Вы находитесь на странице: 1из 10

STRATEGY DEVELOPMENT AND IMPLEMENTATION OF GOOD CORPORATE

GOVERNANCE (GCG) ON BUMN AND BUMD IN INDONESIA

Iwan Nuryan
Doctoral Student of Business Administration Faculty of Social
and Political Science University of Padjadjaran
Email : iwannuryan@gmail.com

ABSTRACT
Good Corporate Governance (GCG) is a important measure in the corporation an business
practice. Some fact that showed lowed rank in the implementation of GCG in Indonesia, had been one
of important factors that caused economic crisis and slow face of economic growth in Indonesia, This
is had been a trigger to all stakeholders to continue encourage implementation of GCG in Indonesia.
There are four important principal in GCG that now continue to encourage, fairness, transparency,
accountability, and responsibility.
At the level of practice, the application of GCG in Indonesia, especially in BUMN and BUMD is
still very low. Some of the obstacles that hinder the implementation of GCG in Indonesia, especially in
BUMN and BUMD are the internal constraints, external constraints, and constraints of ownership. To
overcome the obstacles it needs to be stressed to continue to raise awareness of all stakeholders about
the important of GCG implementation, strengthening the legal basis of GCG implementation,
strengthening government system reform until clean government that free from corruption had been
establish, and do some reform throughout the business corporation that runs in Indonesia.

Keywords : strategy, GCG, BUMN, BUMD

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN GOOD CORPORATE


GOVERNANCE (GCG) BAGI BUMN DAN BUMD DI INDONESIA

ABSTRAK
Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah instrumen penting dalam praktek bisnis
dan perusahaan. Fakta menunjukkan bahwa rendahnya penerapan GCG di Indonesia telah menjadi
salah satu faktor penting terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta lambatnya pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Hal ini telah menjadi pendorong berbagai pihak untuk terus mendorong penerapan GCG
di Indonesia. Empat prinsip penting dalam GCG yang saat ini terus didorong untuk diterapkan adalah
kewajaran, transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas. Pada tataran praktek, penerapan GCG di
Indonesia, khususnya pada BUMN dan BUMD masih sangat rendah. Beberapa kendala yang
menghambat penerapan GCG di Indonesia, khususnya pada BUMN dan BUMD adalah kendala
internal, kendala eksternal, dan kendala kepemilikan. Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut maka
perlu ditekankan untuk terus meningkatkan kesadaran berbagai pihak akan pentingnya penerapan
GCG, memperkuat dasar hukum penerapan GCG, mereformasi sistem pemerintahan hingga
terciptanya praktek clean government yang bebas KKN serta reformasi di seluruh korporasi bisnis
yang berjalan di Indonesia.

