Вы находитесь на странице: 1из 15

DOI: 10.24014/jush.v25i1.

2560

INTEGRASI AGAMA DAN SAINS DALAM TAFSIR ILMI


KEMENTERIAN AGAMA RI

Faizin
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Indonesia
faiz_lathif@yahoo.co.id

Abstract
The application of religious and scientific integration in the Tafsir Ilmi of Ministry of Religious
Affairs was critically analyzed in this paper. The paradigm of religious and scientific integration
was used in order to expose the building framework of the integration. Three forms of the
integration paradigm were highlighted, namely: [1] scientific interpretation as one of the
patterns of integration of religion and science, [2] theology as the basis of the integration,
and [3] Tafsir Ilmi as an effort to present ethical values. The result of the study showed that
Tafsir Ilmi was the one which was deductive-confirmatively implemented in the integration
of religion and science. The pattern of religious and scientific integration had included
theology as its basis in the Tafsir Ilmi, in which the theological side became central fusion
of the Qur’anic text and the universe through the reading of tafsir and science. Metaphysical
side was presented in order to bring the majesty of Allah SWT. The values ​​of monotheism,
science, and caliphs had an integral relationship and became instruments for the birth of
the ethical values. Theological aspects and ethics looked thickly decorated in the pages of
the Ilmi interpretation.

Keywords: Integration, Religion, Science, Tafsir Ilmi, Theology, and Ethics.

Abstrak
Tulisan ini merupakan analisis kritis penerapan integrasi agama dan sains dalam Tafsir Ilmi
Kementerian Agama RI. Paradigma integrasi agama dan sains digunakan untuk menyingkap
bangunan integrasi dalam karya tersebut. Ada tiga bentuk paradigma integrasi yang disorot
dalam tulisan ini, yakni: [1] tafsir ilmiah sebagai salah satu pola integrasi agama dan
sains, [2] teologi sebagai basis integrasi, dan [3] Tafsir Ilmi sebagai upaya menghadirkan
nilai-nilai etika. Hasil studi menunjukkan bahwa Tafsir Ilmi salah satu bentuk implementasi
integrasi agama dan sains yang bersifat deduktif-konfirmatif. Pola integrasi agama dan sains
dalam Tafsir Ilmi menjadikan teologi sebagai basisnya, di mana sisi teologis menjadi sentral
perpaduan antara teks al-Qur’an dan alam semesta melalui pembacaan tafsir dan sains. Sisi
metafisika dihadirkan dalam rangka menghadirkan keagungan Allah SWT. Nilai-nilai tauhid,
ilmu pengetahuan, dan khalifah memiliki hubungan secara integral dan menjadi instrumen
bagi lahirnya nilai-nilai etika. Aspek teologi dan etika terlihat kental menghiasi halaman demi
halaman Tafsir Ilmi.

Kata kunci: Integrasi, Agama, Sains, Tafsir Ilmi, Teologi, dan Etika.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 19


Pendahuluan term “Islam and science” dengan menggunakan
Seyyed Hossein Nasr 1 mendeskripsikan mesin pencari yahoo.com.5 Artinya dalam 16
kejayaan umat Islam dalam bidang sains di masa tahun terakhir, publikasi kategori Islam dan sains
silam melalui karya ilmuwan muslim, seperti Abu secara online telah mengalami perkembangan
Nasr al-Farabi (w 950 M), Abu Alī al-Husain Ibn yang sangat pesat.
Sīnā (w 1037 M), Alī al-Hasan Ibn al-Hasan Ibn Salah satu buah karya nyata perkembangan
Haytham (w 1039 M), dan lain-lain, seolah-olah tersebut di Indonesia adalah Tafsir Ilmi
ia ingin merefleksikan bahwa umat Islam hari ini Kementerian Agama RI (selanjutnya disingkat
harus mengulang sejarah kejayaan silam melalui dengan Tafsir Ilmi). Hal ini sekaligus menjadi
kemandirian sains. salah satu bukti bahwa problem dikotomi ilmu
Alternatif lain selain kemandirian sains adalah yang sempat dikhawatirkan oleh para ilmuwan
upaya melakukan integrasi keilmuan. Hal ini abad ke-21 tidak lagi merupakan perdebatan
sangat memungkinkan, mengingat perkembangan yang serius, baik dalam tatanan konsep,
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dijadikan teori, paradigma, landasan filosofis, maupun
pendekatan dalam mengeksplorasi ayat-ayat penerapannya dalam dunia pendidikan. Tulisan
kauniyah yang jumlahnya mencapai 750-1000. ini ingin melihat secara kritis pola penerapan
Jumlah ini cukup banyak bila dibandingkan integrasi agama dan sains dalam Tafsir Ilmi
dengan ayat-ayat hukum yang hanya mencapai melalui konten analisis. Dengan menggunakan
250 ayat.2 Wacana integrasi agama dan sains paradigma integrasi agama dan sains sebagai
sudah menunjukkan gejala pergeseran yang objek formal, penelitian ini diharapkan mampu
signifikan, dari wilayah paradigma menuju tatanan menyingkap bangunan pola integrasi dalam Tafsir
aplikatif. Hal ini terlihat dari berbagai karya Ilmi yang dalam hal ini dijadikan sebagai objek
buah hasil paradigma integrasi tersebut. Basit material.6
Kareem Iqbal dan Elma Halder pada tahun 2000
menemukan 1.873.454 term “Islam and science”3 Kerangka Teoretis: Diskursus Paradigma
dalam media online dengan menggunakan search Integrasi Agama dan Sains
engine Altavista.com (sekarang yahoo.com).4 Wacana integrasi agama dan sains telah
Sebagai perbandingan, pada 28 Desember 2016, melahirkan arus diskursus yang begitu deras, baik
16:20 WIB penulis menemukan 402.000.000 dari tradisi Barat maupun Timur, tidak terkecuali
di Indonesia. Di Barat, Ian G. Barbour, dinilai
1
Seyyed Hossein Nasr, Science and Civilization in Islam (New memiliki andil besar dalam persoalan ini. Ia
York: New American Library,1970).
2
Keterangan ini diperoleh dari Zaghlul al-Najjār yang dikutip dianggap sebagai peletak dasar wacana integrasi
dari Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Hewan dalam sains dan agama. Melalui buku “When Science
Perspektif al-Qur’an dan Sains (Jakarta: LPMA, 2012), xxiv.
3
Penelitian ini berlanjut dengan mengambil sampel 132 situs Meets Religion, ia kemudian menempatkan
secara random. Dari 132 situs diperoleh enam kategori penyajian integrasi sebagai solusi yang ideal bagi perjumpaan
Islam dan sains: [1] 31% terkait konsep sains dalam al-Qur’an,
[2] 18% tentang sejarah sains dalam Islam, [3] 5% review buku, sains dan agama.7 Ia berpandangan bahwa desain
[4] 7% institusi sains dan pusat kajian, [5] 29% penjualan buku
terkait Islam dan sains, dan [6] 10 mesin pencari atau situs yang
ditujukan untuk link Islam and Science. Basit Kareem Iqbal dan 5
https://search.yahoo.com diakses 28 Des 2016 dengan
Elma Halder ,“Islam and Science Online”, Islamic Studies 39, menggunakan kata kunci “Islam and Science”.
no. 4 (2000), http://www.jstor.org/stable/23076120, diakses 28 6
Kaelan, Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner
Desember 2016. (Yogyakarta: Paradigma, 2010), 40-48.
4
AltaVista merupakan mesin pencari internet yang diperkenalkan 7
Ian G. Barbour membagi pola hubungan sains dan agama
tanggal 15 Desember 1995. Pada Februari 2003, AltaVista dibeli menjadi empat, yakni: konflik, independen, dialogis, dan
oleh Overture Services. Pada Juli 2003, Overture sendiri diambil integrasi: [1] Konflik: agama dan sains adalah dua hal yang
alih oleh Yahoo. Lihat: http://www.putramelayu.web.id/2015/02/ berbeda dan bahkan bisa bertentangan. Agama dan sains adalah
mengenang-altavista-mesin-pencari-yang.html diakses 28 Des entitas yang berbeda yang tidak bisa dipertemukan, baik secara
2016. ontologis, epistemologis, atau bahkan secara aksiologis. [2]

