Вы находитесь на странице: 1из 8

WARTA RIMBA

Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon


aristatus) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes sp) PADA KAYU
DURIAN (Durio zibethinus)

Eka Mariana1, Ariyanti2, Erniwati2

JurusanKehutanan, FakultasKehutanan, UniversitasTadulako


Jl.Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
2
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract

Nowadays, utilization ofnon-durable wood species in Indonesia is one alternative to meet the needs
ofthe wood. Use natural preservatives such as Orthosiphon aristatus in natural wood preservation
processis highly recommended as environmentally friendly.This study was aimed to determine
retention and the effects of Orthosiphon aristatus leaves extracts as preservation material of Durio
zibethinus wood on the Coptotermes sp. Attacks. Regency and the laboratory of Forestry Science,
Tadulako University, from May to June 2013. The study was using completely randomized design
with factorial pattern. The treatment of study was applying two factors. First, concentration of
Orthosiphon aristatus extracts with three levels, namely; 9.09% (A1), 16,67% (A2), and 23,07%
(A3). Second, Dipping time with three levels,namely: 1 day (B1), 3 days (B2), and 5 days (B3). The
results showed that the highest retention value (3,538g/cm3) was achieved by the combination
treatment between concentration 23,07% and dipping time 5 days (A3B3) while the lowest retention
value (0,562g/cm3) was achieved by the combination treatment between concentration 9,09% and
dipping time 1 day (A1B1). Hence, the lowest effectivity of preservation materials indicated by the
highest weight loss,was achieved by A1B1 combination treatment (3,37%) while the lowest
(highest effectivity) was achieved by (A3B3) combination treatment (1,88%).

Keywords: Concentration, Dipping time, Orthosiphon aristatus, Durio zibethinus, Coptotermes sp.

PENDAHULUAN Hal tersebut di atas menunjukkan, bahwa


jenis kayu yang memiliki tingkat keawetan
Latar Belakang yang tinggi sangat sedikit jumlahnya
sementara dalam penggunaan jenis tersebut
Sebagian besar jenis kayu di Indonesia akan sangat banyak dibutuhkan. Pengawetan
memiliki tingkat keawetan yang rendah, kayu menjadi penting karena dikhawatirkan
menurut Duljapar (1996), saat ini di Indonesia produksi jenis kayu dengan kelas awet tinggi
tercatat ± 4000 jenis kayu yang tersebar tidak dapat lagi terpenuhi pada masa
diseluruh Nusantara, 15-20 % dari jumlah mendatang.
tersebut termasuk jenis kayu dengan keawetan Penggunaan bahan pengawet juga harus
tinggi (kelas I dan II) dan 80-85 % sisanya memperhatikan keefektifannya dalam
adalah jenis kayu dengan keawetan yang mencegah serangan organisme perusak kayu
rendah (kelas awet III, IV dan V) sehingga dan efeknya terhadap lingkungan. saat ini
jenis kayu yang termasuk dalam kelas awet ekstrak berbagai tanaman untuk pengawet
III-1V, dapat diperpanjang umur kayu yang bersifat ramah lingkungan (Azis,
pemakaiannya melalui proses pengawetan. 2012).

1
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

Tumbuh-tumbuhan khususnya tumbuhan Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat


