Вы находитесь на странице: 1из 18

Pendekatan Kaunseling Islam Dalam Proses Pemulihan Kemiskinan Harta dan Jiwa

Oleh : DR. Abizal Muhammad Yati, Lc, MA


Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Aceh
Ijal_aby@yahoo.co.uk
Abstract
Islamic counselling has an important roles in solving a problem that is faced by every human
being. Islam is considered as a religion that brings blessings for people, has a high respect for a
mutual helping relationship, and spreading love for all the creatures, so that counselling in islam is
considered as one of the proffesion that is worth worship. Human can‟t be separated from the
problems of life. A poverty of wealth make him suffer, despair, and the poverty of soul makes human
lost his directions and control in life. Problem is not a destiny that we must surrender to its, people
should look for a solution to be escape from each issue. Through counselling approaches islam offers
a way out from a poverty of wealth and soul. A poverty of wealth can be restored with a hardwork,
communicating with a god through praying, prayer and istighfar, and surrender to god (tawakkal), has
a personality of Qana‟ah (feel satisfied with all that god gives) and giving a shadaqah (charity). While
a poverty of soul like ammoratu bissu (a soul that is full of bad deeds), anxiety boredom, misbehaving
and elso addicted to drugs, all of this is very dangerous to humans. Islamic counselling comes to make
an approaches to recevery with a Muhasabah approaches through contemplation of the creator
awareness who gave everything to every human, Taubah Ibadah approaches is a way back on the right
path and regretting all of sins and decorating self with amal shaleh, Akhlaqiyyah approaches is to
adorned hearts and self with a good behavior both to god and other humans being.

Keyword: Islamic, counselling, poverty, wealth, soul

A. Pendahuluan
Islam secara literal, bermakna kedamaian atau keselamatan. Sebagai sebuah agama dan jalan
hidup, Islam menawarkan kedamaian dan keselamatan bagi seluruh manusia di dunia ini. Orang yang
memilih hidup bersama Islam akan berada dalam kedamaian dan keselamatan, terselamatkan harta,
jiwa dan harga dirinya. Jaminan keselamatan ini sendiri tentunya tidak terlepas dari diutusnya Nabi
Muhammad Saw sebagai nabi terakhir yang membawa rahmat bagi sekalian alam “Rahmatan
Lil’alamin’ َٖ٤ِٔ َُ‫ى إِ َّل َسدْ َٔخ ُِ ِْ َؼب‬
َ ‫ َٓب أَسْ َع َِْ٘ب‬َٝ Tidaklah kami utus Engkau Muhammad Melainkan sebagi
pembawa keselamatan bagi sekalian alam (QS. Al-Anbiya:107).
Ketika Nabi Muhammad datang di jazirah Arab pertama kali dengan membawa Islam sebagai
jaminan keselamatan, banyak perubahan-perubahan yang dialami oleh masyarakat Arab ketika itu,
kedamaian dirasakan oleh semua pihak, karena islam memberikan solusi atas setiap permasalahan
hidup yang dihadapi manusia. Umat manusia ketika itu berada pada era kegelapan “Arab Jahiliyah”
dimana tidak mengenal arti kebenaran, kekuasaan ada pada orang-orang tertentu yang memilki power,
baik power jabatan, power uang dan sebagainya, sehingga kaum lemah tidak terjamin akan jiwa, harta
dan harga diri mereka. Keadaan dipenuhi oleh kemelaratan, himpitan kesesedihan, kegundahan, dan
kekacauan. Nabi datang dengan membawa jaminan kepada setiap yang memeluk Islam, sehingga
mampu mengobati duka hati, menentramkan jiwa, dan memberi semangat hidup.

Islam agama yang memberi solusi kepada umatnya, tidak ada jalan buntu yang ditemui dalam
Islam, hanya saja terkadang banyak manusia yang tidak menyadari bahwa islam adalah sebuah solusi
yang mampu memberi jawaban terhadap semua persoalan hidup, bahkan umat Islam sendiri terkadang
lari dari Islam dan mencari jalan lain untuk mengatasi problematika hidupnya, namun apa yang terjadi
kemelaratan dan kesengsaraan yang bertambah yang dihadapinya. Islam sangat mementingkan
umatnya, bahkan Islam mengambil peran besar dalam setiap permasalahan yang dihadapi manusia.

Kemiskinan harta dan jiwa membuat manusia hilang arah dan kendali dalam menjalani
kehidupan, dirinya telah dikuasai oleh nafsu semata, kebahagiaan yang dicari tidak kunjung
didapatkan karena menempuh jalan salah, terjebak dalam kegelapan yang membuatnya bingung,
timbul dalam dirinya kecemasan, kegelisahan, kebosanan, kesepian, akhirnya melakukan tindakan
menyimpang yang merugikannya.

1
Kemiskinan harta dan jiwa bukanlah sebuah takdir yang harus menyerah kepadanya, harus
ada usaha agar keluar dari kedua kemiskinan tersebut. Kemiskinan harta dan jiwa adalah bagian
problematika kehidupan yang harus diselesaikan dengan cara bijak dan dengan lengkah-langkah yang
tepat. Banyak kasus kemiskinan harta dan jiwa yang tidak terselesaikan dengan baik, sehingga
menambah persoalan lain yang lebih berat yang dapat membahayakan jiwa dan raga manusia.

Islam membentangkan jalan terbaik untuk manusia dalam setiap permasalahan hidup mereka,
salah satu jalan yang terbentang luas yang ditawarkan Islam untuk pemulihan setiap permasalahan
hidup terutama kemiskinan harta dan jiwa adalah melalui pendekatan konseling Islam. Konseling
Islam bertujuan agar manusia memiliki kesadaran akan eksistensi dirinya dan bekerja
memperjuangkan hal tersebut, juga mengembangkan kemampuannya agar dapat mengemban
tanggung jawabnya dalam hidup dan membentuk nilai dan kecenderungan positif hingga ia dapat
mengendalikan dan mengatur perilaku dan interaksinya dengan sesamanya.1 Konseling Islam
berupaya menyuguhan solusi-solusi yang dapat membahagiakan, menenangkan menyelamatkan, dan
membahagiakan seseorang dunia dan akhirat.

B. Pembahasan

1. Urgensi Konseling Islam

Islam adalah agama yang mengedepankan kepentingan manusia, peduli terhadap manusia
lainnya, saling tolong menolong dan mengedepankan sikap mendahulukan kepentingan orang lain di
atas kepentingan sendiri. Urgensi konseling Islam dapat dilihat dari tiga hal berikut ini:

a. Konseling sebagai Profesi Ibadah

Sebagaimana maksud dari konseling adalah memberikan bantuan (helping) kepada orang lain
dengan cara-cara profesional, maka Al-Qur‟an sebagai sumber konseling Islam telah memberikan
arahan-arahan untuk saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Ada dua konsep yang
ditawarkan konseling Islam untuk membantu orang lain yaitu konsep Ta’aun dan Tawasau, hal ini
dapat kita lihat dalam ayat berikut:

َٟٞ ‫اُزَ ْو‬َٝ ‫ ْاُجِش‬٠َِ‫ا َػ‬َُٞٗٝ ‫رَ َؼب‬َٝ


Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan (QS. Al-Maidah:02).
‫ْ ا ثِ ْبُ َٔشْ َد َٔ ِخ‬ٞ‫ص‬
َ ‫ا‬َٞ َ‫ر‬َٝ ‫صج ِْش‬ َ ‫ا‬َٞ َ‫ر‬َٝ
َ ُ‫ْ ا ثِب‬ٞ‫ص‬
Artinya: Saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang (QS. Al-Balad:
17)
Konsep Ta’aun yaitu memberi pertolongan kepada orang lain dalam hal kebaikan dan
ketakwaan, siapapun yang meminta bantuan pertolongan maka wajib untuk ditolong, tidak hanya
sekedar memberi pertolongan namun harus menolong dengan sepenuh hati, penuh dengan keikhlasan,
karena dalam konseling Islam menolong merupakan bagian dari ibadah. Sisi ibadah inilah yang
membedakan antara konseling Islam dengan konseling pada umumnya. Sementara konsep Tawasau
memberi solusi-solusi yang baik dalam bentuk nasehat, ketika seorang klien datang menyampaikan
keluh kesahnya, pastilah dia mengharapkan sebuah jalan keluar dari masalah yang dihadapinya, disini
konselor mengarahkannya untuk sabar, sabar merupakan nasehat sekaligus motivasi yang terbaik,
sebab jiwa manusia yang tergoncang akan mudah menjadi tenang jika diingatkan tentang pentingnya
untuk bersabar. Tawasau juga dikemas dengan nasehat yang mengandung kasih sayang (marhamah),
marhamah ini dapat diartikan dengan dua sisi, satu sisi untuk konselor dimana ketika memberikan
nasehat kepada klien harus mengedepankan sikap kasih sayang, sisi kedua untuk klien nasehat yang
berisi pesan-pesan untuk menebar kasih sayang kepada manusia lain, karena menebar kasih sayang
kepada yang lain dapat menenangkan jiwa, semakin banyak kita mengasihi dan menyayangi maka
semakin membuat hati bahagia, maka jiwa yang sakit akan terpulihkan.

b. Keistimewaan Etika Konselor Islam

1
Musfir bin Said Az-Zahrani, At-taujih wal-irsyadun nafsi minal Qur’anil wa-Sunah Nabawiyyah, 34.

2
Urgensi Konseling Islam juga terlihat dari etika konselor yang sangat diatur dalam Islam.
Etika-etika ini dapat dilihat dari sifat-sifat mulia Nabi Muhammad sebagai konselor pertama Islam,
antara lain memberi kabar gembira (Basyir), bersikap lemah lembut (Layyin), kasih sayang
(ruhuhama’), pemaaf (al-‘afwu) dan tidak membeda-bedakan manusia.
‫شا‬٣‫َٗ ِز‬َٝ ‫ ُٓجَششا‬َٝ ‫ذا‬ِٛ ‫ى شَب‬ َ ‫إَِٗب أَسْ َع َِْ٘ب‬
Artinya: Sesugguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira, dan
pemberi peringatan (Al-Fath: 8).
....ْْ َُُٜ ْ‫ا ْعزَ ْـلِش‬َٝ ْْ ُْٜ٘ ‫ي كَبػْقُ َػ‬ ِ َِْ‫ظَ ْاُو‬٤ِِ‫ْ ًُ ْ٘ذَ كَظّب َؿ‬ََُٞٝ ْْ َُُٜ َ‫ّللاِ ُِْ٘ذ‬
ُّ َ‫ت َّل ْٗل‬
َ ُِ ْٞ‫ا ِٓ ْٖ َد‬ٞ‫ض‬ َ َِٖٓ ‫كَجِ َٔب َسدْ َٔخ‬
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap
mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka... (QS. Ali Imran:
159)

Ayat-ayat di atas berbicara tentang syarat-syarat seseorang dalam memberikan konseling,


syarat yang berkaitan dengan kepribadian konselor, dan kemampuan komunikasi yang baik. Secara
lebih tegas lagi dalam surat Abasa dijelaskan tentang tata cara pelayanan konseling Islam yang harus
dilakukan seorang konselor kepada kliennya.

