Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract: The possibility of asymmetric informations arising from the lack of stakeholders
participation on budget-setting becomes one of basic problems in accountability. Financial
reporting as a form of accountability is needed to meet high public accountability demands.
In addition, the number of fraud cases that still occured even though internal controls have
been applied, also increase the urgency of this research topic.
This research aims to examine the influence of budget-setting participation, financial
statement accessibility, and internal control against financial accountability of Klaten
Regency. This quantitative research has a form of hypothesis testing with multiple linear
regression model. The research uses questionnaires for data collection and involves financial
sub-department’s employees of regional offices.
The results of this research show that at 5% level of significance, internal control has
a significant positive effect on financial accountability. On the other hand, budget-setting
participation and financial statement accessibility have no significant positive effect on
financial accountability. The research results help local governments to increase the
effectiveness of their budget-setting participation system, financial statement accessibility,
and internal controls system.
1. Pendahuluan
Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang aktivitas utamanya berkaitan dengan penyediaan
barang/jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan/hak publik, seperti transportasi publik, pelayanan
kesehatan masyarakat, penegakan hukum, keamanan, dan penyediaan barang kebutuhan publik
(Halim dan Kusufi 2012, 13). Pada praktiknya, beberapa fungsi organisasi sektor publik dalam upaya
pemenuhan kebutuhan publik dapat digantikan oleh organisasi sektor swasta seperti fungsi pelayanan
kesehatan, transportasi, pendidikan dan sebagainya. Meskipun demikian, terdapat pula fungsi tertentu
yang hanya dapat dijalankan oleh organisasi sektor publik seperti fungsi birokrasi yang menjadi
kewenangan kepemerintahan pusat maupun daerah (Halim dan Kusufi 2012, 11).
Organisasi pemerintahan pusat maupun daerah dalam menjalankan fungsinya, menggunakan dana dari
publik yang dikelola secara ekonomis, efisien dan efektif guna mengoptimalkan pelayanan publik
kepada masyarakat luas. Masyarakat sebagai pemilik dana (stakeholders) memiliki hak untuk
memperoleh informasi atas segala aktivitas dan penalaran dalam penggunaan dana secara jelas
istilah akuntabilitas ini tidak hanya berhubungan dengan tanggung jawab namun juga berkaitan
pelaporan, dan pengungkapan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada
pihak pemberi amanah (stakeholders) yang memiliki hak dan kewenangan atas pertanggungjawaban
keuangan dalam era keterbukaan informasi saat ini. Pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
organisasi, membutuhkan anggaran sebagai bentuk mekanisme pengelolaan yang terkoordinasi untuk
mengendalikan aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan publik (Halim dan Kusufi, 2012). Anggaran
berisi rincian secara jelas estimasi sumber-sumber penerimaan serta pengeluaran-pengeluaran dalam
suatu periode tertentu. Oleh karena itu, anggaran sektor publik menjadi alat pertanggungjelasan
Untuk menghindari bias dan penyimpangan, anggaran sebagai alat pelaksanaan strategi harus
disusun sebaik-baiknya (Mardiasmo, 2009). Tanpa disertai adanya keikutsertaan dari para pengguna
potensial dalam menentukan perubahan susunan (layout) anggaran, tidak akan tercipta pula
peningkatan pertanggungjelasan melalui anggaran (Rubin, 1996). Dalam hal ini, pusat-pusat
pertanggungjawaban menjadi bagian yang berkompeten dalam penyiapan anggaran karena unit
tersebut berinteraksi secara langsung dengan aktivitas pelayanan publik (benar-benar mengetahui
kebutuhan publik). Namun, dalam praktiknya berkemungkinan untuk timbul suatu proses partisipasi
semu dalam penyusunan anggaran, yaitu ketika input/pendapat dari bawahan diabaikan/kurang
Selain anggaran sebagai alat pertanggungjelasan, laporan keuangan juga menjadi bagian penting
dalam menjawab tuntutan akuntabilitas publik (Mardiasmo, 2009). Publik sebagai stakeholder tentu
akan menuntut adanya pengungkapan yang jelas atas penggunaan dana publik. Pelaporan keuangan
kepada para stakeholder akan meningkatkan keterbukaan, transparansi, serta pertanggungjelasan yang
nantinya akan dapat meningkatkan kinerja serta kepercayaan kepada organisasi sektor publik (Office
of the Auditor-General New Zealand, 2016). Upaya untuk mencapai pertanggungjelasan publik
(termasuk pertanggungjelasan keuangan) juga didukung dengan adanya pengendalian internal yang
diatur melalui PP No 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah. Pengendalian
kepemerintahan, kasus-kasus penyalahgunaan wewenang dalam birokrasi masih terus terjadi. Dari
738 kasus yang ditangani KPK sejak tahun 2004 hingga 2017, terdapat lebih dari separuh kasus
korupsi yang melibatkan pejabat negara termasuk didalamnya adalah kepala lembaga/kementerian,
gubernur, bupati/walikota, dan pejabat eselon I/II/III (Katadata, 2018). Salah satu kasus korupsi yang
sempat menjadi sorotan publik yaitu praktik suap terkait promosi jabatan sebagai bentuk
penyalahgunaan wewenang oleh kepala pemerintah daerah Kabupaten Klaten yang terungkap seiring
dengan Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK (BBC Indonesia, 2017). Praktik ini menunjukkan
Penjelasan dan argumen di atas menjadi dasar bagi penulis untuk menguji pengaruh partisipasi
pertanggungjelasan keuangan daerah di Kabupaten Klaten. Perlunya kebijakan yang tepat guna
pengkajian terkait pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, aksesibilitas laporan keuangan, dan
Milani mendefinisikan partisipasi sebagai konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan tingkat
keleluasaan bawahan untuk menentukan tindakan/pilihan sendiri (1975). Konsep partisipasi sering
digunakan dalam berbagai fenomena, salah satunya adalah partisipasi dalam penyusunan anggaran.