20 Faizin: Integrasi Agama dan Sains dalam Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI
alam menjadi bukti keberadaan Tuhan yang Ken Wilber10 memetakan lima sikap terkait
diperoleh dari kesadaran ilmu pengetahuan. integrasi agama dan sains yang selama ini
Dalam kata lain, teologi memang berada di luar berkembang, yakni: [1] sains menyangkal
sains, tetapi teori ilmiah dapat mempengaruhi validitas agama, [2] agama menyangkal validitas
formulasi doktrin-doktrin tertentu. Dalam sintesis sains, [3] sains salah satu model valid dalam
sistematis, sains dan agama berkontribusi pada pengetahuan sehingga dapat berdamai dengan
pengembangan metafisika inklusif. 8 Ian G. pengetahuan spiritual, [4] sains memiliki argumen
Barbour meyakini bahwa integrasi yang lebih tersendiri tentang eksistensi roh, dan [5] sains
sistematis dapat terjadi jika ilmu pengetahuan bukan pengetahuan tentang dunia, tetapi lebih
dan agama yang berkontribusi dalam metafisika pada interpretasi terhadap dunia, oleh sebab itu
komprehensif. Metafisika menurutnya adalah validitas sains sama dengan validitas seni dan
pencarian untuk satu set konsep umum dalam puisi. Melihat lima persoalan di atas Wilber
hal mana aspek-aspek yang berbeda dari realitas kemudian menawarkan solusi bagaimana
dapat ditafsirkan. Dalam artian bahwa konsep semestinya sains dan agama dapat berkolaborasi
metafisika sesungguhnya menjadi landasan dan berintegrasi secara sinergis. Ia mengajukan
bagi bangunan integrasi sains dan agama yang teori three strands of valid knowing 11 yang
dapat menjembatani terhubungnya pengetahuan berfungsi memverifikasi seluruh pengetahuan.
transenden dan imanen. Teori ini merupakan jalan bagi ilmu pengetahuan
Arthur Peacock 9 seorang teolog Kristen untuk memperoleh pengetahuan yang valid: [1]
kontemporer melihat bahwa pertemuan agama dan Practical injunction or exemplar atau tindakan
sains bagaikan pembangunan sebuah jembatan. langsung verifikasi melalui contoh, paradigma,
Setelah jembatan selesai memungkinkan bagi eksperimen, dan aturan praktis. [2] Direct
kedua belah pihak untuk saling berinteraksi, apprehension, illumination, or experience
sejalan dan sekata, bahkan secara maksimal (pendekatan/penelitian langsung, iluminasi,
keduanya dapat menyatu dalam format integrasi. atau pengalaman), yaitu dengan melakukan
Arthur menginginkan adanya kehadiran penelitian langsung untuk memperoleh sejumlah
wujud Tuhan dalam segala aspek kehidupan, data hipotetik dari pengalaman fisik (physical
tidak terkecuali dalam sains. Dialog antara data) dan pengalaman mental (mental data),
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan dan [3] Communal checking either rejection or
Tuhan merupakan proses rasional, konsisten, confirmation, yakni proses pemeriksaan atas hasil
dan kreatif dalam melahirkan kebaruan, (data dan bukti), baik untuk tujuan penolakan hasil
keragaman, dan kompleksitas. Ini kemudian atau persetujuan/penguatan. Proses ini disebut
memperlihatkan eksistensi Tuhan dalam sifat- juga dengan istilah falsifikasi. Pengetahuan yang
sifat ciptaan-Nya. ia maksud tidak saja pengetahuan empiris, namun
juga dimensi mental dan spiritual. Pada dimensi
mental dan spiritual tentu akan berbenturan
Independen: Sains dan agama punya wilayah kerja berbeda, dengan persoalan bukti yang menjadi syarat utama
metode yang berbeda, dan kebenarannya berbeda pula, sehingga
tidak perlu ada hubungan atau konflik antara keduanya. [3]
Dialog: Model ini bermaksud mencari persamaan atau perbedaan
secara metodis dan konseptual antara agama dan sains. [4] 10
Ken Wilber, The Marriage of Sense and Soul: Integrating
Integrasi: Model ini berusaha mencari titik temu pada masalah- Science and Religion (New York: Random House, 1998), 100-
masalah yang dianggap bertentangan antara keduanya. Lihat: Ian 106.
G. Barbour, When Science Meets Religion (New York: Harper 11
Ibid., 14; lihat juga: Efron Lumban Gaol. ”Integrasi Sains dan
Collins Francisco, 1998), 7-26. Agama: Sebuah Tawaran dari Ken Wilber untuk Zaman Ini”,
8
Ibid., 19-20. MELINTAS 28, no. 3 (2012), http://journal.unpar.ac.id/index.
9
Arthur Peacock, Paths From Science Towards God (New York: php/melintas/article/viewFile/274/259, diakses 21 Desember
One world Publications, 2001), 18-19. 2016,

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 21


bagi ilmu pengetahuan. Solusi yang tepat untuk teknologi, di sisi lain keberadaan pengetahuan
persoalan ini adalah mengambil jalan tengah, di Barat dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan
mana kedua belah pihak harus membuka diri: materi, kultural, dan spiritual masyarakat muslim.
sains harus membuat citra diri secara akurat di Untuk persoalan kedua Sardar menawarkan
satu sisi dan agama harus menerima citra diri epistemologi Islam yang berangkat dari prinsip-
secara otentik di sisi lain. prinsip tauhid, di mana tauhid menjadi poros bagi
Ilmuwan muslim yang dipandang banyak semua cabang ilmu pengetahuan, termasuk sains.
menyita waktu dalam kajian hubungan agama Selain tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, di
dan sains, atau populer dengan integrasi sains Indonesia terdapat beberapa tokoh yang aktif dan
dan Islam di antaranya adalah Seyyed Hossein produktif menyuarakan wacana integrasi sains
Nasr, M. Naquib al-Attas, Ismail Raji’ Faruqi, dan Islam, di antaranya: Kuntowijoyo15 Mulyadhi
Ziauddin Sardar. Selain tokoh di atas juga dikenal Kartanegara,16 M. Amin Abdullah,17 dan beberapa
Mehdi Ghalsani, yang melihat perjumpaan sains tokoh lain. 18 Kuntowijoyo menitikberatkan
dan Islam melalui key word al-Qur’an. Semua bahasan integrasi ilmu pada apa yang ia sebut
bergerak terutama pada wilayah epistemologi sebagai “pengilmuan Islam”, yakni upaya
keilmuan sains dalam Islam, di samping aspek integrasi rasionalitas pengetahuan manusia
metafisika.12 dengan wahyu Tuhan19 dan usaha objektivikasi
Seyyed Muhammad Naquib al-Attas, ilmu sebagai interpretasi nilai-nilai Islam untuk
sebagaimana dijelaskan oleh Suwendi, 13 diinternalisasikan ke dalam kategori-kategori
menawarkan proyek Islamisasi ilmu sebagai upaya objektif yang relevan.
filosofis untuk memisahkan ilmu dari tendensi Teori integratif holistik yang digagas oleh
magis, mitos, dan budaya sekuler. Langkah Mulyadhi Kartanegara menarik juga diungkapkan
Islamisasi Ilmu oleh al-Attas dibagi menjadi dalam bahasan ini. Ide ini lahir dilatarbelakangi
dua tahapan yakni: [1] the dewesternization oleh kebutuhan pengembangan keilmuan di
of knowledge: pemisahan elemen-elemen Indonesia, khususnya di Perguruan Tinggi
dan konsep-konsep kunci yang membentuk Agama Islam dan berangkat dari kegelisahan
kebudayaan dan peradaban Barat dari setiap akademiknya menyangkut problem dikotomi
cabang ilmu pengetahuan. [2] the Islamization antara ilmu umum dan ilmu agama.20 Basis
of knowledge: pemasukan elemen-elemen Islam integrasi holistik berangkat dari ajaran wahdat
dan konsep-konsep kunci ke setiap cabang ilmu
pengetahuan yang relevan. 15
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: Epistemology, Metodologi
Tidak jauh berbeda dengan dua tokoh dan Etika (Bandung: Teraju, Mizan Media Utama 2004).
sebelumnya, Ziauddin Sardar berangkat dari
16
Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi
Holistik (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).
kegelisahannya tentang keterbelakangan negara- 17
M. Amin Abdullah. Islamic Studies di Perguruan Tinggi:
negara muslim yang pernah ia kunjungi dalam Pendekatan Integratif-Interkoneksi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006).
tahun 1970-1980. 14 Satu sisi negara muslim 18
Tokoh tersebut di antaranya adalah: Imaduddin Abdurrahim,
tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan dan Mochtar Naim, Jalaluddin Rahmat, Azyumardi Azra, dan
Armahedi Mazhar. Lihat: Saifuddin Zuhri, “Integrasi Biologi
dan Agama dalam Perspektif Islam” (Disertasi: Sekolah
12
Zainal Abidin Bagir, dkk (ed.), Integrasi Ilmu dan Agama: Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), 16.
Interpretasi dan Aksi (Bandung: Mizan, 2005), 24. 19
Kusmana berkesimpulan bahwa Kuntowijoyo memiliki
13
Suwendi, ”Islamisasi Ilmu: Studi atas Konsep dan Praktek kecenderungan konstruksi ilmu pengetahuan dengan inspirasi
Pendidikan Syed Muhammad Nuqaib al-Attas” (Disertasi: input Qurani, yang ia sebut sebagai paradigma al-Qur’an,
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008). lihat: Kusmana. “Paradigma al-Qur’an: Model Analisis Tafsir
14
Ehsan Masood dalam pengantar buku Ziauddin Sardar dan Maqashidi dalam Pemikiran Kuntowijoyo”, Afkaruna 11, no. 2
Ehsan Masood, How Do You Know: Reading Ziauddin Sardar (2015): 220-239. http://journal.umy.ac.id/index.php/afkaruna/
on Islam, Science and Cultural Relations (London: Pluto Press, article/viewFile/2210/2147, diakses 25 Desember 2016.
2006), 1. 20Mulyadhi Kartanegara, 19-30.

