Вы находитесь на странице: 1из 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN (LEMAK, NATRIUM, MAGNESIUM)


DAN GAYA HIDUP DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DAERAH PESISIR (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Barat
Kota Tegal)

Jatu Safitri Cahyahati, Apoina Kartini, M. Zen Rahfiludin


Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro, Semarang
Email : jatu.safitri31@gmail.com

Abstract:

Blood pressure is the power needed to pump the blood to flow through the blood
vessels to meet nutritional needs and make it function optimally. High blood
pressure mostly occurs in the elderly. There are several factors that influence the
occurrence of high blood pressure, such as the intake of fat, sodium, magnesium,
caffeine, and smoking behavior. This study aimed to analyze the correlation
between food intake (fat, sodium, magnesium, caffeine) and smoking behavior
with blood pressure in elderly who lived in the coastal areas in Puskesmas Tegal
Barat, Tegal City. This study was an observational study with cross sectional
study design. Samples were 60 elderly respondents who were selected based on
purposive sampling. Data were collected by measuring blood pressure
(Sphygmomanometer Aneroid), anthropometry, and FFQ-Semi Quantitative and
analyzed with Rank Spearman test. The results showed that sodium intake (p =
0.001) was associated with systolic and diastolic blood pressure. While fat intake
(p = 0.122) and (p = 0.165), magnesium (p = 0.173) and (p = 0.391), caffeine
consumption (p = 0.913) and (p = 0.179), smoking behavior (p = 0.053) and
(0.063) were not related to systolic and diastolic blood pressure. It could be
concluded that high blood pressure is associated with sodium intake.

Keywords : food intake, caffeine, smoking, elderly, blood pressure

PENDAHULUAN tidak terkontrol 7 kali lebih besar


Salah satu masalah PTM yang terkena stroke, 6 kali lebih besar
menjadi fokus utama untuk ditangani terkena congestive heart failure dan
yaitu hipertensi. Hipertensi atau 3 kali lebih besar terkena serangan
tekanan darah tinggi terjadi karena jantung.2, 3
kerja jantung yang berat dalam Lansia merupakan kelompok
memompa darah untuk memenuhi rawan penyakit karena terjadi
nutrisi dan oksigen pada tubuh. penurunan fungsi dalam tubuh
Keadaan tersebut menyebabkan termasuk mengalami kemunduran
tekanan darah dalam pembuluh fungsi pembuluh darah. Lanjut usia
darah meningkat secara kronis. akan mengalami kerusakan
Hipertensi dinyatakan pada hasil struktural dan fungsional pada aorta
pengukuran tekanan darah sistolik sehingga hal tersebut menyebabkan
yang lebih dari 130 mmHg dan pembuluh darah semakin mengeras
tekanan darah diastolik lebih dari 80 dan tekanan darah semakin
mmHg.1 Beberapa penelitian meningkat. Kejadian hipertensi
menunjukkan bahwa hipertensi yang

395
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ditemukan sebanyak 50% pada pada lansia daerah pesisir di wilayah