Kata kunci : strategy, GCG, BUMN, BUMD

Jurnal AdBispreneur
Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus
145 Vol. 1, No. 2, Agustus 2016
2016 Hal. 145-152 Hal. 145-152
145
PENDAHULUAN Perkembangan isu Corporate Governance
yang tadinya hanya bersifat marginal, kini
Krisis moneter yang melanda hampir ke menjadi isu sentral, oleh sebab itu, dibutuhkan
seluruh negara, terutama di negara-negara pemahaman yang memadai tentang Corporate
berkembang seperti di kawasan Asia, termasuk Governance.
Indonesia, terjadi sejak dua dasa warsa terakhir Pengertian Corporate dan Corporate
ini. Governance, antara lain: IICG (The Indonesian
Pada sektor penyelenggaraan negara dan Institute of Corporate Governance) dalam
pemerintahan, terjadi situasi yang tidak kondusif, Purwoko, (2012:4) mendefenisikan Corporate
sehingga tidak tercapainya checks and balances Governance sebagai berikut: merupakan proses
antara eksekutif, legislatif dan yudikatif. dari struktur yang diterapkan dalam menjalankan
Sehingga tidak berjalan kontrol sosial dan perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan
institusi pengawasan lainnya dan marak praktek nilai pemegang saham dalam jangka panjang
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). dengan tetap memperhatikan kepentingan
Pada sektor pelaku ekonomi, para pelaku stakeholders yang lain.
ekonomi swasta pada umumnya menunjukkan Menurut Tunggal (2013:149) Corporate
kesalahan manajemen, sehingga tidak memiliki Governance adalah sistem dan struktur untuk
keunggulan atau daya saing yang kuat di pasar mengelola perusahaan dengan tujuan
internasional, bahkan kondisi mental perusahaan meningkatkan nilai pemegang saham
masuk dalam kualifikasi tidak sehat. (shareholders) seperti kreditor, supplier, asosiasi
Salah satu permasalahan utama yang menjadi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah dan
pemicu krisis keuangan ini adalah rendahnya masyarakat luas. Menurut Organization for
kinerja dan daya saing dari perusahaan milik Economic Coorporation and Development
negara dan perusahaan milik swasta, sebagai (OECD) Tangkilisan (2003:11) Corporate
akibat dari tidak efektifnya penyelenggaraan Governance adalah sekumpulan hubungan antara
egara/pemerintahan dan pembangunan secara pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan
nasional. perusahaan. Menurut Purwoko (2012:4),
Berpijak dari kondisi ini, maka salah satu pengertian tentang Corporate Governance dapat
strategi dalam mencari solusi yang sampai saat ini dimasukkan dalam dua kategori. Kategori
sedang aktual, yaitu memberdayakan korporasi, pertama, lebih condong pada serangkaiaan pola
baik perusahaan milik pemerintah maupun perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja,
swasta, melalui implementasi Good Corporate pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan
Governance secara nyata. Efektivitas suatu sistem terhadap para pemegang saham, dan stakeholders.
Corporate Governance tergantung pada kerangka Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka
legal, struktur kepemilikan dan sifat pasar. secara normatif, yaitu segala ketentuan hukum
baik yang berasal dari sistem hukum, sistem
TINJAUAN PUSTAKA peradilan, pasar keuangan dan sebagainya yang
mempengaruhi perilaku perusahaan Good
Korporasi moderen berkembang menjadi Corporate Governance merupakan suatu aturan
kelompok korporasi (konglomerasi) dengan skala mengenai pengelolaan perusahaan yang perlu
dan kompleksitas tinggi. Sebuah entitas korporasi diterapkan pada setiap perusahaan terutama
dapat memiliki saham perusahaan. perusahaan publik (BUMN). Menurut Forum for
Kecenderungan masa kini di banyak negara, Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
termasuk Indonesia, adalah privatisasi (penjualan pengertian Corporate Governance adalah:
saham BUMN menjadi korporasi swasta yang “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
menguntungkan). antara pemegang saham, pengurus, pihak

Jurnal AdBispreneur
Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus
146 Vol. 1, No. 2, Agustus 2016
2016 Hal. 145-152 Hal. 145-152
146
kreditur,pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan interen dan eksteren