22 Faizin: Integrasi Agama dan Sains dalam Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI
al-wujūd yang memandang bahwa wujud-wujud humanis. Sementara integratif merupakan
yang mengilhami hirarki wujud itu merupakan implementasi epistemologi keilmuan Islam,
suatu yang integral yang tidak bisa dipisahkan yakni: epistemologi bayāniy, burhaniy, dan
satu sama lain. Oleh karena itu, secara holistik ‘irfani yang dapat bekerja secara metodis pada
semua objek mempunyai status ontologis yang wilayah ilmu-ilmu agama (Islamic studies/‘ulūm
sama, baik objek fisik maupun metafisik.21 al-dīn) dan ilmu-ilmu umum (ilmu sosial, ilmu
Selain landasan integrasi ilmu, objek dan alam, dan humaniora). Konsep ini kemudian
sumber ilmu, Mulyadhi juga menawarkan dituangkan dalam jaring laba-laba keilmuan.23 M.
integrasi bidang-bidang ilmu (metafisika, fisika, Amin Abdullah pada intinya ingin menunjukkan
dan matematika) metode dan penjelasan ilmiah, bahwa ilmu agama dapat saling menyapa
pengalaman manusia, serta integrasi ilmu-ilmu dengan ilmu umum lainnya, bersinergi dalam
praktis dan teoretis. Semua ini oleh Mulyadhi memberikan manfaat bagi bangunan peradaban
merupakan level kerja epistemologi yang dapat Islam kontemporer.
diklasifikasikan menjadi dua, yakni pembagian Dari diskusi panjang tentang paradigma
ilmu dan metodologi ilmiah. Pada kedua level integrasi keilmuan yang dikembangkan oleh
ini, meskipun secara epistemologi memiliki para ilmuwan di atas, baik dari tradisi Barat
perbedaan, namun secara substansi ilmu-ilmu maupun Timur, termasuk tradisi keilmuan di
itu sama, sehingga proses integrasi dapat secara Indonesia, pada intinya ingin menempatkan sikap
leluasa berinteraksi dan bekerjasama. keterbukaan ilmu dan dialog sebagai sesuatu yang
M. Amin Abdullah mewakili tokoh Islam tidak terpisah antara agama dan ilmu pengetahuan.
Indonesia kontemporer juga aktif menyuarakan Hal ini bukan sekedar membuktikan kegagalan
paradigma integrasi keilmuan, tidak saja dalam positivisme dalam meruntuhkan metafisika atau
masalah konsep, namun juga implementasinya mengakhiri dikotomi ilmu, akan tetapi lebih pada
dalam dunia pendidikan Islam, khususnya di menemukan signifikansi epistemologi keilmuan
UIN Sunan Kalijaga. M. Amin Abdullah melalui Islam dan kesadaran akan pentingnya rekonstruksi
proyek integrasi-interkoneksi mengusung ilmu bagi kemajuan peradaban.
paradigma teoantroposentris-integratif.22 Dalam Dari paradigma integrasi yang dikemukakan di
bangunan integrasi-interkoneksi memungkinkan atas, ada beberapa konsep yang dapat ditarik untuk
terjadinya dialog antara tiga peradaban keilmuan kemudian dapat dijadikan instrumen dalam melihat
sekaligus, yakni hadārah al-nash (tradisi teks), integrasi keilmuan dalam ranah implementasi pada
hadārah al-‘ilm (tradisi ilmu), dan hadārah Tafsir Ilmi Kementerian Agama, yakni: [1] upaya
al-falsafah (tradisi filsafat). Perpaduan tiga memadukan berbagai bidang keilmuan dalam
peradaban keilmuan ini berangkat dari paradigma menjelaskan suatu fenomena secara integral,
teoantroposentris, yang secara epistemologis [2] teologi (tauhid) sebagai basis integrasi, dan
tidak akan melahirkan sikap diskriminatif dan [3] upaya menghadirkan etika agar ilmu tidak
dikotomis, baik aspek eksistensi teologis maupun bebas nilai. Hal ini senada dengan kesimpulan
Muzaffar Iqbal, bahwa Islam dan sains modern
21
Ibid., 35 memiliki tiga kategori, yakni: epistemologis,
22
Menurut hasil kajian Parluhutan Siregar bahwa pemikiran ontologis/metafisik, dan etika.24 Secara sederhana
M. Amin Abdullah ini tidak berangkat dari ruang hampa,
melainkan hasil analisis dan sintesis dari berbagai pemikiran paradigma integrasi keilmuan dapat dipetakan
sarjana sebelumnya, baik dari kalangan Islam maupun Barat.
Lihat: Parluhutan Siregar. ”Integrasi Ilmu-ilmu Keislaman
dalam Perspektif M. Amin Abdullah”, MIQOT: Jurnal Ilmu- 23
M. Amin Abdullah. Islamic Studies di Perguruan Tinggi:
ilmu Keislaman 38, no.2 (2014), http://www.jurnalmiqotojs. Pendekatan Integratif-Interkoneksi.
uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/view/66, diakses 21 24
Muzaffar Iqbal, Making of Islamic Science (London:
Desember 2016. Greenwood Press, 2007), 198.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 23


melalui diagram di bawah ini: tema Tafsir Ilmi yang diangkat, lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 1.
Diagram 1. Integrasi Keilmuan Tafsir Ilmi yang digagas pada tahun 2009 telah
menghasilkan 10 tema penting terkait al-Qur’an
dan sains yang diterbitkan tahun berikutnya.
Tauhid Al-Qur’an
Proyek ini kemudian berlanjut, terhitung hingga
Integrasi tahun 2015 Lajnah Pentashihan Mushhaf al-
Qur’an telah menerbitkan 16 karya Tafsir Ilmi.
Etika Sains Di antara karya tersebut dapat dilihat dalam tabel
di bawah ini:

Deskripsi Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI Tabel 1. Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI
Tafsir Ilmi Kementerian Agama merupakan
No Judul Tahun
karya hasil perpaduan tafsir al-Qur’an dengan ilmu Terbit
pengetahuan modern (baca sains) yang digagas oleh 1. Penciptaan Jagad Raya dalam 2010
Perspektif al-Qur’an dan Sains
Kementerian Agama RI melalui Bidang Litbang dan 2. Penciptaan Bumi dalam Perspektif 2010
Diklat yang dilaksanakan oleh Lajnah Pentashihan al-Qur’an dan Sains
Mushaf al-Qur’an (LPMA) bekerjasama dengan 3. Penciptaan Manusia dalam 2010
Perspektif al-Qur’an dan Sains
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bisa 4. Air dalam Perspektif al-Qur’an dan 2010
dikatakan bahwa karya ini adalah karya pertama Sains
pemerintah Indonesia di bidang tafsir yang bercorak 5. Tumbuhan dalam Perspektif al- 2010
Qur’an dan Sains
saintifik (al-launi al-‘ilmi).25 6. Kiamat dalam Perspektif al-Qur’an 2010
Selain bercorak saintifik, Tafsir Ilmi dan Sains
7. Hewan dalam Perspektif al-Qur’an 2012
menggunakan metode tematik (mawdhu’i)
dan Sains
dengan mengambil beberapa tema terkait tafsir al- 8. Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim dalam 2012
Qur’an dan ilmu pengetahuan. Menurut Mustafa Perspektif al-Qur’an dan Sains
9. Seksualitas dalam Perspektif al- 2012
Muslim26 sepertinya Tafsir Ilmi mengadopsi Qur’an dan Sains
varian tafsir tematik berdasarkan tema-tema yang 10. Manfaat Benda-benda Langit dalam 2012
disajikan al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat dari 16 Perspektif al-Qur’an dan Sains
11. Makanan dan Minuman dalam 2013
Perspektif al-Qur’an dan Sains
25
Corak tafsir ilmiah atau saintifik adalah pemahaman teks al- 12. Samudra dalam Perspektif al-Qur’an 2013
Qur’an dengan menjadikan data-data ilmiah sebagai variabel
dan Sains
penjelas dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an; lihat, Islah
Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika 13. Waktu dalam Perspektif al-Qur’an 2013
Hingga Ideologi (Yogyakarta: LKiS, 2013), 247 dan Sains
26
Menurut Mushthafa Muslim metode ini memiliki tiga bentuk, 14. Eksistensi Kehidupan di Alam 2013
yaitu: [1] tafsir tematik berdasarkan kata yang terdapat di dalam al- Semesta dalam Perspektif al-Qur’an
Qur’an, [2] tafsir tematik berdasarkan tema-tema yang disajikan dan Sains
al-Qur’an, baik yang dipahami dari bahasa teks, seperti: hidayah 15. Jasad Renik dalam Perspektif al- 2015
dalam al-Qur’an, maupun dari pembahasan kontekstual (seperti: Qur’an dan Sains
nasionalisme dalam perspektif al-Qur’an), dan [3] tafsir tematik 16. Kepunahan Makhluk Hidup dalam 2015
yang sasaran utama dan tema-tema pokok arah pembicaraan satu Perspektif al-Qur’an dan Sains
surat tertentu (seperti: tafsir surat al-fatihah atau konsep iman
dalam surat al-Fatihah). Sementara itu, dari tiga jenis varian ini
Abdul Mustaqim menambahkan varian keempat, yakni tematik Dari rangkaian sambutan yang disampaikan,
tokoh, artinya tema al-Qur’an diteliti melalui pemikiran tokoh, baik oleh Menteri Agama, Kepala Litbang, Kepala
contohnya: Jilbab menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir al-
Mishbah. Lihat, Mushthafa Muslim, Mabāhits fi al-Tafsīr al- LIPI, dan Kepala LPMA, 27 diketahui bahwa
Mawdhū’iy (Dimāsyq: Dār al-Qalm, 1989), 23-28; bandingkan
dengan Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Qur’an dan 27
Semua karya Tafsir Ilmi memuat sambutan dari beberapa
Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press, 2015), 61-63. institusi terlibat, kecuali terbitan tahun 2010 yang tidak memuat

24 Faizin: Integrasi Agama dan Sains dalam Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI
kehadiran Tafsir Ilmi di tengah-tengah masyarakat dari kalangan akademisi, seperti Ahsin Sakho
Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, Muhammad, Syibli Sarjaya, Muchlis M. Hanafi,
yakni: [1] respon terhadap perkembangan ilmu Hamdani Anwar, dan Darwis Hude. Sementara
pengetahuan dan teknologi, [2] kesadaran iqra’ tim kauni adalah para saintis yang berasal dari
sebagai upaya pengkajian terhadap al-Qur’an Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
melalui ilmu pengetahuan modern yang bertujuan Lembaga Pengembangan dan Antariksa Nasional
untuk memperkokoh keimanan, [3] sebagai salah (LAPAN), dan Bosscha Institut Teknologi
satu model mengenalkan Tuhan kepada manusia Bandung (ITB), mereka adalah para ilmuwan dan
modern, dan [4] menjadikan al-Qur’an sebagai akademisi yang cukup dikenal dengan beragam
paradigma dan dasar yang memberi makna latar belakang keilmuan, di antaranya: Herry
spiritual kepada ilmu pengetahuan & teknologi Harjono, Thomas Djamaluddin, Mudji Haharto,
agar tidak bebas nilai dan sekuler. Latar belakang Umar Anggara Jenie, Arie Budiman, dan lain-lain.
penulisan Tafsir Ilmi di atas setidaknya memiliki Artinya, kolaborasi antara ulama al-Qur’an dan
tiga wilayah kerja ilmu secara sinergis, yaitu: saintis dipandang kapabel dalam produksi Tafsir
[1] ingin menanamkan nilai-nilai transendental Ilmi. Hal ini kemudian ditunjang oleh sistem kerja
melalui pembacaan al-Qur’an dan sains, yang sama yang baik melalui ijtihad kolektif (ijtihād
diharapkan mampu menggugah dan mengukuhkan jamā’i)29 dan semua tim tunduk pada prinsip dasar
keyakinan manusia untuk meyakini kebesaran penyusunan yang telah dirumuskan.30
Tuhan, [2] adanya keinginan untuk memberikan
aksiologi ilmu bagi sains modern agar tidak bebas Implementasi Paradigma Integrasi dalam
nilai dan tetap berada pada pusaran etika ilmu Tafsir Ilmi
pengetahuan, dan [3] ingin menunjukkan secara Berdasarkan paradigma epistemologi yang
eksplisit adanya integrasi keilmuan, khususnya dijelaskan sebelumnya, bagian ini akan melihat
antara Islam (tafsir al-Qur’an) dan penemuan secara kritis implementasi integrasi al-Qur’an dan
ilmiah modern yang dapat memberi kontribusi sains dalam Tafsir Ilmi.
bagi perkembangan ilmu dan teknologi modern. 1. Tafsir Ilmi: Antara Tafsir Ilmiah dan
Selain latar belakang di atas, penulisan Tafsir Integrasi Keilmuan
Ilmi juga dimotivasi oleh adanya keinginan Tafsir ilmiah (al-tafsir al-‘ilmi/ scientific
untuk membangun peradaban Islam yang digagas exegesis) oleh Muhammad Husain al-Dzahabi
melalui perjumpaan ilmu pengetahuan dan tafsir.28 didefinisikan sebagai pembahasan tentang
Otoritas Tafsir Ilmi sebagai produk integrasi aspek-aspek ilmu pengetahuan yang terdapat
tafsir al-Qur’an dan sains dapat dilihat dari
author (baca: tim penulis) yang ikut terlibat 29
Lajnah Pentashihan Mushhaf al-Qur’an, Hewan dalam
dalam penulisan. Tim penulis karya momental Perspektif al-Qur’an dan Sains, xii, xiv, xviii.
ini terdiri dari tim syar’i dan tim kauni. Tim
30
Menurut Muchlis M. Hanafi, ada tujuh prinsip dasar penyusunan
Tafsir Ilmi, secara ringkas dapat disebutkan sebagai berikut: [1]
syar’i adalah ulama al-Qur’an yang diketahui Memperhatikan arti dan kaedah kebahasaan, [2] Memperhatikan
telah lama dan banyak bergelut di bidang al- konteks ayat yang ditafsirkan. [3] Memperhatikan hasil
penafsiran Rasul, sahabat, tabi’in, dan ulama tafsir, serta
Qur’an dan tafsirnya, umumnya mereka berasal memahami ulum al-Qur’an, [4] Tidak menggunakan ayat
untuk menghukum benar atau salah sebuah temuan ilmiah,
[5] Memperhatikan makna musytarak dari sebuah kata, [6]
sambutan Menteri Agama. Lihat: Lajnah Pentashihan Mushaf al- Memahami isyarat ilmiah hendaknya memahami benar objek
Qur’an, Hewan dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains (Jakarta: bahasan ayat, dan [7] Menggunakan temuan ilmiah yang telah
LPMA, 2012), ix-xviii. mencapai tingkat hakikat , bukan teori atau hipotesis yang belum
28
Muchlis M. Hanafi, “Memahami Isyarat-isyarat Ilmiah al- teruji. Lihat, Muchlis M. Hanafi, “Memahami Isyarat-isyarat
Qur’an: Sebuah Pengantar” dalam Lajnah Pentashihan Mushaf Ilmiah al-Qur’an: Sebuah Pengantar” dalam Lajnah Pentashihan
al-Qur’an, Hewan dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains Mushaf al-Qur’an, Hewan dalam Perspektif al-Qur’an dan
(Jakarta: LPMA, 2012), xxii. Sains, xxv-xxvii.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 25


