Вы находитесь на странице: 1из 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/339014712

Karakteristik Kepribadian, Harga Diri dan Gaya Hidup Hedonisme Pada


Mahasiswa Konsumen Starbucks

Article · February 2020

CITATIONS READS

0 10

8 authors, including:

Teguh Lesmana
Universitas Bunda Mulia
10 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Teguh Lesmana on 04 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL ILMU PERILAKU http://jip.fk.unand.ac.id
Volume 3, Nomor 1, 2019 : 59-71
ISSN (Online) : 2581-0421

Karakteristik Kepribadian, Harga Diri dan Gaya Hidup Hedonisme


Pada Mahasiswa Konsumen Starbucks
Teguh Lesmana*, Rudi Santoso
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Bunda Mulia
e-mail : *teguhlesmana73@gmail.com

Abstract. Coffee consumption of Indonesian people tends to increase over the past few years. Coffee
drinking activity is now a lifestyle for spending money and to be able to keep up with the times by
drinking at a famous coffee shop. Students especially prefer to do this activity to find a place together
to spend their time having fun when at the mall. The purpose of this study was to determine the
relationship between personality traits and self-esteem with hedonistic lifestyle on Starbucks consumer
in Jakarta. The participants in this study consisted of 390 students who had visited Starbucks.
Research participants were asked to fill out the Big Five Inventory-10 (BFI-10) questionnaire and
Rosenberg self-esteem scale questionnaire that had been adapted to Indonesian, as well as the scale of
the hedonistic lifestyle. The results showed that there was a significant negative relationship between
self-esteem and hedonistic lifestyle, while conscientiousness personality traits had a significant
positive relationship with the hedonistic lifestyle. This result explains that students can have a
Hedonistic lifestyle when they do not have a positive assessment of themselves. Thus the tendency of
coffee consumption based on the hedonism lifestyle is likely to be influenced by self-esteem and
personality possessed.
Keywords: Personality Traits, Self-esteem, Hedonistic Life-Style, Starbucks Consumer

Abstrak. Konsumsi kopi orang Indonesia cenderung mengalami peningkatan selama


beberapa tahun terakhir. Aktivitas minum kopi sekarang menjadi gaya hidup untuk
membelanjakan uang dan untuk dapat mengikuti perkembangan zaman dengan minum di
kedai kopi yang ternama. Mahasiswa khususnya lebih mungkin melakukan aktivitas ini
ketika ingin mencari tempat berkumpul bersama temannya untuk menghabiskan waktu
bersenang-senang di mal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik kepribadian dan harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada
mahasiswa konsumen Starbucks di Jakarta. Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas 390
orang mahasiswa yang pernah mengunjungi Starbucks. Partisipan penelitian diminta untuk
mengisi kuesioner Big Five Inventory-10 (BFI-10) dan Rosenberg self-esteem scale yang sudah
diadaptasi ke bahasa Indonesia, serta skala gaya hidup hedonisme. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara harga diri dengan
gaya hidup hedonisme, sedangkan pada karakteristik kepribadian ditemukan kepribadian
conscientiousness memiliki hubungan positif yang signifikan dengan gaya hidup hedonisme.
Hasil ini menjelaskan bahwa mahasiswa dapat lebih memiliki gaya hidup hedonisme ketika
tidak memiliki penilaian positif terhadap dirinya. Dengan demikian kecenderungan
konsumsi kopi yang dilandasi oleh gaya hidup hedonisme kemungkinan dapat dipengaruhi
oleh harga diri dan kepribadian yang dimiliki.
Kata kunci: Karakteristik Kepribadian, Harga Diri, Gaya Hidup Hedonisme, Konsumen Starbucks

JURNAL ILMU PERILAKU 59


LESMANA & SANTOSO

Menurut Soedargo (dalam Idris, 2017) dekorasi kedai yang menarik sehingga

pertumbuhan konsumsi kopi di Indonesia digemari dan menjadi tren di kalangan

selalu melebihi angka 8% setiap tahunnya, masyarakat Indonesia. Menurut Hadijah

dimana pertumbuhan ini didorong oleh (2017), menjamurnya kedai kopi di

munculnya kedai-kedai kopi di beberapa beberapa wilayah kota besar di Indonesia

daerah yang ada di Indonesia. Berdasarkan dapat mengindikasikan bahwa keberadaan

data Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia kopi di Indonesia menjadi populer dan

(AEKI) konsumsi kopi di Indonesia terus menjadi bagian dari gaya hidup sebagian

mengalami peningkatan selama 4 tahun besar masyarakat Indonesia saat ini.

