Вы находитесь на странице: 1из 8

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana, Volume XXV, Nomor 1, 2000 : 13 - 20 ISSN 0216- 1877

HUTAN MANGROVE DI INDONESIA: PERANAN


PERMASALAHAN DAN PENGELOLAANNYA

oleh

Pramudji 1)

ABSTRACT

THE MANGROVE FOREST IN INDONESIA: THE ROLE OF MAN-


GROVE, PROBLEMS AND MANAGEMENT. Mangrove forest is mostly used to
support sosio-economic aspect of people living near the area. Looking at tree com-
ponents, some parts of mangrove have been used to support local and industrial
needs. For local people, mangrove forest is a useful source for food, medicine and
others. In industry, mangrove is used as sources for tannin, pulp, chipwood and alco-
hol
The exploitation of mangrove has been increasing, and there is a tendency to
destroy or inbalance fell trees. The impact is the natural resources and organisms
living in the area will be destroyed Large area scale conversion will cut the ecological
food chain and reduce the production of ecosystem around mangrove forest.
As the main important natural resources in Indonesia, mangrove should be
conserved and there are some suggested actions to be considered in relation to the
conservation of mangrove forest in Indonesia i. e. Protect and sustain the function and
potential of mangrove forest so that their continued presence as source for deve-
lopment is guaranteed; Maintain only those uses which guarantee sustainability of
the mangrove forest; Improve the legislative basis for the management of mangrove
including implementation of enabling legislation and promote the sustainable use of
mangrove forests.

PENDAHULUAN jangkauan air pasang tertinggi, sehingga


ekosistem ini merupakan daerah transisi yang
Hutan mangrove adalah hutan yang tentunya eksistensinya juga dipengaruhi oleh
berkembang di daerah pantai yang berair faktor-faktor darat dan laut. Komponen flora
tenang dan terlindung dari hempasan ombak, hutan mangrove, sebagian besar berupa jenis-
serta eksistensinya bergantung kepada adanya jenis pohon yang keanekaragamannya lebih
aliran air laut dan aliran sungai. Hutan man- kecil dan mudah dikenali bila dibandingkan
grove tumbuh berbatasan dengan darat pada dengan hutan darat. Sedangkan komponen

1)
Balitbang Biologi, Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.