Jurnal AdBispreneur
Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus
147 Vol. 1, No. 2, Agustus 2016
2016 Hal. 145-152 Hal. 145-152
147
lainnya sehubungan dengan hak-hak dan 3. Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu
kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu serta transparansi
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan 4. Tanggung jawab dewan komisaris maupun
perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah direksi terhadap perusahaan
untuk menciptakan pertambahan nilai bagi semua 5. Perlakuan yang setara, transparansi,
pihak pemegang kepentingan”. akuntanbilitas, dan reponsibilitas
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, Pemerintah memainkan peranan sentral
bisa disebutkan bahwa Governance adalah dalam membentuk kerangka kerja legal,
sistem, proses dan seperangkat peraturan yang institusional dan pembuatan kebijakan di mana
dimaksudkan untuk mengatur hubungan dan dalam kerangka kerja ini Governance System
mencegah terjadinya kesalahan signifikansi dikembangkan.
dalam strategi korporasi dan untuk memastikan Corporate Governance membutuhkan
kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki. perubahan pikiran atau paradigma yang secara
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance mendasar mengubah budaya korporasi (nilai,
(Sedarmayanti,2012) menyebutkan bahwa OECD norma, mental, dan perilaku korporasi). Maka
telah mengembangkan prinsip GCG dan dapat Corporate Policy untuk berbagai aspek dalam
diterapkan secara luwes sesuai dengan keadaan, korporasi, mulai dari manajemen risiko,
budaya dan tradisi masing-masing negara yang manajemen isu lingkungan, kebijakan investasi
meliputi: dan pendanaan, kebijakan dan pengembangan
1. Fairness (Kewajaran) sumber daya manusia. Perusahaan di Indonesia
Perlakuan yang sama terhadap pemegang berada dalam lingkaran kompetisi global yang
saham minoritas dan pemegang saham asing, selalu harus menjadi lebih kompetitif terhadap
dengan keterbukaan informasi yang penting pesaing. Bila pesaing global menjadi lebih efisien
serta melarang pembagian untuk pihak dan efektif dalam proses bisnisnya melalui
sendiri dan perdagangan saham oleh orang penerapan IT tepat guna, maka perusahaan di
dalam. Indonesia harus dapat segera mengimbanginya
2. Disclosure dan Transparency (Transparansi) .
Hak pemegang saham dalam pengambilan METODE PENELITIAN
keputusan mengenai perubahan mendasar
atas perusahaan. Penelitian dalam kajian ini menggunakan
3. Accountability (Akuntabilitas) metode penelitian deskriptif, yaitu sebuah
Pengawasan efektif berdasarkan penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau
keseimbangan kekuasaan antar manajer, menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang
pemegang saham, dewan komisaris, dan terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur
auditor merupakan bentuk pertanggung ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual
jawaban manajemen kepada perusahaan dan (Sugiyono, 2011). Dengan demikian penelitian ini
pemegang saham. berusaha untuk menggambarkan fenomena
4. Responsibility (Responsibilitas) penerapan GCG pada BUMN dan BUMD di
Kerja sama yang aktif antara perusahaan dan Indonesia secara ilmiah, untuk kemudian didapat
pemegang kepentingan dalam menciptakan berbagai permasalahan aktual yang menghambat
kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan penerapan GCG di Indonesia.
yang sehat dari aspek keuangan. Data-data yang berkaitan dengan penelitian
Sementara itu prinsip GCG menurut OECD ini diperoleh dengan analisis terhadap dokumen-
mencakup lima bidang utama, yaitu: dokumen yang ada seperti buku-buku ilmiah,
1. Hak pemegang saham dan perlindungannya dokumen kebijakan organisasi, dan peraturan
2. Peran karyawan dan pihak yang perundang-undangan.
berkepentingan