Brownel mengartikan partisipasi anggaran sebagai suatu proses memberikan kesempatan bagi
manajemen tingkat bawah untuk ikut terlibat dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan
anggaran (1982).
Anggaran memegang peranan penting dalam organisasi sektor publik mengingat anggaran
proses penyusunan anggaran akan membantu proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh
ditetapkan karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani 1975, 276). Keterlibatan individu
dalam penyusunan anggaran akan membuat individu tersebut memahami sasaran yang hendak dicapai
pertimbangan dalam penyusunan anggaran akhir), maka akan diikuti dengan peningkatan rasa
memiliki (self belonging) yang tinggi pada individu tersebut. Self belonging yang tinggi berimplikasi
pada munculnya rasa turut bertanggung jawab pribadi atas tingkat pencapaian anggaran instansi. Oleh
karena itu, rasa turut bertanggungjawab yang timbul akibat terciptanya self belonging ini
mengarahkan individu yang terlibat dalam penyusunan anggaran untuk mengelola keuangan
kepada publik.
Partisipasi memberikan lebih banyak kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan dan mendorong
pejabat pemerintah daerah untuk lebih transparan dan inklusif (Pandeya, 2015). Partisipasi diperlukan
dalam proses penyusunan anggaran guna menciptakan pertanggungjelasan kepada publik. Zeyn
(2011) mengungkapkan bahwa partisipasi stakeholders (tidak hanya dalam lingkup partisipasi
penyusunan anggaran) yang menjadi salah satu dimensi dalam good governance secara parsial
berpengaruh terhadap pertanggungjelasan keuangan. Penelitian Arifin (2012) atas partisipasi anggaran
di lingkup instansi Pemerintah Daerah Pekalongan mendukung pernyataan ini dengan menyimpulkan
daerah.
bahwa laporan tahunan tidak hanya dibuat, tetapi juga bersifat terbuka dan dapat diakses oleh
yang dapat dibaca dan ditindaklanjuti (Shende dan Bennett, 2004). Oleh karena itu, pemerintah daerah
harus mampu memfasilitasi masyarakat untuk dapat mengetahui dan memperoleh laporan keuangan
Dalam lingkup pelaporan keuangan, aksesibilitas laporan keuangan merupakan kemudahan bagi
seseorang untuk memperoleh informasi mengenai laporan keuangan. Aksesibilitas publik terhadap
informasi laporan keuangan didukung oleh pemerintah dengan adanya sistem informasi keuangan
daerah yang memfasilitasi proses pengolahan, penyajian, dan pemublikasian informasi serta laporan
pengelolaan keuangan daerah kepada publik sebagai sarana menunjang tercapainya tata pemerintahan
yang baik melalui transparansi dan pertanggungjelasan. Dalam demokrasi yang terbuka, akses
terhadap informasi laporan keuangan difasilitasi oleh berbagai media seperti surat kabar, majalah,
radio, televisi, maupun website (internet) yang menyediakan forum dengan perhatian terarahkan
dalam mendorong pertanggungjelasan pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennett, 2004).
Masyarakat sebagai pihak pemberi amanah kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangan
publik, berhak untuk memperoleh informasi pengelolaan keuangan publik guna melakukan evaluasi
terhadap pemerintah daerah. Keteraksesan laporan keuangan pemerintah daerah merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas kontrak pemerintah (agent) kepada rakyat (principal). Kemudahan akses
bagi para pengguna laporan keuangan memungkinkan publik dapat mengontrol pertanggungjawaban
atas penggunaan aset daerah maupun kebijakan keuangan pemerintah daerah yang pada akhirnya akan
Penelitian Kadarmi (2008) atas aksesibilitas laporan keuangan dalam lingkup Satuan Perangkat
Kerja Daerah (SKPD) kabupaten/kota di Yogyakarta menambah bukti empiris bahwa aksesibilitas
penelitiannya atas aksesibilitas laporan keuangan dengan menggunakan sampel para stakeholder
eksternal, mendukung pernyataan tersebut melalui temuan penelitiannya yang mengungkapkan bahwa
daerah.
