Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Inovbiz
Website: www.ejournal.polbeng.ac.id/index.php/IBP
Email: inovbiz@polbeng.ac.id
Keywords:
Although the government has made various efforts to encourage the sustainable
Potential use of coastal and marine resources, utilization patterns that are damaging and
Consumer
threaten the sustainability of coastal and marine resources are still ongoing. This is
Interests
due to the pressing of need for life, which is getting higher and higher. Development
Ecotourism
of mangrove ecotourism is one of the alternative development that can help over-
Mangrove come the problem. Utilization of mangrove ecosystem for the concept of tourism
(ecotourism) in line with the change in the interest of tourists from old tourism as a
new tourism. The purpose of this research is to identify the potential of ecotourism
Received: 5 December 2018 and to determine ecotourism development strategy in Bengkalis Island. The research
Received in revised: method used for data type is quantitative and qualitative data with data source in the
27 December 2018
form of primary data and secondary data. Data collection conducted through ques-
Accepted: 27 December 2018
tioner, survey method, literature and documentation. Furthermore, the data analysis
Published: 27 December 2018 used is using quantitative and qualitative data analysis methods. The results of the
research show that the potential of mangrove ecotourism in Bengkalis Island that can
Open Access be identified is located in Bengkalis, Bantan, Rupat, Bukit Batu, Siak Kecil and Ban-
dar Laksamana subdistricts. Based on the processing of questionnaire data, the re-
sults obtained if consumer interest in mangrove ecotourism on Bengkalis Island, is
dominated by referential interest, where the respondents want that mangrove eco-
tourism on Bengkalis Island is better known and in demand.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Kabupaten Bengkalis akhir-akhir ini semakin
Sebagai salah satu daerah kepulauan di parah. Hal ini disebabkan ting-ginya eksploitasi
Provinsi Riau, Pulau Bengkalis memiliki luas hutan mangrove terse-but sebagai bahan baku
wilayah 11.481,77 KM2, yang terdiri dari dua kayu bakau untuk industri panglung arang (Rizki,
kecamatan yaitu Kecamatan Bengkalis dan 2007). Tingginya eksploitasi hutan mangrove dan
Kecamatan Bantan. Pulau Bengkalis hanya rendahnya penegakan hu-kum dan aturan
memiliki satu dari tiga ekosistem laut tropis yaitu pemanfaatan mangrove, membuat kerusakan
mangrove. Terdapat berbagai jenis mangrove di hutan mangrove di Pulau Bengkalis semakin
Pulau Beng-kalis, yaitu: Avicenia Alba, Bruguiera meluas.
Parviflora, Excocaria Agalloca, Lumnit-zera Pemerintah telah melakukan berbagai upaya
Litorea, Lumnitzera Racemosa, Nipa Frutican, untuk mendorong pemanfaatan sumber daya
Rhizophora Apiculata, Rhizo-phora Muncronata, pesisir dan laut secara berkelanjutan, namun pola
Sonneratia Alba, Thespia Pulpurea, dan pe-manfaatan yang sifatnya merusak dan
Xylocarpus Gra-natum. Kekayaan keane- mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan
karagaman jenis mangrove yang dimiliki Pulau laut masih saja terus berlangsung. Hal ini
Bengkalis tersebut, tersebar di seluruh hutan man- disebabkan oleh desakan kebutuhan hidup, yang
grove yang masih tetap bertahan di kedua keca- semakin lama semakin tinggi. Pengembangan
matan tersebut hingga saat ini. ekonomi wisata (ekowisata) merupakan salah
Namun demikian, kerusakan hutan mangrove satu alternatif pembangunan yang dapat
di Pulau Bengkalis, selain karena faktor alam membantu mengatasi masalah tersebut.
berupa hempasan ombak selat malaka dan Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk
abrasi, juga sebabkan oleh penebangan hutan konsep wisata (ekowisata) sejalan dengan
mangrove oleh oknum masyarakat yang tidak pergeseran minat wisatawan dari old tourism yaitu
sesuai aturan, tidak dapat dihindari, sedangkan wisatawan yang hanya datang melakukan wisata
banyak masyarakat yang masih bergantung pada saja tanpa ada unsur pendidikan dan konservasi
hutan mangrove dan memanfaatkan pohon menjadi new tourism yaitu wisatawan yang datang
mangrove untuk cerocok rumah, kayu bakar dan untuk melakukan wisata yang di dalamnya ada
arang. Kerusakan hutan magrove (bakau) di unsur pendidikan dan konservasi. Oleh karena itu,
* Corresponding author
E-mail addresses: dwi@polbeng.ac.id (D. Astuti)
2614-6983/ © 2018 P3M Politeknik Negeri Bengkalis. All rights reserved.