Turunnya surah abasa ini berawal dari kisah seorang buta menjumpai nabi Muhammad Saw,
namun ketika itu nabi Muhammad tidak melayaninya dengan baik, bahkan sampai tidak
memperdulikannya. Allah memberikan teguran kepada nabi Muhammad Saw.

َ َ‫ُ ر‬َُٚ َ‫) كَأ َ ْٗذ‬5( ٠َ٘‫) أَ َٓب َٓ ِٖ ا ْعزَ ْـ‬4( ٟ‫ُ اُز ًْ َش‬ٚ‫َ َز ًَ ُش كَزَ ْ٘لَ َؼ‬٣ َْٝ‫) أ‬3( ٠ًَ ‫َ َض‬٣ َُِٚ‫ي َُ َؼ‬
ٟ‫ص َذ‬ َ ٣‫ُ ْذ ِس‬٣ ‫ َٓب‬َٝ )2( ٠َٔ ‫ُ ْاْلَ ْػ‬ٙ‫) أَ ْٕ َجب َء‬1( ٠ََُٞ َ‫ر‬َٝ ‫ظ‬ َ َ‫َػج‬
َ ْ ْ َ ْ
٠ََِٜ‫ُ ر‬ٚ٘‫) كَأٗذَ َػ‬9( ٠َ‫َخش‬٣ َٞ َُٛٝ )8( ٠‫َ ْغ َؼ‬٣ ‫ى‬ َ ‫أَ َٓب َٓ ْٖ َجب َء‬َٝ )7( ٠ًَ ‫َ َض‬٣ ‫ي أَ َّل‬
َ ٤ْ َِ‫ َٓب َػ‬َٝ )6(

Artinya: Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, Karena Telah datang seorang
2
buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia
(ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang
yang merasa dirinya serba cukup Maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau
dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera
(untuk mendapatkan pengajaran), Sedang ia takut kepada (Allah), Maka kamu mengabaikannya. (QS.
Abasa: 1-10).
c. Aspek Tujuan Konseling Islam
Tujuan dasar konseling Islam yaitu mengajak, atau membujuk manusia ke jalan yang baik,
memberi perubahan yang baik kepada kehidupan manusia sehingga mereka meninggalkan masa lalu
mereka yang penuh dengan keburukan, mengembalikan manusia kepada manusia sebenarnya yaitu
manusia pilihan yang terbaik yang beriman kepada Allah, dan mempersiapkan bekal-bekl menuju hari
akhirat yang lebih abadi.
Inilah tugas seorang konselor Islam yang digambarkan oleh Allah dalam surat Ali Imran ayat
110:
ِ ‫َٕ ثِ ْبُ َٔ ْؼش‬ُٝ‫بط رَأْ ُٓش‬
َ ِ‫َٕ ث‬ُِٞ٘ٓ ‫رُ ْؤ‬َٝ ‫ْ َٕ َػ ِٖ ْاُ ُٔ ْ٘ ٌَ ِش‬َْٜٞ٘ َ‫ر‬َٝ ‫ف‬ُٝ
ِ‫بّلل‬ ْ ‫ َش أُ َٓخ أُ ْخ ِش َج‬٤ْ ‫ًُ ْ٘زُ ْْ َخ‬
ِ َُِِ٘ ‫ذ‬
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah... (Ali Imran: 110)

2. Cobaan Allah Kepada Manusia

2
Orang buta itu bernama Abdullah bin ummi Maktum. dia datang kepada Rasulullah s.a.w. meminta
ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah s.a.w. bermuka masam dan berpaling daripadanya, Karena beliau
sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam.
Maka turunlah surat Ini sebagi teguran kepada Rasulullah s.a.w. (Ibnu Katsir. (2005), Tafsir Ibnu Katsir, Vol.
VIII, 319.

3
Cobaan Allah sangat beragam bentuknya, tidak hanya berupa musibah kemalaratan,
kemiskinan, bencana sehingga hilang harta benda dan jiwa. Namun bisa cobaan itu bisa juga dalam
bentuk kenikmatan berupa kekayaan dan kesenangan.

ْ٤‫ ُ أَجْ ش َػ ِظ‬ٙ‫ّللاُ ِػ ْ٘ َذ‬


َ َٝ ‫ْ َّل ُد ًُ ْْ كِ ْزَ٘خ‬َٝ‫أ‬َٝ ْْ ٌُ ُُ‫ا‬َٞ ْٓ َ‫إَِٗ َٔب أ‬

Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allah-lah pahala yang besar (QS. At-Taghabun:19).

Kedua cobaan tersebut baik kemalaratan maupun kenikmatan bisa berdampak buruk bagi
manusia jika tidak pandai menyikapinya. Kemiskinan harta bisa berakibat hilangnya kendali pada diri
seseorang sehingga mereka tergesa-gesa memperoleh apa yang diinginkan dengan segala cara tanpa
memperhatikan baik buruknya, halal dan haramnya. Mereka beranggapan jalan yang mereka tempuh
sebuah solusi baik dalam merubah hidup, namun pada kenyataanya semakin mengalami jalan buntu
yang berakibat pada kemalaratan hidup yang semakin berterusan. Sebagian yang lain dicoba dengan
kemalaratan lalu ia berputus asa, malas berusaha untuk merubah nasib hidupnya, berburuk sangka
kepada Tuhan karena menganggap telah menentukan dirinya menjadi miskin, hal semacam ini
pastilah kemalaratan itu akan semakin bertambah baginya.

Sementara yang dicoba dengan kekayaan, kekayaan itu bisa jadi menjadi sebuah bencana
besar baginya, bahkan jika ia tidak pandai mempergunakan dengan semestiya maka kekayaan akan
berubah menjadi sebuah kemelaratan, membuat diri sombong, lupa kepada tuhan, mempergunakan
harta untuk jalan buruk, menghamburkan harta untuk kesenangan yang sesaat. Betapa Banyak orang
yang diberi kekayaan, tapi tidak merasakan kebahagiaan, hidup dalam kemewahan tapi hati penuh
dengan kegelisahan, ia berbaut perbuatan menyimpang. Allah cabut sedikit-sedikit kenimatan yang
diberi, lalu jatuh miskin, bertambah sakit jiwanya, bahkan berakibat pada sakit fisiknya.

Allah telah menggambarkan cobaan ini akan berakibat buruk bagi seseorang ;

ُٕٞ‫ُ ْْ ُٓ ْجِِغ‬ٛ ‫ُ ْْ ثَ ْـزَخ كَئ ِ َرا‬ٛ‫ا أَخ َْزَٗب‬ُٞ‫ر‬ُٝ‫ا ثِ َٔب أ‬ُٞ‫ إِ َرا كَ ِشد‬٠َ‫ء َدز‬٢َ َ َٞ ‫ ْْ أَ ْث‬ِٜ ٤ْ َِ‫ كَزَذْ َ٘ب َػ‬ِٚ ِ‫ا ث‬ُٝ‫ا َٓب ُرًش‬ُٞ‫كََِ َٔب َٗغ‬
ْ ‫اة ًَُ ش‬
Artinya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang Telah diberikan kepada mereka, kamipun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa
yang Telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa.(QS. Al-An‟am: 44).

3. Proses Pemulihan Kemiskinan Harta


Kemiskinan bukan sebuah takdir Tuhan kepada seorang hamba, sebab setiap manusia
memiliki segudang potensi yang diberikan Allah kepada mereka untuk berusaha. Usaha yang mereka
lakukaan sebagai salah satu sarana merubah keadaan menjadi lebih baik. Allah tidak merubah nasib
seseorang jika mereka tidak merubah nasibnya sendiri.
ْْ ِٜ ‫ا َٓب ثِأ َ ْٗلُ ِغ‬ُٝ‫ش‬٤َ‫ُـ‬٣ ٠َ‫ْ ّ َدز‬َٞ‫ ُش َٓب ثِو‬٤َ‫ُـ‬٣ ‫ّللاَ َّل‬
َ َٕ ِ‫إ‬
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah (nasib) suatu kaum sehingga mereka merubah nasib
mereka sendiri (QS. Al-Ra‟ad: 11).
Begitu pula halnya kekayaan yang diberikan Allah kepada seseorang tidak akan dicabut oleh
Allah jika ia tetap berada pada jalan yang benar, namun bila dia menjadi sombong dan lupa kepada
Allah maka nikmat tersebut berubah menjadi kemalaratan.
َ َٕ َ‫أ‬َٝ ْْ ِٜ ‫ا َٓب ثِأ َ ْٗلُ ِغ‬ُٝ‫ش‬٤َ‫ُـ‬٣ ٠َ‫ْ ّ َدز‬َٞ‫ ه‬٠َِ‫َب َػ‬َٜٔ ‫شا ِٗ ْؼ َٔخ أَ ْٗ َؼ‬٤َ‫ي ُٓـ‬
ْ٤ِِ‫غ َػ‬٤ِٔ ‫ّللاَ َع‬ َ َٕ َ ‫ي ثِأ‬
ُ َ٣ ْْ َُ َ‫ّللا‬ َ ُِ‫َر‬

Artinya: (siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak
akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu

4
meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri3 dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui. (QS. Al-Anfal: 83).