obat/herbal diduga mengandung bahan memberikan informasi mengenai pemanfaatan
bioaktif seperti saponin, alkaloid, flavonoid, tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
tannin, triterpenoid dan steroid dalam bidang sebagai bahan pengawet terhadap serangan
teknologi kayu khususnya pengawetan kayu rayap tanah (Coptotermes sp) pada jenis kayu
pemanfaatan tumbuhan ini masih sedikit durian (Durio zibethinus).
dilakukan padahal jumlahnya melimpah
manfaat tumbuhan ini sebagai bahan pengawet MATERI DAN METODE PENELITIAN
alami tidak akan pernah terungkap bila belum
dilakukan penelitiannya karena itu eksploitasi Waktu dan Tempat
terhadap tumbuhan ini perlu dilakukan untuk
memperbanyak dan memperkaya informasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
tentang tumbuhan penghasil bahan pengawet April sampai dengan bulan Juli 2013. Adapun
alami (Azis, 2012). tempat Penelitian di Laboratorium Ilmu
Hal-hal tersebut di atas mendorong Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas
perlunya dilakukan penelitian menggunakan Tadulako.
tumbuhan kumis kucing. Tumbuhan ini diduga
dapat dimanfaatkan sebagai penghasil Alat dan Bahan
ekstraktif untuk pengawetan kayu secara alami
menggunakan pelarut air dan etanol (Azis, Peralatan yang digunakan dalam penelitian
2012). ini adalah wadah pengawet, timbangan digital,
Kayu durian tergolong jenis kayu yang oven listrik, kalkulator, kaliper manual,
relatif ringan dan memiliki tingkat keawetan pengaduk, kain lap, kuas. Adapun bahan yang
yang agak rendah. digunakan: kayu durian, cat minyak, tanaman
kumis kucing, dan rayap tanah.
Rumusan Masalah
Metode Penelitian
Salah satu jenis kayu yang banyak
digunakan adalah kayu durian karena kayu ini Penelitian ini menggunakan RAL pola
memiliki kelas kuat II - III dan kelas awet IV- faktorial dimana konsentrasi bahan pengawet
V, selain itu kayu tersebut mudah diserang sebagai faktor A terdapat 3 taraf yaitu: A1=
oleh rayap. Penggunaan tanaman kumis 0,09%, A2= 16,67% dan A3= 23,07% dan
kucing sebagai bahan pengawet ramah lama perendaman sebagai faktor B terdapat 3
lingkungan belum berkembang seperti taraf yaitu: B1= 1 hari, B2= 3 hari, dan B3= 5
penggunaan bahan pengawet kimia dan hari maka dalam penelitian ini terdapat 9
penerapannya masih perlu pengkajian dengan perlakuan yaitu: A1B1, A2B1, A3B1, A1B2,
berbagai metode dan konsentrasi untuk A2B2, A3B2, A1B3, A2B3, A3B3.
mengetahui seberapa efektif penggunaan
tanaman kumis kucing dan sebagai bahan
pengawet terhadap rayap tanah. Prosedur Penelitian
Pembuatan Contoh Uji
Tujuan dan Kegunaan
Kayu durian (Durio zibethinus) dipotong
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dalam bentuk papan, dibuat stick dengan
mengetahui retensi dan efektivitas bahan ukuran 2cm x 2cm x 30cm untuk sampel
pengawet dari tanaman kumis kucing contoh uji, serta dibuat ukuran 2cm x 2cm x
(Orthosiphon aristatus) terhadap serangan 2cm untuk pengukuran kadar air dan
rayap tanah (Coptotermes sp). kerapatan.

2
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

Pembuatan Bahan Pengawet Kayu - Persentase kehilangan berat (Efektivitas)


(JWPA Standar 11 (1) (1992) sebagai
Bagian tanaman yang digunakan adalah berikut:
semua bagian tanaman kumis kucing
kemudian dikeringkan ±2 hari setelah itu Persentase kehilangan berat contoh uji
dihancurkan menjadi serbuk, dibuat dengan dihitung dengan Rumus yang digunakan yaitu:
perbandingan masing-masing 100, 200 dan
300 gram tanaman kumis kucing kering per 𝑚𝑏 −𝑚𝑠
𝛼 = 𝑚𝑏 x 100%
satu liter air. Pembuatan ekstrak tanaman
Analisis Statistik
kumis kucing dilakukan dengan cara
merendam di dalam air panas suhu 70 sampai
Model linear untuk rancangan acak
90ºC selama 3 jam. Untuk menghitung
lengkap adalah (Gaspersz, 1991):
konsentrasi bahan pengawet (Adkhi, 2007).
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + e ijk
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
𝐶= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 +𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pengawetan Kondisi awal kayu durian sebelum


