Вы находитесь на странице: 1из 25

Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran,


Aksesibilitas Laporan Keuangan, dan Pengendalian
Internal Terhadap Pertanggungjelasan Keuangan
Daerah Kabupaten Klaten
Jenis Sesi Paper: Full paper

Tyas Hayuwati Abdul Halim


Fakultas Ekonomika dan Bisnis Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
hayuwatityas@gmail.com abhalim58@yahoo.com

Abstract: The possibility of asymmetric informations arising from the lack of stakeholders
participation on budget-setting becomes one of basic problems in accountability. Financial
reporting as a form of accountability is needed to meet high public accountability demands.
In addition, the number of fraud cases that still occured even though internal controls have
been applied, also increase the urgency of this research topic.
This research aims to examine the influence of budget-setting participation, financial
statement accessibility, and internal control against financial accountability of Klaten
Regency. This quantitative research has a form of hypothesis testing with multiple linear
regression model. The research uses questionnaires for data collection and involves financial
sub-department’s employees of regional offices.
The results of this research show that at 5% level of significance, internal control has
a significant positive effect on financial accountability. On the other hand, budget-setting
participation and financial statement accessibility have no significant positive effect on
financial accountability. The research results help local governments to increase the
effectiveness of their budget-setting participation system, financial statement accessibility,
and internal controls system.

Keywords: financial accountability, budget-setting participation, financial statement


accessibility, internal control

1. Pendahuluan
Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang aktivitas utamanya berkaitan dengan penyediaan

barang/jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan/hak publik, seperti transportasi publik, pelayanan

kesehatan masyarakat, penegakan hukum, keamanan, dan penyediaan barang kebutuhan publik

(Halim dan Kusufi 2012, 13). Pada praktiknya, beberapa fungsi organisasi sektor publik dalam upaya

pemenuhan kebutuhan publik dapat digantikan oleh organisasi sektor swasta seperti fungsi pelayanan

kesehatan, transportasi, pendidikan dan sebagainya. Meskipun demikian, terdapat pula fungsi tertentu

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 1


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

yang hanya dapat dijalankan oleh organisasi sektor publik seperti fungsi birokrasi yang menjadi

kewenangan kepemerintahan pusat maupun daerah (Halim dan Kusufi 2012, 11).

Mengingat kompleksitas dari struktur organisasi, pemerintah pusat/daerah mendelegasikan

wewenang ke pusat-pusat pertanggungjawaban guna memberikan pelayanan kepada publik.

Organisasi pemerintahan pusat maupun daerah dalam menjalankan fungsinya, menggunakan dana dari

publik yang dikelola secara ekonomis, efisien dan efektif guna mengoptimalkan pelayanan publik

kepada masyarakat luas. Masyarakat sebagai pemilik dana (stakeholders) memiliki hak untuk

memperoleh informasi atas segala aktivitas dan penalaran dalam penggunaan dana secara jelas

(pertanggungjelasan pengelolaan keuangan). Pertanggungjelasan atau yang sering dikenal dengan

istilah akuntabilitas ini tidak hanya berhubungan dengan tanggung jawab namun juga berkaitan

dengan kemampuan memberi jawaban atau penjelasan melalui pertanggungjawaban, penyajian,

pelaporan, dan pengungkapan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada

pihak pemberi amanah (stakeholders) yang memiliki hak dan kewenangan atas pertanggungjawaban

tersebut (Mardiasmo, 2009).

Keberadaan anggaran, laporan keuangan, dan pengendalian internal membantu pemerintah

pusat/daerah dalam memenuhi tuntutan pertangggungjelasan dari publik terutama pertanggungjelasan

keuangan dalam era keterbukaan informasi saat ini. Pemerintah daerah dalam mencapai tujuan

organisasi, membutuhkan anggaran sebagai bentuk mekanisme pengelolaan yang terkoordinasi untuk

mengendalikan aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan publik (Halim dan Kusufi, 2012). Anggaran

berisi rincian secara jelas estimasi sumber-sumber penerimaan serta pengeluaran-pengeluaran dalam

suatu periode tertentu. Oleh karena itu, anggaran sektor publik menjadi alat pertanggungjelasan

pengelolaan dana publik.

Untuk menghindari bias dan penyimpangan, anggaran sebagai alat pelaksanaan strategi harus

disusun sebaik-baiknya (Mardiasmo, 2009). Tanpa disertai adanya keikutsertaan dari para pengguna

potensial dalam menentukan perubahan susunan (layout) anggaran, tidak akan tercipta pula

peningkatan pertanggungjelasan melalui anggaran (Rubin, 1996). Dalam hal ini, pusat-pusat

pertanggungjawaban menjadi bagian yang berkompeten dalam penyiapan anggaran karena unit

tersebut berinteraksi secara langsung dengan aktivitas pelayanan publik (benar-benar mengetahui

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 2


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

kebutuhan publik). Namun, dalam praktiknya berkemungkinan untuk timbul suatu proses partisipasi

semu dalam penyusunan anggaran, yaitu ketika input/pendapat dari bawahan diabaikan/kurang

dijadikan pertimbangan dalam keputusan akhir anggaran.

Selain anggaran sebagai alat pertanggungjelasan, laporan keuangan juga menjadi bagian penting

dalam menjawab tuntutan akuntabilitas publik (Mardiasmo, 2009). Publik sebagai stakeholder tentu

akan menuntut adanya pengungkapan yang jelas atas penggunaan dana publik. Pelaporan keuangan

kepada para stakeholder akan meningkatkan keterbukaan, transparansi, serta pertanggungjelasan yang

nantinya akan dapat meningkatkan kinerja serta kepercayaan kepada organisasi sektor publik (Office

of the Auditor-General New Zealand, 2016). Upaya untuk mencapai pertanggungjelasan publik

(termasuk pertanggungjelasan keuangan) juga didukung dengan adanya pengendalian internal yang

diatur melalui PP No 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah. Pengendalian

atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan diperlukan dalam mencapai pengelolaan keuangan

negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

Meskipun sistem pengendalian intern sudah diterapkan dalam lingkup organisasi

kepemerintahan, kasus-kasus penyalahgunaan wewenang dalam birokrasi masih terus terjadi. Dari

738 kasus yang ditangani KPK sejak tahun 2004 hingga 2017, terdapat lebih dari separuh kasus

korupsi yang melibatkan pejabat negara termasuk didalamnya adalah kepala lembaga/kementerian,

gubernur, bupati/walikota, dan pejabat eselon I/II/III (Katadata, 2018). Salah satu kasus korupsi yang

sempat menjadi sorotan publik yaitu praktik suap terkait promosi jabatan sebagai bentuk

penyalahgunaan wewenang oleh kepala pemerintah daerah Kabupaten Klaten yang terungkap seiring

dengan Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK (BBC Indonesia, 2017). Praktik ini menunjukkan

bahwa pengendalian internal yang diterapkan belum mampu mengarahkan pengelolaan

kepemerintahan ke arah birokrasi transparan dan akuntabel.

