Вы находитесь на странице: 1из 12

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID

DARI HERBA KOMFREY


(Symphytum officinale L.)

KARYA ILMIAH PENELITIAN YANG TIDAK DIPUBLIKASIKAN

Oleh:

DUDI RUNADI, S.Si

NIP : 132 316 891

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
JATINANGOR
2007

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID


DARI HERBA KOMFREY
(Svmphytum officinale L.)

KARYA ILMIAH PENELITIAN YANG TIDAK DIPUBLIKASIKAN

Oleh:

DUDI RUNADI, S.Si

NIP: 132 316 891

JATINANGOR, NOVEMBER 2007


Mengetahui dan menyetujui
Dekan Fakultas Farmasi

Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc


NIP: 132 317 988

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID


DARI HERBA KOMFREY
(Symphytum officinale L.)

Dudi Runadi
Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran
JI. Raya Bandung - Sumedang Km.21 Jatinangor

Telah dilakukan isolasi dan identifikasi alkaloid terhadap herba komfrey (Symphytum officinale L.). Ekstraksi dilakukan
dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol, dilanjutkan dengan penambahan HCI 2 N dan penambahan amonia
sampal dengan pH9 untuk diperoleh fraksi yang mengandung alkaloid bebas dan dilanjutkan dengan ekstraksi cair-cair
menggunakan diklormetan. Setiap fraksi dilakukan pemantauan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase diam
silika gel GF254 dan fase gerak kloroform-metanol (3:2). Fraksi diklormetan dikromatografi kolom menggunakan fase
diam silika gel 60 G dan fase gerak kloroform-metanol (1:1), isolasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis preparatif,
diperoleh tiga isolat kemudian dilakukan uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis dua dimensi. Hasil menunjukkan
bahwa isolat dari diklormetan memberikan reaksi positif alkaloid. Identifikasi spektrofotometri ultraviolet isolat
menunjukkan adanya puncak serapan pada panjang gelombang 230 nm dan 274 nm. Identifikasi spektrofotometri
infrarnerah isolat menunjukkan adanya serapan pada bilangan gelombang (cm-1) 3245 (gugus O-H), 2924 (gugus C-H),
1730 (gugus karbonil C=O), 1570 (gugus, aromatik C=C), 1280 dan 1126 (gugus C-O). Isolat kemudian diidentifikasi
kembali dengan menggunakan pereaksi Dragendorrf dan hasilnya menunjukkan bahwa dalam simplisia herba komfrey
diduga mengandung alkaloid.

Kata kunci: Herba Komfrey, Alkaloid, Dragendorrf.

Isolation and identification of alkaloid from comfrey herb (Symphytum officinale L.) have been carried out. Extraction
was carried out using maceration with ethanol solvent, continued with addition of HCL 2 N and addition of ammonia up
to pH 9 to be obtained fraction considering free alkaloid and continued by liquid-liquid extraction with dichloromethane.
Every fraction was monitored use the thin layer chromatography using silica gel GF254 as stationer phase and
chloroform-methanol (3:2) as mobile phase. Fraction of dichloromethane were carried out using column chromatography
with silica gel 60 G as stationer phase and chloroform methanol (1:1) as mobile phase, isolation was carried out using
preparative thin layer chromatography, obtained three isolate then it was purity tested by two dimension thin layer
chromatography. Result showed that isolate of dichloromethane gave positive reaction of alkaloid. The isolate was
identified by ultraviolet and infrared spectrophotometry. The isolate gave ultraviolet peak absorption at the wave length
of 230 nm and 274 nm, and infrared peak absorption at the wave number (cm-1) 3245 (O-H groups), 2924 (C-H groups),
1730 (carbonyl C=O groups), 1570 (aromatic C=C groups), 1280 and 1126 (C-O groups). Isolate is later re-identified by
using the Dragendorrf and obtained result as sediment brown, based on these data, it was concluded that in comfrey herb
anticipated to contain alkaloid.

Keywords: Comfrey Herb, Alkaloid, Dragendorrf.