13

Oseana, Volume XXV no. 1, 2000


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

faunanya, sebagian besar adalah kelompok tegakkan tunggal, seperti yang dijumpai di
avertebrata, dan hidup dalam ekosistem man- beberapa daerah di Pulau Ambon, Kepulauan
grove, namun sebagian kecil dari biota tersebut Tanimbar dan Kepulauan Aru, Maluku
juga hidup di ekosistem sekitar perairan man- Tenggara.
grove. Faktor yang mengontrol sebaran hutan
Indonesia yang merupakan negara mangrove adalah tersedianya habitat yang
maritim, memiliki kurang lebih 17 ribu pulau cocok untuk setiap jenis mangrove dan pasang
yang terdiri dari pulau besar dan kecil yang surut. Pasang surut memiliki peranan, baik itu
memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan langsung (seperti gerakan air, tinggi dan
luas daratannya sekitar 1,93 juta km 2 frekuensi), maupun tidak lansung (antara lain
(SUKARDJO 1996). Dari wilayah pantai salinitas, sedimentasi dan erosi) terhadap
tersebut dapat dijumpai hutan mangrove, tetapi perkembangan hutan mangrove sendiri
tidak semua wilayah pesisir ditumbuhi man- maupun perairan disekitarnya. Gerakan pasang
grove, karena untuk pertumbuhannya ada surut diketahui berperan dalam penyebaran
persyaratan atau faktor lingkungan yang biji, daya tumbuh biji, namun kurang berperan
mengontrolnya. Hutan mangrove di Indonesia terhadap kehidupan pohon yang sudah dewasa
menurut catatan yang diungkapkan oleh (BUDIMAN & SUHARDJONO 1992). Tinggi
DARSIDI (1987), luasnya adalah sekitar 4,25 pasang-surut di kawasan pesisir yang berkaitan
juta hektar, namun estimasi ini masih tergolong dengan topografi lantai hutan mangrove, akan
tinggi bila dibandingkan dengan yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya
diungkapkan oleh GIESON (1993), yaitu permintakatan (zonase) tumbuhan mangrove
sekitar 2.490.185 hektar. Perbedaan luas ini, (MACNAE 1966). SUKARDJO (1996)
kemungkinan disebabkan karena dalam jangka mengungkapkan bahwa, tumbuh dan
waktu lebih 6 tahun, telah terjadi konversi berkembangnya setiap jenis mangrove secara
hutan mangrove untuk kegiatan tambak atau konsisten berkaitan dengan tipe substrat,
pembangunan lainnya, sehingga luas areal hutan elevasi dan keterbukaan, sehingga spesifikasi
mangrove berkurang drastis. tempat tumbuhnya berpengaruh dominan
Konsentrasi hutan mangrove tersebut terhadap tipe komunitas dan sekutunya.
terdapat pada kawasan estuari pulau-pulau Besarya toleransi jenis tumbuhan mangrove
besar, seperti di pantai timur Pulau Sumatera, terhadap kisaran salinitas juga memberikan
Kalimantan, beberapa pantai Pulau Sulawesi pemikiran terhadap adanya permintakatan pada
dan Jawa, serta sepanjang pantai Irian Jaya. hutan mangrove. Sebagai contoh adalah jenis
Di Pulau Irian, Kalimantan dan Pulau Sumatera Avicennia sp. merupakan marga yang memiliki
memiliki banyak aliran sungai besar dan kemampuan untuk bertoleransi terhadap
panjang dengan tipe delta yang beragam, kisaran salinitas yang luas, bahkan secara
sebagai akibat arus sungai yang membawa umum jenis ini sering kita jumpai tumbuh di
material ke muara maupun air pasang dari laut. daerah garis pantai yang memiliki salinitas
Kondisi ini memberikan dukungan terhadap tinggi. Jenis ini sering disebut sebagai "pio-
mangrove untuk tumbuh dan berkembang neer species", dan biasanya berassosiasi
dengan subur pada pantai berlumpur lunak, dengan jenis Sonneratia sp. dan Rhizophora
delta, sungai besar, dan teluk yang terlindung. stylosa. Sedangkan jenis Brugguiera sp.,
Sedangkan pada pulau-pulau kecil atau Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum
gugusan pulau karang, mangrove nampak dan Ceriops tagal umumnya tumbuh pada
seperti gerumbulan tipis dan strukturnya daerah dengan salinitas dibawah 25 permil,
sederhana, dan bahkan sering hanya berupa kemudian Aegiceras corniculatum yang