Sebelum dipaparkan pendekatan kaunseling dalam pemulihan kemiskinan harta, terlebih


dahulu diuraikan Penyebab Kemiskinan Harta sebagai berikut:

I. Tidak memiliki Skill/Keterampilan


Allah memberikan peluang besar untuk mencari rezeki di atas permukaan bumi yang
terbentang luas.
َ َِ ْ‫ا ِٓ ْٖ كَض‬ٞ‫ا ْثزَ ُـ‬َٝ ‫ض‬
...ِ‫ّللا‬ ِ ْ‫ ْاْلَس‬٢ِ‫ا ك‬ُٝ‫كَب ْٗزَ ِشش‬
Artinya: Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Al-Jum‟ah: 10).
Untuk bisa memperoleh karunia Allah tentunya dengan keterampilan yang ada pada manusia,
setiap manusia sebenarnya memiliki skill yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
‫ل‬٤ِ‫ َعج‬َٟ‫ذ‬ْٛ َ‫ أ‬َٞ ُٛ ْٖ َٔ ِ‫ كَ َشثُّ ٌُ ْْ أَ ْػَِ ُْ ث‬ِٚ ِ‫ شَب ًَِِز‬٠َِ‫َ ْؼ َٔ َُ َػ‬٣ ًَُ َُْ‫ه‬
Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (QS. Al-Isra‟: 84).
Ibnu Abbas berpendapat dalam menafsirkan ayat tersebut bahwa manusia bekerja sesuai
keterampilan yang dimilikinya, sementara Mujahid mengatakan bahwa manusia bekerja sesuai skill
dan kepandaiannya.4 Seseorang memiliki sebuah keterampilan atau skill tentunya didapatkan lewat
sebuah proses panjang yang dilaluinya dengan cara mencari, menggali ilmu pengatahuan dan melatih
diri dengan sungguh-sungguh, maka salah satu sarana mendapatkan keterapilan adalah ilmu
pengetahuan.

Islam mendorong manusia untuk menuntut ilmu, siapa saja yang menuntut ilmu dengan
sungguh-sungguh maka Allah akan angkat derajatnya di dunia dan di akhirat.5 Di dunia dalam bentuk
Allah mudahkan ia untuk mendapat pekerjaan, sehingga mudah pula memenuhi keperluan hidupnya.
Sementara yang tidak mau mencari ilmu, maka ia juga tidak punya keterampilan, sehingga susah
baginya memenuhi hajat hidupnya, hidupnya menjadi miskin harta.

II. Tidak Aktif (pemalas)

Islam agama yang menganjurkan umatnya untuk aktif bekerja, disamping itu pula Islam
sangat membenci sifat pemalas. Sifat malas merupakan penyakit yang sangat membahayakan, malas
mencegah seseorang untuk berpikir cemerlang dan tidak dapat bekerja dengan baik, malas dapat
menghancurkan masa depan masyarakat dan bangsa.

Nabi Muhammad Saw sangat menghindari sifat pemalas, sehingga beliau berdoa agar
dihindarkan dari sifat tersebut. Hadis diriwayatkan dari Anas bin Malik.
َ‫اٌُغ‬ٝ ‫اُؼذض‬ٝ ,ٕ‫اُذض‬ٝ ُْٜ‫رثي ٖٓ ا‬ٞ‫ اػ‬٢ٗ‫ْ ا‬ُِٜ‫ا‬
Artinya: ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kegundahan dan kesedihan, dari sifat lemah
dan malas.

Ada beberapa penyebab timbunya sifat malas, antara lain:


1. Hidup dalam kemewahan;
2. Suka bersenang-Senang;

3
Allah mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, karena dosa yang mereka
lakukan, seperti kenikmatan yang diberikan Allah kepada Fir‟aun, ia kufur dan sombong maka Allah mencabut
nikmat tersebut (Ibnu Katsir, Tafsir..., 79.
4
Ibnu Katsir, Tafsir..., 113.
َِ ‫ّللاهِالَذينَِِآ َم هنواِم ْن هك ِْمِ َوالَذينَِِأهو هتواِ ْالع ْل َِمِ َدرَ جَ اتِِ َو‬
Lihat Qur’an Surat Al-Mujadalah ayat 11: ِ‫ّللاهِبمَاِ َتعْ َملهونَِِ َخبير‬ َِ ِِ‫َيرْ َفع‬
5

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

5
3. Banyak waku luang;
4. Banyak makan dan minum;
5. Banyak Tidur.

Bila sifat malas menghiasi diri seseorang maka ia telah membuka pintu kemiskinan dalam
kehidupannya, masa depannya ia kuburkan dalam waktu luang yang terus disiasiakannya,
kebahagiaannya ia musnahkan sendiri dalam kesenangan semu yang berakibat buruk baginya.

III. Putus Asa

Terkadang manusia sudah berusaha maksimal, namun tidak mebuahkan hasil yang
diharapakan, lalu menyerah total dengan meninggalkan segala usahanya, hal ini disebut berputus asa.
Putus asa atau dalam bahasa Arab disebut ‫أط‬٤ُ‫ ا‬merupakan salah satu penyakit yang membahayakan
seseorang, hilang akan harapan untuk memperoleh masa depan, hilang rasa percaya diri dan tidak lagi
mengharapkan apapun, semua jalan dianggap buntu, seakan hidupnya memang sudah ditakdirkan
sedemikian rupa.

Allah mengingatkan manusia untuk tidak berputus asa;


َُٕٝ‫ْ ُّ ْاُ ٌَبكِش‬َٞ‫ّللاِ إِ َّل ْاُو‬
َ ‫ح‬ ِ ْٝ‫ْأَطُ ِٓ ْٖ َس‬٤َ٣ ‫ُ َّل‬َِٚٗ‫ّللاِ إ‬
َ ‫ح‬ ِ ْٝ‫ا ِٓ ْٖ َس‬ُٞ‫ْأَع‬٤َ‫ َّل ر‬َٝ
Artinya: Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf: 87).

Kemiskinan harta terkadang berdampak buruk bagi seseorang yang dapat menimbulkan
perbuatan-perbuatan buruk lainnya, maka kemiskinan harta harus ada solusi terbaik yang diusahakan
melalui proses-proses yang benar-benar terjamin. Saat ini, banyak manusia supaya bisa keluar dari
kemiskinannya menempuh cara-cara yang salah, akhirnya bukan solusi yang didapatkan, namun
bertambah jatuh dalam kemiskinan. Solusi terbaik untuk bisa keluar dari kemalaratan kemiskinan
adalah dengan mendekatkan diri kepada pemilik harta yaitu Allah, bukan mengadu nasib kepada
manusia.
Rasulullah Saw bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud: Barang siapa yang ditimpa
kemiskinan, lalu dia mencari solusinya kepada manusia, maka tidak akan dapat menyelesaikan
kemiskinannya tersebut, dan barang siapa yang mencari solusinya kepada Allah, maka Allah akan
memberikan rezeki kepadanya baik sekarang atau akan datang (HR. Tirmizi, no. 2324).

Pendekatan Konseling Islam dalam pemulihan kemiskinan harta harus dikembalikan kepada
nilai-nilai yang terkadung dalam Islam itu sendiri, secara nilai ketauhidan, Allah memiliki sifat
Rububiyah yang menjamin setiap keperluan manusia, maka harus benar-benar dijadikan sebagai
sandaran kehidupan oleh manusia baik dalam mengharap rezeki, beribadah, memohon pertolongan
dan berserah diri kepadaNya. Konseling Islam memiliki ikatan yang kuat dengan Islam, pendekatan
pemulihan kemiskinan harta dalam Islam itulah yang menjadi landasan pendekatan Konseling Islam
dalam proses pemulihan kemiskinan harta. Islam memberikan pendekatan dalam proses pemulihan
kemiskinan harta melalui beberapa langkah berikut :

1. Berusaha dengan Sungguh-Sungguh

Allah menjamin rezeki setiap makhluk, semua telah ditentukan rezeki oleh Allah, namun
rezeki tersebut haruslah dijemput. Setiap manusia harus berusaha dan bekerja sesuai kemampuan yang
dimilikinya, Allah menghargai setiap usaha yang dilakukan seseorang dengan memberi rezeki kepada
mereka. Para Nabi dan Rasul sebagai utusan Allah mereka juga bekerja, padahal bisa saja rezeki
datang dari langit secara langsung tanpa mereka bekerja, lihat nabi Daud misalnya seorang tukang
besi, nabi Zakaria pencari kayu, nabi Muhammad pernah menjalani pekerjaan sebagai pengembala
kambing dan berdagang. Ini menjadi motivasi bagi manusia lainnya, bahwa setiap kita jika ingin
memenuhi keperluan hidupnya, keluar dari kemikinan harta dan mendapat kesenangan hidup maka
harus bekerja.

Rasulullah Saw bersabda:

6
َ ِ‫إِ َٕ َٗج‬َٝ ِٙ ‫َ ِذ‬٣ َِ َٔ ‫َأْ ًُ ََ ِٓ ْٖ َػ‬٣ ْٕ َ‫ْشا ِٓ ْٖ أ‬٤‫ظ َخ‬
٢ ُّ َ‫ َعَِ َْ هَب ٍَ َٓب أَ ًَ ََ أَ َدذ طَ َؼبٓب ه‬َٝ ِٚ ٤ْ َِ‫ْ َػ‬َُِٜ‫ ا‬٠َِ‫ص‬ َ ٍِ ُٞ‫ْ ػ َْٖ َسع‬ْٜ٘ ‫ْ َػ‬َُِٜ‫ ا‬٢‫ض‬
َ ِ‫ّللا‬ ِ ‫َػ ِٖ ْاُ ِٔ ْوذ َِاّ َس‬
ِٙ ‫َ ِذ‬٣ َِ َٔ ‫َأْ ًُ َُ ِٓ ْٖ َػ‬٣ َٕ‫ اُغ ََلّ ًَب‬ِٚ ٤ْ َِ‫ َد َػ‬ُٝ ‫ّللاِ دَا‬
َ

Artinya: tidak ada seseorang yang memakan makanan yang lebih baik dibanding dari seseorang yang
makan dari hasil kerjanya sendiri, sesungguhnya nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri (HR.
Bukhari).

Umar bin Khattab pernah mengeuarkan ungkapan indah tentang berusaha mencari rezeki:
‫ّل كضخ‬ٝ ‫جب‬ٛ‫إ اُغٔبء ّل رٔطش ر‬
Artinya: Sesugguhnya langit tidak menurunkan hujan emas dan perak

Allah memberikan kita peluang untuk mencari rezeki di bumi,


‫ي‬ َ ََٖ‫أَدْ ِغ ْٖ ًَ َٔب أَدْ غ‬َٝ ‫َب‬٤ْٗ ‫ي َِٖٓ اُ ُّذ‬
َ ٤ْ َُِ‫ّللاُ إ‬ ِ َٗ ‫ظ‬
َ َ‫ج‬٤‫ص‬ َ ‫ى‬
َ ْ٘ َ‫ َّل ر‬َٝ َ‫ ِخ َشح‬٥‫ّللاُ اُ َذا َس ْا‬ َ ‫ َٔب آرَب‬٤ِ‫ا ْثز َِؾ ك‬َٝ
Artinya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu (QS. Al-Qasas: 77).

