Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN PENDAHULUAN
PRE KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
CEDERA KEPALA
OLEH
NOFIRABUANA RIZAL
04121025
I
DEFENISI
II
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
(1) Menurut Jenis Cedera
a. Cedera Kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak
dan jaringan otak
b. Cedera kepala tertutup dapat disamakan dengan keluhan geger otak ringan
dan oedem serebral yang luas
(2) Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glosgow Coma Scale)
a. Cedera Kepala ringan (kelompok risiko rendah)
- GCS 13-15 (sadar penuh, atentif, orientatif)
- Kehilangan kesadaran /amnesia tetapi kurang 30 mnt
- Tak ada fraktur tengkorak
- Tak ada contusio serebral (hematom)
- Tidak ada intoksikasi alcohol atau obat terlarang
- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala
- Tidak adanya criteria cedera sedang-berat
b. Cedera kepala sedang
Op poenya
Fraktur ini cukup serius karena menimbulkan kontak antara CSS dan
dunia luar melalui ruang subarachnoid & sinus yang mengandung udara dari
wajah atau tengkorak, memungkinkan bakteri masuk & mengisi drainase sinus.
Op poenya
Fraktur ini bisa melukai arteri dan vena yang kemudian mengalirkan drahnya
ke dalam rongga di sekeliling jaringan otak. Patah tulang di dasar tengkorak
bisa merobek meningens (selaput otak). Cairan serebrospinal (cairan yang
beredar diantara otak dan meningens) bisa merembes ke hidung atau telinga.
Bakteri kadang memasuki tulang tengkorak melalui patah tulang
tersebut, dan menyebabkan infeksi serta kerusakan hebat pada otak.
Sebagian besar patah tulang tengkorak tidak memerlukan pembedahan,
kecuali jika pecahan tulang menekan otak atau posisinya bergeser.
4. Hematom Epidural
Adalah suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak
bagian dalam & lapangan meningens paling luar (dura), terjadi karena
robekan cabang kecil arteri meningeal tengah atau frontal. Hal ini terjadi
karena patah tulang tengkorak telah merobek arteri. Darah di dalam arteri
memiliki tekanan lebih tinggi sehingga lebih cepat memancar.
Tanda & gejala berupa sakit kepala hebat yang bias segera timbul tetapi
bias juga muncul beberapa jam setelah cedera dengan intensitas nyeri tidak
tetap, penurunan kesadaran ringan, diikuti periode lucid, kemudian penurunan
neurologi dari kacau mental sampai coma, bentuk dekortikasi & deserebrasi,
pupil isokor sampai anisokor.
5. Hematoma Subdural
Adalah akumulasi darah dibawah lapangan meningeal duramater diatas
lapangan arakhnoid yang menutupi otak. Penyebabnya robekan permukaan &
lebih sering pada lansia & alkoholik gejala sakit kepala, letargi, kacau mental,
kejang disfasia. Hematoma subdural berasal dari perdarahan pada vena di
sekeliling otak. Perdarahan bisa terjadi segera setelah terjadinya cedera
kepala berat atau beberapa saat kemudian setelah terjadinya cedera kepala
yang lebih ringan. Hematoma subdural pada bayi bisa menyebabkan kepala
bertambah besar karena tulang tengkoraknya masih lembut dan lunak.
Hematoma subdural yang kecil pada dewasa seringkali diserap secara
Op poenya
6. Hematoma Intrakranial
Adalah pengumpalan darah lebih dari 25 ml dalam parenkim otak,
penyebabnya adalah fraktur depresi tulang tengkorak, cedera penetrasi
peluru dan gerakan aselerasi-deserasi tiba-tiba tindakan bersifat kontroversial
bedah atau medis, serta bias juga terjadi karena cedera atau stroke.
Perdarahan karena cedera biasanya terbentuk di dalam pembungkus
otak sebelah luar (hematoma subdural) atau diantara pembungkus otak
sebelah luar dengan tulang tengkorak (hematoma epidural). Kedua jenis
perdarahan diatas biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI.
Sebagian besar perdarahan terjadi dengan cepat dan menimbulkan gejal
adalam beberapa menit. Perdarahan menahun (hematoma kronis) lebih sering
terjadi pada usia lanjut dan membesar secara perlahan serta menimbulkan
gejala setelah beberapa jam atau hari.
Hematoma yang luas akan menekan otak, menyebabkan
pembengkakan dan pada akhirnya menghancurkan jaringan otak.
Hematoma yang luas juga akan menyebabkan otak bagian atas atau batang
Op poenya
7. Konkusio
Konkusio adalah hilangnya kesadaran (dan kadang ingatan) sekejap,
setelah terjadinya cedera pada otak yang tidak menyebabkan kerusakan fisik
yang nyata. Konkusio menyebabkan kelainan fungsi otak tetapi tidak
menyebabkan kerusakan struktural yang nyata. Hal ini bahkan bisa terjadi
setelah cedera kepala yang ringan, tergantung kepada goncangan yang
menimpa otak di dalam tulang tengkorak.
Konkusio bisa menyebabkan kebingungan, sakit kepala dan rasa
mengantuk yang abnormal; sebagian besar penderita mengalami
penyembuhan total dalam beberapa jam atau hari. Beberapa penderita
merasakan pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi, menjadi pelupa, depresi,
emosi atau perasaannya berkurang dan kecemasan. Gejala-gejala ini bisa
berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu, jarang lebih dari
beberapa minggu. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam bekerja, belajar
dan bersosialisasi. Keadaan ini disebut sindroma pasca konkusio.