14

Oseana, Volume XXV no. 1, 2000


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

biasanya berassosiasi dengan Heritiera grove sendiri maupun untuk perairan


litoralis, Nypa futicans, Acrostihum aureum disekitarnya. Serasah daun hutan mangrove
dan achantus ilicifolius tumbuh pada daerah di Pulau Rambut mencapai dua kali lipat
yang salinitasnya rendah atau mendekati air bila dibandingkan dengan hutan dataran
tawar. Permintakatan jenis tumbuhan pada tinggi Cibodas (BROTONEGORO &
hutan mangrove dapat dilihat sebagai suatu ABDULKADIR 1979).
proses suksesi dan merupakan hasil reaksi Telah diketahui bahwa perairan
ekosistem terhadap kekuatan yang datangnya disekitar hutan mangrove memiliki
dari luar, yaitu dipengaruhi oleh tipe tanah dan produktivitas tinggi, hal ini terkait dengan
tingginya ketergenangan air pasang surut. serasah mangrove yang diekspor ke perairan
sekitarnya baik yang berupa serasah maupun
PERANAN HUTAN MANGROVE serasah yang terurai. Serasah mangrove akan
dimanfaatkan oleh protozoa dan bakteri yang
Hutan mangrove merupakan daerah selanjutnya akan diuraikan sebagai bahan
yang sangat penting bagi masyarakat yang organik dan kemudian akan menjadi sumber
hidup disekitarnya, karena secara langsung energi bagi biota yang hidup diperairan.
mangrove dapat dimanfaatkan untuk berbagai Makrofauna dan mikroorganisme dipandang
kebutuhan hidup mereka, misalnya untuk kayu sebagai komponen penting dalam proses
bakar, kayu bangunan, arang bahkan dapat juga dekomposisi. Disamping peranannya sebagai
dimafaatkan sebagai obat-obatan dan khusus pengurai serasah, mikroorganisme yang di
dari jenis Nypa fruticans dapat dimanfaatkan ekspor ke perairan sekitarnya juga akan
sebagai sumber gula, alkohol maupun cuka berperan didalam rantai makanan. Kaitan
(RAHMAN & SUDARTO 1991). Secara tidak positif antara kehadiran hutan mangrove
lansung, hutan mangrove juga bermanfaat bagi dengan jumlah serta jenis biota akuatik
kehidupan mereka, karena daerah ini dapat nampaknya memang ada, dan hal ini telah
berperan sebagai habitat beberapa jenis ikan, diungkapkan oleh MARTOSUBROTO &
udang dan kepiting yang memiliki nilai NAAMIN (1977), yaitu adanya hubungan
ekonomi tinggi. Secara ekologis, hutan man- positip antara hutan mangrove dengan
grove mempunyai berbagai macam peranan produksi perikanan udang disekitarnya.
yang cukup besar antara lain adalah sebagai Interaksi hutan mangrove dengan
berikut: lingkungannya mampu menciptakan kondisi
yang sesuai bagi berlangsungnya proses
Hutan mangrove berperan sebagai sumber biologi beberapa organisme akuatik, seperti
nutrisi. pemijahan dan daerah asuhan. Daerah perairan
Dibandingkan dengan hutan hujan sekitar hutan mangrove diduga memberikan
tropik, biomas hutan mangrove jauh lebih tempat berlangsungnya proses biologi biota
kecil, namun apabila dilihat dari pro- laut apabila lingkungannya relatif stabil dan
duktivitasnya, hutan mangrove mempunyai tidak terlalu berfluktuatif, tergenang pada
nilai yang lebih tinggi dibandingkan periode dan kedalaman tertentu, serta tersedia
dengan ekosistem lainnya (BUDIMAN & makanan bagi larva ikan dan udang. Gambar
SUHARDJONO 1992). Serasah yang dibawah ini merupakan model skematik
dihasilkan oleh hutan mangrove merupakan tentang ekosistem mangrove (WOODROFFE
sumber karbon dan nitrogen bagi hutan man- 1985).

15

Oseana, Volume XXV no. 1, 2000


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Keterangan : Prod = productivity; Pho. = Photosynthesis; Det. =detritus


BID = Birds. Insects. Vertebrates

berperan sebagai filter dari pengaruh laut


Hutan mangrove berperan sebagai maupun dari darat serta dapat mencegah
pelindung pantai terjadinya intrusi air laut ke darat. Kemampuan
Hutan mangrove dapat berfungsi untuk hutan mangrove juga diduga dapat berperan
sebagai stabilator garis pantai, dapat mencegah sebagai penghambat intrusi air laut ke daratan.
erosi sebagai akibat pukulan ombak dan juga
berperan dalam penambahan lahan pantai. Tipe Hutan mangrove berperan sebagai
perakaran dari jenis Rhizophora sp., Avicennia penyedia kebutuhan manusia.
sp. dan Sonneratia sp. dapat meredam Hutan mangrove sudah lama
hantaman gelombang dan sekaligus berperan dimanfaatkan dan digunakan oleh masyarakat
sebagai penghimpun atau pengikat lumpur yang tinggal sekitar hutan mangrove, baik itu
yang dibawa oleh aliran sungai, sehinga akan untuk keperluan lokal maupun sebagai bahan
terbentuk pulau-pulau delta kecil yang industri. Secara lokal, manusia menggunakan
ditumbuhi mangrove, dan selanjutnya masing- mangrove sebagai bahan bangunan, kontruksi,
masing pulau akan bergabung dan akhirnya atap, kayu bakar, sebagai sumber makanan,
akan terbentuk hutan mangrove yang arealnya obat dan bahan untuk keperluan rumah tangga
cukup luas. Hutan mangrove juga dapat lainnya. Sedangkan dari segi industri, hutan

