Вы находитесь на странице: 1из 10

Fiber Optic Sensors untuk Deteksi

Racun dan Ancamana Biologis

Siti Julaiha
Pasca Sarjana
Teknologi Biomedis
Universitas Indonesia

Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 1


Januari 2010
Sensor yang ada untuk pendeteksian bahan kimia dan biologis belum memberikan kesempurnaan dalam segi
sensitifitas, desain dalam arti bentuk yang besar dan tidak simple serta memiliki proses pengolahan dan
produksi yang mahal sehingga kurang efektif dalam aplikasi penggunaannya.
Pengembangan sensor fiber optik kimia, untuk memberikan pendeteksian yang lebih efektif dan sensitive
terhadap material material beracun/toxic dan mengandung bahan bahan kimia dan biologi dalam upaya
memberikan proteksi pada masyarakat dan personel militer terhadap serangan bahan kimia dan biologi
dijabarkan sebagai berikut.

Teori- teori yang dipaparkan untuk penggembangan sensor ini adalah

- Teori pengembangan kelas serat sensor optic intrinsic yang didasarkan pada perubahan pendekatan
cladding

Sensor serat optic dikembangkan berdasarkan desain modifikasi cladding/coating.


Yaitu karakterisik sensor internsik dengan serat serat cladding yang dimodifikasi menyediakan
keuntungan dibandingkan sensor konvensional, seperti kekebalan terhadap gangguan
elektromagnetik, bentuknya yang kecil dan kompak, sensitifitas yang tinggi, remote sensing /
pemonitoring jarak jauh, kemampuan untuk multipleksi, dan kemampuan untuk tertanam ke dalam
berbagai struktur tekstil, selektifitas, dan realibitas dan dapat menampilkan pengukuran pada daerah
yang spesifik secara real time.
Cladding adalah lapisan optic luar yang membungkus core/inti dan memantulkan kembali cahaya yang
terpancar keluar).

Proses Cladding adalah proses pelapisan satu material dengan material lain. Untuk fiber optic, proses
Cladding meliputi satu atu lebih lapisan dari material dengan index refraksi yang lebih rendah,
dihubungkan secara erat dengan material inti yang memiliki index refraksi lebih tinggi). Cladding
menyebabkan cahaya dibatasi pada inti serat dengan Total releksi internal pada batas antara
keduanya. Beberapa serat dapat mendukung modus cladding dalam penjalaran cahaya pada cladding
sebaik pada inti serat.)

- Teori konduktifitas polimer atau Organic Conducting Polymer (OCP’s)

Pada film polyaniline, pengukuran penyerapan cahaya dilakukan setelah film itu terkena uap HCl dan
NH3. Perbedaan spectra menunjukkan bahwa uap HCl dan NH3 memicu perbedaan struktur band dan
konformasi polimer.  Oleh karena itu, sifat optik film berubah ketika film beralih dari satu keadaan
(didoped oleh HCl) ke keadaan lain (de-doped oleh NH3). Pengukuran indeks bias oleh ellipsometry
menunjukkan bahwa indeks bias berubah dari 2,43 (didopped oleh HCl) ke 1.95 (de-doped oleh NH3).

Pada film polypyrrol, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah film itu terkena hidrazin (N2H4) dan
hidrogen peroksida (H2O2). .Bias indeks 1,82 (sebelum paparan hidrazin) dan 1,71 (setelah terpapar
hidrazin).

Perubahan absorbansi film polypyrrole tipis, terpapar pada DMMP, dengan 40% penurunan terjadi
pada UV / Vis absorbansi band. 
Polyaniline dan Polypyrrol, sebagai salah satu polimer konduktif, mencapai konduktifitas elektrikal
dengan menciptakan pembawa muatan melalui doping tipe-p (lubang) atau tipe-n (elektron) dari
polimer yang dikonjugasikan tulang punggung.

Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 2


Polyaniline dan Polypyrrol yaitu bahan kimia konduktif.  Polimer ini dapat diolah dari berbagai proses
redoks atau oksidasi parsial elektrokimia atau pengurangan parsial. Ada juga bukti proses non-redoks
doping. Proses doping/dedoping ini menghasilkan perubahan reversibel atau ireversibel dalam sifat-
sifat listrik dan optik polimer ini, maka bahan-bahan dapat diaplikasi dalam device electrochromic dan
sensor kimia optik. 

DMMP berinteraksi secara elektronik dengan polypyrrole untuk meningkatkan jumlah lubang bebas
bergerak gratis pembawa muatan.