dilakukan proses pengawetan sebesar 7,129%
Proses pengawetan dilakukan dengan sedangkan nilai rataan kerapatan adalah
metode perendaman dingin dapat dilakukan sebesar 0,384 g/cm³. Sehingga sangat baik jika
sebagai berikut: Contoh uji ditimbang dan dilakukan proses pengawetan karena bahan
diukur dimensinya, dimasukkan ke dalam pengawet akan lebih mudah masuk ke dalam
wadah pengawetan larutan pengawet tanaman kayu. Nilai kadar air ini masih berada dibawah
kumis kucing dimasukkan ke dalam wadah, kadar air titik jenuh serat (<30%) atau dicapai
diangkat dan dikeringkan (ditiriskan). pada saat keadaan kondisi kadar air
keseimbangan, yaitu air dalam rongga sel
Pengujian Terhadap Serangan Rayap telah keluar, dan air di dalam dinding sel
Tanah sedikit dengan kadar air di atas titik jenuh
serat sulit diimpregnasi bahan pengawet
Sampel yang telah diawetkan, diangkat dan karena di dalam rongga sel masih banyak
dioven dengan suhu 103±2oC selama 48 jam, terdapat air, sementara kalau sampai kadar air
d itimbang beratnya, ditancapkan pada daerah kayu sudah mencapai titik jenuh serat, air di
yang terdapat rayap tanah, setelah 1 bulan dalam kayu hanya sedikit dan berada di dalam
makadiambil dan dibersihkan, kemudian di dinding sel sehingga akan mempermudah
oven dengan suhu 103±2oC selama 48 jam, masuknya bahan pengawet ke dalam rongga-
kemudian ditimbang. rongga sel yang kosong. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kadar air memegang
Parameter yang Diamati peranan penting dalam penembusan bahan
- Retensi (Kasmudjo, 2010) pengawet ke dalam bahan yang diawetkan.
Retensi dihitung dengan menggunakan Selanjutnya Yoesoef (1977) dalam Sari
rumus sebagai berikut : (2005) menyatakan bahwa pada umumnya
bahan pengawet akan terhalang masuk
𝐵1−𝐵2 kedalam kayu apabila rongga-rongga sel
R= 𝑉
xC
masih banyak mengandung air. Apabila kadar
air masih tinggi maka semakin sedikit bahan
pengawet yang akan masuk kedalam kayu
karena rongga-rongga sel masih terisi oleh air,

3
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

sebaliknya apabila air di dalam rongga sel Nilai Retensi


telah keluar atau hanya berjumlah sedikit (g/cm³)Nilai Retensi g/cm³
maka bahan pengawet akan dengan mudah 4 3,538
masuk ke dalam kayu. 3,5
Berdasarkan hasil pengujian nilai rataan 3
kerapatan kayu durian sebesar 0.384 g/cm, hal 2,408
2,5 2,184 B1
ini menunjukan bahwa kerapatan kayu durian 1,948 1,956
termasuk dalam kerapatan rendah. Hal ini 2 B2
sesuai dengan yang dikemukakan oleh 1,5 B3
0,926 0,885
Kasmudjo (2010), bahwa kayu yang memiliki 1 0,562 0,779
berat jenis kurang dari 0,6 g/cm termasuk 0,5
dalam klasifikasi kayu dengan berat jenis
rendah. Menurut Kasmudjo (2010) 0
menyatakan bahwa kayu durian termasuk ke A1 A2 A3
dalam kelas awet IV-V, dengan berat jenis Perlakuan
rataan 0,64 Gambar 1. Nilai retensi bahan pengawet dari
Kerapatan kayu turut berpengaruh terhadap tanaman kumis kucing dan lama
penyerapan bahan pengawet, kayu perendamannya yang berbeda
berkerapatan rendah masuk ke dalam
kelompok kayu yang rendah menyerap bahan Tingginya nilai rataan retensi pada
pengawet. Hal ini sesuai dengan pendapat perlakuan A3B3 disebabkan karena semakin
Hunt dan Garratt (1986), yang menyatakan tinggi tingkat konsentrasi bahan pengawet
bahwa kayu yang berkerapatan rendah yang digunakan maka nilai retensi yang
memiliki pembuluh yang terbuka dan besar dihasilkan akan semakin besar pula, hal ini
sehingga memiliki kemampuan untuk terjadi karena dugaan apabila konsentrasi yang
menyerap bahan pengawet yang lebih baik dipakai tinggi maka bahan pengawet yang
dibandingkan dengan kayu yang berkerapatan akan masuk lebih banyak kemudian
tinggi. Kerapatan ini tergantung sekali pada mengendap di dalam jaringan sel-sel pada
kadar air dan bahan penyusun di dalam kayu Pada perendaman 5 hari kesempatan
dinding sel. Oleh karena itu jika kayu cukup kayu untuk berhubungan dengan bahan
kering maka kerapatannya menunjukkan pengawet lebih lama dan juga udara yang ada
perkiraan banyaknya rongga-rongga udara di dalam rongga-rongga sel banyak keluar dan
(rongga sel) yang ada untuk diisi bahan langsung diisi oleh larutan bahan pengawet
pengawet. (Hunt dan Garrat, 1986).
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
bahwa kerapatan sebagai massa atau berat retensi bahan pengawet pada tanaman kumis
persatuan volume, alam penentuan kerapatan kucing berdasarkan perbedaan konsentrasi dan
dinding sel volume umumnya ditentukan oleh lama perendaman mempunyai nilai retensi
pemindahan suatu cairan yang dapat yang berbeda pula. Semakin besar konsentrasi
menembus rongga-rongga dalam dinding sel bahan pengawet dan semakin baik lama
pada komponen kimia kayu. perendaman yang digunakan semakin tinggi
nilai retensi yang akan dicapai.
Nilai Retensi Bahan Pengawet Sejalan dengan penelitian sebelumnya
oleh Sari (2005), pada pengawetan kayu pinus,
Untuk melihat dengan jelas rata-rata nilai menggunakan bahan pengawet kimia yaitu
retensi yang dihasilkan karena pengaruh Boraks pada konsentrasi 7,5% dan lama
perbedaan konsentrasi dan lama perendaman perendaman 120 menit dapat menghasilkan
dapat dilihat pada gambar berikut: nilai retensi tertinggi sebesar 0,00232 g/cm3
dan konsentrasi 2,5 % dan lama perendaman

