Вы находитесь на странице: 1из 12

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 0 No.0, 2019, pp.

XX-XX
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
DOI: 10.7454/jki.v0i0.604

DAMPAK FREKUENSI PERNAPASAN PREDIALISIS TERHADAP KRAM


OTOT INTRADIALISIS DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Cornelia D.Y Nekada*, Mohamad Judha

Faculty of Health Sciences, Universitas Respati Yogyakarta, Yogyakarta 55281, Indonesia

*Email: cornelia.nekada@gmail.com

Abstrak

Proses hemodialisis juga sering menimbulkan dampak kesakitan seperti terjadinya kram otot saat intradialisis. Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi dampak meningkatnya frekuensi pernapasan terhadap kram otot intradialisis.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain analitik cross sectional. Penelitian ini dilakukan di ruang
hemodialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul. Subyek penelitian ini diambil secara accidental sampling.
Keseluruhan subyek penelitian ini adalah 91 responden. Peneliti mengukur frekuensi pernapasan predialisis dan
mengkaji kram otot intradialisis. Penelitian ini menggunakan analisa bivariabel Chi-Square. Hasil analisa Chi-Square
menunjukkan nilai p sebesar 0,020 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi napas predialisis
terhadap kram otot intradialisis. Kram otot yang terjadi selama proses hemodialisis dapat terjadi karena adanya stress
oksidatif selama intradialisis. Observasi frekuensi pernapasan dapat mengantisipasi adanya risiko stres oksidatif yang
mungkin akan terjadi.

Kata Kunci: pernapasan, predialisis, intradialisis, kram

Abstract

Effect of Predialysis Respiration Rate on Intradialysis Muscle Cramps at Regional Hospital Panembahan Senopati
Bantul. Hemodialysis process often causes painful impact such as muscle cramps during intradialysis. The objective of
this research was to identify the increased between respiratory rate and intradialysis muscle cramps. The method of this
research was analytical survey method. This research is descriptif quantitative with cross sectional design. This
research conducted in hemodialysis unit in Panembahan Senopati General Hospital in Bantul. The subjects of the
research taken using accidental sampling. The total research subjects were 91 respondents. The researchers measured
the relationship between predialysis respiratory rate and assesed the intradialysis muscle cramps. The data analyzed
with bivariate chi square. The Chi-Square analysis results showed that the p value is 0,020, meaning that there was a
significant relationship between predialysis respiratory rate and intradialysis muscle cramps. Muscle cramps during
hemodialysis process may occur due to oxidative stress during intradialysis. Observing respiratory rate can anticipate
the risks of oxidative stress that may occur.

Keywords: cramps, intradialysis, predialysis, respiratory

Pendahuluan
Makanan dan minuman junk food atau cepat
Kemajuan ilmu teknologi serta pola aktivitas saji merupakan salah satu pilihan alternatif
individu juga memengaruhi kondisi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Minum-
individu. Gaya hidup yang dituntut serba cepat an suplemenpun menjadi pilihan masyarakat
dan instan pun mulai memengaruhi semua kita untuk menambah stamina selama berakti-
aspek kehidupan. Cara mengonsumsi makanan vitas. Berawal dari perubahan pola kehidupan
pun terkadang tidak sesuai dengan konsep di masyarakat inilah yang akhirnya juga akan
asupan nutrisi sehat. berdampak pada status kesehatan di masyarakat.
2 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 0, No. 0, 2019, pp. XX-XX

Berbagai macam kondisi kesakitan seperti hi- mulai proses hemodialisis (predialisis), selain
pertensi, diabetes mellitus, dan penyakit kronis penimbangan berat badan yang sudah rutin di-
lainnya mulai berkembang pada masyarakat lakukan sebelum pasien menjalani hemodia-
kita. Kondisi kesakitan tersebut berkembang lisis (Angraini & Putri, 2016; Katzberg, et al.,
dengan progresif dan mendukung terjadinya 2015; Hashimoto, et al., 2014). Perawat juga
penyakit terminal. Kondisi penyakit dengan perlu mengetahui bagaimana status pernapasan
kategori end of life care atau penyakit terminal pasien sebelum hemodialisis dimulai, dan apa
mulai banyak terjadi di masyarakat kita, salah hasilnya dapat menjadi penyebab terjadi kram
satunya adalah gagal ginjal kronis (Afsar, otot selama hemodialisa (Angraini & Putri,
Elsurer, 2013; Camporota & Barrett, 2016; 2016; S.A.M., Rustina & Syahreni, 2013).
Sopha & Wardhani, 2016).
Metode
Terapi hemodialisis merupakan terapi yang
cukup efektif bagi pasien dengan gagal ginjal Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
kronis (Setyaningsih, Mustikasari, & Nuraini, metode survey analitik, menggunakan pende-
2016; Sopha & Wardhani, 2016). Terapi he- katan cross sectional. Penelitian ini dilakukan
modialisis dilakukan seminggu 2 kali, dengan untuk mengetahui hubungan frekuensi perna-
lama waktu proses hemodialisis berkisar 4-5 pasan predialisis terhadap kram otot intradia-
jam (Afsar, Elsurer, Kirkpantur, 2013; Ferrario, lisis. Penelitian ini dilakukan di ruang hemo-
et al., 2014). Pasien hemodialisis merupakan dialisis RSUD Panembahan Senopati Bantul.
pasien dengan masalah kesehatan yang sangat Jumlah responden dalam penelitian ini adalah
kompleks, bukan hanya gangguan fisik yang 91 responden. Teknik sampling dalam pene-
terjadi melainkan juga secara sosial ekonomi litian ini adalah accidental sampling, dengan
juga terganggu (Setyaningsih, Mustikasari, & kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi respon-
Nuraini, 2016; Sopha & Wardhani, 2016). Hal den, kooperatif, lama hemodialisis lebih dari 3
ini karena kurang lebih selama 2 kali dalam bulan, dan kriteria eksklusi memiliki riwayat
seminggu mereka harus meninggalkan semua penyakit paru, kategori usia lebih dari sama
aktivitasnya dan berada di rumah sakit untuk dengan 60 tahun.
melakukan proses hemodialisis (Ishii, et al.,
2017; Setyaningsih, Mustikasari, & Nuraini, Pasien yang datang ke ruang hemodialisis dan
2016). memenuhi kriteria pengambilan sampel, dibe-
rikan surat kesediaan sebagai responden dan
Selama proses hemodialis tidak jarang ber- kemudian diukur frekuensi pernapasan dengan
bagai keluhan komplikasi juga terjadi, salah menggunakan respiratory rate timer. Setelah
satunya yaitu kram otot (Afsar, Elsurer, & 1–2 jam proses hemodialisis, pasien kemudian
Kirkpantur, 2013; Ferrario, et al., 2014). Pada dikaji terhadap keluhan kram otot intradialisis.
hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Penelitian ini menganalisis karakteristik res-
peneliti kepada 5 orang responden di RSUD ponden berdasarkan umur dan lama hemodia-
Panembahan Senopati Bantul, keluhan kram lisis, untuk melihat nilai minimal dan maksi-
otot selama proses hemodialisis (intradialisis) mal, serta nilai rata-rata. Penelitian ini meng-
ini digambarkan dengan berbagai macam kon- analisis distribusi frekuensi karakteristik res-
disi yaitu rasa tegang di kaki atau tangan, ponden yaitu jenis kelamin, frekuensi perna-
sensasi rasa pegel dan kaku di sekitar perut pasan predialisis kram otot intradialisis. Ana-
maupun maupun punggung. Kondisi ini tentu- lisis bivariat pada penelitan ini menggunakan
nya dirasakan sebagai sesuatu hal yang sangat Chi-square, yaitu untuk melihat hubungan fre-
mengganggu oleh pasien. Oleh sebab itu, kon- kuensi pernapasan predialisis terhadap kram
disi ini perlu mendapatkan perhatian khusus otot intradialisis. Proses penelitian ini telah
sejak dari awal pasien datang atau akan me- diijinkan secara etik (No: 395.4/FIKES/PL/IV/
Nekada, et al., Dampak Frekuensi Pernapasan Predialisis Terhadap Kram Otot Intradialisis 3