lansia. kerja Puskesmas Tegal Barat Kota
Munculnya penyakit degeneratif Tegal.
termasuk hipertensi berkaitan
dengan faktor gaya hidup dan pola METODE PENELITIAN
makan. Terjadi perubahan dalam Penelitian ini merupakan
perilaku konsumsi makanan seperti penelitian analitik observasional
masyarakat lebih memilih makanan dengan desain penelitian cross
cepat saji yang pada umumnya sectional. Populasi dalam penelitian
banyak mengandung natrium, tinggi ini yaitu seluruh lansia yang
lemak dan kolesterol serta konsumsi berkunjung di Puskesmas Tegal
buah dan sayur yang rendah. Barat bulan Mei 2018. Jumlah
Kebiasaan mengkonsumsi minuman sampel dalam penelitian ini yaitu 60
berkafein yang berlebih berdampak responden lansia dengan teknik
pada meningkatnya tekanan darah pengambilan sampel menggunakan
karena menimbulkan efek antagonis purposive sampling. Variabel terikat
yang mempengaruhi kerja dari dalam penelitian ini yaitu tekanan
reseptor adenosin. Kebiasaan darah. Variabel bebas dalam
merokok juga menjadi faktor risiko penelitian ini yaitu asupan makanan
terjadinya hipertensi. (lemak, natrium, magnesium, kafein)
Karbonmonoksida yang terhirup dan perilaku merokok.
menggantikan oksigen dalam darah Data yang dikumpulkan dalam
sehingga mengakibatkan tekanan penelitian ini yaitu karakteristik
darah meningkat karena jantung responden dan perilaku merokok
dipaksa untuk memompa oksigen melalui kuesioner penelitian, asupan
agar cukup untuk organ dan jaringan makanan (lemak, natrium,
tubuh.4,5 magnesium, kafein) melalui FFQ
Di Kota Tegal jumlah kasus Semi-Quantitative, dan pengukuran
hipertensi pada tahun 2016 tekanan darah menggunakan
sebanyak 10.300 kasus dan tahun sphygmomanometer aneroid. Data
2017 menjadi 21.768 kasus. Di asupan makanan yang telah
Puskesmas Tegal Barat kasus diperoleh dianalisis menggunakan
hipertensi sebanyak 56,76% pada program nutrisurvey. Data yang
tahun 2014, 15,82% pada tahun sudah terolah kemudian dianalisis
2015, dan naik menjadi 26,68% menggunakan program SPSS.
pada tahun 2016. Pada tahun 2018 Analisis data yang digunakan yaitu
bulan Januari dan Februari analisis univariat dan bivariat. Data
hipertensi menempati urutan ketiga diuji kenormalannya menggunakan
dari 10 besar penyakit tidak menular uji Kolmogorov-Smirnov dan
di Puskesmas Tegal Barat dan pada dianalisis dengan uji korelasi Rank
bulan Maret hipertensi menjadi Spearman.
urutan kedua setelah nasopharingitis
akut.6
Berdasarkan uraian diatas,
penulis tertarik untuk menganalisis
hubungan konsumsi asupan
makanan (lemak, natrium,
magnesium, kafein) dan perilaku
merokok dengan tekanan darah
HASIL

396
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1 Riwayat Hipertensi Keluarga Responden


Variabel N %
Riwayat Hipertensi
Tidak 37 61,7
Ya 23 38,8
Konsumsi Alkohol
Tidak 60 100,0
Ya 0 0
Sebagian besar respoden tidak keluarganya (orangtua) dan tidak
memiliki riwayat hipertensi pada mengkonsumsi alkohol.

Analisis Univariat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecukupan Lemak, Natrium, dan
Magnesium Responden
Klasifikasi Asupan Gizi N % X ± SD (min, max)
Tingkat Kecukupan Lemak
1 Lebih 8 13,3
87,30 ± 20,19 (44,71,
2 Baik 33 55,0
134,90)
3 Kurang 19 31,7
Tingkat Kecukupan Natrium
1 Lebih 5 8,3
83,14 ± 17,74 (54,96,
2 Baik 31 51,7
129,61)
3 Kurang 24 40,0
Tingkat Kecukupan Magnesium
1 Kurang 33 55,0
78,38 ± 18,73 (47,31,
2 Baik 23 38,3
133,74)
3 Lebih 4 6,7
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 31 responden (51,7%) pada
responden rata-rata memiliki tingkat tingkat kecukupan natrium yang
kecukupan lemak sebesar 87,30 ± baik. Responden rata-rata memiliki
20,19 g, terdapat 33 responden tingkat kecukupan magnesium
(55%) pada tingkat kecukupan sebesar 78,38 ± 18,73 mg, terdapat
lemak yang baik. Responden rata- 33 responden (55%) pada tingkat
rata memiliki tingkat kecukupan kecukupan magnesium yang kurang
natrium sebesar 83,14 ± 17,73 mg,

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Kopi dan Teh Responden


Konsumsi Kafein (mg) Konsumsi Kafein
N % X ± SD (min, max)
Konsumsi Ringan 58 96,7
58,12 ± 34,66 (0, 155)
Tidak Mengkonsumsi 2 3,3
Tabel 3 menunjukkan bahwa mg. Sebagian besar responden
responden rata-rata memiliki berada pada kategori konsumsi
kebiasaan konsumsi kafein sebesar ringan yaitu berjumlah 58 responden
58,12 mg dengan jumlah kafein (96,7%)
terbanyak 155 mg dan terendah 0