Penurunan tambahan hambatan dari film tipis polypyrrole dapat dicapai ketika didoped dengan asam
Naphtalene-disulphonic (NDSA), sebelum paparan uap DMMP.

Sensor gas membuat penggunaan polimer Polyaniline dan Polypyrrol sebagai elemen pendeteksi
karena memiliki fleksibilitas desain yang hebat dan sangat stabil pada suhu dan tekanan. Konduktivitas
dan fungsi kerja polimer ini adalah dua sifat utama yang digunakan dalam kemoterapi-listrik, kemo-
mekanik atau kemoterapi-chromic transduksi.

- Teori Perhitungan Intensitas total dan Modal Power Distribution (MPD)

Penelitian terbaru pada sensor serat optik menghubungkan gangguan untuk merubah intensitas total
sinyal cahaya yang ditransmisikan melalui serat optik.
Metode lain melibatkan cahaya koheren yang terpolarisasi melalui serat optik dan mengamati
perubahan-perubahan dalam polarisasi atau fase sinyal yang diluncurkan dengan penerapan gangguan
eksternal. 
Sensor yang didasarkan pada total intensitas modulasi adalah sederhana dan berbiaya efektif. 
Namun, memberikan kepekaan yang terbatas. 
Fase dan jenis sensor polarisasi modulasi memberikan sensitivitas lebih baik tetapi berukuran lebih
besar dan membutuhkan sumber laser dan berbiaya teknik mahal untuk deteksi. 
Untuk mengatasi keterbatasan ini, sebuah novel teknik, didasarkan pada pemantauan Modal Power
Distribution (MPD) dalam serat multimode, telah dikembangkan. Teknik ini menyediakan metodologi
sensitif dan murah untuk miniatur aplikasi sensor.
Prinsip operasi teknik yang dikembangkan didasarkan pada Intensitas Spasial Modulation (SIM) dari
modal power pada serat multimode. Dalam serat optik yang multimode, sinyal optic menyebar sesuai
dengan struktur modal serat dan kondisi perbatasan.  Perubahan kondisi batas dari serat optik akan
menginduksi modal kopel dan menghasilkan modulasi pada Modal PowerDistribusi (MPD). 
Teknik MPD mengukur perubahan power/daya pada daerah medan jauh, seperti modulasi intensitas
spasial pada dua dimensi.

Coupled-Mode dapat digunakan untuk analisis MPD modulasi.  MPD dalam serat multimode adalah
fungsi dari geometri (ukuran) dan sifat optik (inti dan cladding indeks) dari serat dan kondisi
peluncuran cahaya. 
Deformasi serat oleh tekanan mekanis atau bentuk lain dari hasil gangguan pada MPD akan dapat
dimanfaatkan pada perabaan sinyal yang diterapkan. Pengukuran distribusi dan redestribusi
selanjutnya dari modal power akan dicapai dengan memindai pola medan jauh di ujung serat
menggunakan kamera CCD, atau dengan menggunakan satu atau lebih photodetectors ditempatkan di
lokasi tertentu di zona medan jauh.

Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 3


Modus peluncur adalah LED tunggal atau array yang digunakan untuk merangsang kelompok terbatas
mode dalam serat optik, dan modus analyzer adalah sistem deteksi modal power yang diposisikan
pada output akhir serat optik, pada zona medan jauh.
- Metode aplikasi Polimer konduktif pada serat cladding yang dimodifikasi