Dwi Astuti, Teguh Widodo Jurnal Inovasi dan Bisnis 6 (2018) 135-141
diperlukan upaya yang serius untuk mengelola 2. Bagaimana minat konsumen akan ekowisata
dan mencari daerah tujuan ekowisata yang di Pulau Bengkalis?
spesifik alami dan kaya akan keanekaragaman
1.3 Tujuan Penelitian
hayati serta dapat melestarikan lingkungan hidup.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Upaya pelestarian lingkungan saat ini telah
1. Untuk mengetahui bagaimana potensi ekow-
menjadi perhatian dunia. Konsep ekowisata
isata di Pulau Bengkalis.
semakin menjadi sebuah cara baru untuk tetap
2. Untuk mengetahui bagaimana minat kon-
dapat mengeksplor alam namun tetap
sumen akan ekowisata di Pulau Bengkalis.
memperhatikan aspek lingkungan dan
keberlanjutannya dimasa yang akan datang, 2. Tinjauan Pustaka
sehingga tidak membuat alam akan habis dan 2.1 Potensi
rusak (Novianti, 2016). Pada dasarnya secara umum bisa dikatakan
Pengembangan ekowisata sangat terkait bahwa potensi merupakan sebuah kemampuan
dengan pengembangan kawasan hutan. Kawasan dasar yang dimiliki obyek dan sangat mungkin
hutan yang dapat berfungsi sebagai kawasan untuk dikembangkan menjadi lebih baik lagi.
wisata yang berbasis lingkungan adalah kawasan Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008)
Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Potensi
Raya, Taman Wisata Alam), kawasan suaka Alam adalah kemampuan, kekuatan, kesanggupan,
(Suaka Margasatwa) dan Hutan Lindung melalui daya yang mempunyai kemungkinan untuk
kegiatan wisata alam terbatas, serta Hutan dikembangkan.
Produksi yang berfungsi sebagai Wana Wisata Potensi alam yang bisa di manfaatkan dan
(Flamin dan Asnaryati, 2013). juga menjadi salah satu penunjang kehidupan
Adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia sangat banyak sekali keberadaannya di
lingkungannya serta kepedulian terhadap dunia. Keserasian dan keselarasan dalam dalam
masyarakat sekitar pada kawasan-kawasan pemanfaatan dan penggunaan potensi alam
konservasi sejalan dengan keberadaan visi sangat tergantung pada tingkat kesadaran
pengembangan ekowisata yaitu konservasi manusia itu sendiri dalam cara pemanfaatan dan
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta pengolahan yang dilakukan terhadap potendi
pemberdayaan masyarakat lokal (Fandelli, 2000). alam yang ada.
Sejumlah negara yang sudah semakin Semakin manusia sadar akan kebutuhannya
menyadari bahwa hutan mereka sudah hampir nanti dan dimasa yang akan datang serta
musnah. Oleh karena itu mereka melakukan pentingnya aspek keberlanjutan terhadap potensi
sejumlah upaya guna mencegah agar kerusakan alam tersebut agar dapat dinikmati oleh generasi
wilayah hutan mereka tidak semakin parah. Salah yang akan datang, maka pemanfaatan potensi
satu upaya yang mereka lakukan untuk mengatasi alam akan dapat tertata dan jumlahnya juga akan
kondisi tersebut adalah dengan mengembangkan terjaga, begitu pula sebaliknya. Semakin manusia
potensi ekowisata (ecotourism) sebagai sumber tidak menyadari akan kebutuhannya nanti dan
mata pencaharian masyarakat untuk mengurangi dimasa yang akan datang serta pentingnya aspek
tekanan terhadap hutan. (Flamin dan Asnaryati, keberlanjutan terhadap potensi alam tersebut agar
2013). dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang,
Ekowisata merupakan bentuk wisata maka pemanfaatan potensi alam tidak akan
bertanggung jawab terhadap kelestarian tertata dengan baik dan jumlahnya juga akan
lingkungan dan memberi manfaat secara ekonomi kurang tidak terjaga dengan baik.