2.3.Pengendalian Internal
Pengendalian internal memegang peranan penting dalam pengelolaan keuangan negara. Sistem
pengendalian intern didefinisikan sebagai proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berkelanjutan oleh pimpinan dan seluruh pegawai pemerintah guna memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan
pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang diatur dalam peraturan pemerintah untuk mencapai
pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. PP No 60 tahun 2008
menjelaskan bahwa terdapat lima unsur sistem pengendalian intern pemerintah yaitu (pasal 3, bab 2,
ayat 1):
a) Lingkungan pengendalian. Baik pimpinan instansi pemerintah maupun seluruh pegawai harus
yang dapat menimbulkan perilaku positif guna mendukung penerapan pengendalian internal dan
6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;
b) Penilaian resiko, terdiri atas kegiatan identifikasi dan analisis resiko. Identifikasi resiko di
lakukan dengan menggunakan metodologi dan mekanisme yang memadai dan sesuai untuk
tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif. Analisis
resiko dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dalam menentukan dampak dari resiko yang
6. Pemisahan fungsi;
8. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
11. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian internal serta transaksi dan kejadian
penting.
d) Informasi dan komunikasi. Informasi harus didentifikasi, dicatat, dan dikomunikasikan oleh
pimpinan instansi pemerintah maupun pihak lain yang ditentukan, dalam suatu bentuk dan waktu
e) Pemantauan pengendalian internal. Pemantauan yang dilakukan harus dapat menilai kualitas
kinerja secara berkelanjutan dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit/reviu lainnya dapat
keuangan. Pengendalian internal memberikan jaminan yang wajar (reasonable assurance) bahwa
organisasi mencapai tujuannya melalui operasi yang efisien dan efektif, taat hukum dan aturan, serta
mempertahankan informasi manajemen/keuangan yang andal dan jujur melalui pelaporan tepat waktu.
Sari dalam penelitiannya atas pengaruh pengendalian internal terhadap transparansi laporan
keuangan pemerintah daerah di Kota Cimahi menghasilkan kesimpulan bahwa pengendalian internal
berpengaruh terhadap transparansi laporan keuangan daerah dengan arah hubungan positif (2012).
Pernyataan tersebut didukung Hamidi (2009) melalui penelitiannya pada organisasi pengelolaan zakat
pertanggungjelasan publik. Berdasar uraian teori yang telah diulas, hipotesis penelitian dapat
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didesain untuk pengujian hipotesis asosiatif.
Penelitian didesain untuk menguji hubungan sebab-akibat (causal) antara variabel independen dengan
variabel dependen. Data penelitian diambil dalam satu waktu/periode tertentu dengan melibatkan
banyak sampel (cross sectional) dalam lingkungan riil (noncontrived settings). Populasi penelitian
meliputi semua stakeholders (eksternal dan internal) dari pemerintah daerah Kabupaten Klaten.
Sampel penelitian terdiri atas para pegawai subbagian keuangan dari keseluruhan dinas daerah
Penelitian menggunakan sumber data primer yang diambil dan dikumpulkan langsung dari para
responden dengan menggunakan teknik angket/kuesioner tertutup yang berisi seperangkat pertanyaan
yang tersusun secara sistematis dan logis atas konsep yang menerangkan variabel-variabel yang
diteliti.