397
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Responden


Perilaku Merokok
N % X ± SD (min, max)
(batang/hari)
Perokok Berat 0 0
Perokok Sedang 8 13,3
2,67 ± 4,33 (0, 16)
Perokok Ringan 17 28,3
Tidak Merokok 35 58,3
Tabel 4 menunjukkan bahwa yaitu 16 batang rokok dan terendah
responden rata-rata menghisap yaitu tidak merokok (0 batang
rokok 2 hingga 3 batang rokok rokok). Dari 60 responden, terdapat
perhari, dengan jumlah rokok 35 responden (58,3%) yang tidak
tertinggi yang dihisap setiap harinya merokok.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik


Responden
Sistolik Diastolik
Kategori Tekanan
Darah (mmHg) N % X ± SD (min, N % X ± SD (min, max)
max)
Hipertensi Tingkat 2 4 6,7 6 10,0
Hipertensi Tingkat 1 15 25,0 129,33 ± 17,64 17 28,3 80,00 ± 83,50
Prehipertensi 28 46,7 (100, 180) 29 48,3 (70, 100)
Normal 13 21,7 8 13,3

Tabel 5 menunjukkan bahwa (46,7%). Responden rata-rata


responden rata-rata memiliki memiliki tekanan darah diastolik
tekanan darah sistolik sebesar sebesar 80 mmHg. Sebagian besar
129,33 mmHg. Sebagian besar responden juga memiliki tekanan
responden memiliki tekanan darah darah diastolik pada kategori
sistolik pada kategori prehipertensi prehipertensi yaitu sebanyak 29
yaitu sebanyak 28 responden responden (48,3%).

Analisis Bivariat
Tabel 6. Hubung Asupan Lemak, Natrium, Magnesium, Kafein, dan Perilaku
Merokok dengan Tekanan Darah Respoden
Sistolik Diastolik
Variabel
Nilai p Nilai r Nilai p Nilai r
TKL 0,122 0,202 0,165 0,182
TKNa 0,001 0,630 0,001 0,496
TKMg 0,173 -0,178 0,391 -0,113
Konsumsi Kafein 0,479 -0,093 0,979 0,003
Perilaku Merokok 0,053 0,251 0,063 0,241
Tabel 6 menunjukkan bahwa TKL, TKNa, TKMg, konsumsi kafein
terdapat hubungan bermakna dan perilaku merokok tidak terdapat
asupan natrium dengan tekanan hubungan yang bermakna terhadap
darah sistolik (p=0,001) dan diastolik tekanan darah sistolik maupun
(p=0,001). Sedangkan pada variabel diastolik karena nilai p-value >0,05.

398
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini menunjukkan peningkatan resistensi pada dinding