Ayat di atas memberi isyarat kepada manusia bahwa Allah memberi peluang untuk mencari
kebahagiaan dari kenikmatan dunia, tentunya memperoleh kenikmatan dunia tersebut dengan
berusaha sungguh-sungguh dengan cara bekerja. Pekerjaan dalam memperoleh harta sangat beragam
jenisnya, sebagian berat dan sebagian lainnya ringan, namun dimata Allah semua pekerjaan tersebut
sama tidak ada pekerjaaan yang rendah, hina, tinggi, atau terhormat , karena pada dasarnya pekerjaan
adalah sebuah sarana memperoleh harta apapun bentuknya asalkan sesuai dengan ketentuan Allah.

Manusia dituntut menjalani proses pekerjaan tanpa melihat bentuk pekerjaan tersebut,
terkadang yang membuat manusia tidak mendapat solusi permasalahan kemiskinannya karena
meninggi diri, mengedepankan ego, gengsi diri dengan pekerjaan yang dianggap rendah. Lihat
bagaimana Rasulullah Saw menggambarkan sebuah pekerjaan yang mungkin kelihatannya hina
namun sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia;

Demi Jiwaku dalam genggamannya, seseorang yang mengangkut kayu bakar dengan
punggungnya itu lebih mulia baginya daripada dia mendatangi seseorang meminta sesuatu sama ada
orang tersebut memberinya atau tidak menolaknya (HR. Bukhari dan Muslim).

Secara teologis (teologi bekerja), bekerja merupakan sarana untuk memperoleh rahmat
Tuhan, usaha untuk memancing datangnya rahmat Tuhan.6 Kewajiban bekerja merupakan kewajiban
setiap orang, bukan hanya bagi yang yang tidak memiliki kecukupan hidup. Bagi yang sudah
memiliki kecukupan ekonomi bekerja sebagai penambah semangat dan menjadikan diri pro aktif,
sementara pengangguran/tidak bekerja dapat menimbulkan hal-hal yang negatif. Jika orang miskin
tidak bekerja maka hidupnya tidak akan ada jalan keluar dari himpitan kemiskinannya.

2. Memperkuat Komunikasi dengan Allah

Sangat penting membangun komunikasi dengan Allah, bahkan ini lebih utama dari
komunikasi-komunikasi lain dengan makhluk. Komunikasi dengan Allah sangat penting sebab Allah
sangat dekat dengan manusia, kedekatan Allah dengan manusia lebih dekat dari urat nadinya, pastilah
Allah mendengar setiap apa yang disampaikan hambaNya, bukan sekedar mendengar tetapi juga
Allah merespon setiap yang disampaikan hamba tersebut. Perlu kita renungkan bahwa Allah tempat
meminta pertolongan, Allah tempat menyampaikan keinginan, Allah tempat mengadu setiap
permasalahan, dan Allah tempat segalanya bagi hamba yang mau menjalin komunikasi denganNya.
ِٕ ‫اع إِ َرا َدػَب‬ ُ َ ََُ‫إِ َرا َعأ‬َٝ
ِ ‫حَ اُ َذ‬َٞ ‫تُ َد ْػ‬٤‫ت أ ِج‬٣‫ هَ ِش‬٢ِٗ‫ كَئ‬٢َ٘‫ ػ‬١‫ي ِػجَب ِد‬
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, (QS. Al-Baqarah:186).
6
Achmad Mubarok. (2000), al Irsyad an Nafs Konseling Agama Teori dan Kasus, 123.

7
Dalam sebuah hadis Qudsi Rasulullah Allah berfirman, Rasulullah bersabda: wahai hambaku
jika engkau datang kepadaku satu jengkal, maka aku akan datang kepadamu satu depa, jika engkau
datang kepadaku satu depa maka aku akan datang kepadamu satu hasta, jika engkau datang
kepadaku dalam keadaan berjalan maka aku akan datang kepadamu dalam keadaan berlari.
Pertanyaan paling besar yang harus kita jawab dari diri masing-masing sudahkah kita dekat dengan
Allah? adakah menjalin komonikasi dengan Allah? permasalahan hidup adakah kita sampaikan kepada Allah?
pernah tidak kita memohon mengadu kepada Allah? atau jangan-jangan selama ini hanya menjalin komunikasi
dengan makhluk saja! Inilah mungkin yang menjadi penyebab kemiskinan harta yang kita alami, sebab tidak
pernah berkomunikasi dengan Allah.

Bentuk komunikasi dengan Allah:

a. Shalat
Shalat merupakan sarana komunikasi utama seorang hamba dengan Allah, baik dalam bentuk
shalat wajib maupun shalat sunat. Allah sangat lebih dekat kepada seseorang, jika seseorang tersebut
berada dalam shalatnya. Shalat secara etimologi bermakna doa, karena didalam shalat itu sendiri
terdapat doa-doa dan dalam posisi tertentu doa dikabulkan oleh Allah.
Terdapat tiga keutamaan shalat dalam kehidupan manusia:
1) Shalat sebagai jalan meminta tolong kepada Allah
َ ُ‫ا ثِب‬ُٞ٘٤‫ا ْعزَ ِؼ‬َٝ
‫اُص ََل ِح‬َٝ ‫صج ِْش‬
Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu... (QS. Al-Baqarah:45)
Lihat bagaimana Rasulullah Saw yang selalu menjadikan shalat sebagai penolong, Rasulullah
mengadukan setiap keluh kesahnya kepada Allah melalui shalat.
٠ِ‫ أٓش ص‬ٚ‫عِْ ارا دضث‬ٝ ٚ٤ِ‫ ّللا ػ‬٠ِ‫ًبٕ ص‬
Artinya: Rasulullah Saw apabila ditimpa kesusahan, maka beliau melaksanakan shalat.

2) Shalat sebagai penenang jiwa


Kekurangan harta terkadang dapat menyebabkan kekacauan jiwa, jiwa akan kacau karena terlalu
banyak beripikir untuk memenuhi keperluan hidup, semakin tidak terpenuhi keperluan hidup
seseorang maka semakin tidak tenang jiwanya. Terlebih lagi jika seseorang yang memilki tanggungan
keluarga anak dan istri, banyak keperluan yang harus disediakan, banyak tuntutan yang harus
dipenuhi, ketika tidak sanggup memenuhinya maka jiwa akan jauh dari ketenangan. Ketika jiwa
seseorang tidak tenang maka terbuka perilaku-perilaku yang tidak baik dalam dirinya, seperti
emosinya memuncak sehingga melakukan tindakan kekerasan, berani melakukan perbuatan salah
dengan resiko besar seperti mencuri, merampok dan sebagainya. Jalan keluar terbaik dari jiwa yang
tidak tenang adalah shalat, dimana shalat dapat mendatangkan ketenangan.
Rasul bersabda kepada Bilal: ‫ اسد٘ب ثبُصلح‬،ْ‫ب ثلٍ ه‬٣ (wahai Bilal berdirilah (azan), tenangkan kami
dengan shalat).

3) Shalat melapangkan kehidupan


Kehidupan yang sempit seperti susah mendapat peluang pekerjaan, tidak bisa memenuhi
keperluan hidup, dan terus menerus dalam kesusahan sebenarnya bisa diselesaikan dengan sahalat.
Shalat yang dilaksanakan secara sempurna penuh dengan kesadaran dan keikhlasan akan mampu
melapapangkan kehidupan yang susah. Kita harus mengintropeksi diri masing-masing, mungkin
kesulitan hidup selama ini disebabkan karena kelalaian kita dari mengerjakan shalat.
Orang yang berpaling dari shalat kehidupan mereka akan menjadi sempit, kesempitan itu bisa
dalam bentuk kemiskinan. Allah telah menjelaskan ini dalam Al-Qur‟an
َ ‫ َٓ ْٖ أَ ْػ َش‬َٝ
َ ‫شَخ‬٤‫ُ َٓ ِؼ‬َُٚ َٕ ِ ‫ كَئ‬١‫ض ػ َْٖ ِر ًْ ِش‬
...‫ض ٌْ٘ب‬
Artinya: Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit (QS. Thahaa: 124).
Ibnu Kastir menjelaskan makna ayat tersebut, maksud dari berpaling dari peringatanku yaitu
tidak mematuhi perintah Allah, enggan melakukannya dan melupakannya.7 Termasuk enggan dan
lalai dalam mengerjakan shalat.

7
Ibnu Kastir, Tafsir..., Vol. V, p. 322

8
b. Istighfar
Istighafar adalah memohon ampunan kepada Allah, memohon dengan penuh harapan atas
dosa dan kemaskiatan yang dikerjakan baik sengaja maupun tidak sengaja. Rezeki seseorang akan
terhalang disebabkan karena dosa dan maksiat yang dilakukannya. Dalam kitab Tanwirul Qulub8
dijelasan bahwa dosa dan maksiat sangat berbahaya bagi seseorang baik di duni maupun di akhirat
sama seperti bahaya racun dalam tubuh, salah satu bahaya tersebut adalah tertutupnya pintu rezeki,
untuk bisa keluar dari dosa ini adalah dengan selalu memohon ampun kepada Allah melalui istighfar,
sehingga dosa dileburkan oleh Allah dan dibukakan pintu-pintu rezeki oleh Allah melalui rahmatNya
yang maha luas.
Istifghar mampu mendatangkan kenikmatan yang terus menerus, dan memperbanyak harta,
Allah telah menyampaikan hal ini dalam beberapa ayat Al-Qur‟an:

ِ ‫ ُْؤ‬٣َٝ ٠ّٔ ‫ أَ َجَ ُٓ َغ‬٠َُِ‫ُ َٔز ْؼ ٌُ ْْ َٓزَبػب َد َغ٘ب إ‬٣ ِٚ ٤ْ َُِ‫ا إ‬ُٞ‫ث‬ُٞ‫ا َسثَ ٌُ ْْ ثُ َْ ر‬ُٝ‫أَ ِٕ ا ْعزَ ْـلِش‬َٝ
ُ َِٚ ْ‫ كَضْ َ كَض‬١‫د ًُ ََ ِر‬
Artinya: Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika
kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus)
kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. (QS. Hud: 3)

‫َبسا‬ْٜٗ َ‫َجْ َؼَْ َُ ٌُ ْْ أ‬٣َٝ ‫َجْ َؼَْ َُ ٌُ ْْ َجَ٘بد‬٣َٝ َٖ٤َِ٘‫ث‬َٝ ٍ‫ا‬َٞ ْٓ َ ‫ُ ْٔ ِذ ْد ًُ ْْ ثِأ‬٣َٝ ،‫ ٌُ ْْ ِٓ ْذ َساسا‬٤ْ َِ‫ُشْ ِع َِ اُ َغ َٔب َء َػ‬٣ ،‫ُ ًَبَٕ َؿلَبسا‬َِٚٗ‫ا َسثَ ٌُ ْْ إ‬ُٝ‫ذ ا ْعزَ ْـلِش‬
ُ ِْ ُ‫كَو‬
Artinya: Maka Aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun-, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan
(pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.(QS. Nuh: 10-12).
Orang-orang yang selalu beritigfar kepada Allah maka mereka telah berkomunisi dengan
Allah, karena istighfar ucapan-ucapan penyeselan hamba kepada Allah.