Dua langkah aplikasi (pada serat silica multimode dengan ukuran inti/cladding/jaket adalah
105/125/250 µm)
a. Penghilangan cladding pasif (serat yang di gores/dihilangkan) disebut Fiber etching
Bagian kecil (1cm dari panjang serat 1 m) dari jaket di tarik dari bagian tengah serat optic. Bagian
serat yang terbuka direndam dalam larutan HF (asam fluorida) yang menghilangkan/etches dan
menghapus cladding gelas serat optik. Proses etching dilakukan dengan pemantauan secara real-time,
sementara serat terendam dalam larutan etching (HF), terhubung ke sumber cahaya He-Ne (panjang
gelombang 633 nm) dan foto-detektor Silicon (Newport rentang panjang gelombang 818 SL 400 1.100
nm) dan power secara terus-menerus dipantau.  Daya optik ditransmisikan melalui serat tetap konstan
selama  ketebalan cladding kaca lebih besar daripada penetrasin daerah evanacent.  Ada penurunan
tiba tiba pada daya karena cladding sangat tipis atau sama sekali terhapus. Konsentrasi 16.3% HF
memakan waktu 30 menit untuk mengikis cladding dengan tebal 10 mikron.
Proses etching telah dikalibrasi untuk mencegah inti tergores.  Hal ini dilakukan dengan mengulangi
proses untuk konsentrasi asam HF 16,3% pada waktu yang berbeda dan mengukur diameter dari serat
dengan menggunakan mikroskop optik.  Setelah kalibrasi ini dicapai, konsentrasi asam tetap dan
waktu pengikisan tetap mampu memberikan diameter inti yang tepat, yang dikonfirmasi untuk setiap
sampel menggunakan mikroskop optik.
b. Aplikasi cladding aktif (serat yang melapisi).
Beberapa teknik seperti casting, spin casting dan metode pengendapan in-situ, tersedia untuk
memproduksi lapisan tipis polianiline dan polipyrrol. Spin Casting dan metode pengendapan in-situ
digunakan untuk melapisi daerah serat yang claddingnya dihilangkan dengan polimer konduksi. Untuk
metode spincast, spinning time, spin rate dan viskositas larutan mempunyai sifat yang terkontrol
untuk mendapatkan lapisan tipis yang seragam. Untuk metode pengendapan in situ, proses
polimerisasi dan waktu pengendapan serat harus ditentukan untuk mendapat lapisan yang homogen.

Pengembangan Novel class / jenis baru untuk sensor fiber optic dengan aplikasi Pengembangan teknik
pendeteksian melalui Modal Power Distribusi (MPD) berdasarkan pendekatan Cladding yang dimodifikasi
dilakukan yaitu passive cladding dari sebagian kecil serat optic dihilangkan dan diganti oleh Polimer
konduktif dan sensitive untuk melapisi inti/core yaitu material kemo-kromik, yang akan mengalami
perubahan pada sifat optic dengan kehadiran uap kimia spesifik yang merubah index bias complex material
karena adanya uap analit sehingga merubah transmisi serat optic dan menghasilkan distribusi kembali
modal power pada serat serat multimode.
Penelitian dan pengembangan dilakukan dengan empat langkah utama yaitu
i. Pemilihan dan karakterisitik material/ bahan kimia sensitive seperti Polianiline dan Polipyrrole.

Organik polimer seperti Polypyrrole, Polyaniline, Polypthiophene, Polyindoles, Polyacetylenes memiliki


kemampuan unik untuk menunjukkan perubahan reversible pada resistensi elektrikalnya dan sifat optikal
ketika dipaparkan pada uap beracun tertentu. Polimer yang dapat berkonduksi ini mudah disiapkan dan
menunjukkan stabilitas yang sempurna dan kinetika penyerapan yang reversible dan sangat cepat. Polimer
ini menarik perhatian pada penggunaan untuk daerah pemantauan gas.

Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 4


Polyaniline dapat diaktifkan bolak-balik dari keadaan isolasi ke keadaan konduksi dengan doping larutan
atau uap HCl dan de-doping larutan atau uap ammonium hidroksida.  Perubahan ini disertai dengan
perubahan sifat optik.  Karena itu, polyaniline digunakan sebagai serat cladding pendeteksi uap HCl dan
NH3.  Ketebalan lapisan 400nm, menggunakan in-situ deposisi, digunakan dalam aplikasi penelitian ini.
Polypyrrole, struktur yang merupakan heteroaromatic cincin mengandung atom nitrogen, disintesis dari
monomer Pirola oleh oksidasi ringan, dengan menggunakan teknik kimia atau elektrokimia, setelah oksidasi
monomer polimer solid hitam diendapkan dari larutan. Ketebalan film dalam orde 1-1,5 μm, dengan
menggunakan deposisi in-situ, diperoleh untuk aplikasi ini.
Perubahan Resistivitas Film tipis polypyrolle yang terekspos pada DMMP menyiratkan perubahan indeks
bias dari polypyrrole.  Perubahan pada indeks bias dan absorbansi cladding menyebabkan perubahan
dalam propagasi cahaya melalui unsur penginderaan/elemen sensing yang menghasilkan modulasi
intensitas optik.  Perubahan Sifat optik film polimer disebabkan perubahan dalam jumlah besar
konduktivitas dan sifat absorbansi.

ii. Desain dari element peraba/sensing serat optic

Indek bias merupukan kuantitas kompek dengan ketentuan


ƞcomplex = ƞreal + ik
ƞcomplex adalah indeks bias complek dari materiang , ƞreal adalah bagian nyata dari indek bias, k adalah bagian
imajiner yang berhubungan dengan absorbansi material

Setiap perubahan pada indeks bias nyata atau absorbansi material terjadi karena adanya perubahan analiti
yang merubah sifat transmisi serat optik. 