Jurnal AdBispreneur
Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus
148 Vol. 1, No. 2, Agustus 2016
2016 Hal. 145-152 Hal. 145-152
148
Data yang digunakan dalam penelitian ini Faktanya, penerapan GCG pada BUMN
adalah data sekunder. Data sekunder diambil dari masih rendah. Sejauh ini GCG di BUMN belum
penelitian dokumen/produk kebijakan pemerintah menjadi budaya perusahaan. Implementasi GCG
maupun BUMN/BUMD serta dokumen-dokumen pada hakikatnya adalah menjadi budaya
berita. Analisis yang digunakan adalah perusahaan. Apabila implementasi GCG pada
pendekatan kualitatif secara mendalam. BUMN sangat rendah maka menunjukkan bahwa
GCG belum menjadi budaya perusahaan, tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN membudaya membuka peluang terjadinya
kecurangan.
Corporate Governance di Indonesia Penerapan GCG pada BUMD pun secara
Corporate Governance juga telah menjadi normatif dan hukum sudah menjadi kewajiban.
salah satu isu penting bagi pelaku usaha di Pada tahun 2014, telah terbit Undang-Undang
Indonesia. Isu corporate governance Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
dilatarbelakangi oleh permasalahan yang terkait Daerah. Dalam UU tersebut BUMD disebutkan
dengan kecenderungan di industri pasar modal, sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian
korporasi, pasar, audit dan tuntutan akan besar modalnya dimiliki oleh daerah. Bentuk dari
transparansi dan independensi, dan krisis BUMD menurut UU tersebut dapat berupa
finansial di Asia. Perusahaan Umum Daerah (seluruh modalnya
Penerapan GCG dapat meningkatkan nilai dimiliki oleh satu daerah) dan Perusahaan
perusahaan. Corporate Governance yang buruk Perseroan Daerah (berbentuk PT dengan saham
menurunkan tingkat kepercayaan investor, seluruhnya atau paling sedikit 51% dimiliki oleh
lemahnya praktik Good Governance merupakan satu daerah). Dalam Pasal 343 UU No. 23 Tahun
faktor yang memperpanjang krisis ekonomi di 2014 diatur secara umum tentang penerapan GCG
suatu negara. secara umum pada BUMD.
Kementerian BUMN maupun Badan BUMD yang berbentuk perusahaan umum
Pengawas Pasar Modal, dan Bursa Efek Jakarta, daerah, pengelolaannya harus tunduk pada
telah mewajibkan BUMN dan Emiten untuk Peraturan Daerah tempat BUMD tersebut berada.
menerapkan kebijakan GCG yang bertujuan Pengawasan dan pembinaan dari BUMD bentuk
menciptakan kepastian hukum yang bermuara ini dilakukan oleh Kepala Daerah selaku wakil
kepada perlindungan investor dan masyarakat. daerah sebagai pemilik modal, direksi, dan dewan
Penerapan GCG tidak dapat dilakukan secara pengawas. Kepala Daerah bisa melakukan
parsial, dibutuhkan pendekatan secara holistik intervensi terhadap kebijakan atau strategi yang
dan mendasar. Secara legal dibutuhkan hukum diambil oleh BUMD untuk kepentingan
yang mendukung penerapannya. daerahnya. Jadi, keseriusan dalam penerapan
Dalam menghadapi masalah ini pemerintah GCG untuk BUMD bentuk ini sangat bergantung
cukup responsif dengan ditetapkannya Undang- pada komitmen dari Pemerintah Daerah tempat
Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN BUMD tersebut bernaung. Sedangkan untuk
(Pasal 5 ayat 3), Instruksi Presiden No.5 tahun BUMD yang berbentuk Perusahaan Perseroan
2004 dan Keputusan Menteri Negara Badan Daerah diwajibkan untuk tunduk pada Undang-
Usaha Milik Negara No. KEP.117/M-MBU/2002 undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
tanggal 01 Agustus 2002 tentang Penerapan Terbatas.
Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Dengan beberapa dasar hukum tersebut,
Usaha Milik Negara (BUMN) yang diperbarui diketahui bahwa sudah seharusnya BUMD, baik
menjadi Peraturan Menteri Negara BUMN No: yang berbentuk perseroan terbatas atau tidak,
PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata menerapkan GCG. Permasalahan yang muncul
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate kemudian adalah masih kurangnya kesadaran
Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.

Jurnal AdBispreneur
Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus
149 Vol. 1, No. 2, Agustus 2016
2016 Hal. 145-152 Hal. 145-152
149
para pemimpin daerah tentang pentingnya
penerapan GCG pada BUMD dalam rangka