c. Doa
Doa merupakan munajat atau permohonan seorang hamba kepada Allah, doa merupakan cara hamba
mengetuk pintu kemurahan Allah, Allah sangat senang kepada manusia yang selalu menadahkan tangannya ke
langit dengan memohon segala permohonan, bahkan Allah menyampaikan agar manusia berdoa kepadaNya
dengan jaminan akan dikabulkan.
ْْ ٌُ َُ ْ‫ أَ ْعزَ ِجت‬٢ُِٗٞ‫هَب ٍَ َسثُّ ٌُ ُْ ا ْدػ‬َٝ
Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu (QS. Ghafir
:36).
Siapa saja yang datang kepada Allah dengan segala hajatnya maka Allah akan mengabulkannya,
meudahkan setiap urusan yang dimintanya.
Rasulullah Saw bersabda:
‫ء‬ٞ‫ ٖٓ ع‬ٚ٘‫ ًق ػ‬ٝ‫ أ‬،ٍ‫ ّللا ٓب عأ‬ٙ‫ ثذػبء إّل آرب‬ٞ‫ذػ‬٣ ‫ ٓب ٖٓ أدذ‬:ٍٞ‫و‬٣ _ِْ‫ع‬ٝ ٚ٤ِ‫ ّللا ػ‬٠ِ‫ٍ ّللا_ص‬ٞ‫ عٔؼذ سع‬:ٍ‫شح هب‬٣‫ش‬ٛ ٢‫كؼٖ أث‬
ْ‫ؼخ سد‬٤‫ هط‬ٝ‫ذع ثئثْ أ‬٣ ُْ ‫ ٓب‬،ِٚ‫ٓث‬

Artinya: diriwayatkan dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: Tidaklah seorang hamba berdoa
dengan satu permohonan kecuali Allah datangkan apa yang dia minta, atau Allah mencegah keburukan yang
menimpanya, selama doa tersebut tidak bermaksud untuk dosa atau memutuskan silaturrahmi (HR. Ahmad).

Motivasi doa merupakan senjata bagi seorang konselor ketika berhadapan dengan klien, menanyakan
kepadanya apakah pernah mengadu atau meminta pertolongan kepada Allah, mungkin selama ini seorang klien
hanya meminta pertolongan kepada manusia. Konselor berpeluang meyakinkan klien tentang betapa pentingnya
berdoa kepada Allah, karena Allah yang maha mendengar setiap keluh kesah hamba, Allah juga mampu
menjawab setiap permohonan yang diminta hamba tersebut.

3. Tawakal

8
Muhammad Amin Al-Kurdy. (2006), Tanwirul Qulub, 404.

9
Tawakal merupakan istilah bahasa Arab ًَٞ‫ اُز‬yang bermakna menyerahkan perkara kepada
yang dipercaya, yang dipercaya disebut dengan َ٤ًُٞ‫ا‬. Tawakal menggantungkan hidup hanya kepada
Allah, menyerahkan semua urusan kepadaNya. Imam Ghazali mengungkapkan makna tawakal yaitu
menyerahkan setiap urusan kepada Allah dengan keyakinan hati dan ketentraman jiwa.9 Ibnul Qayyim
al-Jauzi berkata: “Tawakkal merupakan amalan dan bentuk ubudiyah hati (penghambaan kepada
Allah) dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, percaya terhadap-Nya, berlindung
hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah
akan memberikannya segala kecukupan bagi dirinya, dengan tetap melaksanakan sebab-sebab serta
usaha keras untuk dapat memperolehnya
Tawakal merupakan sifat yang harus ada bagi setiap manusia, sebab yang menjamin
kehidupan adalah Allah.
Allah telah menggambarkan dalam Al-Qur‟an tentang anjuran dan keutamaan tawakal,
َ ٠َِ‫ َػ‬َٝ
َٖ٤ِِ٘ٓ ‫ا إِ ْٕ ًُ ْ٘زُ ْْ ُٓ ْؤ‬ًَُِٞ َٞ َ‫ّللاِ كَز‬
Artinya: dan Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.(QS. Al-Maidah: 23).
ًََُِٕٞٞ َ‫ ًَ َِ ْاُ ُٔز‬َٞ َ‫َز‬٤ِْ َ‫ّللاِ ك‬
َ ٠َِ‫ َػ‬َٝ
Artinya: dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang bertawakal. (QS. Ibrahim: 12).
Allah sebagai tempat bergantung seorang hamba atas segala urusan dan permasalahan, jika
manusia menyerahkannya kepada Allah maka Allah akan memberikan jalan keluar yang terbaik,
sebab Allah yang mampu memenuhi setiap kebutuhan manusia.
ُ ٙ‫ّللاُ ثِ ٌَبف َػ ْج َذ‬ َ ٤ََُ‫أ‬
َ ‫ْظ‬
Artinya: Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. (QS. Az-Zumar: 36)
Ada tiga Hakikat Tawakal:

Kebanyakan manusia lupa kepada Allah sebagai tempat bergantung, mereka hanya
bergantung kepada makhluk, sementara makhluk merupakan ciptaan Allah, perlu diketahui bahwa
makhluk memilki ketergantungan kepada Allah. Bagaimana bergantung kepada seseorang yang juga
dia memiliki ketergantungan kepada Allah, maka hal ini sangat lemah. Tempat yang bergantung yang
sebenarnya adalah Allah karena Allah tidak memilki ketergantungan kepada yang lainnya. Dialah
Allah yang memiliki kekayaan di laingit dan di bumi, pemberi rezeki mutlak kepada manusia, dan
Yang mencukupkan semua keperluan manusia. lihat bagaimana Allah menjamin rezeki setiap
makhluk di bumi, semua mendapat rezeki kepada Allah.
ِ ْ‫ ْاْلَس‬٢ِ‫ َٓب ِٓ ْٖ دَاثَخ ك‬َٝ
َ ٠َِ‫ض إِ َّل َػ‬
‫َب‬ُٜ‫ّللاِ ِس ْصه‬
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata10 pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya, (QS. Hud: 3).

Ada tiga hakikat tawakal kepada Allah:


i. Menyerahkan urusan kepada Allah seperti seorang menyerahkan urusan kepada seorang wakil
yang dipercayainya untuk mengurus urusan tertentu, wakil tersebut merupakan orang
kepercayaannya yang telah ia kenal akan kebaikannya, pastilah ketika ia menyerahkan secara
penuh urusan tersebut ada rasa tenang dalam dirinya;
ii. Menyerahkan urusan kepada Allah seperti seorang bayi menyerahkan urusan kepada ibunya,
ia tidak mengenal selain ibunya, tidak mengadu selain kepadanya, selalu memanggil namnya.
ketika bayi dalam keadaan lapar misalnya cukup dengan menangis maka sang ibu langsung
memberikan air susunya, terkadang tanpa menangispun sang ibu memberikannya;
iii. Menyerahkan urusan seperti mayat menyerahkan dirinya kepada orang yang memandikannya,
tubuhnya dibolak-balik oleh pemandi mayat ke kanan ke kiri, ke belakang, ke depan,
menyiramkan air, menyabuni dan seterusnya, ia hanya menerima apa saja yang diperlakukan
tukang mandi mayat tersebut kepadanya.11 Inilah derajat tawakal yang paling tinggi,
menyerahkan urusan sepenuhnya kepada Allah.

9
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Daru Sya’ab, 2483
10
yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.
11
Sa’id Hawa. (2004), Tazkiyatul al-Anfus, 278-279

10
Keutamaan Tawakal:

1) Dicukupkan Keperluannya;
َ ٠َِ‫ ًََْ َػ‬َٞ َ‫َز‬٣ ْٖ َٓ َٝ
ُ ُٚ‫ َد ْغج‬َٞ َُٜ‫ّللاِ ك‬
Artinya: dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.(QS. At-talaq: 3).
2) Mudah mendapat rezeki
‫ َُ َش َصهَ ٌُ ْْ ً َٔب‬ِٚ ًُِِّ َٞ َ‫ن ر‬
َ َ ٠َِ‫َٕ َػ‬ًَُِٞ َٞ َ‫ْ أََٗ ٌُ ْْ رَز‬َُٞ ٍُ ُٞ‫َو‬٣ َْ َِ‫ َع‬َٝ ِٚ ٤ْ َِ‫ّللاُ َػ‬
َ ‫ّللاِ َد‬ َ ٠َِ‫ص‬ َ ٢
َ ِ‫ّللا‬ َ ٢َ ‫ض‬
َ ِ‫ُ َع ِٔ َغ َٗج‬َِٚٗ‫ ٍُ إ‬ُٞ‫َو‬٣ ُْٚ٘‫ّللاُ َػ‬ ِ ‫ة َس‬ ِ ‫ػٖ ُػ َٔ َش ْثَٖ ْاُ َخطَب‬
‫ ُح ثِطبٗب‬ُٝ‫رَش‬َٝ ‫ ِخ َٔبصب‬ُٝ‫ َش رَ ْـذ‬٤ْ َ‫م اُط‬
َ ُ ‫َشْ ُص‬٣
Artinya: Dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-sebenarnya tawakkal,
niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada
seekor burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam
keadaan kenyang (HR. Tirmizi, no. 2344).

3) Diberi jalan keluar dari masalah yang dihadapi dan mendapat rezeki tanpa disangka-sangka

Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang menyerahkan dirinya (tawakal) kepada Allah, maka
Allah akan mudahkan urusannya dan diberi rezeki tanpa disangka-sangka, dan barangsiapa yang
menyerahkan urusannya kepada dunia maka Allah menyerahkan penyelsaian urusan tersebut kepa
dirinya sendiri (HR. Tabrani).

Seorang klien yang datang kepada konselor menyampaikan keluh kesahnya selama ini terus
dihimpit kesusahan, rezekinya susah didapat, keperluan hidupnya tidak terpenuhi, dan merasa sangat
miskin sementara usahanya sudah maksimal. Maka hal utama yang ditanya seorang konselor adalah
pertanyaan yang menusuk langsung ke dalam hatinya, adakah selama ini bertawakal kepada Allah?
adakah selama ini menggantungkan diri kepada Yang Maha pemberi rezeki? Pastilah klien tersebut
akan terdiam jika memang selama ini tidak pernah bertawakal kepada Allah, maka konselor punya
peluang besar untuk memotivasinya berkaitan dengan Tawakal kepada Allah.