Variabel penelitian ini terdiri atas variabel independen (partisipasi penyusunan anggaran, aksesibilitas
laporan keuangan, dan pengendalian internal ) dan variabel dependen (pertanggungjelasan keuangan
daerah). Masing-masing variabel penelitian diukur dengan metode skala likert 1-5 bertipe skala
interval. Skor 1 menunjukkan nilai terendah (sangat tidak setuju) dan skor 5 menunjukkan nilai
tertinggi (sangat setuju). Variabel-variabel penelitian didefinisikan secara operasional sebagai berikut:
instrumen penelitian Milani (1975) serta Irfan, Santoso, dan Effendi (2017). Variabel diukur
penelitian Mulyana (2006) serta Nurrizkiana, Handayani, dan Widiastuty (2017). Variabel diukur
penelitian yang dikembangkan oleh Zeyn (2011), Nurrizkiana, Handayani, dan Widiastuty (2017)
serta SAP Berbasis Akrual. Variabel diukur menggunakan 35 pernyataan yang mencerminkan
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran
Konsep Variabel Indikator
Proses yang memberikan Porsi anggaran yang melibatkan dirinya dalam penentuan
kesempatan bagi manajemen tingkat Penalaran yang diberikan atasan ketika anggaran direvisi
bawah untuk ikut terlibat dan (kepuasan)
mempunyai pengaruh dalam proses Frekuensi diskusi terkait anggaran dengan atasan
penyusunan anggaran (Brownel, Besarnya pengaruh yang dimiliki terhadap anggaran akhir
1982). Tingkat kepentingan kontribusi dalam penganggaran
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan
Konsep Variabel Indikator
Kemampuan dan kemudahan bagi seseorang Accesibel
untuk memperoleh informasi mengenai Keterbukaan akses laporan keuangan
laporan keuangan Kemudahan akses laporan keuangan
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Pengendalian Internal
Konsep Variabel Dimensi Indikator
Suatu proses yang integral pada Lingkungan Penegakan integritas dan nilai etika
tindakan/kegiatan yang dilakukan pengendalian Komitmen terhadap kompetensi
secara berkelanjutan di semua Kepemimpinan yang kondusif
elemen struktur organisasi Kesesuaian struktur organisasi dengan
pemerintah guna memberikan kebutuhan
keyakinan memadai efektivitas Lingkungan Ketepatan pendelegasian wewenang dan
dan efisiensi pencapaian tujuan pengendalian tanggung jawab
Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel Pertanggungjelasan Keuangan
Konsep Variabel Dimensi Indikator
Pertanggungjelasan/Akun- Perumusan rencana Penyusunan anggaran (RKA-SKPD) sesuai
tabilitas adalah kewajiban keuangan dengan prinsip-prinsip penganggaran dan
pihak pemegang amanah (penganggaran) peraturan peraturan yang berlaku
untuk memberikan per- Anggaran (RKA-SKPD) disusun dengan
tanggungjawaban, me- pendekatan kerangka pengeluaran jangka
nyajikan, melaporkan, & menengah daerah, penganggaran terpadu dan
mengung-kapkan segala penganggaran berdasarkan prestasi kerja
aktivitas dan kegiatan Pengajuan anggaran telah disertai dengan
pengelolaan keuang-an kelengkapan dokumen pendukung anggaran
yang menjadi tanggung Pelaksanaan dan Pengeluaran belanja daerah menggunakan
jawabnya kepada pihak pembiayaan kegiatan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, dan
pemberi amanah efisien
(principal) yang memiliki Pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk
hak dan kewenangan tujuan yang telah ditetapkan dalam APBD
untuk meminta per- Kejelasan sumber pembiayaan
tanggungjawaban tersebut. Penatausahaan Penyelenggaraan akuntansi
(Mardiasmo, 2009) Kesesuaian dengan SAP berlaku
Pilot test atau uji coba instrumen perlu dilakukan guna menguji pemahaman terhadap instrumen
(apakah pernyataan dalam instrumen sudah disusun secara tepat) sehingga instrumen benar-benar
konsisten dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Pilot test pada akhirnya dapat digunakan
untuk meningkatkan tingkat kevalidan dan keandalan (reliabilitas) instrumen tersebut. (Ekinci, 2015).
Validitas instrumen penelitian ditentukan melalui uji korelasi Pearson Product Moment, dengan
ketentuan item pernyataan dinyatakan valid jika nilai r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5% (r
tabel=0,361). Analisis pilot test instrumen dari 81 pernyataan dalam kuesioner menunjukkan bahwa
variabel partisipasi penyusunan anggaran memiliki 8 item pernyataan valid, aksesibilitas laporan
keuangan memiliki 8 item pernyataan valid, pengendalian internal memiliki 28 item pernyataan valid,
Pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan teknik uji statistik Cronbach’s
coefficient alpha. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai koefisien alpha ≥ 0,7 (Nunnally dan
Bernstein, 1994). Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel dependen dan independen
dalam penelitian ini memiliki nilai Cronbach’s coefficient alpha ≥ 7 sehingga dapat disimpulkan
bahwa instrumen penelitian untuk variabel partisipasi penyusunan anggaran (Cronbach’s alpha
0,957), aksesibilitas laporan keuangan (Cronbach’s alpha 0,962), pengendalian internal (Cronbach’s
alpha 0,953), dan pertanggungjelasan keuangan (Cronbach’s alpha 0,942) tergolong reliabel.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hubungan antara variabel independen
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh variabel-variabel independen pada model mampu
menerangkan variasi variabel dependen. Semakin besar nilai R2 (semakin mendekati 1), maka
semakin besar pula kemampuan variabel-variabel independen dalam memberikan informasi yang
2. Uji F.
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model regresi linier yang lebih cocok/layak (fit) dengan
data sehingga dapat digunakan untuk peramalan. Uji F dalam penelitian ini dilakukan untuk
menentukan apakah model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini lebih cocok/layak (fit)
untuk melakukan peramalan dibandingkan dengan intercept-only model. Jika nilai p-value < 0,05,
maka model regresi linier dalam penelitian layak/sesuai untuk melakukan peramalan.