Tabe1 l. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Lama Hemodialisis

Karakteristik Mean Min Max


Umur(tahun) 45,8 22 59
Lama Hemodialisis(bulan) 33,62 3 108

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Respiratory Rate Predialisis, dan Kram
Otot Intradialisis

Karakteristik Jumlah n (%)


Jenis Kelamin
Perempuan 44 (48,4)
Laki-laki 47 (51,6)
Respiratory Rate Predialisis
Tidak Normal 27 (29,7)
Normal 64 (70,3)
Kram Otot Intradialisis
Tidak 60 (65,9)
Ya 31 (34,1)

Tabel 3. Hubungan RR Predialisis Terhadap Kram Otot Intradialisis

Kram Otot Intradialisis


Total
Kondisi Tidak Kram Otot Kram Otot p
n (%)
n (%) n (%)
RR Predialisis Tidak Normal 13 (48,1) 14 (51,9) 27 (100) 0,020
Normal 47 (73,4) 17 (26,6) 64 (100)

2017), karena tidak menimbulkan kondisi yang hubungan antara frekuensi pernapasan predia-
membahayakan kepada responden (pasien he- lisis terhadap kram otot intradialisis dengan
modialisis). ditunjukkan oleh nilai p sebesar 0,020.

Hasil Pembahasan
Tabel 1 menjelaskan bahwa rerata responden Rentang usia kehidupan responden yang ditun-
berusia 45,8 tahun, dengan usia paling muda jukkan pada Tabel 1 merupakan kategori tahap
adalah 22 tahun dan paling tua 59 tahun, rata- usia tumbuh kembang dewasa akhir, dengan
rata lama hemodialisis responden yang ditemui ciri telah memiliki keputusan penuh terhadap
selama pengambilan data adalah 33,62 bulan. kehidupannya. Individu tersebut mempunyai
Tabel 2 menjelaskan bahwa karakteristik res- otonomi penuh untuk gaya hidup yang dija-
ponden dengan jenis kelamin laki-laki lebih lani, kehidupan berkeluarga, cara bekerja, cara
banyak daripada wanita yaitu 47 (51,6%) dari beraktivitas, berolahraga, maupun respon stres
total keseluruhan responden yaitu 91 respon- (Afsar, et.al, 2013; Sopha & Wardhani, 2016).
den, sebesar 70,3 % responden memiliki freku- Pada tahap ini individu sering mengalami ke-
ensi pernapasan predialisis normal dan 65,9 % sakitan. Hal ini dikarenakan oleh pada usia ini
responden tidak mengalami kram otot intra- mereka memiliki kewenangan penuh untuk me-
dialisis. Tabel 3, menjelaskan bahwa terdapat mutuskan makanan dan minuman yang akan
4 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 0, No. 0, 2019, pp. XX-XX

mereka konsumsi maupun cara beraktivitas me- 2014). Data penelitian ini juga menjelaskan
reka. Kebiasaan konsumsi makanan maupun bahwa sampai dengan waktu pengambilan data
minuman yang tidak sehat, seperti makanan terdapat responden yang telah melakukan he-
instan yang tinggi bahan pengawet, minuman modialisis selama 108 bulan atau sekitar 9 ta-
bersoda, dapat berdampak pada gangguan me- hun. Terapi hemodialisis bukanlah obat, hemo-
tabolisme tubuh (Nasution, 2014; Sopha & dialisis bukan menghilangkan suatu penyakit,
Wardhani, 2016). Gangguan yang berkelanjut- namun dengan terapi hemodialisis akan mem-
an sampai tahap usia dewasa akhir ini, tentu perpanjang usia harapan hidup pasien (Ishii, et
akan terakumulasi di dalam tubuh dan dapat al., 2017). Terapi hemodialisis merupakan su-
menimbulkan situasi kesakitan pada rentang atu bentuk terapi yang masuk kategori ranah
usia tertentu (Narayan, et al., 2014; Palamidas, asuhan keperawatan pada pasien akhir (end of
et al., 2014; Rosdiana,Yetty, & Sabri, 2014). life care) dengan pendekatan paliatif care
(Afsar, et al., 2013; Allegretti, et al., 2015).
Hasil penelitian ini menunjukkan usia pasien Apabila pasien hemodialisis tersebut melaku-
yang mengalami gagal ginjal kronis dan men- kan terapi dengan tepat dan melakukan semua
jalani terapi hemodialisis adalah usia kategori anjuran tim kesehatan terkait gaya hidup se-
dewasa akhir. Semakin bertambah umur se- perti, pola makan, pola aktivitas, dan koping
orang individu, tentu akan semakin meningkat terhadap stres, maka harapannya pasien terse-
faktor risikonya terhadap penyakit gagal ginjal but dapat tetap sehat dan produktif seperti bia-
kronis (Ferrario, et al., 2014). Namun hal ini sanya (Debroy, 2016; Ferrario, et al., 2014;
memang sangat didukung oleh gaya hidup in- Ishii, et al., 2017).
dividu tersebut, sepanjang rentang kehidupan
dalam melakukan pengelolaan status kesehatan Pasien hemodialisis juga hendaknya mematuhi
(Afsar, et al., 2013; Setyaningsih, Mustikasari, jadwal pelaksanaan hemodialisis yang harus ia
Nuraini, 2016). Kondisi ini juga didukung dari jalani, minimal adalah seminggu 2 kali, sesuai
data penelitian yang menunjukkan bahwa ter- jadwal yang telah ditetapkan, harapannya ada-
nyata ada responden hemodialisis yang berusia lah supaya beban tubuh akibat sisa metabolis-
paling muda adalah 22 tahun. Hasil wawan- me tidak akan semakin meningkat dan mem-
cara pada responden tersebut juga didapatkan bahayakan fungsi tubuh yang lain (Ferrario, et
data bahwa ia memiliki kebiasaan mengonsum- al., 2014; Nasution, 2014; Sopha & Wardhani,
si minuman penambah stamina dan jamu instan. 2016).