di dalam al-Qur’an serta upaya menyingkap dari anugerah Tuhan yang patut disyukuri dan
berbagai pengetahuan dan pemikiran yang ditadabburi.
terkandung di dalamnya.31 Dalam pandangan Bagi Kuntowijoyo, proyek Islamisasi
al-Dzahabi tafsir ilmiah dipahami sebagai ilmu tidak mesti diterjemahkan sebagai
upaya memahami al-Qur’an melalui temuan penyangkalan warisan intelektual yang lahir dari
ilmiah, baik secara induktif ataupun deduktif. peradaban lain, termasuk Barat. Rekonstruksi
Secara induktif, al-Qur’an ditempatkan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam tidak
sebagai landasan untuk melakukan penelitian berangkat dari ruang hampa. Kehadirannya
ilmiah, atau dalam bahasa lain data-data al- adalah buah dari pertarungan epistemologi.
Qur’an dijadikan sebagai data primer untuk Khazanah keilmuan Barat dalam hal ini dapat
kemudian data-data itu dibuktikan melalui dimanfaatkan untuk kepentingan umat Islam,
penelitian ilmiah. Secara deduktif, penelitian hal ini tentu setelah melewati proses seleksi
ilmiah sebelumnya tidak berangkat dari dan adaptasi secara objektif.33
ayat-ayat al-Qur’an, setelah terbukti secara Menarik disimak adalah pemikiran
ilmiah hasil penelitian tersebut dicarikan Ken Wilber yang cenderung mengukuhkan
konfirmasinya melalui ayat-ayat al-Quran paradigma posmodern sebagai landasan
yang relevan. integrasi, di mana masing-masing ilmu
Pandangan ini pada dasarnya merupakan diberi wewenang untuk menentukan metode
pendekatan integratif, ayat al-Qur’an di satu validasinya masing-masing. Selain itu, baik
sisi dan temuan ilmiah di sisi lain. Secara agama maupun sains jika ingin bersama-sama
prinsip, model ini memang tidak ada persoalan tumbuh dan berkembang, maka keduanya
karena sains yang dinamis memiliki relevansi harus membuka diri. Sebab, kemajuan ilmu
dengan ayat-ayat al-Qur’an. Meskipun pada pengetahuan amat ditentukan oleh sejauhmana
akhirnya klaim kebenaran mutlak tetap ada suatu teori dapat berdialog dengan teori lainnya
pada kitab suci sementara kebenaran sains sehingga dapat memperkokoh bangunan
dicitrakan sebagai suatu yang relatif. Baik ilmiah. Dialektika ilmiah yang berlangsung
saintis maupun ulama, harus berdalih bahwa secara terus menerus dan berkesinambungan,
tafsir ilmiah tidak dalam rangka menjustifikasi merupakan proses transendensi menuju
kebenaran yang relatif itu dengan kebenaran pemahaman kebenaran absolut-transendental.34
absolut atau tafsir ilmiah tidak untuk Tafsir Ilmi Kementerian Agama pada
memaksakan tafsir al-Qur’an seolah sesuai prinsipnya menggunakan pola deduktif-
dengan temuan sains.32 Di sinilah wilayah konfirmatif. Hal ini dapat dilihat dalam
kerja Tafsir Ilmi berperan dalam menyingkap berbagai tema yang disajikan, sebagai contoh
isyarat ilmiah dan membuktikan isyarat- “Adam mampu menjelaskan nama-nama
isyarat itu melalui temuan sains modern. Di benda”35 seperti firman Allah dalam QS. al-
sini juga terlihat adanya keterbukaan umat
Islam dalam menerima ilmu pengetahuan 33
AE. Priyono, “Marginalisasi, Oposisi, dan Integrasi Islam
Indonesia: Menyimak Pemikiran Dr. Kuntowijoyo”, dalam
modern sebagai sesuatu yang tidak terpisah AE. Priyono (ed.), Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi
dari Islam dan bahkan ia merupakan bagian (Bandung: Mizan, 2008), 62.
34
Fuad, dkk, “Kebenaran Ilmiah dalam Pemikiran Thomas S.
Kuhn dan Karl R. Popper: Suatu Kajian Hermeneutika dan
Kontribusinya bagi Masa Depan Ilmu”, Jurnal Filsafat 23,
31
Muhammad al-Said Husain al-Dzahabi, al-Tafsīr wa al- no. 2 (2015): 252-276, https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/
Mufassirūn (Al-Qāhirah: Maktabah Wahbah, tth [Maktabah view/12684/9119, diakses 21 Desember 2016.
Syamilah]), 349. 35
Lajnah Pentashihan Mushhaf al-Qur’an, Kisah Para Nabi Pra-
32
Lajnah Pentashihan Mushhaf al-Qur’an, Hewan dalam Ibrahim dalam perspektif al-Qur’an dan Sains (Jakarta: LPMA,
Perspektif al-Qur’an dan Sains, hlm. xxvii 2012), 30-34.

26 Faizin: Integrasi Agama dan Sains dalam Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI
Baqarah (2): 31. dipimpin oleh David Fasold, seorang ahli
Kemampuan Adam dalam menjelaskan geofisika asal AS dan Salih Bayraktutan,
nama-nama benda terkait dengan unsur direktur institut geologi Universitas Ataturk,
ciptaan, ia diciptakan dari tanah. Kenyataan Turki, melalui foto sebuah objek berbentuk
ini berbeda dengan malaikat yang diciptakan kapal yang terkubur di kedalaman 2.3000
dari cahaya dan malaikat tidak mampu meter di Gunung Judi.38 [3] QS. al-‘Ankabut
menjelaskan nama-nama benda. Untuk (29): 14-15 menyangkut usia Nabi Nuh yang
membuktikan ayat ini, penulis mengambil mencapai 950 tahun, berdasarkan pendapat
tiga ayat relevan, yakni: QS. al-Mu’minun Balsiger dan Sellier yang menyatakan bahwa
(24): 12 (sari pati tanah); QS. al-Hijr (15): 26 sebelum banjir besar atmosfir masih diselimuti
(lumpur); dan QS. al-Rahman (55): 14 (tanah oleh lapisan kanopi air yang berfungsi
kering seperti tembikar). Unsur pembentuk melindungi manusia dari radiasi ultraviolet.
manusia berdasarkan tiga ayat di atas adalah Setelah banjir besar kanopi ini turun ke bumi
tanah, air (lumpur = tanah + air), dan tembikar. yang mengakibatkan lapisan atmosfir menjadi
Unsur tanah terdiri dari besi (Fe), tembaga tipis dan menyebabkan umur manusia menjadi
(Cu), kobalt (Co), Mangan (Mn) dan unsur lebih pendek, seperti Nabi Ibrahim, hanya
air hidrogen (H), nitrogen (N), fosfor (P), berusia 100 tahun,39 bahkan Nabi Muhammad
dan oksigen (O). Semua unsur-unsur metal SAW hanya berumur 63 tahun.
dan metaloid akan menjadi katalis dalam Sistematika penyajian seperti diuraikan di
proses reaksi kimia dan biokimia untuk atas adalah berbentuk deduktif-konfirmatif,
membentuk molekul yang lebih komplek, yang menempatkan temuan ilmiah sebagai
seperti ureum, asam amino, dan nukleotida penjelas ayat-ayat al-Qur’an yang dipandang
yang berfungsi sebagai pendukung proses relevan. Namun, perlu digarisbawahi bahwa
kehidupan. Sementara tembikar digunakan tidak semua ayat-ayat al-Qur’an termasuk ayat-
sebagai katalis dalam proses perpanjangan ayat kauniyah, dapat dijelaskan melalui sains.
rantai kimia (polimer) dari molekul menjadi Hal ini bisa disebabkan oleh keterbatasan sains
makromolekul, supramakromolekul, dan yang mungkin belum mampu diungkapkan.
jaringan sel tubuh, termasuk sel otak, dan Selain itu, juga bisa disebabkan oleh sifat-sifat
DNA. Sel otak inilah yang kemudian berfungsi ayat-ayat al-Qur’an yang secara faktual tidak
menyimpan informasi, sementara DNA- bisa dijelaskan secara empiris melalui sains.
kromosom berfungsi menyimpan informasi
genetik manusia.36 2. Teologi sebagai Basis Integrasi
Contoh lain dalam hal ini adalah Menurut Sardar, konsep ilmu dalam Islam
pengungkapan beberapa fakta sains tentang diintegrasikan melalui nilai-nilai, artinya
Nabi Nuh, di antaranya: [1] QS. al-Qamar ada wawasan faktual pada satu sisi dan
(54): 13 tentang ukuran bahtera Nabi Nuh metafisik di sisi lain yang dapat digabungkan
yang diperkirakan oleh ilmuwan memiliki melalui sintesis secara berimbang.40 Islam
panjang 150 meter, lebar 75, dan tinggi 15 harus dilihat bukan hanya sebagai iman dan
meter. 37 [2] QS. Hūd (11): 44 mengenai agama, akan tetapi pandangan realitas dunia
tempat berlabuhnya bahtera Nabi Nuh di secara holistik. Islam berinteraksi dengan
Gunung Judi. Pada tahun 1994 fakta ini realitas kontemporer melalui matriks nilai-
berhasil diungkap oleh tim ekspedisi yang
38
Ibid., 66-71.
36
Ibid., 32-33. 39
Ibid., 72.
37
Ibid., 60-62. 40
Ziauddin Sardar dan Ehsan Masood, 47-48.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 27