terakhir dan hasil tersebut terungkap dari Salah satu kedai kopi yang

survey terkait kebutuhan kopi yang naik mengalami banyak perkembangan dengan

sebesar 36% sejak tahun 2010 hingga 2014 jumlah gerai yang terus bertambah di
(Rikang & Dharma, 2014). Herlyana (2012) Indonesia adalah Starbucks (Laucereno,

menjelaskan bahwa meminum kopi bagi 2018). Menurut Farida (2019), saat ini total

masyarakat Indonesia sudah menjadi gerai Starbucks di 25 kota yang ada di

kebiasaan sehari-hari, kemudian pada saat Indonesia terdapat sebanyak 378 gerai dan
sekarang ini jumlah penikmat kopi yang hal ini terjadi karena Starbucks melihat

ada di Indonesia sangat banyak dan sudah potensi kopi Indonesia dapat terus

tidak terhitung jumlahnya, dimana berkembang menjadi salah satu komoditas

penikmat kopi tersebut tidak hanya kopi unggulan di dunia. Lebih lanjut dalam

dinikmati oleh orang dewasa saja tetapi perkembangannya, Starbucks juga telah

juga dinikmati oleh remaja dan bahkan membuka gerai terbesar kedua di dunia

manula. Berdasarkan data dari Financial yang terletak di Bali dan gerai ini

Times (dalam Maharani, 2018) diketahui merupakan satu di antara 185 gerai terbaik

bahwa jumlah kedai kopi artisan dan gerai Starbucks di dunia (Bella, 2019). Menurut

kopi di Indonesia meningkat dua kali lipat Putlia (2018), maraknya perkembangan

dalam lima tahun terakhir. Menurut kedai kopi di Indonesia membuat baik

Moelyono (dalam Prodjo, 2016), kedai kopi merek global maupun lokal turut bersaing

artisan adalah kedai kopi yang untuk meraih posisi di benak konsumen,

menawarkan satu jenis kopi untuk pembeli dan berdasarkan penelitian yang telah

dan memiliki proses penyajian serta dilakukan pada 20 mahasiswa aktif dari

JURNAL ILMU PERILAKU 60


LESMANA & SANTOSO

beberapa universitas yang ada di Jakarta, kelompok sosial yang memiliki kelas tinggi.

diketahui bahwa satu merek kedai kopi Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan

yang paling sering disebut adalah Starbucks. oleh Ng (2015) tersebut juga dijelaskan

Pada penelitian tersebut (Putlia, 2018), bahwasanya keinginan para pelajar untuk

diketahui bahwa mahasiswa yang mengikuti tren yang ada dan tidak

merupakan konsumen Starbucks telah ketinggalan zaman menjadi motif dari para

masuk dalam konsumerisme dan memiliki pelajar untuk mau membeli minuman yang

motivasi hedonisme dengan berperilaku memiliki harga mahal meski masih belum

konsumtif dan secara tidak langsung mandiri secara finansial. Menurut

diperdaya serta terjebak pada fetisisme Armstrong dan Kotler (2015), gaya hidup

komoditas. Perilaku konsumtif ini hedonisme adalah suatu pola hidup yang

mengarah pada gaya hidup glamor, boros aktivitasnya untuk mencari kesenangan
dan perasaan senang mengeluarkan uang hidup, seperti lebih banyak menghabiskan

untuk mendapatkan barang yang sedang waktu di luar rumah, lebih banyak

populer agar tidak ketinggalan zaman. bermain, senang pada keramaian kota,

Secara umum mahasiswa menyadari senang membeli barang mahal yang


perilaku konsumtif merupakan perilaku disukai, serta selalu ingin menjadi pusat

negatif, namun keinginan untuk diakui dan perhatian.

perasaan senang ketika dapat membeli Segmentasi yang mengikuti gaya

produk Starbucks menyebabkan mahasiswa hidup hedonisme salah satunya adalah

sulit menahan diri untuk tidak menjadi pada diri anak muda atau remaja (Palinoan,

konsumtif. 2017). Para pelajar atau mahasiswa yang

Penelitian serupa juga dilakukan oleh umumnya masih berada pada usia muda

Ng (2015), yang menemukan bahwa atau remaja dapat mengikuti gaya hidup

Starbucks dapat menjadi katalis untuk gaya hedonisme, yang mana gaya hidup

hidup hedonisme bagi pelajar, hal ini hedonisme pada pelajar atau mahasiswa

dikarenakan ketika pelajar dapat membeli tersebut disebabkan oleh adanya rasa ingin

minuman di Starbucks maka akan muncul mendapatkan pengakuan dari lingkungan

perasaan puas karena mendapatkan sekitarnya (Yuliyasinta & Edwina, 2017).

