Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
id
Oleh
Prapto Darsono1)
ABSTRACT
Tidak banyak taksonom yang bekerja tanah" yang membantu menyuburkan substrat
dengan teripang. Namun demikian teripang di sekitarnya dengan sifatnya yang "mengaduk"
tetap menarik perhatian beberapa naturalist. dasar perairan. Teripang mencerna sejumlah
Koleksi teripang telah dilakukan di berbagai besar sedimen, yang memungkinkan terjadinya
lokasi di dunia, dalam berbagai kesempatan oksigenisasi lapisan atas sedimen. Proses ini
ekspedisi kelautan. Beberapa ekspedisi mencegah terjadinya penumpukan busukan
kelautan, khususnya yang mengambil lokasi benda organik dan sangat mungkin membantu
di Indonesia, diantaranya yaitu Ekspedisi mengontrol populasi hama dan organisme
Siboga (1899-1900), Ekspedisi Snellius I patogen termasuk bakteri tertentu. Kelangkaan
(1929-1930), beberapa kali Ekspedisi teripang bisa mengakibatkan terjadinya
Rhumpius di sekitar daerah Maluku (sejak pengerasan dasar laut, dan berakibat ketidak
1972), Ekspedisi Corendon (1980), dan cocokan habitat bagi bentos lain dan organisma
Ekspedisi Snellius II (1985-1986). SLUITER meliang (infaunal organism).
(1901) melaporkan hasil identifikasi koleksi Teripang adalah hewan bentik yang
teripang dari Ekspedisi Siboga. Laporan atau lambat geraknya, hidup pada dasar dengan
publikasi tentang hasil koleksi teripang di substrat pasir, lumpur maupun dalam lingkungan
perairan Indonesia pada tahun-tahun akhir ini terumbu. Dalam struktur trofik (trophic levels),
disampaikan oleh MASSIN (1987, 1996, teripang berperan sebagai pemakan deposit
1999) dan JANGOUX et al. (1989). Tidak (deposit feeder) dan pemakan suspensi
kurang sebanyak 188 jenis teripang telah (suspensi feeder). Dalam lingkar pangan (food
diidentifikasi dari hasil berbagai ekspedisi di web) dari ekosistem setempat, teripang adalah
Indonesia tersebut Diantaranya terdapat jenis- penyumbang pangan dalam bentuk telur-telur,
jenis yang belum pernah ditemukan larva dan juwana teripang, bagi biota laut
sebelumnya maupun ditemukan jenis-jenis pemangsa di sekitarnya.
baru yang didiskripsikan oleh MASSIN Teripang ditemukan pada habitat yang
(1987, 1996 dan 1999) (Tabel 2). Sementara selalu berada di bawah garis surut terendah.
itu jenis-jenis baru selalu mungkin Topografi dan tingkat kekeringan dari rataan
ditemukan, seperti jenis Thelenota terumbu pada lokasi setempat sangat
rubralineata (MASSIN & LANE, 1991). berpengaruh terhadap distribusi teripang yang
Kekayaan jenis teripang, khususnya di ada pada lokasi tersebut. Habitat dengan dasar
perairan dangkal tropika, tersusun secara pasir karang yang ditumbuhi lamun (seagrass)
sistimatis dalam bentuk monograph oleh merupakan tempat hidup teripang. Beberapa
CLARK & ROWE (1971). Gambaran tentang jenis teripang, ada yang hidup di daerah dengan
jenis teripang di perairan dangkal juga habitat yang berbongkah karang (boulders), dan
disampaikan oleh ROWE & DOTY (1977) hasil di sekitar kelompok karang hidup.