nilai keesaan Tuhan. Seyyed Hossein Nasr Terlebih ia merupakan representasi dari
mengungkapkan: ayāt Tuhan, baik yang tersurat dalam bentuk
teks al-Qur’an maupun yang tersirat di alam
… May the new edition help those who semesta.43 Tuhan di tempatkan sebagai posisi
are concerned with the question of sentral dalam kajian Tafsir Ilmi. Segala
Islamic science in its relation to Islamic sesuatu yang berkaitan dengan bahasan selalu
civilization as well as the relation between berkaitan dengan Tuhan dengan segala bentuk
Islam and science today to benefit from sifat dan keagungan-Nya. Secara sederhana
those wise Muslim scientists, savants and dapat dilihat dalam diagram di bawah:
hakims whose thoughts and words are
translated and studied in this book. Their Diagram 2. Posisi Teologi dalam Tafsir
thoughts and words are precious because Ilmi
they transmit to us a science which is Tuhan
always rooted in God while studying
His creation; a science which reflects Tafsir
systematic knowledge of nature without & Sains
ever forgetting the Author of Nature Who
Alam
has inscribed His Wisdom upon every Al-Qur’an
Semesta
leaf and stone and who has created the
world of nature in such a way that every
phenomenon is a sign (ayah) singing in
silent music the glory of His Oneness.41 Pada gambar di atas, Tuhan adalah entitas
transenden yang selalu berhubungan dengan
al-Qur’an dan Alam Semesta sebagai wujud
Melalui ungkapan di atas, Nasr ingin yang integral. Sementara al-Qur’an memiliki
menawarkan integrasi keilmuan berbasis keterkaitan satu sama lain, di mana hubungan
teologi. Ilmu senantiasa berakar pada Tuhan, tersebut dikukuhkan melalui pembacaan
di mana ia ditempatkan dalam prinsip tauhid tafsir dan sains. Sebagai contoh, dalam
yang memperlihatkan adanya kesatuan buku Penciptaan Bumi, bumi digambarkan
wujud semesta, karena pada dasarnya semua sebagai bentuk kesempurnaan kerajaan dan
pengetahuan berasal dari Tuhan. Tujuan semua kekuasaan Allah yang tertib, teratur, dan
ilmu keislaman adalah untuk menunjukkan sempurna.44 Allah sebagai Pencipta kemudian
kesatuan dan hubungan baik dari semua menjadikan sunatullah sebagai hukum alam
yang ada sehingga dalam merenungkan yang menjaga ketertiban, keteraturan dan
kosmos, manusia senantiasa diarahkan pada kesempurnaan ciptaan-Nya.45 Di samping
kesatuan prinsip ilahi. Oleh karena itu, untuk itu, Allah juga menjadikan agama sebagai
memahami hubungan fungsional lintas ilmu,
manusia harus menempatkan prinsip-prinsip 43Bagi Mulyadhi, sumber primer ilmu agama (naqliyah)
ilahi sebagai sesuatu yang integral yang tidak didasarkan pada otoritas, yakni al-Qur’an dan hadis. Sementara
sumber ilmu umum (aqliyah) adalah alam semesta. Keduanya,
bisa berdiri sendiri.42 baik al-Qur’an maupun alam semesta adalah ayat Tuhan. Oleh
Tafsir Ilmi tidak terlepas dari prinsip karena itu, segala ilmu pada prinsipnya bersumber dari Tuhan.
Klasifikasi Ilmu menjadi Ulūm al-naqliyah dan Ulūm al-aqliyah
teologi seperti yang dikemukakan di atas. oleh Mulyadhi ini merujuk pada pendapat Ibn Khaldun, lihat:
Mulyadhi Kartanegara, 47-48.
Seyyed Hossein Nasr, hlm. xiv-xv.
41 44
QS. al-Mulk (67): 1-5.
Ibid., 22-23.
42 45
QS. Lukman (30): 10.

28 Faizin: Integrasi Agama dan Sains dalam Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI
hukum dan ketentuan bagi manusia untuk Hal ini kemudian menghadirkan nilai universal
meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk bahwa ada kekuatan di luar diri manusia yang
memahami kesempurnaan ciptaan-Nya, berperan menciptakan kemampuan yang luar
manusia diberi akal, dalam pengertian memiliki biasa itu. Hal ini senada dengan apa yang
landasan iman, selalu ingat ketentuan Allah diinginkan oleh Seyyed Hossein Nasr, bahwa
dan senantiasa memikirkan alam ciptaan-Nya.46 metafisika dapat menghubungkan berbagai
Dengan demikian, manusia dapat membuktikan tingkatan ilmu hingga sampai pada hakikat
betapa ciptaan-Nya itu memiliki sisi manfaat pengetahuan yang sesungguhnya.50
yang luar biasa bagi kehidupan manusia, baik Selain itu, Tafsir Ilmi juga memiliki fungsi
dari sisi keteraturannya, maupun kelayakannya teologis, salah satunya adalah dapat menjadi
sebagai tempat yang nyaman untuk dihuni.47 media untuk memperkenalkan Tuhan. Muchlis
Sisi teologis dalam paradigma Islam dan M. Hanafi menyebutnya sebagai “ilmu
sains modern oleh Muzaffar Iqbal merupakan kalam baru”.51 Jika pada masa tradisional
salah satu ciri khas sains Islam. Ia menyebutnya Islam, Tuhan diperkenalkan melalui logika
sebagai ontological/metaphysical, bahwa hal ilmu kalam yang menempatkan rasio untuk
mendasar dalam Islam dan sains modern mengkonfirmasi kebenaran wahyu. Maka
adalah adanya analisis metafisik. Natural pada masyarakat modern, pendekatan ini
sains berikut datanya dikumpulkan melalui dipandang sudah kurang relevan. Oleh sebab
alat ilmiah ataupun observasi, kemudian itu, kedekatan manusia modern dengan
dilakukan pemeriksaan secara ditail melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan
wahyu.48 Analisa semacam ini bagi Muzaffar teknologi dapat dimanfaatkan untuk tujuan
akan menghadirkan nilai-nilai universal, di yang sama.
mana nilai tersebut tidak saja diyakini oleh
umat Islam, namun juga dapat diakui oleh 3. Dari Teologi Menuju Etika
agama-agama lain. Salah satu tujuan penting proyek integrasi
Penjelasan Tafsir Ilmi tentang eksistensi keilmuan dalam Islam selain mengakhiri
manusia sebagai makhluk cerdas, misalnya dikotomi ilmu adalah melahirkan etika sains,
Surat al-Tin (95): 4. Ayat tersebut menjelaskan agar ia tidak bebas nilai. Hampir semua
bahwa manusia merupakan ciptaan yang ilmuwan yang disebutkan di atas menyuarakan
paling sempurna. Isyarat ini kemudian hal tersebut. Hal ini berangkat dari fenomena
dibuktikan melalui temuan ilmiah mengenai sains Barat yang tidak berpihak pada isu
otak manusia. Data sains mengungkap bahwa moralitas dan etika sains yang diklaim value
otak manusia dapat merekam informasi free dan sarat dengan berbagai kepentingan,
sebanyak 1017 bit atau 107 bit, setara baik kepentingan politik, ekonomi, militer,
dengan 2 juta buku setebal 500 halaman. dan lain-lain. Berbeda dengan sains Islam,
Sistem saraf pada otak akan senantiasa menurut Sardar, baik hasil, sarana, tujuan,
berkembang. Super komputer tercanggih proses, metode senantiasa berada pada
sekalipun tidak akan melebihi sistem saraf pusaran sistem etika.52 Sebuah sains dianggap
pada siput, apalagi sistem saraf pada manusia.49
2015), 45-49.
46
QS. Ali Imran (3): 190-191. 50
Seyyed Hossein Nasr, The Need For a Sacred Science (UK:
47
Lajnah Pentashihan Mushhaf al-Qur’an, Penciptaan Bumi dalam Curzon Press, 2005), 86.
Perspektif al-Qur’an dan Sains (Jakarta: LPMA, 2010), 4-17. 51
Muchlis M. Hanafi, “Memahami Isyarat-isyarat Ilmiah al-
48
Muzaffar Iqbal, 198. Qur’an: Sebuah Pengantar” dalam Lajnah Pentashihan Mushaf
49
Lajnah Pentashihan Mushhaf al-Qur’an, Kehidupan di Alam al-Qur’an, Hewan dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains, xviii.
Semesta dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains (Jakarta: LPMA, 52
Ziauddin Sardar dan Ehsan Masood, 120.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 29