4
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

30 menit menghasilkan nilai retensi terendah


sebesar 0,0000433 g/cm³, sehingga tinggi Kehilangan Berat (%)
konsentrasi bahan pengawet dan semakin lama 4,50 3,97
kayu direndam maka akan menyebabkan nilai 4,00
3,38 3,23
retensi bahan pengawet yang semakin tinggi. 3,50
2,83 2,97
Sebagaimana diketahui bahwa pada 3,00 2,47 2,61 2,49
dasarnya nilai retensi akan semakin meningkat 2,50 2,09
1,88 B1
seiring dengan pertambahan konsentrasi bahan 2,00
pengawet dan lama waktu perendaman. 1,50 B2
Menurut Suranto (2002), semakin lama 1,00 B3
jangka waktu yang diperlukan untuk 0,50
merendam kayu, akan membuat proses
0,00
pengawetan semakin efektif, artinya kayu
akan semakin terhindar dari serangan perusak Kontrol A1 A2 A3
kayu khususnya rayap tanah.
Hasil penelitian Kusumastuti (2005), Gambar 2. Nilai rataan persentase kehilangan
menunjukkan rataan nilai retensi pada berat (efektifitas)
pengawetan kayu sengon dengan
menggunakan bahan pengawet Lentrek 400 Hasil pengujian yang dilakukan selama 1
EC tertinggi terdapat pada konsentrasi 15% bulan terhadap contoh uji yang tidak
pada metode pencelupan sebesar 0,007253 diawetkan (kontrol) maupun contoh uji yang
g/cm³ dan terendah terdapat pada konsentrasi diberi perlakuan pengawetan, menunjukkan
5% pada metode penyemprotan sebesar bahwa terjadi kecenderungan penurunan
0,000975 g/cm³ . kehilangan berat seiring dengan pemberian
Persentase Kehilangan Berat (Efektivitas) perlakuan pengawetan.
Contoh uji kontrol mengalami persentase
Efektifitas bahan pengawet dapat dilihat kehilangan berat lebih besar yaitu sebesar
dari kemampuan bahan tersebut mengurangi 3,967% dibandingkan dengan contoh uji yang
serangan rayap setelah diaplikasikan ke mengalami perlakuan pengawetan karena pada
contoh uji. Semakin rendah persen kehilangan perlakuan contoh uji kontrol dalam kayunya
berat menunjukkan semakin efektif bahan tidak terdapat bahan beracun yang dapat
pengawet tersebut. menghalangi perusak kayu seperti rayap tanah
Berdasarkan hasil pengujian contoh uji untuk dapat beraktifitas dengan memakan
pada kayu durian didapat nilai persentase komponen didalam kayu. Rayap akan lebih
kehilangan berat contoh uji selama 1 bulan di leluasa memakan seluruh bagian kayu tanpa
sarang rayap tanah. Berikut ini merupakan ada bahan pelapis maupun pelindung baik
nilai rataan persentase kehilangan berat pada pada permukaan kayu maupun dalam
contoh uji tanpa perlakuan (kontrol) dan kayunya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dengan perlakuan bahan pengawet alami yaitu Nandika dkk (2003) dalam Kusumastuti
tanaman kumis kucing terhadap serangan (2005) bahwa rayap merupakan serangga
rayap tanah dengan menggunakan metode pemakan kayu atau bahan-bahan yang
kubur (Grave Yard Test). dapat dilihat pada terutama terdiri dari selulosa. Selulosa
Gambar 2: merupakan salah satu unsur penting dalam
kayu dan sumber makanan bagi rayap tanah.
Kandungan selulosa yang tinggi pada kayu
durian menyebabkan tingginya serangan rayap
tanah sehingga kehilangan beratnya juga
tinggi.