pengakuan dari temannya di media sosial Rasa pengakuan ini dapat berhubungan

dan dianggap sebagai bagian dari dengan bagaimana harga diri seseorang, hal

JURNAL ILMU PERILAKU 61


LESMANA & SANTOSO

ini didukung oleh penelitian yang gaya hidup hedonisme pada mahasiswa

dilakukan oleh Hartati dan Setyawan konsumen Starbucks. Starbucks sendiri

(2010), yang menemukan bahwa harga diri dipilih dikarenakan Starbucks merupakan

memiliki hubungan yang signifikan dengan kedai kopi yang paling sering dikunjungi

kecenderungan gaya hidup hedonisme dan paling dikenal oleh mahasiswa serta

pada mahasiswa. Dengan demikian, maka motivasi mahasiswa cenderung mengarah

dapat dilihat bahwa harga diri dapat ke gaya hidup hedonis ketika

berperan dalam menentukan gaya hidup mengkonsumsi kopi Starbucks, yakni ingin

hedonisme pada mahasiswa. mendapatkan pengakuan dari lingkungan

Selain harga diri, faktor kepribadian sosialnya dan ingin mendapat kepercayaan

juga menyebabkan seseorang memiliki gaya diri (Ng, 2015; Putlia, 2018).

hidup hedonisme. Hal ini sejalan dengan Berdasarkan penjabaran sebelumnya,


penelitian yang dilakukan oleh Ksendzova, maka penelitian ini dilakukan dengan

Iyer, Hill, Wojcik, dan Howell (2015), yang harapan dapat memberikan informasi yang

meneliti mengenai karakteristik dapat dijadikan sumber referensi bagi

kepribadian berdasarkan teori Big Five penelitian selanjutnya yang tertarik ingin
personality dengan perilaku hedonisme, meneliti mengenenai fenomena yang sama.

dimana dari hasil penelitian tersebut Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

ditemukan bahwa seseorang dengan mengetahui hubungan karakteristik

perilaku hedonisme yang maladaptif kepribadian dan harga diri dengan gaya

memiliki kepribadian neuroticism yang hidup hedonisme pada mahasiswa

tinggi dan memiliki kepribadian konsumen Starbucks. Hipotesis dalam

agreeableness dan conscientiousness yang penelitian ini terdiri atas:

rendah. Dengan demikian, berdasarkan H1: Harga diri memiliki hubungan

beberapa temuan dari penelitian yang signifikan terhadap gaya hidup hedonisme

dilakukan sebelumnya, terlihat bahwa baik pada mahasiswa konsumen Starbucks.

harga diri maupun kepribadian dapat H2: Karakteristik kepribadian

memainkan peran dalam kecenderungan memiliki hubungan signifikan terhadap

gaya hidup hedonisme. Oleh karena itu gaya hidup hedonisme pada mahasiswa

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsumen Starbucks.

peran kepribadian dan harga diri terhadap

JURNAL ILMU PERILAKU 62


LESMANA & SANTOSO

Metode kepribadian, harga diri, dan gaya hidup

Partisipan hedonisme dibuat dalam bentuk skala likert

Partisipan dalam penelitian ini adalah yang menghasilkan data interval dengan

390 orang mahasiswa yang berusia 18-24 alat ukur karakteristik kepribadian terdiri

tahun dan merupakan pengunjung dari skala 1-5 sedangkan alat ukur harga

Starbucks di Jakarta serta sudah pernah diri dan gaya hidup hedonisme terdiri dari

mengkonsumsi kopi di Starbucks. Metode skala 1-4.

sampling yang digunakan dalam penelitian Instrumen penelitian

ini adalah convenience sampling. Dari 390 Karakteristik kepribadian diukur

partisipan penelitian, 285 orang di dengan skala Big Five Inventory-10 (BFI-10)

antaranya (73,08%) berjenis kelamin milik Rammstedt dan John (2006) yang

perempuan. Peneliti menyebarkan telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia


kuesioner secara langsung dengan dan sudah melalui proses uji coba. Alat

memberikan kuesioner kepada para ukur ini terdiri dari 10 item dan hasil uji

mahasiswa yang sedang berada di Starbucks coba menggunakan test-retest reliability

dan juga menyebarkan kuesioner secara dengan rentang waktu 15 hari didapatkan
online melalui berbagai aplikasi messenger konsistensi hasil antara pengukuran

seperti Line, Whatsapp, Instagram, hingga pertama dan kedua dengan koefisien

media sosial seperti Facebook. Tujuan korelasi yang berkisar antara 0,895 – 0,977

peneliti menyebarkan kusioner secara online (sig p = 0,000 < 0,01) pada masing-masing

adalah agar data dapat terkumpul sebanyak karakter. Test-retest reliability digunakan

mungkin dan dapat mengantisipasi karena jumlah item yang terlalu sedikit

keterbatasan waktu dan tempat dalam pada masing-masing aspek untuk

mengumpulkan data. pengukuran karakteristik kepribadian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam alat ukur short form menyebabkan

kuantitatif korelasional yang bertujuan tidak cocok untuk dilakukan pengujian

untuk menguji hubungan antara dua reliabilitas dengan menggunakan metode

variabel. Variabel-variabel dalam penelitian reliabilitas konsistensi internal, oleh karena

ini terdiri atas karakteristik kepribadian, itu yang digunakan adalah metode

harga diri, dan gaya hidup hedonisme pada reliabilitas pengetesan ulang (test-retest).