Pengujian dilakukan untuk menunjukkan pengaruh variabel independen secara individual terhadap
a. Jika p-value < 0,05 (level signifikansi), maka hipotesis penelitian didukung.
b. Jika p-value >0,05 (level signifikansi), maka hipotesis penelitian tidak didukung.
Kuesioner penelitian disebarkan kepada para responden baik secara langsung maupun melalui bagian
sekretariat dari masing-masing dinas daerah. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuisioner:
Tabel 4.1
Ringkasan Penyebaran dan Penerimaan Kembali kuesioner
Keterangan Jumlah
Total kuesioner yang disebarkan 78
Kuesioner kembali 68
Kuesioner tidak lengkap 5
Total kuesioner yang dapat dianalisis 63
Usable response rate* 80,77%
*63/78 x 100%
Sumber: Data diolah (2018).
Uji asumsi klasik penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas.
Tabel 4.2
Hasil Uji Asumsi Klasik
Normalitas
K-S with Lilliefors Sign. Correction untuk Unstandardized Residual Significance
0,065 0,200
Multikolinieritas Heteroskedastisitas
Variabel (Uji Glejser)
Tolerance VIF Sig.
Partisipasi Penyusunan Anggaran 0,843 1,186 0,510
Aksesibilitas Laporan Keuangan 0,644 1,553 0,383
Pengendalian Internal 0,733 1,364 0,882
Sumber: Data diolah (2018).
Penentuan terdistribusi normal tidaknya suatu nilai residual dapat menggunakan uji grafik dan
statistik. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa sebaran data mengikuti pola kurva dan arah garis normal.
Hasil uji lilliefors dalam tabel 4.2 menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov dengan Lilliefors
Significance Correction signifikan pada 0,200 (nilai probabilitas >0,05). Uji grafik dan statistik
tersebut menunjukkan bahwa nilai residual dalam model regresi terdistribusi normal.
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji ada tidaknya korelasi antarvariabel bebas
(independen) di dalam model penelitian. Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antarvariabel independen dalam model regresi karena semua variabel independen
dalam penelitian memiliki nilai tolerance >0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) <10.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadi tidaknya ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam suatu model regresi. Berdasarkan hasil uji
Glejser dalam tabel 4.2, disimpulkan bahwa model regresi bebas dari heteroskedastisitas (seluruh
Tabel 4.3
Hasil Uji Hipotesis
Adjusted R Square 0,739
F hitung (signifikansi) 59,373 (0,000)
Variabel Koefisien Regresi (β) t p-value (sig.)
Konstanta 35, 100 5,264 0,000
Partisipasi Penyusunan Anggaran 0,170 1,382 0,172
Aksesibilitas Laporan Keuangan 0,300 1,716 0,091
Pengendalian Internal 0,672 9,981 0,000
Sumber: Data diolah (2018).
Dari tabel 4.3, diketahui bahwa nilai Adjusted R2 adalah 0,739. Angka tersebut menunjukkan bahwa
variabel dependen dan independen dalam persamaan memiliki hubungan keeratan yang cukup kuat.
Angka tersebut juga menunjukkan bahwa 73,9 % variasi dari variabel pertanggungjelasan keuangan
dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel partisipasi penyusunan anggaran, aksesibilitas laporan
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa nilai F hitung mempunyai p-value sebesar 0,000 (lebih
kecil dari 0,05). Hasil menunjukkan bahwa model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini
cocok/layak untuk melakukan peramalan karena nilai p-value < 0,05. Saat p-value <0,05, seluruh
variabel independen dalam model berpengaruh secara serentak terhadap variabel dependen.
keuangan.
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada level signifikansi 5%, variabel partisipasi
p-value lebih besar dari 0,05 (0,172 > 0,05). Oleh sebab itu, hipotesis 1 dalam penelitian ini
ditolak.
Berdasarkan tabel 4.3, hipotesis 2 dalam penelitian ini ditolak. Meskipun koefisien regresi
menunjukkan arah positif yakni 0,300, pada level signifikansi 5% variabel aksesibilitas laporan
keuangan tidak berpengaruh terhadap pertanggungjelasan keuangan karena memiliki p-value lebih
besar dari 0,05 (0,091 > 0,05). Namun, pada level signifikansi 10%, hipotesis ini dapat diterima
Berdasarkan tabel 4.3, hipotesis 3 dalam penelitian ini diterima karena variabel pengendalian
internal memiliki p-value (sig) lebih kecil dari level signifikansi (0,000 < 0,05). Variabel
pengendalian internal memiliki koefisien regresi bernilai positif (0,689). Oleh karena itu, dapat
pertanggungjelasan keuangan.
4.3 Pembahasan
daerah.
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh
positif terhadap pertanggungjelasan keuangan. Hasil ini mengandung arti bahwa tinggi rendahnya
pertanggungjelasan pengelolaan keuangan daerah. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Zeyn (2011) yang menunjukkan bahwa good governance (didalamnya termasuk dimensi
pemoderasi.