bahwa sebanyak 46,7% responden pembuluh dan terjadi penyempitan
termasuk dalam kategori yang memicu peningkatan denyut
prehipertensi, sedangkan 48,3% jantung dan volume aliran darah
responden memiliki tekanan darah yang berakibat pada meningkatnya
diastolik dalam kategori tekanan darah. Penurunan konsumsi
prehipertensi. Kejadian hipertensi lemak jenuh yang bersumber dari
tentunya cukup mengkhawatirkan hewan dan peningkatan konsumsi
jika tidak ditangani dengan segera. lemak tidak jenuh secukupnya yang
Efek dari terjadinya hipertensi ini berasal dari minyak sayuran, biji-
yaitu dapat menimbulkan penyakit bijian dan makanan lain yang
jantung maupun stroke. bersumber dari tanaman dapat
Hasil uji statistik diperoleh hasil menurunkan tekanan darah.9
bahwa tidak ada hubungan antara Hasil uji statistik diperoleh
asupan lemak dengan tekanan bahwa ada hubungan antara asupan
darah sistolik dan diastolik. Sumber natrium dengan tekanan darah
lemak yang banyak dikonsumsi oleh sistolik dan diastolik. Sumber
responden berasal dari minyak. natrium yang paling banyak
Makanan lauk pauk yang tersedia dikonsumsi oleh responden berasal
kebanyakan dalam bentuk digoreng. dari garam dapur dan olahan laut
Selain itu sumber lemak lain berasal (ikan, ikan asin dan kerang).
dari santan, daging ayam, telur Masyarakat diwilayah tersebut
ayam, olahan laut (ikan dan kerang). cenderung lebih menyukai makanan
Namun terdapat beberapa asin (gurih) guna menambah nafsu
responden dengan asupan lemak makan.
yang melebihi batas yang Hasil penelitian ini sejalan
dianjurkan, biasanya ditemukan dengan hasil penelitian dari
pada lansia yang sering Widyaningrum (2012) yang
mengkonsumsi produk susu seperti menyatakan bahwa ada hubungan
susu sapi maupun susu kambing. antara konsumsi natrium dengan
Penelitian ini sejalan dengan kejadian hipertensi.10 Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh penelitian ini juga sejalan dengan
Sugianty (2008) pada lansia bahwa hasil penelitian dari Fitriana 2015
tidak ada hubungan yang signifikan bahwa ada hubungan antara tingkat
antara asupan lemak jenuh dengan konsumsi natrium dengan kejadian
tekanan darah sistolik dan diastolik hipertensi pada lansia.11
dengan nilai (p=0,863) dan Konsumsi natrium responden
(p=0,435).7 Penelitian lain oleh termasuk dalam kategori baik
Nurarima (2012) yang dilakukan di (cukup), hal ini menunjukkan bahwa
Desa Kabongan Kidul, Kabupaten hipertensi pada lansia kemungkinan
Rembang juga menunjukkan bahwa tidak disebabkan oleh asupan
tidak ada hubungan konsumsi lemak natrium, karena natrium yang
dengan peningkatan tekanan darah.8 dikonsumsi responden masih dalam
Konsumsi lemak jenuh yang batas aman. Hipertensi pada
berlebih dapat meningkatkan risiko responden kemungkinan disebabkan
aterosklerosis yang dapat oleh perubahan struktur dan fungsi
meningkatkan tekanan darah. Akibat dari pembuluh darah, dimana
penumpukan plak tersebut terjadi semakin bertambah usia maka

399
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

semakin mengalami penurunan endotel, menstimulasi prostaglandin


fungsi. Pembuluh darah akan dan meningkatkan penangkapan
semakin mengeras dan kaku serta glukosa sehingga resistensi insulin
tidak elastis sehingga dapat terkurangi. Magnesium juga
mempengaruhi tekanan darah. berpengaruh terhadap kontraksi otot
Natrium (Na) bersama klorida jantung. Jika konsentrasi
(Cl) dalam garam dapur berfungsi magnesium dalam darah menurun
dalam mempertahankan maka otot jantung tidak dapat
keseimbangan cairan tubuh dan bekerja secara maksimal sehingga
mengatur tekanan darah. Namun, mempengaruhi tekanan darah.14
natrium yang masuk dalam darah Asupan magnesium dapat
secara berlebihan dapat menahan menurunkan tekanan darah karena
air yang akibatnya volume darah dapat menghambat tonus vaskuler
meningkat yang memicu tekanan dan kontraktilitis otot polos arteriol
pada pembuluh darah juga yang mana akan menurunkan kadar
meningkat sehingga kerja jantung natrium dan meningkatkan kadar
dalam memompa darah juga kalium yang menyebabkan
semakin meningkat. Kelebihan terjadinya penurunan tekanan
natrium dalam darah juga dapat darah.15
mengecilkan diameter dari arteri Hasil uji statistik diperoleh
serta dapat mengikis pembuluh bahwa tidak ada hubungan antara
darah tersebut hingga terkelupas.12 konsumsi kafein dengan tekanan
Hasil uji statistik diperoleh darah sistolik dan diastolik.
bahwa tidak ada hubungan antara Penelitian ini sejalan dengan
asupan magnesium dengan tekanan penelitian yang dilakukan oleh
darah sistolik dan diastolik. Rata-rata Yuliana (2015) bahwa tidak ada
tingkat kecukupan magnesium oleh hubungan jumlah konsumsi kopi
responden baru memenuhi 78,38% dengan hipertensi pada lansia
dari kebutuhan magnesium dengan nilai p=0,432.16 Penelitian
perharinya. Hal tersebut Devi (2016) juga menyatakan bahwa
menunjukkan belum terpenuhinya tidak ada hubungan antara asupan
Tingkat Kecukupan Magnesium kafein dengan tekanan darah sistolik
yang dianjurkan. Hal tersebut karena maupun diastolik dengan nilai p=
kebanyakan responden 0,608 dan p=0,162.17
mengkonsumsi makanan yang Konsumsi kopi yang berlebih
berasal dari sumber hewani dapat meningkatkan tekanan darah
daripada sumber nabati. Padahal bagi individu yang sensitif, sehingga
sumber magnesium terbanyak tetap harus dikonsumsi secara hati-
berasal dari sayur-sayuran. hati.18 Kafein tidak hanya ada dalam
Penelitian ini sejalan dengan kopi namun teh juga mengandung
penelitian yang dilakukan oleh kafein. Peningkatan tekanan darah
Imantino (2013) bahwa tidak ada ini terjadi melalui mekanisme biologi
hubungan antara asupan yaitu kafein mengikat reseptor
magnesium terhadap tekanan darah adenosin, mengaktifasi sistem saraf
pada penderita hipertensi (p=0,862 simpatik dengan meningkatkan
untuk sistolik dan p=0,217 untuk konsentrasi cathecolamines dalam
diastolik.13 plasma dan menstimulasi kelenjar
Magnesium berperan penting adrenalin serta meningkatkan
dalam upaya pengontrolan tekanan produksi kortisol. Hal ini berdampak
darah dengan memperkuat jaringan pada vasokonstriksi dan