5
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

Sebaliknya pada sampel yang diberi sosial, ketiga hal tersebut hanya dapat
perlakuan pengawetan, rayap sudah tidak dilakukan rayap dalam koloninya.
leluasa lagi untuk memakan keseluruhan Berdasarkan hasil pengamatan selama 1
bagian kayunya, karena adanya bahan bulan pengujian terhadap serangan rayap
pengawet yang dapat menyebabkan racun bagi tanah telah terjadi pengurangan berat pada
rayap. Hal ini didukung oleh pernyataan contoh uji. Pengurangan berat pada contoh uji
Suranto (2002) yang mengatakan bahwa rayap diakibatkan oleh serangan rayap tanah namun
juga enggan memakan kayu yang tingkat serangannya tidak terlalu besar. Hal ini
mengandung bahan beracun. dapat dilihat dengan tidak adanya tanda-tanda
Contoh uji yang mendapatkan perlakuan serangan dari rayap tanah tersebut seperti
pengawetan yang dilakukan dengan terdapatnya butiran-butiran kecil berwarna
menggunakan konsentrasi yang tinggi dapat kecoklatan.
mengurangi kehilangan berat kayu terhadap Pengujian dengan cara penguburan contoh
serangan rayap tanah. Hasil uji perhitungan uji dipengaruhi oleh faktor kesukaan rayap
berat pada lama perendaman dan konsentrasi tempat pengujian, sehingga ada kemungkinan
menunjukkan persentase kehilangan berat kayu yang tidak disukai tidak diserang oleh
akan menurun berdasarkan besarnya rayap. Bila makanan kesukaan rayap ditempat
konsentrasi dan juga bahan pengawet yang pengujian tersedia dalam jumlah banyak,
digunakan dalam pengawetan tersebut, maka kemungkinan rayap tidak akan
maksudnya semakin tinggi konsentrasi yang menyerang selama persediaannya masih ada
diberikan semakin tinggi pula nilai retensinya (Hunt dan Garrat, 1986).
dimana kita ketahui disini semakin tinggi nilai Menurut Azis (2012) bahwa tanaman
retensinya maka kehilangan beratnya akan kumis kucing mengandung senyawa bioaktif
menurun. yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
Selanjutnya Suranto (2002) menyatakan pengawet kayu karena dapat menolak
bahwa kemanjuran (efektifitas) bahan serangan serangga dan bersifat racun seperti
pengawet bergantung pada toksisitas (daya saponin, alkaloid, flavonoid, tannin,
racun= daya bunuh) terhadap organisme triterpenoid dan steroid.
perusak kayu atau organisme yang berlindung Penelitian tumbuhan kumis kucing sebagai
didalam kayu, semakin manjur dan semakin bahan pengawet alami kayu menggunakan
efektif pula bahan pengawet itu digunakan pelarut air dan etanol dilakuakan oleh Azis,
untuk mengawetkan kayu. (2012) menunjukkan bahwa keefektifan
Faktor kelembaban dan suhu merupakan ekstrak ini menunjukkan rata-rata mortalitas
faktor yang sangat penting bagi kehidupan rayap sebesar 65% dan pengurangan berat
rayap, kelembaban maksimum untuk kertas sebesar 2,71%. Ekstrak etanol
perkembangan yang baik bagi rayap dicapai tumbuhan kumis kucing 1:4 telah mampu
pada kelembaban 100% dan suhu optimal bagi meningkatkan mortalitas rayap kering dan
kebanyakan rayap adalah 28-32 ºC. Rayap meminimalkan pengurangan berat kertas
memiliki cara sebagai antisipasi terhadap saring dan kayu
perubahan suhu dan kelembaban lingkungan, Jika dibandingkan dengan klasifikasi
seperti yang di kemukakan oleh Prasetiyo dan ketahanan kayu berdasarkan persentase
Yusuf (2005), bahwa rayap akan kehilangan berat akibat serangan rayap tanah
menyesuaikan dengan perubahan suhu dan maka hasil penelitian menunjukkan kelas
kelembaban yaitu dengan membangun sarang ketahanan sangat tahan karena mengalami
yang tebal, gudang makanan dan ruangan lain kehilangan berat <3,521 (Sumarni dan Roliadi
sekitar sarang, pengatur bentuk sarang serta dalam Ariyanti, 2004).
mempertahankan kandungan air tanah
penyusun sarang. Namun sebagai hewan