dan mempertahankan keutuhan budaya 2.2 Minat Konsumen
masyarakat setempat yang telah menyebar ke Minat merupakan salah satu aspek psikologis
seluruh dunia sebagai bagian dari pembangunan yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap
berkelanjutan (Lascurain dalam Purwanti, 2010). perilaku dan minat juga merupakan sumber moti-
Permanfaatan kawasan mangrove untuk vasi yang akan mengarahkan seseorang dalam
dikembangkan menjadi salah satu kawasan melakukan apa yang mereka lakukan. Minat beli
ekowisata merupakan alternatif pemanfaatan merupakan bagian dari komponen perilaku dalam
yang sangat rasional diterapkan di kawasan sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor
pesisir karena dapat memberi manfaat ekonomis (Husein, 2000) minat membeli adalah merupakan
dan jasa lingkungan tanpa mengeksploitasi bagian dari komponen perilaku konsumen dalam
mangrove. Pemanfaatan jasa lingkungan berupa sikap meng-konsumsi, kecenderungan responden
ekowisata akan mendorong upaya konservasi untuk bertindak sebelum keputusan membeli
ekosistem mangrove sebagai daerah penyangga benar-benar dilaksanakan.
kawasan konservasi (Kusmana dan Istomo, Minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-
1993). indikator sebagai berikut (Ferdinand, 2006):
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, 1. Minat transaksional, yaitu kecen-derungan
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seseorang untuk membeli produk.
tentang “identifikasi potensi serta minat konsumen 2. Minat refrensial, yaitu kecenderungan
akan ekowisata mangrove di Pulau Bengkalis”. seseorang untuk mereferensikan produk
1.2 Rumusan Masalah kepada orang lain.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian 3. Minat preferensial, yaitu minat yang meng-
ini adalah sebagai berikut: gambarkan perilaku seseorang yang memiliki
1. Bagaimana potensi ekowisata di Pulau prefrensi utama pada produk tersebut. Pre-
Bengkalis? frensi ini hanya dapat diganti jika terjadi
sesuatu dengan produk prefrensinya.
136
Dwi Astuti, Teguh Widodo Jurnal Inovasi dan Bisnis 6 (2018) 135-141
137
Dwi Astuti, Teguh Widodo Jurnal Inovasi dan Bisnis 6 (2018) 135-141
Jml 34 50 16 0 0 100
2 4.18 Tinggi
Skor 170 200 48 0 0 418
Jml 29 48 23 0 0 100
3 4.06 Tinggi
Skor 145 192 69 0 0 406
Jml 13 47 33 6 1 100
4 3.65 Tinggi
Skor 65 188 99 12 1 365
Jml 30 49 21 0 0 100
5 4.09 Tinggi
Skor 150 196 63 0 0 409
138
Dwi Astuti, Teguh Widodo Jurnal Inovasi dan Bisnis 6 (2018) 135-141
dan menjanjikan ke depannya. Berikutnya yang 2. Adanya gangguan keamanan ter-hadap hu-
menjadi tugas besar Pemerintah Daerah tan mangrove dan ka-wasan ekowisata man-
Kabupaten Bengkalis beserta pengelola grove di Pu-lau Bengkalis
ekowisata mangrove tersebut adalah bagaimana 3. Kurangnya koordinasi antar SKPD terkait
mengembangkan potensi yang ada tersebut. akan mengancam terhadap kelancaran dan
Faktor internal kekuatan yang mempengaruhi keberlangsungan program kerja pengem-
dalam mendukung keberhasilan pembangunan bangan dan pembangunan kawasan hutan
dan pengembangan potensi ekowisata mangrove mangrove dan ekowisata mangrove di Pulau
di Pulau Bengkalis diantaranya: Bengkalis.
1. Kemampuan produksi bibit mangrove yang 4. Adanya permintaan manyarakat konsumen
dapat dilakukan oleh masyarakat lokal terhadap material kayu mangrove sebagai
pengelola ekowisata hutan mangrove di ka- material bangu-nan secara berlebihan.
wasan hutan mangrove yang ada di desa- 5. Kurangnya kesadaran dan penge-tahuan
desa pesisir pantai di Pulau Bengkalis. dari masyarakat yang ekonomi dan mata
2. Tersedianya lahan hutan mangrove di desa- pencahariannya tergantung pada jual beli
desa pesisir pantai di Pulau Pengkalis kayu mangrove dalam manajemen sistem te-
3. Adanya penunjukkan kawasan hutan man- bang pilih terhadap kayu mang-rove yang di-
grove oleh pemerintah daerah dan atau jadikan sebagai mate-rial bangunan.
pemerintahan desa di Pulau Bengkalis. 6. Desakan masyarakat yang ekonomi dan
4. Adanya SDM potensial dalam pengem- mata pencahariannya tergan-tung pada jual
bangan ekowisata hutan mangrove di kawa- beli kayu mangrove sebagai material
san hutan mangrove yang ada di desa-desa bangunan.
pesisir pantai di Pulau Bengkalis.