4. Qana‟ah

Qana‟ah adalah sikap ridha terhadap pemberian Allah, senang menerima pemberian Allah
tanpa ada perasaan dalam hati tidak puas atau merasa kurang. Qanaah adalah menerima dengan
senang setiap karunia Allah tanpa melihat besar kecilnya. Seseorang yang memilki sifat Qana‟ah
berarti sudah memiliki satu modal kekayaan besar dalam dirinya, karena hakikat kaya yang
sebenarnya adalah ketika hati dalam rasa senang dan bahagia. Banyak yang kaya harta namun tidak
pernah merasa puas dan tidak merasa cukup atas kekayaan yang dimilikinya, kebahagiaan dan
ketentaraman jiwapun tidak ia dapatkan, yang bertambah hanya kegelisahan dan kekacaaun.

Rasulullah Saw bersabda:


ِ ‫ اَُ٘ ْل‬٠َ٘‫ ِؿ‬٠َ٘‫َُ ٌِ َٖ ْاُ ِـ‬َٝ ‫ض‬
‫ظ‬ ِ ‫ ػ َْٖ ًَ ْث َش ِح ْاُ َؼ َش‬٠َ٘‫ْظ ْاُ ِـ‬
َ ٤َُ
Artinya: keekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki)
adalah hati yang selalu merasa cukup. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jiwa yang qanaah adalah jiwa yang selalu melihat nikmat Allah dengan rasa puas, menerima
apapun pemberian Allah dengan rasa syukur, tidak pernah merasa iri melihat kenikmatan yang
diberikan kepada selainnya. Orang yang qana‟ah bila berusaha dan tidak mendapat sesuai harapannya
tidak mudah kecewa dan tidak pula berputus asa. Sementara orang yang tidak memiliki sifat qana‟ah
dia tidak akan pernah puas terhadap pemberian Allah, terus merasa serba kekurangan setiap apa yang
dia terima, orang yang semacam ini terus berada dalam kemiskinannya.

5. Sedekah

11
Sedekah merupakan jalan terbaik untuk memperoleh rezeki dari Allah Swt, Sedekah juga
salah satu pintu keajaiban untuk meamncing datangnya rezeki, sebab setiap yang dikeluarkan seorang
manusia dari harta, atau barang apapun sedikit ataupun banyak maka Allah akan menggantinya.
Jaminan ini telah Allah sampaikan dalam Al-Qur‟an:
ْ ‫ َٓب أَ ْٗلَ ْوزُ ْْ ِٓ ْٖ ش‬َٝ
ِ ‫ ُش اُش‬٤ْ ‫ َخ‬َٞ َُٛٝ ُُٚ‫ ُْخِِل‬٣ َٞ َُٜ‫ء ك‬٢َ
َٖ٤ِ‫َاصه‬
Artinya: dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi
rezki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba‟: 39).
Lihat bagaimana Allah menjamin langsung untuk mengganti sedekah yang dikeluarkan sesorang,
jaminan ini bersifat pasti. Hanya saja sebagian manusia kurang mempercayainya, mereka mengganggap bahwa
sedekah akan mengurangi harta mereka, sehingga mereka enggan mengeluarkannya. Sama sekali tidak, justru
sedekah terus menambah rezeki mereka.

Rasulullah Saw menjamin bahwa sedekah yang dikeluarkan tidak mengurangi harta
‫ٓب ٗوصذ ٓبٍ ٖٓ صذهخ‬
Artinya: Tidaklah berkurang harta disebabkan karena sadakah (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah memiliki sifat karam (pemurah), membuka pintu kemurahan tersebut selebar-lebarnya
bagi orang-orang yang juga memilki hati yang pemurah, jika manusia ringan tangannya memberi,
maka Allah lebih ringan memberi kepadanya, Allah akan bukakan pinti rezeki lain yang tiada dia
duga. Jaminan ini disebutkan oleh Allah Swt dalam sebuah hadis Qudsi:
‫ي‬٤ِ‫ أٗلن أٗلن ػ‬:َ‫ج‬ٝ ‫هبٍ ّللا ػض‬
Artinya: Berinfaqlah, maka aku akan berinfaq kepadamu (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Pemulihan Kemiskinan Jiwa

Miskin harta berbahaya, namun lebih berbahaya jika miskin jiwa, miskin jiwa dapat
menyengsarakan kehidupan. Miskin jiwa membuat arah kehidupan tidak terarah, suka melakukan hal-
hal yang membahayakan dan merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Tidak tau kemana arah hati
mau dibawa, pikiran kacau, merasa tidak memiliki tumpuan hidup, tidak sedikit yang menghabisi
jiwanya sendiri dengan cara-cara yang tidak wajar baik secara perlahan maupun langsung. Pergi ke
tempat hiburan dengan maksud menghibur diri, namun kebahagiaan tidak didapatkan, mengkonsumsi
obat-obat terlarang dengan maksud menenagkan jiwa yang kacau, namun setelah itu jiwanya
bertambah kacau, akhirnya ketenangan tidak ditemukan, mulailah ia berputus asa dari kehidupan,
menyakiti dirinya dengan cara perlahan dengan minum racun, atau bahkan secara langsung tanpa
berpikir panjang gantung diri di tiang atau melompat dari gedung tinggi menjulang, nyawanyapun
habis seketika. Ketenangan yang dicari tidak ditemukan, nyawa berakhir dalam keburukan, alam lain
yang menanti yang lebih abadi, namun juga disana tidak menemukan kebahagiaan, siksaan yang
didapatkan, merugilah dunia akhirat.

Islam sebagai agama yang mengajak manusia kepada kebaikan dengan cara dakwah yang
terus menerus disampaikan di mimbar-mimbar masjid, surau, tempat pengajian, sekolah-sekolah dan
tempat lainnya adalah sebagai salah satu sarana untuk menyelamatkan manusia dari kemiskinan jiwa,
memperkaya jiwa manusia dengan memeprkenalkan siapa dia sebenarnya! Kemana arah tujuannya!
Apa yang harus dipersiapkan! Bahwa kehidupan dunia tidak abadi, kebahagiaan dunia hanya bersiifat
sementara, ada kehidupan yang abadi di akhirat yang lebih pasti.

Konseling Islam sebagai salah satu pendekatan dakwah, konselor bertindak sebagai seorang
dai (orang yang menyampaikan dakwah), klien sebagi mad‟u (orang yang di ajak). Seorang dai
dituntut menyampakaikan dakwah sesuai keadaan mad‟u, sementara seorang konselor dituntut untuk
mengenali jiwa kliennya sehingga tepat dalam memberikan bantuan. Arahan yang tepat, bantuan yang
sesuai dengan tujuan Islam, sehingga dapat memberi efek postif kepada klien ini adalah salah satu
tujuan dakwah. Konselor yang mampu menyelipka pesan-pesan Islam kepada kliennya maka dia telah
menyampaikan dakwah. Sangat mulia tugas seorang konselor dalam Islam, kerena ia berupaya
melakukan pemulihan jiwa manusia yang sakit.

12
Sebelum diuraikan proses pemulihan kemiskina jiwa, terlebih dahulu diperkenalkan jenis-
jenis kemiskinan jiwa yang dapat dilihat dalam uraian berikut:

A. Jiwa Manusia dalam Al-Qur‟an

Ada tiga macam jenis jiwa manusia dalam Al-Qur‟an:

1. Jiwa yang menyuruh Berbuat Buruk (Nafsu Ammarah bi Suu’)

Saat jiwa manusia terpuruk, maka ia akan menyimpang dari tabiat fitrah yang diberikan Allah
kepadanya, jiwa itu akan menyuruh pemiliknya untuk berbuat jahat, serta menggodanya untuk segera
melakukan perbuatan tercela.12 Ini telah Allah gambarkan dalam Al-Qur‟an.

ْ٤‫س َس ِد‬ُٞ‫ َؿل‬٢‫ إِ َٕ َسث‬٢‫ ِء إِ َّل َٓب َس ِد َْ َسث‬ُّٞ‫ظ َْلَ َٓب َسح ثِبُغ‬ ُ ‫ َٓب أُثَش‬َٝ
َ ‫ إِ َٕ اَُ٘ ْل‬٢‫ا َٗ ْل ِغ‬
Artinya: Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. (QS. Yusuf: 53).

Al-Jurjani berkata: jiwa yang menyuruh berbuat buruk itu sebagai sesuatu yang cenderung
kepada tabiat tubuh. Menyuruh menikmati kelezatan dan syahwat indrawi, dan menarik hati ke tingkat
yang rendah. Maka itulah tempat berbagai kejahatan dan sumber perilaku tercela.13 Jenis jiwa ini
tergolong jiwa yang sakit, yang perlu disembuhkan dan dipulihkan.

2. Jiwa yang menyesal (Nafsu Lawwamah)

Jiwa ini adalah jiwa yang penuh dengan rasa menyesal, yang menyesali perbuatan
maksiatnya, jiwa yang telah berubah dari jiwa yang penuh dengan ammarah bisuu’ (yang selalu
menggoda untuk keburukan). Pemilik jiwa ini telah menyadari hakikat dirinya yang telah terpuruk
dalam lembah keburukan, mengalami secara perlahan proses pensucian jiwa, sehingga ada rasa
menyesal dalam dirinya.

ِ ‫ َّل أُهْ ِغ ُْ ثِبَُ٘ ْل‬َٝ )1( ‫َب َٓ ِخ‬٤ِ‫ْ ِّ ْاُو‬َٞ٤ِ‫َّل أُ ْه ِغ ُْ ث‬


‫َا َٓ ِخ‬َُِٞ‫ظ ا‬

Artinya: Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang menyesali (QS.
Al-Qiyaamah: 1-2).