Penjelasan dan argumen di atas menjadi dasar bagi penulis untuk menguji pengaruh partisipasi

penyusunan anggaran, aksesibilitas laporan keuangan, serta pengendalian internal terhadap

pertanggungjelasan keuangan daerah di Kabupaten Klaten. Perlunya kebijakan yang tepat guna

memenuhi tuntutan pertanggungjelasan pengelolaan keuangan publik ini mendorong pentingnya

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 3


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

pengkajian terkait pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, aksesibilitas laporan keuangan, dan

pengendalian internal terhadap pertanggungjelasan keuangan daerah.

2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

2.1. Partisipasi Penyusunan Anggaran

Milani mendefinisikan partisipasi sebagai konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan tingkat

keleluasaan bawahan untuk menentukan tindakan/pilihan sendiri (1975). Konsep partisipasi sering

digunakan dalam berbagai fenomena, salah satunya adalah partisipasi dalam penyusunan anggaran.

Brownel mengartikan partisipasi anggaran sebagai suatu proses memberikan kesempatan bagi

manajemen tingkat bawah untuk ikut terlibat dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan

anggaran (1982).

Anggaran memegang peranan penting dalam organisasi sektor publik mengingat anggaran

mencakup aspek perencanaan, pengendalian, dan pertanggungjelasan publik. Keterlibatan dalam

proses penyusunan anggaran akan membantu proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh

organisasi (meningkatkan efiktivitas). Ketika suatu tujuan/standar (anggaran) dirancang secara

partisipatif, karyawan akan bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan/standar (anggaran) yang

ditetapkan karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani 1975, 276). Keterlibatan individu

dalam penyusunan anggaran akan membuat individu tersebut memahami sasaran yang hendak dicapai

serta cara pencapaiannya.

Ketika karyawan diikutsertakan dalam proses penyusunan anggaran (pendapat/inputnya menjadi

pertimbangan dalam penyusunan anggaran akhir), maka akan diikuti dengan peningkatan rasa

memiliki (self belonging) yang tinggi pada individu tersebut. Self belonging yang tinggi berimplikasi

pada munculnya rasa turut bertanggung jawab pribadi atas tingkat pencapaian anggaran instansi. Oleh

karena itu, rasa turut bertanggungjawab yang timbul akibat terciptanya self belonging ini

mengarahkan individu yang terlibat dalam penyusunan anggaran untuk mengelola keuangan

(anggaran) sesuai dengan regulasi yang berlaku, serta mencegah/menghindari timbulnya

penyimpangan/kesalahan yang dapat menurunkan kualitas pertanggungjelasan pengelolaan keuangan

kepada publik.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 4


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Partisipasi memberikan lebih banyak kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan dan mendorong

pejabat pemerintah daerah untuk lebih transparan dan inklusif (Pandeya, 2015). Partisipasi diperlukan

dalam proses penyusunan anggaran guna menciptakan pertanggungjelasan kepada publik. Zeyn

(2011) mengungkapkan bahwa partisipasi stakeholders (tidak hanya dalam lingkup partisipasi

penyusunan anggaran) yang menjadi salah satu dimensi dalam good governance secara parsial

berpengaruh terhadap pertanggungjelasan keuangan. Penelitian Arifin (2012) atas partisipasi anggaran

di lingkup instansi Pemerintah Daerah Pekalongan mendukung pernyataan ini dengan menyimpulkan

bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap pertanggungjelasan

kinerja. Berdasar uraian teori diatas, dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H1: Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap pertanggungjelasan keuangan

daerah.

2.2. Aksesibilitas Laporan Keuangan

Baik transparansi dan pertanggungjelasan dapat dibangun dengan keterbukaan informasi.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Transparansi mengisyaratkan

bahwa laporan tahunan tidak hanya dibuat, tetapi juga bersifat terbuka dan dapat diakses oleh

masyarakat mengingat aktivitas pemerintah dilakukan untuk kepentingan rakyat. Keefektifan

pertanggungjelasan juga bergantung pada akses publik terhadap laporan pertanggungjawaban/temuan

yang dapat dibaca dan ditindaklanjuti (Shende dan Bennett, 2004). Oleh karena itu, pemerintah daerah

harus mampu memfasilitasi masyarakat untuk dapat mengetahui dan memperoleh laporan keuangan

yang disajikan melalui peningkatan aksesibilitas laporan keuangannya.

Dalam lingkup pelaporan keuangan, aksesibilitas laporan keuangan merupakan kemudahan bagi

seseorang untuk memperoleh informasi mengenai laporan keuangan. Aksesibilitas publik terhadap

informasi laporan keuangan didukung oleh pemerintah dengan adanya sistem informasi keuangan

daerah yang memfasilitasi proses pengolahan, penyajian, dan pemublikasian informasi serta laporan

pengelolaan keuangan daerah kepada publik sebagai sarana menunjang tercapainya tata pemerintahan

yang baik melalui transparansi dan pertanggungjelasan. Dalam demokrasi yang terbuka, akses

terhadap informasi laporan keuangan difasilitasi oleh berbagai media seperti surat kabar, majalah,

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 5


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

radio, televisi, maupun website (internet) yang menyediakan forum dengan perhatian terarahkan

dalam mendorong pertanggungjelasan pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennett, 2004).

Masyarakat sebagai pihak pemberi amanah kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangan

publik, berhak untuk memperoleh informasi pengelolaan keuangan publik guna melakukan evaluasi

terhadap pemerintah daerah. Keteraksesan laporan keuangan pemerintah daerah merupakan bentuk

pertanggungjawaban atas kontrak pemerintah (agent) kepada rakyat (principal). Kemudahan akses

bagi para pengguna laporan keuangan memungkinkan publik dapat mengontrol pertanggungjawaban

atas penggunaan aset daerah maupun kebijakan keuangan pemerintah daerah yang pada akhirnya akan

meningkatkan proses pertanggungjelasan pengelolaan keuangan daerah.