16

Oseana, Volume XXV no. 1, 2000


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

mangrove sebagai penghasil kayu lapis, bahan pemanfaatan lahan mangrove. Pemanfaatan
industri pulp, bahan arang dan penghasil tanin. lahan ini tentunya akan mengakibatkan
Khusus untuk jenis Nypa fruticans dikenal kerusakan dan akan menimbulkan berbagai efek
sebagai penghasil alkohol. yang merusak ekosistem mangrove dan
Areal hutan mangrove juga digunakan ekosistem perairan sekitarnya. Efek yang pal-
sebagai lahan untuk berbagai kegiatan manusia ing menyolok adalah pengendapan bahan-
antara lain, untuk tempat pemukiman, tempat bahan atau material yang mengandung logam
rekreasi, lahan pertanian, lahan tambak ikan berat dan terbawa arus air sungai ke areal hutan
dan udang dan bahkan yang sangat mangrove. Pengendapan yang berlebihan akan
mencemaskan adalah untuk tempat merusak mangrove, karena terjadinya
pembuangan sampah. Areal hutan mangrove penghambatan pertukaran air, hara dan udara dalam
juga digunakan sebagai tempat pencaharian substrat dan air di atasnya. Aktivitas
untuk menangkap kepiting bakau, udang dan penambangan sering pula dikaitkan dengan
berbagai macam jenis moluska. pengilangan minyak hasil galian, yang mana
dalam proses tersebut akan terjadi penahapan,
PEMANFAATAN LAHAN DAN misalnya adalah pelumatan, pencucian,
PERMASALAHAN pemisahan kimiawi dan penapisan. Limbah dari
proses ini biasanya langsung dibuang ke daerah
Indonesia yang merupakan negara yang pantai yang kemudian tersebar ke areal hutan
memiliki hutan mangrove yang terluas didunia, mangrove dan sekitamya, kemudian mengendap.
beberapa tahun terakhir ini mengalami Hal yang sama juga terjadi pada proses
berbagai tekanan. Pertumbuhan penduduk pengeboran minyak di daerah hutan mangrove,
yang semakin meningkat disekitar hutan man- seperti di daerah Muara Mahakam, Kalimantan
grove dan semaraknya pembangunan yang Timur.
memanfaatkan areal hutan, mengakibatkan Dampak dari semua kegiatan dengan
terjadinya perubahan hutan mangrove bahkan cara memanfaatkan hutan mangrove ini
ada kemungkinan hilangnya ekosistem umumnya akan menimbulkan permasalahan
tersebut. Pemanfaatan hutan mangrove, baik yang cukup pelik, yakni akan merusak dan
itu dalam bentuk ekplorasi hasil hutan maupun pada akhirnya dapat menyebabkan hilangnya
konversi lahan untuk keperluan lain, sumberdaya tersebut. Kerusakan hutan mangrove
sebetulnya sudah sejak ratusan tahun lalu, dan di beberapa wilayah pesisir pantai Indonesia
keadaan ini masih terus berlangsung hingga sudah cukup serius, misalnya pantai utara Pulau
saat ini (BUDIMAN & KARTAWINATA Jawa, daerah Cilacap, pantai barat Pulau Lombok,
1986). Bahkan PRAMUDJI (1997, 1999) pesisir Lampung, daerah Riau dan daerah Aceh.
menyebutkan bahwa pemanfaatan hutan man- Permasalahan ekologis yang muncul
grove beberapa tahun terakhir ini semakin dari pemanfaatan areal hutan mangrove yang
meningkat, terutama subsektor perikanan yang tidak memperhatikan aspek pelestararian,
memanfaatkan hutan tersebut untuk kegiatan antara lain adalah pencemaran. Perlu diketahui
budidaya tambak, penambangan atau kegiat- bahwa hutan mangrove mempunyai peranan
an pembangunan lainnya yang kurang sebagai filter terhadap bahan bahan polutan
memperhitungkan akibat sampingannya. yang berupa limbah rumah tangga, limbah
Kegiatan penambangan mineral yang industri maupun tumpahan minyak.
telah dilakukan, baik itu yang dibangun di SUMATRA (1980) mengatakan bahwa
daerah hutan mangrove maupun didaerah kawasan mangrove di delta Cimanuk telah
sekitamya adalah merupakan contoh salah satu

17

Oseana, Volume XXV no. 1, 2000


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

tercemar oleh pestisida thiodan, diazinon.