Sindroma pasca konkusio masih merupakan suatu teka-teki; tidak
diketahui mengapa sindroma ini biasanya terjadi setelah suatu cedera kepala
yang ringan. Para ahli belum sepakat, apakah penyebabkan adalah cedera
mikroskopi atau faktor psikis. Pemberian obat-obatan dan terapi psikis bisa
membantu beberapa penderita sindroma ini. Yang lebih perlu dikhawatirkan
selain sindroma pasca konkusio adalah gejala-gejala yang lebih serius yang
bisa timbul dalam beberapa jam atau kadang beberapa hari setelah terjadinya
cedera. Jika sakit kepala, kebingungan dan rasa mengantuk bertambah parah,
sebainya segera mencari pertolongan medis.
Biasanya, jika terbukti tidak terdapat kerusakan yang lebih berat, maka
tidak diperlukan pengobatan. Setiap orang yang mengalami cedera kepala
diberitahu mengenai pertanda memburuknya fungsi otak. Selama gejalanya
tidak semakin parah, biasanya untuk meredakan nyeri diberikan asetaminofen.
Op poenya
Jika cederanya tidak parah, aspirin bisa digunakan setelah 3-4 hari pertama.
Op poenya
III
PATOFISIOLOGI
3.2 KOMPLIKASI
1. Epilepsi Pasca Trauma
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi
beberapa waktu setelah otak mengalami cedera karena benturan di kepala.
Kejang bisa saja baru terjadi beberapa tahun kemudian setelah terjadinya
cedera. Kejang terjadi pada sekitar 10% penderita yang mengalami cedera
kepala hebat tanpa adanya luka tembus di kepala dan pada sekitar 40%
penderita yang memiliki luka tembus di kepala.
Op poenya
5. Amnesia
Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk
mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama
berlalu. Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya dimengerti.
Cedera pada otak bisa menyebabkan hilangnya ingatan akan peristiwa
yang terjadi sesaat sebelum terjadinya kecelakaan (amnesi retrograd) atau
peristiwa yang terjadi segera setelah terjadinya kecelakaan (amnesia pasca
trauma). Amnesia hanya berlangsung selama beberapa menit sampai
beberapa jam (tergantung kepada beratnya cedera) dan akan menghilang
dengan sendirinya. Pada cedera otak yang hebat, amnesi bisa bersifat
menetap.
Mekanisme otak untuk menerima informasi dan mengingatnya
kembali dari memori terutama terletak di dalam lobus oksipitalis, lobus
parietalis dan lobus temporalis. Amnesia menyeluruh sekejap merupakan
serangan lupa akan waktu, tempat dan orang, yang terjadi secara
mendadak dan berat. Serangan bisa hanya terjadi satu kali seumur hidup,
atau bisa juga berulang. Alkoholik dan penderita kekurangan gizi lainnya
bisa mengalami amnesia yang disebut sindroma Wernicke-Korsakoff.
Sindroma ini terdiri dari kebingungan akut (sejenis ensefalopati) dan
amnesia yang berlangsung lama.
Amnesia Korsakoff terjadi bersamaan dengan ensefalopati
Wernicke. Amnesia Korsakoff juga bisa terjadi setelah cedera kepala yang
hebat, cardiac arrest atau ensefalitis akut.
6. Fistel Karotis-kavernosus
Ditandai oleh trias gejala: eksoftalmus, kemosis, dan bruit orbita,
dapat timbul segera atau beberapa hari setelah cedera.
Angiografi perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis dan terapi
dengan oklusi balon endovaskuler untuk mencegah hilangnya penglihatan
yang permanent.
7. Diabetes Insipidus
Disebabkan oleh kerusakan traumtik pada tangkai hipofisis,
menyebabkan penghentian sekresi hormone antidiuretik. Pasien
Op poenya
IV
PENATALAKSANAAN
2. pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan
prosedur berikut:
pasang jalur IV dengan larutan salin normal (NaCl 0.9 %) atau
larutan Ringer Laktat: cairan isotonis lebih efektif mengganti volume
intravaskuler daripada cairan hipotonis, dan larutan ini tidak
menambah edema serebri.
Lakukan pemeriksaan: hematokrit, periksa darah perifer lengkap,
trombosit, kimia darah: glukosa, ureum, dan kreatinin, masa
protrombin atau masa tromboplastin parsial, skrining toksikologi dan
kadar alcohol bila perlu
3. Lakukan CT Scan dengan jendela tulang: foto roentgen kepal tidak perlu
jika CT Scan dilakukan, karena CT Scan ini lebih sensitive untuk
mendeteksi fraktur. Pasien denga cedera kepala ringan, sedang, atau
berat harus dievaluasi adanya:
Hematoma epidural
Darah dalam subarakhnoid dan interventrikel
Kontusio dan perdarahan jaringan otak
Edema serebri
Obliterasi sisterna perimesenfalik
Pergeseran garis tengah
Fraktur kranium, cairan dalam sinus, dan pneumosefalus
4. Pada pasien yang koma (Skor GCS < 8) atau pasien dengan tanda-
tanda herniasi, lakukan tindakan berikut ini:
Elevasi kepala 30°
Hiperventilasi: intubasi dan berikan ventilasi mandatorik intermitten
Pasang kateter Foley
Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma
epidural yang besar, hematoma subdural, cedera kepala terbuka,
dan fraktur impresi >1 diploe)
Op poenya
Lampiran 1
ILUSTRASI CEDERA KEPALA
Op poenya
Op poenya
Op poenya
V
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
3. Jakarta: EGC