Penelitian Kadarmi (2008) atas aksesibilitas laporan keuangan dalam lingkup Satuan Perangkat

Kerja Daerah (SKPD) kabupaten/kota di Yogyakarta menambah bukti empiris bahwa aksesibilitas

laporan keuangan berpengaruh positif terhadap pertanggungjelasan keuangan. Sukhemi dalam

penelitiannya atas aksesibilitas laporan keuangan dengan menggunakan sampel para stakeholder

eksternal, mendukung pernyataan tersebut melalui temuan penelitiannya yang mengungkapkan bahwa

aksesibilitas laporan keuangan dapat meingkatkan pertanggungjelasan keuangan daerah. Berdasar

uraian teori diatas, dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H2: Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap pertanggungjelasan keuangan

daerah.

2.3.Pengendalian Internal

Pengendalian internal memegang peranan penting dalam pengelolaan keuangan negara. Sistem

pengendalian intern didefinisikan sebagai proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara berkelanjutan oleh pimpinan dan seluruh pegawai pemerintah guna memberikan

keyakinan memadai atas tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan

pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan (PP No 60 tahun 2008, pasal 1, bab 1).

Dalam lingkup pemerintah daerah, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, serta bupati/walikota

wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 6


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang diatur dalam peraturan pemerintah untuk mencapai

pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. PP No 60 tahun 2008

menjelaskan bahwa terdapat lima unsur sistem pengendalian intern pemerintah yaitu (pasal 3, bab 2,

ayat 1):

a) Lingkungan pengendalian. Baik pimpinan instansi pemerintah maupun seluruh pegawai harus

mampu menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian dalam keseluruhan organisasi

yang dapat menimbulkan perilaku positif guna mendukung penerapan pengendalian internal dan

manajemen yang sehat yang dapat dilakukan melalui:

1. Penegakan integritas dan nilai etika;

2. Komitmen terhadap kompetensi;

3. Kepemimpinan yang kondusif;

4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;

7. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan

8. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

b) Penilaian resiko, terdiri atas kegiatan identifikasi dan analisis resiko. Identifikasi resiko di

lakukan dengan menggunakan metodologi dan mekanisme yang memadai dan sesuai untuk

tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif. Analisis

resiko dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dalam menentukan dampak dari resiko yang

telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah.

c) Kegiatan pengendalian, terdiri atas:

1. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan;

2. Pembinaan sumber daya manusia;

3. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

4. Pengendalian fisik atas aset;

5. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

6. Pemisahan fungsi;

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 7


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

7. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

8. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

9. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

10. Pertanggungjelasan terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

11. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian internal serta transaksi dan kejadian

penting.

d) Informasi dan komunikasi. Informasi harus didentifikasi, dicatat, dan dikomunikasikan oleh

pimpinan instansi pemerintah maupun pihak lain yang ditentukan, dalam suatu bentuk dan waktu

yang tepat, sehingga memungkinkan pimpinan instansi pemerintah melaksanakan pengendalian

dan tanggung jawabnya.

e) Pemantauan pengendalian internal. Pemantauan yang dilakukan harus dapat menilai kualitas

kinerja secara berkelanjutan dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit/reviu lainnya dapat

segera di follow up (Sari, 2012).

Pemerintah daerah (termasuk didalamnya adalah dinas daerah) membutuhkan sistem

pengendalian dalam organisasi (internal) dalam mempertanggungjelaskan amanah pengelolaan

keuangan. Pengendalian internal memberikan jaminan yang wajar (reasonable assurance) bahwa

organisasi mencapai tujuannya melalui operasi yang efisien dan efektif, taat hukum dan aturan, serta

mempertahankan informasi manajemen/keuangan yang andal dan jujur melalui pelaporan tepat waktu.

Sari dalam penelitiannya atas pengaruh pengendalian internal terhadap transparansi laporan

keuangan pemerintah daerah di Kota Cimahi menghasilkan kesimpulan bahwa pengendalian internal

berpengaruh terhadap transparansi laporan keuangan daerah dengan arah hubungan positif (2012).

Pernyataan tersebut didukung Hamidi (2009) melalui penelitiannya pada organisasi pengelolaan zakat

yang menghasilkan kesimpulan bahwa pengendalian internal berpengaruh positif terhadap

pertanggungjelasan publik. Berdasar uraian teori yang telah diulas, hipotesis penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

H3. Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap pertanggungjelasan keuangan daerah.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 8


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

3. Metode Penelitian

3.1. Desain Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didesain untuk pengujian hipotesis asosiatif.

Penelitian didesain untuk menguji hubungan sebab-akibat (causal) antara variabel independen dengan

variabel dependen. Data penelitian diambil dalam satu waktu/periode tertentu dengan melibatkan

banyak sampel (cross sectional) dalam lingkungan riil (noncontrived settings). Populasi penelitian

meliputi semua stakeholders (eksternal dan internal) dari pemerintah daerah Kabupaten Klaten.

Sampel penelitian terdiri atas para pegawai subbagian keuangan dari keseluruhan dinas daerah

Kabupaten Klaten yang diambil dengan teknik purposive sampling.

Penelitian menggunakan sumber data primer yang diambil dan dikumpulkan langsung dari para

responden dengan menggunakan teknik angket/kuesioner tertutup yang berisi seperangkat pertanyaan

yang tersusun secara sistematis dan logis atas konsep yang menerangkan variabel-variabel yang

diteliti.

3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian ini terdiri atas variabel independen (partisipasi penyusunan anggaran, aksesibilitas

laporan keuangan, dan pengendalian internal ) dan variabel dependen (pertanggungjelasan keuangan

daerah). Masing-masing variabel penelitian diukur dengan metode skala likert 1-5 bertipe skala

interval. Skor 1 menunjukkan nilai terendah (sangat tidak setuju) dan skor 5 menunjukkan nilai

tertinggi (sangat setuju). Variabel-variabel penelitian didefinisikan secara operasional sebagai berikut:

1. Partisipasi penyusunan anggaran. Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan pada

instrumen penelitian Milani (1975) serta Irfan, Santoso, dan Effendi (2017). Variabel diukur

menggunakan 8 pernyataan yang mencerminkan indikator-indikator variabel pada tabel 3.1.