konsumen Starbucks. Alat ukur karakteristik

JURNAL ILMU PERILAKU 63


LESMANA & SANTOSO

Hasil uji coba BFI-10 dapat dilihat pada Analisis Data

Tabel 1. Setelah data diperoleh, peneliti

Tabel 1. kemudian melakukan pengujian secara


Hasil Reliabilitas Test-Retest BFI-10
statistik untuk menguji hubungan antara
Karakteristik Nilai r (Koefisien
Kepribadian Korelasi) Tes 1 & 2 variabel-variabel penelitian. Terdapat dua
Openness to Experience 0,970** kali pengujian, yakni (1) pengujian
Conscientiousness 0,895** hubungan antara harga diri dan gaya hidup
Extraversion 0,924** hedonisme, dan (2) pengujian hubungan
Agreeableness 0,977** antara karakteristik kepribadian dan gaya
Neuroticism 0,945** hidup hedonisme. Teknik analisis statistik
**Correlation is significant at 0,01 level (2-tailed)
yang peneliti gunakan adalah uji korelasi
Pengukuran harga diri dilakukan Spearman.
dengan menggunakan Rosenberg Self- Hasil

Esteem Scale (Rosenberg, 1965) yang telah Berdasarkan hasil pengambilan data
diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan mengenai lama menghabiskan waktu di
sudah melalui proses uji coba. Alat ukur Starbucks, diketahui sebagian besar
Rosenberg Self-Esteem Scale terdiri dari 10 partisipan dapat menghabiskan waktu lebih

item dan hasil uji coba menunjukkan skor dari 1 jam ketika berada di Starbucks, hal ini
Cronbach’s Alpha sebesar 0,864. menandakan sebagian besar partisipan
Pengukuran alat ukur gaya hidup cenderung menikmati waktunya di
hedonisme diukur dengan skala gaya hidup Starbucks. Data lengkap mengenai

hedonisme yang disusun berdasarkan persentase lama waktu yang dihabiskan


konsep dari teori gaya hidup yang dapat di Tabel 2 berikut:
menggunakan AIO (activity, interest, Tabel 2
Persentase Lama Menghabiskan Waktu di
opinion) model dari Blackwell et al. (2012).
Starbucks
Alat ukur gaya hidup hedonisme awalnya
Lama Menghabiskan Frekuen Persen
terdiri atas 48 item, namun setelah melalui
Waktu di Starbucks si (%)
proses uji coba hanya tersisa 39 item yang
Kurang dari 30 menit 27 6.92%
valid dan memiliki Cronbach’s Alpha 30 menit 35 8.98%
sebesar 0,893. 1 jam 92 23.59%
Lebih dari 1 jam 236 60.51%

JURNAL ILMU PERILAKU 64


LESMANA & SANTOSO

Lama Menghabiskan Frekuen Persen Smirnov. Hasil dari uji normalitas data ini
Waktu di Starbucks si (%) adalah data pada variabel gaya hidup
Total 390 100%
hedonisme terdistribusi normal (p = 0,200 >

0,05), data pada variabel harga diri tidak


Bila dilihat dari frekuensi kedatangan,
terdistribusi normal (p = 0,000 < 0,05), dan
maka sebenarnya sebagian besar partisipan
data pada kelima karakteristik kepribadian
hanya datang sebanyak 1 hingga 2 kali
(openness to experience, conscientiousness,
dalam seminggu, sedangkan yang datang
extraversion, agreeableness, neuroticism) juga
hingga 4 sampai 5 kali tidak begitu banyak.
tidak terdistribusi normal (p = 0,000 < 0,05).
Hal ini menunjukkan sebagian besar
Menurut Nisfianoor (2009), bila data tidak
partisipan dalam penelitian ini belum
terdistribusi normal maka teknik analisis
memiliki kebiasaan yang konsumtif untuk
yang digunakan adalah teknik korelasi
datang ke Starbucks secara berlebihan dalam
Spearman, sementara bila data terdistribusi
waktu seminggu. Hasil lengkap dari
normal maka yang digunakan adalah
frekuensi kedatangan dalam waktu
teknik korelasi Pearson. Dalam data
seminggu dapat dilihat pada Tabel 3
penelitian ini karena data tidak
berikut:
terdistribusi normal maka yang digunakan
Tabel 3
Frekuensi Kedatangan ke Starbucks Selama adalah teknik korelasi Spearman. Berikut
Seminggu merupakan tabel yang merangkum
No Kedatangan Frekuensi Persen (%)
gambaran harga diri, gaya hidup
1. 1 kali 157 40.26%
hedonisme, dan data pada kelima
2. 2 kali 134 34.36%
3. 3 kali 77 19.74% karakteristik kepribadian.
4. 4 kali 18 4.62% Tabel 4
5. 5 kali 4 1.02% Analisis Deskriptif Variabel
Total 390 100% Variabel Min Maks Mean