Terdapat tiga operasi modes yang berbeda dari sensor tergantung pada indeks bias cladding (ƞmcl), yaitu
bahan kemo kromik, relatif terhadap indeks bias inti (ƞcore) dan 
indeks bias cladding asli (ƞNCL) yaitu :

a: Operasi pada prinsip-prinsip mode evanescent (ƞNCL = ƞmcl < ƞco) 


Pada operasi ini, indeks bias dari cladding yang dimodifikasi serupa dengan cladding asli, sehingga kondisi
wave-guiding tidak merubah daerah yang dimodifikasi dan cahaya yang melalui serat mempunyai profil
intensitas Gaussian yang serupa. Terdapat daerah penetrasi evanescent pada daerah yang dimodifikasi.
Setiap perubahan pada absorbansi material akan menghasilkan absorpsi evanescent yang akan memicu
modulasi intensitas.

b: Operasi pada prinsip-prinsip modus bocor/leaky mode (ƞmcl > ƞco > ƞcl) 
Kondisi ini tidak memuaskan total bias internal pada interface antara inti dan cladding yang dimodifikasi,
karenanya modes guided akan dirubah menjadi modes leaky pada daerah yang dimodifikasi. Batas batas
antara udara dan cladding yang dimodifikasi dapat mendukung total refleksi internal dan beberapa cahaya
akan mempropagasi pada cladding yang dimodifikasi dan beberapa direfleksikan kembali ke inti serat.
Setiap perubahan pada indeks refraksi complex dari cladding yang dimodifikasi karena analite dapat
merubah kondisi transmisi waveguide dan menghasilkan perbuahan intensitas.

c: Operasi pada prinsip mode kebocoran sebagian/partial leaky (ncl < nmcl < nco)
Dalam hal ini sensor beroperasi dalam modus bocor parsial yaitu sudut kritis pada daerah yang dimodfikasi
lebih tinggi daripada sudut kritikal untuk serat, sehingga beberapa orde/urutan modus yang lebih tinggi
akan bocor melalui cladding yang diubah dan urutan modus yang lebih rendah akan terus berfungsi sebagai
guide mode. Setiap perubahan dalam bagian nyata atau bagian kompleks (absorbansi) dari indeks bias
dapat mengakibatkan perubahan yang intensitas yang ditransmisikan .
Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 5
iii. Karakteristik sensor serat optic dan optimisasi

Respons sensor terhadap uap kimia


Serat optik yang dilapisi, yaitu elemen sensing, terintegrasi dengan sebuah sumber cahaya He-Ne (panjang
gelombang 633 nm) dan Silicon foto-detektor (Newport rentang panjang gelombang 818 SL 400-1.100 nm). 
Eksperimen komplet sebagai berikut :
Elemen pendeteksi terkena uap analyte.  Intensitas output ini direkam oleh power meter, yang terhubung
ke sebuah osiloskop untuk pengukuran waktu nyata.  Pemicu mekanisme yang terdiri dari kombinasi LED -
detektor yang memotong cahaya ke detektor selama periode paparan analyte. Waktu respon sensor
diukur sebagai waktu selang antara pemicu dan awal penurunan intensitas serat.

A1. Deteksi uap HCl dan NH3


Ketika polyaniline digunakan sebagai lapisan cladding yang dimodifikasi, uap HCl dan NH3 dapat dideteksi
segera setelah eksposur mereka ke wilayah penginderaan serat.  Diketahui bahwa polyaniline dapat dengan
mudah didoped oleh asam (misalnya HCl) dan de-doped oleh basa (seperti NH3).  Proses doping dan de-
doping adalah proses reversibel. Ditemukan bahwa setelah polimer itu didoped, ia akan stabil di
udara. Akan tetapi, setelah de-doping bahan kimia tersebut hilang, polimer secara bertahap kembali ke
kondisi doped.  Polyaniline di doped setelah pengendapan in-situ.  Sifat Optik polyaniline berubah dari
keadaan doped ke keadaan dedoped.  Karena itu, ketika daerah penginderaan serat optic, yang dilapisi
polianilien terekspos pada uap HCL dan NH3, intensitas output dari signal optic berubah.  Sinyal respon (R)
dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Sensor Response R = {(Iout - I´out)/ Iout}×100
Iout adalah rata rata intensitas cahaya sebelum eksposur gas dan
I´out adalah rata rata intensitas cahaya setelah eksposur gas