PENDAHULUAN
Sekarang ini di Indonesia banyak pengobatan yang dilakukan secara tradisional yaitu dengan menggunakan bahan
dari alam. Pengobatan secara tradisional ini dilakukan dengan tujuan untuk menghemat biaya pengobatan yang semakin
mahal. Pengobatan tradisional ini juga dilakukan untuk memanfaatkan potensi kekayaan alam di Indonesia yang sangat
beragam.
Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah komfrey (Symphytum
officinale L.). Komfrey merupakan tanaman yang sangat umum di Eropa dan Asia Barat yang dapat tumbuh di tanah yang
berumput atau dipinggir selokan. Di Indonesia sendiri tanaman ini masih sangat sulit untuk ditemukan danjuga belum
dikenal oleh masyarakat luas. Namun, temyata dalam beberapa jenis makanan, daun komfrey digunakan sebagai bahan
penambah selera. Komfrey biasanya tumbuh di daerah dingin dan biasanya ditanam di dalam pot atau di kebun sebagai
tumbuhan herba.
Produk-produk komfrey sudah dipasarkan sebagai teh herbal, serbuk akar herbal dan kapsul. Komfrey juga
merupakan diet makanan tradisional orang Eropa dan obat herbal.
Komfrey (Symphytum officinale L.) termasuk famili Boraginaceae. Dari tanaman ini banyak sekali khasiat dan
kegunaannya bagi tubuh. Yang dapat digunakan untuk pengobatan yaltu pada bagian daun, karena pada bagian daun ini
terdapat zat-zat berkhasiat seperti symphytine, echimidine, anadoline, alkaloid pirolizidine (Pas), tanin, minyak atsiri,
allantoin, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan vitamin E. Sedangkan pada bagian akar mengandung alkaloid
pirolizidine (Pas).
Tanaman komfrey merupakan tanaman yang belum dikenal masyarakat luas, bagian tanaman komfrey
mengandung zat yang dapat digunakan untuk pengobatan, sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan
kimia daun dan akar komfrey yang memiliki aktivitas biologi sebagai bahan obat.
Informasi tentang khasiat tanaman komfrey belum dikenal luas sehingga dilakukan penelitian untuk menambah
informasi tentang kandungan kimia tanaman komfrey yang dapat inemberikan efek farmakologi khususnya tentang
alkaloid.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi dan mengisolasi kandungan kimia tanaman
komfrey yang digunakan untuk pengobatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Penelitian aspek farmakologi yang telah dilakukan antara lain:
1. Telah dilakukan penelitian efek infus daun komfrey terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan. Dari hasil
penelitian tersebut, ternyata infus 20% dengan takaran 25 dan 40 ml/kg bb mempunyai efek menurunkan kadar gula
darah tikus sebanding dengan suspensi klorpropamida 22,5 mg/kg bb (2, 5).
2. Telah dilakukan penelitian pengaruh infus komfrey terhadap efek menurunkan tekanan darah pada anjing dan kontraksi
jantung pada katak. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan antara lain: yang pertama bahwa infus
komfrey 10% dengan takaran 0,5 cc/kg bb diberikan secara intra vena mempunyai pengaruh menurunkan tekanan
darah, dan yang kedua bahwa infus komfrey 2,5%, 5%, 10% dan 20% mempunyai pengaruh menghambat kontraksi
jantung (5).
3. Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak daun komfrey terhadap tekanan darah kelinci (Oryctolagus cunniculus)
jantan, albino dart galur Lembang. Ekstrak daun komfrey disuntikkan melalui vena auricularis. Pengukuran tekanan
darah dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan menyisipkan kateter polietilen ke dalam arteria carotis dan
dihubungkan dengan transcluser tekanan Bari manometer elektronik. Pemasukan ekstrak daun kornfrey dalam tubuh
kelinci melalui vena auricularis ternyata dapat menurunkan baik tekanan sistol maupun tekanan diastol. Penurunan
tekanan sistol dapat mencapai rata-rata sebesar 31,6 mmHg, sedangkan penurunan tekanan diastole mencapai rata-rata
sebesar 36,6 mmHg (10).
4. Telah dilakukan penelitian terhadap infus dan ekstrak daun komfrey terhadap uterus marmut terisolasi. Infus dan
ekstrak daun komfrey telah diidentifikasi dari Balai Penelitian Tanaman Obat, Tawangmangu. telah diperiksa terhadap
uterus marmut terisolasi. Semua bahan bersifat uterotonik (merangsang uterus) dan bahan yang merangsang lebih larut
dalarn pelarut polar (11).
5. Sifat karsinogen pada kornfrey telah diteliti dalam tiga kelompok tikus jantan. Kelompok pertama diberikan secara
injeksi intra peritonial dari sediaan segar senkirkin pada dosis 10% dari dosis letal median (LD50) dua kali setiap
minggu untuk 4 minggu dan sekali setiap satu minggu untuk 52 minggu. Kelompok kedua diberikan secara injeksi
intra peritonial dari symphytin pada dosis 10% dari LD50 dengan jadwal penyuntikan yang sama dengan kelompok
pertama. Kelompok kontrol diberikan secara injeksi intraperitonial dari larutan 0,9% NaCl yang selanjutnya jadwal
penyuntikan sama dengan kelompok percobaan. Semua tikus pada kelompok pertama yang masih hidup lebih dari 290
hari setelah dimulainya penyuntikan, dan 9 dari 20 tikus pada kelompok pertama ada perkembangan sel hati adenoma.
Semua tikus kelompok kedua yang masih hidup lebih dari 330 hari setelah dimulainya penyuntikan. Dari 20 tikus pada
kelompok kedua, 4 tikus ada perkembangan tumor hati, 3 diantaranya memiliki sarkoma hemangioendotelial, dan 1
memiliki sel hati adenoma. Sarkoma hemangioendotelial ditunjukkan dengan metastasis dalam paru-paru pada dua
tikus. Kelompok kontrol tidak memiliki tumor hati (12).

III. ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Alat
Alat-alat yang digunakan adalah gelas yang lazim digunakan di Laboratorium, spektrofotometii ultraviolet dan
spektrofotometri inframerah.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah simplisia (herba komfrey), baban pendukung yang digunakan adalah
pelarut: etanol 95%, aquadest, asam klorida 2 N, ammonia, kloroform P, metanol, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer,
pereaksi besi (III) klorida, pereaksl Lieberman-Bourchard, natrium hidroksida, amil alkohol, serbuk seng, silika gel GF254,
silika gel 60 G.
Metode Penelitian
Penelitian terhadap tanaman komfrey (Symphytum officinale L.) meliputi: penyiapan bahan, pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik, perneriksaan karakteristik simplisia dan skrining fitokimia.
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, kemudian ekstrak dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Fraksinasi
dilakukan dengan cara ekstraksi cair cair dan kromatografi kolom, selanjutnya fraksi dipantau dengan kromatografi lapis
tipis. Isolasi dilakukan dengan KLT preparatif, dan pernurnian isolat dilakukan dengan kromatografi dua dimensi.
Selanjutnya isolat yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri infra merah.

IV. PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Penyiapan Bahan

5.1.1 Pengumpulan Bahan


Bahan yang digunakan adalah herba komfrey yang berasal dari kebun percobaan Manoko, Lembang,
Bandung.