Tabel 1 juga menjelaskan bahwa rata-rata lama Karakteristik responden pada Tabel 2, dijelas-
hemodialisis responden yang ditemui selama kan bahwa pasien dengan jenis kelamin laki-
pengambilan data adalah 33,62 bulan. Hemo- laki lebih banyak daripada wanita yaitu 47
dialisis merupakan terapi yang bermanfaat un- (51,6%) dari total keseluruhan responden yaitu
tuk menggantikan fungsi ginjal (Nasution, 2014; 91 responden. Salah satu pendukung dari hal
Sopha & Wardhani, 2016). Pada kondisi pasien tersebut karena secara anatomi, laki-laki me-
gagal ginjal tahap akhir menunjukkan bahwa miliki saluran perkemihan yang lebih panjang
ginjal sudah kehilangan fungsinya ≥ 60%. Gin- daripada perempuan. Kondisi ini memungkin-
jal tidak mampu lagi melakukan proses filtrasi kan laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk
dengan baik, sehingga terjadilah penumpukan mengalami pengendapan karena batu ginjal
sampah tubuh (Camporota & Barrett, 2016; (Afsar, et al, 2013; Citirak, et al, 2016). Faktor
Palamidas, et al., 2014; Saravu, et al., 2014). pendukung lainnya adalah laki-laki juga me-
Terapi hemodialisis pada pasien gagal ginjal miliki jumlah hormone esterogen yang lebih
kronis ini dilakukan sepanjang rentang usia ke- sedikit bila dibandingkan dengan perempuan,
hidupannya semenjak ia didiagnosa penyakit padahal hormon tersebut berfungsi untuk meng-
tersebut (Ferrario, et al., 2014; Nasution, hambat pembentukan sitokin dan bermanfaat
Nekada, et al., Dampak Frekuensi Pernapasan Predialisis Terhadap Kram Otot Intradialisis 5

menghambat osteoklast sehingga kadar kalsi- tubuh yang lain juga dapat terkena. (Küçükali,
um seimbang (Futterman, 2016; Wang, et al., et al., 2015; Laliberte, 2017; Panza, et al.,
2018). Penyakit batu ginjal inilah yang dapat 2017). Sel otot mendapatkan energi yang me-
menjadi salah satu predisposisi dari gagal gin- reka butuhkan dari oksidasi karbohidrat, le-
jal kronis. Faktor risiko lainnya adalah pem- mak, dan protein, semua proses metabolisme
besaran pada prostat yang selain berdampak ini membutuhkan oksigen (Küçükali, et al.,
pada obstruksi sistem perkemihan juga dapat 2015; Reilly, et al., 2015). Jaringan vital ter-
berdampak pada infeksi (Angraini & Putri, 2016; tentu, seperti jaringan pada otak dan jantung,
Palamidas, et al., 2014; Wisniewski, et al., tidak dapat bertahan lama tanpa suplai oksigen
2017). kontinu (Behringer, et al., 2014; Citirak, et al.,
2016). Sebagian hasil oksidasi tersebut harus
Tabel 2 menjelaskan bahwa pada hasil pene- di buang dari sel-sel untuk mencegah penum-
litian ini sejumlah 70,3% responden memiliki pukan produk sampah asam, proses pembuang-
frekuensi pernapasan predialisis normal. Res- an ini dilakukan oleh ginjal, jika pembuangan
piratory Rate (RR) atau frekuensi pernapasan sisa metabolisme tubuh ini tidak sempurna,
adalah kemampuan paru dalam melakukan maka akan menjadi racun dan menumpuk pada
proses ventilasi yang diukur dalam satu menit tubuh, sehingga menyebabkan kerusakan organ
(Umei, et al., 2016; Watanabe, et al., 2015; yang lain, contohnya adalah hepar (Kitaoka,
Wertheim, et al., 2013). Mekanisme pernapas- 2014; Zaman, 2015; S.A.M, et al., 2013).
an atau ventilasi terdiri dari proses inspirasi dan
ekspirasi. Saat inspirasi, udara mengalir dari Pada pasien hemodialisis karena ginjal tidak
atmosfer (tekanan tinggi) ke alveoli paru (te- dapat berfungsi dengan baik maka terjadilah
kanan rendah) melalui trakea, bronkus, dan penumpukan asam sisa metabolisme, yang da-
bronkiolus, sedangkan saat ekspirasi, udara da- pat mengganggu fungsi otot yaitu asam laktat
lam alveolar (tekanan tinggi) ke luar menuju (Kitaoka, 2014; Zang, et al., 2015). Satu sam-
atmosfer (tekanan rendah) melalui jalan yang pai dengan dua jam pertama proses hemodia-
sama (Angelo daSilva, et al., 2016; Rosdiana, lisis, terjadi pemecahan sel darah dalam jum-
Yetty, & Sabri, 2014; Wunderink, et al., 2014). lah besar sehingga terjadi kondisi stres oksida-
Frekuensi pernapasan orang dewasa normal tif untuk sementara pada setiap sel otot, yang
yang cukup istirahat bernapas 12–20 kali per dapat menyebabkan asam laktat meningkat dan
menit (Priyanto, Irawaty, & Sabri, 2011). terjadilah kram (Mori, et al., 2014).
Perubahan frekuensi pernapasan yang sering
terjadi adalah bradipnea atau pernapasan labat Tabel 3 menjelaskan bahwa terdapat hubung-
(kurang dari 12 per menit) dan takipnea atau an antara frekuensi pernapasan predialisis ter-
pernpasan cepat (lebih dari 20 kali per menit) hadap kram otot intradialisis dengan ditunjuk-
(Watanabe, Ooishi, & Kashino, 2015; Wertheim, kan oleh nilai p sebesar 0,020. Hasil penelitian
et al., 2013). yang disajikan dalam Tabel 3 tersebut juga me-
nunjukkan bahwa pasien hemodialisis yang me-
Kondisi kram otot intradialisis dijelaskan pada miliki nilai frekuensi pernapasan normal ter-
tabel 2 bahwa sejumlah 65,9% responden tidak nyata juga tidak mengalami kram otot (73,4%).
mengalami kram otot intradialisis. Kram otot Kondisi ini memiliki makna bahwa apabila ke-
intradialisis merupakan rasa atau sensasi tidak mampuan bernapas pasien saat predialisis baik,
nyaman pada sekitar otot berupa rasa kaku, maka suplay oksigen ke seluruh sel tubuh, ter-
pegal, tegang, maupun kesemutan (Andrews, masuk sel otot juga menjadi adekuat. Oksigen
2018; Behringer, et al., 2014; Behringer, et al., dipasok ke sel dan karbon dioksida dibuang
2017). Bagian tubuh yang sering mengalami dari sel melalui sirkulasi darah. Sel-sel berhu-
kram otot saat intradialisis adalah daerah teng- bungan dekat dengan kapiler, sehingga me-
kuk dan ekstremitas, namun demikian bagian mungkinkan terjadinya pertukaran atau oksi-
6 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 0, No. 0, 2019, pp. XX-XX

