidana mengalami kecemasan, keputusan yaitu memutuskan sesuatu
terutama bagi narapidana yang belum tindakan yang diyakini baik dan tidak
menentukan masa depannya. Sedang- merugikan orang lain.
kan Daradjat (1990) menyatakan Menurut Hurlock (1997) secara
bahwa kecemasan juga memiliki segi garis besar faktor yang memengaruhi

72
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan..., Laila, Fuad

kontrol diri terdiri dari faktor eksternal dalam menghadapi kecemasan


dan internal. Faktor eksternal salah diperlukan cara untuk meminimalisasi
satunya terdapat dalam keluarga perasaaan, bagaimana individu
terutama orangtua. Orang tua akan berupaya mengatasi masalah atau
menentukan bagaimana kemampuan menangani emosi yang muncul yang
mengontrol diri seseorang. Pola asuh umumnya bersifat negatif. Adanya
orangtua dalam menerapkan sikap kontrol diri dalam mengendalikan
disiplin sejak dini secara intens kepada perilaku cemas, serta merubah pola
anak akan diinternalisasi oleh anak dan pikir yang tidak realistis tersebut
akan menjadi kontrol diri bagi anak di menjadi pemikiran yang positif,
masa mendatang. Orangtua dalam hal sehingga ada hubungan antara kontrol
ini menempati posisi penting dan sangat diri dan kecemasan menghadapi masa
menentukan pembentukan kepribadian pembebasan.
anak. Baik buruknya anak ditentukan Pada penelitian ini masih ada
oleh cara atau perilaku orangtua. beberapa kelemahan, seperti penelitian
Sementara, faktor internal yang ikut hanya dilakukan pada satu tempat saja
turut andil dalam kemampuan meng- dengan subjek yang terbatas, sehingga
ontrol diri adalah usia. Semakin belum mewakili sepenuhnya bahwa
bertambah usia seseorang maka kontrol diri dapat memengaruhi
semakin baik kemampuan kontrol diri kecemasan dalam menghadapi masa
anak. pembebasan pada narapidana.
Kecemasan sering kali terjadi ketika
seseorang dihadapkan dalam situasi Simpulan dan Saran
yang tidak semestinya. Kecemasan
bisa terjadi kerena faktor sosial, faktor Simpulan
perilaku bahkan faktor kognitifnya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat
Dalam penelitian ini, kecemasan disimpulkan bahwa ada hubungan
menghadapi masa pembebasan negatif yang signifikan antara kontrol diri
narapidana terjadi karena adanya faktor dan kecemasan menghadapi masa
sosial lingkungan dan faktor kognitif pembebasan pada narapidana.
emosional. Faktor sosial, karena Semakin tinggi kontrol diri, semakin
narapidana takut setelah bebas tidak rendah kecemasan menghadapi masa
mendapatkan dukungan dari keluarga pembebasan, begitu juga sebaliknya
dan juga lingkungannya, sehingga semakin rendah kontrol diri maka
mengakibatkan ketakutan yang semakin tinggi kecemasan yang
berlebihan terhadap suatu kondisi yang dialami narapidana. Dengan demikian,
belum pasti terjadi. hipotesis yang diajukan oleh peneliti
Menurut Greenbreg (Triastuti, 2009) dapat diterima.

73
KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012

Saran tas Tarumanegara, 1, 31-39.


Daradjat, Z. 1990. Kesehatan Mental.
Bagi subjek penelitian (narapidana):
Jakarta: Gunung Agung.
diharapkan lebih percaya diri di tengah-
Hurlock, EB. 1997. Psikologi
tengah masyarakat dengan cara
Perkembangan: Suatu Pendekatan
kontrol diri yang baik untuk mengatasi
Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih
kecemasan saat menjelang masa
Bahasa Istiwidayanti. Jakarta:
pembebasan. Sementara saran bagi
Penerbit Erlangga.
pihak lapas, hendaknya dapat mem-
Harsono, C.I. 1995. Sistem Baru
berikan bimbingan dan pelatihan yang
Pembinaan Narapidana. Jakarta:
bermanfaat bagi narapidana agar
Djambatan.
nantinya setelah keluar dari lapas
Kartono, K. 1995. Patologi Sosial Jilid
mereka bisa diterima kembali oleh
1. Jakarta: PT. Raja Grafindo
masyarakat dan menjadi manusia-
Persada.
manusia yang berguna bagi masya-
Kartono, K. 1981. Gangguan-gangguan
rakat.
Psikis. Bandung. Sinar Baru.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
Lazarus, R.S. 1976. Pattern of Adjust-
mampu untuk lebih mengembangkan
ment. Tokyo: Mc Graw-Hill
variabel penelitian sejenis, baik dari segi
Kogakhusu Inc.
tema dan teori yang digunakan. Teori
Jannah, M & Rahayu, S, 2007. Perilaku
hendaknya yang terbaru dan aspek
Penunda Kepuasan Ditinjau dari
yang digunakan hendaknya lebih
Kontrol Diri dan Inteligensi Pada
relevan agar penelitian selanjutnya
Anak Usia Sekolah. Jurnal
menjadi lebih baik dan lebih berkualitas.
Pendidikan Dasar, 18 (1), 8-14.
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene,
Daftar Pustaka
B. 2005. Psikologi Abnormal Edisi
Averill. J.R.. 1973. Personal Control
Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Over Aversive Stimuli and Its Rela-
Rosenhan, D. L & Seligman, E.P. 1989.
tionship to Stress. Psychological
Abnormal Psychology, 2th Edition.
Bulletin, 80 (4), 286-303.
New York: W.W. Norton & Company
Chaplin, J. P. 2001. Kamus Lengkap
Inc.
Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.
Ulyani, F . 2003 Hubungan Antara
Triastuti, D., Sutikno, N., & Risnawaty,
Menghadapi Masa Pembebasan
W. 2009. Gambaran Kecemasan
dan Lamanya Masa Pidana dengan
dan Strategi Penanganan Anak Didik
Kepercayaan Diri Narapidana.
Kasus Pembunuhan: Studi Kasus
Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Andik yang Telah Memasuki Masa
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Uni-
Asimilasi di Lapas Anak Pria
versitas Islam Indonesia
Tangerang. Jurnal Arkhe Universi-
74

Вам также может понравиться