5.1.2 Determinasi Botani


Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran dari tanaman, dilakukan cara membandingkan
dengan herbarium dan data pustaka. Determinasi dilakukan di laboratorium jurusan Biologi ITB Bandung. Data
hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman tersebut adalah benar, tanaman ini termasuk farnili Boraginaceae.
5.2 Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik
5.2.1 Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik pada daun segar dilakukan pengamatan makroskopik meliputi warna, bau, rasa
dan bentuk daun.
5.2.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk daun komfrey untuk melihat komponen yang khas
dengan menggunakan mikroskop.
5.4 Skrining Fitokimia
5.4.1 Identifikasi Alkaloid
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL air, panaskan di atas
penangas air selarna 2 menit, dinginkan dan saring. Pindahkan 3 ml filtrat pada kaca arloji kemudian tambahkan
2 tetes pereaksi Dragendorrf LP, jika terjadi endapan coklat maka simplisia tersebut mengandung alkaloid. Jika
dengan pereaksi Mayer terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol
maka ada kemungkinan terdapat alkaloid.yb
5.4.2 Identifikasi Flavonoid
1 mL larutan diuapkan, sisa dilarutkan dalam 1-2 mL etanol (95%) P, tatnbahkan 500 mg serbuk seng P
dan 2 ml, asam klorida 2 N, diamkan selama 1 menit, tambahkan 10 tetes asam klorida pekat, jika dalarn 2-5
menit terbentuk warna merah berarti mengandung flavonoid.
5.4.3 Identifikasi Tanin
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 50 mL aquadest, didihkan selama 15 menit lalu dinginkan.
Pindahkan 5 mL filtrat pada tabung reaksi, teteskan pereaksi besi (III) klorida, bila terjadi warna hitam kehijauan
menunjukkan adanya golongan senyawa tanin.
5.4.4 Identifikasi Saponin
Timbang 500 mg serbuk simplisia masukan ke dalarn tabung reaksi, tambahkan 10 mL air panas,
dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik terbentuk buih putih yang stabil selama tidak kurang
dari 10 menit setinggi 1-10 cm, pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang, menunjukkan
bahwa dalam simplisia tersebut mengandung saponin.
5.4.5 Identifikasi Steroid/Triterpenoid
Timbang 500 mg serbuk simplisia tambahkan 20 mL eter dan maserasi selama 2 jam, pindahkan 3 tetes
filtrat pada kaca arloji, teteskan pereaksi Lieberman-Bourchard (asam asetat glasial-asam sulfat pekat), bila
terbentuk wama merah atau hijau menunjukkan senyawa steroid/triterpenoid.
5.4.6 Identifikasi Kuinon
Timbang 500 mg serbuk simplisia tambahkan air sebanyak 50 mL, didihkan selama 5 menit. Pindahkan 3
tetes filtrat pada kaca arloji, teteskan larutan natrium hidroksida 1 N. Bila terbentuk wama merah menunjukkan
adanya kuinon.
5.5 Ekstraksi dan Pengujian Ekstrak
Ekstrak dari herba kornfrey dapat diperoleh dengan cara maserasi, yaitu dengan merendam simplisia dengan
pelarut. Ekstraksi ini dilakukan selama 3 kali 24 jam. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi yaitu etanol. Ekstrak
yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan alat evaporator hingga diperoleh ekstrak yang kental. Ekstrak kental
yang diperoleh kemudian dipantau dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase diam silika gel GF254,
dan fase gerak kloroform-metanol (3:2). Bercak yang diperoleh diamati dibawah sinar UV pada X 366 nm.
5.7 Isolasi dan Pcmurnian
Fraksi yang diperoleh dari proses fraksinasi kemudian diisolasi dengan KLT preparatif dengan pengembang
kloroform-metanol (1:1) dan diperoleh beberapa pita. Untuk mengetahui pita yang positif mengandung alkaloid,
dilakukan penyemprotan dengan penampak bercak Dragendorff pada pinggir pelat. Pita yang positif alkaloid dikerok
dan dilarutkan dalam metanol kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh kemudian diperiksa dengan kromatografi
lapis tipis menggunakan pengembang kloroform-metanol (1:1). Bercak yang diperoleh diamati dibawah sinar UV
pada 366 nm.
Pemurnian isolat dilakukan dengan menggunakan kromatografi dua dimensi dengan pengembang pertama
kloroform-metanol (1: 1) dan pengembang kedua n-heksankloroform (3:2). Bercak tunggal yang diperoleh diamati
dibawah sinar UV.

5.8 Identifikasi Isolat dengan Spektrtofotometii Ultraviolet dan Spektrofotometri Inframerah


Isolat yang diperoleh kemudian dildentifikasi secara spektrofotometri ultra violet dan spektrofotometri
infra merah. Pemeriksaan isolat dengan spektrofotometri UV yaitu dengan cara melarutkan sampel dengan metanol.
Hasil dapat dilihat pada Lampiran 13, Gambar 5.14, 5.15 dan 5.16.
Pemeriksaan isolat dengan spektrofotometri inframerah dilakukan dengan lempeng KBr, sebelumnya
sampel divakum untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam sampel, setelah Itu disisipkan KBr dan
dicetak dalam bentuk pelet.