5. Keberadan program kerja dalam pengem- 5. Kesimpulan
bangan dan pembangunan ekowisata hutan Pada bagian ini akan dijelaskan tentang kes-
mangrove di kawasan hutan mangrove yang impulan yang diperoleh dari analisis dalam bab-
ada di desa-desa pesisir pantai di Pulau bab sebelumnya. Kesimpulan dari hasil penelitian
Bengkalis. selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Faktor internal kelemahan yang 1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang te-
mempengaruhi dalam mendukung keberhasilan lah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa
pembangunan dan pengembangan potensi ekow- minat konsumen terhadap keberadaan
isata mangrove di Pulau Bengkalis diantaranya: ekowisata mangrove di Pulau Bengkalis
1. Keterbatasan sarana dan prasarana dalam secara rata-rata berada pada kategori tinggi.
pengembangan dan pembangunan kawasan Dengan demikian, potensi ekowisata man-
hutan mangrove yang ada di desa-desa grove di Pulau Bengkalis jika ditinjau dari
pesisir pantai di Pulau Bengkalis. persepsi konsumen pada variabel minat
2. Keterbatasan kemampuan anggran yang memiliki prospek yang baik dan menjanjikan
ada pada masyarakat pengelola kawasan ke depannya.
hutan mangrove yang ada di desa-desa 2. Potensi ekowisata mangrove di Pulau
pesisir pantai di Pulau Bengkalis. Bengkalis, ditinjau dari aspek kekuatan,
3. Keterbatasan kompetensi sumber daya kelemahan, peluang dan tantangan, mem-
manusia terhadap pemanfa-atan pem- per-lihatkan bahwa sejumlah kelema-han
berdayaan kawasan hutan mangrove yang dan tantangan dapat diatasi dengan
ada di desa-desa pesisir pantai di Pulau berbagai kekuatan dan peluang yang ada.
Bengkalis. Dengan demikian, ekowisata di Pulau
Faktor eksternal peluang yang mempengaruhi Bengkalis berpotensi untuk dikembangkan
dalam mendukung keberhasilan pembangunan menjadi objek wisata andalan di Pulau
dan pengembangan potensi ekowisata mangrove Bengkalis.
di Pulau Bengkalis diantaranya:
1. Keberadaan partisipasi masyarakat yang 6. Saran
turut serta dalam pemba-ngunan dan Selanjutnya berdasarkan sejumlah kes-
pengembangan potensi ekowisata man- impulan yang telah diperoleh dan dikemukakan
grove di Pulau Bengkalis sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa
2. Keberadaan dukungan SKPD (Satuan Kerja saran sebagai berikut:
Perangkat Daerah) terkait 1. Perlunya penyiapan perda khusus tentang
3. Kemampuan pengelolaan untuk pelestarian pengembangan kawasan ekosistem man-
kawasan ekowisata mangrove di Pulau grove guna mendukung pengembangan
Bengkalis eko-wisata mangrove di Pulau Bengkalis
4. Adanya penetapan regulasi pemerintah ten- yang mana diharapkan keberadaan perda
tang kawasan ekowisata mangrove di Pulau tersebut akan mampu menjamin keberlang-
Bengkalis sungan dan kesinambungan pe-ngem-
Faktor eksternal ancaman yang bangan kawasan ekowisata mangrove di
mempengaruhi dalam mendukung ke-berhasilan Pulau Bengkalis.
pembangunan dan pe-ngembangan potensi 2. Perlunya penggalakan penanaman pena-
ekowisata mangrove di Pulau Bengkalis dian- naman pohon mangrove terhadap lahan-la-
taranya: han kosong yang berada di seluruh wilayah
1. Adanya kerusakan lingkungan hutan man- kawasan mangrove di desa-desa pesisir
grove dan kawasan ekowisata mangrove di pantai di Pulau Bengkalis.
Pulau Bengkalis
139
Dwi Astuti, Teguh Widodo Jurnal Inovasi dan Bisnis 6 (2018) 135-141
140
Dwi Astuti, Teguh Widodo Jurnal Inovasi dan Bisnis 6 (2018) 135-141
Purwanti, Farida. 2010. Pemilihan Lokasi Untuk Umam, Khoirul., Sudiyarto., dan Winarno, S.T.
Pengembangan Ekowisata. Jurnal 2015. Strategi Pengembangan
Saintek. Vol. 5, No. 2, pp. 19 – 25. Ekowisata Mangrove Wonorejo
Tanaya, D.R., dan Rudiarto, I. 2014. Potensi Surabaya. Jurnal Agribisnis, Vol 1, No.1,
Pengembangan Ekowisata Berbasis pp. 38-41.
Masyarakat Di Kawasan Rawa Pening,
Kabupaten Semarang. Jurnal Teknik
PWK, Vol. 3, No. 1, pp 71-81.
141