Harga diri 1,67 4,00 2,85


Sebelum melakukan pengujian Gaya hidup 1,27 3,37 2,50
hipotesis dengan menggunakan uji korelasi, Hedonisme
peneliti melakukan uji asumsi terlebih Openness to 1,00 5,00 3,31
dahulu. Uji asumsi yang peneliti gunakan experience
adalah uji normalitas, dengan Conscientiousness 1,00 5,00 3,05
menggunakan One Sample Kolmogorov- Extraversion 1,00 5,00 2,94

JURNAL ILMU PERILAKU 65


LESMANA & SANTOSO

Variabel Min Maks Mean pengalaman baru dan mau mencoba hal

Agreeableness 1,50 5,00 3,41 yang berbeda (openness to experience),

Neuroticism 1,00 5,00 3,08 kemudian partisipan juga memiliki

kesadaran untuk melakukan segala sesuatu

Hasil analisis menunjukkan nilai atau mempersiapkan sesuatu dengan baik

harga diri berada dalam tingkatan kategori (conscientiousness). Partisipan juga memiliki

tinggi karena memiliki mean empirik yang tipe hubungan yang hangat, mudah

lebih besar dari mean hipotetik yang berteman, dan cenderung memiliki

menggunakan nilai tengah 2,5 pada skala 1- pandangan positif terhadap orang lain

4. Dengan demikian hal ini menunjukkan (agreeableness), namun partisipan secara

bahwa partisipan memiliki harga diri yang keseluruhan juga memiliki kecenderungan

tinggi. Sementara itu, nilai pada gaya hidup untuk mudah memiliki perasaan negatif

hedonisme berada dalam tingkatan kategori seperti cemas, marah, frustrasi, depresi dan

sedang karena memiliki mean empirik yang kesepian (neuroticism).

sebanding dengan mean hipotetik yang Pengujian yang digunakan dalam

menggunakan nilai tengah 2,5 pada skala 1- penelitian ini adalah uji korelasi Spearman

4. Hasil ini menunjukkan bahwa partisipan dengan melibatkan 8 variabel, yakni harga

cenderung tidak memiliki gaya hidup diri, gaya hidup hedonisme dan 5

hedonisme yang tinggi, namun gaya hidup karakteristik kepribadian (openness to

hedonisme pada para partisipan juga tidak experience, conscientiousness, extraversion,

rendah. Hasil pada keempat karakteristik agreeableness, neuroticism). Hasil pengujian

kepribadian (openness, conscientiousness, menunjukkan bahwa terdapat hubungan

agreeableness, neuroticism) ditemukan bahwa negatif yang signifikan antara harga diri

keempat karakteristik kepribadian tersebut dengan gaya hidup hedonisme (p = 0.003 <

berada dalam kategori tinggi karena 0,01; r = -0,150**) dan terdapat hubungan

memiliki nilai mean empirik yang lebih positif yang signifikan antara karakteristik

besar dari mean hipotetik yang kepribadian conscientiousness dengan gaya

menggunakan nilai tengah 3 pada skala 1-5. hidup hedonisme (p = 0,025 < 0,05; r =

Hasil ini menunjukkan bahwa keseluruhan 0,113*). Pada hasil analisis korelasi juga

partisipan dalam penelitian ini memiliki ditemukan bahwa empat karakteristik

kepribadian yang terbuka terhadap kepribadian lainnya tidak memiliki

JURNAL ILMU PERILAKU 66


LESMANA & SANTOSO

hubungan signifikan dengan gaya hidup Partisipan dalam penelitian ini sendiri

hedonisme, yakni: openness to experience (p = memiliki gaya hidup hedonisme yang

0,458 > 0,05; r = -0,038), extraversion (p = berada dalam kategori sedang sehingga

0,941 > 0,05; r = -0,004), agreeableness (p = sebenarnya kecenderungan gaya hidup

0,257 > 0,05; r = -0,058), neuroticism (p = 0,116 hedonisme pada para partisipan tidak

> 0,05; r = 0,080) sepenuhnya rendah. Salah satu penyebab

mengapa harga diri memiliki hubungan


Diskusi yang signifikan dengan gaya hidup
Harga diri partisipan dalam hedonisme dapat dijelaskan dalam hasil
penelitian ini cenderung tinggi, oleh karena penelitian yang dilakukan oleh Dwizota,
itu para partisipan dalam penelitian ini Dudek, Ludwikowska, dan Kowalski (2016)
memiliki kecenderungan untuk tidak yang menemukan bahwa seseorang dengan