Imam Qurthubi dalam tafsirnya menuqil pendapat Ibnu Abbas dari Mujahid, Hasan, dll
bahwa jiwa ini adalah jiwa orang mukmin yang tidak melihat apapun selain menyesali diri. Jiwa itu
berkata “apa maksudku melakukan hal seperti ini?” jadi, dia tidak melihat apapun selain mencela
dirinya.14

3. Jiwa Yang Tenang (Nafsu Muthmainnah)

Jiwa ini jiwa yang sangat bahagia penuh ketenangan, ini merupakan jiwa istimewa, puncak
jiwa paling tertinggi. Jiwa yang merasakan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah, tidak mau
terlalaikan dengan urusan dunia, sehingga aktifitas dunianya tidak menghambat akan ibadahnya
kepada Allah.
٢ِ‫ َجَ٘ز‬٢ِِ‫ا ْد ُخ‬َٝ )29( ١‫ ِػجَب ِد‬٢ِ‫ ك‬٢ِِ‫) كَب ْد ُخ‬28( ‫َخ‬٤‫ض‬
ِ ْ‫َخ َٓش‬٤‫ض‬
ِ ‫ي َسا‬ ْ ُٔ ُ‫َب اَُ٘ ْلظُ ْا‬ُٜ‫َز‬٣َ‫َب أ‬٣
ِ ‫ َسث‬٠َُِ‫ إ‬٢‫) اسْ ِج ِؼ‬27( ُ‫ط َٔئَِ٘خ‬
Artinya: Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku.(QS. Al-fajr: 27-30).

B. Jenis Kemiskinan Jiwa Modern

12
Anas Ahmad Karzon. (2010) Tazkiyatun Nafs, terj. Emil Threeska, (Jakarta: Akbar Pustaka, 18.
13
Al-Jurjani, at-Ta’rifif, 243.
14
Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Tafsir al-Qurthubi, XIX92-93

13
Kehidupan yang semakin berkembang pesat dengan kemajuan teknologi dan informasi di abad modern,
ternyata memberi efek negatif terhadap jiwa manusia.Yang dimaksud dengan penyakit jiwa modern adalah
gangguan psilkologis yang diderita oleh manusia yang hidup dalam lingkungan zaman modern. Manusia saling
berlomba-lomba untuk memenuhi kehidupan modern mereka dengan barang-barang mewah dan mahal,
makanan yang bersertifikat luar negeri, menggunakan teknologi informasi yang canggih meskipun tidak sesuai
dengan penghasilan dan kondisi diri. Bisa memilki semua hal yang modern menjadikan mereka bangga terhadap
diri sendiri, suka memamerkan kemewahan yang dimilki. Mereka menganggap itu sebuah jalan menuju pada
kebahagiaan, namun sebaliknya tanpa disadari dapat menyengsarakan kehidupan.

Menurut Ahchmad Mubarok Manusia modern seperti ini adalah manusia yang sudah kehilangan makna,
manusia kosong, The Hollow Man. Ia resah setiap kali mengambil keputusan, ia tidak tahu apa yang diinginkan,
dan tidak mampu memilih jalan yang diinginkan. 15 Rollo May seorang Psikolog yang terkenal Humanis
mengibaratkan orang semacam ini seperti manusia terkurung dalam kerangkeng/sangkar, yang membuat dia tak
mampu lagi berpikir mencari jalan keluar dari kerangkeng tersebut, akhirnya menderita frustasi dan berada
dalam ketidak berdayaan powerlessness. Ia tidak mampu lagi merencanakan masa depan, menyerah kepada
nasib, karena menganggap dirinya tidak memiliki daya apapun lagi.

kemajuan teknologi tidak membuat hidup sebagian manusia menjadi lebih tenteram dan bahagia, malahan
menambah kesengsaraan, demiikian juga kemajuan informasi tidak menjamin kehidupan sebagian orang
menjadi lebih baik dengan berkarakter mulia. Saat ini, muncul berbagai macam kemiskinan jiwa yang beragam
jenisnya, dapat kita lihat misalnya jumlah orang yang masuk ke dalam penjara semakin banyak, rumah sakit
jiwa tidak cukup menampung jumlah pasien jiwa, semakin menaburnya lembaga-lembaga rehabilitasi jiwa,
angka kriminal yang semakin tinggi, orang bunuh diri hampir setiap hari disiarkan dalam di media-media cetak
dan elektronik.

Beberapa Kemiskinan jiwa modern menurut Achmad Mubarok:

a. Kecemasan

Rasa cemas adalah hati yang dipenuhi kegelisahan, diselumuti kekhawatiran, tidak semangat, dihantui
rasa takut, seakan-akan hilang makna hidup. Rasa cemas ini timbul akibat terlalu tinggi harapan dan angan-
angan karena mengikuti hawa nafsu yang tak sanggup dijalankan. Mereka terlalu jauh memikirkan tuntutan
kehidupan, mengikuti gaya kehidupan yang terlalu jauh maju darinya. Ketika ia berupaya memenuhi kebutuhan
tersebut dengan segala cara, baik dia penuhi dengan kesanggupan finansial dirinya sendiri namun akhirnya
semuanya menjadi habis karena terus meningkat dan semaki tidak puas-puas, atau dia penuhi dengan cara paksa
seperti berhutang dan sebagainya, maka ini lebih menyengsarakannya, dan semakin membuat dia

Dalam Bahasa Arab kecemasan diistilahkan dengan al-humum (ُّٜٞٔ‫)ا‬, Allah telah menggambarkan ini
dalam Al-Qur‟an:
ُ ٌْ َِْٛ َ‫ ٍُ أ‬ُٞ‫َو‬٣ ....‫ ًَجَذ‬٢ِ‫اْل ْٗغَبَٕ ك‬
‫ذ َٓبّل ُُجَذا‬ ِ ْ ‫َُوَ ْذ َخَِ ْوَ٘ب‬
Artinya: sungguh kami telah menciptkan manusia berada dalam susah payah..., dan mengatakan: aku telah
meghabiskan harta yang banyak (QS. Al-Balad: 4,6)

b. Kesepian

Hidup yang bahagia adalah hidup dalam kebersamaan, saling mempedulikan antara satu dengan yang
lainnya. Manusia secara fitrah membutuhkan teman, atau sahabat, atau disebut dengan istilah ‫ ثبُطجغ‬٢ٗ‫اّلٗغبٕ ٓذ‬
(tabiat manusia adalah bermasyarakat), manusia tanpa teman maka hidup menjadi sunyi sepi, apabila hidup
kesepian maka akan memicu timbulnya pikiran-pikiran buruk yang mengarah pada tindakan kejahatan. Zaman
modern manusia tidak lagi saling peduli, semua nafsi-nafsi menjalani kehidupan, tetangga tidak mengenal
tetangganya yang lain, saudara dekat bisa menjadi jauh.

c. Kebosanan

Apabila manusia sudah merasa hidupnya penuh dengan kecemasan dan kesepian maka akan timbul
dalam dirinya kebosanan. Kebosanan adalah kejemuan, perasaan tidak suka terhadap apa yang sedang dijalani.
Sebesar apapun kekayaan, kedudukan atau jabatan yang dimilki tidak akan berharga bila perasaan bosan ini
muncul.

15
Achmad Mubarok, p. 159.

14
d. Perilaku menyimpang

Perilaku menyimpang diakibatkan oleh tiga keadaan di atas kecemasan, kesepian dan kebosanan,
ketika manusia dalam kondisi ini akan hilang kendali dirinya, melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan
dengan tabiat dan fitrahnya. Allah telah menjalaskan perilaku manusia yang sangat berlebihan dan melampaui
batas
ْ َ٤َُ َٕ‫اْل ْٗغَب‬
٠َ‫طـ‬ ِ ْ َٕ ِ‫ًَ َل إ‬
Artinya: Ketahuilah, bahwa manusia benar-benar melampaui batas (Al-„Alaq:6)

‫ ٓلغذح‬١‫اُجذح ٓلغذح ُِٔشء ا‬ٝ ‫اُلشاؽ‬ٝ ‫إ اُشجبة‬


Sesungguhnya masa muda, waktu luang dan harta benda adalah sehebat-hebat pengrusak bagi
manusia. (Mahfuzat)
Al-faragh (waktu luang) yang yang dimiliki seseorang akan membuat dirinya menjadi kesepian, tidak
ada hal yang bisa dibuatnya untuk mengisi waktu luang tersebut, kemudian akan berubah menjadi sebuah
kebosanan, dimana seseorang yang bosan dengan kesempatan waktu luang yang terbuka lebar akan memicu
dirinya melakukan tindakan –tindakan buruk dan jahat. Seseorang yang berada pada level ini akan mudah
diirinya diajak, atau dipengaruhi untuk melakukan perilaku-perilaku yang menyimpang. Mengkonsumsi
minuman-minuman terlarang, melakukan perzinaan atau pemerkosaan, merampas, mencuri, bahkan sampai
membunuh, ini semua adalah perilaku menyimpang akibat hilang kendali dalam jiwa seseorang.

e. Psikosomatik

Psikosomatik adalah gangguang fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaaan dan sosial. Atau
bisa disebut penyakit gabungan fisik dan mental, dalam bahasa Arab disebut nafasajasadiyah atau nafsa
biolojiyyah. Yang sakit sebenarnya jiwanya tetapi menjelma dalam bentuk sakit fisik. Hal ini akibat perasaan
tertekan dalam dirinya, rasa cemas, kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi
kesehatan fisiknya. Penderita penyakit ini selalu mengeluh, tidak enak badan, jantungnya berdebar-debar,
merasa lemah dan tidak bisa berkonsentrasi. Wujud penyakit ini bisa dalam bentuk Syndrome, trauma, sress,
ketergantungan kepada obat penenang/alkohol/narkotik atau berprilaku menyimpang.16

Semua keadaan ini bisa disebut sebagai kemiskinan jiwa, jiwa tersebut harus dipulihkan dan
dikembalikan kepada fitrahnya yang suci sebagaimana awal mula dia diciptakan. Islam memandang penting
untuk memulihkan jiwa yang sakit lagi kacau, Allah memuji orang-orang yang mau mensucikan jiwanya.

َ ‫هَ ْذ خ‬َٝ )9( ‫َب‬ٛ‫هَ ْذ أَ ْكَِ َخ َٓ ْٖ َص ًَب‬


‫َب‬ٛ‫َبة َٓ ْٖ َدعَب‬
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sungguh merugilah orang yang
megotori jiwa itu (QS. As-Syam: 9-10).

Dalam konseling Islam pemulihan jiwa memerlukan tahapan-tahapan yang harus dilalui yang
disesuaikan dengan kondisi jiwa manusia, tidak serta merta bisa berubah dalam satu tahap. Maka seorang
konselor harus benar-benar mampu memahami dan menerapkan proses tahapan-tahapan tersebut ketika
berhadapan dengan klien, tentunya seorang konselor dalam Islam memiliki persyaratan khusus yang berkaitan
dengan ini dimana diri mereka harus benar-benar bersih dari penyakit-penyakit jiwa yang ada, sehingga mampu
melakukan pemulihan terhadap orang lain.