“Islami” selama memberikan kemaslahatan yang akhir-akhir ini menggerus semua lini
bagi seluruh manusia dan tidak destruktif baik kehidupan masyarakat Indonesia. Persoalan
bagi individu, masyarakat, dan lingkungan. lingkungan hidup misalnya, Tafsir Ilmi:
Etika sains Islam dirumuskan melalui Air dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains
paradigma teologis yang memandang bahwa disebutkan bahwa Allah telah memberikan
manusia adalah wakil Tuhan (khalifah) di muka anug e r a h a i r b a g i k e b e r l a n g s u n g a n
bumi. Sebagai khalifah, manusia diberi amanah kehidupan di bumi. Al-Qur’an dan sains
untuk menjaga dan memelihara eksistensi membuktikan bahwa air memiliki manfaat
bumi. 53 Dalam pandangan Sardar, status yang luar biasa bagi kehidupan, baik
khalifah yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai stabilisator suhu bumi,54 asal, dan
dapat dijadikan matrik dalam interaksi Islam penyangga kehidupan, 55 air hujan yang
dan realitas kontemporer, termasuk sains. menghidupkan,56 serta memberikan manfaat
Ketika problem kontemporer dianalisis melalui langsung bagi kehidupan.57 Manfaat air yang
perangkat etika dan nilai-nilai moral, akan luar biasa ini akan sirna jika manusia tidak
terjadi transformasi syariat, dari aturan dan mampu menempatkan nilai-nilai etika dalam
perintah secara dogmatis menjadi metodologi pemanfaatannya. Akan terjadi banjir, erosi,
pemecahan masalah multidimensi. kekeringan, pencemaran air, dan kerusakan
Dalam konteks sains modern, Islam lingkungan lainnya.
memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah Nur Arfiyah Febriani menilai bahwa
entitas yang tidak terpisah dari moralitas. terjadinya kerusakan alam disebabkan
Ilmu beroperasi pada wilayah tauhid, di oleh adanya pandangan manusia yang
mana ia diperoleh untuk memuliakan Allah antroposentris. Paradigma ini kering nilai-
pada satu sisi dan untuk memenuhi tanggung nilai moral dan spiritual. Ia kemudian
jawab manusia sebagai khalifah di sisi lain. menawarkan paradigma ekohumanis-
Oleh sebab itu, tauhid, ilmu pengetahuan, teosentris yang memungkinkan terjadinya
dan khalifah memiliki hubungan secara relasi harmonis, baik dengan diri sendiri,
integral dan menjadi instrumen bagi lahirnya sesama manusia, alam, dan Tuhan sebagai
nilai-nilai etika. Secara sederhana dapat pencipta.58 Dalam kaitan ini nilai etika tidak
digambarkan sebagai berikut: sepenuhnya bersandar pada rasio manusia,
namun ia terikat oleh norma-norma dan
Diagram 3. Etika Sains Islam nilai-nilai. Norma dan nilai tersebut akan
membangkitkan kesadaran manusia untuk
Tuhan menjaga dan melestarikan sumber daya
air sebagai penyangga kehidupan. Sebab
eksploitasi alam para prinsipnya tidak saja
Khalifah Sains
54
QS. al-Mu’minūn (23): 18.
55
QS. al-Anbiyā’ (21) :30; al-Baqarah (2): 164; al-Nūr (24): 45;
Etika dan al-Furqān (25): 54.
56
QS. al-Rūm (30): 24.
57
Manfaat langsung air bagi kehidupan manusia adalah untuk
Kehadiran Tafsir Ilmi pada prinsipnya metabolisme tubuh dan kesejahteraan manusia, seperti alat
transportasi, pembangkit energi. Lihat, Lajnah Pentashihan
berkontribusi bagi rekonstruksi nilai-nilai etika Mushhaf al-Qur’an, Air dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains
(Jakarta: LPMA, 2010), 62-88.
58
Nur Arfiyah Febriani, Ekologi Berwawasan Gender dalam
Ibid., hlm. 67
53
Perspektif al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2014), 11-13.

30 Faizin: Integrasi Agama dan Sains dalam Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI
berdampak negatif bagi alam itu sendiri, Sistematika semacam ini jelas memiliki efek
namun merusak tatanan relasi antara sesama kuasa bagi pembaca, sehingga pembaca secara
manusia, dan bahkan relasi dengan Tuhan. tidak sadar digiring untuk membenarkan dan
Contoh lain, dalam buku Seksualitas dalam meyakini ayat-ayat al-Qur’an untuk kemudian
Perspektif al-Qur’an dijelaskan bahwa sudah diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.
menjadi fitrah manusia diciptakan secara Selain itu, pola integrasi yang menjadikan
biologis berpasang-pasangan. Tujuannya teologi sebagai basisnya, tidak saja menggugah
adalah untuk melestarikan keberlangsungan keyakinan, namun juga melahirkan nilai-nilai
spesies manusia.59 Penyimpangan seksual etika. Perpaduan konsep tauhid, khalifah, dan
seperti lesbian, gay, biseksual, transgender ilmu pengetahuan modern memiliki hubungan
atau yang dikenal dengan singkatan LGBT fungsional dalam menghadirkan nilai-nilai
adalah bentuk tindakan yang keluar dari etika itu. Etika yang dihadirkan sebagai upaya
fitrah manusia dan keluar dari nilai- memberikan nilai pada ilmu (free value), dan
nilai etika Islam. Kehadiran Tafsir Ilmi secara praktis etika tersebut memiliki fungsi
tentang seksualitas, pada prinsipnya ingin untuk menjaga relasi manusia dengan dirinya
mendakwahkan nilai-nilai tersebut di tengah- sendiri, dengan sesama manusia, dengan Sang
tengah masyarakat modern yang cenderung Pencipta.
mengikuti hawa nafsu tanpa menyadari akan Umat Islam boleh berbangga dengan karya
fitrahnya. Fitrah menjadi instrumen untuk Tafsir Ilmi ini. Ia merupakan karya nyata dari
menggugah kesadaran manusia, bahwa buah integrasi agama dan sains. Meskipun
ada nilai ketuhanan dan etika yang harus demikian, umat Islam tidak boleh berhenti
dipatuhi dan diimplementasikan dalam pada tatanan integrasi. Produktivitas mandiri
kehidupan. Caranya adalah menyalurkan umat Islam dalam menghasilkan sains juga
kebutuhan biologis sesuai dengan aturan- harus menjadi prioritas. Dalam ungkapan
Nya, melakukan hubungan seks hanya lain, umat Islam tidak boleh terlena dalam
dengan pasangan yang sah dan memenuhi kemajuan sains yang pernah dicapai oleh
etika hubungan seksual itu sendiri. sarjana-sarjana terdahulu yang telah sukses
menghasilkan kerangka mandiri sains Islam
Kesimpulan dan pasif dalam menerima temuan sains
Tafsir Ilmi Kementerian Agama merupakan modern untuk kemudian hasil tersebut dapat
salah satu representasi dari implementasi dipertemukan dengan teks al-Qur’an. Ke
paradigma integrasi agama dan sains, khususnya depan bagaimana mengupayakan agar umat
di bidang tafsir. Paradigma Integrasi dalam Islam produktif, inovatif, dan kreatif dalam
Tafsir Ilmi tidak hanya ingin menunjukkan melahirkan sains Islam mandiri.
bahwa tidak ada dikotomi antara agama dan Tulisan ini baru melihat penerapan paradigma
sains, lebih dari itu ia merupakan salah satu integrasi dalam Tafsir Ilmi, baik secara
bentuk upaya memperkenalkan Tuhan kepada epistemologi, metafisika, dan etika. Masih
masyarakat modern melalui pertemuan tafsir dan banyak objek, baik formal maupun material yang
sains. Hal ini dapat dilihat dari pola penerapan belum tersentuh. Peneliti berikutnya dapat secara
integrasi yang disuguhkan, teologi senantiasa spesifik menggunakan paradigma lain untuk
hadir untuk menjelaskan berbagai makna ayat membaca karya ini. Ada 16 judul Tafsir Ilmi,
dan kemudian dipertegas melalui temuan ilmiah. salah satu di antaranya dapat dijadikan objek
penelitian secara khusus dengan menggunakan
Lajnah Pentashihan Mushhaf al-Qur’an, Seksualitas dalam
59