Tabel 5
Matriks Korelasi Antar Variabel
Openn Consc Extra Agree Neuro Harga diri Gaya hidup
Hedonisme

Openn 1,000 0,011 0,535** 0,010 0,069 0,096 -0,038


Consc 0,011 1,000 0,048 0,150** -0,093 0,277** 0,113*
Extra 0,535** 0,048 1,000 -0,016 -0,151** 0,187** -0,004
Agree 0,010 0,150** -0,016 1,000 -0,112* 0,094 -0,058
Neuro 0,069 -0,093 -0,151** -0,112* 1,000 -0,168** 0,080
Harga diri 0,096 0,277** 0,187** 0,094 -0,168** 1,000 -0,150**
Gaya hidup -0,038 0,113* -0,004 -0,058 0,080 -0,150** 1,000
Hedonisme
**Correlation is significant at 0,01 level (2-tailed)

*Correlation is significant at 0,05 level (2-tailed)

mudah mengalami gaya hidup hedonisme. harga diri yang rendah akan lebih mudah

Meskipun demikian, hubungan negatif mengadopsi nilai yang menekankan pada

yang signifikan yang ditemukan diantara konformitas, kesenangan, dan kehidupan

harga diri dan gaya hidup hedonisme yang nyaman ketika dibandingkan dengan

mengindikasikan bahwa semakin tinggi orang yang memiliki harga diri tinggi.

harga diri seseorang maka semakin rendah Dalam penelitian tersebut (Dwizota, et al.,
gaya hidup hedonisme yang dimilikinya. 2016) dijelaskan bahwa seseorang dengan

JURNAL ILMU PERILAKU 67


LESMANA & SANTOSO

harga diri rendah cenderung lebih sensitif penelitian ini penyebab tidak

terhadap penolakan sosial, dan senantiasa ditemukannya hasil yang serupa pada

mencari pengalaman yang menyenangkan. penelitian milik Ksendzova, et al (2015)

Hal ini dapat menjadi penyebab individu kemungkinan disebabkan karena variabel

dengan harga diri rendah dapat lebih gaya hidup hedonisme yang disusun dalam

mudah mengalami gaya hidup hedonisme, penelitian ini cenderung tidak

namun ketika individu memiliki harga diri mengutamakan nilai hedonisme dan

yang tinggi maka individu tersebut tidak hedonisme yang maladaptif, namun gaya

mudah untuk mengikuti kebiasaan orang hidup hedonisme dalam penelitian ini

lain (konformitas) untuk mendapat membahas pengukuran aktivitas, minat,

pengakuan dari kelompok sosial ataupun dan pendapat yang utamanya diarahkan

mencari kesenangan dan kenyamanan pada konsumsi produk Starbucks.


secara berlebihan untuk merasa positif. Sementara pada penelitian milik Ksendzova

Penelitian yang dilakukan oleh et al (2015), nilai hedonisme diukur dengan

Ksendzova, et al (2015) menemukan bahwa skala value of pleasure yang mengukur

hedonisme dapat dibedakan menjadi value- kepentingan dalam melakukan aktivitas


based hedonism, yaitu prinsip yang menilai menyenangkan, sedangkan nilai hedonisme

tinggi kesenangan dibanding tujuan lain maladaptif diukur dengan skala buatan

dan maladaptive-hedonism, yaitu prinsip sendiri dalam penelitian yang mengukur

yang menekankan pengorbanan dalam pencarian kesenangan berlebihan hingga

mengejar kesenangan dalam hidup hingga mengabaikan tanggung jawab. Oleh karena

mempengaruhi kesejahteraan individu. itu, gaya hidup hedonisme yang dikur

Dalam penelitian tersebut (Ksendzova, et dalam penelitian ini sebenarnya lebih

al., 2015) diketahui bahwa value-based cenderung ke arah gaya hidup hedonis

hedonism memiliki hubungan signifikan yang berhubungan dengan kesukaan dan

yang negatif dengan conscientiousness dan konsumsi produk Starbucks dan hal ini

agreeableness, sementara maladaptive menyebabkan karakteristik kepribadian

hedonism berhubungan negatif secara yang diukur memiliki hasil berbeda dengan

signifikan dengan conscientiousness dan penelitian sebelumnya.

agreeableness, serta berhubungan positif Pada penelitian ini diperoleh data

secara signifikan dengan neuroticism. Pada bahwa kepribadian conscientiousness

JURNAL ILMU PERILAKU 68


LESMANA & SANTOSO

berhubungan dengan gaya hidup menimbulkan rasa takut akan penilaian

hedonisme mahasiswa pengunjung buruk dalam diri individu yang kemudian

Starbucks Jakarta. Hal ini mendukung hasil dapat memicu stres. Seseorang yang

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh memiliki kecenderungan perfeksionisme