Respons yang terjadi adalah 50% uap NH3 dan 12% uap HCl. Saat 15 detik terekspos oleh uap NH3, power
yang dihasilkan menurun dari 1.75 Volt ke 0,87 V. Setelah 60 detik, uap NH3 hilang. Ditemukan sebagian
polianilien kembali menjadi keadaan HCL doped dengan power output meningkat ke 1.4V. Ketika sensor
terekspos pada uap HCL, power yang dihasilkan meningkat 12 %. Eksperimental juga menunjukkan respons
dari signal penginderaan tidak menunjukkan pengaruh signifikan pada waktu pengendapan lapisan dari 7
hingga 30 menit, namun setiap ketidaksempurnaan dalam struktur lapisan deposit dapat menurunkan
respon sinyal dari sensor.

A2. Deteksi uap Hidrazine


Polypyrrole digunakan sebagai lapisan cladding yang dimodifikasi untuk mendeteksi uap hidrazin.  Serat
Pensensor dilapisi polypyrrole oleh pengendapan in-situ.  Waktu pengendapan sekitar 15 dan 30 menit.
Ketika uap hidrazin terekspos pada daerah penginderaan, sinyal optik menurun;91% dan 64% untuk sampel
pengendapan 15 dan 30 menit. Perbedaan tanggapan dapat dihasilkan oleh ketebalan, keseragaman, dan
konformasi lapisan polimer.  Setelah daerah polypyrrole terkena hidrazin, kemudian terpapar uap
hydrogen peroksida dan uap hidrazin kembali, Output meningkat oleh uap hydrogen peroksida menjadi
28% dan menurun oleh uap hidrazin hingga 86%.  Ditemukan bahwa sensor hanya dapat digunakan untuk
beberapa kali, karena terjadi perubahan yang ireversibel pada polypyrrole setelah terkena hidrazin.
A3. Deteksi uap DMMP
Hasil respon sensor terhadap uap DMMP (tanpa adanya penambahan dopan), didapatkan respon sebesar
2.1 %. Respons ini dikaitkan dengan kebocoran urutan modes yang lebih tinggi melalui cladding yang

Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 6


dimodifikasi, karena meningkatnya konduktivitas film polypyrrole dengan adsorpsi DMMP.  Untuk
meningkatkan respons terhadap polypyrrole sensor DMMP, dopants asam ditambahkan ke struktur
polypyrrole.  Rasional untuk doping polypyrrole adalah untuk memulai situs doping sekunder untuk DMMP
dalam struktur.  Situs doping sekunder adalah situs di mana interaksi dengan DMMP akan menyebabkan
perubahan konformasi pada struktur polyprrole yang mengakibatkan perubahan sifat optic. Untuk
meningkatkan respon terhadap DMMP, beberapa sensor disiapkan, dengan melapisi bagian penginderaan
serat dengan doped polypyrrole berbeda. 

Tiga dopants berbeda yaitu HCl, NDSA & ASQA ditambahkan selama tahap polimerisasi, selama sintesis
Polypyrrole.  Serat optik sampel dilapisi selama 5 menit dengan in-situ deposisi.  Konsentrasi asam dopant
bervariasi (0.1ml, 0.5ml, 1ml, 1.5ml dari 1 Molar (M) dalam larutan oksidan 100ml) untuk menyelidiki
pengaruh doping konsentrasi pada respon sensor.  Pilihan ketiga dopants tertentu dibuat pada dasar
kepekaan terhadap DMMP.  Bentuk gelombang diperoleh untuk 0.5ml HCl, NDSA & ASQA doping
polipyrolle menghasilkan perubahan dramatis pada respons sensor dari 2.1% untuk undoped polyrrole ke
15.75% untuk HCL , 15.75% untuk NDSA dan 4.21% untuk ASQA doped polypyrrole. Peningkatan dalam
menanggapi sensor untuk DMMP dalam polypyrrole doped mungkin disebabkan perubahan konformasi
yang mungkin terjadi dalam doped polypyrrole karena adsorpsi DMMP.  Perubahan konformasi ini mungkin
lebih jauh lagi dapat meningkatkan perubahan konduktivitas selama eksposur DMMP, menghasilkan
penyempurnaan respon sensor.
Ditemukan bahwa dengan meningkatnya jumlah dopant, respon sensor dalam kasus HCl dan NDSA
meningkat hingga konsentrasi 0.5ml dari 1M dan berkurang karena jumlah dopant meningkat.  Untuk
ASQA doping, respon sensor hampir konstan hingga 0.5ml konsentrasi dopant dan kemudian secara
bertahap menurun, dengan meningkatnya konsentrasi dopant.  X-Ray Difraksi studi menunjukkan
peningkatan kristalinitas dari polimer ketika doping utama meningkat.  Peningkatan kristalinitas pada
konsentrasi doping lebih tinggi mungkin penyebab respons sensor lebih rendah.  Waktu respons yang
terbaik diamati dalam sampel doped ASQA (0.5ml) tetapi respon sensor persentasenya rendah (4,03%)
dibandingkan dengan dopants NDSA dan HCL yang memberikan tanggapan sensor (15,75%). Optimal
dopant dan konsentrasi dopant adalah 0,5 ml 1M NDSA dalam 100ml larutan oksidan dengan respon
sensor persentase 15,75% dan waktu respon 7 detik.