6
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

KESIMPULAN DAN SARAN konsentrasi bahan pengawet 23,07% dengan


lama perendaman 5 hari (A3B3) sebesar
Kesimpulan 1,881% nilai efektivitas terendah (%
kehilangan berat tertinggi) pada konsentrasi
Berdasarkan hasil penelitian pada bahan pengawet 9,09% dengan lama
pengujian kayu durian (Durio zibethinus) perendaman 1 hari (A1B1) sebesar 3,37% dan
terhadap nilai retensi dan kehilangan berat jika dibandingkan dengan klasifikasi kelas
akibat serangan rayap tanah (Coptotermes sp), ketahanan kayu kayu dengan bahan pengawet
maka dapat disimpulkan: nilai rataan kadar air rendah tetapi lama perendaman yang lama
pada kayu durian sebelum dilakukan proses maka penggunaan bahan pengawet kumis
pengawetan sebesar 7,129% dan untuk kucing sudah efektif pada perentase
kerapatan sebesar 0,384 gram/cm³, Nilai kehilangan berat.
retensi tertinggi pada perlakuan konsentrasi Saran
bahan pengawet 23,07% dengan lama Untuk Penggunaan bahan pengawet
perendaman 5 hari (A3B3) sebesar 3,538 tanaman kumis kucing sebagai bahan
g/cm³ sedangkan nilai retensi terendah pada pengawet kayu dibutuhkan waktu ±1 bulan
perlakuan konsentrasi bahan pengawet 9,09% untuk pengujian terhadap rayap tanah dan
dengan lama perendaman 1 hari (A1B1) konsentrasi yang tinggi dan lama perendaman
sebesar 0.562 g/cm³, Nilai efektivitas tertinggi yang lama agar hasil yang diinginkan lebih
(% kehilangan berat terendah) pada perlakuan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Kusumastuti, F. 2005. Uji Retensi dan


Efektivitas Bahan Pengawet Lentrek
Ariyanti, 2004. Analisis Intensitas Serangan 400 EC pada Kayu Sengon
Rayap Tanah Terhadap Beberapa (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)
Jenis Kayu Kontruksi Yang Umum terhadap Serangan Rayap Tanah
Digunakan Perumahan Dikota (Captotermes sp) Skripsi Fakultas
Makassar. Tesis Program Pasca Pertanian, Universitas Tadulako, Palu
Sarjana Universitas Hasanudin, (Tidak Dipublikasikan)
Makassar, (Tidak Dipublikasikan) Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan
Adkhi, I.I. 2007. Ekstrak daun serikaya percobaan. CV. Armico, Bandung
(Annona squamosa L),daun sirsak Haygreen, J.G. dan J.L. Bowyer. 1989.
(Annona muncata L) dan daun Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gajah
cengkeh (Syzygium aromaticum L) Mada University Press, Yogyakarta.
sebagai bahan pengawet alami anti Hunt, G.A. dan G.A. Garratt. 1986.
rayap. Skripsi Departemen Hasil Pengawetan kayu. CV. Akademika
Hutan Fakultas Kehutanan Institute presindo, Jakarta.
Pertanian Bogor 2007) Kasmudjo, 2010. Teknologi Hasil Hutan
Azis, A.2012. Uji Efektifitas Ekstrak Suatu Pengantar. Cakrawala Media,
Tumbuhan Kumis Kucing Yogyakarta.
(Orthosiphon sp.) Sebagai Pengawet Prasetiyo, K.W. Dan S. Yusuf.2005.
Alami Kayu Terhadap Serangan Mencegah dan Membasmi Rayap
Rayap Kayu Kering Cryptotermes sp. Secara Ramah Lingkungan Dan
Tesis Universitas Gajah Mada. Kimiawi. Agromedia Pustaka.
Yogyakarta,2012.Tidak
Dipublikasikan
Duljapar, K. 1996. Pengawetan Kayu.
Penebar Swadaya. Jakarta.

7
Sari, N.I. 2005. Uji Retensi dan Efektivitas
Bahan Pengawet Boraks pada Kayu
pinus (pinus merkusii jung et de
vrise) terhadap Serangan Rayap
Tanah (Captotermes sp) Skripsi
Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako, Palu (Tidak
dipublikasikan)
Suranto, Y. 2002. Bahan dan Metode
Pengawetan Kayu. Kanisius.
Yogyakarta.

Вам также может понравиться