O’Connor, Conner, Jones, McMillan dan kemudian akan dapat beralih pada

Ferguson (2009) yang meneliti hubungan konsumsi kopi karena kopi sendiri

kepribadian conscientiousness dengan ditemukan dapat menurunkan tingkat stres

konsumsi kafein, dimana pada penelitian yang dialami (Richard & Smith, 2015).

tersebut ditemukan bahwa kepribadian Selain itu, konsumsi kopi juga ditemukan

conscientiousness dihubungkan dengan dapat mempertahankan kemampuan

rendahnya konsumsi snack yang tinggi kognitif dan fisik dalam melakukan suatu

lemak dan lebih banyak konsumsi buah aktivitas (McLellan, Caldwell, & Lieberman,
serta tingginya konsumsi kafein dan rokok 2016). Dengan demikian, ketika mahasiswa

(pada perokok) selama periode waktu 28 memiliki kecenderungan kepribadian

hari. Gaya hidup hedonisme dalam dengan karakteristik conscientiousness yang

penelitian ini konteksnya berhubungan tinggi maka mahasiswa tersebut memiliki


dengan konsumsi produk kopi Starbucks kemungkinan mengkonsumsi kopi secara

yang juga merupakan minuman berlebihan dikarenakan kecenderungan

mengandung kafein sehingga semakin perfeksionisme yang dimilikinya.

tinggi kepribadian conscientiousness yang Kesimpulan

dimiliki oleh mahasiswa maka akan Penelitian ini menunjukkan bahwa

memicu tingginya konsumsi kafein pula terdapat hubungan yang signifikan antara

pada mahasiswa tersebut. Salah satu ciri harga diri dengan gaya hidup hedonisme

dari kepribadian conscientiousness adalah mahasiswa pengunjung Starbucks Jakarta,

adanya rasa ingin melakukan segala dan terdapat hubungan yang signifikan

sesuatu dengan baik, dan kecenderungan antara conscientiousness dengan gaya hidup

ini dapat mengarah pada perfeksionisme hedonisme mahasiswa. Karakteristik

(Stoeber, Otto, & Dalbert, 2009). Menurut kepribadian conscientiousness yang tinggi

Shafique, Gul dan Raseed (2017), menyebabkan mahasiswa sifat memiliki

perfeksionisme dapat menimbulkan stres perfeksionisme dan membuat mahasiswa

pada individu karena perfeksionisme dapat memiliki kecenderungan untuk

JURNAL ILMU PERILAKU 69


LESMANA & SANTOSO

mengkonsumsi kopi secara berlebihan. Dwizota, K., Dudek, A., Ludwikowska, K.,
& Kowalski, D. (2016). Value preferences
Selain itu, harga diri yang rendah pada
in individuals with low and high self-
mahasiswa memicu motivasi mengunjugi esteem. Curr Probl Psychiatry, 17(2): 97-
106. doi: 10.1515/cpp-2016-0011.
Starbucks bukan hanya karena konsumsi
Farida (2019). Starbucks paling banyak
kopi saja, melainkan juga untuk gunakan kopi Indonesia. Diunduh dari
https://www.arahdestinasi.com/travelne
mendapatkan pengakuan dan kepercayaan
ws/read/594/starbuck_paling_banyak_gu
diri. nakan_kopi_indonesia.
Hadijah, S. (2017). Kopi Indonesia terus
Saran untuk penelitian selanjutnya
meningkat dan jadi gaya hidup baru yang
adalah meneliti faktor-faktor lain yang populer. Diunduh dari
https://www.cermati.com/artikel/kopi-
dapat mempengaruhi gaya hidup
indonesia-terus-meningkat-dan-jadi-
hedonisme selain dari faktor yang dibahas gaya-hidup-baru-yang-populer.
Hartati, M. S., & Setyawan, I. (2010).
dalam penelitian ini. Saran untuk
Correlation among self-esteem with a
mahasiswa adalah agar dapat memiliki tencency hedonist lifestyle of students at
diponegoro university. Naskah tidak
harga diri yang tinggi dan mengurangi
dipublikasikan, Fakultas Psikologi,
kecenderungan perfeksionisme yang Universitas Diponegoro. Diunduh dari
http://eprints.undip.ac.id/24778/.
dimiliki. Hal ini dikarenakan bila
Herlyana, E. (2012). Fenomena coffee shop
mahasiswa terlalu cemas untuk mendapat sebagai gejala gaya hidup baru kaum
muda. Thaqafiyyat, 13(1), 188-204.
pengakuan dari teman atau menghindari
Diunduh dari http://ejournal.uin-
evaluasi negatif dari lingkungan sekitarnya suka.ac.id/adab/thaqafiyyat/article/view/
43/42.
maka mahasiswa akan lebih mudah jatuh
Idris, M. (2017). Digemari kaum milenial,
dalam gaya hidup hedonisme. konsumsi kopi RI tumbuh 8%/tahun.
Diunduh dari
https://finance.detik.com/berita-
Kepustakaan ekonomi-bisnis/d-3497320/digemari-
kaum-milenial-konsumsi-kopi-ri-
Armstrong, G., & Kotler, P. (2015). tumbuh-8tahun.
Marketing: An introduction (12th ed). Maharani, S. (2018). Fenomena ‘demam’ coffee
Edinburg Gate, England: Pearson shop di Indonesia. Diunduh dari
Education Limited. https://kumparan.com/@kumparanfood/f
Bella, A. (2019). Gerai starbucks terbesar kedua enomena-mewabahnya-demam-coffee-
di dunia hadir di Bali. Diunduh dari shop-di-indonesia.
http://marketeers.com/gerai-starbucks- Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan
terbesar-kedua-di-dunia-hadir-di-bali/. statistika modern untuk ilmu sosial.
Blackwell, R. D., Miniard, P. W., Engel, J. F., Jakarta: Salemba Humanika.
Di-ching, P., Yasin, N. M., & Hood, W. J. Ng, I. P. Y. (2015). Starbucks: Catalyst to
(2012). Consumer behavior. Lorong Chuan, hedonism among students today?
Singapore: Cengage Learning Asia.