iv. Aplikasi Pengembangan teknik pendeteksian – Modal Power Distribusi (MPD)

Pengembangan metode pengembangan jenis sensor fiber optic yang mengkombinasikan keuntungan serat
serat optic dan polimer polimer yang dapat berkonduksi dengan sensitifitas yang tinggi dan pengolahan
yang mudah, digunakan untuk mendeteksi asam hidroklorik, amoniak, hydrazine dan agen agen saraf , sarin
stimulant organofosfat dimetil-metilfosfat. Pengukuran Total intensitas dan Modal Power Distribusi (MPD)
digunakan untuk mendeteksi perubahan power output melalui sensing fiber/serat serat yang mendeteksi.
Teknik Modal power distribution (MPD) menggunakan informasi intensitas dalam dua dimensi (2-D), yang
dapat meningkatkan sensitivitas deteksi sinyal.  Distribusi intensitas dalam 2-D adalah fungsi eksitasi optik
dan kondisi batas serat optik, dengan demikian, mengubah kondisi batas menghasilkan modulasi intensitas
dalam 2-D.  Diketahui bahwa aplikasi teknik MPD, urutan modus yang lebih tinggi ditingkatkan dengan
illuminasi off-axis dari serat optik. Modes memiliki lebih banyak interaksi dengan interface inti / cladding,
karena itu, lebih sensitif terhadap perubahan dalam indeks bias bahan cladding.  Dalam bagian
sebelumnya, hasil yang dikembangkan pada sensor serat disajikan menggunakan teknik total intensitas
modulasi. 

Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 7


Dalam bagian ini, dilakukan pencatatan perbaikan dalam sensitivitas sensor, ketika MPD Metode ini
diterapkan.  Elemen penginderaan serat ini disiapkan oleh spinning polyaniline  (3000 rpm) sebagai bahan
cladding.  He-Ne laser dengan panjang gelombang 632,8 nm digunakan sebagai sumber cahaya.  Serat optik
dirangsang dengan off-axis sinar laser, dan pola medan jauh terdeteksi menggunakan kamera CCD. 
Lingkaran tampak jauh lebih cerah ketika sensor itu terkena uap HCl.  Seluruh lingkaran menjadi lebih gelap
saat sensor terkena uap NH3.  Perubahan output pada Profil Intensitas radial yang dinormalisasikan dari
pola lingkaran mencapai 67% terekspos antara uap HCl dan uap kimia NH3. 