PEMBAHASAN
Penelitian ini diawali dari pengumpulan bahan yang berasal dari kebun percobaan Manoko, Lembang, Bandung.
Kemudian dilakukan determinasi tanaman, determinasi ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran jenis tanaman yang
akan diteliti. Determinasi dilakukan di Departemen Biologi ITB, Bandung. Dari hasil determinasi tersebut menunjukkan
bahwa herba yang akan diteliti adalah benar herba komfrey (Symphytum officinale L.).
Pemeriksaan herba komfrey diawali dengan pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan
makroskopik meliputi bentuk daun, bobot, warna herba kering, rasa dan bau simplisia kering, sedangkan pemeriksaan
mikroskopik dilakukan dengan perbesaran 20 kali. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan karakteristik simplisia.
Karakteristik simplisia dilakukan untuk mengetahui mutu dari simplisia. Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi
penetapan kadar abu total diperoleh sebesar (15%), kadar abu tidak larut asam diperoleh sebesar (3%), kadar abu larut air
diperoleh sebesar (7,5%), kadar sari larut dalarn air diperoleh sebesar 21%, kadar sari larut etanol diperoleh sebesar 12%,
kadar air diperoleh sebesar 9,8% dan susut pengeringan diperoleh sebesar 8,0%.
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia dalam tanaman. Dari skrining fitokimia yang
dilakukan, yang menunjukkan hasil yang positif yaitu pada skrining alkaloid, tannin dan steroid. Pada skrining alkaloid
23
menunjukkan hasil yang positif karena terbentuknya endapan puti ika penambahan pereaksi Mayer pada filtrat dan
terbentuk endapan coklat ketika penambahan pereaksi Dragendorrf. Pada skrining tannin menunjukkan hasil yang positif
karena ada perubahan warna hijau kehitaman, dan pada skrining steroid menunjukkan hasil yang positif karena
terbentuknya warna hijau. Sedangkan yang menunjukkan hasil yang negatif yaitu pada skrining flavonoid, saponin dan
kuinon. Pada skrining flavonoid menunjukkan hasil yang negatif karena tidak terbentuknya warna merah. Pada skrining
saponin menunjukkan hasil yang negatif karena tidak terbentuknya busa setinggi 1-10 cm dalam jangka waktu 10 menit,
sedangkan pada skrining kuinon menunjukkan negatif karena tidak terbentuk warna merah.
Ekstraksi yang dilakukan adalah dengan cara maserasi. Dilakukan cara maserasi karena cara ini merupakan cara
yang paling sederhana. dan tidak memerlukan alat khusus. Cara ekstraksi maserasi ini dilakukan 3 kali 24 jam, hal ini
dilakukan supaya senyawa yang terkandung dalam herba komfrey dapat tertarik. Pelarut yang digunakan dalarn ekstraksi
ini yaitu etanol 95%. Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol merupakan pelarut yang universal yang dapat
menarik hampir sebagian besar senyawa kimia yang terkandung di dalam herba komfrey. Selanjutnya ekstrak cair ini
dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak yang kental dan ekstrak kental ini dipantau menggunakan fase diam silika gel
GF254 dan fase gerak klorofonn-metanol (3:2) dan bercak yang diperoleh diamati dibawah sinar UV.
Ekstrak kental yang diperoleh kemudian ditambah dengan HCI 2 N dan disaring. Filtrat hasil penambahan HCI
kemudian ditambah dengan ammonia sampai pH 9, kemudian dilakukan ekstraksi cair-cair dengan pelarut diklormetan.
Selanjutnya dari setiap langkah tersebut dilakukan pemantauan dengan KLT menggunakan fase gerak kloroform-metanol
(3:2) dan diperoleh harga Rf 0,6. Warna bercak yang diperoleh yaitu warna kuning.
Fraksinasi dilakukan pada ekstrak diklormetan dengan cara kromatografi kolom menggunakan pengembang
kloroform-metanol (1:1). Fraksi yang diperoleh sebanyak 21 fraksi, selanjutnya setiap fraksi dipantau. Dari hasil
pernantauan menggunakan KLT dengan fase gerak kloroform-metanol (1:1) diperoleh harga Rf untuk fraksi 1 sampai 12
kecuali fraksi 9 sebesar 0,75, fraksi 9 diperoleh harga Rf sebesar 0,74 dan fraksi 13 sampai 21 diperoleh harga Rf sebesar
0,8. Dari fraksinasi yang dilakukan dengan cara kromatografi kolom ini diperolch kembali 2 fraksi yaitu fraksi Fx dan
fraksi Fy. Fraksi Fx yaltu fraksi nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11 dan 12 dengan harga Rf 0.75 sedangkan fraksi Fy yaitu