Hasil penelitian tidak mendukung teori yang mengungkapkan bahwa keterlibatan individu dalam
keuangan. Partisipasi penyusunan anggaran memberikan dorongan kepada pemerintah daerah untuk
lebih transparan dan inklusif karena didalamnya menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi
(Pandeya 2015, 92). Transparansi pada dasarnya merupakan esensi dari pertanggungjelasan karena
sikap transparan kepada publik atas tindakan/kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah diperlukan
dalam penelitian ini diduga karena adanya indikasi praktik partisipasi semu (pseudo) dalam
penyusunan anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran diartikan sebagai suatu proses yang
memberikan kesempatan bagi manajemen tingkat bawah untuk ikut terlibat dan mempunyai pengaruh
dalam proses penyusunan anggaran. Praktik partisipasi semu dalam penyusunan anggaran dapat
terjadi ketika atasan memberikan kebebasan pada bawahan untuk turut memberikan input dalam
Dalam penelitian ini, praktik partisipasi semu dapat diindikasi dengan membandingkan rata-rata
indikator frekuensi diskusi terkait anggaran dengan atasan (item pernyataan no 4 dan 5) dengan
pernyataan terkait besarnya pengaruh yang dimiliki terhadap anggaran akhir (item pernyataan no 6).
Rata-rata para responden menyatakan memiliki frekuensi diskusi yang tinggi terkait anggaran dengan
atasan (rata-rata jawaban pernyataan 4 adalah 4 dari 5 skala; rata-rata jawaban pernyataan 5 adalah
3,7 dari skala 5). Namun, jika dilihat dari besarnya pengaruh terhadap penentuan akhir anggaran, rata-
rata para responden menyatakan memiliki pengaruh yang tidak terlalu tinggi dalam penentuan akhir
anggaran (rata-rata jawaban pernyataan 6 adalah 2,7 dari 5 skala). Hal ini menunjukkan bahwa
tingginya kebebasan bawahan untuk memberikan input atas anggaran tidak diiringi dengan tingginya
pengaruh terhadap penentuan akhir anggaran (terindikasi adanya praktik partisipasi semu).
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa aksesibilitas laporan keuangan tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap pertanggungjelasan keuangan. Hasil ini mengandung arti bahwa perbedaan
penilaian pertanggungjelasan pengelolaan keuangan dari responden penelitian tidak disebabkan oleh
Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang mengungkapkan bahwa kemudahan dalam
keuangan daerah oleh pemerintah daerah (agent) yang telah dipilih oleh rakyat (principal). Tidak
penelitian ini diduga karena responden penelitian cenderung memiliki aksesibilitas laporan keuangan
yang cukup tinggi. Responden yang terdiri atas pegawai subbagian keuangan dari dinas daerah
(stakeholder internal) di Kabupaten Klaten ini rata-rata memiliki akses yang cukup tinggi terhadap
laporan keuangan pemerintah daerah. Tingginya keteraksesan laporan keuangan terjadi karena
responden penelitian terlibat dan bersinggungan langsung dengan proses penyiapan laporan keuangan
SKPD yang merupakan bagian dari laporan keuangan pemerintah daerah. Ditambah pula, kemudahan
dalam penggunaan IT untuk mengakses media massa yang ada menambah kemudahan akses terhadap
Tingginya aksesibilitas respoden atas laporan keuangan pemerintah daerah tidak serta merta
diikuti pula dengan peningkatan penilaian atas pertanggungjelasan pengelolaan keuangan. Meskipun
para responden cenderung memiliki aksesibilitas laporan keuangan yang tinggi, penilaian masing-
masing responden atas pertanggungjelasan dalam pengelolaan keuangan daerah justru memiliki
variasi yang lebih tinggi. Perbedaan dalam penilaian pertanggungjelasan pengelolaan keuangan ini
diduga disebabkan oleh adanya perbedaan besarnya tuntutan pertanggungjelasan dari masing-masing
individu. Semakin tinggi tuntutan pertanggungjelasan dalam pengelolaan keuangan daerah, semakin
tinggi pula kriteria yang digunakan seseorang dalam memberikan penilaian terhadap pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang dianggap cukup jelas oleh seorang responden
berkemungkinan dianggap kurang jelas oleh responden lain yang menuntut pertanggungjelasan yang
lebih tinggi.
Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa pengendalian internal berpengaruh positif signifikan
terhadap pertanggungjelasan keuangan. Hasil ini mengandung arti bahwa peningkatan pengendalian
internal yang terjadi akan seiring dengan peningkatan pertanggungjelasan dalam pengelolaan
keuangan daerah.