gen dan karbon dioksida lewat dengan mudah resistensi, dibutuhkan upaya pernapasan yang
(Kitaoka, 2014; S.A.M., et al., 2013; Priyanto, lebih besar dari normal untuk mencapai tingkat
Irawaty, & Sabri, 2011). ventilasi yang normal.

Oksigen berdisfusi dari kapiler ke cairan in- Frekuensi pernapasan atau respiratory rate (RR)
terstisial, dan kemudian menuju membran sel, atau kecepatan pernapasan adalah indikator ke-
sehingga terjadilah pernapasan selular oleh mi- mampuan paru dalam melakukan proses venti-
tokondria, sedangkan karbondioksida melaku- lasi yang diukur dalam satu menit. Fungsi paru
kan proses difusi dengan arah yang berlawan- yang mencerminkan mekanisme ventilasi, di-
an (Watanabe, et al., 2015). Kondisi ini ber- sebut dengan istilah volume paru dan kapasitas
langsung secara berkelanjutan, sehingga mam- paru (Bilo, et al., 2012; Priyanto, et al., 2011).
pu memurnikan oksigen dan membuang kar- Oleh karena itu, frekuensi pernapasan pada
bon dioksida dari paru. Pada saat individu me- akhirnya akan memengaruhi jumlah volume pa-
narik napas, maka udara akan mengalir dari ru pada individu. Kondisi pasien hemodialisis
daerah yang tekanannya tinggi (atmosfer) ke terkadang menunjukkan sesak napas dikarena-
daerah dengan tekanan lebih rendah (sistem kan adanya efek samping yang sering terjadi
pernapasan). Selama inspirasi, gerakan diafrag- yaitu anemia, sehingga memengaruhi ikatan
ma dan otot-otot pernapasan lain memperbesar oksigen dan hemoglobin (oksihemoglobin) yang
rongga toraks dan dengan demikian menurun- berdampak pada perubahan pola pernapasan,
kan tekanan di dalam toraks sampai tingkat di sebagai bentuk mekanisme koping pemenuhan
bawah tekanan atmosfir (Küçükali, et al., 2015; kebutuhan oksigen (Angraini & Putri, 2016; S.
Mori, et al., 2014). Karenanya, udara tertarik A.M., et al., 2013; Priyanto, et al., 2011). Oleh
melalui trakea dan bronkus ke dalam alveoli. sebab itu, perawat hemodialisis perlu melaku-
Selama ekspirasi normal, diafragma rileks, dan kan pengkajian terhadap pola pernapasan pa-
paru mengempis sehingga mengakibatkan pe- sien dengan mengamati kedalaman dan freku-
nurunan ukuran rongga toraks. Tekanan alveo- ensi pernapasan. Pada orang dewasa normal,
lar kemudian melebihi tekanan atmosfir, dan frekuensi pernapasan normal adalah 12–20 kali
udara mengalir dari paru ke dalam atmosfir (S. permenit, kedalaman dan irama yang teratur
A.M., et al., 2013; Priyanto, et al., 2011; (Angraini & Putri, 2016; Nekada, Roesli, Sriati,
Watanabe, et al., 2015). 2015; Priyanto, et al., 2011).

Resistesi jalan udara ditentukan terutama oleh Peningkatan dalam frekuensi pernapasan dise-
diameter atau ukuran saluran udara tempat uda- but takipnea, peningkatan kedalaman perna-
ra mengalir (S.A.M., et al., 2013; Priyanto, et al., pasan disebut hiperpnea (S.A.M., et al., 2013;
2011). Oleh karena itu, setiap proses yang me- Priyanto, et al., 2011). Kondisi peningkatan
ngubah diameter atau kelebaran bronkial akan baik pada frekuensi maupun kedalaman rendah
memengaruhi resisten jalan udara dan meng- disebut sebagai hiperventilasi. Hiperventilasi
ubah kecepatan aliran udara sampai gradient yang ditandai oleh peningkatan frekuensi dan
tekanan tertentu selama respirasi. Faktor-faktor kedalaman, yang berkaitan dengan diabetik asi-
umum yang dapat mengubah diameter bronki- dosis berat atau yang bersumber dari ginjal di-
al termasuk kontraksi otot polos bronkial, se- sebut pernapasan kussmaul (Angraini & Putri,
perti pada asma; penebalan mukosa bronkus, 2016; Priyanto, et al., 2011). Rata-rata volume
seperti pada bronkitis kronis; atau obstruksi pernapasan satu menit pada individu dengan
jalan udara akibat lender, tumor atau benda frekuensi pernapasan normal adalah sekitar 6
asing (S.A.M., et al., 2013; Priyanto, et al., liter/menit (Angraini & Putri, 2016; Watanabe,
2011). Oleh sebab itu, kondisi penyakit perna- et al., 2015). Penyakit gagal ginjal kronik se-
pasan tersebut menjadi kriteria eksklusi dalam ring menunjukkan gangguan frekuensi perna-
penelitian ini. Karena dengan meningkatnya pasan yaitu pernapasan kussmaul akibat pe-
Nekada, et al., Dampak Frekuensi Pernapasan Predialisis Terhadap Kram Otot Intradialisis 7