DDE, o.p.-DDT dan p.p. DDT. Dari hasil PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE
penelitian yang dilakukan terlihat bahwa daun
dari jenis Avicennia alba dan Rhizophora Seperti telah diuraikan di atas, bahwa
apiculata di daerah delta Cimanuk telah kerusakan hutan mangrove di Indonesia sangat
mengandung insektisida thiodan dan DDT berkaitan erat dengan meningkatnya jumlah
seperti yang terdapat dalam sedimen. penduduk, khususnya yang menempati areal
Seperti yang kita ketahui bersama disekitar hutan mangrove yang mendorong
bahwa hutan mangrove memiliki peranan terjadinya perubahan penggunaan lahan dan
terhadap ekosistem perairan disekitar hutan pemanfaatan sumberdaya mangrove secara
mangrove, karena mangrove merupakan berlebihan dan tanpa memperhatikan unsur
penghasil bahan organik yang diperlukan oleh pelestarian. Terkait dengan pemanfaatan
berbagai larva ikan, kepiting, udang dan sumberdaya mangrove, mustinya
berbagai biota laut lainnya. Dari kenyataan keseimbangan kepentingan perlu dijaga untuk
yang diungkapkan oleh MARTOSUBROTO mencapai peningkatan pengembangan
& NAAMIN (1977) terlihat bahwa konversi ekonomi dan usaha perlindungan ekosistem
hutan mangrove dalam skala besar akan hutan mangrove, serta konsekuensi kerusakan
menimbulkan masalah, yaitu menyebabkan hutan mangrove merupakan sesuatu kegiatan
menurunnya produksi udang. Permasalahan ini yang perlu dipertimbangkan dalam
muncul karena konversi hutan mangrove pengelolaan sumberdaya mangrove secara
menjadi tambak udang akan merusak terpadu untuk konservasi dan pelestarian.
sumberdaya tersebut, yang pada akhirnya akan Mengingat adanya berbagai fungsi dan
terjadi pemutusan rangkaian proses ekologis peranan hutan mangrove serta banyaknya
maupun biologis yang akan menyebabkan permasalahan yang timbul sebagai akibat
menurunnya produktivitas perairan. Konversi pemanfatan lahan mangrove, maka dalam
areal hutan mangrove merupakan penyebab pengelolaan mangrove perlu ada pemikiran
utama terhadap rusak dan berkurangnya areal sebagai berikut:
hutan mangrove. PARRY (1996) menyebutkan • Demi mempertahankan fungsi dan
bahwa konversi hutan mangrove di Indonesia peranan hutan mangrove terhadap
untuk tambak pada tahun 1977 adalah sekitar ekosistem perairan disekitarnya, maka
175.606 ha, kemudian sampai dengan tahun konversi areal hutan mangrove yang
1993 diperkirakan meningkat menjadi 268.743 diperuntukkan sebagai usaha budidaya,
ha, atau meningkat sebesar 47%. Me- hendaknya dipertimbangkan atau
ningkatnya pemanfaatan lahan mangrove ini, dilakukan studi kelayakan secara seksama,
karena dipacu tingginya harga udang dipasaran untuk memperoleh kepastian bahwa areal
internasional. Dengan meningkatnya penyakit hutan mangrove tersebut cocok untuk
udang tambak, sebagian besar lahan tambak budidaya.
terbengkelai dan ditinggal oleh petani, • Untuk menjaga kelangsungan dinamika
sehingga dampaknya adalah rusaknya kehidupan biota laut yang bersasosiasi
ekosistem mangrove dan perairan sekitarnya. dengan hutan mangrove dan sebagai
Disamping itu, pembukaan areal hutan man- perwujudan strategi konservasi ekosistem
grove ternyata dapat menimbulkan masalah hutan mangrove, maka areal mangrove
kesehatan, hal ini telah dibuktikan bahwa yang sudah mengalami kerusakan
populasi nyamuk meningkat sebagai akibat di- seyogyanya dijadikan daerah suaka alam.
tebangnya hutan mangrove, bahkan akan me- • Dalam rangka menjaga berlangsungnya
nimbulkan kerawanan terhadap wabah malaria.

18

Oseana, Volume XXV no. 1, 2000


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

suksesi alami, tanah-tanah timbul seperti BUDIMAN, A. dan K. KARTAWINATA1986.