Dalam konteks organisasi kepemerintahan, pemerintah daerah sebagai agent yang dipilih oleh
principal (masyarakat) wajib menyediakan, menyajikan, dan melaporkan semua pekerjaannya baik
yang bersifat finansial maupun nonfinansial kepada publik (pemberi amanah). Hasil penelitian ini
mendukung teori yang mengungkapkan bahwa sistem pengendalian internal dibutuhkan guna
mencapai pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Pengendalian
internal merepresentasikan rencana, metode, dan prosedur yang digunakan organisasi untuk mencapai
misi, sasaran, dan tujuannya serta berfungsi sebagai garis pertahanan pertama dalam menjaga aset,
mencegah dan mendeteksi kesalahan, penipuan, pemborosan, penyalahgunaan, dan salah kelola.
Sistem pengendalian internal diperlukan untuk membantu memastikan bahwa agent (pemerintah
daerah) dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah telah sesuai dengan hukum, kebijakan, dan
tujuan terkait yang ditentukan sehingga informasi yang disajikan oleh agent kepada principal benar-
5.1. Simpulan
1. Pada level signifikansi 5%, partisipasi dalam penyusunan anggaran tidak berpengaruh positif
2. Pada level signifikansi 5%, aksesibilitas laporan keuangan tidak berpengaruh positif terhadap
pertanggungjelasan keuangan daerah Kabupaten Klaten. Namun, pada level signifikansi 10%,
keuangan daerah.
3. Pada level signifikansi 5%, pengendalian internal berpengaruh positif signifikan terhadap
5.2. Keterbatasan
1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel yang terdiri atas para pegawai subbagian keuangan
dinas daerah, yang keseluruhannya memegang peran sebagai pemangku kepentingan internal.
Oleh karena itu, penilaian pertanggungjelasan dalam pengelolaan keuangan daerah dalam
penelitian ini merupakan hasil analisis dari persepsi stakeholder internal yang masih kurang
optimal digunakan untuk menggeneralisasi ke keseluruhan populasi penelitian yang terdiri atas
2. Dalam proses pengumpulan data, tidak semua kuisioner penelitian disebarkan secara langsung
kepada para responden. Sebagian kuisioner yang ditujukan kepada para responden disebarkan
melalui bagian sekretariat dari masing-masing dinas daerah (tidak bertatap muka secara langsung
dengan responden). Jika penelitian dapat dilakukan melalui tatap muka secara langsung, peneliti
dapat menjelaskan maksud pernyataan-pernyataan dalam kuisioner kepada para responden yang
demikian, proses tersebut akan meningkatkan pemahaman responden atas maksud dari
5.3 Implikasi
1. Implikasi praktis
Berkaitan dengan praktik pengelolaan keuangan daerah, pemerintah Kabupaten Klaten diharapkan
senantiasa meningkatkan kualitas pengendalian internal perangkat daerah secara keseluruhan untuk
penyusunan anggaran, tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran juga diharapkan dapat
dikembangkan perlahan kearah penyusunan anggaran partisipatif yang benar-benar partisipatif (tidak
meningkatkan aksesibilitas publik atas laporan keuangan yang menjadi haknya dan merupakan wujud
dilakukan dengan memublikasikan laporan keuangan daerah secara lebih intensif melalui internet
2. Implikasi teoritis
baik stakeholder internal maupun eksternal sehingga data yang dikumpulkan benar-benar
mewakili populasi dalam penelitian. Dengan demikian, hasil penelitian berikutnya juga akan
2. Guna mengembangkan teori-teori yang sudah ada, penelitian selanjutnya diharapkan mampu
Daftar Pustaka
Arifin, Beny. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan
Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi
sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Akuntansi dan Investasi 13 (1): 15-27.
Artharini, Isyanan, 2017. Kasus suap bupati Klaten: Ada kaitan dinasti politik dan korupsi?. Januari 2.
Weblink: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38484498 (6/11/2017).
Auditor-General. 2016. Improving Financial Reporting In The Public Sector. New Zealand: Office of Controller
and Auditor General.
Brownel, Peter. 1982. Participation in The Budgeting Process -- When It Works and When It Doesn't. Working
Paper, Alfred P. Sloan School of Management. http://hdl.handle.net/1721.1/48829.
Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymmetry on The Relation Between
Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review 68(2): 400-410. https://www.jstor.org/stable
/248408.
Ekinci, Yuksel. 2015. Designing Research Questionnaires for Business and Management Students. UK: Sage
Publication.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS , 6th ed. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul, and Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran hingga Laporan Keuangan,
Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.
Hamidi. Nurhasan. 2009. Analisis Akuntabilitas Publik dan Kinerja Organisasi Pengelola Zakat Berdasarkan
Aspek Pengendalian Intern dan Budaya Organisasi: Survei pada Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia .
Master Thesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Irfan, Muh, Budi Santoso, dan L Effendi. 2016. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran
dengan Asimetri Informasi, Penekanan Anggaran &Komitmen Organisasion al sebagai Variabel Pemoderasi.
Jurnal Akuntansi dan Investasi 17 (2): 158-175. http://dx.doi.org/10.18196/jai.2016.0052. 158-175.