2. Aksesibilitas laporan keuangan. Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan pada instrumen

penelitian Mulyana (2006) serta Nurrizkiana, Handayani, dan Widiastuty (2017). Variabel diukur

menggunakan 8 pernyataan yang mencerminkan indikator-indikator variabel dalam tabel 3.2.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 9


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

3. Pengendalian internal. Instrumen penelitian variabel ini dikembangkan berdasarkan pada PP No

60 tahun 2008. Variabel diukur menggunakan 30 pernyataan yang mencerminkan indikator-

indikator variabel yang tertera dalam tabel 3.3.

4. Pertanggungjelasan keuangan daerah. Instrumen penelitian variabel didasarkan pada instrumen

penelitian yang dikembangkan oleh Zeyn (2011), Nurrizkiana, Handayani, dan Widiastuty (2017)

serta SAP Berbasis Akrual. Variabel diukur menggunakan 35 pernyataan yang mencerminkan

indikator-indikator variabel dalam tabel 3.4.

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran
Konsep Variabel Indikator
Proses yang memberikan Porsi anggaran yang melibatkan dirinya dalam penentuan
kesempatan bagi manajemen tingkat Penalaran yang diberikan atasan ketika anggaran direvisi
bawah untuk ikut terlibat dan (kepuasan)
mempunyai pengaruh dalam proses Frekuensi diskusi terkait anggaran dengan atasan
penyusunan anggaran (Brownel, Besarnya pengaruh yang dimiliki terhadap anggaran akhir
1982). Tingkat kepentingan kontribusi dalam penganggaran

Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan
Konsep Variabel Indikator
Kemampuan dan kemudahan bagi seseorang Accesibel
untuk memperoleh informasi mengenai Keterbukaan akses laporan keuangan
laporan keuangan Kemudahan akses laporan keuangan

Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Pengendalian Internal
Konsep Variabel Dimensi Indikator
Suatu proses yang integral pada Lingkungan Penegakan integritas dan nilai etika
tindakan/kegiatan yang dilakukan pengendalian Komitmen terhadap kompetensi
secara berkelanjutan di semua Kepemimpinan yang kondusif
elemen struktur organisasi Kesesuaian struktur organisasi dengan
pemerintah guna memberikan kebutuhan
keyakinan memadai efektivitas Lingkungan Ketepatan pendelegasian wewenang dan
dan efisiensi pencapaian tujuan pengendalian tanggung jawab

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 10


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Konsep Variabel Dimensi Indikator


penyelenggaraan pemerintah-an Kebijakan sehat terkait pembinaan SDM
negara, keandalan pelapor-an Keefektifan peran aparat pengawasan intern
keuangan, pengamanan aset pemerintah
negara, dan ketaatan terhadap Hubungan kerja yang baik dengan instansi
peraturan perundang-undang an pemerintah terkait
(PP No 60 tahun 2008, pasal 1, Penilaian resiko Penilaian resiko operasi
bab 1) Penilaian resiko keuangan
Penilaian resiko ketaatan
Aktivitas Pemisahan tugas
pengendalian Otorisasi transaksi
Dokumen dan catatan
Pengendalian fisik atas catatan dan aktiva
Informasi & Penggunaan sistem informasi dan
komunikasi komunikasi
Kualitas sistem informasi dan komunikasi
Pemantauan Mekanisme pemantauan

Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel Pertanggungjelasan Keuangan
Konsep Variabel Dimensi Indikator
Pertanggungjelasan/Akun- Perumusan rencana Penyusunan anggaran (RKA-SKPD) sesuai
tabilitas adalah kewajiban keuangan dengan prinsip-prinsip penganggaran dan
pihak pemegang amanah (penganggaran) peraturan peraturan yang berlaku
untuk memberikan per- Anggaran (RKA-SKPD) disusun dengan
tanggungjawaban, me- pendekatan kerangka pengeluaran jangka
nyajikan, melaporkan, & menengah daerah, penganggaran terpadu dan
mengung-kapkan segala penganggaran berdasarkan prestasi kerja
aktivitas dan kegiatan Pengajuan anggaran telah disertai dengan
pengelolaan keuang-an kelengkapan dokumen pendukung anggaran
yang menjadi tanggung Pelaksanaan dan Pengeluaran belanja daerah menggunakan
jawabnya kepada pihak pembiayaan kegiatan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, dan
pemberi amanah efisien
(principal) yang memiliki Pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk
hak dan kewenangan tujuan yang telah ditetapkan dalam APBD
untuk meminta per- Kejelasan sumber pembiayaan
tanggungjawaban tersebut. Penatausahaan Penyelenggaraan akuntansi
(Mardiasmo, 2009) Kesesuaian dengan SAP berlaku

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 11


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Konsep Variabel Dimensi Indikator


Pelaporan & Relevansi laporan keuangan yang disajikan
pertanggung-jawaban Keandalan laporan keuangan yang disajikan
Keterpahaman laporan keuangan
Keterbandingan laporan keuangan
Adanya analisis laporan keuangan
Pengawasan & evaluasi Evaluasi kinerja pengelolaan keuangan
atas pengelolaan Pengendalian internal
keuangan daerah Review atas pelaporan/laporan keuangan
Kecepatan respon atas hasil review

3.3 Instrumen Penelitian

Pilot test atau uji coba instrumen perlu dilakukan guna menguji pemahaman terhadap instrumen

(apakah pernyataan dalam instrumen sudah disusun secara tepat) sehingga instrumen benar-benar

konsisten dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Pilot test pada akhirnya dapat digunakan

untuk meningkatkan tingkat kevalidan dan keandalan (reliabilitas) instrumen tersebut. (Ekinci, 2015).

Validitas instrumen penelitian ditentukan melalui uji korelasi Pearson Product Moment, dengan

ketentuan item pernyataan dinyatakan valid jika nilai r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5% (r

tabel=0,361). Analisis pilot test instrumen dari 81 pernyataan dalam kuesioner menunjukkan bahwa

variabel partisipasi penyusunan anggaran memiliki 8 item pernyataan valid, aksesibilitas laporan

keuangan memiliki 8 item pernyataan valid, pengendalian internal memiliki 28 item pernyataan valid,

dan pertanggungjelasan keuangan memiliki 31 item pernyataan valid.

Pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan teknik uji statistik Cronbach’s

coefficient alpha. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai koefisien alpha ≥ 0,7 (Nunnally dan

Bernstein, 1994). Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel dependen dan independen

dalam penelitian ini memiliki nilai Cronbach’s coefficient alpha ≥ 7 sehingga dapat disimpulkan

bahwa instrumen penelitian untuk variabel partisipasi penyusunan anggaran (Cronbach’s alpha

0,957), aksesibilitas laporan keuangan (Cronbach’s alpha 0,962), pengendalian internal (Cronbach’s

alpha 0,953), dan pertanggungjelasan keuangan (Cronbach’s alpha 0,942) tergolong reliabel.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 12


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

3.4 Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen dirumuskan dalam model persamaan berikut:

PK = β 0 + β1 PPA + β 2 ALK + β 3 PI + error


keterangan:
β0 : konstanta β1, β2, β3 : koefisien regresi

PPA : partisipasi penyusunan anggaran PI : pengendalian internal

ALK : aksesibilitas laporan keuangan PK : pertanggungjelasan keuangan

1. Uji koefisien determinasi (R2 ).

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh variabel-variabel independen pada model mampu

menerangkan variasi variabel dependen. Semakin besar nilai R2 (semakin mendekati 1), maka

semakin besar pula kemampuan variabel-variabel independen dalam memberikan informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

2. Uji F.

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model regresi linier yang lebih cocok/layak (fit) dengan

data sehingga dapat digunakan untuk peramalan. Uji F dalam penelitian ini dilakukan untuk

menentukan apakah model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini lebih cocok/layak (fit)

untuk melakukan peramalan dibandingkan dengan intercept-only model. Jika nilai p-value < 0,05,

maka model regresi linier dalam penelitian layak/sesuai untuk melakukan peramalan.

3. Uji signifikansi parameter individual (uji t).

Pengujian dilakukan untuk menunjukkan pengaruh variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika p-value < 0,05 (level signifikansi), maka hipotesis penelitian didukung.

b. Jika p-value >0,05 (level signifikansi), maka hipotesis penelitian tidak didukung.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kuesioner penelitian disebarkan kepada para responden baik secara langsung maupun melalui bagian

sekretariat dari masing-masing dinas daerah. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuisioner:

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 13


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Tabel 4.1
Ringkasan Penyebaran dan Penerimaan Kembali kuesioner
Keterangan Jumlah
Total kuesioner yang disebarkan 78
Kuesioner kembali 68
Kuesioner tidak lengkap 5
Total kuesioner yang dapat dianalisis 63
Usable response rate* 80,77%
*63/78 x 100%
Sumber: Data diolah (2018).

4.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas.

Gambar 4.1 Histogram dan Normal Probability Plot Nilai Residual

Sumber: Data diolah (2018).

Tabel 4.2
Hasil Uji Asumsi Klasik
Normalitas
K-S with Lilliefors Sign. Correction untuk Unstandardized Residual Significance
0,065 0,200
Multikolinieritas Heteroskedastisitas
Variabel (Uji Glejser)
Tolerance VIF Sig.
Partisipasi Penyusunan Anggaran 0,843 1,186 0,510
Aksesibilitas Laporan Keuangan 0,644 1,553 0,383
Pengendalian Internal 0,733 1,364 0,882
Sumber: Data diolah (2018).

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 14


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Penentuan terdistribusi normal tidaknya suatu nilai residual dapat menggunakan uji grafik dan

statistik. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa sebaran data mengikuti pola kurva dan arah garis normal.

Hasil uji lilliefors dalam tabel 4.2 menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov dengan Lilliefors

Significance Correction signifikan pada 0,200 (nilai probabilitas >0,05). Uji grafik dan statistik

tersebut menunjukkan bahwa nilai residual dalam model regresi terdistribusi normal.

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji ada tidaknya korelasi antarvariabel bebas

(independen) di dalam model penelitian. Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas antarvariabel independen dalam model regresi karena semua variabel independen

dalam penelitian memiliki nilai tolerance >0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) <10.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadi tidaknya ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam suatu model regresi. Berdasarkan hasil uji

Glejser dalam tabel 4.2, disimpulkan bahwa model regresi bebas dari heteroskedastisitas (seluruh

variabel independen dalam model memiliki nilai signifikansi > 0,05).

4.2 Pengujian Hipotesis

Tabel 4.3
Hasil Uji Hipotesis
Adjusted R Square 0,739
F hitung (signifikansi) 59,373 (0,000)
Variabel Koefisien Regresi (β) t p-value (sig.)
Konstanta 35, 100 5,264 0,000
Partisipasi Penyusunan Anggaran 0,170 1,382 0,172
Aksesibilitas Laporan Keuangan 0,300 1,716 0,091
Pengendalian Internal 0,672 9,981 0,000
Sumber: Data diolah (2018).

Dari tabel 4.3, diketahui bahwa nilai Adjusted R2 adalah 0,739. Angka tersebut menunjukkan bahwa

variabel dependen dan independen dalam persamaan memiliki hubungan keeratan yang cukup kuat.

Angka tersebut juga menunjukkan bahwa 73,9 % variasi dari variabel pertanggungjelasan keuangan

dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel partisipasi penyusunan anggaran, aksesibilitas laporan

keuangan, dan pengendalian internal.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 15


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa nilai F hitung mempunyai p-value sebesar 0,000 (lebih

kecil dari 0,05). Hasil menunjukkan bahwa model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini

cocok/layak untuk melakukan peramalan karena nilai p-value < 0,05. Saat p-value <0,05, seluruh

variabel independen dalam model berpengaruh secara serentak terhadap variabel dependen.

Dari hasil uji t tersebut, didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

PK = 35,100 + 0,170 PPA + 0,300 ALK + 0,672 PI

a). Pengujian hipotesis pertama

H1= Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap p ertanggungjelasan

keuangan.

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada level signifikansi 5%, variabel partisipasi

penyusunan anggaran tidak berpengaruh terhadap pertanggungjelasan keuangan karena memiliki

p-value lebih besar dari 0,05 (0,172 > 0,05). Oleh sebab itu, hipotesis 1 dalam penelitian ini

ditolak.

b). Pengujian hipotesis kedua

H2= Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap pertanggungjelasan keuangan.