Pengembangan sebuah kelas novel pada sensor serat didasarkan pada penggunaan bahan kimia polimer
yang sensitif yaitu Polyanilin dan Polypyrrole sebagai bahan modifikasi cladding untuk serat optic multimode
dilaporkan mengalami perubahan reversible dalam paparan konduktifitas uap kimia.
Polyaniline yang dipilih sebagai material cladding yang akan dimodifikasi untuk mendeteksi uap
Hidroklorida (HCL), Ammoniak (NH3), dan polyprrole untuk mendeteksi uap Hidrazine (H4N2), Hidro Peroksida
dan Dimetil metal fosfat (DMMP) (sebuah agen saraf, sarin stimulant) dapat mengalami perubahan
konduktifitas polimer yang diikuti dengan perubahan sifat fisik optic pada material yaitu perubahan indeks
bias material. 
Pengembangan penelitian menggunakan Metode pendeteksian dengan Teknik Modal Power Distribusi
(MPD) dengan hasil perubahan output pada Intensitas normal menunjukkan metode MPD dapat secara
dramatis meningkatkan kepekaan sensor 26% dibandingkan dengan perubahan untuk sensor yang sama
dengan metode Total Intensitas yang digunakan sebelumnya.
Polimer konduksi, polyaniline dan polypyrrole, telah berhasil diuji untuk mendeteksi uap beracun, seperti
HCl, NH3, H2O2, H4N2, dan DMMP. Sensitifitas pengukuran, didasarkan pada persentase perubahan
intensitas optik, yaitu; 51% untuk Ammonia, 91% untuk Hydrazin, 30% untuk HCl dan 15,75% untuk DMMP. 
Kepadatan uap pada suhu kamar digunakan untuk mendeteksi bahan kimia : Amonia: 0.59 (udara=1),
Hydrazin: 1.1 (udara=1), HCl: 1,257 (udara=1), DMMP: 1.16 (udara=1).  .
Sensitifitas dan cakupan dinamik dari jenis sensor berhubungan dengan struktur modal serat dan sifat
material yang menyelubunginya. Sifat penyelubung serat optic dapat memberikan performansi yang lebih
baik daripada serat yang tidak terselubung (bare).

Experimen dan studi teori feasibilitas menunjukkan bahwa pengembangan teknik sensing/ perabaan
dengan Teknik Modal Power distribution (MPD) dapat digunakan untuk memproduksi komponen
mikrostruktur. Teknik Modal Power Distribution (MPD) mengidentifikasikan pengembangan lebih lanjut dari
sensitifitas sensor yang menyebabkan lebih banyak interaksi dari modes dengan order yang lebih tinggi pada
interface inti/cladding, sehingga lebih sensitive untuk mengalami perubahan pada indes bias cladding
material. Teknik pengembangan Modal Power Distribution (MPD) yang telah diuji sangat sensitif dan murah
sebagai metode pendeteksi, yang tersedia untuk pengembangan sensitivitas sensor sedangkan sensor
dengan metode Total Intensitas modulasi yang simple dan murah, tetapi menyediakan keterbatasan
sensitifitas. Dan Sensor tipe fase dan Modulasi Polarisasi menyediakan sensitifitas lebih baik tetapi memiliki
dimensi lebih besar dan membutuhkan teknik pendeteksian dengan sumber laser yang mahal dan tidak efektif
dalam hal biaya.

Tujuan pengujian ini adalah membantu masyarakat dan tentara dalam mengaplikasi sensor optic untuk
mendeteksi serangan bahan kimia dan biologi. Namun pada konklusi atau kesimpulan hasil penelitian
terhadap desain sensor yang berhasil dikerjakan untuk mendeteksi uap kimia beracun tidak menerangkan
bagaimana penerapan langsung pada masyarakat dan tentera terhadap ancaman senjata kimia dan biologi.
Hasil pengujian menunjukkan peningkatan yang dramatic pada sensitifitas sensor, ketika metode
Modal Power Distribution diaplikasikan.

Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 8


Peralatan yang dibutuhkan untuk penelitian serat opitk ini adalah :
- Kamera CCD, yang dapat digantikan dengan 1-D Array fotodetektor, karena masalah biaya. Untuk
mendapatkan pattern 2D far field (MPD) dan gambaran intesitas yang discan dan direkord,
dibutuhkan.
- Light Emitting diode sebagai sumber optic dan fotodioda untuk mendeteksi paada teknik
miniature murah.
- Mikroskop optik untuk mengukur diameter dari serat optic. (Mikroskop electron/SE)
- Silicon photo-detector (Newport 818 SL wavelength range 400-1100 nm).
- Sumber cahaya He-Ne (wavelength 633 nm)
- Osciloscop untuk pengukuran real time
- Spektrofotomert Vis-NIR untuk memperlihatkan karakteristk sprektra lapisan polimer dan
perubahannya ketika mendapat perlakuan dengan uap kimia.
- Power meter (Newport 1815C power range 20 nW-2 kW)
__________________________________________________________________________________________
Literatur