Kadarmi, Tri. 2008. Pengaruh Penyajian Neraca SKPD & Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD. Undergraduate Thesis. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Katadata. 2018. Sejak 2004, 738 Pejabat Terjerat Tindak Pidana Korupsi . Juni 21. Weblink:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/06/05/sejak-2004-738-pejabat-terjerat-tindak-pidana-
korupsi (19/6/2018).
Milani, Ken. 1975. The Relationship of Participation in Budget-Setting to Industrial Supervisor Performance
and Attitudes: A Field Study. The Accounting Review 85 (2): 274-284. http://www.jstor.org/stable/244709.
Mulyana, Budi. 2006. Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Master Thesis. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Nunnally, Jum C dan Ira H Bernstein. 1994. Psychometric Theory, 3rd ed. United States: McGraw-Hill.
Nurrizkiana, Baiq Lilik Handayani, dan Erna Widiastuty. 2017. Determinan Transparansi dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Implikasinya Terhadap Kepercayaa n Public-Stakeholders. Jurnal
Akuntansi dan Investasi 18 (1): 28-47. http://dx.doi.org/ 10.18196/jai.18159.
Pandeya, Ganesh Prasad. 2015. Does Citizen Participation in Local Government Decision-Making Contribute to
Strengthening Local Planning and Accountability Systems? An Empirical Assessment of Stakeholders’
Perceptions In Nepal. International Public Management Review 16 (1): 67-98.
http://journals.sfu.ca/ipmr/index.php/ipmr/article/view/247/243 .
Republik Indonesia, 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008, “tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah”, Republik Indonesia. Jakarta.
Republik Indonesia, 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010, “tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan”, Republik Indonesia. Jakarta.
Rubin, Irene. 1996. Budgeting for Accountability:Municipal Budgeting for the 1990s . Journal of Public
Budgeting and Finance, - : 112-132.
Sari, Diana. 2012. Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis, Universitas Widyatama, Bandung.
Shende, Suresh, and Tony Bennett. 2004. Transparency and Accountability in Public Financial Administration .
Concept Paper 2, UNPAN, United Nations.
Sukhemi. 2009. Analisis Pengaruh Penyajian Neraca Daerah, Aksesibilitas, Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan Terhadap Transparansi & Akun-tabilitas Keuangan Daerah. Master Thesis. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Zeyn, Elvira. 2011. Pengaruh Good Governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas
Keuangan dengan Komitmen Organisas i Sebagai Pemoderasi. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan 1 (1):
21-37.
Lampiran
Uji Normalitas
Uji Multikolinieritas
Coefficients a
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) 35,100 6,668 5,264 ,000
Partisipasi ,170 ,123 ,098 1,382 ,172 ,843 1,186
Penyusunan Anggaran
1
Aksesibilitas Laporan ,300 ,175 ,139 1,716 ,091 ,644 1,553
Keuangan
Pengendalian Internal ,672 ,067 ,757 9,981 ,000 ,733 1,364
a. Dependent Variable: Pertanggungjelasan Keuangan
Uji Heteroskedastisitas
Coefficients a
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -,907 3,812 -,238 ,813
Partisipasi Penyusunan Anggaran ,047 ,070 ,092 ,663 ,510
1
Aksesibilitas Laporan Keuangan ,088 ,100 ,140 ,880 ,383
Statistik Deskriptif
Statistics
Partisipasi Aksesibilitas Pengendalian Pertanggungjelasan
Penyusunan Anggaran Laporan Keuangan Internal Keuangan
Valid 63 63 63 63
N
Missing 0 0 0 0
Mean 26,24 30,08 110,92 123,17
Median 28,00 30,00 111,00 124,00
Mode 29 30 110a 123a
Std. Deviation 5,148 4,152 10,108 8,976
Minimum 13 17 82 98
Maximum 35 40 133 155
Sum 1653 1895 6988 7760
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 ,867 ,751 ,739 4,590
a. Predictors: (Constant), Pengendalian Internal, Partisipasi Penyusunan Anggaran,
Aksesibilitas Laporan Keuangan
Uji F
ANOVA a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3752,204 3 1250,735 59,373 ,000b
1 Residual 1242,876 59 21,066
Total 4995,079 62
a. Dependent Variable: Pertanggungjelasan Keuangan
b. Predictors: (Constant), Pengendalian Internal, Partisipasi Penyusunan Anggaran,
Aksesibilitas Laporan Keuangan
Uji t
Coefficients a
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 35,100 6,668 5,264 ,000
Partisipasi Penyusunan ,170 ,123 ,098 1,382 ,172
Anggaran
1
Aksesibilitas Laporan ,300 ,175 ,139 1,716 ,091
Keuangan
Pengendalian Internal ,672 ,067 ,757 9,981 ,000
a. Dependent Variable: Pertanggungjelasan Keuangan