400
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

meningkatkan total resistensi perifer, lemak, asupan magnesium,


yang akan menyebabkan tekanan konsumsi kafein, serta perilaku
darah naik.19 merokok tidak ada hubungan yang
Hasil uji statistik diperoleh signifikan dengan tekanan darah
bahwa tidak ada hubungan antara sistolik maupun diastolik.
perilaku merokok dengan tekanan Diharapkan responden dapat
darah sistolik dan diastolik. meningkatkan asupan magnesium
Sebagian responden lebih memilih dengan mengkonsumsi lebih banyak
untuk berhenti merokok maupun sayuran hijau dan mengurangi
mengurangi jumlah batang rokok makanan yang mengandung tinggi
yang dihisap setiap harinya, namun natrium, rutin mengontrol tekanan
terkadang beberapa responden darah secara rutin minimal 1 bulan
masih merokok karena dianggap sekali, serta mencoba untuk
sebagai rasa saling menghormati mengurangi atau berhenti merokok
sesama teman ketika berkumpul. bagi responden yang masih aktif
Penelitian ini sejalan dengan merokok.
penelitian yang dilakukan oleh Perlu dibentuknya posyandu
Retnowati 2010 yang menyatakan lansia di daerah terkait. Bagi peneliti
bahwa tidak ada hubungan antara lain, perlu dilakukan penelitian
perokok aktif dengan tekanan darah lanjutan dengan menghubungkan
lansia.20 asupan gizi yang lain yang
Nikotin dalam rokok dapat mempengaruhi tekanan darah
meningkatkan adrenalin yang seperti asam folat, triptopan, vitamin
membuat frekuensi denyut jantung D.
dan kontraksi jantung meningkat
sehingga menimbulkan tekanan DAFTAR PUSTAKA
darah meningkat. Nikotin dan karbon 1. Whelton PK, Carey RM,
monoksida yang dihisap melalui Aronow WS, Ovbiagele B,
rokok yang masuk kedalam aliran Casey DE, Smith SC, et al.
darah dapat merusak lapisan 2017
endotel pembuluh darah arteri, ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/
mengakibatkan proses AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/
aterosklerosis dan tekanan darah PCNA Guideline for the
tinggi. Nikotin yang ada di dalam Prevention, Detection,
rokok dapat mempengaruhi tekanan Evaluation, and Management
darah seseorang, bisa melalui of High Blood Pressure in
pembentukan plak aterosklerosis, Adults. Journal of American
efek langsung nikotin terhadap College of Cardiology. 2017.
pelepasan hormon epinefrin dan 283 p.
norepinefrin ataupun melalui efek 2. CDC. State-Specific Trends in
CO dalam peningkatan sel darah Self-Reported Blood Pressure
merah.21 Ccreening and High Blood
Pressure-United States, 1991-
KESIMPULAN DAN SARAN 1999. 2002;51(21):456.
Berdasarkan hasil penelitian 3. Chobanian A V., Bakris GL,
menunjukkan bahwa terdapat Black HR, Cushman WC,
hubungan yang signifikan antara Green LA, Izzo JL, et al.
asupan natrium dengan tekanan Seventh report of the Joint
darah sistolik maupun diastolik. National Committee on
Sedangkan pada variabel asupan Prevention, Detection,