numpukan cairan paru yang gagal dibuang oleh mempertahankan homeostasis (Nekada, Roesli,
ginjal, sehingga mengakibatkan adanya kondi- Sriati, 2015). Perpindahan cairan dari tubuh ke
si asidosis metabolik (Angraini & Putri, 2016; tabung dialisat, dan sebaliknya inilah yang
Priyanto, et al., 2011). Kondisi ini tentunya ha- memicu adanya stress oksidatif, sehingga otot
rus mendapatkan perhatian oleh perawat kare- menjadi kekurangan energi khususnya dalam
na ketidakefektifan frekuensi pernapasan dapat bentuk ATP (adenosit triphospat). Sel otot be-
berdampak pada volume paru dan berdampak kerja melalui system biologis metabolis, yang
juga pada jumlah oksigen yang diterima oleh memberi respon terhadap aktivitas kimia, lis-
sel tubuh. Hasil pengkajian sistem pernapasan trik, maupun mekanik (Behringer, et al., 2014;
yang dapat dilihat pada pasien hemodialisis El-Azizi, et al., 2016). Energi dalam bentuk
adalah perubahan pola nafas yaitu takipnea, ATP yang dibutuhkan untuk aktivitas otot di-
hiperventilasi, dispnea, orthopnea, bahkan ter- bentuk melalui proses metabolisme glukosa
kadang apnea (Bilo, et al., 2012; Priyanto, et pada siklus krebs (S.A.M., et al., 2013; Reilly,
al., 2011). Keadaan ini merupakan temuan khu- et al., 2015). Ketika intradialisis berlangsung,
sus bagi perawat dan menjadi acuan dalam tubuh mengalami ketidakseimbangan suplai
memberikan terapi oksigen. oksigen, sehingga otot mendapatkan energi da-
ri metabolisme anaerobik melalui siklus krebs,
Kram otot intradialisis adalah kondisi yang yang akhirnya menghasilkan tiga molekul ATP
menunjukkan adanya ketegangan pada otot, se- dan produk sampingan yaitu dua molekul asam
hingga menimbulkan keluhan seperti rasa kaku piruvat (S.A.M., et al., 2013; Nekada, Roesli,
atau tegang (Nekada, Roesli, & Sriati, 2015). Sriati, 2015). Asam piruvat ini selanjutnya
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ter- akan di metabolisme bersamaan dengan glu-
dapat hubungan antara frekuensi pernapasan kosa melalui siklus cori yang menghasilkan
predialisis dengan terjadinya komplikasi intra- produk akhir berupa asam laktat. Proses ini
dialisis, yang ditunjukkan dengan nilai p se- terjadi di organ hati. Proses yang berlangsung
besar 0,020. Tabel 3 menjelaskan bahwa, pa- beberapa saat selama intradialisis ini meng-
sien hemodialisis yang memiliki frekuensi per- akibatkan penumpukan asam laktat, sehingga
napasan tidak normal saat predialisis ternyata memengaruhi kontraktilitas pada otot dalam
51,9% mengalami kram otot intradialisis. Fre- dan berdampak pada terjadinya kram otot in-
kuensi pernapasan yang tidak adekuat tentunya tradialisis (Reilly, et al., 2015; Priyanto, et al.,
akan berpengaruh pada jumlah volume total 2011).
udara dalam paru, oleh sebab itu apabila jum-
lah volume paru berkurang, maka jumlah ok- Kram otot terjadi sebagai mekanisme secara fi-
sigen yang diterima oleh sel tubuh pun juga siologis saat sel otot kekurangan oksigen, pada
berkurang. Kondisi ini dapat menyebabkan kondisi ini otot kemudian melakukan metabo-
permasalahan selama proses intradialisis, di- lisme untuk tetap menghasilkan energi dengan
antaranya adalah kram otot. Lokasi kram otot cara memecahkan karbohidrat tanpa menggu-
yang paling sering adalah daerah ekstremitas, nakan oksigen dan menghasilkan asam laktat,
namun tidak menutup kemungkinan daerah proses ini disertai juga dengan adanya kon-
tengkuk, otot sekitar perut dan punggung juga traksi pada otot (Nekada, Roesli, Sriati, 2015;
timbul keluhan tersebut. Kram otot intradia- Mori, et al., 2014). Namun karena proses he-
lisis merupakan suatu keadaan yang diakibat- modialisis yang masih berlangsung, maka otot
kan karena adanya stres oksidatif pada tubuh pun mengalami kontraksi semakin lama dan
(Mori, et al., 2014). Kondisi ini dapat diaki- terkadang mengalami kesulitan untuk relak-
batkan dari perubahan osmolaritas yang terjadi sasi. Kondisi ini pun akan sangat mengganggu
selama proses hemodialisis, khususnya 1–2 jam pasien hemodialisis, sehingga terkadang ber-
awal proses tersebut berlangsung (Ferrario, et dampak pada dihentikannya proses hemodia-
al, 2014). Pada 1–2 jam awal tubuh mencoba lisis (Angraini & Putri, 2016; Nekada, et al.,
8 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 0, No. 0, 2019, pp. XX-XX