fraksi nomor 9 dengan harga Rf 0,74. Dari fraksi Fx dan fraksi Fy ini dilakukan isolasi dengan kromatografi lapis tipis
preparatif secara terpisah dengan eluen kloroform-metanol (1:1).
Hasil kromatografi lapis tipis preparatif dan fraksi Fx menunjukkan hasil positif alkaloid yang ditandai dengan
bercak berwarna kuning dan mempunyai harga Rf 0,73. Sedangkan pada fraksi Fy menghasilkan 2 pita yaitu pita Iy, dan
Iy2. Pita Iy, ditandai dengan bercak berwama biru keunguan dan pita Iy2 ditandai dengan bercak berwarna orange dengan
harga Rf 0,71. Selanjutnya tiap isolat hasil dari KLT preparatif ini dilakukan kromatografi lapis tipis dua dimensi.
Kromatografi lapis tipis dua dimensi dilakukan untuk mengetahul isolat tersebut sudah murni atau tidak yang ditandai
dengan hasil bercaknya tunggal. Dan KLT 2 dimensi yang dilakukan temyata dari isolat fraksi Ix, isolat Iy, dan Iy2
menunjukkan bahwa isolat tersebut sudah murni yang ditandai dengan bercak yang dihasilkan tunggal. Isolat fraksi Ix
yaitu isolat hasil kromatografi lapis tipis preparatif fraksi Fx. Selanjutnya isolat fraksi Ix, isolat Iy, dan isolat Iy2 hasil
kromatografi lapis tipis preparatif ini dilakukan identifikasi dengan spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri
inframerah.
Identifikasi isolat dengan spektrofotometri ultraviolet menunjukkan bahwa pada isolat fraksi IX diperoleh puncak
serapan panjang gelombang 230 nm dan 274 nm, pada isolat Iy, diperoleh puncak serapan panjang gelombang 226 nm
dan 272 nm, sedangkan pada isolat Iy2 diperoleh puncak serapan panjang gelombang 276 nm dan 274 nm.
Identifikasi isolat dengan spektrofotometri inframerah merupakan dasar untuk menafsirkan berbagai gugus fungsi
sesuai dengan daerah spektrum serapan dan masing-masing gugus fungsi tersebut. Hasil identifikasi spektrofotometri
inframerah pada isolat fraksi Ix menunjukkan spektrum absorpsi di daerah 3245,58 cm-1 merupakan gugus O-H dengan
rentang bilangan gelombang 3750-3000 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 2924,09 cm-1 merupakan gugus C-H dengan
rentang bilangan gelombang 3300-2900 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 1730,15 cm-1 adalah gugus C=O dengan
rentang bilangan gelombang 1900-1650 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 1570,06 cm-1 merupakan gugus; aromatik
dengan rentang bilangan gelombang 1675-1500 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 1280,73 cm-1 dan 1126,43 cm-1
merupakan gugus C-O dengan rentang bilangan gelombang 1260-650 cm-1.
Hasil identifikasi spektrofotometri infrainerah pada isolat Iy, menunjukkan spektrum absorpsi di daerah 3404,36
cm-1 adalah gugus O-H dengan rentang bilangan gelombang 3750 3000 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 2939,52 cm-1
merupakan gugus C-H dengan rentang bilangan gelornbang 3300-2900 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 1730,15 cm-1
adalah gugus C=O dengan rentang bilangan gelombang 1900-1650 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 1593,20 cm-1
merupakan gugus aromatik dengan rentang bilangan gelombang 1675-1500 cm-1. Spektrurn absorpsi di daerah 1381,03
cm-1 merupakan gugus C-H dengan rentang bilangan gelombang 1475-1300 cm-1.
Hasil identifikasi spektrofotometri infrarnerah pada isolat Iy2 menunjukkan spektrum absorpsi di daerah 3435,22
cm-1 adalah gugus O-H dengan rentang bilangan gelombang 3750-3000 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 2924,09 cm-1
merupakan gugus C-H dengan rentang bilangan gelombang 3300-2900 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 1728,22 cm-1
adalah gugus C-O dengan rentang bilangan gelombang 1900-1650 cm-1. Spektrurn absorpsi di daerah 1598,99 cm-1
merupakan gugus aromatik dengan rentang bilangan gelombang 1675-1500 cm-1. Spektrum absorpsi di daerah 1278.81
cm-1 merupakan gugus C-O dengan rentang bilangan gelombang 1260-650 cm-1.
Dengan uji identifikasi alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorrf temyata pada isolat Ix, Iy, dan Iy2
menghasilkan endapan yang berwarna coklat sehingga diduga isolat Ix, Iy, dan Iy2 termasuk golongan alkaloid.

Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada herba komfrey positif mengandung alkaloid, tannin dan steroid.
Sistem kromatografi lapis tipis hasil ekstraksi cair-cair dengan menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak
kloroform-metanol (3:2) memberikan bercak berwarna kuning dengan harga Rf sebesar 0,6 dimana pada bercak tersebut
menunjukkan hasil yang positif alkaloid. Dengan cara kromatografi kolom pada fraksi diklormetan menggunakan fase
diam silika gel 60 G dan fase gerak kloroform-metanol (1: 1) menunjukkan hasil yang positif alklaoid yang ditandai
dengan bercak berwarna kuning.
Isolat dari fraksi Ix pada identifikasi spektrofotometri ultraviolet diperoleh puncak isolat dengan panjang
gelombang 230 nm dan 274 nm, pada isolat Iy1, diperoleh puncak serapan panjang gelombang 226 nm dan 272 nm,
sedangkan pada isolat Iy2 diperoleh puncak serapan panjang gelombang 276 nm dan 274 nm.
Isolat dari fraksi Ix pada identifikasi spektrtofotometri inframerah diperoleh spektrum absorpsi pada bilangan
gelombang (cm-1) 3245 (gugus O-H), 2924 (gugus C-H), 1730 (gugus C=O), 1570 (gugus aromatik), 1280 dan 1126
(gugus C-O). Isolat dari Iy2, pada identifikasi spektrofotometri infra merah diperoleh spektrum absorpsi pada bilangan
gelombang (cm-1) 3404 (gugus O-H), 2939 (gugus C-H), 1730 (gugus C=O), 1593 (gugus aromatik), 1381 (gugus -=C-H).
Isolat dari pada Identifikasi spektrofiotornetni Infra merah diperolch spektrum absorpsi pada bilangan gelombang (cm-1)
3435 (gugus O-H), 2924 (gugus C-H), 1728 (gligus C=O), 1598 (gugus aromatik), 1278 (gugus C-0).

DAFTAR PUSTAKA

1. Masjoer, A., dkk, 2000, Kapita Sclckta Kedoktcran, ed. 3, Media Aesculapius, Jakarta, 522.

2. Winarto, 2003, Menanggulangi Obesitas dengan Tanaman Obat, Jakarta, April, Majalah Tanaman Obat Herba,
ed. 9,1-6; 13-16; 24.
3. Http://www.medicastore.com/cybertned/detail_pyk.php?idktg=10&iddtl=42(l Mei 2006).

4. Waspadji, Sarwono, 2006, Prinsip Pengelolaan Obcsitas pada Tingkat Pclayanan Keschatan Primer, Jakarta,
Februari, Majalah Farmacia, Vol. V No.7, 54-59.

5. Http://www.australianprescriber.com/magazine/29/2/43/ (25 juni 2006).

6. Dalimarta, Setiawan., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 3, Trubus Agriwidya, Jakarta, 60.

7. Sulaksana, Jaka, dkk. 2002. Kemuning & Jati Belanda, Penebar Swadaya. Jakarta. 10-22.

8. Soedibyo, B. R. A. Mooryati, 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, Balai Pustaka, Jakarta,
173-174; 230; 364-365.

Вам также может понравиться