Berdasarkan tabel 4.3, hipotesis 2 dalam penelitian ini ditolak. Meskipun koefisien regresi

menunjukkan arah positif yakni 0,300, pada level signifikansi 5% variabel aksesibilitas laporan

keuangan tidak berpengaruh terhadap pertanggungjelasan keuangan karena memiliki p-value lebih

besar dari 0,05 (0,091 > 0,05). Namun, pada level signifikansi 10%, hipotesis ini dapat diterima

karena nilai p-value < level signifikansi (0,091 < 0,10).

c). Pengujian hipotesis ketiga.

H3= Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap pertanggungjelasan keuangan.

Berdasarkan tabel 4.3, hipotesis 3 dalam penelitian ini diterima karena variabel pengendalian

internal memiliki p-value (sig) lebih kecil dari level signifikansi (0,000 < 0,05). Variabel

pengendalian internal memiliki koefisien regresi bernilai positif (0,689). Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa pengendalian internal berpengaruh positif signifikan terhadap

pertanggungjelasan keuangan.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 16


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

4.3 Pembahasan

1. Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap pertanggungjelasan keuangan

daerah.

Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh

positif terhadap pertanggungjelasan keuangan. Hasil ini mengandung arti bahwa tinggi rendahnya

keterlibatan dalam penyusunan anggaran tidak diiringi dengan peningkatan penilaian

pertanggungjelasan pengelolaan keuangan daerah. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan

penelitian Zeyn (2011) yang menunjukkan bahwa good governance (didalamnya termasuk dimensi

partisipasi) berpengaruh terhadap pertanggungjelasan keuangan dengan komitmen organisasi sebagai

pemoderasi.

Hasil penelitian tidak mendukung teori yang mengungkapkan bahwa keterlibatan individu dalam

penyusunan anggaran diperlukan dalam menciptakan pertanggungjelasan dalam pengelolaan

keuangan. Partisipasi penyusunan anggaran memberikan dorongan kepada pemerintah daerah untuk

lebih transparan dan inklusif karena didalamnya menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi

(Pandeya 2015, 92). Transparansi pada dasarnya merupakan esensi dari pertanggungjelasan karena

sikap transparan kepada publik atas tindakan/kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah diperlukan

dalam pertanggungjelasan publik.

Tidak berpengaruhnya partisipasi penyusunan anggaran terhadap pertanggungjelasan keuangan

dalam penelitian ini diduga karena adanya indikasi praktik partisipasi semu (pseudo) dalam

penyusunan anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran diartikan sebagai suatu proses yang

memberikan kesempatan bagi manajemen tingkat bawah untuk ikut terlibat dan mempunyai pengaruh

dalam proses penyusunan anggaran. Praktik partisipasi semu dalam penyusunan anggaran dapat

terjadi ketika atasan memberikan kebebasan pada bawahan untuk turut memberikan input dalam

proses penganggaran tetapi partisipasi tersebut diabaikan/kurang dijadikan pertimbangan dalam

keputusan akhir anggaran.

Dalam penelitian ini, praktik partisipasi semu dapat diindikasi dengan membandingkan rata-rata

tanggapan responden atas pernyataan-pernyataan dalam instrumen penelitian yang menyiratkan

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 17


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

indikator frekuensi diskusi terkait anggaran dengan atasan (item pernyataan no 4 dan 5) dengan

pernyataan terkait besarnya pengaruh yang dimiliki terhadap anggaran akhir (item pernyataan no 6).

Rata-rata para responden menyatakan memiliki frekuensi diskusi yang tinggi terkait anggaran dengan

atasan (rata-rata jawaban pernyataan 4 adalah 4 dari 5 skala; rata-rata jawaban pernyataan 5 adalah

3,7 dari skala 5). Namun, jika dilihat dari besarnya pengaruh terhadap penentuan akhir anggaran, rata-

rata para responden menyatakan memiliki pengaruh yang tidak terlalu tinggi dalam penentuan akhir

anggaran (rata-rata jawaban pernyataan 6 adalah 2,7 dari 5 skala). Hal ini menunjukkan bahwa

tingginya kebebasan bawahan untuk memberikan input atas anggaran tidak diiringi dengan tingginya

pengaruh terhadap penentuan akhir anggaran (terindikasi adanya praktik partisipasi semu).

2. Pengaruh aksesibilitas laporan keuangan terhadap pertanggungjelasan keuangan daerah .

Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa aksesibilitas laporan keuangan tidak berpengaruh

positif signifikan terhadap pertanggungjelasan keuangan. Hasil ini mengandung arti bahwa perbedaan

penilaian pertanggungjelasan pengelolaan keuangan dari responden penelitian tidak disebabkan oleh

tinggi rendahnya aksesiibilitas laporan keuangan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang mengungkapkan bahwa kemudahan dalam

mengakses laporan keuangan akan meningkatkan transparansi dan pertanggungjelasan pengelolaan

keuangan daerah oleh pemerintah daerah (agent) yang telah dipilih oleh rakyat (principal). Tidak

berpengaruhnya aksesibilitas laporan keuangan terhadap pertanggungjelasan keuangan dalam

penelitian ini diduga karena responden penelitian cenderung memiliki aksesibilitas laporan keuangan

yang cukup tinggi. Responden yang terdiri atas pegawai subbagian keuangan dari dinas daerah

(stakeholder internal) di Kabupaten Klaten ini rata-rata memiliki akses yang cukup tinggi terhadap

laporan keuangan pemerintah daerah. Tingginya keteraksesan laporan keuangan terjadi karena

responden penelitian terlibat dan bersinggungan langsung dengan proses penyiapan laporan keuangan

SKPD yang merupakan bagian dari laporan keuangan pemerintah daerah. Ditambah pula, kemudahan

dalam penggunaan IT untuk mengakses media massa yang ada menambah kemudahan akses terhadap

laporan keuangan pemerintah daerah.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 18


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Tingginya aksesibilitas respoden atas laporan keuangan pemerintah daerah tidak serta merta

diikuti pula dengan peningkatan penilaian atas pertanggungjelasan pengelolaan keuangan. Meskipun

para responden cenderung memiliki aksesibilitas laporan keuangan yang tinggi, penilaian masing-

masing responden atas pertanggungjelasan dalam pengelolaan keuangan daerah justru memiliki

variasi yang lebih tinggi. Perbedaan dalam penilaian pertanggungjelasan pengelolaan keuangan ini

diduga disebabkan oleh adanya perbedaan besarnya tuntutan pertanggungjelasan dari masing-masing

individu. Semakin tinggi tuntutan pertanggungjelasan dalam pengelolaan keuangan daerah, semakin

tinggi pula kriteria yang digunakan seseorang dalam memberikan penilaian terhadap pengelolaan

keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang dianggap cukup jelas oleh seorang responden

berkemungkinan dianggap kurang jelas oleh responden lain yang menuntut pertanggungjelasan yang

lebih tinggi.