2015). Tabel 3 menjelaskan bahwa pada res- siko munculnya keluhan kram otot selama pro-
ponden yang memang sudah dari awal (pre- ses hemodialisis berlangsung (El-Azizi, et al.,
dialisis) menunjukkan bahwa frekuensi per- 2016; Watanabe, et al., 2015).
napasannya tidak normal, sebanyak 51,9% res-
ponden mengalami kram otot, sedangkan pada Selain akibat stres oksidatif selama proses he-
responden yang memiliki frekuensi pernapasan modialisis, kram otot yang terjadi pada intra-
predialisis yang normal sebanyak 73,4% tidak dialisis juga diakibatkan karena pasien hemo-
mengalami kram otot. Hal ini membuktikan dialisis mengalami kelemahan secara umum
bahwa pasien hemodialisis yang menunjukkan pada otot (Angraini & Putri, 2016; Nekada,
kesiapan pernapasan dari awal sudah baik, Roesli, Sriati, 2015). Perkembangan predispo-
pasien tersebut akan lebih adaptif terhadap sisi dari gagal ginjal kronis serta proses he-
proses hemodialisis, sehingga kecil kemung- modialisis yang berkelanjutan berdampak juga
kinan timbul keluhan intradialisis yaitu kram pada stres oksidatif yang berkelanjutan di otot,
otot. Proses hemodialisis memang untuk se- sehingga terjadi miopati otot, neuropati otot,
mentara waktu akan berdampak pada ketidak- atrofi otot (Mori, et al, 2014). Kondisi stress
seimbangan cairan tubuh, selama proses ter- oksidatif ini berakhir dengan gangguan res-
sebut berlangsung pembuluh darah akan meng- pirasi tingkat seluler, mitochondria DNA LL-
alami hipovolemia (Angraini & Putri, 2016; 37 merespon kondisi tersebut untuk mencegah
Nekada, Roesli, Sriati, 2015). Hal ini menye- infeksi seluler terjadi, namun karena pada pa-
babkan ototpun akan kekurang suplai oksigen sien hemodialisis kondisi ini berlangsung terus
sehingga terjadilah proses metabolisme an- menerus, maka proses respirasi anaerob pun
aerob di otot dengan hasil sampingan akhir akhirnya terjadi (Zhang, et al, 2015).
adalah asam laktat. Asam laktat ini untuk se-
mentara waktu digunakan oleh otot sebagai Responden penelitian yang mengalami kram
sumber energi, khususnya saat proses hemo- otot menjelaskan bahwa keluhan kram tersebut
dialisis berlangsung. Namun sesungguhnya masih sedikit ada sampai dengan proses hemo-
penumpukan asam laktat pada otot juga ber- dialisis selesai, sehingga mereka merasakan
dampak hal yang negative yaitu terhambatnya kesulitan berjalan. Peran perawat sangat pen-
proses sirkulasi kalium dan kalsium, sehingga ting untuk mencegah terjadinya kram otot ya-
mengganggu proses depolarisasi dan repolari- itu dengan meminimalkan terjadi risiko stres
sasi pada otot dan mengakibatkan otot lama oksidatif selama proses hemodialisis. Kondisi
berkontraksi serta kesulitan untuk relaksasi stress oksidatif tersebut terjadi selama proses
(Angraini & Putri, 2016; Citirak, et al., 2016). hemodialisis, sehingga mengganggu juga pro-
Frekuensi pernapasan predialisis yang adekuat ses metabolisme tubuh, pada pasien hemodia-
merupakan gambaran status oksigenasi yang lisis yang harus menjalani terapi berkelanjutan
baik sebelum pasien memulai proses hemodia- metabolisme asam lemak juga terganggu. Hal
lisis. Status oksigenasi yang baik sebelum he- ini diakibatkan mediator transportasi asam le-
modialisis tersebut menjadi modal awal bagi mak yaitu L-carnittine mengalami gangguan
pasien dalam menghadapi situasi stres oksida- saat melewati mitokondria, keadaan selanjut-
tif yang akan dialami selama proses hemodi- nya yang terjadi pada pasien adalah kelemahan
alisis (intradialisis). Saat oksigenasi predialisis dan mudah letih (Zhang, 2015; Zaman, 2015).
adekuat, maka cadangan oksigenasi yang dapat
digunakan untuk energy seluler pun masih Perawat perlu melakukan pengkajian secara
adekuat, sehingga otot masih dapat energi me- komprehensif khususnya sebelum pasien me-
lalui metabolisme aerob, dengan demikian pro- mulai hemodialisis. Pada fase predialisis ini
duksi asam laktat sebagai hasil akhir dari me- perawat harus mengkaji adaptasi frekuensi per-
tabolisme anaerob akan lebih sedikit terbentuk. napasan pasien, yang bertujuan untuk menge-
Kondisi ini tentunya juga akan mengurangi ri- tahui kondisi oksigenasi sebelum proses hemo-
Nekada, et al., Dampak Frekuensi Pernapasan Predialisis Terhadap Kram Otot Intradialisis 9

dialisis dimulai. Apabila perawat menemukan untuk melakukan pengkajian secara kompre-
pasien yang mengalami ketidaknormalan fre- hensif. Perawat sebaiknya memperhatikan fre-
kuensi pernapasan, maka perawat dapat me- kuensi pernapasan pasien pada fase predia-
mutuskan tindakan yang tepat, sebagai contoh lisis, sehingga meminimalkan kejadian kram
memberikan terapi oksigen selama proses he- otot (YS, AW, TN).
modialisis berlangsung. Pemberian terapi oksi-
gen ini bertujuan agar stress oksidatif intra-
dialisis tersebut dapat diminimalkan, sehingga Referensi
sel otot masih dapat melakukan proses meta-
bolisme secara aerob, selain itu jika diperlukan Afsar, B., Elsurer, R., & Kirkpantur, A. (2013).
perawat dapat melakukan kolaborasi dengan Body shape index and mortality in hemo-
medis untuk pemberian kalsium (Laliberte, dialysis patients. Nutrition, 29 (10), 1214–
2017; Mori, et al., 2014; Reilly, 2015). Jika 1218. doi: 10.1016/j.nut.2013.03.012.
masih terjadi kram otot selama proses hemo-
Allegretti, A.S., Flythe, J.E., Benda, V., Robinson,
dialis, perawat dapat mengajarkan relaksasi E.S., & Charytan, D. M. (2015). The effect
napas dalam maupun memberikan kompres air of bicarbonate administration via continu-
hangat pada daerah yang mengalami kram ous venovenous hemofiltration on acid-base
(Andrews, et al., 2018; Behringer, et al., 2014; parameters in ventilated patients. BioMed
Behringer, et al., 2017; Debroy, 2017). Relak- Research International, 2015. doi: 10.1155/
sasi napas dalam bertujuan untuk memperbai- 2015/901590.
ki pernapasan seluler, sedangkan kompres air
hangat membantu vasodilatasi pembuluh darah Andrews, L. (2018). Dehydration: How to avoid
dan sehingga oksigenasi sel juga menjadi ade- painful muscle cramps in the hot summer
kuat (Andrews, 2018; Nekada, et al., 2015; weather. Express (Online). Retrieved from
Priyanto, et al., 2011) https://search.proquest.com/docview/203487
6856?accountid=25704.