Perspektif al-Qur’an dan Sains (Jakarta: LPMA, 2010), 15. pendekatan yang relevan.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 31


Daftar Kepustakaan Islah Gusmian. Khazanah Tafsir Indonesia:
Dari Hermeneutika Hingga Ideologi.
Abdul Mustaqim. Metode Penelitian al-Qur’an Yogyakarta: LKiS, 2013.
dan Tafsir. Yogyakarta: Idea Press, 2015. Kaelan. Metode Penelitian Agama Kualitatif
AE. Priyono (ed.). Paradigma Islam: Interpretasi Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma,
untuk Aksi. Bandung: Mizan, 2008. 2010.
Barbour, Ian G. When Science Meets Religion. Kuntowijoyo. Islam Sebagai Ilmu: Epistemology,
New York: Harper Collins Francisco, Metodologi dan Etika. Bandung: Teraju,
1998. Mizan Media Utama 2004.
al-Dzahabi, Muhammad al-Said Husain. al-Tafsīr Kusmana. „Paradigma al-Qur’an: Model Analisis
wa al-Mufassirūn. Al-Qāhirah: Maktabah Tafsir Maqashidi dalam Pemikiran
Wahbah, t.th [Maktabah Syamilah]. Kuntowijoyo“. Afkaruna 11, no. 2
Efron Lumban Gaol. ”Integrasi Sains dan (2015). http://journal.umy.ac.id/index.
Agama: Sebuah Tawaran dari Ken Wilber php/afkaruna/article/viewFile/2210/2147.
untuk Zaman Ini”. MELINTAS 28, no. 3 Diakses 25 Desember 2016.
(2012). http://journal.unpar. ac.id/index. Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an. Hewan
php/melintas/article/viewFile/274/259. dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains.
Diakses 21 Desember 2016. Jakarta: LPMA, 2012.
Fahruddin Faiz. Hermeneutika al-Qur’an: -------. Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim dalam
Tema-tema Kontroversial. Cet. Ke-V. perspektif al-Qur’an dan Sains. Jakarta:
Yogyakarta: eLSAQ Press, 2011. LPMA, 2012.
Fuad, dkk. “Kebenaran Ilmiah dalam Pemikiran -------. Penciptaan Bumi dalam Perspektif al-
Thomas S. Kuhn dan Karl R. Popper: Suatu Qur’an dan Sains. Jakarta: LPMA, 2010.
Kajian Hermeneutika dan Kontribusi nya -------. Kehidupan di Alam Semesta dalam
bagi Masa Depan Ilmu. Jurnal Filsafat Perspektif al-Qur’an dan Sains. Jakarta:
23, no. 2 (2015). https://jurnal.ugm.ac.id/ LPMA, 2015.
wisdom/article/view/12684/9119. Diakses
21 Desember 2016. -------. Air dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains.
Jakarta: LPMA, 2010.
http://www.putramelayu.web.id/2015/02/
mengenang-altavista-mesin-pencari-yang. -------. Seksualitas dalam Perspektif al-Qur’an
html. Diakses 28 Des 2016. dan Sains. Jakarta: LPMA, 2010.

https://search.yahoo.com. Diakses 28 Des 2016 -------. Penciptaan Jagad Raya dalam Perspektif
melalui kata kunci “Islam and Science”. al-Qur’an dan Sains. Jakarta: LPMA,
2010.
Iqbal, Basit Kareem dan Halder, Elma. “Islam
and Science Online”. Islamic Studies -------. Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-
39, no. 4 (2000). http://www.jstor.org/ Qur’an dan Sains. Jakarta: LPMA, 2010.
stable/23076120. Diakses 28 Desember -------. Tumbuhan dalam Perspektif al-Qur’an
2016. dan Sains. Jakarta: LPMA, 2010.
Iqbal, Muzaffar. Making of Islamic Science. -------. Kiamat dalam Perspektif al-Qur’an dan
London: Greenwood Press, 2007. Sains. Jakarta: LPMA, 2010.

32 Faizin: Integrasi Agama dan Sains dalam Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI
-------. Manfaat Benda-benda Langit dalam Gender dalam Perspektif al-Qur’an.
Perspektif al-Qur’an dan Sains. Jakarta: Bandung: Mizan, 2014.
LPMA, 2012. Parluhutan Siregar. ”Integrasi Ilmu-ilmu
-------. Makanan dan Minuman dalam Perspektif Keislaman dalam Perspektif M. Amin
al-Qur’an dan Sains. Jakarta: LPMA, Abdullah”. MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu
2013. Keislaman 38, no. 2 (2014). http://www.
-------. Samudra dalam Perspektif al-Qur’an dan jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/
Sains. Jakarta: LPMA, 2013. jurnalmiqot/article/view/66. Diakses 21
Desember 2016.
-------. Waktu dalam Perspektif al-Qur’an dan
Sains. Jakarta: LPMA, 2013. Peacock, Arthur. Paths From Science Towards
God. New York: One world Publications,
-------. Jasad Renik dalam Perspektif al-Qur’an 2001.
dan Sains. Jakarta: LPMA, 2015.
Saifuddin Zuhri. “Integrasi Biologi dan Agama
-------. Kepunahan Makhluk Hidup dalam dalam Perspektif Islam”. Disertasi tidak
Perspektif al-Qur’an dan Sains. Jakarta: Dipublikasikan. Sekolah Pascasarjana
LPMA, 2015. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
M. Amin Abdullah. Islamic Studies di Sardar, Ziauddin dan Ehsan Masood. How Do You
Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif- Know: Reading Ziauddin Sardar on Islam,
Interkoneksi. Yogyakarta: Pustaka Science and Cultural Relations. London:
Pelajar, 2006. Pluto Press, 2006.
Mulyadhi Kartanegara. Integrasi Ilmu: Sebuah Suwendi. ”Islamisasi Ilmu: Studi atas Konsep dan
Rekonstruksi Holistik. Jakarta: UIN Praktek Pendidikan Syed Muhammad
Jakarta Press, 2005. Naquib al-Attas”. Disertasi tidak
Muslim, Mushthafa. Mabāhits fi al-Tafsīr al- Dipublikasikan. Sekolah Pascasarjana
Mawdhū’iy. Dimāsyq: Dār al-Qalm, 1989. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.
Nasr, Seyyed Hossein. Science and Civilization in
Islam. New York: New American Library, Wilber, Ken. The Marriage of Sense and Soul:
1970. Integrating Science and Religion. New
York: Random House, 1998.
-------. The Need For a Sacred Science. UK:
Curzon Press, 2005. Zainal Abidin Bagir, dkk (ed.). Integrasi Ilmu dan
Agama: Interpretasi dan Aksi. Bandung:
Nur Arfiyah Febriani. Ekologi Berwawasan
Mizan, 2005.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 33

Вам также может понравиться