delta didaerah muara sungai yang Pattern of setlement and uses in man-
ditumbuhi tumbuhan mangrove, grove with special reference to Indo-
hendakny a dibiarkan berkembang menjadi nesia. Workshop in humana induced
hutan mangrove. stresses on mangrove ecosystem.
• Hutan mangrove hendaknya diberi status UNESCO-UNDP: 23-36.
peruntukan berdasarkan urutan prioritas,
misalnya hutan lidung, hutan produksi atau BUDIMAN. A. dan S. PRAWIROATMODJO
hutan wisata sesuai dengan potensi 1992. Penelitian hutan mangrove di In-
ekosistem setempat. donesia: Pendayagunaan dan
• Seluruh kebijaksanaan yang menyangkut konservasi. Lokakarya Nasional
pemanfaatan areal hutan mangrove untuk Penyusunan Program Penelitian
kegiatan budidaya yang telah disepakati, Biologi Kelautan dan Proses Dinamika
harus didukung dan dengan perundang- Pesisir. Semarang, 24-28 November
undangan yang memadai dan sejalan 1992.
dengan sektor yang terkait. DARSIDI, A. 1987. Perkembangan
• Perlu dilakukan reboisasi terhadap pemanfaatan hutan mangrove di Indo-
kawasan hutan mangrove yang sudah nesia Proseding Seminar III Ekosistem
rusak, sekaligus memberikan lapangan Mangrove MAB-LIPI. 27-37.
kepada para nelayan.
• Perlu meningkatkan pengetahuan dan GIESON, W. 1993. Indonesian mangroves: An
kesadaran kepada masyarakat akan nilai update on remaining area and main
ekologis, ekonomis dan sosial serta management issues. Presented at Inter-
manfaat dan fungsi dari hutan mangrove. national Seminar on Coastal zone Man-
• Mengelola hutan mangrove secara agement of Small Island Ecosystem.
ekologis dan berkelanjutan. Ambon, 7-10 April 1993.
Dengan demikian sudah jelaslah bahwa
untuk lebih meningkatkan efektivitas dalam MACNAE, W. 1966. Mangroves in Eastern
rangka upaya pengelolaan hutan mangrove and Southern Australia. Aust. J. Bot. 14:
agar tidak rusak atau bahkan punah dari daerah 67- 107.
pesisir Indonesia, maka langkah-langkah atau
MARTOSUBROTO, P. dan N. NAAMIN
pemikiran harus segera dirumuskan untuk
1977. Relationship between tidak for-
mencakup berbagai aspek, antara lain aspek
est (mangrove) and comercial shrimp
hukum, sosial-ekonomi, institusi dan juga
production in Indonesia. Mar. Res. In-
aspek ekologis.
donesia 18: 81-86.
DAFTAR PUSTAKA PARRY, D. E. 1996. National strategy for man-
grove project management in Indone-
BROTONEGORO, S. dan S. ABDULKADIR sia. Lokakarya Strategi Nasional
1979. Penelitian pendahuluan tentang Pengelolaan Hutan Mangrove di Indo-
kecepatan gugur dan penguraiannya nesia. Departemen Kehutanan,
dalam hutan bakau Pulau Rambut. Direktorat Jenderal Reboisasi dan
Seminar Ekosistem Hutan Mangrove Reabilitasi Lahan. Jakarta, Juni 1996.
MAB-LIPI: 81-85.

19

Oseana, Volume XXV no. 1, 2000


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

PRAMUDJI. 1997. Mangrove forest in Pengelolaan Hutan Mangove di Indo-


Maluku Province Eastern part of Indo- nesia. Departemen Kehutanan,
nesia and effort to conserve the area. Direktorat Jenderal Reboisasi dan
Paper presented on the SIMCOAST Rehabilitasi Lahan. Jakarta 26-27 Juni
Managed Ecosystem Workshop in the 1996.
Philippines. Phillipinnes, August 1997
SUMATRA. 1980. Insecticide residue monitoring
PRAMUDJI. 1999. Hutan mangrove di wilayah
in Sediments, water fishes and mangrove
Propinsi Maluku dan upaya
at the Cimanuk Delta. Paper for LIPI-UN
pelestariannya. Proseding Seminar
University Seminar on coastal resources
Tentang Oseanologi dan Lingkungan
of Cimanuk Delta, West Java. Jakarta,
Laut, Dalam Rangka Penghargaan
August 1980: 20 pp.
Kepada Prof. Dr. Aprilani Sugiarto.
165-172.
WOODROFFE, C. D. 1985. Studies of a man-
RAHMAN, A. K. dan Y. SUDARTO 1991. grove basin, Tuff Crater, New Zealand: I.
Nipah sumber pemanis haru. Mangrove biomass and production of
Percetakan Kanisius Yogyakarta: 44 hal. detritus. Estuarine, Coastal and Shelf
Science. 20: 265-280.
SUKARDJO, S. 1996. Gambaran umum
ekologi mangrove di Indonesia.
Lokakarya Strategi Nasional

---------*******---------

20

Oseana, Volume XXV no. 1, 2000

Вам также может понравиться