401
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Evaluation, and Treatment of Status Gizi dengan Kejadian


High Blood Pressure. Hipertensi pada Lansia (Studi
Hypertension. di Posyandu Lansia Wilayah
2003;42(6):1206–52. Kerja Puskesmas Wuluhan
4. Ningsih DLR. Faktor-faktor Kabupaten Jember). Fakultas
yang Berhubungan dengan Kesehatan Masyarakat.
Kejadian Hipertensi pada Universitas Jember. 2015;
Pekerja Sektor Informal di 12. Widharto. Bahaya Hipertensi.
Pasar Beringharjo Kota Jakarta: Sunda Kelapa
Yogyakarta. Naskah Pustaka; 2007.
Publikasi. 2017; 13. Aliffia I. Hubungan Asupan
5. Bonita R, de Courten M, Natrium, Kalium, Dan
Dwyer T, Jamrozik K, Magnesium Terhadap
Winkelmann R. Summary Tekanan Darah Pada
Surveillance of Risk Factors Penderita Hipertensi Rawat
for Noncommunicable Jalan Di Rumah Sakit PKU
Diseases. The WHO Muhammadiyah Surakarta.
STEPwise Approach. World Universitas Muhammadiyah
Health. 2001;1–18. Surakarta. 2013.
6. Dinas Kesehatan. Profil 14. Mahan LK, Escott-Stump S.
Kesehatan Kota Tegal Tahun Krause’s Food And Nutrition
2015. Tegal: Dinas Kesehatan Therapy. St. Louis, Mo:
Kota Tegal; 2016. Elsevier Saunders; 2008.
7. Sugianty, Derris & 15. Truswell a S. ABC of
Hangyonowati. Hubungan Nutrition Fourth Edition.
Asupan Karbohidrat, Protein, London: Gusto Production;
Lemak, Natrium dan Serat 2002.
dengan Tekanan Darah pada 16. Yuliana EEN. Hubungan
Lansia. Univ Diponegoro Konsumsi Kopi Dan
[Internet]. 2008. Hipertensi Pada Lanjut Usia.
8. Nurarima Kartikasari A. Faktor 2015.
Risiko Hipertensi pada 17. Devi AVS. Hubungan Asupan
Masyarakat di Desa Kafein Dengan Tekanan
Kabongan Kidul, Kabupaten Darah Pada Pekerja Bagian
Rembang. Media Med Muda. Produksi Pt Tiga Serangkai
2012;1–26. Surakarta. 2016.
9. Sheps SG. Mayo Clinic 18. Khomsan A. Solusi Makanan
Hipertensi: Mengatasi Sehat. Jakarta: Raja Grafindo
Tekanan Darah Tinggi. Persada; 2006.
Jakarta: Intansari Mediatama; 19. Zhang Z, Hu G, Caballero B,
2005. Appel L, Chen L. Habitual
10. Widyaningrm S. Hubungan Coffee Consumption and Risk
Antara Konsumsi Makanan of Hypertension: a Systematic
dengan Kejadian Hipertensi Review and Meta-Analysis of
pada Lansia (studi di UPT Prospective Observational
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Studies. Am J Clin Nutr. 2011
Jember). 2012;26–7. Jun 1;93(6):1212–9.
11. Fitriana R, Rohmawati N, 20. Retnowati Y. Gambaran
Sulistiyani. Hubungan Antara Hipertensi dan Hubungannya
Konsumsi Makanan dan dengan Pola Makan, Gaya

402
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hidup dan Status Gizi pada


Pralansia dan Lansia di
Posbindu Kelurahan Bantar
Jati Bogor. Universitas
Indonesia; 2010.
21. Sani A. Rokok dan Hipertensi.
Jakarta: Yayasan Jantung
Indonesia; 2005.

403

Вам также может понравиться