koleksi dari Guam. Menurut ROWE (1969) Beberapa jenis teripang merupakan
marga Holothuria sendiri paling sedikit terdiri bahan makanan tradisional di beberapa negara
dari 114 jenis. Asia, khususnya Cina. Teripang olahan kering
dalam perdagangan dikenal sebagai Beche-de-
mer atau trepang atau hai-sum (CONAND &
KEBERADAAN TERIPANG
SLOAN, 1989). Teripang disukai karena
Keberadaan teripang merupakan mengandung zat-zat obat (medicinal
kekayaan diversitas alami yang tidak terlepas properties), makanan ini berkhasiat
dalam fungsi ekologi di habitatnya. penyembuhan (curative), dan mempunyai daya
Kehadirannya dianalogikan sebagai "cacing
CONAND, C. 1990. The fishery resources of MASSIN, C. 1987. Holothuries nouvelles et peu
Pacific Island countries. Part 2. connues recoltees en Indonesie au
Holothurians. FAO Fishery Technical cours de la Snellius-II Expedition.
paper 272.2 : 7-10, 27-41, 95-100. Bull. De L’Institut Royal Des Sciences
Naturelles de Belgique, Biologie, 57
CONAND, C. and N. SLOAN 1989. World : 97-121.
fisheries for echinoderms. In : Marine
Invertebrate Fisheries (J. CADDY, MASSIN, C. 1996. Results of the Rumphius
ed.). Wiley & Sons, New York : Biohistorical Expedition to Ambon
647-663. (1990). Part 4. The Holothurioidea
(Echinodermata) collected at Ambon
CONAND, C. and A. TUWO 1996. during the Rumphius Biohistorical
Commercial holothurians in South Expedition. Zoologische Verhandelingen
Sulawesi, Indonesia : fisheries and 307:1-53.
mariculture. Beche-de-mer, Inform.
Bull. 8: 17-21. MASSIN, C. 1999. Reef-dwelling Holothuroidea
(Echinodermata) of the Spermonde
DARSONO, P. 1995. Sumberdaya teripang Archipelago (South-West Sulawesi,
komersil di Indonesia. Prosid. Sem. Indonesia). Zoologische Verhandelingen
Kelautan Nas. (B.M. GANIE, B. 329 : 1 - 144.
HERUNADI, A. ALKITRI, A.
SUDARYANTO dan N. HENDIARTI, MASSIN, C. and D.J.W. LANE 1991.
eds.), Badan Pengkajian dan Description of a New Species of
Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta. Sea Cucumber (Stichopodidae,
Bab. II.7 : 1-10. Holothuroidea, Echinodermata) from
the Eastern Indo-Malayan Archipelago
DARSONO, P. 1993. Kandungan substansi : Thelenota rubralineata n. sp.
bioaktif pada teripang. Oseana XVIII Micronesica 24 (1) : 57-64.
(3) : 87-94.
PRESTON, G.L. 1993. Beche-de-mer. In :
JAMES, D.B. 1989. Beche-de-mer : Its Nearshore Marine Resources of the
Resources, Fisheries and Industry. South Pacific : Information for
Marine Fisheries Information Service, Fisheries Development and
Indian Council of Agricultural Management (A. WRIGHT and L.
Research, special issue No. 92 : 30 pp. HILL, eds.). Forum Fisheries Agency,
Honiara, Solomon Islands : 371-407.
JANGOUX, M.; Chantal de RIDDER; C.
MASSIN and P. DARSONO 1989. ROWE, F.W.E. 1969. A review of the family
The Holothuroids, Echinoids and Holothuriidae (Holothuroidea,
Asteroids (Echinodermata) collected Aspidochirotida). Bull. Br. Mus. Nat.
by the Snellius-II Expedition. Hist. (Zool.) 18(4): 119-170.
Netherlands Journal of Sea Research
23 (2) : 161-170.
ROWE, F.W.E. and J.E. DOTY 1977. The SLUITER, C.R 1901. Die Holothurien der
Shallow-Water Holothurians of Guam. Siboga Expedition. Siboga Exped. 44:
Micronesica 13 (2) : 217-250. 1-142.
10