El-Sherif *, Lalitkumar Bansal and Jianming Yuan, Fiber Optic Sensors for Detection of Toxic and Biological
Threats, Photonics Laboratories, Inc.; Philadelphia, Pennsylvania, 19104, USA;
El-Sherif, M. A. Smart Textiles Created with Embedded Sensors. MRS Bulletin Technology Advances 2003,
28(2), 101-102.
El-Sherif, M. A.; Yuan, J.; MacDiarmid, A. Fiber Optic Sensors and Smart Fabrics. J. of Intelligent Materials
Systems and Structures 2000, 2, 407-414.
Yuan, J.; El-Sherif, M. A. Fiber-Optic Chemical Sensor Using Polyaniline as modified Cladding Material. IEEE
Sensor Journal 2003, 3(1), 5-12.
Yuan, J. Polymer materials as modified optical fiber cladding for chemical sensors. PhD Thesis, 2001, Advisor:
Dr. Mahmoud A. El-Sherif.
Radhakrishnan, J. Real time characterization of composite materials using fiber optics techniques. PhD Thesis,
1996, Advisor: Dr. Mahmoud A. El-Sherif.
Radhakrishnan, J.; El-Sherif, M. A. Analysis on spatial intensity modulation for fiber optic sensor applications. J.
Optical Fiber Technology 1996, 2(1), 114-126.
Bansal, L.; Khalil S.; El-Sherif M. Fiber optic neurotoxin sensor. Proceedings of the IEEE 28th Annual Northeast
Philadelphia; 2002, 20-21.
MacDiarmid, A. J. Sciences and technology of conducting polymers. Frontiers of polymer research. Presad, P.
N.; Nikam, J. K.; Ed. Plenum Press, New York; 1991, p259.
MacDiarmid, A. G. Synthetic metals: a novel role for organic polymers. Synthetic Metals 2001, 125, 11-22.
Collins, G. E.; Buckley, L. J Conductive Polymer Coated Fabrics for Chemical sensing, Syntetic Metals, 1996, 78,
93-101
Potje-Kamloth K., Chemical gas sensors based on organic semiconductor polypyrrole Critical reviews in
analytical chemistry 2002, 32, 121-140.
El-Sherif, M. A. On-Fiber Sensor and Modulator. IEEE Transactions on Instrumentation and Measurement 1989,
38(2), 595-598.
El-Sherif, M. A. The Final Technical Report on Sensors and Smart Fabrics. The MURI-ARO (Army Research
Office) project on Functionally Tailored Textiles, Contract #DAAH 01-96-1-0018, 2001.
El-Sherif, M.; Fidanboylu, K.; El-Sherif, D.; Gafsi, R.; Yuan, J.; Richards, K.; Lee, C. A Novel Fiber Optic System for
Measuring the Dynamic Structural Behavior of Parachutes. Journal of Intelligent Materials Systems and
Structures 2000, 11, 351-359

Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 9


El-Sherif, M.; Li, M.; El-Sherif, D.; Lee, C. Fiber Optic System for Measuring the Structural Behavior of Parachute
Airdrop: Quasi Static and Dynamic Testing. Chang, F. K. Ed. CRC Press, Structure Health Monitoring; 2001, pp.
733 18.
Radhakrishnan, J. Real time characterization of composite materials using fiber optics techniques. PhD Thesis,
1996, Advisor: Dr. Mahmoud A. El-Sherif.
Radhakrishnan, J.; El-Sherif, M. A. Analysis on spatial intensity modulation for fiber optic sensor applications. J.
Optical Fiber Technology 1996, 2(1), 114-126.
Yuan, J.; El-Sherif, M. A.; MacDiarmid, A. G.; Jones, W. Fiber Optic Chemical Sensors Using Modified
Conducting Polymer Cladding. Proc. Of SPIE 2001, 4205, 170-179.
Akhirudin Maddu , Hamdani Zain, Sari S., Pengembangan sensor serat optik dengan cladding termodifikasi
polianilin nanostruktur untuk mendeteksi beberapa uap kimia , Fakultas Teknik Progarm Studi Opto-
Elektronika dan Aplikasi Laser, Disertasi , Terbit tahun 2007, Universitas Indonesia,
Akhirudin Maddu, Kun Modjahidin, Sar Sardy, Hamdani Zain ,Pengembangan probe kelembaban serat
optik dengan cladding gelatin, Makalah Teknologi, Terbit April tahun 2006, Fakultas Teknik Program Studi
Opto-Elektronika dan Aplikasi Laser, Universitas Indonesia, Indonesia
BUSTANUS SALATIN, SENSOR TEMPERATUR DENGAN LENGKUNGAN SERAT OPTIK YANG DIBUNGKUS DALAM
BAHAN PADAT ,Undergraduate Theses from JBPTITBTF / 2007-03-14 ,Program Studi Teknik Fisika Institut
Teknologi Bandung, Indonesia.

Siti Julaiha/0906597420/Pasca Sarjana Teknologi Biomedis UI Hal. 10

Вам также может понравиться