Kesimpulan Angelo daSilva, L.D., Almeida, M.M.M.F.,


Quaresma, M.O., Castro, T., Santos, M.A.,
Pasien hemodialisis yang menjadi responden & Chiavegato, L.D. (2016). Success or
sebagian besar memiliki jenis kelamin laki-laki failure predictive indexes of extubation in
dengan rerata telah menjalani terapi selama 33, renal transplants patients under mechanical
62 bulan dengan rerata berusia 45,8 tahun. Peng- ventilation - Pilot study. Manual Therapy,
kajian predialisis dengan mengidentifikasi kon- Posturology & Rehabilitation Journal:
disi respiratory rate (RR) menunjukkan bahwa Revista Manual Therapy, 14. doi: 10.
nilai RR responden rata-rata dalam rentang nor- 17784/mtprehabjournal.2016.14.337.
mal, sedangkan pengkajian intradialisis dengan
Angraini, F., & Putri, A.F. (2016). Pemantauan
mengidentifikasi kondisi kram otot menunjuk- The effect of bicarbonate administration via
kan bahwa sebagian respoden tidak mengalami continu-ous venovenous hemofiltration on
kram otot. Pengkajian predialisis respiratory acid-base parameters in ventilated patients.
rate (RR) memiliki peran terhadap timbulnya Jurnal Keperawatan Indonesia, 19 (3), 152–
kram otot intradialisis. Penelitian ini menunjuk- 160. doi: 10.7454/jki.v19i3.475.
kan bukti bahwa pemeriksaan frekuensi per-
napasan predialisis menjadi suatu langkah pen- Behringer, M., Moser, M., McCourt, M., Montag,
ting untuk mengantisipasi kejadian kram otot J., & Mester, J. (2014). A promising
intradialisis. approach to effectively reduce cramp
susceptibility in human muscles: A
randomized, controlled clinical trial. PLoS
Tenaga kesehatan baik medis maupun perawat
One, 9 (4). doi: 10.1371/ journal.pone.009
berperan penting pada setiap fase hemodialisis 4910.
10 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 0, No. 0, 2019, pp. XX-XX

Neuroscience, 15, 103. doi: 10.1186/1471-


Behringer, M., Nowak, S., Leyendecker, J., & 2202-15-103
Mester, J. (2017). Effects of TRPV1 and
TRPA1 activators on the cramp threshold Ishii, T., Taguri, M., Tamura, K., & Oyama, K.
frequency: A randomized, double-blind (2017). Evaluation of the effectiveness of
placebo-controlled trial. European Journal xanthine oxidoreductase inhibitors on
of Applied Physiology, 117 (8), 1641–1647. haemodialysis patients using a marginal
doi: 10.1007/s00421-017-3653-6. structural model. Scientific Reports (Nature
Publisher Group), 7, 1–12. doi: 10.1038/s
Camporota, L., & Barrett, N. (2016). Current 41598-017-13970-4.
applications for the use of extracorporeal
carbon dioxide removal in critically ill Katzberg, H.D., Breiner, A., & Hogan, D.B.
patients. BioMed Research International, (2015). Quinine and leg cramps/the author
2016. doi: 10.1155/2016/ 9781695 responds. Canadian Medical Association
Journal, 187 (10), 757. doi: https://doi.
Citirak, G., Cejvanovic, S., Andersen, H., & org/10.1503/cmaj.1150039. Retrieved from
Vissing, J. (2016). Effect of gender, disease https://search.proquest.com/docview/169702
duration and treatment on muscle strength in 5616?accountid=25704.
myasthenia gravis. PLoS One, 11 (10). doi:
10.1371/journal.pone. 0164092. Kitaoka, Y. (2014). McArdle disease and exercise
physiology. Biology, 3 (1), 157–166. doi: 10.
Debroy, L. (2017). What muscle cramps can mean 3390/biology3010157.
health and lifestyle. Mumbai Mirror.
Retrieved from https://search.proquest.com/ Küçükali, C.I., Kürtüncü, M., Akçay, H.I., Tüzün,
docview/1942324990?accountid=25704. E., & öge, A.E. (2015). Peripheral nerve
hyperexcitability syndromes. Reviews in the
El-Azizi, N., Farouk, H. M., Abdel-Rahman, M., & Neurosciences, 26 (2), 239–251. doi: 10.
Shalaby, S. A. (2016). AB0911 sarcopenia 1515/revneuro-2014-0066.
assessment in chronic kidney disease
patients. Annals of the Rheumatic Diseases, Laliberte, R. (2017). Muscle Cramps. Prevention,
75, 1213. doi: 10.1136/ annrheumdis-2016- 69, 18–21. Retrieved from https://search.
eular.2293 proquest.com/docview/1906857929?account
id=25704.
Ferrario, M., Moissl, U., Garzotto, F., Cruz, D.N.,
Clementi, A., Brendolan, A., Tetta, C., Gatti, S.A.M., R., Rustina, Y., & Syahreni, E. (2013).
E., Signorini, M.G., Cerutti, S., & Ronco, C. Memperbaiki saturasi oksigen, frekuensi
(2014). Effects of fluid overload on heart denyut jantung, dan pernafasan neonatus
rate variability in chronic kidney disease yang menggunakan ventilasi mekanik
patients on hemodialysis. BMC Nephrol, 15 dengan terapi musik. Jurnal Keperawatan
(26). doi: 10.1186/1471-2369-15-26. Indonesia, 16 (3), 154–160. doi: 10.7454/
jki.v16i3.324.
Futterman, M. (2016). A spicy new way to prevent
muscle cramps - A nobel winner invents a Mori, L., Marinelli, L., Pelosin, E., Currà, A.,
spicy drink and a new view of the cause of Molfetta, L., Abbruzzese, G., et al. (2014).
cramps. Wall Street Journal. Retrieved from Shock waves in the treatment of muscle
https://search.proquest.com/docview/180299 hypertonia and dystonia. BioMed Research
3978?accountid=25704. International. doi: 10.1155/2014/637450.