3. Pengaruh pengendalian internal terhadap pertanggungjelasan keuangan daerah .

Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa pengendalian internal berpengaruh positif signifikan

terhadap pertanggungjelasan keuangan. Hasil ini mengandung arti bahwa peningkatan pengendalian

internal yang terjadi akan seiring dengan peningkatan pertanggungjelasan dalam pengelolaan

keuangan daerah.

Dalam konteks organisasi kepemerintahan, pemerintah daerah sebagai agent yang dipilih oleh

principal (masyarakat) wajib menyediakan, menyajikan, dan melaporkan semua pekerjaannya baik

yang bersifat finansial maupun nonfinansial kepada publik (pemberi amanah). Hasil penelitian ini

mendukung teori yang mengungkapkan bahwa sistem pengendalian internal dibutuhkan guna

mencapai pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Pengendalian

internal merepresentasikan rencana, metode, dan prosedur yang digunakan organisasi untuk mencapai

misi, sasaran, dan tujuannya serta berfungsi sebagai garis pertahanan pertama dalam menjaga aset,

mencegah dan mendeteksi kesalahan, penipuan, pemborosan, penyalahgunaan, dan salah kelola.

Sistem pengendalian internal diperlukan untuk membantu memastikan bahwa agent (pemerintah

daerah) dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah telah sesuai dengan hukum, kebijakan, dan

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 19


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

tujuan terkait yang ditentukan sehingga informasi yang disajikan oleh agent kepada principal benar-

benar merepresentasikan penyelenggaraaan amanah yang telah dilakukan secara jelas.

5. Kesimpulan, Implikasi, dan Keterbatasan

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada level signifikansi 5%, partisipasi dalam penyusunan anggaran tidak berpengaruh positif

terhadap pertanggungjelasan keuangan daerah Kabupaten Klaten.

2. Pada level signifikansi 5%, aksesibilitas laporan keuangan tidak berpengaruh positif terhadap

pertanggungjelasan keuangan daerah Kabupaten Klaten. Namun, pada level signifikansi 10%,

aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif signikan terhadap pertanggungjelasan

keuangan daerah.

3. Pada level signifikansi 5%, pengendalian internal berpengaruh positif signifikan terhadap

pertanggungjelasan keuangan daerah Kabupaten Klaten.

5.2. Keterbatasan

Keterbatasan-keterbatasan yang masih terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel yang terdiri atas para pegawai subbagian keuangan

dinas daerah, yang keseluruhannya memegang peran sebagai pemangku kepentingan internal.

Oleh karena itu, penilaian pertanggungjelasan dalam pengelolaan keuangan daerah dalam

penelitian ini merupakan hasil analisis dari persepsi stakeholder internal yang masih kurang

optimal digunakan untuk menggeneralisasi ke keseluruhan populasi penelitian yang terdiri atas

stakeholder internal dan eksternal.

2. Dalam proses pengumpulan data, tidak semua kuisioner penelitian disebarkan secara langsung

kepada para responden. Sebagian kuisioner yang ditujukan kepada para responden disebarkan

melalui bagian sekretariat dari masing-masing dinas daerah (tidak bertatap muka secara langsung

dengan responden). Jika penelitian dapat dilakukan melalui tatap muka secara langsung, peneliti

dapat menjelaskan maksud pernyataan-pernyataan dalam kuisioner kepada para responden yang

mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut atas pernyataan-pernyataan tersebut. Dengan

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 20


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

demikian, proses tersebut akan meningkatkan pemahaman responden atas maksud dari

pernyataan-pernyataan dalam kuisioner.

5.3 Implikasi

1. Implikasi praktis

Berkaitan dengan praktik pengelolaan keuangan daerah, pemerintah Kabupaten Klaten diharapkan

senantiasa meningkatkan kualitas pengendalian internal perangkat daerah secara keseluruhan untuk

meningkatkan pertanggungjelasan keuangan. Mengingat pentingnya peran partisipasi dalam

penyusunan anggaran, tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran juga diharapkan dapat

dikembangkan perlahan kearah penyusunan anggaran partisipatif yang benar-benar partisipatif (tidak

bersifat partisipasi semu).

Meskipun hasil penelitian menunjukkan aksesibilitas laporan keuangan tidak berpengaruh

signifikan terhadap pertanggungjelasan keuangan, pemerintah Kabupaten Klaten diharapkan tetap

meningkatkan aksesibilitas publik atas laporan keuangan yang menjadi haknya dan merupakan wujud

pertanggungjawaban atas amanah pengelolaan keuangan daerah. Peningkatan aksesibilitas dapat

dilakukan dengan memublikasikan laporan keuangan daerah secara lebih intensif melalui internet

(website), koran, radio, televisi, dan media lainnya.

2. Implikasi teoritis

1. Penelitian berikutnya diharapkan mampu memperluas cakupan responden dengan melibatkan

baik stakeholder internal maupun eksternal sehingga data yang dikumpulkan benar-benar

mewakili populasi dalam penelitian. Dengan demikian, hasil penelitian berikutnya juga akan

meningkatkan kemampuan penggeneralisasian hasil penelitian.

2. Guna mengembangkan teori-teori yang sudah ada, penelitian selanjutnya diharapkan mampu

menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, aksesibilitas laporan keuangan, dan

pengendalian internal terhadap pertanggungjelasan publik secara utuh dengan menggunakan

parameter-parameter pertanggungjelasan yang jelas dan tidak mengandung bias.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 21


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Daftar Pustaka

Arifin, Beny. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan
Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi
sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Akuntansi dan Investasi 13 (1): 15-27.

Artharini, Isyanan, 2017. Kasus suap bupati Klaten: Ada kaitan dinasti politik dan korupsi?. Januari 2.
Weblink: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38484498 (6/11/2017).

Auditor-General. 2016. Improving Financial Reporting In The Public Sector. New Zealand: Office of Controller
and Auditor General.

Brownel, Peter. 1982. Participation in The Budgeting Process -- When It Works and When It Doesn't. Working
Paper, Alfred P. Sloan School of Management. http://hdl.handle.net/1721.1/48829.

Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymmetry on The Relation Between
Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review 68(2): 400-410. https://www.jstor.org/stable
/248408.

Ekinci, Yuksel. 2015. Designing Research Questionnaires for Business and Management Students. UK: Sage
Publication.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS , 6th ed. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul, and Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran hingga Laporan Keuangan,
Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.

Hamidi. Nurhasan. 2009. Analisis Akuntabilitas Publik dan Kinerja Organisasi Pengelola Zakat Berdasarkan
Aspek Pengendalian Intern dan Budaya Organisasi: Survei pada Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia .
Master Thesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Irfan, Muh, Budi Santoso, dan L Effendi. 2016. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran
dengan Asimetri Informasi, Penekanan Anggaran &Komitmen Organisasion al sebagai Variabel Pemoderasi.
Jurnal Akuntansi dan Investasi 17 (2): 158-175. http://dx.doi.org/10.18196/jai.2016.0052. 158-175.

Kadarmi, Tri. 2008. Pengaruh Penyajian Neraca SKPD & Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD. Undergraduate Thesis. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

Katadata. 2018. Sejak 2004, 738 Pejabat Terjerat Tindak Pidana Korupsi . Juni 21. Weblink:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/06/05/sejak-2004-738-pejabat-terjerat-tindak-pidana-
korupsi (19/6/2018).

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik . Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Milani, Ken. 1975. The Relationship of Participation in Budget-Setting to Industrial Supervisor Performance
and Attitudes: A Field Study. The Accounting Review 85 (2): 274-284. http://www.jstor.org/stable/244709.

Mulyana, Budi. 2006. Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Master Thesis. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Nunnally, Jum C dan Ira H Bernstein. 1994. Psychometric Theory, 3rd ed. United States: McGraw-Hill.

Nurrizkiana, Baiq Lilik Handayani, dan Erna Widiastuty. 2017. Determinan Transparansi dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Implikasinya Terhadap Kepercayaa n Public-Stakeholders. Jurnal
Akuntansi dan Investasi 18 (1): 28-47. http://dx.doi.org/ 10.18196/jai.18159.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 22


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Pandeya, Ganesh Prasad. 2015. Does Citizen Participation in Local Government Decision-Making Contribute to
Strengthening Local Planning and Accountability Systems? An Empirical Assessment of Stakeholders’
Perceptions In Nepal. International Public Management Review 16 (1): 67-98.
http://journals.sfu.ca/ipmr/index.php/ipmr/article/view/247/243 .

Republik Indonesia, 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008, “tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah”, Republik Indonesia. Jakarta.

Republik Indonesia, 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010, “tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan”, Republik Indonesia. Jakarta.

Rubin, Irene. 1996. Budgeting for Accountability:Municipal Budgeting for the 1990s . Journal of Public
Budgeting and Finance, - : 112-132.

Sari, Diana. 2012. Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis, Universitas Widyatama, Bandung.

Shende, Suresh, and Tony Bennett. 2004. Transparency and Accountability in Public Financial Administration .
Concept Paper 2, UNPAN, United Nations.

Sukhemi. 2009. Analisis Pengaruh Penyajian Neraca Daerah, Aksesibilitas, Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan Terhadap Transparansi & Akun-tabilitas Keuangan Daerah. Master Thesis. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

Zeyn, Elvira. 2011. Pengaruh Good Governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas
Keuangan dengan Komitmen Organisas i Sebagai Pemoderasi. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan 1 (1):
21-37.

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 23


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Lampiran

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 63
a,b Mean ,0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 4,47731863
Absolute ,065
Most Extreme Differences Positive ,059
Negative -,065
Kolmogorov-Smirnov Z ,519
Asymp. Sig. (2-tailed) ,951
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Tests of normality
Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Unstandardized Residual ,065 63 ,200* ,977 63 ,301
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Uji Multikolinieritas

Coefficients a
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) 35,100 6,668 5,264 ,000
Partisipasi ,170 ,123 ,098 1,382 ,172 ,843 1,186
Penyusunan Anggaran
1
Aksesibilitas Laporan ,300 ,175 ,139 1,716 ,091 ,644 1,553
Keuangan
Pengendalian Internal ,672 ,067 ,757 9,981 ,000 ,733 1,364
a. Dependent Variable: Pertanggungjelasan Keuangan

Uji Heteroskedastisitas

Coefficients a
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -,907 3,812 -,238 ,813
Partisipasi Penyusunan Anggaran ,047 ,070 ,092 ,663 ,510
1
Aksesibilitas Laporan Keuangan ,088 ,100 ,140 ,880 ,383

Pengendalian Internal ,006 ,039 ,022 ,150 ,882


a. Dependent Variable: RES2

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 24


Pertanggungjelasan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten

Statistik Deskriptif

Statistics
Partisipasi Aksesibilitas Pengendalian Pertanggungjelasan
Penyusunan Anggaran Laporan Keuangan Internal Keuangan
Valid 63 63 63 63
N
Missing 0 0 0 0
Mean 26,24 30,08 110,92 123,17
Median 28,00 30,00 111,00 124,00
Mode 29 30 110a 123a
Std. Deviation 5,148 4,152 10,108 8,976
Minimum 13 17 82 98
Maximum 35 40 133 155
Sum 1653 1895 6988 7760
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 ,867 ,751 ,739 4,590
a. Predictors: (Constant), Pengendalian Internal, Partisipasi Penyusunan Anggaran,
Aksesibilitas Laporan Keuangan

Uji F

ANOVA a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3752,204 3 1250,735 59,373 ,000b
1 Residual 1242,876 59 21,066
Total 4995,079 62
a. Dependent Variable: Pertanggungjelasan Keuangan
b. Predictors: (Constant), Pengendalian Internal, Partisipasi Penyusunan Anggaran,
Aksesibilitas Laporan Keuangan

Uji t

Coefficients a
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 35,100 6,668 5,264 ,000
Partisipasi Penyusunan ,170 ,123 ,098 1,382 ,172
Anggaran
1
Aksesibilitas Laporan ,300 ,175 ,139 1,716 ,091
Keuangan
Pengendalian Internal ,672 ,067 ,757 9,981 ,000
a. Dependent Variable: Pertanggungjelasan Keuangan

Simposium Nasional Akuntansi XXI , Samarinda, 2018 25

Вам также может понравиться