JURNAL ILMU PERILAKU 70


LESMANA & SANTOSO

Working Paper Series Faculty of Social https://www.sciencedirect.com/science/a


Sciences, 81. Diunduh dari rticle/abs/pii/S0092656606000195.
https://www.academia.edu/27102457/Sta Richards, G., & Smith, A. (2015). Caffeine
rbucks_Catalyst_to_Hedonism_among_S consumption and self-assessed stress,
tudents_Today. anxiety, and depression in secondary
Ksendzova, M., Iyer, R., Hill, G., Wojcik, S. school children. Journal of
P., & Howell, R. T. (2015). The portrait of Psychopharmacology (Oxford, England),
a hedonist: The personality and ethics 29(12), 1236–1247.
behind the value and maladaptive doi:10.1177/0269881115612404.
pursuit of pleasure. Personality and Rikang, R. W., & Dharma, P. (2014). Orang
Individual Differences, 79(2015): 68-74. Indonesia makin gemar minum kopi.
Diunduh dari Diunduh dari
http://seanwojcik.com/Ksendova%20Iyer https://bisnis.tempo.co/read/589168/oran
%20Hill%20Wojcik%20&%20Howell%20 g-indonesia-makin-gemar-minum-
2015.pdf. kopi/full&view=ok.
Laucereno, S. F. (2018). 150 gerai di Starbucks Rosenberg, M. (1965). Society and the
mau tutup, kok di RI tambah 60? Diunduh adolescent self-image. Princeton, NJ:
dari https://finance.detik.com/industri/d- Princeton University Press.
4076111/150-gerai-starbucks-di-as-mau- Shafique, N., Gul, S., & Raseed, S. (2017).
tutup-kok-di-ri-tambah-60. Perfectionism and perceived stress: The
McLellan, T. M., Caldwell, J. A., & role of fear of negative evaluation.
Lieberman, H. R. (2016). A review of International Journal of Mental Health,
caffeine’s effects on cognitive, physical 46(4), 312–326.
and occupational performance. doi:10.1080/00207411.2017.1345046.
Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 71, Stoeber, J., Otto, K., & Dalbert, C. (2009).
294–312. Perfectionism and the big five:
doi:10.1016/j.neubiorev.2016.09.001. conscientiousness predicts longitudinal
O’Connor, D. B., Conner, M., Jones, F., increases in self-oriented perfectionism.
McMillan, B., & Ferguson, E. (2009). Personality and Individual Differences,
Exploring the benefits of conscientiousness: 47(4), 363–368.
An investigation of the role of daily stressors doi:10.1016/j.paid.2009.04.004.
and health behaviors. Ann Behav Med, 37(2): Wijayanti. A., & Astiti, P. D. (2017).
184-196. Diunduh dari Hubungan antara konsep diri dengan
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1
perilaku konsumtif remaja di kota
9322619.
Prodjo, W. A. (2016). Tren 2017, kedai artisan Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana, 4(1),
kopi akan menjamur. Diunduh dari 41-49. Diunduh dari
https://travel.kompas.com/read/2016/12/1 https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_p
6/190800927/tren.2017.kedai.artisan.kopi.a enelitian_1_dir/fa62f42dd31983bcb06c07
kan.menjamur.
bb1867e94b.pdf.
Rammstedt, B., & John, O. P. (2006).
Measuring personality in one minute or
less: A 10-item short version of the big
five inventory in english and german.
Journal of Research in Personality, 41(1):
203-212. Diunduh dari

JURNAL ILMU PERILAKU 71

View publication stats

Вам также может понравиться