Jurnal AdBispreneur
Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus
150 Vol. 1, No. 2, Agustus 2016
2016 Hal. 145-152 Hal. 145-152
150
menciptakan BUMD yang sehat dan dapat 8) Kewajiban para komisaris dan direksi untuk
berkembang dengan baik, sehingga mampu menjaga kerahasiaan.
memberikan sumbangan PAD yang signifikan 9) Larangan penyalahgunaan informasi oleh
bagi daerah. orang dalam.
Saat ini, tidak hanya pemerintah saja yang 10) Etika berusaha.
mulai merasakan pentingnya menerapkan GCG 11) Ketidakpatutan pemberian donasi politik.
pada perusahaan, khususnya BUMN dan BUMD, 12) Kepatuhan kepada peraturan perundang-
akan tetapi masyarakat umum pun sudah mulai undangan tentang proteksi kesehatan,
berpartisipasi aktif mendorong penerapan GCG keselamatan kerja, dan kelestarian
pada BUMN dan BUMD. Hal tersebut ditunjukan lingkungan.
dengan kemunculan berbagai forum dan 13) Kesempatan kerja yang sama bagi karyawan.
organisasi berbasis masyarakat dan perusahaan
yang secara aktif mendorong penerapan GCG di Tantangan Penerapan GCG di Indonesia
Indonesia. Perusahaan-perusahaan di Indonesia belum
Sebuah bisnis tidak hanya dijalankan dengan mampu melaksanakan corporate governance
modal uang saja, tetapi juga dengan tanggung dengan sungguh-sungguh sehingga perusahaan
jawab dan moralitas perusahaan terhadap mampu mewujudkan prinsip-prinsip GCG dengan
stakeholders dan masyarakat. Oleh karena itulah, baik. Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah
penerapan GCG yang menjadi sebuah prinsip kendala yang dihadapi oleh perusahaan-
dasar pengelolaan perusahaan berdasarkan perusahaan tersebut pada tataran implementasi.
tanggung jawab dan moralitas, menjadi hal yang Kendala ini dapat dibagi tiga, yaitu kendala
sangat mendesak untuk terus didorong internal, kendala eksternal, dan kendala yang
penerapannya di Indonesia. berasal dari struktur kepemilikan.
Komite Nasional mengenai kebijakan Kendala internal meliputi kurangnya
Corporate Governance (National Committee on komitmen dari pimpinan dan karyawan
Corporate Governance/NCCG) pada Agustus perusahaan, rendahnya tingkat pemahaman dari
1999 mengidentifikasi sebanyak 13 bidang pimpinan dan karyawan perusahaan tentang
penting yang memerlukan pembaharuan. prinsip-prinsip GCG, kurangnya panutan atau
Selanjutnya, NCCG pada Maret 2001 menyusun teladan yang diberikan oleh pimpinan, belum
dan menerbitkan Pedoman Good Corporate adanya budaya perusahaan yang mendukung
Governance (Code for Good Corporate terwujudnya prinsip-prinsip GCG, serta belum
Governance) yang menyebutkan bahwa dalam efektifnya sistem pengendalian internal
menerapkan GCG, terdapat beberapa pedoman (Djatmiko, 2004).
umum yang harus dipahami dan dimengerti lebih Kendala eksternal dalam pelaksanaan
lanjut. Pedoman GCG tersebut diidentifikasikan corporate governance terkait dengan perangkat
menjadi 13 bidang yang berisi: hukum, aturan dan penegakan hukum (law-
1) Hak dan tanggung jawab pemegang saham. enforcement). Indonesia tidak kekurangan produk
2) Fungsi, tugas dan kewajiban dewan hukum. Secara implicit ketentuan-ketentuan
komisaris. mengenai GCG telah ada tersebar dalam UUPT,
3) Fungsi, tugas dan kewajiban dewan direksi. Undang-undang dan Peraturan Perbankan,
4) Sistem audit, termasuk peran auditor Undang-undang Pasar Modal dan lain-lain.
eksternal dan komite audit. Namun penegakannya oleh pemegang otoritas,
5) Fungsi, tugas dan kewajiban sekretaris seperti Bank Indonesia, Bapepam, BPPN,
perusahaan. Kementerian Keuangan, BUMN, bahkan
6) Hak stakeholders, dan akses kepada pengadilan sangat lemah.
informasi yang relevan. Baik kendala internal maupun kendala
7) Keterbukaan yang tepat waktu dan akurat. eksternal sama-sama penting bagi perusahaan,