Pendekatan Pemulihan Kemiskinan Jiwa

1. Pendekatan Muhasabah

Muhasabah adalah merenungkan hakikat diri, siapa diri sebenarnya, apa yang telah dilakukan selama
ini, kemana tujuan hidup selanjutnya, sudahkah punya bekal yang cukup untuk menghadapi hari-hari
berikutnya. Pendekatan muhasabah ini memilki tiga sisi untuk diperkenalkan antara lain:

i. Sisi Spritualitas Ilahiyah : memperkenalkan tentang Allah sebagai pencipta, pemberi rezeki, Allah
sebagai penolong, kelemahan diri yang tiada berdaya dihadapannya, umur yang terbatas, ajal yang
semakin dekat. Jiwa manusia akan terkejut dan tersentak bila diingatkan akan Allah yang telah lama
dia menjauh dariNya, karena memang jiwa manusia sudah mengenal Tuhan sebelumnya jauh sebelum
ia dilahirkan, dalam Rahim ibunya pertama kali jiwa telah berkenalan Allah “bukankah aku Tuhanmu,
mereka menjawab, Benar (Al-A‟raf).

16
Achmad Mubarok, Al-Irsyad..., 166.

15
ii. Sisi usratiah : yaitu mengingat tentang keluarga, orang tua, bagi yang berkeluarga anak dan istri, betapa
keluarga sangat mencintai kita, memperhatikan kita, betapa menderitanya mereka karena ulah dan
tingkah laku kita. Kebahgiaan kita, adalah kebahagiaan mereka, demikian juga sebaliknya.
iii. Sisi Nafsiyyah: memperkenalkan hakikat diri yang memiliki potensi akal yang diberikan Allah, fisik
yang kuat dan sehat. Alangkah meruginya bila mengalami kemikinan jiwa akan membuat akal menjadi
rusak, fisik menjadi lemah dan tak berdaya, tentunya susah menggapai kebahagiaan baik dunia apalagi
akhirat.

Untuk bisa melakukan Pendekatan Muhasabah ini seorang konselor harus memiliki sifat empati yaitu
kemampuan konselor merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien. Dalam buku
Konselor Dakwah Empati ini ada dua macam, Pertama, Empati Primer: bentuk empati yang hanya berusaha
memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien. Kedua, Empati Tingkat Tingi: Kepahaman konselor terhadap
perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor
mengerti hakikat perasaan tersebut.17

2. Pendekatan Taubat Ibadah

Setelah manusia mengenal Tuhannya, menyadari arti penting keberadaan keluarganya dan ia telah insaf
betapa pentingnya ia untuk terus bertahan hidup dengan menjaga akal dan fisknya, maka sudah mudah menuju
tahap selanjutnya yaitu mengajak mereka untuk kembali ke jalan yang benar, jalan Allah, jalan yang menjamin
kebahagiaan dunia dan akhirat, jalan taubat nasuha. Taubat berarti kembali, kembali kembali kepada kebenaran
dengan penuh penyesalan atas jiwanya yang menyimpang, takut dan menyesali akan dosa-dosa yang telah
banyak dikerjakan.
Ada tiga syarat taubat, pertama: Melepas diri dari dosa, kedua: menyesal dengan perasaan sedih dan
rugi atas dosa yang telah dilakukan, Ketiga: Berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. 18 Bila diri seseorang telah
bertaubat nasuha kepada Allah, maka selanjutnya mengisi hari-hari mereka dengan kegiatan ibadah, seperti
shalat, baik shalat wajib maupun sunnah, membaca Al-Qur‟an, zikir dan ibadah-ibadah lainnya. Ibadah ini
sendiri sangat berpengaruh pada pemulihan jiwa, bila ibadah dikerjakan dengan sempurna maka perilaku-
perilaku menyimpang akan terjauhkan, kebahagiaan hati dan ketenangan jiwa akan didapatkan. Allah telah
menjlaskan diantara fusgi-fungsi ibadah dalam kehidupan manusia, antara lain:
‫ ْاُ ُٔ ْ٘ ٌَ ِش‬َٝ ‫ َػ ِٖ ْاُلَذْ شَب ِء‬٠َْٜ٘ َ‫أَهِ ِْ اُص ََلحَ إِ َٕ اُص ََلحَ ر‬َٝ
Artinya: dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. (QS. Al-Ankabut: 45).
ْ ‫ّللاِ ر‬
ُ‫ة‬ُُِٞ‫َط َٔئِ ُّٖ ْاُو‬ َ ‫ّللاِ أَ َّل ثِ ِز ًْ ِش‬ ْ ‫ر‬َٝ ‫ا‬َُٞ٘ٓ ‫َٖ آ‬٣‫اَُ ِز‬
َ ‫ُ ْْ ثِ ِز ًْ ِش‬ُٜ‫ث‬ُُِٞ‫َط َٔئِ ُّٖ ه‬
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Al-Ra‟ad: 28).

3. Pendekatan Akhlaqiyah
Yang dimaksud dengan pendekatan akhlaqiyyah adalah penanaman sifat terpuji dalam jiwa, menghiasi
diri dengan perbuatan-perbuatan baik. Akhlaqiyyah ini ada dua macam, pertama yang berkaitan dengan Allah,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menggantungkan diri kepada Allah (tawakal), bersifat qanaah, sabar,
syukur, istiqomah dan sebagainya. Kedua yang berkaitan dengan makhluk, menjalin hubungan silaturrahmi,
saling tolong menolong, hormat meghormati dan sebagainya.

Bila sudah seorang manusia telah menjalani proses-proses ini maka jiwanya akan kembali pulih, ia sudah
mengenal hakikat dirinya, kebesaran Tuhannya, lalu dia mendekatkan diri kepada Allah dengan memohon
ampunan atas dosa-dosanya, menghiasi diri dengan ibadah, amal-amal shaleh dan akhlaq terpuji kepada Allah.
Secara sosial ia pun telah mengenal saudaranya, berbuat baik kepada sesama. inilah yang disebut manusia yang
telah pulih atau yang dikenal dengan sebutan ‫ صبُخ‬, shaleh kepada dirinya sendiri dan juga shaleh kepada orang
lain. Maka jiwa-jiwa yang miskin tersebut telah menjadi kaya, penuh dengan ketenangan dan kebagahagiaan.
Dan harapannya penuh kepada akhirat. Inilah yang telah digambarkan oleh Rasulullah Saw dalam hadisnya:
‫ ساؿٔخ‬٢ٛٝ ‫ب‬٤ٗ‫ اُذ‬ٚ‫أرز‬ٝ ِٚٔ‫ ش‬ُٚ ‫جٔغ‬ٝ ٚ‫ هِج‬٢‫ ك‬ٙ‫ جؼَ ّللا ؿ٘ب‬ٚٔٛ ‫خشح‬٥‫ٖٓ ًبٗذ ا‬
Artinya: Barangsiapa yang menjadikan akhirat tujuannya, maka Allah akan menjadikan hatinya kaya dengan
memberikan segala kebutuhannya dan memberikan dunia kepadanya (HR. Tirmizi, no. 2465).

17
Cahayadi Takariawan. (2012), Konselor Dakwah, 51-52
18
Habib Zain Ibrahim. (2007), Al-Fawaid al-Mukhtarah, 412.

16
C. Kesimpulan

1. Konseling Islam memiliki Keistimewaan tersendiri yang dapat dilihat pada beberapa hal, yaitu
konseling sebagai profesi ibadah, etika konselor yang mengdepankan sifat-sifat terpuji dan
tujuan utama konseling adalah penyelematan manusia ke jalan yang baik yang menjamin
kebahagiaan dunia dan akhirat;
2. Kemiskinan Harta adalah sebuah masalah kehidupan yang harus diselesaikan, kemiskinan
tersebut memiliki penyebab antara lain: tidak memiliki keterampilan/skill, malas berusaha,
berputus asa dan lain sebagainya. Kemiskinan harta bukanlah takdir yang tidak boleh dirubah,
konseling Islam menawarkan sejumlah pendekatan dalam pemulihan kesmiskinan harta,
antara lain: Bekerja dengan Sungguh-Sungguh, Menjalin Komunikasi dengan Allah,
menggantungkan diri kepada Allah (Tawakal), memilki sifat qana’ah, dan mengeluarkan
sedekah.
3. Ada 3 Jenis Jiwa manusia dalam Al-Qur‟an, Muthmainnah : jiwa yang penuh dengan
kebaikan dan ketenangan, Lawwamah: Jiwa yang penuh dengan penyesalan, Ammarah: jiwa
yang selalu cendrung berbipikir buruk, tidak tenang, melakukan tindakan menyimpang, jiwa
yang terakhir inilah sebagai jiwa yang sakit atau jiwa yang miskin. Ada beberapa jenis
kemiskinan jiwa lain di abad modern ini, cemas, gundah, bosan, berperilaku menyimpang,
nafasa biologiah (sakit jiwa menyebabkan sakit fisik) dan lain-lain.
4. Pendekan Pemulihan Kemiskinan Jiwa, pertama: Pendekatan Muhasabah yaitu mengenal
Allah, keluarga dan diri sendiri, kedua: Pendekatan Taubat Ibadah yaitu menyesali dosa dan
perbuatan buruk di masa lalu, mendekatkan diri kepada Allah dengan amal shaleh, ketiga:
Pendekatan Akhlaqiyyah yaitu menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji kepada Allah melalui
sifat tawakal, qana‟ah, dan kepada manusia melalui interaksi sosial.

17
References

Achmad Mubarok. (2000), al Irsyad an Nafs Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: Bina Rena
Pariwara
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Daru Sya’ab.
Al-Qurthubi.(2005), Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Tafsir al-Qurthubi, Kairo: Maktabah Taufiqiyyah
Anas Ahmad Karzon. (2010), Tazkiyatun Nafs, terj. Emil Threeska, Jakarta: Akbar Pustaka.
Cahayadi Takariawan. (2012), Konselor Dakwah, Solo: Era Adicitra Intermedia
Habib Zain Ibrahim. (2007), Al-Fawaid al-Mukhtarah, Yaman: Daarul Ilmi wa da’wah
Ibnu Katsir. (2005), Tafsir Ibnu Katsir,Vol. IV Kairo: Daarul Hadist, 2005
Muhammad Amin Al-Kurdy. (2006), Tanwirul Qulub, fi mu’malati ‘alamil Ghuyub, Al-Haramain
Musfir bin Said Az-Zahrani. (2005), Al-Taujih Wa al-Irsyad an-Nafs minal Qur’anil Karim Was-
Sunnatin Nabawiyyah, Terj. Sari Narulita, Jakarta: Gema Insani
Sa’id Hawa. (2004), Tazkiyatul al-Anfus, Kairo: Daarusslam

18

Вам также может понравиться