Hashimoto, Y., Ota, T., Mukaino, M., Liu, M., & Narayan, R., Rizzo, M., & Cole, M. (2014).
Ushiba, J. (2014). Functional recovery from Successful treatment of severe carbama-
chronic writer's cramp by brain-computer zepine toxicity with 5 % albumin-enhanced
interface rehabilitation: A case report. BMC continuous venovenous hemodialysis. Journal
Nekada, et al., Dampak Frekuensi Pernapasan Predialisis Terhadap Kram Otot Intradialisis 11

of Artificial Organs, 17 (2), 206–209. doi:


10.1007/s10047-014-0754-4 Saravu, K., Rishikesh, K., & Parikh, C.R. (2014).
Risk factors and outcomes stratified by
Nasution, S.T. (2014). Faktor-faktor yang ber- severity of acute kidney injury in malaria.
hubungan dengan manajemen diri pada PLoS One, 9 (3). doi:
pasien yang menjalani hemodialisis di ruang 10.1371/journal.pone.0090419.
hemodialisis RSUP Dr Hasan Sadikin
Bandung. Bandung: Universitas Padjadjaran. Setyaningsih, T., Mustikasari, M., & Nuraini, T.
(2016). Peningkatkan harga diri pada klien
Nekada, C.D., Roesli, R.M., & Sriati, A. gagal ginjal kronik melalui cognitive
(2015). Pengaruh gabungan relaksasi napas behavior therapy (CBT). Jurnal
dalam dan otot progresif terhadap kompli- Keperawatan Indonesia, 14 (3), 165–170.
kasi intradialisis di Unit Hemodialisis RSUP doi: 10.7454/jki.v14i3.63.
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Bandung:
Universitas Padjadjaran. Sopha, R.F., & Wardhani, I.Y. (2016). Stres dan
tingkat kecemasan saat ditetapkan perlu
Palamidas, A.F., Sofia-Antiopi Gennimata, hemodialisis berhubungan dengan
Karakontaki, F., Kaltsakas, G., Papantoniou, karakteristik pasien. Jurnal Keperawatan
I., Koutsoukou, A., et al. (2014). Impact of Indonesia, 19 (1), 55–61.
hemodialysis on dyspnea and lung function https://doi.org/10.7454/jki.v19i1.431
in end stage kidney disease patients.
BioMed Research International, 2014. doi: Umei, N., Atagi, K., Okuno, H., Usuke, S., Otsuka,
10.1155/2014/212751. Y., Ujiro, A., et al. (2016). Impact of
mobilisation therapy on the haemodynamic
Panza, G., Stadler, J., Murray, D., Lerma, N., and respiratory status of elderly intubated
Barrett, T., Pettit-Mee, R., et al. (2017). patients in an intensive care unit: A
Acute passive static stretching and cramp retrospective analysis. Intensive & Critical
threshold frequency. Journal of Athletic Care Nursing, 35, 16–21. doi:
Training, 52 (10), 918–924. doi: 10.1016/j.iccn.2016.02.001
10.4085/1062-6050-52.7.03.
Wang, B., Gong, Y., Ying, B., & Cheng, B.
Priyanto, P., Irawaty, D., & Sabri, L. (2011). (2018). Association of initial serum total
Peningkatan fungsi ventilasi oksigenasi paru calcium concentration with mortality in
pada klien pasca ventilasi mekanik dengan critical illness. BioMed Research
deep breathing exercise. Jurnal Keperawat- International, 8. doi:
an Indonesia, 14 (1), 23–30. doi: 10.7454/ 10.1155/2018/7648506.
jki.v14i1.53.
Watanabe, K., Ooishi, Y., & Kashino, M. (2015).
Reilly, B.D., Cramp, R.L., & Franklin, C.E. Sympathetic tone induced by high acoustic
(2015). Activity, abundance and expression tempo requires fast respiration. PLoS One,
of Ca2+-activated proteases in skeletal 10 (8). doi: 10.1371/journal.pone.0135589.
muscle of the aestivating frog, cyclorana
alboguttata. Journal of Comparative Wertheim, D., Olden, C., Symes, L., Rabe, H., &
Physiology B, Biochemical, Systemic, and Seddon, P. (2013). Monitoring respiration in
Environmental Physiology, 185 (2), 243– wheezy preschool children by pulse oxi-
255. doi: 10.1007/s00360-014-0880-6. metry plethysmogram analysis. Medical and
Biological Engineering and Computing, 51
Rosdiana, I., Yetty, K., & Sabri, L. (2014). (9), 965–970. doi: 10.1007/s11517-013-
Kecemasan dan lamanya waktu menjalani 1068-z.
hemodialisis berhubungan dengan kejadian
insomnia pada pasien gagal ginjal kronik. Wisniewski, N., Bondar, G., Rau, C., Chittoor, J.,
Jurnal Keperawatan Indonesia, 17 (2), 39– Chang, E., Esmaeili, A., et al. (2017).
47. doi: 10.7454/jki.v17i2.440. Integrative model of leukocyte genomics
12 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 0, No. 0, 2019, pp. XX-XX

and organ dysfunction in heart failure Watch Gastroenterology. doi: 10.1056/nejm-


patients requiring mechanical circulatory jw.NA38768.
support: a prospective observational study.
BMC Medical Genomics, 10. doi: 10.1186/ Zhang, Z., Meng, P., Han, Y., Shen, C., Li, B.,
s12920-017-0288-8. Hakim, M.A., et al. (2015). Mitochondrial
DNA-LL-37 complex promotes atheroscle-
Wunderink, R.G., & Waterer, G.W. (2014). rosis by escaping from autophagic recog-
Community-Acquired Pneumonia. The New nition. Immunity, 43 (6), 1137–1147. doi:
England Journal of Medicine, 370 (6), 543– 10.1016/j.immuni.2015.10.018.
551. doi: 10.1056/NEJMcp1214869.

Zaman, A. (2015). L-carnitine for muscle cramps


in patients with cirrhosis. NEJM Journal

Вам также может понравиться