Jurnal AdBispreneur
Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus
151 Vol. 1, No. 2, Agustus 2016
2016 Hal. 145-152 Hal. 145-152
151
namun demikian, jika kendala internal bisa SIMPULAN
dipecahkan maka kendala eksternal akan lebih
mudah diatasi (Djatmiko, 2004). Keterpurukan perekonomian Indonesia telah
Kendala yang ketiga adalah kendala yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
berasal dari struktur kepemilikan. Berdasarkan Penyebab utama krisis ekonomi ini bukan
persentasi kepemilikan dalam saham, dipengaruhi oleh berbagai indikator nasional juga
kepemilikan terhadap perusahaan dapat faktor lingkungan eksternal. Tidak jalannya
dibedakan menjadi dua, yaitu kepemilikan yang penyelenggaraan secara baik diawali dengan tidak
terkonsentrasi dan kepemilikan yang menyebar. berfungsinya checks & balances. Pengawasan
Kepemilikan yang terkonsentrasi terjadi pada saat dari mulai lembaga tertinggi negara, lembaga-
suatu perusahaan dimiliki secara dominan oleh lembaga pemerintahan, bahkan masyarakat, tidak
seseorang atau sekelompok orang saja (40,00% berfungsi secara efektif.
atau lebih). Kepemilikan yang menyebar terjadi Dampak negatif yang merugikan bangsa ini
pada saat suatu perusahaan dimiliki oleh yaitu maraknya praktek tidak sehat, baik di
pemegang saham yang banyak dengan jumlah instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat
saham yang kecil-kecil (satu pemegang saham sehingga budaya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
hanya memiliki saham sebesar 5% atau kurang). berakar dan berkembang secara kronis.
Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan Permasalahan yang melanda bangsa ini,
oleh struktur kepemilikan adalah perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal,
tidak dapat mewujudkan prinsip keadilan dengan seperti: pengaruh berbagai indikator ekonomi
baik karena pemegang saham yang terkonsentrasi secara internasional dan rapuhnya berbagai
pada seseorang atau sekelompok orang dapat indikator internal yang menyangkut tata kelola
menggunakan sumberdaya perusahaan secara perusahaan baik swasta maupun negeri.
dominan sehingga dapat mengurangi nilai Persyaratan utama penerapan GCG, yaitu
perusahaan. Sama seperti halnya kendala terciptanya Good Governance (kepemerintahan
eksternal, dampak negatif yang ditimbulkan dari yang baik). Penerapan praktik GCG akan
struktur kepemilikan dapat diatasi jika perusahaan memberi suatu nilai perusahaan dalam arti seluas-
memiliki sistem pengendalian internal yang luasnya, baik dalam meningkatkan kinerja
efektif, seperti mempunyai sistem yang menjamin keuangan, memperkecil resiko perusahaan yang
pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab akan timbul, meningkatkan daya saing, sehingga
secara adil di antara berbagai partisipan dalam meningkatkan kepercayaan investor, stakeholder
organisasi (Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan masyarakat.
manajer, pemegang saham, serta pemangku
kepentingan lainnya), dan dampak negatif ini juga
akan hilang jika dalam stuktur organisasinya,
perusahaan mempunyai Komisaris Independen
dengan jumlah tertentu dan memenuhi kualifikasi
yang ditentukan (syarat-syarat yang ditentukan
untuk menjadi Komisaris Independen).

Jurnal AdBispreneur
Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus
152 Vol. 1, No. 2, Agustus 2016
2016 Hal. 145-152 Hal. 145-152
152
DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko, Rahmat Dwi. 2004. Manajemen


Stratejik. Malang: UMM Press.
Sedarmayanti, 2012. Good Governance dan Good
Corporate Governance. Mandar Maju:
Bandung.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA
Tangkilisan, Hessel Nagis, 2003. Manajemen
Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan:
Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate
Governance. Balairung & Co., Yogyakarta
Tjiptono, Fandi, 1997. Strategi Pemasaran.
Penerbit Andi: Yogyakarta.
Tunggal, Amin Wijaya Tunggal, 2013.
Memahami Konsep Corporate Governance.
Jakarta: Havarindo
The IICG, 2011. Good Corporate Governance
dalam Perspektif Risiko. Program Tahunan
Riset dan Pemeringkatan Penerapan GCG di
Indonesia. IICG: Jakarta.
Purwoko, Sigit, 2012. Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Perusahaan
Non Perbankan yang Terdaftar di BEI, Jurnal
of Economic, Universitas Gunadarma, Jawa
Barat, didownload dari
http://www.gunadarma.ac.id

Jurnal AdBispreneur
Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus
153 Vol. 1, No. 2, Agustus 2016
2016 Hal. 145-152 Hal. 145-152
153
152 Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 Hal. 145-152

Вам также может понравиться